Upload
hoangtuyen
View
229
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
FORMULASI DAN PENGUJIAN SIFAT FISIK KRIM AROMATERAPI
MINYAK BUNGA KENANGA (Canangium odoratum, Baill.) DENGAN
BASIS KRIM SUSU
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh :
ISNAINI FARIDA
M3508040
DIPLOMA III FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 201
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian
saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka
gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, Desember 2011
Isnaini Farida M 3508040
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
INTISARI
Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill) adalah salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak essensial yang dapat dimanfaatkan sebagai aromaterapi dan mampu mengatasi gangguan insomnia, hipertensi, depresi, masalah kulit dan gangguan lain. Penelitian dilakukan untuk membuat dan mengetahui stabilitas krim aromaterapi minyak bunga kenanga dengan basis krim susu.
Formulasi krim dibuat menjadi 3 dengan kadar minyak bunga kenanga 2% pada masing-masing krim. Tiga formulasi tersebut adalah, formuasi 1 (F1) dengan kadar fase air 67% dan fase minyak 33%, formulasi 2 (F2) dengan kadar fase air 65,5% dan fase air 34,5% dan formulasi 3 (F3) dengan kadar fase air 64,6% dan fase minyak 35,4%. Stabilitas krim diuji yang meliputi pengujian pada organoleptis, daya sebar, kelengketan, pH, viskositas, kesukaan dan iritasi.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa minyak bunga kenanga dapat dibuat menjadi krim aromaterapi dengan basis krim susu dan stabil secara organoleptis. Pada pengujian sifat fisik, formulasi 2 adalah formulasi yang lebih baik diantara ketiga formulasi karena memiliki penyimpangan yang paling kecil pada beberapa pengujian, sedangkan pada uji kesukaan dan iritasi, F1 adalah formulasi yang paling baik dengan 45% responden suka terhadap formulasi 1 dan 95% responden tidak menunjukkan adanya iritasi pada penggunaan formulasi 1. Perlu adanya pengembangan forulasi lagi untuk memperoleh krim yang memenuhi persyaratan dan juga disukai oleh masyarakat. Pada penelitian ini diketahui bahwa perbedaan formulasi krim ternyata mempengaruhi sifat fisik krim.
Kata Kunci: Minyak Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.), aromaterapi, krim susu, uji sifat fisik.
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Canangium odoratum is a plant that can produce oil of life that can be used as aromatherapy and able to cope with the disorders and insomnia, hypertension, depression, skin problems and other disorders. The research was done to create and find out stability aromateraphy cream of Canangium odoratum with cream milk base.
The formulation of cream create into 3 type formulation with Canangium odoratum oil is 2% on each of the cream. Three of these formulations are, formuasi 1 (F1) with phase water level 67% and 33%, oil phase formulations 2 (F2) with levels of water phase and water phase 65,5% 34.5% and formulations 3 (F3) the levels of the water phase and phase oil 64.6% 35.4%. Stability tested which includes spread of cream test, organoleptic test, adhesiveness test, pH, viscosity test, haedonic and pacth test.
The results obtained show that oil Canangium odoratum can be made into a aromatherapy cream with milk cream base and stable in organoleptis. On the physical characteristic testing, formulations 2 is a better formulation of the three formulations for having the lowest deviation in some tests, while in the haedonic and pacth test, F1 is the best formulation with 45% of respondents prefer to formulation 1 and 95% of respondents did not indicate the presence of irritation in the use of formulations of 1. Need any longer to obtain development cream formulation which meet the requirements and also favored by the public. In this research note that the difference was found to influence the formulation of the cream physical characteristic.
Keyword: Canangium odoratum, aromateraphy, milk cream, and cream physical characteristic.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN MOTTO
Jika Allah menolong kepada kalian maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan pada kalian — –
Sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur murka pada tiap – tiap orang
yang pandai ilmu dunia yang namun bodoh dalam ilmu akhirat — –
Hope is a dream that never sleep
(Harapan adalah sebuah impian yang tidak pernah padam) — –
Hidup tidak akan berakhir hanya karena hari ini adalah hari terbaik
bagimu atau hari terburuk bagimu — –
Orang yang sukses adalah orang yang bisa membangun landasan yang
kuat dengan batu bata yang dilemparkan kepadanya — –
Hal terbaik yang anda lakukan hari ini akan membawa anda ke
tempat terbaik di hari mendatang — –
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
— Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk Ayah dan Ibu atas segala kasih sayangnya, kakak, adik - adikku serta teman-temanku atas kasih sayang, dukungan dan semangat dalam menjalani kebersamaan ™
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Pembuatan dan Pengujian
Sifat Fisik Krim Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga (Canangium odoratum,
Baill.) dengn Basis Krim Susu” sesuai waktu yang ditentukan.
Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
kelulusan Program Diploma III Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas
dari berbagai pihak yang telah banyak membantu. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ahmad Ainurrofiq, M.Si., Apt. selaku Ketua Program D3 Farmasi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Anang Kuncoro R.S, S.Si., Apt. selaku pembimbing tugas akhir yang telah
memberikan masukan dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
4. Ahmad Ainurrofiq, M.Si., Apt. dan Estu Retnaningtyas N., STP., M.Si. selaku
dosen penguji tugas akhir.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Nestri Handayani, M.Si., Apt. selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberi masukan dan bimbingan akademik selama menjadi
mahasiswa D3 Farmasi.
6. Ayahanda Suwadi, SH dan Ibunda Punijah tercinta yang telah melimpahkan
cinta, kasih sayang, semangat dan dukungan dalam hidupku.
7. Kakakku Siti Nurjannah dan adik – adikku (nurul, aini dan wildan) yang
selalu memberikan dukungan dan semangat.
8. Bapak Samuel, Bapak Sutikno dan Bapak Sukino yang telah memberikan
masukan dan banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Sahabat – sahabat tercinta (octavina, devinta, desy, fathimah, ayu, agnes,
oktivia, vivi, fartina, ratna ) yang telah memberikan semangat, cinta dan
dukungan serta selalu ada dalam suka dan duka.
10. Sahabat – sahabat remaja Baiturrohman (cholisma, anshori, nurul imaya, aulia,
hidayati, nur rohmat, mifta, icha, ratna, faizin, luksy, siti, ayu, ilham, dyah,
dll.) yang senantiasa memberikan dukungan, bantuan, semangat dalam
hidupku.
11. Teman – teman penelitian (afif, maria, zainal, amelia, ali, oktavia, ayu wulan,
ratna, nindya) yang telah berbagi pengalaman dan pengetahuan selama
menyelesaikan tugas akhir ini.
12. Teman – teman lamaku (hesti, aster, wella, nuraini, lina) yang telah banyak
membantu dan memberikan semangat dan dukungan.
13. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi D3 Farmasi UNS yang telah
banyak membantu dan memberikan masukan.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14. Semua mahasiswa Diploma 3 Farmasi 2008 yang telah berbagi suka dan duka
serta pengalaman selama pembuatan tugas akhir.
15. Adik –adik tingkatku tersayang di D3 Farmasi UNS angkatan 2009 sampai
2011 yang banyak memberikan semangat.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis dalam pembuatan tugas akhir.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak karena penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan tugas akhir ini
masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Akhir kata semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Desember 2011
Penulis
xi x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iii
INTISARI.............................................................................................................. iv
ABSTRACT ........................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Minyak Bunga Kenanga ...................................................................... 5
1. Sistematika Tanaman ....................................................................... 5
2. Nama Lain ....................................................................................... 6
3. Morfologi Tanaman ......................................................................... 6
4. Kandungan Kimia dan Khasiat Minyak Bunga Kenanga ................ 6
B. Aromaterapi ......................................................................................... 7
1. Definisi Aromaterapi ...................................................................... 7
2. Metode Penggunaan dan Cara Kerja Aromaterapi ......................... 8
3. Manfaat Aromaterapi ...................................................................... 10
4. Cara Memperoleh Minyak Atsiri .................................................... 11
C. Susu ..................................................................................................... 12
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Krim ..................................................................................................... 13
1. Definisi Krim ................................................................................... 13
2. Sifat Krim ........................................................................................ 14
E. Bahan – bahan Pembuatan Krim .......................................................... 14
F. Uji Fisik Krim ....................................................................................... 16
G. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 18
H. Hipotesis ............................................................................................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan dan Alat .................................................................................... 20
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 20
C. Identifikasi Variable Penelitian ............................................................ 21
D. Cara Kerja Penelitian ........................................................................... 22
E. Diagram Alir Cara Kerja ..................................................................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 30
A. Hasil Determinasi Tanaman dan Pemetikan
Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.) .................................. 30
B. Hasil Penyulingan Bunga Kenanga
(Canangium odoratum, Baill.) dan Pengujian Minyak Kenanga ......... 31
C. Hasil Pembuatan Krim ........................................................................ 32
D. Hasil Pengujian Krim ........................................................................... 34
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 46
B. Saran .................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Formulasi Krim .................................................................................. 23
Tabel II. Hasil Pembuatan Krim ...................................................................... 33
Tabel III. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim ............................................... 34
Tabel IV. Hasil Uji Homogenitas Krim ............................................................ 35
Tabel V. Hasil Uji Daya Sebar Krim ............................................................... 35
Tabel VI. Hasil Uji Kelengketan Krim .............................................................. 38
Tabel VII. Hasil Uji pH Krim ............................................................................. 40
Tabel VIII. Hasil Uji Viskositas Krim ................................................................. 42
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.) ................................ 5
Gambar 2. Diagram Penyulingan Bunga Kenanga .............................................. 27
Gambar 3. Diagram Pembuatan Minyak Bunga Kenanga
dengan Basis Krim Susu ................................................................... 28
Gambar 4. Diagram Pengujian Krim ................................................................... 29
Gambar 5. Hasil Formulasi Krim Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga
(Canangium odoratum, Baill.) dengan Basis Krim Susu .................. 32
Gambar 6. Grafik Uji Daya Sebar Krim .............................................................. 36
Gambar 7. Grafik Uji Kelengketan Krim.............................................................. 38
Gambar 8. Grafik Uji pH Krim ............................................................................. 41
Gambar 9. Grafik Viskositas Krim ....................................................................... 43
Gambar 10. Diagram Uji Kesukaan Krim ............................................................ 44
Gambar 11. Diagram Uji Iritasi ........................................................................... 45
Gambar 12. Alat Uji Kelengketan ........................................................................ 56
Gambar 13. Alat Uji Daya Sebar .......................................................................... 56
Gambar 14. Alat Uji Viskositas ............................................................................ 56
Gambar 15. Alat Uji pH ........................................................................................ 56
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Determinasi Rimpang Lengkuas
(Cananga odorata, Baill.) ............................................................... 51
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Berat Jenis Minyak Atsiri Bunga Kenanga
dan Kemurnian (Cananga odorata, Baill.) .................................. 52
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Rendemen dan Kemurnian Minyak Atsiri
Bunga Kenanga (Cananga odorata, Baill.) ................................... 53
Lampiran 4. Hasil Perhitungan Fase Air dan Fase Minyak ............................... 54
Lampiran 5. Gambar Alat Penyulingan Minyak Bunga Kenanga ..................... 55
Lampiran 6. Gambar Alat Pengujian Krim ....................................................... 56
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Statistik Uji Daya Sebar ................................. 57
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Statistik Uji Kelengketan ................................. 59
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Statistik Uji pH ................................................ 61
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Statistik Uji Viskositas .................................... 63
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara beriklim tropis yang kaya akan flora yang
mempunyai banyak manfaat dan dapat tumbuh dengan mudah. Salah satunya
adalah tanaman yang mengandung minyak atsiri seperti bunga kenanga, nilam,
minyak sereh dan cengkeh (Sumarni, 2008). Melimpahnya sumber daya alam
yang ada di Indonesia ini telah memberikan banyak manfaat dan kesempatan
dalam kemajuan di bidang apapun, tidak terkecuali di bidang kesehatan dan
pengobatan.
Penggunaan tanaman dan ekstraknya telah digunakan sejak dahulu kala untuk
meringankan rasa sakit, membantu dalam penyembuhan, membunuh bakteri,
merevitalisasi dan memelihara kesehatan. Salah satunya adalah penggunaan
aromaterapi dalam dunia pengobatan yang telah ada sejak 5000 tahun yang lalu
oleh bangsa Mesir (Price dan Price, 1995).
Aromaterapi menjadi semakin populer karena, berkat kemajuan teknologi,
orang telah berhasil menguraikan bahan aromatik dari sumbernya. Di negara-
negara maju, yang masyarakatnya sudah sadar akan bahaya obat - obatan kimiawi,
keinginan untuk kembali ke pengobatan alami telah meningkatkan peran
aromaterapi (Primadiati, 2002).
Minyak bunga kenanga merupakan salah satu minyak esensial utama, yaitu
minyak yang banyak digunakan untuk beberapa kepentingan dan pengobatan
beberapa macam gangguan. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Muchtaridi
(2008) menunjukkan bahwa minyak bunga kenanga memiliki kemampuan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menurunkan aktivitas lokomotor yang setara dengan minyak lavender, sehingga
minyak bunga kenanga dapat digunakan dalam spa. Pengembangan minyak
kenanga dalam bentuk krim pijat, menunjukkan bahwa krim tersebut memberikan
hasil yang baik setelah pengujian haedonik. Minyak bunga kenanga sangat baik
digunakan untuk relaksasi dan mengatasi gangguan sukar tidur. Pada perawatan
kulit, minyak bunga kenanga digunakan untuk membantu mengobati atau
menghilangkan bercak hitam atau beberapa penyakit kulit ringan (Primadiati,
2002).
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengembangkan minyak kenanga
dengan membuat minyak kenanga menjadi suatu sediaan yang dikombinasikan
dengan susu menjadi krim pijat susu aromaterapi minyak kenanga yang memiliki
nilai tambah. Penelitian ini nantinya juga akan diketahui manakah formulasi krim
yang memiliki kestabilan yang paling baik. Penggunaan krim ini nantinya dibantu
dengan pemijatan, sebab dengan pemijatan, penyerapan minyak bunga bunga
kenanga akan lebih cepat dan karena minyak kenanga adalah salah satu jenis
aromaterapi yang cocok digunakan pada spa dan pemijatan.
Salah satu daerah penghasil susu terbaik ada di kota Boyolali, dimana susu
dari kota ini telah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia dan dimanfaatkan
dalam banyak industri. Pembuatan krim dengan susu ditujukan untuk lebih
memanfaatkan sumber daya alam berupa susu yang sangat banyak di daerah
Boyolali. Di daerah ini juga diketahui terdapat industri penyulingan minyak bunga
kenanga, sehingga dengan pengembangan sediaan ini, diharapkan mampu
meningkatkan nilai dari minyak bunga kenanga dan susu.
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Formulasi krim yang menggunakan basis susu didasarkan pada manfaat dari
susu yang merupakan salah satu hasil alam yang memiliki manfaat, baik untuk
kesehatan maupun untuk kecantikan. Pemanfaatan susu untuk kecantikan ini
konon sudah ada sejak zaman Ratu Cleopatra dengan menggunakan susu untuk
mandi. Susu ini dipercaya mampu memberi manfaat bagi kulit, seperti
menghaluskan kulit, mengecilkan pori-pori serta mampu mengurangi iritasi pada
kulit.
Berdasarkan hal diatas, formulasi suatu aromaterapi dan susu diharapkan
mampu menjadi salah satu solusi pengembangan hasil alam berupa krim
aromaterapi minyak bunga kenanga dengan basis krim susu.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yang ada
adalah :
1. Apakah minyak aromaterapi bunga Kenanga dapat diformulasikan menjadi
krim aromaterapi dengan basis krim susu?
2. Apakah perbandingan fase air dan fase minyak dalam krim mempengaruhi
sifat fisik dan kestabilan dari krim aromaterapi minyak bunga kenanga ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui apakah minyak bunga kenanga dapat diformulasikan menjadi krim
aromaterapi bunga kenanga dengan basis krim susu.
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Mengetahui pengaruh perbandingan air dan minyak dalam krim terhadap sifat
fisik dan kestabilan krim susu aromaterapi minyak bunga kenanga
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di lingkungan sekitar.
2. Memberikan pilihan formulasi krim susu aromaterapi minyak bunga kenanga
yang paling baik sehingga dihasilkan krim yang memenuhi persyaratan
Farmakope Indonesia.
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Minyak Bunga Kenanga
1. Sistematika Tanaman
Minyak Bunga Kenanga diperoleh dari penyulingan bunga Kenanga
(Canangium odoratum Baill.).
Gambar 1. Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.)
Kedudukan Bunga Kenanga (Canangium odoratum Baill.) dalam
sistematika tumbuhan, adalah sebagai berikut:
a. Kingdom : Plantae
b. Divisi : Spermatophyta
c. Sub Divisi : Angiospermae
d. Kelas : Dicotyledonae
e. Ordo : Ranunculales
f. Famili : Annonaceae
g. Genus : Cananga
h. Spesies : Canangium odoratum Baill. (Anonim, 2009).
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Nama Lain
Kenanga di beberapa negara lain, dikenal dengan nama Canang Odorant
(Prancis), Karumugai (India), Kadantyan (Myanmar), Chenanga (Malaysia)
dan Ilang – ilang (Filipina) (Maner dan Elevitch, 2006). Beberapa daerah di
Indonesia, mengenal kenanga dengan nama Kenanga (Aceh, Jawa Tengah),
Selanga (Gayo), Ngana-ngana (Nias), Ingona (Minangkabau), Salapin
(Sumatera Timur), Kupa Apale (Sumatera Barat), Kupa lena (Sumatera
Selatan), Kananga (Sunda, Madura,Bima, Bugis), Sandat (Bali, Sasak),
Tenaga (Sawu), Bunga Kacik (Roti), Lalingiran (Sulawesi Utara),
Lomulilano (Buru) (Anonim, 2009).
3. Morfologi Tanaman
Pada umumnya tanaman berbentuk pohon atau perdu dengan dahan
yang bercabang, memiliki batang tunggal dan batang yang lembut dan
berwarna putih sampai kelabu. Kenanga berbunga disepanjang tahun,
dengan bunga yang terletak pada ujung dahan, 4-12 tandang bunga. Bunga
berbau harum, awalnya berwarna hijau kekuningan dan berwarna kuning
terang sampai kuning coklat saat berumur matang (Maner dan Elevitch,
2006). Pohon Kenanga mempunyai habitus yang tinggi, semula tumbuh di
Filipina, tetapi sekarang banyak tumbuh di Asia tropis (Koensoemardiyah,
2009).
4. Kandungan Kimia dan Khasiat Minyak Bunga Kenanga
Bunga Kenanga mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, di
samping minyak atsiri. Minyak atsiri bunga kenanga mengandung
hidrokarbon, alkohol (monoterpenol, sesquiterpenol), fenol
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(eugenol,isoeugenol), ester dan fenil metil ester (Price dan Price, 1995).
Minyak Kenanga mengandung ester-ester dari asam format, asetat, valerat,
benzoate, terpenoid, linalool, nerol, farnesol, dan karsiofilena (Gunawan dan
Sri Mulyani, 2004).
Bau minyak bunga kenanga sangat harum, khas bunga kenanga.
Sebagai aromaterapi, minyak atsiri ini sangat kuat dalam merelaksasi badan
dan pikiran, menurunkan tekanan darah, berlaku sebagai anti depresan dan
mempunyai sifat afrodisik dan biasa digunakan untuk pijat dan mandi
penderita insomnia, digunakan pada minyak rambut untuk melindungi
rambut dari kerusakan (Koensoemardiyah, 2009). Minyak bunga kenanga
juga berkhasiat sebagai antiseptik, antispasmodik, balancing, calming,
tonikum, reproductive tonic, dan sedatif (Shirley Price dan Len Price,
1995). Minyak bunga kenanga juga berkhasiat untuk menyembuhkan
jerawat, cocok untuk semua jenis kulit, mengatasi kerontokan rambut dan
sakit menjelang menstruasi. Minyak bunga kenanga dapat digunakan untuk
mandi, pijat, wewangian, pengharum ruangan dan perawatan kulit (Balkam,
2001),
B. Aromaterapi
1. Definisi Aromaterapi
.Aromaterapi merupakan salah satu bentuk pengobatan alternatif yang
menggunakan cairan volatil dari zat – zat tumbuhan, dikenal dengan nama
minyak essensial, dan komponen aromatik lain dari tumbuhan, dengan
tujuan untuk merubah perasaan atau kesehatan seseorang (Shaikh A.R., et
al, 2010). Minyak atsiri merupakan minyak alami yang diambil dari
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tanaman aromatik. Minyak jenis ini dapat digunakan sebagai minyak pijat,
inhalasi, produk untuk mandi dan parfum (Koensoemardiyah, 2009).
Di Indonesia terutama di Jawa, banyak obat dan pengobatan tradisional
memanfaatkan aroma, hanya saja kebanyakan masih dalam bentuk herbal.
Di Eropa, aromaterapi digolongkan sebagai terapi komplementer, yaitu
sebagai pendamping terapi konvensional (Koensoemardiyah, 2009).
2. Metode Penggunaan dan Cara Kerja Aromaterapi
Minyak aromaterapi pada umumnya digunakan melalui tiga jalur, yaitu
jalur pencernaan, jalur penciuman dan jalur penyerapan kulit.
Penggunaan melalui saluran pencernaan dapat dilakukan melalui mulut
(ingesti) dan melalui dubur atau vaginal. Penggunaan melalui mulut sangat
jarang dilakukan, sedangkan penggunaan melalui rektal atau vaginal,
biasanya diberikan dalam bentuk suppositoria untuk pengobatan irritable
bowel syndrome, wasir, infeksi liang vagina dan keputihan. Pada metode ini,
minyak essensial akan langsung diserap tubuh, untuk selanjutnya dibawa
oleh sirkulasi darah dan limfatik menuju ke susunan syaraf pusat (SSP), dari
sini akan dikirim pesan menuju organ yang mengalami gangguan atau
ketidakseimbangan. Pada penggunaan metode ini, perlu diperhatikan jumlah
dosis yang diberikan mengingat pada metode ini, minyak atsiri langsung
masuk ke sirkulasi darah, serta perlu diperhatikan minyak essensial dan zat
pembawa yang digunakan, untuk menghindari iritasi pada mukosa
(Primadiati, 2002).
Penggunaan melalui penciuman merupakan cara yang paling cepat dan
efektif dalam menanggulangi gangguan emosional. Saat minyak essensial
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dihirup, molekul aromatik akan dibawa ke ujung hidung dan melalui rambut
getar yang berfungsi sebagai reseptor. Selanjutnya, reseptor ini akan
mengantarkan pesan elektrokimia ke SSP, dan akan mengaktifkan pusat
emosi dan daya ingat seseorang, yang selanjutnya akan mengantarkan pesan
balik ke seluruh tubuh melalui sitem sirkulasi. Penerimaan pesan tersebut
dirubah ke dalam suatu aksi dan mengakibatkan rilisnya euphoria, relaksasi
dan sedatif (Price dan Price, 1995).
Penggunaan melalui kulit biasa digunakan dengan jalan pemijatan. Cara
kerja pada jalur ini sama seperti pada penggunaan melalui pencernaan.
Secara fisiologis, penyerapan minyak essensial melalui kulit akan
mempengaruhi kerja susunan saraf dan sistem sirkulasi limfatik setelah
minyak essensial tersebut memasuki lapisan epidermis. Begitu menembus
lapisan epidermis, molekul minyak atsiri dapat dengan mudah menyebar ke
bagian tubuh yang lain. Minyak essensial yang dioleskan melalui pemijatan
dapat mempengaruhi sistem tubuh dalam beberapa jam, hari atau minggu,
tergantung pada kondisi kulit (Primadiati, 2002). Aplikasi topikal biasanya
diterapkan dengan pijat yang dilakukan oleh ahlinya, dan digunakan minyak
pijat yang mengandung minyak atsiri 15 – 20 tetes dalam 50 ml minyak
pembawa atau krim (Koensoemardiyah, 2009). Pemijatan dapat
melonggarkan otot-otot dan jaringan yang tersumbat. Kulit akan bereaksi
bila dipijat, ujung-ujung saraf juga akan mengadakan komunikasi dengan
organ-organ di dalam tubuh untuk menghasilkan efek stimulasi atau
relaksasi, tergantung pada minyak yang digunakan (Primadiati, 2002).
Manfaat fisiologi dari pemijatan diperkirakan mampu meningkatkan
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sirkulasi darah dan sirkulasi limfa, menurunkan denyut jantung,
menurunkan tekanan darah, mengendurkan otot yang tegang serta
menghilangkan keram (Price dan Price,1995).
3. Manfaat Aromaterapi
Secara farmakologi, aromaterapi bekerja di dalam tubuh manusia
melalui dua sistem, yaitu sistem syaraf dan sistem sirkulasi. Melalui sistem
syaraf yang mengantarnya, sistem syaraf akan mengenali bahan aromatik,
sehingga sistem syaraf vegetatif, yaitu sistem syaraf yang berfungsi
mengatur fungsi organ, seperti mengatur denyut jantung, pembuluh darah
dan pencernaan akan terangsang. Melalui sistem sirkulasi, aromaterapi
bekerja melalui fungsi humoral, yang selanjutnya akan merangsang fungsi
hormonal dalam tubuh, dan sistem hormonal ini bekerja sama dengan sistem
syaraf untuk mengontrol dan mengkoordinasi aktifitas organ tubuh
(Primadiati, 2002).
Pada sebuah konferensi perawat tahun 1991, dilaporkan bahwa
penggunaan minyak essensial dan pemijatan mampu menurunkan tekanan
darah dan denyut jantung, serta pada pasien kanker, metode ini dilaporkan
mampu meringankan perasaan tertekan, rasa damai dan ketenangan (Price
dan Price, 1995). Penelitian pada aromaterapi menunjukkan bahwa,
aromaterapi mampu mempengaruhi aktifitas lokomotor atau aktifitas gerak
pada mencit, sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh William N.
Dember dan Joel S. Warm menunjukkan bahwa tingkat kesigapan bekerja
pada ruangan yang diberikan aromaterapi meningkat secara drastis
(Primadiati, 2002).
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Cara Memperoleh Minyak Aromaterapi
Minyak aromaterapi dapat diperoleh dengan berbagai cara, dari mulai
cara yang sederhana sampai dengan yang paling canggih, diantaranya adalah
dengan metode cold expression, effleurage, maserasi, ekstraksi solven,
destilasi uap dan cara destilasi lain (Primadiati, 2002).
Diantara metode isolasi, yang paling lazim dilakukan adalah metode
destilasi. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan diberbagai
perusahaan industri penyulingan minyak atsiri, antara lain sebagai berikut:
a. Metode destilasi kering, yaitu penyulingan langsung dari bahannya tanpa
menggunakan air. Metode ini dilakukan untuk bahan tanaman kering dan
minyak-minyak yang tahan pemanasan misalnya oleoresin.
b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air langsung. Metode ini
dilakukan untuk bahan kering maupun segar dan terutama digunakan
untuk minyak-minyak yang dapat rusak akibat panas kering (Gunawan
dan Mulyani, 2004). Selama proses destilasi tumbuhan aromatik
dimasukkan dalam rebusan air.
Tekanan dan uap panas yang tinggi akan mendesak kantong sel untuk
membuka dan melepaskan bahan aromatik. Proses penyulingan ini akan
menghasilkan gelembung uap essensial untuk kemudian disalurkan ke pipa
pendingin dan uap mengembun menjadi air dan minyak essensial. Hasil ini
kemudian ditampung dalam wadah, karena air dan minyak esensial tidak
dapat bercampur, minyak esensial akan mengambang dipermukaan dan
dengan mudah dipisahkan dari lapisan air. Jumlah minyak esensial yang
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dihasilkan tergantung pada empat variabel, yaitu waktu destilasi, suhu,
tekanan, dan jenis bahan yang digunakan (Primadiati, 2002).
C. Susu
Susu telah lama dipercaya mampu menjaga kesehatan dan kecantikan
kulit. Protein dari susu mampu mengupas bagian terdangkal atau luar dari
lapisan kulit, sehingga mampu menumbuhkan, membasahai dan juga menolong
keluarnya pigmentasi atau pewarnaan kulit (Anonim, 2010). Susu sapi
mengandung lemak yang berfungsi melembabkan kulit. Susu juga mengandung
vitamin A dan D yang berkhasiat untuk menutrisi dan membuat kulit menjadi
lembut. Kandugan lain dalam susu adalah asam beta hidroksi yang membantu
dalam pengelupasan sel kulit mati dan menggantinya dengan sel kulit baru.
Inilah sebabnya susu dimanfaatkan dalam industri kosmetik dan dengan mudah
susu dapat ditemukan dalam produk sabun, lulur hingga lotion. Susu juga
berkhasiat untuk meredakan kulit yang terbakar sinar matahari. Kandungan
protein dalam susu akan membentuk lapisan pelindung yang menjaga
kelembaban kulit (Anonim, 2010).
D. Krim
1. Definisi Krim
Krim didefinisikan sebagai sediaan semi padat yang terbuat dari
campuran dua fase (minyak dan air) yang tidak dapat bercampur, yang
untuk pencampurannya membutuhkan emulgator yang sesuai (semisolid
emulsion) yang ditujukan untuk aplikasi pada kulit (external application).
Krim merupakan sistem emulsi yang mudah dioleskan, penampilannya tidak
jernih, konsistensi dan sifat reologisnya tergantung pada emulsinya minyak
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam air atau air dalam minyak, juga tergantung pada sifat dan konsentrasi
zat padat yang terdapat dalam formula (Sulaiman dkk, 2008).
Krim merupakan salah satu bentuk sediaan emulsi yang terdiri dari dua
tipe, yaitu tipe minyak dalam air (M/A), jika minyak terdispersi dalam fase
air, dan tipe air dalam minyak (A/M), jika air terdisperdi dalam minyak
sebagai pembawa (Fatmawaty dkk., 2009).
Perbandingan fase dalam dengan fase luar seringkali ditentukan oleh
kelarutan zat aktif, yang harus terdapat pada suatu tingkat efektif secara
farmakologis. Jika hal ini bukan merupakan pertimbangan utama,
perbandingan fase secara normal ditentukan oleh konsistensi yang
dikehendaki. Sebagai patokan, dapat dianggap bahwa emulsi cair dihasilkan
dari tingkat fase dalam yang rendah, sedangkan emulsi yang lebih berat
merupakan hasil dari presentase fase dalam yang tinggi (Lachman et al,
1994).
2. Sifat Krim
Krim yang baik memiliki beberapa sifat, diantaranya memiliki tekstur
yang lembut, mudah dioleskan, mudah dibersihkan/dicuci dengan air, tidak
berbau tengik, tidak mengandung mikroba patogen, tidak mengiritasi kulit,
tidak mengandung pewarna dan bahan-bahan tambahan yang dilarang oleh
undang-undang, bila mengandung zat aktif maka dapat melepaskan zat
aktifnya, memiliki stabilitas yang baik (Voight, 1994). Krim dianggap
mempunyai daya estetik yang lebih besar karena sifatnya tidak berminyak
dan kemampuannya “menghilang” ke dalam kulit pada penggosokan.
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Bahan-bahan Pembuatan Krim
1. Asam Stearat
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari
lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat dan asam
heksadekanoat. Berupa zat padat mengkilap menunjukkan susunan hablur,
putih atau kuning pucat mirip lemak lilin. Praktis tidak larut dalam air, larut
dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P, dan dalam 3
bagian eter P. (Anonim, 1979). Asam Stearat dalam sediaan topikal
digunakan sebagi agen pengemulsi dan solubilizing agent (Rowe et al.,
2009).
2. Adeps Lanae
Nama lainnya adalah lemak bulu domba. Berupa zat lemak yang
dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries, Linné. yang dibersihkan
dan dihilangkan warna dan baunya. Massa seperti lemak, lengket, warna
kuning dan berbau khas (Anonim, 1979). Bilangan asam tidak lebih dari 1,0,
bilangan penyabunan 90-105 dan bilangan iodium antara 18-32 (Anonim,
1995).
3. Parrafin Liquidum
Berupa cairan hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral. Cairan
kental, transparan, tidak berflourosensi, tidak berwarna, tidak berbau dan
hampir tak memiliki rasa. Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P (Anonim, 1979).
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. TEA (Trietanolamin)
Trietanolamin adalah canpuran dari trietanolamina, dietanolamina dan
monoetanolamina. Merupakan cairan kental, tidak berwarna hingga kuning
pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik (Anonim, 1979).
Trietanolamin biasa digunakan dalam formulasi topikal khususnya emulsi
dan befungsi sebagai zat pengemulsi (Rowe et al, 2009).
5. Aquadest
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Berupa
cairan jernih, tidak berwarna, tidan berbau dan tidak berasa (Anonim,
1979).
6. Bahan Pengawet
Suatu bahan pengawet ditambahkan dalam krim untuk mencegah
kontaminasi, perusakan serta pembusukan oleh bakteri dan jamur (Anief,
2006). Sediaan krim dibuat dengan menggunakan dua bahan pengawet,
yaitu nipagin (Metil Parabean) dan nipasol (Propil Parabean). Nipagin
digunakan pengawet pada basis air dan nipasol digunakan pada basis
minyak.
Methylis parabean (Nipagin) mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 101, 0% C8H8O3. Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak
berbau, tidak berasa kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Prophylis
parabean (Nipasol) mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
dari 101, 0% C10H12O3. Serbuk hablur putih tidak berbau, tidak berasa
(Anonim, 1979). Penggunaan dalam formulasi topikal sebanyak 0,02-0,3%
untuk nipagin dan 0,01-0,6 % untuk Nipasol (Rowe et al, 2009).
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Uji Sifat Fisik Krim
1. Pemeriksaan Kestabilan Fisik
Sediaan krim diamati secara organoleptis untuk mengetahui
homogenitas, warna dan bau setiap minggu selama 8 (delapan) minggu pada
suhu kamar. Pengujian homogenitas krim bertujuan untuk mengetahui
meratanya atau homogennya partikel-partikel dalam krim.
Suatu emulsi juga harus selalu dicek tentang adanya tanda-tanda
terjadinya creaming, koalesen dan pertumbuhan bakteri. Creaming terjadi
ketika partikel terflokulasi dan konsentrasi salah satu fase meningkat.
Creaming dapat dilihat ketika partikel minyak bersama-sama naik ke
permukaan krim (Allen et al, 1997).
2. Uji Tipe Krim
Suatu krim, karena bentuknya yang berupa emulsi, maka dilakukan
pengujian tipe emulsi. Pengujian tipe krim dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya dengan metode pewarnaan (Lachman et al, 1994).
3. Uji Daya Sebar Krim
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim mampu
menyebar saat dioleskan dan kelunakan krim saat dioleskan (Triayu, 2009).
4. Uji daya Lengket Krim
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim dapat
melekat pada kulit (Triayu, 2009).
5. Pemeriksaan pH
Sediaan krim diukur nilai pH-nya menggunakan pH meter setiap
minggu selama delapan minggu pada suhu kamar. Pemeriksaan pH adalah
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan fisika-kimia dalam memprediksi
kestabilan sediaan krim, dimana profil pH menentukan stabilitas bahan aktif
dalam suasana asam atau basa (Lachman et al,1994). pH kulit berkisar
antara 4,8 hingga 5 - 10 (Troy et al dalam Padmadisastra dkk, 2007).
6. Uji Viskositas
Pengujian dilakukan untuk mengetahui kekentalan dan tahanan cairan
untuk mengalir. Makin tinggi viskositas, makin tinggi tahanan untuk
mengalir (Triayu, 2009).
7. Uji Iritasi dan kesukaan
Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui formulasi manakah yang
disukai oleh responden. Pengujian iritasi digunakan untuk mengetahui
apakah krim yang dibuat dapat menimbulkan iritasi setelah dioleskan.
Pengujian ini menggunakan 20 orang responden dengan usia antara 18-30
tahun.
G. Kerangka Pemikiran
Bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill.) adalah salah bunga yang
menghasilkan minyak atsiri yang mampu digunakan sebagai aromaterapi
karena dalam suatu penelitian, bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill.)
mampu menurunkan aktifitas lokomotor seperti pada minyak lavender.
Aromaterapi merupakan suatu metode pengobatan yang menggunakan minyak
menguap yang berasal dari tanaman aromatik.
Penelitian dilakukan dengan mengembangkan minyak bunga kenanga
menjadi sediaan krim dengan basis krim susu. Susu dipilih sebagai basis karena
memiliki banyak nutrisi yang manfaat untuk kesehatan dan kecantikan kulit.
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sediaan krim hendaknya memenuhi syarat sediaan krim yang baik, yaitu lunak,
terdistribusi merata, homogen dan stabil dari minggu ke minggu pengamatan.
Penelitian dilakukan dengan membuat 3 formulasi krim dengan perbedaan
pada jumlah fase air dan fase minyak, sehingga dihasilkan konsistensi krim
yang berbeda pula. Hasil pengujian ini nantinya diharapkan akan menunjukkan
manakah formulasi krim yang menghasilkan krim yang memiliki sifak fisik
yang stabil.
H. Hipotesis
1. Minyak bunga kenanga dapat diformulasikan menjadi krim aromaterapi
dengan basis krim susu menjadi krim susu aromaterapi minyak bunga
kenanga (Canangium odoratum, Baill).
2. Perbedaan perbandingan fase air dan fase minyak dalam krim susu
aromaterapi minyak bunga kenanga mempengaruhi sifat fisik serta
kestabilan krim.
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan dan Alat
a. Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan krim aromaterapi minyak
bunga kenanga dalam basis krim susu adalah minyak bunga kenanga yang
diperoleh dari hasil penyulingan dan bahan-bahan pembuatan krim yang
terdiri dari Asam Stearat, Adeps Lanae, Parrafin Liquidum, TEA, Aquadest,
pengawet berupa Nipagin dan Nipasol yang bahan – bahan tersebut
seluruhnya adalah bahan dengan standarisasi untuk laboratorium secara
tehnik dan susu sapi Boyolali.
b. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah destilator uap air,
mortir, stamper, timbangan digital Ohauss, kaca arloji, kaca objek, water
bath, pHmeter Inolab, beban 500 gram, 20 gram, timbangan gram dan
milligram, cawan porselen, gelas beker, gelas ukur, alat uji kelengketan, alat
uji daya sebar, refraktometer tipe WAY-18 Digital Abbe Refractometer,
Viscotester vt-04 produksi Rion co.,Ltd dan mikroskop.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari pertengahan April 2011 sampai dengan Juli
2011, sedangkan pengolahan data dan penyusunan laporan dilakukan pada
Agustus sampai November 2011. Penelitian diawali dengan penyulingan
minyak bunga kenanga di laboratorium Fitokimia Universitas Setia Budi
(USB) dan pengujian indeks bias dilakukan di laboratorium Kimia Pusat UNS,
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kemudian dilanjutkan dengan pembuatan krim di laboratorium Farmasetika
FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan terakhir dilakukan pengujian
krim tiap minggu di laboratorium Teknologi dan Formulasi Sediaan Farmasi
Universitas Setia Budi. Pada awal Agustus selanjutnya dilakukan pengolahan
data hasil pengujian yang diperoleh dan dilanjutkan dengan penyusunan hasil
penelitian dan pembahasan.
C. Identifikasi Variabel Penelitian
a. Metode Penelitian
a. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah bunga kenanga (Canangium
odoratum, Baill) dan susu sapi segar. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah krim aromaterapi minyak bunga kenanga dengan
basis krim susu.
b. Identifikasi variable penelitian
Pada penelitian ini, variabel yang diidentifikasi diklasifikan menjadi
tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel tergantung dan variabel
moderator. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab timbulnya variabel tergantung. Variabel tergantung
adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Variabel moderator adalah variabel yang bersifat
memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel bebas terhadap
variabel tergantung.
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Klasifikasi Variabel Utama
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbedaan formulasi
berupa perbedaan perbandingan jumlah fase air dan minyak dalam basis
krim susu aromaterapi minyak bunga kenanga (Canangium odoratum,
Baill).
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah stabilitas krim yang
diamati melalui uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya
lengket, uji pH dan uji iritasi.
Variabel moderator dalam penelitian ini adalah metode pembuatan
krim, alat pembuatan dan pengujian krim,
D. Cara Kerja Penelitian
1. Determinasi Bunga Kenanga dan Pemetikan Bunga Kenanga
Determinai tanaman dilakukan di Laboratorium Morfologi Sistematika
Tumbuhan Universitas Setia Budi. Bunga Kenanga yang dipetik diperoleh
dari daerah Kelurahan Kadipiro. Bunga yang dipetik pada pagi hari dan
bunga yang dipetik adalah bunga yang warnanya mulai menguning sampai
kuning.
2. Penyulingan Bunga Kenanga
Penyulingan adalah pemisahan komponen – komponen suatu campuran
dari dua jenis zat atau lebih yang didasarkan atas perbedaan titik didih dari
masing-masing zat tersebut. Penyulingan dilakukan dengan metode
penyulingan uap air. Penyulingan ini dipilih karena dapat menghasilkan
minyak atsiri yang lebih banyak, penyulingan lebih singkat dan bahan yang
disuling tidak gosong.
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penyulingan dilakukan di Laboratorium Fitokimia Universitas Setia
Budi. Alat penyuling yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 5. Bunga
kenanga yang akan disuling dipotong – potong, kemudian dimasukkan ke
dalam alat penyuling dan penyulingan dilakukan selama 4 jam. Hasil
penyulingan yang diperoleh berupa campuran minyak atsiri dan air. Minyak
atsiri kemudian dipisahkan dengan labu pemisah untuk memperoleh minyak
atsiri bunga kenanga dan diperiksa indeks biasnya dengan refraktometer
untuk mengetahui kemurniaan minyak.
3. Pembuatan Krim
Krim akan aromaterapi minyak bunga kenanga dengan basis susu
dibuat dalam 3 formulasi dengan perbedaan pada perbandingan jumlah air
dan minyak. Formulasi krim tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel I. Formulasi krim
Formulasi 1 mengandung prosentase air 67% dan minyak 33%.
Formulasi 2 mengandung prosentase air 65,5% dan minyak 34,5%,
Bahan-bahan
Formulasi
Formulasi 1 Formulasi 2 Formulasi 3
Minyak bunga kenanga 0,05 g
33,00%
0,05 g
34,5%
0,05 g
35,40%
Asam Stearat 2,10 g 2,50 g 2,73 g
Adeps Lanae 1,23 g 1,23 g 1,23 g
Parrafin liquidum 4,90 g 4,90 g 4,90 g
TEA 0,49 g
67,00%
0,49 g
65,5%
0,49 g
64,60% Susu segar 6,13 g 6,13 g 6,13 g
Aquadest 10,11 ml 9,71 ml 9,49 g
Nipagin 0,10% 0,10% 0,10%
Nipasol 0,05% 0,05% 0,05%
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sedangkan Formulasi 3 mengandung prosentase air 64,6 % dan minyak
35,4%.
Proses pembuatan krim pijat susu aromaterapi bunga kenanga adalah
sebagai berikut:
1) Melebur basis minyak, yaitu asam stearat, adeps lanae dan paraffin
liquidum dalam cawan porselin di atas waterbath sampai melebur
seluruhnya
2) Menyiapkan basis air dengan mencampur air dan susu dalam beker glass,
kemudian ditambahkan nipagin dan diaduk sampai larut dan homogen.
Selanjutnya campuran ini dihangatkan sampai suhu kira-kira sampai
70°C dan selanjutnya ditambahkan TEA dan dihomogenkan.
3) Setelah basis minyak melebur, turunkan dari waterbath dan ditambahkan
nipasol ke dalamnya dan diasuk sampai larut dan homogen.
4) Basis minyak kemudian dimasukkan ke dalam mortir hangat, kemudian
ditambahkan basis air yang dihangatkan sebelumnya, dan diaduk
sebentar sampai terbentuk emulsi krim.
5) Setelah krim jadi dan dingin, ditambahkan minyak bunga kenanga dan
diaduk sebentar sampai homogen kemudian dimasukkan ke dalam pot
krim.
6) Kemudian dilakukan uji sifat fisik krim yang dilakukan setiap satu
minggu sekali selama 8 minggu.
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Pengujian Krim
1) Pemeriksaan kestabilan fisik
Sediaan krim diamati secara organoleptis untuk mengetahui
homogenitas, warna dan bau setiap minggu selama delapan minggu pada
suhu kamar.
Homogenitas krim dilakukan dengan cara meletakkan sejumlah krim
ke dalam obyek glass, kemudian ditutup dengan obyek glass lain dan
ditekan hingga rata dan diamati secara visual homogenitasnya (Saputri,
2008).
2) Uji daya sebar krim
Percobaan dilakukan dengan meletakkan ±100 mg krim di tengah
alat (kaca bulat). Kaca kemudian ditutup dengan kaca bulat lain,
ditunggu 1 menit dan setelah 1 menit, diameter penyebaran krim diukur
dari beberapa sisi. Selanjutnya diatas tutup kaca ditambahkan beban 10
gram dan ditunggu 1 menit untuk selanjutnya diukur diameternya lagi.
Selanjutnya ditambahkan lagi beban 10 gram, menjadi 20 gram dan
ditunggu 1 menit kemudian diukur. Penambahan beban 10 gram dan
pengukuran ini terus dilakukan sampai krim tidak lagi menyebar.
Percobaan ini diulang tiap krim yang diperiksa.
3) Uji daya melekat krim
Percobaan dilakukan dengan mengambil ±100 mg krim dan
diletakkan pada obyek glass alat. Krim kemudian ditutup obyek glass lain
dan ditekan dengan beban seberat 500 gram dan dibiarkan selama 5
menit. Setelah 5 menit, pada penarik obyek glass diberikan beban 20
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
gram dan beban 500 gram diambil. Pengukuran waktu dimulai dari beban
500 gram dilepas sampai obyek glas lepas dari obyek glas lain.
Percobaan dilakukan 3 kali untuk setiap sampel krim.
4) Pemeriksaan pH
Pengukuran dilakukan dengan melarutkan ±100 mg krim dalam
aquadest, kemudian diukur dengan pH meter pada suhu kamar dan nilai
pH ditunggu sampai angka pada alat menunjukkan nilai yang stabil.
Pengujian dilakukan dengan pHmeter Inolab dengan nomor seri
03450079 produksi Wissenschatlich-technische Werkstätten (WtW).
5) Uji Viskositas
Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat viscotester vt-04
produksi Rion co.,Ltd dengan hasil pengukuran yang diperoleh dalam
satuan desiPascal (d-Pas). Pengujian viskositas dilakukan untuk
mengetahui kekentalan dari krim yang dibuat. Pengujian dilakukan
dengan memasang alat pada klem, selanjutnya rotor dipasang tepat
ditengah-tengah wadah krim yang akan diuji. Sebelum rotor dinyalakan,
pastikan skala menunjukkan angka 0, dengan menarik tuas ke arah lock.
Pastikan pula bahwa ujung rotor tidak menyentuh dasar wadah krim.
Tahap selanjutnya, tuas ditarik kembali ke arah unlock dan tombol on
dinyalakan. Rotor akan berputar dan nilai viskositas ditunjukkan dari
pergerakan jarum penunjuk pada skala. Nilai viskositas krim diketahui
dari jarum penunjuk yang telah stabil menunjukkan pada suatu nilai.
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Uji Iritasi dan Kesukaan
Uji Iritasi dilakukan dengan mengoleskan krim ke probandus dan
ditunggu selama 5 menit. Setelah 5 menit, kemudian dilihat apakah
terjadi iritasi berupa bintik merah atau rasa gatal pada kulit yang diolesi
krim. Apabila responden tidak mengalami reaksi iritasi seperti bintik
merah, gatal atau panas, maka angket di isi dengan jawaban (-) dan bila
responden mengalami reaksi iritasi, angket diisi dengan jawaban (+). Uji
kesukaan dilakukan dengan mengoleskan krim pada probandus, dan
responden diberikan angket untuk menilai krim susu aromaterapi bunga
kenanga.. Jawaban yang diperoleh selanjutnya dipresentase untuk
menhetahui hasil pengujian,
E. Diagram Alir Cara Kerja
1. Pembuatan Minyak Aromaterapi Bunga Kenanga
Gambar 2. Diagram Penyulingan Bunga Kenanga
Determinasi tanaman
Sampel Bunga Kenanga
Pengumpulan Bunga Kenanga
Penyulingan Bunga Kenanga
Minyak Bunga Kenanga
Pengukuran indeks bias
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Pembuatan Krim Susu Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga
Gambar 3. Diagram Pembuatan Krim Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga dengan Basis Susu
Menghangatkan basis air Melebur basis minyak
Mencampur nipasol, homogenkan
Mencampur nipagin, homogenkan
Diaduk pelan sampai terbentuk krim
Menambahkan minyak Bunga Kenanga,
homogenkan
Krim aromaterapi Bunga kenanga dalam basis
krim susu
Pengamatan dan pencatatan
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Pengujian Krim Susu Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga
Gambar 4. Diagram Pengujian Krim
Krim susu aromaterapi bunga kenanga
Uji Homogenitas
Uji Organoleptis
Uji Daya Sebar
Uji Kelengketan
Uji pH
Uji Iritasi dan Kesukaan
Uji Tipe Krim
Uji Viskositas
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak atsiri Bunga
Kenanga (Canangium odoratum, Baill.) dapat dibuat menjadi suatu sediaan krim
dan untuk mengetahui pengaruh perbedaan perbandingan fase air dan fase minyak
formulasi sediaan krim susu aromaterapi bunga kenanga (Canangium odoratum,
Baill.) terhadap sifat fisik dan kestabilan krim.
A. Hasil Determinasi Tanaman dan Pemetikan Bunga Kenanga (Canangium
odoratum, Baill.)
Determinasi tanaman merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu
penelitian dengan menggunakan bahan alam. Determinasi ini bertujuan untuk
mengetahui kebenaran tanaman yang akan digunakan dalam penelitian,
sehingga kesalahan saat pengumpulan bahan dapat dihindari. Hasil determinasi
yang telah dilakukan di Laboratorium Morfologi Sistematika Tumbuhan
Universitas Setia Budi, berdasarkan acuan dari buku Flora untuk Sekolah di
Indonesia karangan Van Steenis tahun 1992 menyatakan bunga yang
digunakan dalam penelitian ini adalah benar – benar Canangium odoratum,
Baill. Hasil determinasi tanaman Canangium odoratum, Baill dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Pemetikan bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill.) dilakukan pagi
hari, saat bunga masih segar dan mulai mekar, sehingga kandungan minyak
atsirinya belum banyak yang menguap. Umur pohon kenanga yang dipetik
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah antara 5-10 tahun. Bunga yang dipetik adalah bunga yang sudah
berwarna kuning dan bunga yang mulai menguning, karena saat itulah
kandungan minyak atsiri dalam bunga masih banyak. Seperti yang diuraikan
oleh Sumarni, bahwa bunga kenanga yang masih berwarna hijau menghasilkan
minyak atsiri yang bermutu jelek. Hasil pemetikan bunga kenanga yang
diperoleh sebanyak 600 gram. Bunga kenanga ini selanjutnya dilakukan
penyulingan untuk mendapatkan minyak atsiri.
B. Hasil Penyulingan Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.) dan
Pengujian Minyak Kenanga
Penyulingan Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill) dilakukan
segera setelah bunga dipetik agar kandungan minyak atsiri dari bunga tidak
banyak yang berkurang karena menguap.
Hasil penyulingan 600 gram bunga kenanga yang dilakukan selama 4 jam
diperoleh minyak kenanga seberat 4,87 gram. Perolehan minyak atsiri saat
penyulingan dari waktu ke waktu semakin berkurang, hal ini karena semakin
lama, kandungan minyak atsiri dalam bunga kenanga semakin berkurang,
sehingga minyak atsiri yang tersuling pun semakin berkurang pula. Minyak
atsiri yang telah tersuling dan telah dipisahkan dari air, kemudian disimpan
dalam wadah yang terhindar dari sinar matahari untuk menghindari kerusakan
minyak kenanga. Hasil perhitungan rendemen minyak atsiri diperoleh hasil
0,81%. Minyak Kenanga yang diperoleh selanjutnya dilakukan pengukuran
indeks bias dengan menggunakan refraktometer tipe WAY-18 Digital Abbe
Refractometer. Pengukuran indeks bias merupakan salah satu cara untuk
mengetahui kemurniaan minyak atsiri. Minyak kenanga memiliki nilai indeks
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bias standart 1,5041 (Price and Price, 1995). Hasil pengukuran indek bias
diperoleh 1,3426 dan dapat diketahui minyak kenanga memiliki kemurniaan
89,26%. Nilai indeks bias yang belum sesuai dengan nilai standar ini
kemungkinan dikarenakan masih adanya kandungan air dalam minyak,
mengingat minyak hasil pengulingan yang diperoleh masih bercampur dengan
air.
C. Hasil Pembuatan Krim
Krim Susu Aromaterapi Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill)
dibuat dalam 3 (tiga) formulasi dengan formulasi bahan sama, hanya saja
dengan perbandingan jumlah fase air dan fase minyak yang berbeda. Krim
yang diperoleh dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5. Hasil formulasi krim aromaterapi minyak bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill.) dengan basis krim susu
Keterangan: F1: Formulasi 1, fase air : fase minyak, 67% : 33% F2: Formulasi 2, fase air : fase minyak, 65,5% : 34,5% F3: Formulasi 3, fase air : fase minyak, 64,6% : 35,4%
Hasil pembuatan krim susu aromaterapi bunga kenanga ditunjukka pada Tabel
II. Hasil pembuatan krim susu aromaterapi bunga kenanga memberikan 3
formulasi krim dengan warna putih susu, bau kenanga khas dan memiliki
konsistensi yang berbeda.
F1 F2 F3
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel II. Hasil Pembuatan Krim
Formulasi Aspek Penilaian
Warna Tipe Emulsi Bau Konsistensi F1 PS M/A KK Sangat lunak, mudah dituang seperti
lotion, homogen
F2 PS M/A KK Lunak, agak sukar dituang seperti lulur mandi, homogen
F3 PS M/A KK Konsistensi agak padat, seperti salep, sukar dituang, homogen
Keterangan: F1: Formulasi 1 PS: Putih Susu F2: Formulasi 2 M/A: Minyak dalam Air F3: Formulasi 3 KK: Khas Bunga Kenanga
Formulasi 1 mengandung prosentase fase air yang banyak dan fase minyak
yang paling sedikit diantara ketiga formulasi, oleh karenanya konsistensi
Formulasi 1 lebih lunak dan lebih mudah dituang bila dibandingkan dengan
dua formulasi lain. Formulasi 1 memiliki konsistensi yang lunak, seperti lotion,
mudah dituang dan homogen. Formulasi 2 memiliki konsistensi agak padat
dibandingkan dengan Formulasi 1, agak sukar dituang, seperti lulur dan
homogen. Formulasi 3 menghasilkan krim dengan konsistensi yang lebih padat
lagi dari Formulasi 2, konsistensi seperti salep, sukar dituang dan homogen.
Hasil ini menunjukkan bahwa dalam pembuatan krim, prosentase bahan-bahan
krim akan mempengaruhi konsistensi krim yang dihasilkan.
Seluruh formulasi yang dibuat memberikan hasil berupa krim dengan tipe
krim minyak dalam air (m/a) yang diketahui dari hasil pemeriksaan tipe krim
yang dilakukan dengan metode pewarnaan. Tipe krim ini mengandung jumlah
komponen air yang lebih banyak dibandingkan dengan komponen minyak.
Krim diberikan pewarna Methylen Blue dan Sudan III dan diperiksa dibawah
mikroskop. Hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa penyebaran warna
biru dari methylen blue dalam krim lebih merata dibandingkan dengan
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penyebaran warna merah Sudan III pada krim. Hasil ini menunjukkan bahwa
krim yang dibuat merupakan krim dengan tipe minyak dalma air (m/a).
D. Hasil Pengujian Krim
a. Pengamatan Organoleptis Krim
Pengujian organoleptis krim bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
perubahan secara organoleptis selama penyimpanan dari minggu ke minggu.
Pengujian organoleptis krim yang dilakukan meliputi pengamatan ada
tidaknya perubahan warna, bau dan perubahan sifat emulsi krim dengan alat
indera, serta pengamatan homogenitas dengan menggunakan alat transparan
yang sesuai selama 8 minggu penyimpanan. Pada pengamatan warna, bau
dan sistem emulsi dilakukan. Hasil pengamatan krim selama 8 minggu dapat
dilihat pada Tabel III.
Tabel III. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim
Pengamatan krim
(minggu)
Formulasi Krim
F1 F2 F3 Bau Warna Tipe
Emulsi Bau Warna Tipe
Emulsi Bau Warna Tipe
Emulsi 1 KK PS M/A KK PS M/A KK PS M/A
2 KK PS M/A KK PS M/A KK PS M/A
3 KK PS M/A KK PS M/A KK PS M/A
4 KK PS M/A KK PS M/A KK PS M/A
5 KK PS M/A KK PS M/A KK PS M/A
6 KK PS M/A KK PS M/A KK PS M/A
7 KK PS M/A KK PS M/A KK PS M/A
8 KK PS M/A KK PS M/A KK PS M/A
Keterangan: F1: Formulasi 1 KK: Khas Bunga Kenanga F2: Formulasi 2 PS: Putih Susu F3: Formulasi 3 M/A: Minyak dalam Air
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengujian homogenitas krim ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel IV. Hasil Uji Homogenitas Krim
Formulasi Pengamatan Krim (minggu) 1 2 3 4 5 6 7 8
F1 - - - - - - - - F2 - - - - - - - - F3 - - - - - - - -
Keterangan: F1: Formulasi 1 (-) : Homogen, tidak ada perubahan F2: Formulasi 2 (+) : Tidak homogen, ada perubahan
F3:Formulasi 3
Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada
warna, bau, sistem emulsi krim dan krim tetap homogen selama pengamatan
8 minggu. Hasil ini menunjukkan bahwa krim susu aromaterapi bunga
kenanga secara organoleptis memiliki stabilitas yang baik
b. Uji Daya Sebar Krim
Pengujian daya sebar menggambarkan kemampuan krim mampu
menyebar saat dioleskan dan kelunakan dari krim. Hasil pengujian daya
sebar krim ditunjukkan pada Tabel V.
Tabel V. Hasil Uji Daya Sebar Krim
Formulasi
Pengamatan daya sebar krim (cm) minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 SD
F1a 5,58± 0,23
5,68± 0,39
5,99± 0,11
5,41± 0,25
6,14± 0,16
5,90± 0,32
5,80± 0,08
5,68± 0,30
±0,23
F2bc 4,89± 0,06
5,16± 0,15
5,02± 0,19
5,03± 0,38
5,34± 0,38
5,29± 0,22
5,31± 0,25
4,93± 0,19
±0,18
F3c 5,25± 0,18
5,07± 0,05
4,88± 0,32
5,18± 0,26
5,75± 0,09
5,00± 0,16
4,71± 0,10
4,49± 0,33
±0,38
Keterangan: F1: Formulasi 1 F3: Formulasi 3 F2: Formulasi 2
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Semakin besar nilai daya sebar krim, menunjukkan bahwa krim tersebut
memiliki konsistensi yang lebih lunak. Data yang diperoleh menunjukkan
bahwa F1 adalah formulasi yang paling lunak dan F3 memiliki konsistensi
yang paling padat diantara ketiga formulasi. Hasil pengujian daya sebar
dapat dilihat pada grafik berikut
Gambar 6. Grafik Uji Daya Sebar Krim Berdasarkan grafik diatas diperlihatkan bahwa F2 mengalami kenaikan
dan penurunan daya sebar yang terkecil dari minggu ke minggu
dibandingkan dengan F1 dan F3. F2 juga diketahui memiliki nilai SD yang
erkecil dibanding dua formulasi lain, yaitu ±0,18, sehingga dapat dikatakan
bahwa F2 memiliki penyimpangan yang paling kecil dari minggu ke
minggu. Analisa selanjutnya dilakukan dengan menguji ada tidaknya
perbedaan daya sebar diantara ketiga formulasi dengan metode ANOVA
one way dengan tingkat kepercayaan 95% dan dengan tes lanjutan (Post
Hoc) Tukey.
Pada tes awal Kolmogorof-Smirnov dan uji homogenitas varian,
diperoleh kesimpulan bahwa data terditribusi normal dan varian sama /
5.586.14
5.68
4.89 5.34 4.935.25
5.75
4.49
01234567
1 2 3 4 5 6 7 8
Uji daya sebar krim
F1
F2
F3daya
seba
r (c
m)
pengamatan minggu ke-
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
homogen dan hasil pengujian ANOVA, diperoleh kesimpulan bahwa ketiga
formulasi memiliki daya sebar yang berbeda signifikan. Uji Post Hoct
Tukey menghasilkan kesimpulan bahwa F2 dan F3 memiliki nilai daya
sebar yang tidak berbeda signifikan, sedangkan antara F1 dengan F2 dan
antara F1 dengan F3 menunjukkan bahwa diantara keduanya memiliki
perbedaan daya sebar yang signifikan. Antara F2 dan F3, F2 lebih dipilih
karena dengan komposisi bahan yang lebih sedikit, mampu memberikan
daya sebar yang tidak berbeda signifikan dengan F3.
Kesimpulan yang dihasilkan pada pengujian ini menunjukkan bahwa
perbedaan perbandingan fase air dan fase minyak memberikan daya sebar
yang berbeda. Hasil pengujian daya sebar memilih F2 sebagai formulasi
yang paling baik, karena formulasi ini memiliki daya sebar yang memiliki
penyimpangan paling kecil dan memiliki daya sebar yang pas. Data di atas
juga menunjukkan bahwa semakin banyak fase air dan semakin sedikit fase
minyak, menghasilkan krimyang lebih lunak pula.
c. Uji Kelengketan Krim
Pengujian kelengketan krim bertujuan untuk mengetahui kemampuan
krim melekat pada kulit. Pengujian kelengketan krim dilakukan dengan
menggunakan beban penarik 20 gram. Pengujian kelengketan krim dapat
dilihat pada Tabel VI.
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel VI. Hasil Uji Kelengketaan Krim
Formu-lasi
Pengamatan Kelengketan krim minggu ke- (detik)
1 2 3 4 5 6 7 8 SD
F1a 1,97±0,58
1,57±0,40
1,83± 0,15
1,20± 0,20
1,23± 0,12
1,53± 0,06
1,27± 0,12
1,63± 0,05
±0,28
F2ab 2,63± 0,12
2,60± 0,20
1,77± 0,06
1,70± 0,10
1,90± 0,10
1,80± 0,10
1,50± 0,10
1,93± 0,05
±0,41
F3b 2,57± 0,12
2,87± 0,12
1,87± 0,12
2,07± 0,15
1,93± 0,06
1,97± 0,58
2,33± 0,58
2,67± 0,37
±0,38
Keterangan: F1: Formulasi 1 F3 : Formulasi 3 F2: Formulasi 2
Data di atas menunjukkan bahwa F3 memiliki nilai kelengketan paling
tinggi dibandingkan dengan formulasi lain. Hasil pengujian kelengketan
dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 7. Grafik Uji Kelengketan Krim
Grafik di atas memperlihatkan bahwa krtiga formulasi masih memiliki
kelengketan yang tidak belum stabil dari minggu ke minggu, dilihat dari
kenaikan dan penurunan grafik yang tidak menenru. Walaupun demikian,
grafik ini menunjukkan bahwa F1 memiliki penurunan dan kenaikan yang
paling kecil dibandingkan dengan F2 dan F3. Hal tersebut ini juga
1.97
1.2 1.53 1.63
2.631.7 1.8 1.93
2.57
2.07 1.97
2.67
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
1 2 3 4 5 6 7 8
Uji Kelengketan Krim
F1
F2
F3kele
ngke
tan
(det
ik)
pengamatan minggu ke-
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diperlihatkan dari nilai penyimpangan terkecil yang dimiliki F1
dibandingkan dua formulasi lain, yaitu ±0,28.
Pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah dengan melakukan uji
ANOVA antara ketiga formulasi, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
yang signifikan diantara ketiga formulasi. Pada pengujian Anova yang
sebelumnya didahului dengan uji Kolmogrof-Smirnov dan uji homogenitas
varian, memberikan kesimpulan bahwa ketiga fomulasi memiliki
kelengketan yang berbeda signifikan. Perbedaan signifikan ini terdapat
diantara F1 dengan F3, sedangkan antara F1 dengan F2 dan F2 dengan F3
tidak memiliki perbedaan kelengketan yang berbeda signifikan.
Kesimpulan pada pengujian ini menunjukkan bahwa perbedaan pada
perbandingan fase air dan fase minyak memberikan kelengketan yang
berbeda pada krim. Pada pengujian kelengeketan ini F2 dipilih diantara
ketiga formulasi karena F2 memiliki kelengketan yang sama dengan F2 dan
F3. Dibandingkan dengan F1, berdasarkan data yang diperoleh, nilai
kelengketan F2 lebih tinggi, sehingga lama penetrasi zat berkhasiat
dapatlebih maksimal. Sedangkan dibandingkan dengan F3, F2 hanya
memerlukan bahan yang lebih sedikit dibnadingkan dengan F3, namun
mampu menghasilkan kelengketan yang tidak berbeda signifikan dengan F3.
Walaupun F2 masih memiliki penyimpanagan yang besar pada pengujian
dari minggu ke minggu, namun hal ini dapat diatasi dengan zat tambahan
yang dapat memperbaiki kestabilan krim.
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Uji pH Krim
Pengujian pH krim bertujuan untuk mengetahui nilai keasaman krim
dan mengetahui apakah pH krim telah sesuai dengan kulit. Hasil pengujian
pH krim yang dilakukan memberikan hasil yang dapat dillihat pada Tabel
VII.
Tabel VII. Hasil Uji pH Krim Formulasi Pengamatan pH krim minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 SD
F1a 7,31± 0,06
7,4± 0,14
7,41± 0,22
7,73± 0,05
7,50± 0,02
7,59± 0,03
7,58± 0,03
7,66± 0,01
±0,14
F2a 7,48± 0,07
7,44 ±0,02
7,40± 0,07
7,33± 0,03
7,61± 0,02
7,68± 0,08
7,50± 0,05
7,32± 0,06
±0,12
F3a 7,59± 0,02
7,4± 0,13
7,23± 0,15
7,21± 0,06
7,58± 0,05
7,78± 0,02
7,40± 0,03
7,40± 0,01
±0,19
Keterangan: F1: Formulasi 1 F3: Formulasi 3 F2: Formulasi 2
Ketiga formulasi memiliki nilai pH antara 7,2 – 7,7 dan nilai pH ini
masih dalam rentang pH kulit yangdipersyaratkan, yaitu antara 5 – 10 (Troy
et al dalam Padmadisastra dkk, 2007). pH krim stearat sendiri bersifat basa
lemah (7,2 - 8,4), namun walaupun pH krim tidak sesuai dengan pH kulit,
reaksi alkalis krim stearat tidak berlebihan dan reaksi alkalis ini dapat
diatasi oleh kulit dengan pengaturan kembali ke pH lingkungan kulit
(Voight, 1994). Grafik pengujian pH dapat dilihat di bawah ini.
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 8. Grafik Uji pH Krim
Pada grafik di atas memperlihatkan bahwa ketiga formulasi masih
mengalami penurunan dan kenaikan yang tidak menentu pada minggu –
minggu pengamatan. Dilihat dari penyimpangan yang terjadi, F2 memiliki
nilai penyimpangan (SD) yang paling kecil dibandingkan dengan F1 dan F3,
yaitu ±0,12. Penurunan dan kenaikan pH yang tidak menentu pada krim ini
dapat diatasi dengan penambahan zat yang mampu mengatur nilai pH,
seperti dengan penambahan penstabil dan larutan penyangga.
Data yang diperoleh ini selanjutnya dilakukan uji ANOVA untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai pH diantara ketiga formulasi
dengan diawali tes Kolmogorof -Smirnov dan tes homogenitas varian. Pada
tes Kolmogorof Smirnov dan tes homogenitas varian, diperoleh hasil bahwa
data terdistribusi normal dan memiliki varian yang sama. Hasil tes ANOVA
yang dilakukan menunjukkan bahwa ketiga formulasi memiliki nilai pH
yang tidak berbeda signifikan, sehingga tidak perlu lagi dilakukan tes
lanjutan Tukey. Kesimpulan yang diperoleh pada pengujian ini adalah
126.67106.67
103.33
203.33 173.33
153.33
216.67
183.33160,00
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8
Uji pH Krim
F1
F2
F3
pH
pengamatan minggu ke-
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ketiga formulasi masih belum memiliki pH yang stabil selama masa
penyimpanan dan perbedaan pada formulasi krim tidak memberikan
perbedaan yang signifikan pada nilai pH. Pengujian pH ini, dipilih F2
sebagai formulasi yang paling baik, karena memiliki nilai penyimpangan
yang paling kecil dan formulasi ini menghasilkan krim dengan nilai pH
memenuhi rentang pH kulit.
e. Uji Viskositas
Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan krim. Hasil
pengujian viskositas yang dilakukan selama 8 minggu adalah sebagai
berikut:
Tabel VIII. Hasil Uji Viskositas Krim
viskositas Percobaan minggu ke- (d-Pas)
formulasi Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 5 Mg 6 Mg 7 Mg 8 SD
F1a 126,67± 5,77
116,67± 5,77
116,67± 5,77
106,67± 2,89
106,67± 2,89
100,00± 0,00
105,00± 5,00
103,33± 5,77
±8,93
F2bc 203,33± 5,77
183,33± 5,77
180,00± 0,00
173,33± 5,77
168,33± 2,88
163,33± 5,77
155,00± 5,00
153,33± 5,77
±16,15
F3c 216,67± 5,77
199,67± 5,77
203,33± 5,77
183,33± 5,77
166,67± 5,77
170,00± 10,00
165,00± 5,00
160,00± 10,00
±21,09
Keterangan: F1: Formulasi 1 F2: Formulasi 2 F3: Formulasi 3
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 9. Grafik Uji viskositas Krim
Grafik di atas menunjukkan bahwa ketiga formulasi memiliki
penurunan dan kenaikan yang tidak terlalu tinggi. F1 diketahui memiliki
penyimpangan paling kecil, yaitu ±8,93 dan disusul oleh F2, yaitu ±16,15.
Nilai viskositas ini berhubungan juga dengan konsistensi formulasi
krim, yaitu F1 yang merupakan krim dengan konsistensi paling lunak
memiliki viskositas paling rendah, dan F3 yang merupakan krim dengan
konsistensi paling padat memiliki nilai viskositas yang paling tinggi.
Ketiga krim selanjutnya diuji ANOVA untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan diantara ketiga krim. Pada pengujian Kolmogrof-Smirnov dan
homogenitas varian, diketahui bahwa data terdistribusi normal dan ketiga
formulasi memiliki varian yang sama. Uji ANOVA menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan viskositas yang signifikan diantara ketiga formulasi. Uji
lanjutan Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan viskositas
signifikan antara F1 dengan F2 dan F1 dengan F3, sedangkan antara F2
dengan F3 tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari pengujian
126.67106.67 103.33
203.33 173.33
153.33
216.67
183.33160,00
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8
Uji Viskositas Krim
F1
F2
F3
pengamatan minggu ke-
visk
osita
s (d
-Pas
)
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ini menunjukkan bahwa ketiga formulasi kenaikan dan penurunan viskositas
dari minggu ke minggu pengamatan, walaupun dalam jumlah kecil.
Pengujian ini memilihF2 sebagai formulasi yang paling baik. Dibandingkan
dengan F1, F2 memiliki nilai viskositas yang lebih tinggi, sehingga nilai
kelengketan dan lama penertasi krim pun lebih tinggi, walaupun
penyimpangan F1 lebih kecil dari F2 selama pengujian. Nilai viskositas F2
sendiri juga mendekati nilai viskositas optimum sediaan yang dapat diterima
untuk pengeluaran lewat tube, yaitu 200 d-Pas (Lachman et al, 1994).
Dibandingkan dengan F3, F2 lebih ekonomis karena dengan komposisi
berbeda, mampu menghasilkan nilai viskositas yang sama dengan F3.
Pengujian ini juga menunjukkan bahwa perbedaan formulasi akan
mempengaruhi terhadap viskositas krim. Semakin banyak fase minyak dan
semakin sedikit fase air akan menghasilkan krim dengan viskositas yang
tinggi.
f. Hasil Uji Kesukaan dan Iritasi
Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar respon
penerimaan suatu produk di masyarakat. Uji kesukaan dilakukan terhadap
20 responden, dan diperoleh hasil:
Gambar 10. Diagram Uji Kesukaan Krim
0
20
40
60
formulasi 1formulasi 2formulasi 2
uji kesukaan
kesukaanpers
enta
se(%
)
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penilaian kesukaan didasarkan atas kenyamanan dan kesukaan
responden terhadap ketiga formulasi krim saat dioleskan. Hasil pengujian
ini memperlihatkan bahwa 45% responden memilih F1 sebagai krim yang
paling disukai.
Uji iritasi dilakukan untuk mengetahui apakah krim yang diuji dapat
menimbulkan reaksi, seperti gatal, merah atau panas pada kulit responden.
Hasil tes uji iritasi diperoleh hasil:
Hasil tes iritasi menunjukkan bahwa pada penggunaan krim F1
95% responden tidak menimbulkan reaksi iritasi dan 5% responden
menunjukkan reaksi iritasi, seperti gatal atau panas. Pada F2 dan F3, 90%
responden menunjukkan tidak adanya reaksi, dan 10% menunjukkan reaksi.
Reaksi ini kemungkinan timbul karena sifat kulit dan sensifitas kulit
responden satu dan lainnya tidak sama. Walaupun demikian, reaksi iritasi
yang timbul berlangsung tidak lama, hanya beberapa saat setelah krim
dioleskan. Reaksi ini kemungkinan juga akibat perbedaan pH kulit dengan
krim, seperti yang dijelaskan sebelumnya serta karena sensifitas kulit
0
20
40
60
80
100
formulasi 1 formulasi 2 formulasi 2
uji iritasi
tidak iritasi
iritasipers
enta
se
(%)
Keterangan: F1: Formulasi 1 (-) : Tidak ada reaksi iritasi F2: Formulasi 2 (+) : Terdapat reaksi iritasi F3: Formulasi 3 berupa merah, gatal atau panas Gambar 11. Diagram Uji Iitasi Krim
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
responden yang berbeda satu sama lain. Kesimpulan pada pengujian
kesukaan dan iritasi ini, bahwa F1 adalah formulasi yang paling disukai dan
memberikan reaksi iritasi yang paling rendah dibandingkan dengan F2 dan
F3.
Hasil dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa minyak aromaterapi
bunga kenanga dapat dibuat menjadi suatu sediaan krim susu yang secara
organoleptis memberikan hasil yang stabil. Sedangkan hasil beberapa pengujian
krim menunjukkan bahwa F2 adalah formulasi yang paling baik pada beberapa
pengujian berbadasarkan analisa dan pertimbangan yang dilakukan, walaupun
masih memiliki penyimpangan yang tinggi pada beberapa pengujian. Pada
pengujian kesukaan dan iritasi sendiri, F1 adalah formulasi yang paling banyak
dipilih. Hasil ini menunjukkan bahwa krim yang banyak disukai oleh responden
kurang memenuhi pada beberapa pengujian krim, oleh karenanya perlunya
dilakukan pengembangan formulasi ulang (reformulasi), sehingga dapat diperoleh
krim yang memenuhi persyaratan dan disukai oleh responden. Pengembangan ini
dapat dilakukan dengan memberikan zat tambahan atau mengganti beberapa
bahan untuk mendapatkan krim dengan formulasi yang baik dan disukai
masyarakat.
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Minyak aromaterapi bunga kenanga dapat diformulasikan menjadi krim
minyak aromaterapi bunga kenanga dengan menggunakan basis krim susu.
2. Adanya perbedaan pada perbandingan fase air dan minyak dalam krim susu
aromaterapi minyak bunga kenanga berpengaruh pada sifat fisik krim dan
stabilitas krim.
3. Pengujian sifat fisik krim menunjukkan bahwa Formulasi 2 (F2) adalah
formulasi yang paling baik dibandingkan dengan dua formulasi lain,
sedangkan pada pengujian kesukaan dan iritasi, Formulasi 1 (F1) adalah
formulasi yang paling banyak disukai, yaitu 45% dan memberikan reaksi
iritasi yang paling kecil dibanding dua formulasi lain, yaitu 95%.
B. SARAN
Penulis menyarankan untuk dilakukan pengembangan formulasi untuk
menghasilkan krim yang memenuhi persyaratan dan juga disukai tanpa
memberikan reaksi iritasi pada responden ataupun melakukan penelitian
dengan minyak bunga kenanga dalam bentuk sediaaan lain.
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user