Upload
others
View
31
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
FORMULASI LIP CREAM EKSTRAK ETANOL KULIT
BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)
SEBAGAI PEWARNA ALAMI
SKRIPSI
Oleh :
DIANA TRI UTAMI
1501196177
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FORMULASI LIP CREAM EKSTRAK ETANOL KULIT
BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)
SEBAGAI PEWARNA ALAMI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Program Studi S1 Farmasi dan
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm)
Oleh :
DIANA TRI UTAMI
1501196177
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Formulasi Lip Cream Ekstrak Etanol Kulit
Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
Sebagai Pewarna Alami
Nama Mahasiswa : Diana Tri Utami
Nomor Induk Mahasiswa : 1501196177
Minat Studi : S1 Farmasi
Medan,....................
Menyetujui :
Komisi Pembimbing :
Pembimbing I
(Adek Chan S.Si.,M.Si., Apt)
Pembimbing II
(Loura Novilia S.Farm., M.Si., Apt)
Mengetahui:
Dekan Fakultas Farmasi Dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan
(Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt)
NIDN. 0125096601
Telah di Uji pada Tanggal :
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Adek Chan, S.Si, M.Si, Apt
Anggota : 1. Loura Novilia, S.Farm, M.Si, Apt.
2. Vivi Eulis Diana, S.Si, M.E.M, Apt,
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Umum Institut Kesehatan Helvetia Medan.
2. Skripsi ini murni adalah gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri
tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan bimbingan dan masukan tim
penguji.
3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Medan,
Yang membuat pernyataan
Diana Tri Utami
1501196177
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
Nama : Diana Tri Utami
Tempat/Tanggal Lahir : Singkohor, 08 Oktober 1997
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 3 dari 3 bersaudara
II. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Sutarno
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama ibu : Suparni
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Singkohor Kecamatan Singkohor
Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh
III. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2003-2009 : SD Negeri 1 Singkohor
2. Tahun 2009-2012 : SMP Negeri 1 Singkohor
3. Tahun 2012-2015 : SMA Negeri 1 Singkohor
4. Tahun 2015-2019 : S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan
i
ABSTRAK
FORMULASI LIP CREAM EKSTRAK ETANOL KULIT
BUAH NAGA MERAH (Hylocereuspolyrhizus)
SEBAGAI PEWARNA ALAMI
Diana Tri Utami 1501196177
Lip Cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir
dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan nilai estetika dalam tata
rias wajah. Salah satu contoh yang dapat dijadikan pewarna alami adalah kulit
buah naga merah (Hylocereu spolyrhizus) karena mengandung pigmen betasianin
yang berfungsi sebagai pigmen warna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ekstrak kulit buah naga merah dapat diformulasikan dalam sediaan Lip cream dan
untuk mengetahui semakin meningkatnya variasi konsentrasi ekstrak kulit buah
naga merah mempengaruhi parameter uji Lip cream.
Metode penelitian dilakukan secara eksperimental, kulit buah naga merah
diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Dibuat
dalam lima formula sediaan lip cream dengan konsentrasi F0 (0%), F1 (10%), F2
(20%), F3 (30%), F4 (40%) dilakukan pengujian meliputi uji pemeriksaan mutu
fisik dan panelis.
Hasil penelitian uji pemeriksaan mutu fisik sediaan lip cream untuk
seluruh sediaan memiliki aroma oleum vanila dengan tekstur halus, F0 memiliki
warna putih, F1 dan F2, warna coklat muda soft, F3 dan F4 warna coklat tua.
Sediaan memiliki susunan yang homogen, pH rata-rata 4,0-4,1, sediaan F3 dengan
daya oles yang baik, tidak menimbulkan iritasi dan konsentrasi yang banyak
disukai.
Kesimpulan ekstrak kulit buah naga merah dapat digunakan sebagai
pewarna dalam formulasi lip cream. variasi konsentrasi pewarna ekstrak kulit
buah naga merah yang digunakan dalam formulasi menghasilkan perbedaan
intensitas warna sediaan lip cream yang dibuat secara visual.
Kata kunci : Lip Cream, Ekstrak Kulit Buah Naga Merah, Pewarna Alami.
ii
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Lip Cream
Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai
Pewarna Alami” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program studi Sarjana Farmasi di Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Selama Proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dr.dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Kes., M.Sc., selaku Ketua Pembina
Yayasan Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes., selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan.
3. Drs. H. Ismail Efendi, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
4. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
5. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi S1 Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia Medan. Sekaligus Dosen Pembimbing I yang
memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini.
6. Loura Novilia, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
7. Vivi Eulis Diana S.Si., M.EM., Apt selaku Penguji yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun dalam
penyempurnaan skripsi.
8. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut
Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
serta bimbingan kepada penulis selama pendidikan.
9. Seluruh panelis yang telah bersedia membantu dan meluangkan waktu
dalam pengisian kuisioner.
10. Teristimewa peneliti mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua,
Ayahanda Alm. Sutarno, Ibunda Suparni, kakak tercinta Naning Winarsih,
Nanik Sugiastuti, S.E, dan mamas tersayang Cholik Indriyanto, S.Kom
yang memberikan bimbingan, dorongan, semangat serta doa kepada
peneliti, baik secara moral maupun secara material sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian.
11. Geng ulalah, Junia Elviangraini, Karina Putri N. Lase, Putri Simanjutak,
Reinisa, Putra Deyu Perdana Daulay, Geng batak, Kiki Megayanti R.
Sihombing, Ramot Mayanti Siagian, Lia Ayu Nara, Mesva Ferdianti
sibarani, Indah Sinuraya yang telah membantu dan memberi dukungan
selama proses penelitian dan pembuatan skripsi.
iv
12. Seluruh teman-teman angkatan 2015 Program Studi S1 Farmasi yang telah
membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari baik dari segi penggunaan bahasa, cara menyusun skripsi
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh Karena itu dengan segala kerendahan hati,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan,
Penulis
Diana Tri Utami
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 7
1.3. Hipotesis ................................................................................. 7
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................. 7
1.5. Manfaat Penelitian................................................................. 8
1.6. Kerangka Konsep .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 9
2.1. Tanaman Buah Naga ............................................................. 9
2.1.1. Sejarah Tanaman Buah Naga .......................................... 9
2.1.2. Klasifikasi Tanaman ...................................................... 10
2.1.3. Deskripsi Tanaman ......................................................... 11
2.1.4. Morfologi Tanaman ........................................................ 12
2.1.5. Jenis-jenis Buah Naga ..................................................... 13
2.1.6. Kandungan Tanaman Buah Naga .................................... 14
2.1.7. Khasiat Tanaman Buah Naga .......................................... 14
2.1.8. Kulit Buah Naga Merah .................................................. 15
2.1.9. Kandungan Gizi Kulit Buah Naga Merah ........................ 15
2.1.9.1. Zat Pewarna ........................................................ 16
2.1.9.2. Jenis Zat Warna .................................................. 16
2.1.9.3. Betasianin ........................................................... 17
2.2. Ekstrak ................................................................................... 18
2.2.1. Pengertian Ekstrak .......................................................... 18
2.2.2. Ekstraksi ......................................................................... 18
2.3. Kosmetika .............................................................................. 20
2.3.1. Penggolongan Kosmetika................................................ 20
2.3.2. Kosmetika Dekoratif ....................................................... 22
vi
2.4. Bibir ....................................................................................... 23
2.5. LipCream (Krim Bibir) ......................................................... 23
2.6. Komponen Lip Cream ........................................................... 24
2.7. Komposisi Standar Lip Cream ............................................. 26
2.8. Komposisi Bahan Lip Cream ................................................ 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 33
3.1. Jenis Penelitian ...................................................................... 33
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 33
3.2.1. Waktu Penelitian............................................................. 33
3.2.2. Tempat Penelitian ........................................................... 33
3.3. Sampel .................................................................................... 33
3.3.1. Kriteria Sampel ............................................................... 34
3.4. Alat dan Bahan ...................................................................... 34
3.4.1. Alat................................................................................. 34
3.4.2. Bahan ............................................................................. 34
3.5. Prosedur Penelitian ............................................................... 34
3.5.1 Determinasi Tanaman ...................................................... 34
3.5.2 Pembuatan Simplisia ....................................................... 35
3.5.3 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (EKBNM) .. 35
3.5.4 Formulasi Sediaan Lip Cream .......................................... 36
3.5.4.1 Formula Standard Lip Cream ................................ 36
3.5.4.2 Formula Sediaan LipCream Menggunakan
Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga .......................... 36
3.5.5 Prosedur Pembuatan LipCream ........................................ 37
3.6. Pemeriksaan Karakteristik Sediaan LipCream .................... 37
3.6.1 Pemeriksaan Organoleptik ............................................... 37
3.6.2 Pemeriksaan Homogenitas .............................................. 38
3.6.3 Penentuan pH Sediaan ..................................................... 38
3.6.4 Uji Oles ........................................................................... 38
3.6.5 Uji Iritasi ......................................................................... 39
3.6.6 Uji Kesukaan ................................................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 42
4.1 Hasil ......................................................................................... 42
4.1.1 Hasil Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah ........................... 42
4.1.2 Hasil Formulasi Sediaan LipCream .................................. 43
4.1.3 Hasil Pemeriksaan Organoleptis....................................... 43
4.1.4 Hasil Pemeriksaan Homogenitas ...................................... 44
4.1.5 Hasil Pemeriksaan pH ...................................................... 44
vii
4.1.6 Hasil Uji Daya Oles ......................................................... 45
4.1.7 Hasil Uji Iritasi ................................................................ 45
4.1.8 Hasil Uji Kesukaan .......................................................... 46
4.2Pembahasan .............................................................................. 46
4.2.1 Pemeriksaan Organoleptis ................................................ 47
4.2.2 Pemeriksaan Homogenitas ............................................... 48
4.2.3 Pemeriksaan pH ............................................................... 48
4.2.4 Uji Daya Oles .................................................................. 49
4.2.5 Uji Iritasi ......................................................................... 50
4.2.6 Uji Kesukaan ................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 51
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 51
5.2 Saran ........................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 52
LAMPIRAN ................................................................................................ 55
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konsep ................................................................... 8
Gambar 2.1 Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereuspolyrhizus) .............. 10
Gambar 2.2. Kulit Buah Naga Merah (Hylocereuspolyrhizus) .................... 15
ix
DAFTAR TABEL
Gambar Judul Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Kulit Buah Naga Merah.................................... 15
Tabel 3.1 Formula Standar Lip Cream ........................................................ 36
Tabel 3.2 Formula Sediaan Lip Cream Menggunakan Ekstrak Etanol
Kulit Buah Naga ......................................................................... 36
Tabel 3.3 Pemeriksaan Organoleptik .......................................................... 37
Tabel 3.4 Kuisioner Uji Kesukaan ............................................................. 40
Tabel 3.5 Uji Kesukaan .............................................................................. 41
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Berat Ekstrak Etanol Kulit Buah
Naga Merah ................................................................................ 42
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Organoleptis Sediaan Lip Cream ................... 43
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Lip Cream .................. 44
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran pH sediaan Lip Cream .................................... 44
Tabel 4.5 Hasil Uji Daya Oles Sediaan Lip Cream ..................................... 45
Tabel 4.6 Hasil Uji Iritasi Sediaan Lip Cream ............................................ 45
Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Uji Kesukaan Sediaan Lip Cream ................... 46
x
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar Judul Halaman
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian .......................................................... 55
Lampiran 2. Uji Homogenitas .................................................................... 59
Lampiran 3. Uji Oles .................................................................................. 61
Lampiran 4. Uji pH .................................................................................... 62
Lampiran 5. Uji Iritasi ................................................................................ 64
Lampiran 6. Bagan Proses Pembuatan Simplisia Kulit Buah NagaMerah ... 67
Lampiran 7. Bagan Proses Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah .................... 68
Lampiran 8. Bagan Pembuatan LipCream .................................................. 69
Lampiran 9. Tabel Kuesioner Uji Kesukaan .............................................. 70
Lampiran 10. Lembar Surat Determinasi Herbarium Medanense
Universitas Sumatera Utara ................................................... 72
Lampiran 11. Lembar Ethical Clearance ...................................................... 73
Lampiran 12. Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ..................................... 74
Lampiran 13. Lembar Bimbingan Proposal (Dosen Pembimbing 1) ............. 75
Lampiran 14. Lembar Bimbingan Proposal (Dosen Pembimbing 2) ............. 76
Lampiran 15. Lembar Persetujuan Revisi (Proposal) .................................... 77
Lampiran 16. Lembar Bimbingan Skripsi (Dosen Pembimbing 1) ............... 78
Lampiran 17. Lembar Bimbingan Skripsi (Dosen Pembimbing 2) ................ 79
Lampiran 18. Lembar Persetujuan Revisi (Skripsi) ...................................... 80
Lampiran 19. Surat Izin Penelitian ............................................................... 81
Lampiran 20. Surat Balasan Penelitian ......................................................... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia sudah mengenal kosmetik sejak berabad-abad yang lalu. Pada
abad ke-19 pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu sebagai
kecantikan dan kesehatan (1). Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani)
yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri
ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang
kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan
untuk maksud meningkatkan kecantikan (2).
Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan
pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian
luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,
mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit (3). Ilmu yang mempelajari kosmetik disebut
“kosmetologi”, yaitu ilmu yang berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan,
aplikasi penggunaan, efek samping kosmetika. Dalam kosmetologi berperan
displin ilmu terkait yaitu: teknik kimia, farmakologi, farmasi, biokimia,
mikrobiologi, ahli kecantikan dan dermatologi. Dalam disiplin ilmu dermatologi,
yang menangani khusus pernanan kosmetika disebut “dermatologi kosmetik”
(cosmetic dermatology) (2).
2
Food and Drug Administration (FDA), mendefinisikan produk kosmetik
sebagai produk yang dimaksudkan untuk digunakan pada tubuh manusia untuk
membersihkan, mempercantik, mempromosikan daya tarik atau mengubah
penampilan, mempengaruhi struktur atau fungsi tubuh. Produk kosmetik
umumnya dibuat dari bahan atau zat aktif dan zat aditif (bahan tambahan). Bahan
suatu produk kosmetika dapat berasal dari tumbuhan, hewan, sintetik kimiawi,
mikroba hingga jaringan atau organ tubuh manusia (4).
Menurut kepala badan pengawas obat dan makanan republik indoesia
nomor 19 tahun 2015 tentang persyaratan teknis kosmetika bahwa kometika yang
beredar harus memenuhi persyaatan teknis, meliputi persyaratan keamanan,
kemanfaatan, mutu, penandaan dan klaim. Penandaan adalah setiap informasi
mengenai kosmetika yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau
bentuk lain yang disertakan pada kosmetika, dimasukkan kedalam, ditempelkan
pada, atau merupakan bagian kemasan, serta yang dicetak langsung pada produk
kosmetika. Klaim adalah pernyataan pada penandaan dan iklan berupa informasi
mengenai manfaat, keamanan dan/atau pernyataan lain terkait kosmetika (5).
Adapun syarat-syarat yang sudah ditetapkan tentang kosmetika adalah
sebagai berikut (6):
1. Kosmetika harus memenuhi persyaratan keamanan dan kemanfaatan yang
dibuktikan melalui uji dan/atau referensi empiris atau ilmiah lain yang
relevan.
3
2. Kosmetika yang mencantumkan klaim kemanfaatan harus mengacu pada
pedoman klaim kosmetika yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan ini.
Kebutuhan setiap orang akan kosmetik berbeda-beda. Namun, bisa
dipastikan setiap harinya banyak orang menggunakan produk kosmetik. kosmetik
telah dipercaya sebagai alat pemercantik, baik kaum laki-laki maupun perempuan
di seluruh penjuru dunia. Penggunaan kosmetik ini mulai dari produk-produk
kosmetik tradisional hingga kosmetik modern (7).
Berdasarkan manfaat kosmetika, kosmetik terbagi atas yaitu: 1)
pemeliharaan dan perawatan kulit; 2) pembersih; 3) pelembab; 4) pelindung; 5)
Penipisan; 6) rias atau dekoratif; 7) wangi-wangian (parfum); 8) kosmetik medik
(2). Kosmetik dekoratif (make-up) berfungsi mempercantik penampilan dan
menutupi kekurangan dari wajah (8). Berdasarkan bagian tubuh yang dirias,
kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi: Kosmetika rias kulit wajah, kosmetika
rias bibir, kosmetika rias rambut, kosmetika rias mata, dan kosmetika rias kuku.
Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu: a) Lipstick dan Lip crayon; b)
Krim bibir (Lip cream) dan pengkilap bibir (Lip gloss); dan c) Penggaris bibir
(Lip liner) dan Lip sealers (2).
Lip cream (krim bibir) banyak diminati oleh konsumen karena dapat
melembabkan bibir dalam waktu yang lama dibandingkan dalam bentuk padat,
serta menghasilkan warna yang lebih merata pada bibir (9). Krim bibir digunakan
pada keadaan udara terlalu kering, umpamanya musim dingin atau terlalu panas
untuk mencegah penguapan air dari sel epitel mukosa bibir. Krim bibir biasanya
4
dibuat dengan mengurangi jumlah liin dan menambah minyak serta memakai lilin
yang lebih rendah titik leburnya (2).
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, sehingga lebih peka di
bandingkan kulit lainnya, karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan
yang digunakan untuk sediaan pewarna bibir, terutama dalam hal memilih zat
warna yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan tersebut (10). Bibir
setiap orang apapun warna kulitnya, berwarna merah. Warna merah disebabkan
warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Pada
bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan satu
lapisan tipis dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih mudah luka dan
mengalami pendarahan (11).
Dalam daftar lampiran Public warning/Peringatan No.KH.00.01.432.6081
tanggal 1 Agustus 2017 tentang kosmetika mengandung bahan berbahaya dan zat
warna yang di larang tercantum bahwa bahan pewarna merah K.10 (Rhodamin B)
(12). Rhodamin B merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal,
berwarna hijau atau ungu kemerahan digunakan sebagai zat warna untuk kertas,
tekstil, wool, dan sebagai reagnesia untuk analisis antimon, kobalt, bismut, dan
lain-lain. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan
dapat menyebabkan gangguan fungsi hati (13).
Penggunaan pewarna alami dalam formulasi Lip cream merupakan salah
satu solusi untuk menghindari penggunaan pewarna sintetik yang berbahaya.
Pewarna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan,
atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini sejak dahulu telah digunakan
5
untuk pewarna makanan dan sampai sekarang penggunaanya secara umum di
anggap lebih aman daripada zat warna sintetik (14).
Seiring dengan perkembangan gaya hidup back to nature, maka zat warna
alami mulai menjadi pilihan untuk menghindari penggunaan pewarna sintetik
yang berbahaya. Salah satu pewarna alami yang potensial untuk dikembangkan
adalah betasianin yang berasal dari buah naga merah (Hylocereus polyrhizus).
Buah naga merah mengandung betasianin yang berfungsi sebagai antioksidan dan
pewarna alami (15).
Kulit buah naga merah yang masih jarang dimanfaatkan masih
mengandung antioksidan yang cukup tinggi untuk melawan oksidasi di dalam
tubuh. Selain itu kulit buah naga merah juga dapat dipakai sebagai bahan dasar
beragam pangan dan kosmetik (16). Kandungan yang tedapat dalam kulit buah
naga adalah flavanoid, dietary fiber, fenolik, dan zat warna betasianin (17).
Zat warna betasianin termasuk golongan betalain yang larut dalam air dan
pelarut organik yang tidak bebas air serta tidak larut dalam pelarut organik murni
(17). Betasianin adalah pigmen tumbuhan yang memberikan warna merah
keunguan pada bagian daun dan buah (18). Betasianin merupakan salah satu zat
warna yang dapat dimanfaatkan sebagai zat warna alami untuk pangan dan
sebagai alternatif pengganti zat warna sintetik karena memiliki warna yang
menarik, mudah larut dalam air, dan mempunyai aktifitas antioksidan yang tinggi
sehingga lebih aman untuk tubuh apabila dikonsumsi (17).
6
Pada penelitian sebelumnya Mahrini et. al (2017) “Formulasi
Nanopartikel Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Sebagai Zat
Warna Sediaan Lipstik” Zat warna alami makin dibutuhkan keberadaannya karena
dianggap lebih aman dibanding dengan pewarna sintetik. Tanaman buah naga
merah mengandung betasianin yang memberikan warna merah pada buah naga
dan berfungsi sebagai antioksidan alami. Antioksidan diperlukan dalam formulasi
sediaan pewarna bibir untuk mencegah teroksidasinya lemak dari basis yang dapat
menyebabkan bau tengik pada sediaan (11).
Berdasarkan penelitian dahulu Putri, A.S (2016) “Formulasi Lipstik
Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Sebagai Pewarna Alami
Dengan Variasi Minyak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lipstik ekstrak
kulit buah naga merah dengan konsentrasi 35% memiliki warna yang lebih banyak
menempel dikulit dibanding dengan konsentrasi 15%.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan membuat zat warna dari
kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai pewarna untuk sediaan Lip
cream. Dilakukan ekstraksi pewarna kulit buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus) yang kemudian dilanjutkan dengan formulasi sediaan Lip cream
menggunakan zat warna tersebut.
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan zat warna kulit buah naga
sebagai pewarna alami pada formulasi Lip cream. Selanjutnya Lip cream akan
dianalisis kualitas fisiknya secara organoleptis dan fisik, berupa, uji oles,
homogenitas, pH, dan uji kesukaan. Uji iritasi dilanjutkan untuk memastikan
7
keamanan penggunaan lipstik dengan zat warna dari ekstrak kulit buah naga
merah (8).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. apakah ekstrak kulit buah naga merah dapat diformulasikan dalam sediaan
Lip cream?
2. apakah semakin meningkatnya variasi konsentrasi ekstrak kulit buah naga
merah mempengaruhi parameter uji Lip cream?
1.3. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis pada penelitian ini
adalah:
1. ekstrak kulit buah naga merah dapat diformulasikan dalam sediaan Lip
cream.
2. semakin meningkatnya variasi konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah
mempengaruhi parameter uji Lip cream.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. untuk mengetahui ekstrak kulit buah naga merah dapat diformulasikan
dalam sediaan Lip cream.
3. untuk mengetahui semakin meningkatnya variasi konsentrasi ekstrak kulit
buah naga merah mempengaruhi parameter uji Lip cream.
8
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah untuk memberikan informasi tentang
pemanfaatan kulit buah naga merah sebagai pewarna alami yang menjadi
alternatif pada formula Lip cream.
1.6. Kerangka Konsep
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1
Variabel bebas Variabel terikat Parameter
Gambar 1.1. Kerangka Konsep
Ekstrak Kulit Buah
Naga Merah
(Hylocereus
polyrhizus)
(EEKBNM)
0%, 30%, 40%
Pemeriksaan
Organoleptik
Penentuan pH
Uji Oles
Uji Iritasi
Uji Kesukaan
Pemeriksaan
Homogenitas
Aroma. Warna, Tekstur
Ada/tidaknya partikel
kasar
pH kulit 4,0-6,5
Warna yang intensif,
merata dan homogen
Iritasi, Kulit kemerahan,
kulit gatal-gatal dan
kulit bengkak
Sangat suka. Suka,
kurang suka, tidak suka
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Buah Naga
2.1.1. Sejarah Tanaman Buah Naga
Buah naga telah lama dikenal oleh rakyat Tionghoa kuno sebagai buah
yang membawa berkah. Biasanya buah naga diletakkan diantara patung naga di
altar. Sebenarnya tanaman ini bukan tanaman asli daratan Asia, tetapi merupakan
tanaman asal Meksiko dan Amerika Selatan bagian utara (Colombia) (19).
Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke
Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Cina buahnya
dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara
dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Warna merah buah terlihat
mencolok diantara warna naga-naga yang hijau (20).
Perkembangan tanaman ini sangat lambat, padahal kondisi iklim Indonesia
sangat mendukung untuk pengembangan tanaman ini (21). Tanaman ini
dikembangkan di Indonesia sekitar tahun 2001, daerah pertama kali menanam
tanaman ini adalah daerah Pasuruan ke arah Tosari, daerah Desa Pohgading,
Kecamatan Pasrepan (19). Beberapa tahun terakhir ini, setelah diketahu bahwa
buah naga berkhasiat obat, usaha budidaya buah naga terus dilakukan karena
sangat menguntungkan (21).
10
2.1.2. Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi botani dan gambar dari tanaman buah naga merah (22)
Kerajaan : Plantae
Subkerajaan : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Hamamelidae
Bangsa : Caryophyllales
Suku : Cactaceae
Marga : Hylocereus
Jenis : Hylocereus polyrhizus
Gambar 2.1 Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
11
2.1.3. Deskripsi Tanaman
Buah naga termasuk kedalam tanaman kaktus. Penduduk Meksiko
menyebut buah naga dengan pitaya roja atau pitaya merah. Nama buah naga atau
dragon fruit mungkin disebabkan buah ini memiliki warna merah menyala dan
memiliki kulit dengan sirip hijau yang mirip dengan sosok naga dalam imajinasi
di negara Cina. Dulu masyarakat Cina kuno sering menyajikan buah ini dengan
meletakkan diantara dua ekor patung naga diatas meja altar dan dipercaya akan
mendatangkan berkah (19).
Kultivar aslinya tanaman ini berasal dari hutan teduh. Cara
perkembangbiakan tanaman ini bisa dengan stek atau semai biji. Paling cocok
ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 0-350 m diatas permukaan laut dengan
kondisi tanah yang gembur, porous (tidak becek), banyak mengandung bahan
organik dan banyak mengandung unsur hara, pH tanah 6,5-7, cukup sinar
matahari dengan intensitasi sekitar 70-80% dan bersuhu antara 26-36ºC (23).
Tanaman mulai berbunga dan berbuah setelah umur 1,5-2 tahun.
Pemanenan buah dilakukan saat mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga
mekar. Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah yang memiliki
ciri-ciri warna kulit merah mengkilap, jumbai/sisik berubah warna dari hijau
menjadi kemerahan. Pemetikan buah naga dilakukan dalam jangka waktu lima
hari supaya buah tidak merekah di pokok. Buah dipotong tangkainya dengan
menggunakan pisau atau gunting (19).
12
2.1.4. Morfologi Tanaman
Secara morfologi, tanaman buah naga termasuk tanaman tidak lengkap
karena tidak memiliki daun. Morfologi tanaman buah naga terdiri dari akar,
batang, bunga, buah dan biji (23).
1. Akar
Perakaran buah naga bersifat epifit, merambat dan menempel pada
tanaman lain. Perakaran buah naga dikatakan dangkal, saat menjelang
produksi hanya mencapai kedalaman 50-60cm, mengikuti perpanjangan
batang berwarna cokelat yang ada didalam tanah.
2. Batang
Batang buah naga berwarna hijau kebiru-biruan atau keunguan. Batang
berbentuk siku atau segitiga dan mengandung air dalam bentuk lendir dan
berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Pada batang dan cabang tanaman ini
tumbuh duri-duri yang keras dan pendek. Letak duri pada siku-siku batang
maupun cabang dan terdiri 4-5 buah duri setiap titik tumbuh.
3. Bunga
Bunga buah naga berbentuk corong atau lonceng dan berukuran panjang
35 cm dan lebar 22,5 cm ketika kembang. Kuncup bunga keluar dari segi
batang pada bagian atas duri. Warna dibagian pangkal bunga hijau, bagian
tengah kuning kehijauan dan bagian ujung putih. Bunga akan mekar pada
sore hari, setelah mekar mahkota bunga bagian dalam putih bersih dan
didalamnya terdapat benang sari berwarna kuning dan akan mengeluarkan
bau harum.
13
4. Buah
Buah berbentuk bulat panjang dan biasanya terletak mendekati ujung
cabang atau batang. Kulit buah tebal sekitar 1-2 cm dan pada permukaan
kulit buah terdapat sirip atau jumbai berukura 2 cm. Kulit mudah dikupasa
serta mengeluarkan cairan warna yang melekat pada tangan. Biasanya
berat buah antara 250-600 gram.
5. Biji
Biji berbentuk bulat berukuran kecil dan tipis, berwarna hitam. Setiap
buah mengandung lebih dari 1.000 biji. Biasanya digunakan oleh para
peneliti untuk memunculkan varietas baru.
2.1.5. Jenis-jenis Buah Naga
Adapun jenis-jenis dari buah naga sebagai berikut (20) :
1. Hylocereus undatus, memiliki ciri kulit buah berwarna merah dengan
daging buah berwarna putih.
2. Hylocereus polyrhizus,memiliki ciri kulit buah berwarna merah dengan
daging buah berwarna merah.
3. Selenicereus megalanthus, memiliki ciri kulit buah berwarna kuning
dengan daging buah berwarna putih.
4. Hylocereus costaricensi, memiliki ciri kulit buah berwarna merah dengan
daging buah berwarna sangat merah.
14
2.1.6. Kandungan Tanaman Buah Naga
Kandungan gizi dalam 100 gram buah naga merah, kandungan air yang
cukup tinggi yaitu 82,5-83,0 gram, serat/dietary fiber 0,7-0,9 gram, protein 0,16-
0,23 gram, lemak 0,21-0,61 gram, betakaroten 0,005-0,012 mg, kalsium 6,3-8,8
mg, fosfor 30,2-36 mg, zat besi 0,55-0,65 mg. Beragam vitamin seperti vitamin
B1 sebanyak 0,28-0,30 mg, vitamin B2 0,043-0,0045 mg, vitamin C 8-9 mg dan
kandungan niasin sebanyak 1,297-1,300 (24).
2.1.7. Khasiat Tanaman Buah Naga
Khasiat dari tanaman buah naga yaitu (19):
1. Membersihkan darah
2. Mencegah sembelit dan memperlancar feses
3. Menguatkan daya kerja otak
4. Menguatkan ginjal
5. Mengurangi keluhan keputihan
6. Mengurangi keluhan panas dalam dan sariawan
7. Mengurangi kolesterol dan mencegah kanker usus
8. Meningkatkan ketajaman mata
9. Menstabilkan tekanan darah
10. Menyehatkan lever
11. Penyeimbang kadar gula darah
12. Perawatan kecantikan
15
2.1.8. Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
Kulit buah naga mempunyai berat 30-35% dari berat buah belum
dimanfaatkan dan hanya dibuang sebagai sampah sehingga dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Hal ini sangat disayangkan karena kulit buah naga
mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan kulit buah naga merah adalah
kaya polyphenol dan sumber antioksidan yang baik. Kulit buah naga kuat sebagai
inhibitor pertumbuhan sel-sel kanker daripada dagingnya dan tidak mengandung
toksik (25)
Gambar 2.2. Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)
2.1.9. Kandungan Gizi Kulit Buah Naga Merah
Tabel 2.1. Kandungan Gizi Kulit Buah Naga Merah (19)
Keterangan Nilai
Air (%) 92,65
Protein (%) 0,95
Lemak (%) 0,10
Karbohidrat (%) 6,20
Abu (%) 0,10
Pektin (%) 10,79
Betasianin (mg/100g)
Total Asam (%)
150,46
10,79
16
2.1.9.1 Zat Pewarna
Menurut Permenkes RI No.033/Menkes/Per/IX/2012, Pewarna (Colour)
adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan pewarna sintetis, yang
ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada tangan mampu memberi atau
memperbaiki warna (26).
2.1.9.2 Jenis Zat Warna
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia nomor 37 tahun 2013, jenis zat warna dibedakan menjadi 2 yaitu: (27).
1) Pewarna alami (Natural Colour)
Pewarna alami (Natural Colour) adalah pewarna yang dibuat melalui
proses ekstraksi, isolasi atau derivatisasi (sintesis parsial) dari tumbuhan,
hewan, mineral atau sumber alami lain, termasuk pewarna identik alami
(27).
Bahan pewarna alami meliputi pigmen yang sudah terdapat dalam
bahan atau terbentuk pada proses pemanasan, penyimpanan atau
pemrosesan. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat disekitar antara
lain klorofil, karotenoid, tanin dan antosianin (28).
2) Pewarna Sintetis (Synthetic Colour)
Pewarna Sintetis (Synthetic Colour) adalah pewarna yang diperoleh secara
sintetis kimiawi. Zat pewarna sintetis yaitu zat warna buatan yang dibuat
dengan reaksi kimia dengan bahan dasar terarang batu bara atau minyak
bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti
benzena, naftalena, dan antrasena (29).
17
2.1.9.3 Betasianin
Betasianin merupakan jenis betalain yang terdapat dalam buah naga
merah. Betasianin memberikan warna merah pada buah naga dan merupakan
antioksidan yang dapat menghambat radikal bebas (9). Semakin tinggi kandungan
betalain maka antioksidan dalam buah semakin tunggi (8).
Pigmen betalain beridiri sendiri sebagai sebuah jenis pigmen dan
merupakan induk dari kelompok betasianin yang berwarna merah violet dan
betasantin yang berwarna kuning yang terdapat pada buah, bunga dan jaringan
vegetatif (30), sedangkan antosianin bertanggung jawab untuk kebanyakan warna
merah, biru, dan ungu pada sayur, dan tanaman hias (8). Betasianin merupakan
kelompok flavonoid bersifat polar karena mengikat gula, pigmen bernitrogen dan
merupakan pengganti antosianin (29).
Betasianin dapat di ekstraksi menggunakan pelarut air, etanol dan metanol,
tetapi penggunaan pelarut air dalam proses pemekatan perlu diperhatikan karena
penggunaan panas dapat mengakibatkan kerusakan senyawa betasianin sebab titik
didih air cukup tinggi yaitu 100ºC. Betasianin sangat tidak stabil pada pemanasan
suhu 70ºC dan 80ºC (31).
Betalain sulit dibedakan dengan antosianin hanya secara visual.
Serangkaian tes dibutuhkan untuk membedakan kedua jenis pigmen ini, namun
keberadaan betalain dan antosianin tidak pernah di jumpai bersamaan pada satu
tanaman karena jalur sintetis yang berbeda. Saat ini perbedaan yang paling
mencolok antara betalain dengan antosianin adalah distribusinya di tanaman.
18
Antosianin tersebar luas dalam dunia tumbuhan sedangkan betalain secara
eksklusif hanya terdapat pada kelompok taksonomi tanaman tingkat tinggi (30).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan betasianin adalah pH, suhu,
cahaya matahari, sinar lampu dan oksidator. Suhu tinggi dan waktu pemanasan
yang lama dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi dan perubahan struktur
pigmen betasianin sehingga terjadi pemucatan (31).
2.2. Ekstrak
2.2.1. Pengertian Ekstrak
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, disebutkan bahwa ekstrak adalah
sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Ekstrak cair (Extractum Liquidum)
adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau
sebagai pengawet (32).
2.2.2. Ekstraksi
Ekstraksi atau penyaringan merupakan proses pemisahan senyawa dari
simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai (1).
Metode ekstraksi yang umum digunakan antara lain (33):
1. Ektraksi dengan cara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam dalam
pelarut pada suhu sehingga kerusakan dapat diminimalisasi.
19
b. Perkolasi
perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut
yang selalu baru, dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia
sehingga senyawa tersari semua.
2. Ekstraksi dengan cara panas
a. Refluks
Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas, agar hasil
penyarian lebih baik atau sempurna.
b. Soxhletasi
Soxhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik pada
suhu dingin dengan alat soxhlet. Pada soxhletasi, simplisia dan ekstrak
berada pada labu yang berbeda. Pemanasan mengakibatkan pelarut
menguap, dan uap masuk dalam labu pendingin.
c. Infusa
Infusa adalah cara ekstraksi dengan cara menggunakan pelarut air,
pada suhu 96-98ºC selama 15-20 menit.
d. Dekok
Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa, hanya saja
waktu ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya mencapai
titik didih air.
20
e. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40-50ºC.
2.3. Kosmetika
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat
manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud
meningkatkan kecantikan (2).
Definisi Kosmetika dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015, sebagai berikut. “Kosmetika
adalah bahan atau sediaan bahan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian
luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian
luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, dan/ atau untuk memperbaikibau badan atau
melindungi serta memelihara tubuh pada kondisi baik” (34).
2.3.1. Penggolongan Kosmetika
Kosmetika dapat digolongkan sebagai berikut (2):
1. Preparat untuk bayi
2. Preparat untuk mandi
3. Preparat untuk mata
4. Preparat wangi-wangian
21
5. Preparat untuk rambut
6. Preparat untuk rias (make-up)
7. Preparat untuk perawatan rambut
8. Preparat untuk kebersihan mulut
9. Preparat untuk kebersihan badan
10. Preparat untuk kuku
11. Preparat untuk cukur
12. Preparat untuk perawatan kulit
13. Preparat untuk proteksi sinar matahari
Sedangkan menurut Sub Bagian Kosmetika medik Bagian/SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
membagi kosmetika atas:
1. Kosmetika pemeliharaan dan perawatan, terdiri atas:
a. Kosmetika pembersih (cleansing);
b. Kosmetika pelembab (moisturizing);
c. Kosmetika pelindung (protecting);
d. Kosmetika penipis (thining).
2. Kosmetika rias/dekoratif, terdiri atas:
a. Kosmetika rias kulit terutama wajah;
b. Kosmetika rias rambut;
c. Kosmetika rias kuku;
d. Kosmetika rias bibir; dan
e. Kosmetika rias mata.
22
3. Kosmetika pewangi/parfum, terdiri atas:
a. Deodoran dan antiprespiran;
b. After shave lotion;
c. Parfum dan eau de toilette.
2.3.2. Kosmetika Dekoratif
Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha
untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat
dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan
sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat)
yang ada (2).
Kosmetik dekoratif semata-mata untuk mengubah penampilan yaitu agar
tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Pemakaian
kosmetika dekoratif lebih untuk psikologis daripada kesehatan kulit. Sedikit
persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah warna yang menarik, bau
yang harum, tidak lengket dan tidak merusak atau mengganggu kulit (3).
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi
menjadi (2):
1. Kosmetika rias kulit (wajah)
2. Kosmetika rias bibir
3. Kosmetika rias rambut
4. Kosmetika rias mata
5. Kosmetika rias kuku
23
2.4. Bibir
Bibir memiliki ciri tersendiri, karena lapisan dermis sangat tipis. Stratum
germinatum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan aliran
darah yang banyak tepat dibawah permukaan kulit (11). Bibir tidak mengandung
kelenjar keringat tetapi mengandung kelenjar saliva pada bagian dalam. Saliva
berfungsi sebagai pelembab alami untuk menjaga kelembaban bibir. Bibir lebih
mudah kering dan pecah-pecah sebab produksi dari pelembab alami sangat
rendah. Pemaparan sinar matahari juga dapat menyebabkan perubahan warna
bibir. Make-up bibir dibuat untuk memperbaiki penampilan dari bibir dan
membantu mengatasi masalah-masalah yang timbul pada bibir (8).
Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga
dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang
merusak, misalnya sinar ultraviolet.
Ada beberapa macam kosmetika rias bibir yaitu (2):
1. Lipstik dan lip crayon
2. Krim bibir (Lip cream) dan pengkilap bibir (lip gloss)
3. Penggaris bibir (lip linear) dan lip sealers.
2.5. Lip cream (Krim Bibir)
Lip cream merupakan sediaan lipstik berbentuk cair yang banyak diminati
oleh konsumen karena dapat melembabkan bibir dalam waktu yang lama
dibandingkan dalam bentuk padat, serta menghasilkan warna yang lebih merata
pada bibir (9). Lip cream (krim bibir) digunakan untuk meminyaki bibir agar tidak
mudah kering dan pecah-pecah (2).
24
Persyaratan untuk pewarna bibir yang dituntut oleh masyarakat, antara lain (14):
a. Melapisi bibir secara mencukupi
b. Dapat bertahan dibibir selama mungkin
c. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket
d. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir
e. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya
f. Memberikan warna yang merata pada bibir
g. Penampilan harus menarik, baik warna maupun bentuknya
h. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak berbintik-bintik
atau memperlihatkan hal-hal yang tidak menarik
2.6. Komponen Lip cream
Bahan-bahan utama pewarna bibir yang digunakan, antara lain:
1) Lilin
Lilin digunakkan untuk meningkatkan daya lekat, mempengaruhi daya
oles, dan daya sebar serta memiliki sifat sebagai emulsifier (9). Misalnya:
carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beeswax, candellihila wax,
spermaceti, ceresine (11).
2) Minyak
Minyak yang digunakan dalam pewarna bibir harus memberikan
kelembutan dan kilauan (24). Fase minyak dalam pewarna bibir dipilih
terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-zat warna eosin.
Misalnya: minyak castor, tetrahydrofufuryl alkohol, fatty acid
alkylolamides, dihydric alcohol beserta monoethers dan monofatty acid
25
ester, isopropyl myristate, isopropyl palmite, butyl stearate, paraffin oil
(11).
3) Lemak
Lemak yang digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi
untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut
(24). Misalnya: krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi
(misalnya hydrogenates castor oil), cetyl alcohol, oleyl alcohol, lanolin
(11).
4) Zat-zat pewarna (coloring agents)
Zat pewarna yang dipakai secara universal didalam pewarna bibir adalah
zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna bibir,
yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya dalam minyak. Pelarut terbaik
untuk eosin adalah castor oil. Tetapi furfury alcohol beserta ester-esternya,
terutama stearat dan ricinoleat, memiliki daya melarutkan eosin yang lebih
besar. Fatty acid alkylolamides, jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan
memberikan warna yang sangat intensif pada bibir (11).
5) Zat tambahan
Zat tambahan dalam pewarna bibir digunakan untuk menutupi kekurangan
yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak
menimbulkan alergi, stabil dan bercampur dengan bahan-bahan lain dalam
formula. Zat tambahan yang biasa digunakan dalam pewarna bibir antara
lain (24):
26
a) Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh
lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHA, BHT, dan vitamin E
adalah antioksidan yang paling sering digunakan.
b) Pengawet
Pengawet yang sering digunakan pada pewarna bibir yaitu metil
paraben dan propil paraben.
c) Parfum
Parfum digunakan untuk memberikan aroma yang menyenangkan,
menutupi bau dari lemak yang digunakan sebagai basis dan dapat
menutupi bau yang mungkin timbul selama penyimpanan. Misalnya:
minyak esensial mawar, lemon, cinnamon atau jeruk.
2.7. Komposisi Standar Lip cream
Bahan-bahan yang digunakan dalam komposisi standar sediaan pewarna, antara
lain (35):
1. Minyak Jarak
Pemeriannya berupa cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak
berwarna, bau lemah, rasa manis kemudian agak pedas, umumnya
memualkan. Kelarutannya larut dalam etanol, dapat bercampur dengan
etanol mutlak dan dengan asam asetat glasial, kloroform dan eter. Khasiat
digunakan untuk pencegah proses pengendapan yang mungkin terjadi pada
pigmen saat proses peparasi.
27
2. Lilin candelila
Pemeriannya yaitu berwarna coklat kekuningan, keras, rapuh, aromatik,
dan buram untuk tembus. Khasiat pada kekerasan lipstik.
3. Lilin carnauba
Pemeriannya yaitu berwarna cokelat muda sampai kuning pucat, dapat
berbentuk bubuk, berupa serpihan atau tidak teratur. Memiliki bau yang
khas ringan, hampir hambar, dan tidak berasa. Carnauba wax tidak mudah
berubah menjadi tengik. Hampir tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
etanol mendidih (95%); serta dapat dilarutkan dalam kloroform hangat dan
toluena. Khasiat untuk membuat sediaan lebih mengkilap, dan memiliki
sifat pengemulsi yang baik.
4. Ozokerit (ceresin)
Pemeriannya yaitu berupa lilin padat berwarna putih, tidak memiliki bau
khas. Kelarutannya yaitu larut dalam benzena, kloroform,eter, mudah larut
dalam etanol, tidak larut dalam air. Khasiat sebagai agen peningkat daya
lekat.
5. Lanolin
Pemerian lanolin merupakan massa seperti lemak, lengket, warna kuning,
bau khas. Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2
kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam
etanol panas, mudah larut dalam eter dan dalam kloroform. Khasiat
sebagai zat emolien dengan fungsi untuk melembapkan dan melembutkan
kulit.
28
6. Flourescein
Fluorescein merupakan zat pewarna, pemeriannya yaitu berupa tepung
coklat. Kelarutannya larut dalam alkohol 95% menghasilkan warna merah
yang berfluoresensi, sedangkan larut dalam air berwarna merah cerry tanpa
fluoresensi. Khasiatnya sebagai zat warna yang dapat meningkatkan nilai
estetika.
Bahan-bahan yang digunakan dalam komposisi standar sediaan pewarna, antara
lain (35):
1. Minyak Jarak
Pemeriannya berupa cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak
berwarna, bau lemah, rasa manis kemudian agak pedas, umumnya
memualkan. Kelarutannya larut dalam etanol, dapat bercampur dengan
etanol mutlak dan dengan asam asetat glasial, kloroform dan eter. Khasiat
digunakan untuk pencegah proses pengendapan yang mungkin terjadi pada
pigmen saat proses peparasi.
2. Lilin candelila
Pemeriannya yaitu berwarna coklat kekuningan, keras, rapuh, aromatik,
dan buram untuk tembus. Khasiat pada kekerasan lipstik.
3. Lilin carnauba
Pemeriannya yaitu berwarna cokelat muda sampai kuning pucat, dapat
berbentuk bubuk, berupa serpihan atau tidak teratur. Memiliki bau yang
khas ringan, hampir hambar, dan tidak berasa. Carnauba wax tidak mudah
29
berubah menjadi tengik. Hampir tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
etanol mendidih (95%); serta dapat dilarutkan dalam kloroform hangat dan
toluena. Khasiat untuk membuat sediaan lebih mengkilap, dan memiliki
sifat pengemulsi yang baik.
4. Ozokerit (ceresin)
Pemeriannya yaitu berupa lilin padat berwarna putih, tidak memiliki bau
khas. Kelarutannya yaitu larut dalam benzena, kloroform,eter, mudah larut
dalam etanol, tidak larut dalam air. Khasiat sebagai agen peningkat daya
lekat.
5. Lanolin
Pemerian lanolin merupakan massa seperti lemak, lengket, warna kuning,
bau khas. Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2
kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam
etanol panas, mudah larut dalam eter dan dalam kloroform. Khasiat
sebagai zat emolien dengan fungsi untuk melembapkan dan melembutkan
kulit.
6. Flourescein
Fluorescein merupakan zat pewarna, pemeriannya yaitu berupa tepung
coklat. Kelarutannya larut dalam alkohol 95% menghasilkan warna merah
yang berfluoresensi, sedangkan larut dalam air berwarna merah cerry tanpa
fluoresensi. Khasiatnya sebagai zat warna yang dapat meningkatkan nilai
estetika.
30
2.8. Komposisi Bahan Lip cream
Bahan-bahan yang digunakan dalam sediaan pewarna, antara lain (35):
1. Minyak jarak
Pemeriannya berupa cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak
berwarna, bau lemah, rasa manis kemudian agak pedas, umumnya
memualkan. Kelarutannya larut dalam etanol, dapat bercampur dengan
etanol mutlak dan dengan asam asetat glasial, kloroform dan eter. Khasiat
digunakan untuk pencegah proses pengendapan yang mungkin terjadi pada
pigmen saat proses peparasi.
2. Tokoferol
Pemeriannya yaitu tidak berbau atau sedikit berbau, tidak berasa, cairan
seperti minyak berwarna kuning, jernih, memiliki titik didih lebih kurang
75°C dan melebur pada suhu lebih kurang 70°C. Kelarutannya tidak larut
dalam air, sukar larut dalam larutan alkali, larut dalam etanol, eter, aseton
dan dalam minyak nabati, sangat mudah larut dalam kloroform. Khasiat
sebagai antioksidan dan vitamin E.
3. Carnauba wax
Pemeriannya yaitu berwarna cokelat muda sampai kuning pucat, dapat
berbentuk bubuk, berupa serpihan atau tidak teratur. Memiliki bau yang
khas ringan, hampir hambar, dan tidak berasa. Carnauba wax tidak mudah
berubah menjadi tengik. Hampir tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
etanol mendidih (95%); serta dapat dilarutkan dalam kloroform hangat dan
toluena. Khasiat untuk membuat sediaan lebih mengkilap, dan memiliki
sifat pengemulsi yang baik.
31
4. Besswax
Pemeriannya yaitu zat padat berwarna kekuningan, bau enak seperti madu,
agak rapuh, jika dingin menjadi elastis, jika hangat dan keras patahannya
buram dan berbutir-butir. Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam
etanol, larut dalam kloroform, larut dalam eter hangat, larut dalam minyak
lemak dan minyak atsiri. Khasiat sebagai pengikat yang baik untuk
membatu menghasilkan massa yang homogen.
5. Lanolin
Pemerian lanolin merupakan massa seperti lemak, lengket, warna kuning,
bau khas. Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2
kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam
etanol panas, mudah larut dalam eter dan dalam kloroform. Khasiat
sebagai zat emolien dengan fungsi untuk melembapkan dan melembutkan
kulit.
6. Kaolin
Pemeriannya yaitu serbuk ringan, putih, bebas dari butiran kasar, tidak
berbau, tidak mempunyai rasa, dan licin. Kelarutan praktis tidak larut
dalam air, pelarut organik dan asam mineral. Khasiat sebagai zat tambahan
untuk penyerap.
7. Titanium dioksida
Pemeriannya yaitu kristal padat, tidak berwarna/putih/hitam, tidak berbau,
tidak berasa. Tidak larut dalam air; larut dalam asam sulfat pekat panas,
asam hidro fluorida, alkali; Tidak larut dalam asam hidroklorida, asam
32
nitrat, asam sulfat encer, air dingin, pelarut organik. Khasiat membuat
pigmen warna lebih terlihat,
8. Metil paraben
Pemeriannya yaitu hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian
agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan sangat sukar larut dalam air,
sukar larut dalam etanol dan eter. Khasiat sebagai zat pengawet.
9. Butil Hidroksi Toulena (BHT)
Pemeriannya yaitu hablur padat, putih dan bau yang khas. Kelarutannya
paktis tidak larut dalam air dan dalam propilenglikol, mudah larut dalam
etanol, kloroform dan eter. Khasiat sebagai antioksidan.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian ini meliputi
penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, pembuatan formulasi sediaan, pemeriksaan
karakteristik sediaan dan uji iritasi terhadap sediaan yang dibuat (36).
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih lima bulan dimulai
pada bulan April-September 2019.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
3.3. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan
dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah naga merah yang
terdapat di beberapa penjual buah di daerah jalan Ngumban Surbakti, Kota
Medan.
34
3.3.1. Kriteria Sampel
Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah naga
yang telah matang dengan ditandai warna kulit buah yang merah merata, sisik
yang sudah berwarna merah, serta memiliki bobot 300-800 gram.
3.4. Alat dan Bahan
3.4.1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan elektrik,
blender (miyako), rotary evaporator, penangas air, pH meter, spatula, sudip, kaca
objek, alumininum foil, kertas saring, cawan penguap, pipet tetes dan wadah
sediaan Lip cream.
3.4.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak kulit buah naga
merah (Hylocereus polyrhizus). Bahan kimia yang digunakan antara lain: etanol
70%, akuades, carnauba wax, kaolin, , titanium dioksida, tokoferol, castor oil,
esens vanilla, metil paraben, beeswax,dan lanolin.
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1 Determinasi Tanaman
Sebelum dilakukan penelitian tumbuhan, determinasi dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis dan memastikan kebenaran sumber yang digunakan.
Determinasi dilakukan di Herbarium Medanense, Universitas Sumatera Utara.
35
3.5.2 Pembuatan Simplisia
Buah naga merah yang telah matang diambil kulitnya, dilakukan sortasi
basah terhadap kulit buah naga merah, kemudian dicuci menggunakan air
mengalir, kemudian di tiriskan. Ditimbang kulit buah naga, kemudian kulit buah
naga tersebut dipotong-pootong tipis-tipis lalu dikeringkan dengan cara dikering
dalam lemari pengering. Setelah kering, dilakukan sortasi kering. Ditimbang berat
kering, kemudian dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi serbuk.
Simplisia disimpan didalam wadah yang baik sehingga tidak terkontaminasi oleh
lingkungan (37).
3.5.3 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (EKBNM)
Proses ekstraksi menggunakan serbuk simplisia sebanyak 800 gram,
dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% dan dibiarkan selama 5 hari
terlindung dari cahaya sambil sering di aduk. Pada penelitian ini dilakukan
penggantian pelarut (remaserasi) sebanyak 2 kali. Pemekatan ekstrak dilakukan
penggantian pelarut dengan menggunakan rotary vacum evaporator pada suhu
40ºC. Untuk memaksimalkan pemekatan dilakukan dengan menggunakan
waterbath selama 3 jam untuk memastikan pemekatan sempurna (9).
36
3.5.4. Formulasi Sediaan Lip cream
3.5.4.1. Formula Standard Lip cream
Tabel 3.1. Formula Standar Lip cream (2)
Komposisi Jumlah (gram)
Minyak kastor
Lilin candelila
Lilin lebah
Lilin Carnauba
Ozokerit
Lanolin
Fluorescein
Warna
Parfum
60,0
0,70
0,70
0,30
0,30
0,50
0,30
0,20
9,5
3.5.4.2. Formula Sediaan Lip cream Menggunakan Ekstrak Etanol Kulit
Buah Naga
Tabel 3.2. Formula Sediaan Lip cream Menggunakan Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga (9)
Bahan
Lip cream
Formula
F0
(gram)
F1
(gram)
F2
(gram)
F3
(gram)
F4
(gram)
EKBNM
Minyak Kastor
Beeswax
Carnauba wax
Lanolin
Tokoferol
Kaolin
Titanium
dioksida
Metil paraben
BHT
Parfum (vanila)
-
4,50
0,15
0,15
0,15
0,10
0,20
0,05
0,15
0,50
qs
10%
4,05
0,13
0,13
0,13
0,09
0,18
0,04
0,13
0,45
qs
20%
3,60
0,12
0,12
0,12
0,08
0,16
0,04
0,12
0,40
qs
30%
3,15
0,10
0,10
0,10
0,07
0,14
0,03
0,10
0,35
qs
40%
2,7
0,09
0,09
0,09
0,06
0,12
0,03
0,09
0,30
qs
Jumlah 6 6 6 6 6
Keterangan :
F0 : Formula basis tanpa ekstrak kulit buah naga merah
F1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 10%
F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 20%
F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 30%
F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 40%
EKBNM : Ekstrak Kulit Buah Naga Merah
37
3.5.5 Prosedur Pembuatan Lip cream
a. Semua bahan yang diperlukan ditimbang dengan timbangan elektrik sesuai
dengan berat pada formula
b. Lumpang dipanaskan dengan menambahkan air mendidih kedalam
lumpang
c. Ekstrak etanol kulit buah naga merah dilarutkan dalam minyak kastor
Masa 1/M1)
d. Bees wax, carnauba wax dan lanolin dilebur diatas penangas air (Masa
2/M2)
e. Masa 1 dan masa 2 kemudian dimasukkan dalam lumpang panas
f. Kaolin, tokoferol dan titanium dioksida ditambahkan dalam lumpang
gerus homogen
g. Setelah semua bahan homogen, ditambahkan metil paraben dan parfum
(essens vanilla) gerus homogen
h. Dimasukkan dalam wadah yang sesuai dan beri etiket.
3.6. Pemeriksaan Karakteristik Sediaan Lip cream
3.6.1 Pemeriksaan Organoleptik
Hasil uji organoleptik dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3.3 Pemeriksaan Organoleptik (38)
Pengujian
Organoleptik
Formula
F1 F2 F3
Aroma
Warna
Tekstur
38
3.6.2 Pemeriksaan Homogenitas
Masing-masing sediaan Lip cream yang dibuat dari ekstrak kulit buah
naga merah diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah sediaan
tertentu pada kaca transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen da tidak terlihat adanya butiran-butiran kasar (14).
3.6.3. Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu
dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan
larutan dapar asam (pH 4,01) hingga alat mmenunjukkan harga pH tersebut.
Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan dengan tisu (39).
Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan
dilarutkan dalam 100 ml aquades. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan
tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang
dianjurkan pH meter merupakan pH sediaan Lip cream (40).
3.6.4. Uji Oles
Uji oles dilakukan secra visual dengan cara mengoleskan Lip cream pada
kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel
dengan perlakuan 3 kali pengolesan. Sediaan Lip cream dikatakan mempunyai
daya oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan
banyak dan merata dengan beberapa pengolesan pada tekanan tertentu.
Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya oles yanng tidak baik jika
warna yang menempel sedikit dan tidak merata. Pemeriksaan dilakukan masing-
39
masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada kulit tangan dengan 3 kali
pengolesan (40).
3.6.4. Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan Lip cream yang dibuat
menggunakan pewarna dari ekstrak kulit buah naga merah dengan maksud untuk
mengetahui bahwa Lip cream yang dibuat dapat menimbulkan iritasi dikulit atau
tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu iritasi primer yang akan timbul
sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder
yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau peleketan pada
kulit (14).
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji sampel terbuka (patch
test) pada kulit belakang telinga terhadap 30 orang panelis. Uji sampel terbuka
dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan
luas tertentu (2,5 x 2,5 cm) dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini
dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama 24 jam (2). Untuk sediaan yang paling
tinggi konsentrasi pewarna dari ekstrak kulit buah naga merah yaitu 40% reaksi
yang terjadi diamati. Reaksi iritasi positif ditandai oleh kemerahan, gatal-gatal,
atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan.
Adanya kulit merah diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak (+++). Dan yang
tidak menunjukkan apa-apa diberi tanda (-) (14).
3.6.5 Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Uji kesukaan (Hedonic Test) dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesukaan panelis terhadap sediaan Lip cream yang dibuat. Uji kesukaan dilakukan
40
secara visual terhadap 30 orang panelis (41). Kriteria panelis yang digunakan
adalah wanita dewasa, berusia diatas 20 tahun, tidak memiliki kulit sensitif atau
alergi, setiap panelis diminta untuk mengoleskan Lip cream dengan berbagai
konsentrasi yang telah dibuat pada punggung tangan. Waktu selang mencoba Lip
cream yang selanjutnya kurang lebih 15 menit dan setelah mencoba diharapkan
panelis membersihkan tangannya dengan menggunakan tisu basah untuk mencoba
Lip cream selanjutnya dengan berbagai konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah
(42)
Tabel 3.4 Kuisioner Uji Kesukaan (41)
Data Panelis :
Sex :
Umur :
Formula Kuesioner Penilaian Uji Kesukaan Total
Skor
Interpretasi
data Tekstur Warna Aroma
F0
F1
F2
F3
F4
Keterangan dasar penilaian : Keterangan total skor dan interpretasi data :
Tidak Suka : 1 Tidak suka : Skor 1-3
Kurang Suka : 2 Kurang suka : Skor 4-6
Suka : 3 Suka : Skor 7-9
Sangat Suka : 4 Sangat suka : Skor 10-12
a). Cara pengisian form kuisioner oleh panelis (42) yaitu :
1. Para panelis diberikan sediaan formulasi Lip cream yang berbeda-beda
untuk uji kesukaan.
2. Penilaian uji kesukaan berdasarkan tekstur Lip cream, warna Lip cream
dan aroma Lip cream. Setiap panelis memberikan skor 1-9 (pada tabel 3.3)
41
b). Cara pengisian interpretasi data oleh peneliti
1. Untuk masing-masing form kuesioner dihitung total skor, kemudian di
interprestasikan datanya berdasarkan skor.
2. Kemudian dibuat rekapitulasi data sebagai hasil akhir uji kesukaan (tabel
3.4)
Tabel 3.5 Uji Kesukaan
Formulasi
Lip Cream
Uji Kesukaan
Sangat Suka Suka Kurang Suka Tidak Suka
F0
F1
F2
F3
F4
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah
Hasil ekstraksi yang diperoleh dari 800 gram serbuk simplisia kulit buah
naga merah dengan menggunakan pelarut etanol 70%, kemudian diuapkan dengan
rotary evaporator pada suhu ±50ºC dan diperoleh berupa ekstrak kental berwarna
cokelat tua sebanyak 94,85 gram. Rendemen yang diperoleh yaitu 11,85 %.
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Berat Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Merah
Berat Sampel
Simplisia Kulit
Buah Naga Merah
(g)
Pelarut Etanol
(ml)
Berat Ekstrak
(g)
Presentase
(%)
800 8000 94,85 11,85%
Rendemen adalah presentase produk yang didapatkan dari perbandingan
berat awal bahan dengan berat akhirnya. Rendemen didapatkan dengan cara
menghitung berat akhir bahan yang dihasilkam dari proses dibandingkan dengan
berat bahan awal sebelum mengalami proses (43). Tabel 4.1 menunjukkan sampel
kulit buah naga merah sebanyak 800 gram diekstraksi dengan 8000 ml pelarut
etanol 70% menghasilkan ekstrak kental 94,85 gram dengan persen rendemen
11,85%. Angka ini memenuhi persyaratan dari Farmakope Herbal Indonesia, yaitu
tidak kurang dari 10,9% (44).
Berat Ekstrak
Rendemen (%) = x 100%
Berat Serbuk
43
4.1.2 Hasil Formulasi Sediaan Lip Cream
Variasi konsentrasi pewarna ekstrak kulit buah naga merah
menghasilkan perbedaan warna lip cream. Lip cream dengan konsentrasi pewarna
ekstrak kulit buah naga merah 10% dan konsentrasi 20% berwarna coklat muda
soft sedangkan konsentrasi pewarna ekstrak kulit buah naga merah 30% dan
konsentrasi 40% menghasilkan warna coklat tua. Perbedaan warna lip cream yang
dihasilkan karena perbedaan jumlah pewarna yang digunakan. Semakin banyak
ekstrak kulit buah naga merah yang digunakan maka akan semakin tua warna
yang dihasilkan lip cream (45).
4.1.3 Hasil Pemeriksaan Organoleptis
Hasil pengamatan organoleptis yang diamati secara visual dengan panca indra
pada warna, aroma dan tekstur dari sediaan lip cream ekstrak etanol kulit buah
naga merah dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Organoleptis Sediaan Lip Cream
Pengujian
Organoleptis
Formula
F0 F1 F2 F3 F4
Aroma Vanila Vanila Vanila Vanila Vanila
Warna Putih Cokelat
muda soft
Cokelat
muda Cokelat
Cokelat
tua
Tekstur Halus Halus Halus Halus Halus
Keterangan :
Sediaan F0 : Formula tanpa ekstrak kulit buah naga merah
Sediaan F1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 10%
Sediaan F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 20%
Sediaan F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 30%
Sediaan F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 40%
44
4.1.4 Hasil Pemeriksaan Homogenitas
Hasil pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan lip cream ekstrak etanol
kulit buah naga merah dengan mengoleskan sediaan lip cream pada sekeping
kaca objek glass transparan dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Homegenitas Sediaan Lip Cream
Formula Pengamatan Homogenitas
F0 Homogen
F1 Homogen
F2 Homogen
F3 Homogen
F4 Homogen
Keterangan :
Sediaan F0 : Formula tanpa ekstrak kulit buah naga merah
Sediaan F1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 10%
Sediaan F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 20%
Sediaan F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 30%
Sediaan F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 40%
4.1.5 Hasil Pemeriksaan pH
Hasil pengukuran pH yang dilakukan dengan menggunakan pH meter
yang telah dinetralkan pada pH asam dan pH basa dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran pH Sediaan Lip Cream
Formula pH
I II III pH rata-rata
F0 6,8 6,8 6,9 6,8
F1 4,0 4,0 4,0 4,0
F2 4,0 4,1 4,1 4,0
F3 4,2 4,1 4,1 4,1
F4 4,1 4,0 4,0 4,0
Keterangan :
Sediaan F0 : Formula tanpa ekstrak kulit buah naga merah
Sediaan F1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 10%
Sediaan F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 20%
Sediaan F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 30%
Sediaan F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 40%
45
4.1.6 Hasil Uji Daya Oles
Hasil uji daya oles sediaan lip cream ekstrak etanol kulit buah naga merah
yang dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit
punggung tangan dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.5 Hasil Uji Daya Oles Sediaan Lip Cream
Formula Pengamatan Daya Oles
F0 Merata dan Homogen
F1 Merata dan Homogen
F2 Merata dan Homogen
F3 Merata dan Homogen
F4 Merata dan Homogen
Keterangan :
Sediaan F0 : Formula tanpa ekstrak kulit buah naga merah
Sediaan F1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 10%
Sediaan F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 20%
Sediaan F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 30%
Sediaan F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 40%
4.1.7 Hasil Uji Iritasi
Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan sediaan lip cream ekstrak
etanol kulit buah naga merah yang dioleskan pada kulit belakang telinga selama
24 jam dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.6 Hasil Uji Iritasi Sediaan Lip Cream
Pengamatan Panelis
1 2 3 4 5
Kulit kemerahan (-) (-) (-) (-) (-)
Kulit Gatal-Gatal (-) (-) (-) (-) (-)
Kulit bengkak (-) (-) (-) (-) (-)
Keterangan : (-) : Tidak terjadi iritasi
(+) : Kulit kemerahan
(++) : Kulit gatal-gatal
(+++) : Kulit bengkak
46
4.1.8 Hasil Uji Kesukaan (Hedonik)
Hasil uji kesukaan yang dilakukan dengan memberikan penjelasan kepada
semua panelis lalu memberikan kertas kuisioner yang berisi intruksi serta sekor
nilai untuk penilaian pada warna, aroma dan tekstur pada setiap sediaan lip cream
ekstrak etanol kulit buah naga merah, dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Uji Kesukaan Sediaan Lip Cream
Formula
Lip Cream
Uji Kesukaan
Sangat
Suka Suka
Kurang
Suka
Tidak
Suka
N (Jumlah
Panelis)
F0 - 30 - - 30
F1 - 12 13 5 30
F2 - 15 12 3 30
F3 - 23 17 - 30
F4 - 17 13 - 30
Keterangan :
Sediaan F0 : Formula tanpa ekstrak kulit buah naga merah
Sediaan F1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 10%
Sediaan F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 20%
Sediaan F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 30%
Sediaan F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah 40%
n : Jumlah Panelis sebanyak 30 orang
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pembuatan
Formulasi Lip Cream Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Merah Sebagai Pewarna
Alami maka pembahasannya adalah ekstrak kental yang dihasilkan tidak dapat
menghasilkan warna merah yakni berwarna coklat. Maka formulasi lip cream
ekstrak etanol kulit buah naga merah yang dihasilkan berwarna kecoklatan.
Pada penelitian ini pembuatan ekstrak etanol kulit buah naga merah
dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%. Pelarut 70% lebih
aman digunakan pada kulit. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan
47
pada penelitian sebelumnya hasil formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak
kulit buah naga merah memberikan hasil warna yang menarik. Maka penelitian ini
menjadi dasar pembuatan formulasi lip cream ekstrak etanol kulit buah naga
merah sebagai pewarna alami dimana telah dilakukan penelitian sebelumnya
bahwa kulit buah naga merah memiliki pigmen betalain yang kegunaannya yaitu
sebagai zat pewarna dan antioksidan (8).
Setelah dilakukannya pembuatan formulasi lip cream ekstrak etanol kulit
buah naga merah dengan konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%, kemudian
dilakukan uji karakteristik yang terdiri dari uji organoleptis, homogenitas, daya
oles, pH, iritasi dan kesukaan.
4.2.1 Pemeriksaan Organoleptis
Pengujian organoleptis sediaan lip cream untuk mendeskripsikan warna,
aroma dan tekstur dengan menggunakan panca indra (46).
Berdasarkan tabel hasil pemeriksaan organoleptik terhadap 5 sediaan lip
cream ekstrak etanol kulit buah naga merah menunjukkan bahwa sediaan lip
cream memiliki aroma vanilla. Warna yang dihasikan untuk F0 adalah putih dan
untuk formula F1 adalah coklat muda soft dengan tekstur halus pada permukan,
warna untuk formula F2 adalah coklat muda, sedangkan warna untuk F3 adalah
cokelat dengan tekstur yang halus pada permukaan dan untuk warna F4 adalah
coklat tua dengan tekstur yang halus pada permukaan. Hasil yang di dapat tidak
sesuai dengan hasil penelitian (Putri, AS, 2016) mengenai hasil karakteristik
ekstrak adalah berwarna merah tua dengan aroma yang khas (8). Kemungkinan
48
ketidaksesuaian dikarenakan pada proses pemekatan suhu yang digunakan terlalu
tinggi sehingga betalain dalam kulit buah naga tidak stabil.
4.2.2 Pemeriksaan Homogenitas
Homogenitas adalah faktor penting yang menyatakan tolak ukur kualitas
sediaan lip cream karena zat aktif yang digunakan berupa ekstrak yang harus
terdistribusi merata dalam sediaan lip cream agar dapat memberikan efek yang
maksimal, diamati dengan cara mengoleskan sediaan pada sekeping kaca
transparan (47).
Berdasarkan hasil pengujian homogenitas terhadap sediaan lip cream
ekstrak etanol kulit buah naga merah menunjukkan bahwasemua sediaan tidak
memperlihatkan adanya butiran-butiran kasar pada saat dioleskan pada kaca objek
glass. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang
homogen (48). Hasil yang didapat sesuai dengan penelitian sebelumnya (Putri AS,
2016) mengenai pengujian homgenitas pada sediaan lipstik yang hasilnya adalah
homogen (8).
4.2.3 Pemeriksaan pH
Berdasarkan hasil pemeriksaan pH sediaan lip cream menggunakan
ekstrak kulit buah naga merah menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
ekstrak maka semakin asam pH yang dihasilkan dari sediaan lip cream. Hanya
sediaan F0 tanpa ekstrak kulit buah naga merah yang digunakan sebagai blanko
yang tidak memenuhi syarat pH yaitu memiliki pH rata-rata 6,8 sedangkan
sediaan yang dibuat dengan menggunakan pewarna ekstrak kulit buah naga merah
pada formula F1, F2, F3, F4 memiliki pH rata-rata 4,0-4,1. pH ini sudah sesuai
49
dengan pH fisiologis kulit bibir yaitu 4,5 – 6,5 (15). Dengan demikian formula
tersebut dapat digunakan untuk sediaan lip cream dan sediaan lip cream ini aman
pada pemakaian kulit bibir (49). Karena pH yang terlalu asam dapat mengiritasi
kulit, kulit bisa meradang sedangkan pH yang terlalu basa dapat membuat kulit
menjadi terlalu kering, bersisik dan sensitif (50). Nilai pH yang telah di dapat
sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya ( A. Perwitasari et al. 2017) mengenai
ekstraksi kulit buah naga sebagai alternatif zat pewarna alami pada lipstik (16).
4.2.4 Uji Daya Oles
Pengamatan uji oles untuk mengetahui baik tidaknya pelepasan zat warna
pada saat di oles dan menempel pada kulit. Sediaan lip cream dikatakan
mempunyai daya oles yang baik jika sediaan memberikan warna yg intesif, merata
dan homogen saat dioleskan (47). Sediaan lip cream yang dikatakan mempunyai
daya oles yang tidak baik adalah jika yang menempel sedikit dan tidak merata
pada pengolesan (40).
Berdasarkan uji oles yang dilakukan secara visual dengan mengoleskan
masing-masing sediaan lip cream pada kulit punggung tangan, diperoleh hasil
bahwa sediaan yang menghasilkan pengolesan sangat baik adalah sediaan F3 yaitu
lip cream dengan konsentrasi pewarna ekstrak kulit buah naga merah 30%. Hal
ini ditandai dengan dua kali pengolesan sediaan telah memberikan warna coklat
yang merata. Hasil yang telah di dapat sesuai dengan hasil penelitian (Putri AS,
2016) mengenai pengujian daya oles pada sediaan lipstik yang hasilnya adalah
hasil warna yang merata menggunakan minyak jarak (8).
50
4.2.5 Uji Iritasi
Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 30 panelis dengan cara
mengoleskan sediaan lip cream yang dibuat pada kulit belakang telinga selama 24
jam (2), hasil uji iritasi menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil
negatif terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya kemerahan,
gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritai tersebut dapat
disimpulkan bahwa sediaan lip cream yang digunakan aman digunakan (51).
Hasil yang di dapat sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya (Putri AS. 2016)
mengenai formulasi lipstik ekstrak etanol kulit buah naga merah sebagai pewarna
alami dengan variasi minyak (8).
4.2.6 Uji Kesukaan
Berdasarkan data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner)
ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan
menggunakan 30 orang panelis berdasarkan tabel rekapitulasi data uji kesukaan.
Formula F3 merupakan yang sangat disukai oleh panelis, hal ini terjadi karena
formula F3 menghasilkan warna yang pekat dan aroma lip cream yang diberi
tambahan parfum vanilla sehingga terlihat lebih menarik (52).
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak buah naga merah dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam
formulasi sediaaan lip cream. Variasi konsentrasi pewarna ekstrak kulit
buah naga merah yang digunakan dalam formulasi menghasilkan
perbedaan intensitas warna sediaan lip cream yang dapat dilihat secara
visual. Lip cream dengan konsentrasi pewarna ekstrak kulit buah naga
merah 10% dan 20% berwarna coklat muda soft sedangkan konsentrasi
ekstrak kulit buah naga merah 30% dan 40% menghasilkan warna coklat
tua.
2. Peningkatan variasi konsentrasi kulit buah naga merah berpengaruh dalam
parameter uji lip cream.
5.2 Saran
1. Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar menggunakan alat freeze
drying tanpa menggunakan waterbath dan rotary evaporator untuk
memperoleh ekstrak dari sampel yang digunakan karena freeze drying
mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan
khususnya untuk sampel yang sensitif terhadap panas.
2. Perlu dilakukan penelitian sediaan lip cream menggunakan pewarna
maupun zat aktif lain yang lebih melekat warnanya agar sediaan lip cream
lebih menarik. Dan untuk peneliti selanjutnya untuk memanfaatkan
ekstrak kulit buah naga merah pada formulasi sediaan lainnya.
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Aisyah. Formulasi Sediaan Lipstik Ekstrak Etanol Bunga Krisan
(Chrysantemum sp.) Sebagai Pewarna. 2017.
2. Wasitaatmadja SM. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-press); 1997.
3. Tranggono RI, Latifah F. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2007.
4. wulan RHP. Problematika Notifikasi Kosmetika BPOM atas Peredaran
Kosmetika Import di Yogyakarta. 2017. p. 47.
5. Badan POM RI. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 19 Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika. 2015.
6. Siagian FR. Identifikasi Pewarna Orto dan Meta Fenilendiamin pada
Sediaan Pewarna Rambut. 2017.
7. Afriyani. Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcina mangostana L.). 2014.
8. Putri AS. Formulasi Lipstik Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) Sebagai Pewarna Alami dengan Variasi Minyak.
2016;
9. Asyifaa DA, Gadri A, Sadiyah ER. Formulasi Lip Cream dengan Pewarna
Alami dari Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) serta Uji Stabilitasnya.
Pros Farm. 2017;3(2):518–25.
10. Wulandari T. Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Bunga
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Pewarna. 2013.
11. Farima D. Karakterisasi dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan Bunga Mawar
(Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya dalam Sediaan Pewarna Bibir. 2009.
12. Badan POM RI. Public Warning/Peringatan Nomor KH.00.01.432.6081
tentang Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya dan Zat Warna yang
Dilarang. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan; 2007. 1-2 p.
13. Badan POM RI. Rodamin B (Rhodamine B). Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan; 2008.
14. Lestari L. Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Buah Senggani
(Malastoma malabathricum L.) Sebagai Pewarna. 2017.
15. Yulyuswarni. Formulasi Ekstrak Kulit buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus) Sebagai Pewarna Alami Dalam Sediaan Lipstik.
2016;7(1):673–9.
16. Perwitasari AD, Sulhadi, Darsono T, Purwaningtyas SA, Putri CA.
Ekstraksi Kulit Buah Naga Sebagai Alternatif Zat Pewarna Alami Pada
Lipstik. Pros Semin Nas Fis. 2017;VI:131–6.
17. Pranutikagne EB. Ekstraksi dan Uji Kestabilan Zat Warna Betasianin Dari
Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) serta Aplikasinya Sebagai
Pewarna Alami. J Kim Sains dan Apl [Internet]. 2009;13(2):4–5. Available
from: http://eprints.undip.ac.id/2772/
53
18. Santoso AF, Fibrianto K. Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) Terhadap Kualitas Sosis Ayam. J Pangan dan
Agroindustri. 2017;5(4):92–6.
19. Tim Karya Tani Mandiri. Pedoman Bertanam Buah Naga. Bandung:
Nuansa Aulia; 2010.
20. Ningrum IS. Sukses Bertanam Buah Naga. Yogyakarta: Indopublika; 2014.
2 p.
21. Setyowat A. Analisis Morfologi dan sitologi Tanaman Buah Naga Kulit
Kuning (selenicereus megalanthus). 2008;
22. Murtie A. Khasiat Sakti Tanaman Obat Untuk Stroke. Bandung: Dunia
Sehat; 2013.
23. Kristanto D. Berkebun Buah Naga. Jakarta: Penebar Swadaya; 2014.
24. Anggraini S. Formulasi Lipstik dari Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus) dan Kunyit (Curcuma longa L.). 2017.
25. Pramita RA. Zat Warna Alami Dari Kulit Buah Naga Super Merah
(Hylocereus Costaricensis). 2013;
26. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 033 Tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Menteri Kesehatan
Republik Indonesia; 2012.
27. Badan POM RI. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 37 Tentang Batas Maksimum Penggunaan
Bahan Tambahan Pangan Pewarna. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan; 2013.
28. Setyawardhani DA, Wiyatno A, Triyono A. Zat Pewarna Alami Tekstil
Dari Kulit Buah Manggis. 2006;41–7.
29. Fitrihana N. Teknik Eksplorasi Alam Dari Tanaman di Sekitar Kita Untuk
Pencelupan Bahan Tekstil. 1978;1–8.
30. Faridah A, Holinesti R, Syukri D. Identifikasi Pigmen Betasianin Dari
Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus). 2008;147–54.
31. Rengku PM, Ridhay A, Prismawiryanti. Ekstraksi dan Uji stabilitas
Betasianin dalam Ekstrak Buah Kaktus (Opuntia elatior Mill.).
2017;3(2):142–9.
32. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
33. Rori Y. Uji Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Putihan (Chromolaena
odorata) dengan Siprofloksasin Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus Aureus dan Pseudomonas Aeruginosa. 2017.
34. Badan POM RI. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 18 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan; 2015. 1-28 p.
35. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta;
2016.
36. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Eksperimental. Rineka Cipta; 2015. 55
p.
37. Narulita H. Studi Praformulasi Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.). 2014;(September).
54
38. Azizah DN, Kumolowati E, Faramayuda F. Penetapan Kadar Flavonoid
Metode AlCl3 Pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao
L.). 2014;2(2):45–9.
39. Risnawati, Nazliniwaty, Purba D. Formulasi Lipstik Menggunakan Ekstrak
Biji Coklat (Theobroma cacao L.) Sebagai Pewarna. 2012;1(1):78–86.
40. Nazliniwaty NA, Purba D. Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna
Dari Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.).
2012;1(2):87–94.
41. Badan Standardisasi Nasional. Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau
Sensori. Jakarta: Standar Nasional Indonesia; 2006.
42. Handayani FV, Susilo H, Sari BL. Formulasi Sediaan Lipstik
Menggunakan Ekstrak Buah Naga Super Merah (Hylocereus Costaricensis)
Sebaagai Zat Warna Alami. 2009;430.
43. Anwar K, Triyasmono L. Kandungan Total Fenolik , Total Flavonoid , dan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia
L.). 2016;3(1):83–92.
44. Selawa W, Revolta M, Runtuwene J, Citraningtyas G. Kandungan
Flavonoid dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong
[Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.]. J Ilm Farm. 2013;2(01):18–23.
45. Ermawati D, Chasanah U, Hidayah N. Optimasi Formulasi Sediaan Lipstik
Mengandung Ekstrak Etanol Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.).
2017;115–22.
46. Mulangsri DAK, Murrukmihadi M, Muaniqoh E. Karakteristik Fisik
Lipstik Sari Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis) Dengan
Variasi Perbandingan Konsentrasi Carnauba wax dan Beeswax.
2017;2(2):19–24.
47. Amalia N, Safitri M, Kuncoro B. Pengembangan Formulasi dan Evaluasi
Sediaan Lip Cream Ekstrak Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum
Linn) Sebagai Pewarna Bibir. J Ilm Kefarmasian. 2017;IV(1):26–34.
48. Irnawati, Suryani, Sari I. Variasi Lama Maserasi Daun Tanaman Jati
(Tectona grandis Linn . F) dan Pemanfaatannya sebagai Pewarna Alami
dalam Sediaan Lipstik. 1(2):18–22.
49. Balsam M., Sagarin E. Cosmetic Sciense and Technology. New York:
Wiley-Interscience; 1972. 64 p.
50. Naibaho OH, Yamlean PVY, Wiyono W. Pengaruh Basis Salep Terhadap
Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)
Pada Kulit Punggung Kelinci yang Dibuat Infeksi Staphylococcus aureus.
2013;2(02):27–34.
51. Lubis ES, Lubis LS, Reveny J. Pelembab Kulit Alami Dari Sari Buah Jeruk
Bali [Citrus maxima (Burm.) Osbeck]. 2012;1(2):104–11.
52. Anggraini S, Ginting M. Formulasi Lipstik dari Sari Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) dan Kunyit (Curcuma longa L.). 2017;1(3):114–
22.
55
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian
a) Kulit buah naga merah yang sudah di lakukan sortasi
b) Pengeringan kulit buah naga merah dalam lemari pengering
56
Lampiran lanjutan
c) Kulit buah naga yang sudah kering dan dihaluskan
57
Lampiran Lanjutan
d) Maserasi Kulit Buah Naga Merah
e) Ekstrak kental kulit buah naga merah
58
Lampiran Lanjutan
f) Lip Cream Formula F0, F1, F2, F3, F4
59
Lampiran 2. Uji Homogenitas
1. Formula F0 (Blanko)
2. Formula F1 (10%)
60
Lampiran Lanjutan
3. Formulasi F2 (20%)
Lampiran Lanjutan
4. Formula F3 (30%)
61
Lampiran Lanjutan
5. Formula F4 (40%)
62
Lampiran 3. Uji Oles
63
Lampiran 4. Uji pH
1. Formula F0 (0%)
2. Formula F1 (10%)
64
Lampiran Lanjutan
3. Formula F2 (20%)
4. Formula F3 (30%)
65
Lampiran Lanjutan
5. Formula F4 (40%)
66
Lampiran 5. Uji Iritasi
1. Formula F0 (0%)
F0 Sebelum F0 Sesudah
2. Formula F1 (10%)
F1 Sebelum F1 Sesudah
67
3. Formula F2 (20%)
F2 Sebelum F2 Sesudah
Lampiran Lanjutan
4. Formula F3 (30%)
F3 Sebelum F3 Sesudah
68
5. Formula F4 (40%)
F4 Sebelum F4 Sesudah
69
Lampiran 6. Bagan Proses Pembuatan Simplisia Kulit Buah Naga Merah
Buah naga segar
dan matang
Kulit buah naga merah
Di kupas
Di sortasi basah
Di cuci dengan air mengalir
Di Timbang berat basah
Di potong/rajang
tipis-tipis
Di keringkan dalam
lemari pengering
Di sortasi kering
Di Timbang berat kering
Dihaluskan
Menggunakan blender
Serbuk simplisia kering
70
Lampiran 7 . Bagan Proses Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah
8 kg kulit buah naga merah
Dilakukan sortasi, dicuci, dikeringkan dalam
lemari pengerinh lalu dihaluskan, disaring,
dimasukkan dalam toples kaca terpisah
Ditambah pelarut etanol 70%, untuk masearasi
250 gram sampel dengan pelarut 75% yaitu
1.875 ml
Seluruh toples ditutup dengan aluminium foil
dan dibungkus plastik hitam, dimaserasi selama
5 hari, diaduk sehari sekali
Disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat I
kemudian residu ditambah sisa pelarut 25%
yaitu 625ml. Remaserasi selama 2 hari
Disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat
II kemudian filtrat I dicampur dengan filtrat II
Ekstrak cair kulit buah naga merah
Dipekatkan diatas waterbath
Diuapkan dengan rotary
evaporator
Ekstrak kental kulit buah naga merah
71
Lampiran 8. Bagan Pembuatan Lip Cream
Ekstrak kulit buah naga merah Oleum castrol Carnauba wax,
bess wax,
lanolin
Dilebur
diatas
penangas air
Masa 1 Masa 2
Lumpang panas
Kaolin, titanium
dioksida,
tokoferol, metil
paraben, parfum
Homogen dan dingin BHT
Dimasukkan
dalam wadah
dan beri etiket
72
Lampiran 9 Tabel Kuesioner Uji Kesukaan
73
Lampiran 9 (Lanjutan)
74
Lampiran 10 Lembar Surat Determinasi Herbarium Medanense
Universitas Sumatera Utara
75
Lampiran 11 Lembar Ethical Clearance
76
Lampiran 12 Permohonan Pengajuan Judul Skripsi
77
Lampiran 13 Lembar Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 1
78
Lampiran 14 Lembar Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 2
79
Lampiran 15 Lembar Persetujuan Revisi (Proposal)
80
Lampiran 16 Lembar Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 1
81
Lampiran 17 Lembar Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 2
82
Lampiran 18 Lembar Persetujuan Revisi (Skripsi)
83
Lampiran 19 Surat Izin Penelitian
84
Lampiran 20 Surat balasan Penelitian