82
FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Rizqi Saefurrohman NIM: 1110112000044 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H./2017 M.

FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

  • Upload
    ngodieu

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

FUNDAMENTALISME GERAKAN

ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM

(ISIS) DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Rizqi Saefurrohman

NIM: 1110112000044

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017 M.

Page 2: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

FUNDAMENTALISME GERAKAN

ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM

(ISIS) DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Rizqi Saefurrohman

NIM: 1110112000044

Pembimbing:

Dr. Nawiruddin, M.Ag

NIP. 19720105 200112 1 003

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017 M.

Page 3: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat
Page 4: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat
Page 5: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat
Page 6: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

i

ABSTRAK

Skripsi ini mendeskripsikan gerakan fundamentalisme Islam, khususnya

Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia. Kelompok radikal berkedok

agama ini ingin mendirikan sistem pemerintahan Islam atau khilafah di Indonesia.

Mereka menganggap bahwa perang jihad menjadi suatu keharusan untuk

melindungi sampainya dakwah Islam kepada seluruh lapisan umat. Tanpa senjata

di tangan, penyebaran Islam ini akan menghadapi berbagai rintangan, baik dalam

politik, sosial, ekonomi, kebangsaan dan geografis.

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini bersifat dokumenter, yaitu diambil

dari buku-buku, jurnal, artikel, dan wawancara. Dari hasil pengumpulan data

tersebut, kemudian diproses dengan melakukan penyusunan dan pereduksian data,

yang pada akhirnya akan ditarik menjadi kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian, skripsi ini menyimpulkan bahwa konsep dan

strategi gerakan fundamentalisme Islam seperti ISIS di Indonesia memiliki dua

bentuk, pertama adalah dari pintu ke pintu. Kedua, mereka berdakwah melalui

internet, dengan menggunakan ayat-ayat yang dimaknai radikal secara sempit dan

jihad. Pengaruh gerakan ISIS di Indonesia sangat kompleks, di antaranya yaitu

mengancam kedaulatan dan integritas negara, menyebabkan ketidakpercayaan

rakyat terhadap pemerintah, mempengaruhi stabilitas politik di Indonesia dan

bahkan dunia internasional, merusak sistem perekonomian di Indonesia, merusak

citra Islam di mata agama lain, mengancam kedaulatan bangsa, integritas wilayah,

perlindungan terhadap warga negara, serta kepentingan negara, dan mengancam

seluruh unsur keamanan negara.

Adapun peran pemerintah, khususnya BNPT dalam mencegah

perkembangan kelompok radikal seperti ISIS di Indonesia memiliki dua strategi

utama, yaitu strategi kontra radikalisasi dan strategi deradikalisasi. Strategi kontra

radikalisasi ditujukan terhadap kelompok pendukung, simpatisan, dan masyarakat

yang belum terpapar paham radikal. Sementara strategi deradikalisasi lebih

ditujukan terhadap kelompok yang sudah terpapar paham teror, kelompok inti dan

militan terorisme dengan melaksanakan kegiatan identifikasi, rehabilitasi,

permasyarakatan, dan reedukasi.

Kata Kunci: Gerakan Islam, Fundamentalisme Islam, ISIS.

Page 7: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah

memberikan hidayah, rahmat dan ilmu-Nya kepada kita, serta berkat-Nya lah

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Salawat dan salam semoga

senantiasa terlimpahcurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membina

umat manusia menuju jalan yang diridhai oleh Allah Swt, dan semoga kita

menjadi salah satu umat yang mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak. Amiin

Dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gerakan Fundamentalisme

Islamic State of Iraq and Syria/Sham di Indonesia” ini tentunya banyak

melibatkan berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iding Rosyidin, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Suryani, M.Si selaku Sekretaris

Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr, Nawiruddin, M,Ag selaku pembimbing skripsi penulis yang

senantiasa membimbing, memotivasi dan menginspirasi penulis,

sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Jazakumullah

ahsana al jaza.

4. Segenap dosen civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya Program Studi

Ilmu Politik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala

Page 8: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

iii

ilmu dan pengetahuan selama penulis menempuh studi di kampus

tercinta ini, baik di dalam maupun di luar kelas perkuliahan.

5. Ayahanda dan Ibunda penulis tercinta atas bimbingan moral dan

spiritual, dukungan do’a dan restunya. Semoga Allah Swt senantiasa

memberikan rahmat, keselamatan dan kesehatan kepada kalian.

Kemudian Istri tercinta yang selalu memberikan perhatian dan

supportnya, Kakak-kakak, dan Adik-adik penulis trimakasih atas

dukungannya.

6. Prof. Dr. Irfan Idris, MA selaku Ketua Umum Bidang Deradikalisasi

pada lembaga Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) atas

segala informasi yang diberikan.

7. Teman-teman Ilmu Politik angkatan 2010, khususnya Rizky Ilham alias

Ajo (Sumatera Barat), Masrizal (Lampung), M. Abroor (Tangerang),

Fareed Bahram Mukhttar (Kalimantan Selatan), Adi Budiman (Cirebon),

Rafsanjani (Garut), Kholil (Madure), Lay Maulana (Medan), dan teman-

teman penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas

semangat perjuangan dalam menyelesaikan studi di jurusan Ilmu Politik

FISIP UIN Jakarta.

Page 9: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah .............................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6

D. Tinjauan Pustaka ................................................................... 7

E. Kerangka Teoritis .................................................................. 9

F. Metode Penelitian .................................................................. 15

G. Sitematika Penulisan ............................................................. 17

BAB II KERANGKA TEORI FUNDAMENTALISME GERAKAN

POLITIK

A. Pengertian dan Konsep Fundamentalisme ............................ 19

1. Pengertian Fundamentalisme ........................................... 19

2. Teori Fundamentalisme .................................................... 21

B. Konsep dan Teori Gerakan Fundamentalisme Islam ............ 23

BAB III GAMBARAN UMUM IDEOLOGI ISIS

A. Sejarah Kelahiran dan Perkembangan ISIS .......................... 31

B. Latar Belakang dan Kemunculan ISIS di Indonesia ............. 36

C. Landasan Pemikiran Ideologi Politik ISIS ............................ 40

D. Tujuan Utama Gerakan ISIS ................................................. 43

Page 10: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

v

BAB IV GERAKAN ISIS DI INDONESIA

A. Metodologi dan Strategi Gerakan ISIS ................................. 46

B. Gerakan dan Sasaran Utama ISIS ......................................... 50

C. Eksistensi Gerakan ISIS dalam Konsep Negara Kesatuan

Republik Indonesia ................................................................ 53

D. Pengaruh Gerakan ISIS di Indonesia .................................... 55

E. Peran Pemerintah dalam mencegah Perkembangan ISIS di

Indonesia ............................................................................... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 68

B. Saran ...................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 70

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang kelompok radikal

berkedok agama yang ingin mendirikan sistem pemerintahan Islam atau khilafah

di Indonesia. Sebagian besar umat Islam bukanlah fundamentalis, dan sebagian

besar fundamentalis bukanlah teroris, namun sebagian teroris sekarang ini adalah

Muslim, dan mereka dengan bangga mengakui diri mereka sebagai Muslim. Dapat

dipahami, kaum Muslimin protes ketika media mengatakan gerakan-gerakan dan

perbuatan-perbuatan teroris sebagai gerakan dan perbuatan “Islam” dan

mempertanyakan kenapa media tidak juga menyamakan teroris dari Irlandia dan

Basque sebagai teroris “Kristen”. Jawabannya sederhana dan jelas – mereka tidak

menyatakan diri mereka sebagai teroris Kristen.1

Menurut Abdullah Azzam, munculnya agama Islam di muka bumi adalah

untuk seluruh umat manusia di seluruh permukaan bumi Allah. Maka bertolak

dari sinilah perang jihad menjadi suatu keharusan untuk melindungi sampainya

dakwah Islam kepada seluruh lapisan umat. Tanpa senjata di tangan, penyebaran

Islam ini akan menghadapi berbagai rintangan, baik dalam politik, sosial,

ekonomi, kebangsaan dan geografis.2

Sedangkan menurut Akhmad Elang Muttaqin, Radikalisme, baik dalam

karakternya yang skriptualis, opsitionalis, dan puritan sekalipun, sejatinya

merefleksikan semangat pembaruan ke arah yang lebih baik. Ia berfungsi sebagai

1 Bernard Lewis, Krisis Islam: Antara Jihad dan Teror, Penerjemah: Ahmad Lukman

(Jakarta: Ina Publikatama, 2004), h. 130 2 Abdullah Azzam, Perang Jihad di Jaman Modern, Penerjemah: H. Salim Basyarahil

(Jakarta: Gema Insani Press, 1992), h. 47

Page 12: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

2

pengaturan kolektif agar pesan dasar perubahan tetap berpengaruh atas umat dan

berada dalam koridor-koridor Islami. Ia juga berperan penting sebagai kritik atas

modernisme yang tidak jarang melahirkan ekses-ekses negatif bagi masyarakat.

Kendatipun demikian, sangat disayangkan bila ide pembaruan tersebut kemudian

dinodai oleh kuatnya semangat absolutis maupun radikalis. Pandangan absolutis

bagaimanapun mencerminkan sebuah kedangkalan intelektual. Munculnya

kedangkalan intelektual ini telah jauh-jauh diperingatkan Fazlur Rahman, bahwa

mereka tidak mampu menciptakan sistem pendidikan, tidak mampu menciptakan

metodologi, strategi struktural untuk memahami Islam dan menafsirkan al-Qur‟an

sehingga mereka terjebak pada pandangan yang absolutis, skriptualis, puritan dan

tidak jarang radikal. Paradigma absolutis maupun radikalis juga mengerdilkan

nilai asasi dari Islam itu sendiri. Islam selalu mengajarkan kepada umatnya untuk

selalu bersikap egaliter, pluralis, dan melarang penggunaan cara-cara kekerasan.3

Dalam konteks Islam, agama senantiasa menunjukkan peran pentingnya dan

sangat serius mempengaruhi intelektualitas serta mengasah hati nurani ratusan

juta penduduk di berbagai negara Asia-Afrika.4 Antara tahun 1970 an hingga 1980

an, tampak jelas pada beberapa negara, peningkatan kasus perampasan dan

kejahatan dalam sistem sosial, ekonomi dan politik sebagai akibat pengaruh yang

datang dari luar. Nilai-nilai yang diimpor, yang sesungguhnya diformulasikan

dalam lingkungan kultural yang berbeda, telah menimbulkan pertentangan yang

3 Erlangga Husada, dkk, Kajian Islam Kontemporer (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007),

h.5 4 Victor Feodorovich Sychev, Islam Indonesia di Mata Orientalis Rusia, Penerjemah:

Wan Jamaludin Z (Jakarta: Litbang Depag RI, 2008), h.19

Page 13: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

3

sengit dengan kondisi lokal dan struktur tradisional yang ada. Berlangsunglah

proses perombakan yang melelahkan dan destruktif selama berabad-abad.5

Seperti masa-masa sebelumnya, saat ini di kalangan umat Islam masih

terjadi perbedaan pendapat terkait makna “jihad” dan bahkan tidak jarang terjadi

perselisihan antara beberapa aliran pemikiran, ajaran, dan sekte-sekte keagamaan.

Hal ini menjadi pemicu terjadinya gerakan-gerakan radikal yang dapat merugikan

masyarakat secara umum. Benih-benih terorisme pun tumbuh subur karena

berakar pada pemahaman jihad yang salah. Ayat-ayat jihad yang semuanya turun

di Madinah, yaitu di zaman perang, mengalami distorsi ketika ayat-ayat tersebut

diartikan dengan “perang” di wilayah non-konflik dan aman seperti di Indonesia.6

Gerakan radikalisasi yang terjadi di Indonesia misalnya, yang muncul begitu

masif pasca jatuhnya Orde Baru tentu bukanlah suatu peristiwa yang bersifat

spontanitas dan reaksional atas perubahan sistem politik. Ia ada, tumbuh dan

berkembang oleh faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhinya.

Latar belakang kemunculan mereka dapat dilacak jauh sebelum kejatuhan Orde

Baru – bahkan jauh sebelum Orde Baru terbentuk. Pemunculannya ke permukaan

hanya tinggal menunggu waktu, dan kejatuhan Soeharto adalah momentum

tersebut. Sehingga tidak lama setelah jatuhnya Soeharto, organisasi-organisasi

seperti FKASWJ, Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia

(MMI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang berhaluan puritan, berkarakter

militan, radikal skriptualis, konservatif, dan ekslusif unjuk gigi. Sedangkan para

teroris setiap saat hadir menebar ancaman. Hasilnya, Poso membara; ribuan

5 Victor Feodorovich Sychev, Islam Indonesia di Mata Orientalis Rusia, Penerjemah:

Wan Jamaludin Z (Jakarta: Litbang Depag RI, 2008), h.21-22 6 Khairul Ghazali, Aksi Teror Bukan Jihad (Jakarta: Daulat Press, 2015), h. 105

Page 14: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

4

nyawa hilang sia-sia, Bali menggelegar; ratusan orang mati terbakar dan

kebebasan beragama terpasung oleh tentara-tentara Tuhan.7

Selain organisasi-organisasi tersebut di atas, baru-baru ini muncul organisasi

radikal berkedok agama yang mengancam eksistensi Islam Indonesia, tidak lain

adalah Islamic State of Iraq and Syria/Sham (ISIS). Ini terlihat dari beredarnya

video ISIS di Youtube pasca Idul Fitri lalu (1935 H./2014 M.) di mana seorang

Abu Muhammad al-Indonesi dengan berapi-api memprovokasi warga Muslim

Indonesia untuk menyertai "jihad" ISIS di Levant (Irak dan Suriah). Dikelilingi

beberapa orang berwajah Indonesia bersenjata lengkap, video itu jelas

memperlihatkan keterlibatan sejumlah Muslim Indonesia di medan perang ISIS.8

Meski ada potensi ISIS bisa merekrut segelintir Muslim dari berbagai

penjuru dunia, pada saat yang sama ISIS mengandung lebih banyak potensi

mendapat perlawanan dari mayoritas terbesar umat Islam. Hal ini terkait terutama

dengan paham keagamaannya yang bersifat ”ultra-puritan” yang bahkan jauh

lebih ekstrem daripada paham Wahabiyah. ISIS menghancurkan banyak masjid di

wilayah yang mereka duduki, dengan alasan masjid-masjid itu jadi ”tempat

pemujaan” berbau musyrik yang bertentangan dengan akidah tauhid. Dengan

paham keagamaan "ultra-puritan", ISIS berniat menghancurkan Ka‟bah di

Mekkah yang menurut mereka telah menjadi pusat pemujaan kemusyrikan.9

Dewan Pemantau Takfiriyah Lembaga Fatwa Mesir Dar al-Ifta mencatat,

setidaknya ada 50 masjid yang dihancurkan ISIS di sejumlah negara yang mereka

7 Erlangga Husada, dkk, Kajian Islam Kontemporer (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007),

h.6 8 Azyumardi Azra, “ISIS, “Khilafah”, dan Indonesia”, diakses dari http://kompas.com

pada 17 Desember 2014. 9 Azyumardi Azra, “ISIS, “Khilafah”, dan Indonesia”, diakses dari http://kompas.com

pada 17 Desember 2014.

Page 15: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

5

jadikan target operasi, yaitu Suriah, Irak, Yaman, dan terakhir Arab Saudi.

Bahkan Dewan Wakaf Sunni Mosul Irak menyebutkan, 211 tempat ibadah Islam

dan non-Islam telah dirusak ISIS. Mereka juga menyasar makam-makam para

sahabat, tabi‟in, dan para wali Allah Swt. Adapun sejumlah masjid dan makam

yang telah dirusak ISIS di antaranya yaitu Masjid al-Arba‟in al-Muqaddas dan 40

makam sahabat Nabi Saw di tengah-tengah Kota Tirkit (170 km utara dari

Baghdad) pada 24 September 2014, Masjid Khidhir di bagian selatan Mosul (Irak)

pada Maret 2015, Makam Nabi Yunus AS pada 2014, dan lain sebagainya.10

Walau potensi keberhasilannya relatif kecil, gagasan dan praksis ISIS dapat

menimbulkan masalah serius dalam kehidupan politik, agama, dan sosial di Tanah

Air. Hampir bisa dipastikan, pendukung utama ISIS dengan khilafah-nya adalah

sejumlah orang atau kelompok kecil radikal yang selama ini aktif di Indonesia.

Mayoritas terbesar umat Islam Indonesia sebagai arus utama yang umumnya

tergabung di NU, Muhammadiyah, dan banyak lagi di seantero Nusantara jelas

menolak "khilafatisme" dan kekerasan.11

Terlepas dari dampak negatif yang ditimbulkan, kiranya menarik untuk

diteliti lebih dalam tentang apa faktor yang melatarbelakangi munculnya ISIS di

Indonesia, dan bagaimana kelompok ini dapat bertahan di Tanah Air. Oleh karena

itu, skripsi ini penulis beri judul “Fundamentalisme Gerakan Islam: Studi Atas

Islamic State Of Iraq And Syria/Sham (ISIS) di Indonesia.”

10

Lihat Republika Online Edisi Jum‟at, 2 Oktober 2015. Diakses dari http://

republika.co.id/home/dunia-islam/khazanah.html pada 3 Juni 2017. 11

Azyumardi Azra, “ISIS, “Khilafah”, dan Indonesia”, diakses dari http://kompas.com

pada 17 Desember 2014.

Page 16: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

6

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah di atas, maka pertanyaan penelitiannya

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dan strategi gerakan politik ISIS di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh gerakan ISIS di Indonesia?

3. Bagaimana peran pemerintah mencegah perkembangan ISIS di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana gerakan ISIS di Indonesia.

2. Untuk mengetahui sejauh mana dampak negatif yang ditimbulkan

gerakan ISIS di Indonesia.

3. Untuk mengetahui sejauh mana peran pemerintah Indonesia dalam

mencegah perkembangan ISIS di Indonesia.

b. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini antara lain ialah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis, yaitu membantu mengembangkan khazanah keilmuan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama dalam hal

organisasi radikal yang berkembang di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Memotivasi mahasiswa Ilmu Politik untuk melakukan penelitian

tentang ideologi politik yang berkedok agama di Indonesia.

Page 17: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

7

b. Memberikan kontribusi pemikiran kepada masyarakat agar waspada

terhadap gerakan-gerakan radikal berkedok agama yang terjadi di

Indonesia.

c. Memberikan kontribusi pengalaman dan keterampilan dalam

mengaplikasikan teori secara empiris.

D. Tinjauan Pustaka

Studi yang membahas kelompok fundamentalis Islam telah banyak

dilakukan oleh para pengkaji dalam bentuk buku, artikel, skripsi, dan lain

sebagainya. Salah satu buku yang membahas tentang kelompok fundamentalis

tersebut adalah Sejarah ISIS dan Illuminati yang ditulis oleh Ahmad Yanuana

Samantho pada tahun 2014. Dalam buku tersebut dijelaskan asal-usul berdirinya

ISIS dalam bingkai perpolitikan dunia. Dimulai dari adanya konflik di wilayah

Timur Tengah, seperti perang Irak-Iran awal tahun 1980-an, Perang Teluk awal

1990-an, Gerakan Taliban, al-Qaeda, invansi AS ke Irak hingga Arab Spring.12

Buku tersebut banyak menjelaskan keadaan ISIS sebagai senjata untuk

memperburuk wilayah Timur Tengah oleh Amerika Serikat.

Buku selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini adalah ISIS:

Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, yang ditulis oleh Muhammad

Haidar Assad pada tahun 2014. Buku ini menjelaskan beberapa poin penting

terkait tentang gerakan ISIS yang menjadi sorotan dunia dengan aksinya yang

mengancam stabilitas negara. Dalam buku ini juga dijelaskan mulai dari sejarah

ISIS di Irak dan Suriah, serta perkembangannya dalam perpolitikan dunia yang

12

Ahmad Yanuana Samantho, Sejarah ISIS dan Illuminati (Jakarta: PT. Ufuk Publishing

House, 2014), h.7-8

Page 18: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

8

gencar dengan sistem khilafah Islam. Menariknya dalam buku ini, juga

dipaparkan aksi ISIS di Indonesia yang mendeklarasikan dirinya di salah satu

Universitas Islam Negeri ternama di Tangerang Selatan, yakni UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.13

Selanjutnya, studi tentang salah satu kelompok fundamentalis ini juga

pernah dikaji dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Idris dengan judul

“Fundamentalisme Islam: Analisis Pemikiran Politik Bassam Tibi” (Skripsi S1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) tahun 2007. Penelitiannya lebih khusus kepada

pemikiran politik Bassam Tibi yang menganggap bahwa pembangunan sistem

sosial politik berdasarkan syariat adalah sesuatu yang tidak mungkin terwujud di

zaman modern ini, karena minimnya dukungan dari umat Islam sendiri.14

Menurut

Bassam Tibi, ide tentang negara Islam adalah konsep yang kabur atas dasar

politisasi, dan cenderung membangkitkan kembali kesewenang-wenangan dengan

menyeleksi komponen-komponen doktrin Islam tanpa menyadari bias modern ke

dalam sejarah dan pemikiran Islam klasik.15

Selain itu, ada pula yang membahas tentang “Respon Ideologi

Fundamentalisme Islam terhadap Prognosis Politik Kaum Endist” (Skripsi S1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) yang dikaji oleh Ade Mulyana pada tahun 2006.

Di dalam skripsinya tersebut, ia menyebutkan beberapa kaum fundamentalis Islam

seperti Hizbut Tahrir, Taliban, Ikhwanul Muslimin, dan para tokoh-tokoh

fundamentalis Islam yang menegaskan perlunya penegakkan kembali identitas

13

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini,

(Jakarta: Zahira, 2014), h.169-170 14

Idris, “Fundamentalisme Islam: Analisis Pemikiran Politik Bassam Tibi” (Skripsi S1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h.59 15

Idris, “Fundamentalisme Islam: Analisis Pemikiran Politik Bassam Tibi” (Skripsi S1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h.53

Page 19: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

9

politik Islam, serta membebaskan wilayah-wilayah Islam dari akar-akar nilai,

budaya, politik, militer dan ekonomi Barat. Penjagaan dan pemeliharaan ini harus

dilakukan dengan terwujudnya Khilafah Islamiyah, penerapan sistem hukum, dan

jaminan revolusi dan mengawal khilafah Islamiyah.16

Dari beberapa studi penelitian ideologi politik Islam di atas, terdapat

perbedaan yang membuat penulis ingin meneliti sebuah kelompok fundamentalis

yang saat ini tersebar di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia, yakni ISIS.

Berbeda dengan kelompok fundamentalis sebelumnya, kelompok ini mengalami

dinamika politik yang sangat ekstrem, sehingga bentuk kekerasan dan ancaman

kerap terjadi demi terwujudnya negara Islam atau Daulah Islamiyah yang berbasis

Khilafah.

E. Kerangka Teoritis

Studi ini menggunakan teori gerakan sosial Islam Quintan Wiktorowicz

tentang gerakan organisasi radikal yang berkedok Islam, dan teori ideologi politik

fundamentalis Ian Adams tentang sistem pemerintahan dalam Islam, yakni

Khilafah. Dengan tujuan utamanya, yakni untuk memperjelas sistem Khilafah

yang diusung oleh kelompok ISIS dengan berbagai macam gerakan dan kekerasan

yang dilakukan di berbagai belahan dunia – termasuk Indonesia- demi tercapainya

sistem pemerintahan tersebut, serta menguji kebenaran bahwa terbentuknya

Daulah Islamiyah atau negara Islam dengan membentuk khilafah adalah cita-cita

yang didambakan oleh kelompok umat Islam seperti ISIS.

16

Ade Mulyana “Respon Ideologi Fundamentalisme Islam terhadap Prognosis Politik

Kaum Endist” (Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 58

Page 20: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

10

a. Gerakan Sosial Islam

Quintan Wiktorowicz mengemukakan bahwa teori gerakan sosial Islam

merupakan suatu kerangka dan agenda menyatukan, yang menyediakan bentuk-

bentuk penelitian yang efektif untuk memperluas batas-batas penelitian tentang

aktivisme Islam sebagai mobilisasi perseteruan untuk mendukung kepentingan

dan tujuan kaum Muslim. Dalam hal ini, terdapat beragam perseteruan yang

seringkali muncul atas nama Islam, termasuk gerakan-gerakan dakwah,

kelompok-kelompok teroris, tindakan kolektif yang bersumber dari simbol dan

identitas Islam, dan gerakan-gerakan politik yang berusaha untuk mendirikan

sebuah negara Islam.17

Gerakan Islam –tak jarang menggunakan kekerasan- menjadi fenomena

yang sangat menonjol menyeruak di media internasional. Menurut M. Imam Aziz,

tragedi penyerangan 11 September oleh al-Qaeda hanyalah puncak dari serentetan

drama kekerasan yang memakan korban orang-orang yang tidak mengetahui apa

yang sesungguhnya „dipikirkan‟ para pelakunya. Di negara-negara di mana

penduduk Muslim menjadi mayoritas maupun minoritas, ledakan kekerasan

seolah beruntun tidak berkesudahan. Munculnya organisasi-organisasi baru yang

dideklarasikan, dan mendemonstrasi dengan menumpahkan massa ke jalan-jalan

ibukota maupun di kota-kota kecil terus digelar. Sehingga menimbulkan

pertanyaan apakah ini adalah „khas‟ Islam?.18

Fenomena gerakan Islam masih didominasi oleh asumsi bahwa gerakan

Islam merupakan „penyimpangan‟ dari arus utama Islam, yang muncul karena

17

Quintan Wiktorowicz, Gerakan Sosial Islam: Teori Pendekatan dan Studi Kasus,

Penerjemah: Tim Penerjemah Paramadina (Yogyakarta: Gading Publishing, 2012), h. 36, 39 18

Quintan Wiktorowicz, Gerakan Sosial Islam: Teori Pendekatan dan Studi Kasus,

Penerjemah: Tim Penerjemah Paramadina (Yogyakarta: Gading Publishing, 2012), h. 1-2

Page 21: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

11

didorong oleh rasa frustasi atas ketimpangan dan kemiskinan, sehingga mereka

terjerumus dalam tindakan tak rasional, mudah diprovokasi dan ditunggangi oleh

kepentingan-kepentingan di luar dirinya. Apakah memang demikian pemahaman

yang sesungguhnya?. Pemahaman yang lebih ilmiah, mengikuti alur metodologi

ilmu sosial, terhadap gejala perlawanan yang membawa bendera Islam, tak dapat

diperoleh secara memadahi.19

Sejak akhir tahun 1990-an, sejumlah peneliti gerakan Islam mulai

menjembatani kesenjangan antara studi gerakan Islam dan teori-teori ilmu sosial

tentang aksi kolektif. Premis dasarnya adalah bahwa gerakan Islam tidak sui

generis. Daripada menekankan kekhasan Islam sebagai sebuah sistem makna,

identitas, dan dasar aksi kolektif, mereka mencari kesamaan gerakan yang berakar

dalam proses: bagaimana gagasan diorganisasikan, bagaimana ide-ide dibingkai

dan disebarluaskan, bagaimana keluhan dikolektifkan, dan merancang taktik serta

strategi untuk menanggapi perubahan eksogen dan bagaimana melihat peluang

dan kendala. Maka dari pendekatan tersebut, para peneliti menekankan tiga

bingkai proses: mobilisasi sumber daya, pengambilan keputusan dan framing yang

semuanya umum ditemukan di dalam gerakan Islam maupun non-Islam.20

Dengan demikian, maka Imam Aziz menegaskankan bahwa gerakan Islam

bukanlah sekumpulan orang-orang bodoh atau menyimpang, tetapi sebuah

gerakan yang dipandu oleh pilihan rasional, yang mengetahui biaya dan resiko,

peluang dan tantangan, apalagi dengan kemampuan merekrut anggota dan

memengaruhi publik yang lebih luas dengan menggunakan bahasa dan simbol

19

Quintan Wiktorowicz, Gerakan Sosial Islam: Teori Pendekatan dan Studi Kasus,

Penerjemah: Tim Penerjemah Paramadina (Yogyakarta: Gading Publishing, 2012), h. 3 20

Quintan Wiktorowicz, Gerakan Sosial Islam: Teori Pendekatan dan Studi Kasus,

Penerjemah: Tim Penerjemah Paramadina (Yogyakarta: Gading Publishing, 2012), h. 3

Page 22: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

12

yang cukup kreatif. Jika perspektif ini yang diambil, maka sesungguhnya

Indonesia adalah sebuah kawasan penuh kontestasi. Mungkin cukup

membahayakan, tetapi cukup menantang.21

Salah satu gerakan Islam juga sering dikenal dengan istilah “jihad”.

Menurut kalagan militan Islam, jihad dengan melawan orang kafir adalah sebuah

kewajiban suci; kalangan militan melakukan interpretasi iman Islam, meyakini

bahwa orang-orang yang sungguh-sungguh beriman wajib melawan kaum muslim

yang tidak memiliki komitmen total, dan bahwa Ahl al-Kitab juga dianggap

sebagai kafir, yang harus diperangi. Interpretasi mereka tentang jihad yang tidak

tergoyahkan, yang meremehkan perjuangan bersenjata, dan melihat jihad hanya

sebatas pencarian pahala, disebut sebagai makna revolusioner yang sebenarnya

dalam Islam.22

Di samping gerakan Islam di atas, muncul gerakan-gerakan modern Islam

yang lebih lunak dan lebih berfokus pada nasionalisme politik, seperti halnya di

Indonesia. Gerakan-gerakan modern Islam ini pada dasarnya telah tersebar luas di

seluruh wilayah Indonesia sejak berdirinya partai politik seperti Sarekat Islam

pada tahun 1911, kemudian muncul gerakan politik modern Islam selanjutnya

seperti Persatuan Muslimin Indonesia pada tahun 1930-an, Partai Islam Indonesia

pada tahun 1937, hingga muncul golongan tradisi, golongan pembaharu, dan lain

sebagainya yang bermunculan pasca kemerdekaan Indonesia.23

21

Quintan Wiktorowicz, Gerakan Sosial Islam: Teori Pendekatan dan Studi Kasus,

Penerjemah: Tim Penerjemah Paramadina (Yogyakarta: Gading Publishing, 2012), h. 7 22

John L. Esposito, Ancaman Islam: Mitos atau Realitas?, Penerjemah: Alwiyah

Abdurrahman dan MISSI (Bandung: Mizan, 1995), h. 150 23

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: PT Pustaka

LP3ES Indonesia, 1996), h.114

Page 23: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

13

Dengan beragamnya gerakan-gerakan modern Islam tersebut bukan berarti

tidak adanya kesamaan di antara organisasi-organisasi pembaharu. Walaupun ada

keberagaman dalam sikap, kecenderungan dan kebijaksanaan, dasar-dasar

pemikiran mereka yang mencerminkan cita-cita pembaharu merupakan alasan

yang cukup kuat untuk dikatakan bahwa semua gerakan modern Islam di

Indonesia tersebut adalah satu gerakan.24

b. Sistem Khilafah

Bagi ISIS, khilafah adalah satu-satunya institusi atau entitas politik yang

bisa mempersatukan umat Islam seluruh dunia. Menurut mereka, hanya dengan

khilafah, umat Islam sedunia dapat mengatasi masalah semacam keterbelakangan,

kemiskinan, pengangguran, dan berbagai bentuk kenestapaan lain.25

Fazlur

Rahman berpendapat bahwa tujuan adanya khilafah atau negara Islam adalah

untuk mempertahankan keselamatan dan integritas negara, memelihara

terlaksananya undang-undang dan ketertiban serta membangun negara tersebut

sehingga setiap warganegaranya menyadari kemampuan-kemampuannya dan mau

menyumbangkan kemampuannya tersebut demi kesejahteraan warga negara.26

Hal ini terlihat karena Nabi dan para khalifahnya dianggap telah berhasil

memosisikan hubungan antara agama dan politik dalam keseimbangan yang

sempurna. Keseimbangan ini merupakan sebuah prestasi yang luar biasa jika

melihat bahwa sepanjang sejarah dunia, biasanya, otoritas politik mendominasi

24

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: PT Pustaka

LP3ES Indonesia, 1996), h.320 25

Azyumardi Azra, “ISIS, “Khilafah”, dan Indonesia”, diakses dari http://kompas.com

pada 17 Desember 2014 26

John J. Donohue dan John L. Esposito, Islam dan Pembaharuan: Ensiklopedi Masalah-

masalah, Penerjemah: Machnun Husein (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), h. 482

Page 24: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

14

otoritas agama.27

Karena itulah, dari waktu ke waktu selalu ada kelompok di

kalangan umat Islam yang mengorientasikan cita gerakan mereka untuk

pembentukan khilafah.

c. Khalifah

Pemikiran politik Islam tidak hanya berkutat di sekitar gagasan tentang

negara, tetapi juga membahas ide-ide tentang komunitas Muslim yang dipimpin

oleh Khalifah (sebagai pengganti Nabi). Khalifah menjalankan kekuasaannya

dibimbing oleh saran-saran dari ulama yang terdiri dari sarjana agama yang ahli di

bidang syariah, atau hukum Tuhan yang tertuang dalam al-Qur‟an dan hadis

Nabi.28

Kepala negara dalam negara Islam (Khalifah) merupakan pusat kekuatan-

kekuatan yang begitu besar, yang diamanatkan kepadanya dalam rangka

mengamankan kepentingan-kepentingan masyarakat muslim. Karena itu, ia secara

langsung bertanggung jawab terhadap mereka. Dengan alasan inilah kekuasaan ini

dapat dijalankan oleh seorang khalifah asalkan ia mampu, sanggup bekerja keras

dan yang perhatiannya ditujukan kepada masyarakat dan negaranya. Ia haruslah

orang yang benar-benar berwibawa dan dihormati oleh rakyat. Perlu dicatat bahwa

kesetiaan dan kejujuran, keduanya sangat diperlukan bagi pemegang jabatan

kepala negara Islam. 29

27

Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya,

Penerjemah: Ali Noerzaman (Yogyakarta: Qalam, 2004), h.428-429 28

Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya,

Penerjemah: Ali Noerzaman (Yogyakarta: Qalam, 2004), h.427 29

John J. Donohue dan John L. Esposito, Islam dan Pembaharuan: Ensiklopedi Masalah-

masalah, h. 493-494

Page 25: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

15

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, yakni

sebuah alur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif baik tertulis

maupun tidak tertulis dari objek yang diamati.30

Dalam hal ini, peneliti

mendeskripsikan hasil penelitian yang bersumber dari teknik pengumpulan data,

yang meliputi wawancara dan dokumenter.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Menurut Lexy J. Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang

diwawancarai, yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang di ajukan. Hal ini

bertujuan antara lain: mengkonstruksi tentang manusia, kejadian, kegiatan,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Untuk dapat

memproyeksikan masa yang akan datang: memverifikasi, mengubah dan

memperluas konstruksi.31

Penelitian ini akan dilakukan kurang lebih selama 3 bulan, terhitung dari

bulan Oktober hingga Desember 2015. Sedangkan informan yang akan penulis

wawancarai terkait penelitian ini adalah seseorang yang ahli di bidang terorisme

dan gerakan-gerakan organisasi radikal lainnya, yakni Prof. Dr. Irfan Idris, MA

(Ketua Umum Deradikalisasi BNPT). Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT) merupakan lembaga pemerintah yang berwenang mengurus hal-hal

30

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

h. 3 31

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

h. 135

Page 26: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

16

pencegahan terorisme, sehingga kunci penelitian tentang perkembangan ISIS di

Indonesia berada di tangan BNPT. Oleh karena itu, pengambilan sampel

wawancara dari BNPT dianggap cukup sebagai sumber data penelitian.

Penelitian ini akan didokumentasikan melalui beberapa alat bantu seperti

tape recorder (alat perekam suara) atau alat perekam dari handphone untuk

mewawancarai informan yang kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk

tulisan, kemudian camera digital yang digunakan untuk mendokumentasikan

gambar-gambar atau jejak rekam gerakan ISIS saat penelitian. Dengan kata lain,

semua dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini akan didokumentasikan

secara optimal.

b. Dokumenter

Proses dokumenter ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang

bersifat tertulis atau bersifat dokumen seperti buku, artikel, dan majalah. Proses

dokumenter juga dapat berupa gambar, maupun karya-karya monumental dari

seseorang. Menurut Sugiyono, studi dokumenter ini merupakan pelengkap dari

penggunaan metode wawancara dalam penelitian kualitatif.32

Studi dokumentasi

ini juga merupakan bukti atas beberapa aktivitas penelitian, dimulai dari proses

wawancara yang ditransformasikan ke dalam bentuk tulisan, maupun gambar-

gambar hasil penelitian, yang kemudian dijadikan sebagai lampiran-lampiran hasil

penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif

analitis, yaitu metode yang menggambarkan keadaan suatu objek penelitian secara

32

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 82

Page 27: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

17

tepat, sehingga diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan yang diteliti.

Tujuan deskriptif analitis ini yaitu memberikan deskripsi mengenai subjek

penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari subjek yang diteliti dan

tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.33

Adapun prosesnya dimulai

dengan menyusun data-data yang telah terkumpul dari hasil bacaan, wawancara

dan dokumenter. Kemudian dibaca, dipelajari, dan ditelaah secara cermat hingga

menghasilkan interpretasi data. Setelah mendapatkan interpretasi data, kemudian

ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut.

4. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Panduan Penyusunan

Proposal dan Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terurai jelas, maka penulis

membaginya menjadi 5 (lima) bab, dan di setiap babnya terdiri atas sub-sub bab

yang saling berkaitan. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:

Bab pertama adalah Pendahuluan, bab ini memuat tentang pernyataan

masalah, yang mendeskripsikan masalah-masalah tentang alasan penelitian,

kemudian pertanyaan masalah, yang dijadikan sebagai tolok ukur penelitian.

Selanjutnya tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka sebagai pembanding

penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang. Kemudian kerangka teoritis,

33

I Made Wirartha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis

(Yogyakarta: Andi Offset, 2006), h. 111

Page 28: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

18

sebagai uraian singkat tentang teori penelitian, selanjutnya dijelaskan tentang

metode penelitian, dan terakhir adalah sistematika penulisan.

Bab kedua, yakni tentang teori fundamentalisme gerakan politik. Dalam bab

ini akan dijelaskan mengenai pengertian dan teori fundamentalisme. Selanjutnya

tentang konsep dan teori gerakan fundamentalisme Islam.

Bab ketiga membahas tentang gambaran umum ideologi dan gerakan politik

ISIS, dengan sub-sub bab yang menguraikan terkait sejarah dan perkembangan

ISIS, latar belakang dan kemunculan ISIS di Indonesia, landasan pemikiran

ideologi politik ISIS, dan tujuan utama gerakan ISIS.

Bab keempat adalah tentang konsep gerakan ISIS di Indonesia. Bab ini

merupakan hasil penelitian di lapangan sehingga nanti akan dibahas secara detail

mengenai metodologi dan strategi gerakan ISIS di Indonesia beserta gerakan dan

sasaran utamanya. Kemudian baru akan dijelaskan mengenai eksistensi gerakan

ISIS dalam konsep negara kesatuan Indonesia, dan pengaruh gerakan ISIS di

Indonesia. Kemudian sub bab terakhir akan dibahas tentang peran pemerintah

terhadap perkembangan ISIS di Indonesia.

Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan

penelitian. Kesimpulan dalam bab ini merupakan jawaban dari pertanyaan

masalah yang diajukan dalam bab pertama. Setelah itu terdapat saran-saran untuk

para peneliti selanjutnya agar penelitian yang akan datang menjadi lebih baik.

Page 29: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

19

BAB II

KERANGKA TEORI FUNDAMENTALISME GERAKAN POLITIK

A. Pengertian dan Konsep Fundamentalisme

1. Pengertian Fundamentalisme

Menurut Azyumardi Azra, fundamentalisme adalah istilah relatif baru

dalam kamus peristilahan Islam. Istilah „Fundamentalisme Islam‟ di kalangan

Barat mulai populer berbarengan dengan terjadinya Revolusi Islam Iran pada

1979 yang memunculkan kekuatan Muslim Syi‟ah radikal dan fanatik yang siap

mati melawan the great satan, Amerika Serikat. Setelah peristiwa historis ini,

istilah fundamentalisme Islam digunakan untuk menggeneralisasikan berbagai

gerakan Islam yang muncul dalam gelombang yang sering disebut sebagai

„kebangkitan Islam‟ (Islamic revival). Memang, dalam beberapa dasawarsa

terakhir terlihat gejala „kebangkitan Islam‟, yang muncul dalam berbagai bentuk

intensifikasi penghayatan dan pengamalan Islam, yang diikuti dengan pencarian

dan penegasan kembali nilai-nilai Islam dalam berbagai aspek kehidupan.28

Penegasan kembali nilai-nilai Islam merupakan pemurnian yang dilakukan

oleh kaum fundamentalis. Dalam arti umum, pemurnian adalah pembebasan

unsur-unsur keagamaan (kepercayaan, upacara, struktur) yang berasal dari tradisi

suatu agama selain dari tradisi agamanya sendiri. Pemurnian atau purifikasi

berarti pembedaan tradisi-tradisi keagamaan pada tingkat personal, sehingga gaya

hidup keagamaan seseorang mencerminkan satu tradisi tunggal.29

Proyek

pemurnian ajaran ini kemudian membawa implikasi pada „pemurnian tatanan

28

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme, Modernisme,

hingga Post-Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), h.107 29

Riaz Hassan, Islam: dari Konservatisme sampai Fundamentalisme (Jakarta: Rajawali

Pers, 1985), h.108-109

Page 30: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

20

sosial‟ (social order) yang bertumpu pada dua kekuatan sekaligus untuk

merealisasikan negara dan militer. Maka analisa ini bukan hanya berbicara tentang

ideologi „pembaruan ajaran‟, tetapi juga ideologi „aliansi Islam dan militer‟,

aliansi menguasai negara atas dasar „misi suci‟ kemurnian ajaran dan kemurnian

tatanan sosial politik sekaligus.30

Hal inilah yang menjadikan fundamentalisme

Islam gigih mendakwahkan doktrin-doktrinnya.

Fundamentalisme Islam bisa dikatakan merupakan bentuk ekstrem dari

gejala „revivalisme‟. Jika revivalisme dalam bentuk intensifikasi keislaman lebih

berorientasi „ke dalam‟ (inward oriented) –dan karenanya sering bersifat

individual- maka pada fundamentalisme, insentifikasi itu juga diarahkan „ke luar‟

(outward oriented). Dengan kata lain, intensifikasi bisa berupa sekadar

peningkatan attachment pribadi terhadap Islam –dan sebab itu sering mengandung

dimensi esoteris- tetapi fundamentalisme menjelma dalam komitmen yang tinggi

tidak hanya untuk mentransformasi kehidupan individual, tetapi sekaligus

kehidupan komunal dan sosial. Karena itu, fundamentalisme Islam juga sering

bersifat eksoteris, yang sangat menekankan pada batas-batas kebolehan dan

keharaman berdasarkan fiqh.31

Secara historis, penggunaan istilah fundamentalisme ini berkaitan dengan

kebangkitan fundamentalisme dalam gereja Protestan, khusunya di Amerika

Serikat. Sedangkan bagi Garaudy, fundamentalisme merupakan fenomena yang

tidak terbatas pada agama, terdapat pula fundamentalisme dalam bidang politik,

sosial dan budaya. Karena baginya, „fundamentalisme‟ adalah suatu pandangan

yang ditegakkan atas dasar keyakinan, baik bersifat agama, politik ataupun

30

Ahmad Baso, NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam dan

Fundamentalisme Noe-Liberal (Jakarta: Erlangga, 2006), h.188 31

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, h. 108

Page 31: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

21

budaya, yang dianut pendiri dengan menanamkan ajaran-ajarannya di masa lalu.

Sedangkan menurut Gellner, gagasan dasar fundamentalisme adalah bahwa suatu

agama tertentu dipegang kokoh dalam bentuk literal (harfiah) dan bulat, tanpa

kompromi, reinterpretasi, dan pengurangan.32

Terdapat sejumlah istilah lain dalam bahasa Arab, yang digunakan

kalangan fundamentalis Islam untuk mengacu kelompok atau gerakan mereka. Di

antaranya yaitu Islamiyyun (kaum Islamis), ashliyyun (kaum otentik, asli), dan

salafiyyun (pengikut para sahabat utama). Sedangkan istilah mutaʻassib

digunakan kalangan non-fundamentalis untuk menunjuk kelompok militan yang

tidak ingin menggunakan kekerasan. Selain itu digunakan pula istilah-istilah

mutatarif untuk menyebut ekstrimis. Dari semua istilah-istilah ini, yang paling

lazim digunakan tentu saja adalah istilah ushuliyyun (kaum fundamentalis) dan al-

ushuliyyah al-Islamiyyah (fundamentalisme Islam).

Dari pengertian dan istilah-istilah di atas, dapat dipahami bahwa

fundamentalisme merupakan kelompok yang ingin memurnikan ajaran-ajaran

sesuai dengan nilai-nilai agama yang asli sesuai kitab suci tanpa adanya intervensi

pemikiran-pemikiran manusia.

2. Teori Fundamentalisme

Untuk lebih memperjelas fenomena fundamentalis Islam, kerangka yang

diberikan sosiolog agama, Marty, dengan beberapa modifikasi, agaknya cukup

relevan diterapkan untuk melihat gejala „fundamentalisme Islam‟. Prinsip

pertama, fundamentalisme adalah “oppositionalism” (paham perlawanan).

Fundamentalisme dalam agama maupun mengambil bentuk perlawanan –yang

32

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, h. 108

Page 32: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

22

bukannya tak sering bersifat radikal- terhadap ancaman yang dipandang

membahayakan eksistensi agama, apakah dalam bentuk modernitas atau

modernisme, sekularisasi, dan tata nilai Barat pada umumnya. Acuan dan tolok

ukur untuk menilai tingkat ancaman itu tentu saja adalah kitab suci, yang dalam

kasus fundamentalisme Islam adalah al-Qur‟an, dan pada batas tertentu, hadis.33

Prinsip kedua, adalah penolakan terhadap hermeneutika. Dengan kata lain,

kaum fundamentalis menolak sikap kritis terhadap teks dan interpretasinya. Teks

al-Qur‟an harus dipahami secara literal –sebagaimana adanya, karena nalar

dipandang tidak mampu memberikan interpretasi yang tepat terhadap teks. Meski

bagian-bagian tertentu dari teks kitab suci boleh jadi kelihatan bertentangan satu

sama lain, nalar tidak dibenarkan melakukan semacam „kompromi‟ dan

menginterpretasikan ayat-ayat tersebut. Mereka lebih memilih apa yang teks

“katakan sebenarnya,” dan dengan demikian menolak bahwa apa yang teks

“katakan sebenarnya” adalah juga bentuk interpretasi.34

Prinsip ketiga, adalah

penolakan terhadap pluralisme dan relativisme. Bagi kaum fundamentalis,

pluralisme merupakan hasil dari pemahaman yang keliru terhadap teks kitab suci.

Pemahaman dan sikap keagamaan yang tidak selaras dengan pandangan kaum

fundamentalis merupakan bentuk dari relativisme keagamaan, yang terutama

muncul yang tidak hanya muncul dari intervensi nalar terhadap teks kitab suci,

tetapi juga karena perkembangan sosial masayarakat yang telah lepas dari kendali

agama.35

33

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, h. 109 34

Roxanne L. Euben, Musuh dalam Cermin: Fundamentalisme Islam dan Batas

Rasionalisme Modern, Penerjemah: Satrio Wahono (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002),

h.43-44 35

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, h. 110

Page 33: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

23

Prinsip keempat, adalah penolakan terhadap perkembangan historis dan

sosiologis. Kaum fundamentalis berpandangan bahwa perkembangan historis dan

sosiologis telah membawa manusia semakin jauh dari doktrin literal kitab suci.

Perkembangan masyarakat dalam sejarah dipandang sebagai “as it should be”

bukan “as it is”. Dalam kerangka ini, adalah masyarakat yang harus

menyesuaikan perkembangannya –kalau perlu secara kekerasan- dengan teks

kitab suci, bukan sebaliknya, teks atau penafsirannya yang mengikuti

perkembangan masyarakat. Karena itulah kaum fundamentalis bersifat a-historis

a-sosiologis; dan tanpa peduli bertujuan kembali kepada bentuk masyarakat

“ideal” –bagi kaum fundamentalis Islam seperti pada zaman kaum salaf- yang

dipandang mengejawantahkan kitab suci secara sempurna.36

Dari beberapa prinsip tersebut di atas, dapat dipahami bahwa konsep

fundamentalisme lebih terikat dengan pemahaman yang tekstual dalam menerima

teks kitab suci, tidak menerima penafsiran, selalu menyeru pada pemurnian agama

yang kaku, adanya perlawanan terhadap segala bentuk bid’ah, dan menganggap

bahwa siapa saja yang tidak sepaham dengannya dianggap kafir dan harus

diperangi, karena hal itu merupakan jihad fi sabilillah.

B. Konsep dan Teori Gerakan Fundamentalisme Islam

Gerakan fundamentalisme dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

fundamentalisme pra-modern dan kontemporer, yang dapat pula disebut neo-

fundamentalisme. Fundamentalisme pra-modern muncul disebabkan situasi dan

kondisi tertentu di kalangan umat Muslim sendiri. Karena itu, ia lebih genuine dan

inward oriented –berorientasi ke dalam diri kaum Muslim sendiri. Adapun

36

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, h. 110

Page 34: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

24

fundamentalisme Islam pra-modern ini berupa gerakan kaum Khawarij yang

dikenal sebagai kelompok radikal yang berkembang pada masa Islam klasik.

Sedangkan pada pihak lain, fundamentalisme kontemporer bangkit sebagai reaksi

terhadap penetrasi sistem dan nilai sosial, politik, budaya, dan ekonomi Barat,

baik sebagai akibat kontak langsung dengan Barat maupun melalui pemikir

Muslim –seperti kelompok modernis, sekularis, dan westernis- atau rezim

pemerintahan Muslim yang menurut kaum fundamentalis merupakan

perpanjangan mulut dan tangan Barat.37

Di antara fundamentalisme Islam

kontemporer ini tidak lain adalah kelompok al-Qaeda, Taliban, dan ISIS. Mereka

melakukan aksi-aksi radikalisme dan terorisme di berbagai negara yang

berpenduduk Muslim di seluruh dunia.

Sebenarnya radikalisme terjadi di semua agama di dunia. Setiap agama

selalu terdapat kelompok minoritas, militan, ekstrim, dan radikal. Sedangkan

dalam Islam, gejala kemunculan radikalisme telah disinyalir semenjak Rasulullah

Saw masih hidup.38

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,

dikisahkan, ketika Rasulullah Saw membagi fa’i atau harta rampasan perang di

daerah Tha‟if dan sekitarnya, tiba-tiba seorang sahabat yang bernama Dzul-

Khuwaishirah dari Bani Tamim melayangkan protes kepada beliau, “Bersikap

adillah, wahai Muhammad!” Nabi Muhammad Saw pun dengan tegas menjawab,

“Celaka kamu! Tidak ada orang yang lebih adil dari aku. Karena apa yang kami

lakukan berdasarkan petunjuk Allah!”. Setelah Dzul-Khuwaishirah pergi, Nabi

Saw bersabda: “Suatu saat nanti akan muncul sekelompok kecil dari umatku yang

membaca al-Qur‟an, namun tidak mendapatkan substansinya. Mereka itu sejelek-

37

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, h. 111 38

Ahmad Baso, NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam dan

Fundamentalisme Noe-Liberal, h. 417

Page 35: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

25

jeleknya makhluk di dunia ini”. Maka, gelombang umat Islam radikal yang

berkembang saat ini memang harus diakui eksistensinya. Mereka sebenarnya

terpengaruh pada pola-pola Khawarij di masa periode awal sejarah umat Islam.

kelompok umat Islam radikal ini tidak hanya menggelisahkan kalangan non-

Muslim, tetapi umat Islam pun bisa terkena dampaknya. Islam sebagai rahmat,

sebagai agama harmoni, pun bisa dengan mudah distigmatisasi sebagai agama

kekerasan. Mereka itulah yang disebut sebagai fundamentalisme Islam. Gerakan-

gerakan Islam fundamentalis yang radikal tersebut muncul dan berkembang di

berbagai belahan dunia.39

Gerakan fundamentalisme di berbagai belahan dunia, khususnya di Asia

Tenggara, umumnya lahir karena ketidakadilan global dan ketidakpuasan atas

fenomena politik di masing-masing negaranya. Maraknya aksi terorisme di abad

21 ini telah mewarnai percaturan politik, baik dalam skala nasional maupun

Internasional. Gerakan tersebut muncul selain dipengaruhi oleh situasi dalam

negeri, juga dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri negara-negara Barat.40

Seperti

halnya gerakan Islam Fundamentalis dari Timur Tengah (Arab dan Persia),

sebagai basis pergerakan Islam yang merasa diperlakukan tidak adil oleh Barat,

sehingga mereka memerangi kepentingan Barat untuk menyelamatkan supplay

minyak bagi keperluan negerinya. 41

Para anggota gerakan itu menilai bahwa sistem politik yang kini

diterapkan di negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim, termasuk di

39

Ahmad Baso, NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam dan

Fundamentalisme Noe-Liberal, h. 417 40

Wawan H. Purwanto, Terorisme Undercover: Memberantas Terorisme hingga ke Akar-

akarnya, Mungkinkah? (Jakarta: CMB Press, 2007), h. 34 41

Todiruan Dydo, Islam Fundamentalis dan Kegusaran Masyarakat Barat: Percaturan

Politik dan Ideologi Internasional (T.K.P, Goden Terayon Press, T.Th), h. 6-7

Page 36: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

26

Indonesia tidak sesuai dengan “syariat Islam,” dan karena itu harus diperjuangkan

untuk diubah agar sejalan dengan ajaran Islam.42

Islam yang secara qath’i

mengajarkan konsep spiritual (ruhaniyah), yang berkaitan dengan akidah, dan

hukum-hukum ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan jihad, sehingga

siapapun yang mengingkari seluruhnya ataupun hanya sebagian saja, sama artinya

telah “kafir” atau “jahil”.43

Mereka menegaskan bahwa menjadi seorang Muslim

berarti terlibat konflik dengan masyarakat non-Muslim.44

Sehingga bagi mereka

solusinya adalah dengan mendirikan negara Islam dan menerapkan syariat Islam,

yang menjadi bagian dari cita-cita perjuangan “gerakan-gerakan” itu. Selain itu,

mereka memandang bahwa kebijakan luar negeri negara-negara Barat, yang kini

dipimpin Amerika Serikat, khususnya dalam program demokratisasi dan

kampanye hak asasi manusia (HAM) yang menerapkan “standar ganda” telah

melahirkan ketidakadilan global. Dua konteks inilah yang memberi semangat

jihad bersenjata.45

Fundamentalisme Islam telah menjelma menjadi gerakan politik modern

sejak tahun 1920-an. Hal ini dimungkinkan karena Islam sejak awal sejarahnya

telah menjadi agama dunia yang paling politis.46

Pada tahun ini pula, efek

polarisasi fundamentalisme Islam mulai terungkap melalui kecenderungan umum

pemerintah-pemerintah di dunia Islam dan Barat, media, dan banyak analis yang

menyimpulkan bahwa fundamentalisme Islam secara inheren merupakan suatu

42

Wawan H. Purwanto, Terorisme Undercover, h. 34 43

Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual (Bogor: Al-Azhar Press,

2007), h. 7, lihat pula: Dale F. Eickelman dan James Piscatori, Politik Muslim: Wacana

Kekuasaan dan Hegemoni dalam Masayarakat Muslim, Penerjemah: Endi Haryono dan Rahmi

Yunita (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1998), h. 12 44

Husain (Ed.), Matinya Semangat Jihad: Catatan Perjalanan Seorang Islamis

(Tangerang Selatan: Pustaka Alvabet, 2008), h. 66 45

Wawan H. Purwanto, Terorisme Undercover, h. 34 46

Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya,

Penerjemah: Ali Noerzaman (Yogyakarta: Qalam, 2004), h.426

Page 37: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

27

ancaman global utama, tanpa memperhatikan keanekaragaman organisasi Islam

dan konteks-konteks sosial. Sadar akan kecenderungan Barat yang memandang

Islam sebagai ancaman, banyak pemerintah muslim menggunakan bahaya

radikalisme Islam sebagai dalih untuk mengendalikan atau menekan gerakan-

gerakan Islam.47

Menurut John L. Esposito, “Fundamentalisme” dan “Terorisme” dalam

benak banyak orang dapat saling berkaitan. Stereotip bahwa Islam dan kaum

Muslim merupakan para fundamentalis militan yang senantiasa mengancam.48

Wujud gerakan Islam Fundamentalis yang kaku tersebut sering diartikan sebagai

manifestasi masyarakat Islam secara keseluruhan. Kesan negatif ini telah

mendorong lahirnya banyak gagasan dari kalangan Barat yang berhaluan

pragmatis untuk merekayasa penghancuran Islam sebagai kekuatan politik dan

ideologi.49

Sebagaimana kelompok radikal ISIS yang menjadi „produk bawah

meja‟ Amerika Serikat dan sekutunya, khususnya di Timur Tengah (Arab Saudi,

Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab) untuk terus mengacaukan Timur Tengah,

menebar ketakutan, membangun citra buruk, serta pada akhirnya mengintervensi

atas nama “Perang Melawan Terorisme” siapa saja yang tidak bersekutu dengan

AS atau membahayakan posisi AS dan sekutunya di regional Timur Tengah. Hal

ini berdasarkan pengakuan langsung oleh mantan Menlu AS, Hillary Clinton,

melalui bukunya yang berjudul “Hard Choice”.50

47

John L. Esposito, Ancaman Islam: Mitos atau Realitas?, h. 192 48

John L. Esposito, Ancaman Islam: Mitos atau Realitas?, Penerjemah: Alwiyah

Abdurrahman dan MISSI (Bandung: Mizan, 1995), h. 193 49

Todiruan Dydo, Islam Fundamentalis dan Kegusaran Masyarakat Barat, h. 7 50

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini,

Jakarta: Zahira, 2014), h.77

Page 38: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

28

Menurut Quintan Wiktorowicz, gerakan fundamentalisme Islam ini

imperatif utamanya adalah untuk membentuk sebuah masyarakat yang dapat

dikendalikan dan dipandu oleh syariah. Kontrol dan rekonstruksi lembaga-

lembaga negara mungkin merupakan suatu sarana efektif untuk mencapai

transformasi ini, namun ini hanya salah satu dari banyak jalan untuk perubahan.

Dengan kata lain, negara Islam adalah sebuah sarana untuk produksi makna,

bukan merupakan sebuah tujuan akhir dari kelompok ini.51

Wacana jihad dan terorisme dalam kaitannya dengan kecenderungan

global saat ini mengarah pada gerakan fundamentalisme Islam. Pengaitan tersebut

dimungkinkan ketika gerakan-gerakan Islam internasional dimunculkan sebagai

hasil dari konstruk „benturan peradaban‟ (the clash of civilizations) pasca-perang

dingin. Terorisme muncul ketika ramalan „benturan peradaban‟ menghendaki

adanya „the order’ yang bisa membuat clash ditingkat riil, yang kemudian

ditunjukkan dengan sebenar-benarnya dalam „spectale’ tragedi 11 September

2001 di New York.52

Data mutakhir yang dirilis National Consortium for the Study of Terrorism

and Responses (START) pada tahun 2013 menunjukkan fakta yang

mencengangkan. Lembaga ini mendokumentasikan bahwa telah terjadi 5.100

serangan teroris yang terjadi di seluruh dunia pada paruh pertama tahun 2013.

Angka tersebut menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan

8.500 serangan teroris pada keseluruhan tahun 2012. Fenomena inilah yang

kemudian oleh Karen Amstrong disebut sebagai salah satu fenomena yang paling

51

Quintan Wiktorowicz, Gerakan Sosial Islam: Teori Pendekatan dan Studi Kasus,

Penerjemah: Tim Penerjemah Paramadina (Yogyakarta: Gading Publishing, 2012), h. 61 52

Ahmad Baso, NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam dan

Fundamentalisme Noe-Liberal, h. 414-415

Page 39: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

29

mengejutkan di akhir abad ke-20, yakni munculnya fundamentalisme dalam

tradisi keagamaan dunia.53

Kelompok fundamentalis dan radikal tak hanya ada dalam agama monoteis

seperti Islam, Yahudi dan Kristen, tetapi juga terdapat dalam tradisi agama besar

lainnya seperti Budha, Hindu dan Kong Hu Cu. Salah satu contoh kecilnya adalah

peristiwa bom bunuh diri yang pernah dilakukan oleh pemeluk Hindu di India

untuk membunuh Indira Ghandi.54

Para fundamentalis dan kelompok-kelompok

radikal ini melakukan aksi teror dalam berbagai bentuk seperti membunuh,

menembaki jamaah di masjid, melakukan bom bunuh diri, merusak fasilitas

publik, hingga yang paling ekstrim adalah menggulingkan pemerintahan yang sah.

Problem utama yang dihadapi saat ini adalah bahwa fenomena fundamentalisme

dan radikalisme telah menjadi bagian penting dari panggung dunia modern dan

menjadi masalah penting saat ini.55

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa gerakan fundamentalisme Islam

muncul akibat ketidakadilan global dan ketidakpuasan atas fenomena politik di

masing-masing negaranya. Sehingga konsep-konsep gerakan radikal yang mereka

garap tidak lain untuk mendirikan Negara Islam dengan sistem yang dipraktikkan

pada masa sahabat, yakni Khilafah. Untuk mewujudkan hal tersebut, mereka siap

melawan AS sebagai the great satan yang mereka anggap sebagai negara kafir

dan negara-negara lain yang berbeda paham dengan mereka. Adapun pembahasan

53

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme (Pusat Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,

2014), h. 1 54

Muhamad Hanif Hassan, Pray to Kill (Jakarta: Grafindo, 2006), h. xix 55

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 2

Page 40: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

30

mengenai gambaran umum ideologi gerakan politik ISIS akan dipaparkan secara

rinci pada bab selanjutnya.

Page 41: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

31

BAB III

GAMBARAN UMUM IDEOLOGI ISIS

A. Sejarah Kelahiran dan Perkembangan ISIS

Banyak orang beranggapan bahwa konflik di wilayah Timur Tengah selama

ini semata-mata terjadi akibat ulah dan tipikal bangsa Arab. Hingga saat ini masih

banyak pengamat yang secara tidak tuntas menemukan akar permasalahan

sebenarnya. Konflik pun akhirnya menunjuk pada tarik ulur beberapa negara yang

memainkan peranan penting di sana, sebut saja Arab Saudi, Israel, Kuwait, Iran,

Irak, dan Suriah. Itulah mengapa konflik tidak pernah usai dan semakin hari

semakin menghawatirkan. Mulai perang Irak-Iran awal tahun 1980-an, Perang

Teluk awal 1990-an, Gerakan Taliban, al-Qaeda, invansi AS ke Irak hingga Arab

Spring, dan kini begitu mencengangkannya fenomena ISIS. Wilayah itu pun

menjadi tanpa pernah ada kata damai. Bergejolak setiap saat dan meminta jutaan

nyawa sebagai tumbalnya.52

Sejarah ISIS dimulai sejak perang Uni Soviet-Afghanistan yang

berlangsung selama sembilan tahun, dari Desember 1979 sampai Februari 1989.

Uni Soviet ingin mempertahankan pemerintahan Marxis-Lenin di Afghanistan,

yaitu Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan, yang kala itu didorong oleh mereka

yang menamai dirinya sebagai mujahidin (al-Qaeda). Di sisi lain, AS yang

memiliki kemauan yang sama dengan para mujahidin, Gedung Putih ingin

pemerintahan Marxis-Lenin runtuh. Ini adalah sisa-sisa perang ideologi antara

Blok Timur dan Blok Barat, dengan Afghanistan sebagai medannya. Maka

terjadilah transaksi antara AS dan para mujahidin. Mujahidin yang kala itu

52

Ahmad Yanuana Samantho, Sejarah ISIS dan Illuminati (Jakarta: PT. Ufuk Publishing

House, 2014), h.7-8

Page 42: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

32

hanyalah pemberontak dengan kekuatan kecil, dibentuk dan dimanfaatkan oleh

AS dan sekutunya yang juga berkepentingan, yakni Inggris dan Arab Saudi, untuk

meruntuhkan rezim Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan.53

Sikap AS yang lebih memilih mempersenjatai para mujahidin atau militan

al-Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden selama perang di Afghanistan

merupakan kebijakan luar negeri AS untuk menghadapi negara-negara yang

mereka anggap nakal dan tidak mau tunduk dengan mereka, walaupun kelompok

atau organisasi tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip yang mereka junjung

sendiri.54

Selain itu, pada tahun 1984, Osama bin Laden dan Abdullah Yusuf

Azzam, seorang sarjana Islam Palestina dan anggota Ikhwanul Muslimin,

membentuk Maktab al-Khidamat (MAK) di Peshawar (Pakistan) untuk

menghimpun dana khusus tambahan dari pemerintah Arab untuk disalurkan

kepada para mujahidin Afghanistan. Sumber ini tercatat menyumbangkan secara

intensif sebesar 600 juta dolar per tahun untuk keperluan tersebut. Maka, sejak

saat itulah al-Qaeda yang merupakan nenek moyang ISIS menjadi organisasi

dengan finansial kuat dan kekuatan militer mapan. Sehingga pada akhirnya Uni

Soviet terpukul mundur dan pemerintahan Marxis-Lenin runtuh di Afghanistan.55

Pada tahun 1996, al-Qaeda mengumumkan jihad untuk mengusir pasukan

asing di seluruh kepentingan asing dari afghanistan dan setiap negara atau wilayah

yang mereka nilai sebagai teritorial Islam. Bahkan pada Februari 1998, Osama

dan tangan kanannya, yaitu Ayman al-Zawahiri, seorang pemimpin Jabhat al-

Nusra (Organisasi Sayap kanan al-Qaeda), mempertegas dan mengerucutkan

53

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini,

(Jakarta: Zahira, 2014), h.55-56 54

Ahmad Yanuana Samantho, Sejarah ISIS dan Illuminati, h. 17 55

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

56-57

Page 43: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

33

instruksinya menjadi fatwa perang bagi AS dan seluruh sekutunya, termasuk Arab

Saudi, di manapun berada. Ia juga memfatwakan agar pengikutnya membebaskan

masjid al-Aqsa dan Ka‟bah di Makkah dari cengkeraman AS dan sekutunya.

Terjadinya pengeboman di Kedutaan Besar AS di Afrika pada tahun 1998, bom

bunuh diri yang menewaskan 17 prajurut AS di Yaman pada tahun 2000, hingga

pada peristiwa 11 September 2001 yang menewaskan 2.977 orang dengan

menabrakkan empat pesawat komersil yang telah dibajak ke Pentagon dan WTC.

Semuanya itu dituduhkan kepada Mohammed Atta sebagai komandan serangan,

dan Osama, Ayman al-Zawahiri, Khalid Sheikh Mohammed, dan Hambali

sebagai perencana utamanya.56

Sementara di Suriah, telah porak-poranda akibat konflik yang telah

berlangsung lebih dari 3 tahun. Presiden Bashar al-Assad sejak awal sudah

mengingatkan adanya kelompok takfiri radikal yang mengancam semua pihak di

kawasan. Warning dari orang nomor satu di Suriah itu terbukti, ISIS sebagai

titisan dari al-Qaeda menjadi momok menakutkan bagi siapapun termasuk negara-

negara yang mendukung kelompok ini sejak awal, seperti Amerika Serikat dan

Arab Saudi.57

Kemudian pada 21 Oktober 2004, Abu Mus‟ab al-Zarqawi yang merupakan

mujahidin muda al-Qaeda bergabung dengan Al-Qaeda cabang Irak (AQI) untuk

melakukan propaganda dan serangan atas invasi AS dan NATO ke Irak. Zarqawi

memang merupakan tokoh sentral dalam sejarah kemunculan ISIS. Biografi

Zarqawi adalah semacam jembatan yang menghubungkan keterkaitan sejarah al-

Qaeda dengan ISIS. Ia benar-benar tumbuh menjadi pemuda yang sangat tinggi

56

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

59-60 57

Ahmad Yanuana Samantho, Sejarah ISIS dan Illuminati, h. 17-18

Page 44: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

34

mimpinya tentang berjihad untuk menguasai dunia dan membebaskannya dari

rezim-rezim taghut.58

Sehingga ia pun disebut-sebut sebagai embrio kelompok

radikal ISIS.

Maka pada 13 Oktober 2006, AQI beserta seluruh organisasi jihad yang

berafiliasi dengan Zarqawi, ditambah afiliasi dari beberapa kabilah dan suku Irak,

memproklamirkan berdirinya al-Daulah al-Islamiyah fi al-Iraq atau Islamic State

in Iraq (ISI), atau negara Islam Iraq. Mereka mendaulat Abu Umar al-Baghdadi

sebagai Amirul Mukminin, dan membentuk susunan kabinet pemerintahannya

secara komprehensif. Namun pada 15 Mei 2010, pemimpin ISI tewas bersama

petinggi ISI lainnya. Maka hari itu juga, para petinggi menteri, dan anggota utama

ISI berkumpul untuk bermusyawarah menentukan pemimpin ISI selanjutnya.

Akhirnya, dicapai kata sepakat untuk mendaulat Abu Bakar al-Baghdadi sebagai

Khalifah ISI. Namun, untuk kali ini dipilih juga Wakil Khalifah ISI, yakni Syaikh

Abu Abdillah. ISI mengeluarkan rilis resmi tentang keterpilihan keduanya itu.

Maka, dimulailah era baru dalam kepemimpinan ISI.59

Karena kelompok radikal

ini berasal dari satu organisasi yang sama, yakni al-Qaeda yang tersebar di Iraq

dan Syria/Suriah, maka mereka menyebut nama organisasi mereka sesuai dengan

teritorial kekuasaannya, yakni ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria).

Pergantian nama menjadi ISIS ini ditolak oleh Muhammad al-Jaulani,

seorang pimpinan al-Nusrah. Karena itu, pada tahun 2014 nama ISIS berubah

menjadi Islamic State (IS). Perubahan nama ini sekaligus mencerminkan

keinginan mereka untuk menciptakan negara Islam yang diakui oleh seluruh umat

Islam di dunia. Setelah berhasil menguasai Raqqa dan Mosul, dua kota utama di

58

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h. 58 59

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

61-64

Page 45: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

35

Suriah dan Irak, maka dimulailah pemerintahan Islam menurut versi mereka. IS

memberlakukan hukum Islam, seperti hudud, rajam, dan qishash, tanpa

memperhatikan persyaratan-persyaratannya. IS seringkali melakukan

penganiayaan terhadap kelompok yang mereka anggap kafir.60

Berdasarkan penelitian James L. Regens dan Nick Mould, IS atau ISIS di

bawah kendali al-Baghdadi telah melakukan serangan sebanyak 1.828 kali dalam

kurun waktu 2010-2014. Mereka melakukan aksi dengan memenggal kepala tiga

orang berkewarganegaraan Amerika dan dua orang berkewarganegaraan Inggris.

Kemudian mereka mempublikasikan kekejaman dan pembunuhan yang mereka

lakukan tanpa rasa sesal dan bersalah sedikitpun. Pembunuhan dengan cara

ditembak di kepala, dibakar, dan memenggal leher, hampir selalu ditampilkan di

setiap edisi majalah mereka yang bernama majalah Dabiq. Dalam pandangan

mereka, kekejaman menjadi salah satu cara untuk mendapatkan keadilan. Mereka

merujuk pada pernyataan Nabi Muhammad Saw, “Aku diturunkan ke muka bumi

ini dengan pedang, sampai semua umat manusia menyembah Allah Swt.”61

Dengan demikian dapat dipahami bahwa sejarah ISIS memang berawal dari

sebuah organisasi mujahidin al-Qaeda yang didanai oleh AS dan Arab untuk

melawan pemerintahan di negaranya. Hal ini juga tentu tidak lepas dari

kepentingan-kepentingan AS dan sekutunya dalam invasi ke negara-negara Timur

Tengah, namun AS sendiri tidak dapat membendung oraganisasi radikal yang

dibidaninya tersebut. Hingga saat ini ISIS menjadi organisasi yang senantiasa

mengancam keamanan dan ketertiban negara di seluruh dunia dengan aksi-aksi

terornya. Selain itu, gerakan mereka juga disinyalir telah meluas ke berbagai

60

Abdul Karim Munthe, dkk, Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis (Tangerang

Selatan: Yayasan Pengkajian Hadits el-Bukhori, 2017), h. 11-12 61

Abdul Karim Munthe, dkk, Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis, h. 12

Page 46: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

36

negara, termasuk Indonesia, untuk merekrut anggota dan melakukan jihad dengan

berperang melawan kaum kafir.

B. Latar Belakang dan Kemunculan ISIS di Indonesia

Menurut Irfan, selaku ketua umum Deradikalisasi BNPT, menyatakan

bahwa ISIS hanyalah sebuah nama (cover) gerakan militan ekstrem yang secara

implisit sudah ada sejak Indonesia merdeka. Hal ini berdasarkan wawancara

dengan beliau sebagai berikut:

“Jadi begini, ISIS itu sebuah gerakan militan ekstrem yang menggunakan

nama. Tetapi secara batin, secara implisit itu sudah ada sejak Indonesia

merdeka. ISIS itu hanya cover.”62

Sebelum datangnya ISIS ke Indonesia, pada periode 1996-1998, al-Qaeda

yang merupakan nenek moyang ISIS menempatkan perwakilan kelompoknya di

Kuala Lumpur dengan wilayah operasi Thailand dan Filipina. Karena pada saat

itu, kedua negara tersebut merupakan negara yang memiliki warga Muslim

minoritas yang harus dibantu. Baru kemudian pada 1999 sampai tahun 2000-an,

Indonesia memperoleh perhatian setelah terjadi kerusuhan di berbagai daerah,

khususnya di Ambon dan Poso. Situasi kacau merupakan potensi yang dapat

dimanfaatkan bagi kepentingan mereka. Al-Qaeda mengirim Ayman al-Zawahiri

–teman Abu Bakar al-Baghdadi- dan Mohammad Atief ke Indonesia untuk

melihat, mendengar, dan merasakan situasi secara langsung. Mereka melakukan

operasinya di daerah Jakarta, Medan, dan Makassar.63

Operasi mereka juga tidak lepas dari peristiwa Bom Bali I pada tahun 2002,

yang merupakan aksi teroris terburuk setelah peristiwa 11 September 2001.

62

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat. 63

As‟ad Said Ali, Al-Qaeda: Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya

(Jakarta: Pustaka LP3ES, 2014), h.243

Page 47: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

37

Korban-korbannya berasal dari 20 negara, termasuk Indonesia. Ini merupakan aksi

teroris terburuk sepanjang sejarah Indonesia. Sebuah mobil meledakkan klub

malam yang dipenuhi oleh turis asing di Pulau Bali, memercikkan lautan api yang

membunuh 202 orang dan melukai 300 lainnya.64

Kemudian setelah ISIS terbentuk dan memperkuat dirinya di Irak dan Syria,

mereka menggantikan aksi terorisme al-Qaeda dan berekspansi ke wilayah-

wilayah yang pernah diteliti sebelumnya, termasuk ke Indoneisa. Fenomena ISIS

yang mencengangkan dan membuka mata dunia telah menjadikannya sebuah isu

paling menggoda di pertengahan tahun 2014. Portal-portal media lokal maupun

Internasional kerap memberitakan „keberhasilan‟ ISIS saat menguasai beberapa

wilayah di Irak dan Syiria. Di kalangan Islam sendiri, isu ini membuat gempar

sebagian pihak yang sudah terlanjur mendukung gerakan radikal dan intoleran

sejak awal keberadaannya. Mereka tentunya tidak menyangka akan banyak

penolakan dari berbagai pihak atau setidaknya banyak dukungan yang kemudian

berbalik menjadi hujatan. Tidak pelak lagi sebagian pendukung ISIS khususnya di

tanah air pun ramai-ramai bungkam dan „tiarap‟. Tetapi hal tersebut tidak

membuat informasi dukungan mereka terhadap ISIS dapat disembunyikan dari

umat Islam, terutama aparat pemerintah Indonesia. Sehingga mereka membuat

„fitnah‟ sebagai senjata pamungkas untuk mengelabui dan mencari simpati di

kalangan masyarakat awam di tanah air.65

Munculnya gerakan ISIS di Indonesia dimulai dari salah satu fasilitas umum

milik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 6 Juli

2014. Fasilitas umum itu bernama gedung Syahida Inn di lingkungan kampus dua

64

Muhamad Hanif Hassan, Pray to Kill (Jakarta: Grafindo, 2006), h. 3 65

Ahmad Yanuana Samantho, Sejarah ISIS dan Illuminati, h.31-32

Page 48: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

38

UIN Jakarta. Gedung yang memang disewakan bagi umum untuk keperluan

seminar, dan lain-lain itu secara mengejutkan menjadi tempat deklarasi pertama

ISIS di Indonesia. Sekelompok orang dari berbagai daerah yang menamai dirinya

“penegak syariat Islam”, berkumpul di sana, mengibarkan bendera hitam

bertuliskan syahadat milik ISIS, dan bersama-sama meneguhkan dukungannya

kepada ISIS dan bai’at-nya pada Khalifah Abu Bakar al-Baghdadi. Rekaman

video deklarasi itu pun tersebar di internet, mengejutkan siapa saja yang

menontonnya, dan sontak menjadi tema pembicaraan di seluruh pelosok negeri

ini.66

Namun Irfan menegaskan bahwa tidak semua orang yang datang saat

deklarasi ISIS tersebut dianggap sebagai pendukung ISIS, tetapi kebanyakan dari

mereka hanya menjadi penonton, sebagaimana ungkap beliau saat wawancara,

“Belakangan, ada yang memproklamirkan (ISIS) di lapas, ada yang

membahas diskusi ISIS di mana-mana, termasuk di Ciputat mungkin, dan

semua yang datang itu tidak dianggap sebagai pendukung ISIS, mungkin

lebih banyak menjadi penonton.”67

Tentu saja deklarasi tersebut sontak ditentang oleh seluruh elemen bangsa

ini. UIN Jakarta melalui Sudarnoto Abdul Hakim, seorang Wakil Rektor Bidang

Kemahasiswaan UIN Jakarta langsung mengutuk deklarasi dan organisasi ISIS di

Indonesia, serta menegaskan bahwa UIN Jakarta tidak pernah mengetahui

sebelumnya bahwa penyewaan Syahida Inn diperuntukkan deklarasi ISIS di

Indonesia. Namun tak lama setelah itu, tersebar sebuah video yang berisi ajakan

berjihad bersama ISIS untuk orang-orang Indonesia. Video itu menampilkan

beberapa lelaki berwajah Indonesia yang berjejer dengan pimpinan bernama Abu

66

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini,

h.169-170 67

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat.

Page 49: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

39

Muhammad al-Indonesi mengenakan sorban hitam di kepala yang ternyata

bernama asli Bachtum Syah dan tercatat pernah belajar di UIN Jakarta Fakultas

Dakwah dan Komunikasi jurusan Komisi Penyiaran Islam, walaupun pria

kelahiran 1984 itu tak merampungkan pendidikan tingginya di UIN Jakarta dan

hanya sampai di semester tiga. Menurut Kyai Chep Hernawan, sosok yang disebut

sebagai pemimpin ISIS regional Indonesia menyatakan bahwa Abu Muhammad

al-Indonesi merupakan penghubung antara dirinya dan Abu Bakar al-Baghdadi.68

Namun menurut Irfan, Chep Hernawan sendiri yang pernah mengaku

sebagai presiden ISIS di Indonesia tidak dapat dibawa ke dalam persidangan

dengan alasan lemahnya hukum dan bukti-bukti atas keterlibatannya terhadap

gerakan terorisme di Indonesia. Orang yang pernah mengaku menjadi pemimpin

ISIS di Indonesia menurut Irfan adalah Abu Bakar Ba‟asyir dan Oman

Abdurrahman. Hal ini ia sampaikan saat diwawancara dengan mengatakan:

“Chep Hernawan juga pernah memproklamirkan diri di Ciamis, tetapi

hukum kita sangat lemah untuk membawa mereka ke persidangan.

Pemimpin ISIS saat ini adalah Abu Bakar Ba‟asyir dan Oman Abdurrahman

yang pernah mengaku”69

Dari hal tersebut, dapat dipahami bahwa latar belakang dan kemunculan

ISIS di Indonesia merupakan stragtegi ISIS untuk merekrut dan mencari relawan

atau anggota untuk mendirikan negara Islam yang telah ada sejak Indonesia

merdeka, meskipun keberadaanya banyak terjadi penolakan dan kecaman oleh

masyarakat dan pemerintah Indonesia.

68

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini,

h.172-174 69

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat.

Page 50: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

40

C. Landasan Pemikiran Ideologi Politik ISIS

Dunia ideologi (ide, gagasan, konsep, kepercayaan dan keyakinan politik)

yang menjadi fondasi tindak politik tidak akan bisa menemukan aktualisasinya

tanpa keberadaan dunia citra (tujuan dan kepentingan politik) sebagai „kendaraan‟

representasinya. Sehingga propaganda politik diperlukan sebagai mekanisme

dalam pelukisan dan pendefinisian „realitas politik‟ agar sesuai dengan ideologi

politik tertentu. Propaganda politik tersebut merupakan cara bagaimana pikiran

masyarakat dipengaruhi melalui mekanisme representasi ideologis dan manipulasi

kesadaran.70

Maka gerakan fundamentalisme Islam seperti ISIS digambarkan

sebagai ideologi suatu kelompok yang condong menggunakan segala model

tindakan politik yang ada dan menarik hati umat Islam untuk mengikuti doktrin-

doktrin mereka.71

Karena menurut Firdaus Syam, ideologi sendiri merupakan

mythos yang meliputi political doctrin (doktrin politik) dan political formula

(formula politik).72

Ideologi pada dasarnya memberikan arah dan tujuan perjuangan serta

prinsip sistem yang akan dikembangkan, apakah sistem politik, ekonomi, sosial

budaya, pertahanan, pendidikan, dan sebagainya. Karena al-Qur‟an dan al-Sunnah

sebagai petunjuk, setiap Muslim memungkinkan membuka ruang merumuskan

ideologinya yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.73

Sedangkan fenomena kaum

fundamentalis dengan konsep jihadnya yang mereka gali dari al-Qur‟an dan

Sunnah Nabi dengan kekhususan pada makna perangnya, mereka harus melawan

70

Arief Adityawan S, Propaganda Pemimpin Politik Indonesia: Mengupas Semiotika

Orde Baru Soeharto (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008), h. xv-xvi 71

Roxanne L. Euben, Fundamentalisme Islam dan Batas Rasionalisme Modern,

Penerjemah: Satrio Wahono (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002), h. 61 72

Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya

terhadap Dunia Ke-3 (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 238 73

Arief Adityawan S, Propaganda Pemimpin Politik Indonesia, h. 297

Page 51: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

41

negara-negara Barat dengan “perang bersenjata.”74

Fundamentalisme Islam

digambarkan sebagai ideologi suatu kelompok yang condong menggunakan

segala model tindakan politik yang ada dan menarik hati umat Islam untuk

mengikuti doktrin-doktrin mereka.75

Ideologi politik ISIS ini memiliki persamaan dengan ideologi-ideologi Islam

terdahulu yang menjustifikasi kekerasan yang pernah ada di sepanjang sejarah

Islam. Persamaan tersebut dilihat dari ideologi Islam yang arogan, radikal, serta

tidak memiliki belas kasih dengan cara membunuh siapa saja yang dianggap

memiliki perbedaan paham dan penafsiran dari teks-teks keagamaan yang mereka

yakini, kelompok tersebut tidak lain adalah kelompok Khawarij. Menurut Ahmad

Yanuana, jika pada saat itu kelompok radikal dikenal dengan nama Khawarij,

maka saat ini mungkin saja kelompok tersebut dikenal dengan nama al-Qaeda,

Taliban, Jabhat al-Nusra, Boko Haram, dan juga ISIS.76

Hal ini karena ideologi kekerasan dan takfir pertama yang muncul dalam

sejarah Islam adalah Khawarij, yang muncul pada masa Khalifah Ali bin Abi

Thalib, sebagai konsekuensi dari “fitnah al-kubra” antara tahun 656 M. dan 661

M. Kaum Khawarij terkenal dengan watak yang keras dan sikap tidak mau

berkompromi. Mereka menekankan bahwa seluruh Muslim harus diperlakukan

sama, tidak peduli suku atau ras. Bahkan budak hitam pun dapat menjadi

pemimpin dalam masyarakat Muslim.77

74

Wawan H. Purwanto, Terorisme Undercover: Memberantas Terorisme hingga ke Akar-

akarnya, Mungkinkah? (Jakarta: CMB Press, 2007), h. 36 75

Roxanne L. Euben, Musuh dalam Cermin: Fundamentalisme Islam dan Batas

Rasionalisme Modern, h. 61 76

Ahmad Yanuana Samantho, Sejarah ISIS dan Illuminati, h. 25-27 77

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

22-23

Page 52: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

42

Sehingga dalam suatu komunitas keagamaan, Islam menganggap setiap

pemeluknya sebagai saudara, disebut oleh Benedict Anderson (2001) sebagai

„komunitas terbayang.‟78

Menurutnya, rasa persaudaraan itulah yang

memungkinkan begitu banyak orang, jutaan jumlahnya, bersedia jangankan untuk

melenyapkan nyawa orang lain, merenggut nyawa sendiripun rela demi

pembayangan tentang „yang terbatas‟ (perang) itu.79

Pemahaman ekstrim, kaku

dan keras ala kelompok ini yang terus dipelihara dan diperjuangkan oleh

pengikutnya adalah hasil dari pembacaan tekstual atas sumber-sumber ajaran

Islam. Beberapa tabiat buruk Khawarij pada awal abad pertama Islam kini

diwarisi oleh kelompok al-Qaeda, Thaliban dan ISIS.80

Dari beberapa pemaparan tersebut, dapat dipahami bahwa landasan ideologi

politik ISIS memiliki kemiripan dengan kelompok Khawarij yang terkenal dengan

sikapnya yang radikal, sadis dan brutal. Sedangkan pemikiran politik ISIS,

diadopsi dari konsep pendirian negara Islam dengan menerapkan sistem syariah,

seperti yang dilakukan oleh kaum Wahabi terhadap politik Ibn Saud di negara

Arab. Hal ini juga ingin diterapkan kelompok ISIS, karena pada faktanya, mereka

telah banyak melakukan tindakan terorisme, penguasaan wilayah untuk dijadikan

sebagai negara Islam, terjadinya bom bunuh diri, seperti yang terjadi di Amerika,

Irak, Syria, dan termasuk juga di Indonesia.

78

Komunitas terbayang (imagined communities) adalah sebuah kumpulan orang yang

terikat atas dasar kebersamaan, kesetiakawanan dan rasa persaudaraan yang tingggi, seperti

layaknya sebuah bangsa. Lihat: M. Belanawane, “Agama, Kebudayaan, dan Kekuasaan: Catatan

Teoritik dari Seorang Salafi” (Antropologi Indonesia Vol. 32 No. 2, 2011), h. 87 79

M. Belanawane, “Agama, Kebudayaan, dan Kekuasaan..”, h. 87 80

Ahmad Yanuana Samantho, Sejarah ISIS dan Illuminati, h. 28

Page 53: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

43

D. Tujuan Utama Gerakan ISIS

Tujuan dasar gerakan ISIS pada mulanya adalah membentuk kekhalifahan

di wilayah Muslim Sunni Iraq. Seiring berjalannya waktu, tujuan utamanya adalah

membentuk Negara Islam berbasis Salafi mencakup Irak, Suriah, dan wilayah

Levant, yaitu Yordania, Israel, Palestina, Lebanon, dan Turki bagian selatan.81

Namun wilayah terbanyak yang telah mereka kuasai adalah Irak dan Syria, di

mana saat ini mereka mengklaim bahwa wilayah kekuasaannya meliputi 16

wilayah. Di antaranya adalah tujuh wilayah di Irak, seperti Baghdad, Anbar,

Diyala, Kirkuk, Salah al-Din, Ninawa, dan Babil. Sedangkan sembilan wilayah

lainnya di Suriah, seperti al-Barakah, al-Kheir, Raqqa, al-Nadiya, Halab, Idlib,

Hama, Latakia, dan Damaskus. Namun tentu, hal tersebut hanya bersifat

imajinatif. Karena wilayah-wilayah tersebut tidak lain hanya wilayah yang

diidam-idamkan untuk dikuasai oleh mereka.82

Sementara tujuan gerakan ISIS di Indonesia juga tidak lepas dari substansi

pendirian negara Islam (khilafah), yakni dengan memfasilitasi orang-orang yang

bercita-cita untuk mendirikan negara Islam, dan mengganti pancasila sebagai

ideologi. Menurut Irfan, karena ruh ISIS telah ada sejak sebelum Indonesia

merdeka, maka konsep negara Islam yang rintis oleh kelompok-kelompok Islam

seperti NII, DI/TII, JI, JAT tidak lain adalah substansi ISIS. Hal ini berdasarkan

wawancara dengan beliau sebagai berikut:

“Substansi ISIS adalah ingin mendirikan khilafah. Jadi konsep negara Islam

yang dirintis oleh NII, DI/TII, JI, JAT, itu semua sudah substansi ISIS. Jadi,

81

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme (Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,

2014), h. 10 82

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h. 71

Page 54: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

44

kita tidak perlu membahas tentang ISIS, karena rohnya itu sudah ada sejak

lama.”83

Salah satu aspek penting dari penjelasan teoritis tentang penguasaan wilayah

oleh gerakan Islam radikal ini adalah aspek kepemimpinan (Kekhalifahan). Ketika

mendeskripsikan tipologi kepemimpinan dalam gerakan-gerakan Islam revivalis

dan radikalis dan perkembangannya, R. Hair Dekmejian menyatakan bahwa

kepemimpinan kelompok-kelompok revivalis Islam dan evolusi mereka

tempaknya mengikuti pola tertentu yang sama dengan gerakan revivalis dan

revolusioner yang lain sepanjang sejarah. Pada awalnya, kelompok revivalis Islam

didirikan dan dipimpin oleh bentuk-bentuk kepemimpinan kharismatik yang

mengajarkan ajaran-ajaran keselamatan yang radikal bagi kelompok-kelompok

yang kecil, dengan murid-murid yang berusia muda, dan seringkali dalam suasana

yang rahasia.84

Demikian pula kelompok radikal ISIS, yang ingin menegakkan Khilafah

negara Islam dan menerapkan sistem syariah Islam. Fenomena kaum

fundamentalis tersebut dengan konsep jihadnya yang mereka gali dari al-Qur‟an

dan Sunnah Nabi, khususnya pada makna perangnya, mereka harus melawan

negara-negara Barat dengan “perang bersenjata.”85

Kelompok yang dipimpin oleh

Abu Bakar al-Baghdadi ini berpidato dan direkam untuk menarik perhatian kaum

Muslim di seluruh dunia, serta membangun citranya sebagai pemimpin Islam

yang banyak dirindukan kaum Muslim Sunni hingga hari ini. Dalam pidatonya

tersebut, ia mengimbau agar seluruh umat Muslim untuk datang ke ISIS (Irak dan

83

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat. 84

M. Belanawane, “Agama, Kebudayaan, dan Kekuasaan..”, h. 90 85

Wawan H. Purwanto, Terorisme Undercover: Memberantas Terorisme hingga ke Akar-

akarnya, Mungkinkah? (Jakarta: CMB Press, 2007), h. 36

Page 55: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

45

Syria) sebagai rumah bagi kaum Muslim, tidak pelak memberi motivasi kepada

anak-anak muda dari berbagai penjuru dunia yang masih terbawa oleh romantisme

kekhalifahan Islam masa lalu agar berbondong-bondong datang ke ISIS melalui

berbagai jalan.86

Dari hal tersebut, M. Belanawane menegaskan bahwa identitas dalam

kelompok-kelompok revivalis militan seperti ISIS yang sebelumnya terlihat rigid,

kaku, cenderung statis, kemudian nampak seolah-olah seperti „berubah‟ atau

mengalami „pergeseran‟ ke bentuk yang cair, fleksibel atau bahkan cenderung

dimodifikasi-didekonstruksi untuk konteks yang berbeda, maka sebenarnya

kelompok tersebut memang cair sejak semula.87

Oleh karena itu, tujuan untuk mendirikan negara Islam, ISIS memerlukan

waktu yang sangat lama, salah satu tindakannya yakni merekrut masyarakat

Muslim awam dari seluruh penjuru dunia yang didoktrin untuk mengikuti dan

melaksanakan jihad fi sabilillah di negara yang sebagian telah mereka kuasai,

yakni di daerah Irak dan Syria. Adapun pembahasan tentang konsep gerakan ISIS

di Indonesia dan pengaruhnya akan dipaparkan secara komprehensif pada bab

selanjutnya.

86

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h. 10 87

M. Belanawane, “Agama, Kebudayaan, dan Kekuasaan..”, h. 90

Page 56: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

46

BAB IV

GERAKAN ISIS DI INDONESIA

A. Metodologi dan Strategi Gerakan ISIS

Secara sadar, memang sulit untuk membayangkan bahwa bagaimana

mungkin seseorang bersedia diajak melakukan kekacauan membabibuta dan

begitu sadisnya, sebagaimana yang dilakukan ISIS dan gerakan-gerakan terorisme

sejenisnya. Apalagi hingga menjadi „pengantin‟ dengan bom yang berada di

tubuhnya untuk diledakkan di tengah keramaian orang-orang yang berbeda

agama, madzhab atau pandangan dengan mereka.86

Itu tentu mustahil dalam

logika kewajaran, namun ISIS telah membuktikan kehebatannya dalam merekrut

orang-orang agar mengikuti seluruh doktrinnya yang ekstrem dan sadis.

Namun menurut Irfan, sebenarnya ISIS tidak berdakwah, melainkan

kelompok radikalnya yang melakukan dakwah menggunakan ISIS. Startegi

gerakan mereka ada dua bentuk, pertama adalah dari pintu ke pintu. Kedua,

mereka bergerak melalui internet, dengan menggunakan ayat-ayat yang dimaknai

radikal secara sempit dan jihad. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Irfan

saat wawancara, yakni sebagai berikut:

“ISIS tidak berdakwah, tetapi kelompok radikal yang melakukan dakwah

menggunakan ISIS. Strategi dakwah (gerakan) mereka dulu dari pintu ke

pintu, kemudian sekarang melalui internet, dengan menggunakan ayat-ayat

yang dimaknai radikal secara sempit dan jihad.”87

Dengan bukti telah banyaknya orang-orang Indonesia yang bergabung dan

mendukung ISIS, itu menunjukkan bahwa mereka memiliki metodologi dan

86

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini,

(Jakarta: Zahira, 2014), h.145 87

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat.

Page 57: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

47

strategi gerakan yang kuat dalam merekrut anggota baru. Di antara metode dan

strategi gerakan yang mereka gunakan untuk merekrut anggota adalah sebagai

berikut:

1) Menjanjikan kehidupan mulia serta kematian syahid (mendapat surga)

dengan menjadikan seseorang sebagai mujahidin (tentara Tuhan), kemudian

juga menganggap praktik-praktik keislaman di luar mereka sebagai bid’ah

(sesat).

2) Mengimajinasikan terbentuknya negara Islam dan menganggap

pemerintahan selain Islam seperti demokrasi sebagai bentuk penyembahan

dan ketundukan kepada taghut (berhala).88

3) Mengiming-imingi imbalan sejumlah uang sebagai jaminan ekonomi untuk

kebutuhan hidup seseorang. Sehingga orang yang tidak memiliki

pengetahuan keislaman yang cukup, dilatih dan dimodali untuk berjihad

dengan menjadi teroris. Dalam konteks ini, janji yang ditegaskan kepada

mereka adalah mati syahid dan disambut oleh bidadari-bidadari surga pasca-

kematiannya.89

4) Bergerak melalui media-media elektronik, media sosial dan sebagainya.

Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya bahwa ISIS mengajak

kaum Muslim melalui internet dengan menyodorkan ayat-ayat jihad dengan

pemahaman yang sempit dan dangkal.90

Meskipun baru-baru ini pemerintah

telah berupaya memblokir situs-situs yang berindikasi situs ISIS, namun hal

88

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

146-147 89

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

148 90

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat.

Page 58: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

48

tersebut tidak membuat dakwah ISIS berhenti, melainkan mereka mencari

cara-cara lain untuk menjalankan misinya tersebut.

Adapun sumber dana yang mereka dapatkan adalah dari para donatur atau

kelompok-kelompok yang mendukung ISIS atau merampok, seperti yang pernah

terjadi beberapa tahun lalu ISIS merampok Bank Niaga, toko emas, dan lain

sebagainya. Kelompok ISIS telah menganggap negara ini sebagai thaghut,

sehingga semua yang ada di dalamnya adalah halal. Hal ini sebagaimana yang

disampaikan Irfan dalam wawancara berikut:

“Saya hanya menduga (dana itu berasal dari) orang-orang yang bersimpati,

dari kelompok-kelompok yang mau berjuang bersama ISIS atau merampok,

seperti yang pernah dilakukan beberapa tahun, yakni merampok Bank

Niaga, merampok toko emas, karena negara ini sudah thaghut, jadi semua

halal digunakan dananya untuk berjuang.”91

ISIS telah memulai era baru terorisme yang telah diramalkan oleh Eric

Schmidt dan Jared Cohen, yakni mereka menjadi organisasi teroris yang paling

canggih dengan kekuatan media (khususnya media digital-online) yang

meyakinkan. ISIS memiliki satu lembaga khusus untuk pelayanan publik mereka

yang bernama „al-Idārah al-Islāmiyyah li al-Khidmah al-Āmmah‟ atau yang

berarti “Administrasi Islami untuk Pelayanan Publik” yang dipimpin oleh Abu

Jihad al-Syami. Salah satu urusan lembaga ini adalah menjamin ketersediaan

internet dan membangun sistem serta jaringan digital untuk kebutuhan terorisme

mereka dan „warga‟nya. Bahkan, lembaga ini terus berupaya memberikan jaringan

internet berkapasitas maksimum, dan inilah yang menjadi salah satu basis

kekuatan ISIS.92

91

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat. 92

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

151

Page 59: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

49

Pada Maret 2013, ISIS membentuk induk utama media mereka yang

dinamai I’tisām Media Fondation dengan mendistribusikan melalui Global

Islamic Media Front (GIMF). Setahun kemudian (2014), mereka juga mendirikan

al-Hayat Media Center yang dibentuk khusus untuk menargetkan publik Barat.

Konten-konten propagandanya berbahasa Inggris, Jerman, Rusia dan Perancis.

Targetnya bukan hanya simpatisan, melainkan juga tentara. Sebab, tidak sedikit

tentara ISIS juga yang berasal dari Barat, khususnya dalam aksi terorismenya di

Suriah. Kemudian ISIS juga mendirikan Ajnad Media Foundation, yang khusus

dijadikan sebagai media propaganda yang menyiarkan nasyid-nasyid yang

menyampaikan pesan-pesan jihad.93

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan bahwa

propaganda media (termasuk media sosial) ISIS di Indonesia cukup kuat dan

masif. Mereka tercatat telah berhasil merekrut 50 tentara dari Indonesia yang

berangkat ke Irak dan Suriah untuk misi terorisme. Propaganda melalui media

sosial sangat menarik bagi ISIS bukan hanya karena mudah, murah, dan efektif,

melainkan juga karena media sosial mereka bisa „berkeliaran‟ bebas dengan akun

anonim yang bisa dibuat kapan saja dan sebanyak mungkin, tanpa jejak yang

jelas, sehingga sulit untuk ditelusuri atau dicegah. Propaganda media sosial seperi

dari twitter, facebook, dan youtube ini banyak mereka gunakan untuk merekrut

anggota secara personal, khususnya kalangan anak muda.94

Sebenarnya dalam hal perekrutan, ISIS tidak butuh atau menunggu banyak

anggota untuk melakukan teror dan kekacauan di suatu wilayah atau negara.

93

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

152 94

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

154-156

Page 60: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

50

Bahkan, pertama kali terbentuk di bawah pimpinan Zarqawi, ketika masih

memakai nama Jamaah al-Tauhid, ISIS hanya terdiri dari belasan orang saja,

namun telah menjadi organisasi yang mengancam stabilitas Yordania dan tahta

rezim Raja Hussein pada era 1990-an dan berperan penting dalam tindak

terorisme di Afghanistan dan Irak pada era 2000-an. Hingga kini pun, ISIS dengan

segala kekacauan dan terorismenya di Irak, Suriah, regional Timur Tengah dan

bahkan global hanya diisi oleh keanggotaan yang terdiri dari ribuan orang saja.95

B. Gerakan dan Sasaran Utama ISIS

Dari penjelasan tentang metode dan strategi gerakan di atas, maka sasaran

utamanya pun dapat diketahui. Adapun sasaran utama dalam perekrutan anggota

ISIS adalah sebagai berikut:

1. Anak-anak Muda yang Galau

Menurut Irfan, ISIS menyebar ke titik-titik wilayah yang rawan, kemudian

menghasut masyarakat, khususnya anak-anak muda yang galau. Hal ini terjadi di

wilayah Poso dan Ambon. Selain itu juga ke titik-titik seperti kampus, dengan

mengajak anak-anak muda untuk bergabung dan mencuci otak mereka agar

bergabung dengan kelompoknya. Hal ini disampaikan Irfan saat wawancara,

“Kalau secara fisik, dia (ISIS) menyebar ke titik-titik di mana ada wilayah

yang rawan, dia akan ada di situ, menghasut masyarakat seperti di wilayah

Poso dan Ambon, serta titik-titik seperti kampus yang banyak anak-anak

muda bergabung untuk dicuci otak dan mencari pemuda-pemuda yang

galau.”96

95

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

149 96

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat.

Page 61: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

51

2. Orang-orang yang menganut corak keislaman atau ideologi yang dekat

dengan ideologi ISIS.

Menurut Haidar Assad, strategi ini bertujuan agar lebih mudah untuk

didoktrin dengan yang lebih ekstrim, karena sebelumnya mereka sudah berdiri di

atas tapal batas ke-ISIS-an, hanya saja mereka masih bersifat pasif dan tak masuk

dalam gerakan saja. Oleh karenanya, ISIS terus mendorong dan mengompori

mereka agar lebih aktif untuk mewujudkan impian mereka, yakni mendirikan

negara Islam.

3. Orang-orang Muslim yang sebelumnya hidupnya carut-marut dan

tenggelam dalam kriminalitas serta kemaksiatan yang nyata.

Menurut Jalaludin Rahmat, di antara sasaran ISIS seperti ini adalah mereka

yang suka mencuri, berjudi, memperkosa, mabuk-mabukan, atau bahkan

membunuh. Termasuk seorang Muslim mantan penghuni penjara. Mereka yang

telah apatis itu diinsyafkan oleh ISIS dan diajarkan hanya dan melulu tentang ke-

syahid-an serta ditegaskan bahwa satu-satunya jalan yang bisa menyelamatkannya

hanya dengan menjadi „mujahidin’ sebagai bentuk penebusan dosa dan jalan

menuju surga.97

4. Pemuda Pengangguran

sebagaimana yang disampaikan oleh Komite Intelijen Daerah (Kominda)

Bengkulu, bahwa ISIS rata-rata merekrut anak muda pengangguran atau yang

dililit masalah ekonomi yang berat. Mereka diberi jaminan ekonomi dan

mengarahkan mereka yang memiliki semangat keislaman yang tinggi dan

meledak-ledak, namun tidak memiliki pengetahuan agama yang cukup. Sehingga

97

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

147

Page 62: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

52

semangat keberislamannya itu dibelokkan ke arah yang mungkar dengan menjadi

teroris.

5. Rekrutmen di masjid-masjid

Masjid-masjid yang menjadi sasaran ISIS di antaranya yaitu masjid-masjid

di Bekasi. Mereka mempengaruhi jamaah masjid, kemudian menguasai

masjidnya, dan akhirnya menerapkan dan mendakwahkan ke-ISIS-an mereka serta

mengkafirkan dan mengusir siapa saja yang berbeda dengan mereka. Kesimpulan

ini diambil dari analisa fakta rekrutmen ISIS di delapan masjid di Bekasi.

Langkah pertama mereka adalah dengan menjadi jamaah masjid yang sangat aktif

dan perlahan-lahan mensosialisasikan atau bahkan mempengaruhi pengurus

Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) agar menganut Islam dan ideologi

sebagaimana yang mereka anut. Kemudian kelompok tersebut membuat kegiatan,

misalnya, bedah buku tentang ideologinya, dan meminta jadwal imam atau khatib

shalat jum‟at. Kucuran dana merupakan salah satu jalan masuk yang digunakan

oleh kelompok ini dalam menjalankan program-programnya di masjid. Langkah

selanjutnya adalah dengan mereka sendiri masuk dan menjadi pengurus DKM

serta melakukan berbagai upaya pembersihan DKM dan masjid dari pengaruh-

pengaruh dan orang-orang non-ISIS. Bahkan mereka tidak segan-segan mengganti

kepengurusan DKM yang lama dengan kepengurusan yang baru yang terdiri dari

ISIS dan orang-orangnya sendiri. Bagi mereka, masjid adalah pusat dakwah,

sehingga menguasainya akan berperan besar dalam kesuksesan dakwah mereka di

kawasan masjid itu.98

98

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

149

Page 63: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

53

Saat ini ISIS memiliki jumlah anggota di Indonesia kurang lebih sebanyak

300 orang, namun angka pastinya tidak dapat ditentukan (tentatif). Karena ISIS

tidak melakukan pendaftaran anggota, mereka hanya mencari dukungan dan

partisipasi dari masyarakat Indonesia yang mau ikut berjuang mendirikan

khilafah. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Irfan saat wawancara

berikut:

“Kemarin kurang lebih 300 orang yang berangkat ke Syiria. Untuk

mengetahui secara pasti angkanya itu tidak ada pendaftaran. Jadi siapa saja

yang simpati (terhadap ISIS), maka ia sudah termasuk dari mereka, dan

angka ini tentatif.”99

ISIS memang tidak butuh banyak anggota. Sebab, mungkin mereka sadar

bahwa mustahil mereka dengan keseraman doktrinnya dan kebringasan

gerakannya itu diterima oleh banyak orang. Oleh karena itu, visi rekrutmen

mereka adalah sedikit orang namun berpikiran ekstrim, sadis dan di luar batas

kenormalan. Sehingga meskipun hanya segelintir, mereka mampu menciptakan

kekacauan yang mungkin tidak terpikirkan oleh mayoritas orang berakal normal

dan wajar.100

C. Eksistensi Gerakan ISIS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Gerakan fundamentalisme ISIS seringkali dikaitkan dengan aksi-aksi

kekerasan, militansi dan terorisme. Secara kategoris, gerakan ini berkaitan dengan

sejarah, ideologi, masalah struktural, identitas, bahkan bergeseran dengan masalah

geostrategi dan politik global seiring dengan menguatnya arus globalisasi.

Doktrin-doktrin kitab suci yang diinterpretasikan secara tertentu dapat

menyediakan legitimasi dan berfungsi sebagai sumber daya pembingkaian

99

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat. 100

Muhammad Haidar Assad, ISIS: Organisasi Teroris Paling Mengerikan Abad Ini, h.

149-150

Page 64: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

54

(framing resource) bagi aktivisme kekerasan yang sebenarnya pekat dengan

nuansa power strugle. Hal yang paling berbahaya dari keyakinan kaum

fundamentalis ini adalah keyakinan bahwa mereka satu-satunya kebenaran.101

Berbagai peristiwa terorisme di Indonesia dengan segala bentuknya hampir

selalu mengatasnamakan Islam. Begitu pula eksistensi gerakan ISIS yang mulai

menjalar ke pelosok negeri untuk menjalankan visi mereka dengan

menggaungkan nama Islam bersama doktrin jihadnya. Banyaknya pemeluk agama

Islam di Indonesia dengan beragam alirannya, membuat Indonesia dicap sebagai

sarang teroris. Perbuatan teror yang mengatasnamakan agama oleh kelompok atau

aliran tertentu tersebut muncul akibat adanya pemahaman agama yang bercorak

literal, sempit dan kurang memahami substansi ajaran yang ada di dalamnya.102

Sedangkan di antara aliran-aliran dalam Islam yang ada di Indonesia tidak sedikit

diisi oleh kelompok-kelompok yang memahami ajaran agama secara literal.

Sehingga ancaman semakin merebaknya gerakan ISIS di Negara Kesatuan

Republik Indonesia semakin terbuka.

Pada Januari 2016 lalu, di beberapa siaran televisi memberitakan terjadinya

pengeboman Pos Polisi di Sarinah-Jakarta Pusat yang dilakukan oleh kelompok

radikal. Ini merupakan salah satu bukti bahwa eksistensi kelompok radikal

tersebut kemungkinan masih ada karena telah menyebar luas di Indonesia dengan

doktrin-doktrin jihadnya.

Irfan menyatakan bahwa banyak orang yang kecewa dengan pancasila dan

oknum-oknum pancasila. Hal ini dapat dilihat dari adanya kelompok yang

101

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme (Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,

2014), h. 25 102

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 27-28

Page 65: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

55

menggebu-gebu ingin menegakkan khilafah di Indonesia. Mereka menganggap

bahwa adanya pengangguran, kemiskinan, keterbelakangan dan segala bentuk

kenestapaan lain sebagai akibat dari kesalahan pemerintah yang menganut sistem

demokrasi (thaghut). Sehingga mereka memilih untuk mengganti ideologi

pancasila dengan ideologi kekhalifahan sebagai ideologi pelarian dan solusi untuk

kemakmuran Indonesia. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Irfan saat

diwawancara, yakni:

“Banyak orang kecewa terhadap pancasila dan oknum pancasila, akhirnya

(mereka) mencari ideologi lain. Ideologi pelarian itulah dia lari ke ideologi

radikal dari kelompok militan itu.”103

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa motivasi dan faktor

pendukung eksistensi gerakan ISIS di Indonesia adalah faktor politik dan agama.

Kurangnya ketegasan hukum merupakan faktor utama bagi perkembangan

kelompok tersebut untuk membuktikan eksistensi mereka melalui bentuk

kekerasan dan aksi teror yang mengatasnamakan interpretasi terhadap ajaran

agama Islam. Selain itu, ketidakmampuan negara untuk mengembangkan model

pembangunan politik dan ekonomi juga merupakan faktor munculnya gerakan-

gerakan fundamentalis Islam. Kegagalan dalam menjalankan roda politik yang

bersinergi dengan rakyat tidak hanya menumbuhkan kekecewaan, apatisme, dan

alineasi, tetapi juga memunculkan perlawanan terhadap rezim-rezim penguasa.104

Bahkan kondisi ekonomi yang semakin sulit saat ini, merupakan

kesempatan bagi kelompok ISIS untuk mendakwahkan doktrin-doktrin mereka

akan kegagalan pemerintah. Tidak hanya itu, jaminan ekonomi yang ditawarkan

103

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat. 104

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 31

Page 66: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

56

juga merupakan negosiasi yang patut diperhitungkan. Mengingat kondisi ekonomi

di Indonesia saat ini semakin terpuruk akibat menurunnya nilai rupiah dalam

percaturan mata uang dunia.

D. Pengaruh Gerakan ISIS di Indonesia

Menurut Irfan, ISIS memiliki pengaruh yang negatif. Hal ini ia sampaikan

dengan tinjauan bahwa masyarakat Indonesia akan terbawa arus untuk

melampiaskan emosi mereka mengganti pancasila dengan dasar agama. Berikut

pernyataan beliau saat diwawancara:

“Pengaruhnya negatif, karena mereka terbawa arus untuk melampiaskan

emosi mereka mengganti pancasila dengan dasar agama, yang sudah tidak

akan mungkin dilakukan itu.”105

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memberikan

penjelasan bahwa pengaruh gerakan ISIS yang identik dengan tindak kekerasan di

Indonesia meliputi beberapa bidang, di antaranya yaitu bidang kedaulatan,

ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, pendidikan, keagamaan,

pertahanan, keamanan dan ketertiban nasional.

1. Bidang Kedaulatan

Terdapat dua hal yang sangat fundamental terkait pengaruh gerakan ISIS

terhadap kedaulatan Indonesia. Pertama, terjadinya gerakan terorisme ISIS di

Indonesia mengindikasikan bahwa Indonesia telah kehilangan kedaulatannya

karena dianggap tidak mampu melindungi dan memberikan rasa aman bagi

warganya. Kedua, gerakan ISIS tersebut bertujuan untuk merebut kedaulatan

sebuah bangsa. Aksi-aksi mereka sangat identik dengan kekerasan yang diarahkan

pada objek-objek vital dan sarana strategis negara yang signifikan terhadap

105

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat.

Page 67: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

57

pertahanan dan keamanan nasional. Hal inilah yang secara tegas menunjukkan

bahwa perbuatan mereka adalah melanggar hukum.106

2. Bidang Ideologi

Pancasila sebagai kerangka berpikir, bertindak dan hukum di Indonesia

merupakan ideologi pemersatu bangsa yang terdiri dari berbagai ragam suku,

agama, bahasa dan budaya. Dampak ideologi yang diterapkan oleh gerakan ISIS

melalui berbagai cara jelas bertentangan dan membahayakan ideologi pancasila.

Kelompok ini mengembangkan sebuah ideologi yang membenarkan cara-cara

kekerasan untuk mencapai tujuan, serta terhadap hal-hal yang mereka anggap

tidak sepaham dan berbau sekuler. Mereka mempropagandakan bahwa pancasila

bukanlah ideologi yang harus dituruti, karena pancasila bukanlah agama.

Sementara pada sisi lain, pancasila mencerminkan nilai-nilai universal, yang

menghargai perbedaan, mengayomi seluruh keragaman, baik suku, agama,

golongan, bahkan perbedaan pendapat.107

3. Bidang Politik

Pengaruh gerakan ISIS di bidang politik di antaranya dapat menyebabkan

ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah. Ketika aksi-aksi teror berlangsung,

maka secara otomatis hal itu akan mempengaruhi stabilitas politik di Indonesia,

bahkan dunia internasional. Dalam kejadian bom Bali misalnya, Indonesia

mengalami permasalahan yang serius dalam berdiplomasi dengan negara-negara

yang warganya menjadi korban pemboman seperti Australia, Amerika Serikat,

dan beberapa negara lain. Pemerintah di berbagai negara bahkan mengeluarkan

106

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 17 107

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 18

Page 68: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

58

travel warning dan pembatalan beasiswa karena kasus Bom Bali tersebut. Padahal

pemulihan hubungan kenegaraan bukanlah hal yang mudah. Dengan demikian,

tampak jelas bahwa dampak dari gerakan radikal seperti ISIS dalam bidang politik

dalam dan luar negeri sangat signifikan dan merugikan. Suatu negara bahkan

dapat dikucilkan dari percaturan internasional hingga dikenai sanksi apabila

dinilai lamban, tidak agresif, bahkan menolak bekerjasama untuk menerapkan

politik, global war on terrorism (gwot) pada kelompok teroris di wilayahnya.108

4. Bidang Ekonomi

Aksi teror gerakan Islam radikal seperti ISIS dapat berdampak negatif

terhadap sistem perekonomian Indonesia. Pada kasus Bom Bali misalnya,

menyebabkan kerusakan yang parah pada 418 gedung yang menjadi sentra

perekonomian di Bali. Taksiran kerugian mencapai lebih dari lima triliun rupiah.

Dampak utama yang sangat dirasakan adalah menurunnya pendapatan asli daerah

Bali sehingga berdampak pada menurunnya pendapatan nasional. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang terus menurun sejak

2002 sampai akhir Desember 2003. Pada tahun 2001, jumlah wisatawan yang

berkunjung ke Bali sebanyak 1.356.774 orang, sementara tahun 2003 sebanyak

1.285.844 orang atau turun sebesar 22,77%. Dibutuhkan waktu yang tidak

sebentar untuk memulihkan kondisi perekonomian seperti semula. Bahkan banyak

negara yang mengeluarkan travel warning terhadap Indonesia. Sehingga hal ini

mengakibatkan buruknya perekonomian Indonesia pada sektor pariwisata dan

informal.109

108

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 19-20 109

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 20

Page 69: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

59

5. Bidang Sosial dan Budaya

Gerakan ISIS di Indonesia memberikan dampak serius terhadap kehidupan

sosial di masyarakat. Pertama, munculnya rasa takut dan ketidaknyamanan di

masyarakat. Tidak mudah bagi sebagian besar masyarakat, terutama bagi korban

dan keluarga korban, untuk melupakan kejadian yang telah merenggut nyawa,

harta, dan kehidupan mereka. Rasa takut dan trauma psikologis tersebut akan

memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan dan

perubahan dalam kehidupan sosial.

Kedua, munculnya sikap saling curiga terhadap sesama anggota masyarakat.

Hal ini karena aksi-aksi teror dari anggota ISIS dilakukan secara tertutup dan

tidak menunjukkan identitas, sehingga memunculkan sikap saling curiga. Ketiga,

penanganan aksi terorisme oleh masyarakat yang lambat mengakibatkan sikap

apatis oleh masyarakat terhadap kejahatan. Sehingga ketika ini terjadi, maka

kepercayaan masyarakat terhadap aparatur negara, khususnya penegak keamanan

telah luntur, karena masyarakat sudah tidak peduli terhadap kejahatan terorisme

dan menganggapnya sebagai kejahatan biasa.110

6. Bidang Pendidikan

Kelompok radikal seperti ISIS menilai bahwa pengawasan pendidikan di

Indonesia lemah. Sehingga mereka memanfaatkan situasi tersebut untuk mencari

dan merekrut anggota baru. Mereka meyakini bahwa anak-anak muda dan remaja

merupakan sumber daya yang sangat berharga. Karena selain mudah menerima

propaganda, remaja juga lebih mudah untuk menjadi pelaku bom bunuh diri.

Selain itu, beberapa bulan terakhir di Jawa Timur juga banyak beredar buku-buku

110

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 20-21

Page 70: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

60

agama yang dikeluarkan oleh pemerintah mengandung ayat-ayat jihad dengan

makna yang literal, intoleran dan penuh kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa

pengawasan dalam sarana pendidikan di Indonesia juga lemah.

Hasil survei Lembaga Kajian Islam dan perdamaian pada tahun 2011 yang

dirilis majalah Tempo 2011, bahkan menunjukkan 49% siswa di wilayah

Jabodetabek menyetujui aksi kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan

masalah terkait agama dan moral. Tidak kurang dari 60% guru dan 25% siswa

sekolah bahkan mengenal dan menyatakan persetujuan terhadap tokoh-tokoh

radikal. Bahkan, belasan siswa dalam survey ini menyetujui aksi bom bunuh diri.

Data tersebut secara kasat mata menunjukkan bahwa lingkungan pendidikan juga

telah terkontaminasi ideologi teror dan paham radikal.111

7. Bidang Keagamaan

Pengaruh gerakan ISIS dalam bidang keagamaan di Indonesia tidak lain

adalah rusaknya citra Islam di mata agama lain. Islam dianggap sebagai agama

teroris, karena banyaknya peristiwa-peristiwa pemboman yang terjadi di

Indonesia mayoritas pelakunya adalah Muslim. Sehingga Islamophobia terjadi di

Indonesia, dan seringkali menghambat aktifitas dakwah Islam karena banyaknya

anggapan negatif yang lahir dari kesalahpahaman dan prasangka akibat

pergerakan jaringan teroris seperti ISIS. Tidak hanya di dalam negeri, di Amerika

misalnya, terjadi peristiwa pemboman yang sangat mengerikan pada 11

September 2001, mengakibatkan tindakan terorisme selalu dikaitkan dengan

Islam. Sehingga hal ini membuat negara-negara Barat juga bersikap anti Islam

atau Islamophobia. Citra Islam sebagai agama rahmatan li al-‘alamin akhirnya

111

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 21-22

Page 71: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

61

tercoreng, tergantikan dengan anggapan bahwa Islam agama yang melegitimasi

kekerasan.112

8. Bidang Pertahanan

Gerakan radikal ISIS dalam bidang pertahanan ialah terancamnya

kedaulatan bangsa, integritas wilayah, perlindungan terhadap warga negara, serta

kepentingan negara. Hal ini merupakan ancaman utama sebuah bangsa. Aksi

terorisme ISIS identik dengan kekerasan dan anarkis. Aksi-aksi mereka seringkali

menggunakan senjata dan bahan peledak. Sehingga hal ini menyebabkan berbagai

negara, termasuk Indonesia, menghadapi mereka dengan kekuatan militer. Di

Indonesia sendiri, telah memiliki DENSUS 88, POLRI, TNI, dan aparatur-

aparatur negara lainnya yang digunakan untuk mencegah dan melawan aksi

terorisme ISIS di Indonesia. Karena gerakan ISIS merupakan kejahatan

transnasional, kejahatan lintas batas negara, dan kejahatan luar biasa.113

9. Bidang Keamanan dan Ketertiban Nasional

Aksi-aksi terorisme yang dilakukan oleh kelompok ISIS jelas akan

mengancam seluruh unsur keamanan negara. Sehingga hal ini harus dihadapi

dengan kekuatan politik, ekonomi dan militer. ISIS menjadi salah satu

permasalahan bangsa yang dapat mengancam stabilitas sosial dan politik, serta

mengancam eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Dampak negatif ISIS

terhadap keamanan dan ketertiban nasional adalah kerugian immaterial, yaitu

terusiknya rasa aman, timbulnya rasa saling curiga yang memicu keresahan sosial,

112

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 22 113

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 23

Page 72: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

62

serta tergerusnya nilai-nilai toleransi yang telah tumbuh dan berkembang di

Indonesia.114

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa ISIS memiliki pengaruh negatif yang

sangat besar apabila dibiarkan terus berkembang di Indonesia. Sehingga tindakan

pencegahan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam

meminimalisir tumbuh dan berkembangnya paham-paham radikal yang

disebarkan oleh ISIS melalui berbagai media.

E. Peran Pemerintah dalam Mencegah Perkembangan ISIS di Indonesia

Peran pemerintah dalam mencegah perkembangan ISIS di Indonesia

sebenarnya melibatkan semua elemen pemerintahan, mulai dari BNPT sebagai

lembaga yang memiliki kewenangan untuk mencegah tindak pidana terorisme,

hingga seluruh kementerian yang memiliki potensi untuk mencegah

berkembangnya kelompok radikal di Indonesia. Namun dalam hal ini, penulis

hanya fokus pada lembaga BNPT. Karena berdasarkan Perpres No.12 Tahun

2012, lembaga ini didirikan khusus untuk menangani masalah terorisme seperti

ISIS dan semacamnya. Irfan menyatakan bahwa peran pemerintah seperti BNPT

adalah menyiapkan strategi, program dan kebijakan di dalam menanggulangi

kelompok-kelompok radikal seperti ISIS. Irfan juga mengungkapkan bahwa

sebelum mereka menjadi teroris, mereka bersikap militan terlebih dahulu. Hal ini

ia sampaikan saat wawancara, yakni:

“Peran Pemerintah (yaitu) menyiapkan strategi, program dan kebijakan di

dalam menanggulangi kelompok-kelompok seperti itu, karena mereka

militan dulu. Setelah militan, baru kemudian menjadi teroris.”115

114

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 23-24

Page 73: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

63

Ada dua strategi utama yang dilakukan oleh BNPT dalam menanggulangi

perkembangan kelompok radikal seperti ISIS di Indonesia, yaitu strategi kontra

radikalisasi dan strategi deradikalisasi. Strategi kontra radikalisasi ditujukan

terhadap kelompok pendukung, simpatisan, dan masyarakat yang belum terpapar

paham radikal. Sementara strategi deradikalisasi lebih ditujukan terhadap

kelompok yang sudah terpapar paham teror, kelompok inti dan militan terorisme

dengan melaksanakan kegiatan identifikasi, rehabilitasi, permasyarakatan, dan

reedukasi.116

1. Strategi Kontra Radikalisasi

Strategi kontra radikalisasi adalah upaya pencegahan terorisme seperti ISIS

dan semacamnya melalui penamaan nilai-nilai ke-Indonesiaan serta nilai-nilai

non-kekerasan dalam menyelesaikan masalah serta menyikapi perbedaan. Seluruh

upaya tersebut prosesnya dilakukan melalui jalan damai, humanis, sinergis dan

melibatkan seluruh elemen masyarakat secara semesta. Strategi ini merupakan

bagian dari kebijakan pencegahan dalam arti luas dengan tujuan agar tidak terjadi

kembali aksi terorisme. Adapun kegiatan kontra radikalisasi yang dilakukan

BNPT adalah sebagai berikut:

a. Mengawasi dan memonitor berita. Artinya, informasi yang beredar di media

massa yang disebarkan oleh kelompok ISIS dan sejenisnya dilakukan kontra

dengan informasi yang benar.

115

Hasil Wawancara dengan Irfan (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat. 116

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 38-39

Page 74: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

64

b. Memonitor dan menentukan berita dan informasi yang beredar melalui

media massa yang bermuatan propaganda kelompok radikal seperti ISIS dan

melakukan upaya-upaya pencegahan.

c. Menyiapkan pakar media massa dan pakar psikologi massa yang akan

merumuskan konsep dan strategi kontra propaganda.

d. Melakukan kontra propaganda melalui media-media cetak maupun

elektronik (website, radio, siaran televisi, buletin cetak, dan lain-lain) untuk

melakukan kontra propaganda yang disebarkan oleh kelompok terorisme

seperti ISIS.

e. Memfasilitasi kelompok-kelompok dan tokoh-tokoh moderat untuk

melakukan kontra narasi terhadap ajaran-ajaran radikal yang disebarkan

oleh kelompok radikal terorisme.

f. Membuat kajian, tulisan dan sejenisnya mengenai kontra propaganda dan

menyebarkannya kepada seluruh stakeholders terkait.

g. Memonitor dakwah-dakwah radikal di setiap khutbah dan tausiyah (majelis

taklim, dan sebagainya).117

Strategi kontra radikalisasi yang dilakukan oleh BNPT sebagai upaya

pencegahan tindak terorisme meliputi beberapa bidang, yaitu bidang pengawasan,

kontra propaganda, kewaspadaan, penangkalan, dan perlindungan. Pertama,

pengawasan dilakukan baik secara administrasi maupun fisik terhadap orang,

senjata api, serta menyiapkan rumusan strategi, penyiapan bahan koordinasi,

117

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 41

Page 75: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

65

pelaksanaan pengawasan, monitoring sampai dengan pengendalian di bidang

pengawasan.

Kedua, kontra propaganda dimaksudkan untuk memberikan perlawanan

atau menangkal terhadap propaganda radikal baik melalui media sosial, media

massa, website, serta penggalangan terhadap tokoh maupun organisasi terkait

terorisme.

Ketiga, kewaspadaan merupakan aktivitas untuk menyiapkan bahan

perumusan, koordinasi, serta pengumpulan data awal tentang pemetaan jaringan

untuk mewujudkan deteksi dan cegah dini terhadap ideologi dan organisasi terkait

terorisme.

Keempat, penangkalan di bidang ini berupa program pemantauan dan

pengendalian penyebaran ideologi radikal terorisme yang berpotensi menyebar di

tengah masyarakat, khususnya kepada kelompok rentan (mantan tahanan dan

mantan narapidana terorisme serta keluarga dan lingkungan pergaulannya).

Program ini bertujuan agar mereka tidak kembali terkait dengan kelompok dan/

atau ideologi kekerasan.

Kelima, perlindungan merupakan upaya pengamanan terhadap objek vital,

transportasi dan VVIP serta pengamanan lingkungan, baik pemukiman maupun

wilayah publik dari ancaman terorisme. Kegiatan perlindungan ini yaitu

merumuskan kebijakan dan program, koordinasi, pelaksanaan perlindungan

sampai dengan pemantauan dan pengendalian program perlindungan.118

118

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 42

Page 76: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

66

2. Strategi Deradikalisasi

Implementasi strategi deradikalisasi dilakukan dalam bentuk program dan

kegiatan yang ditujukan pada kelompok radikal seperti ISIS. Tujuannya adalah

agar kelompok tersebut meninggalkan cara-cara kekerasan dan teror dalam

memperjuangkan misinya serta memoderasi paham radikal mereka. Adapun

cakupan program dan kegiatan deradikalisasi yang dilakukan oleh BNPT

meliputi:

a. Melakukan pemetaan terhadap anatomi kelompok-kelompok radikal seperti

ISIS di Indonesia yang dijadikan sebagai sasaran atau target dari program

deradikalisasi.

b. Melakukan kajian terkait program deradikalisasi yang sudah dijalankan di

negara-negara lain. Program ini dimaksudkan untuk melakukan kajian

perbandingan dan melihat kemungkinan-kemungkinannya untuk bisa

diterapkan dalam program deradikalisasi di Indonesia.

c. Melakukan kajian program deradikalisasi yang tepat bagi masing-masing

kelompok radikal. Strategi ini merupakan lanjutan dari strategi sebelumnya

agar strategi deradikalisasi bisa efektif dan efisien.

d. Melakukan koordinasi dengan seluruh komponen masyarakat, meliputi

organisasi sosial, keagamaan, kepemudaan, LSM, dan lain sebagainya yang

selama ini sudah melakukan program deradikalisasi. Kelompok-kelompok

masyarakat ini diharapkan menjadi mitra strategis dan jaringan BNPT dalam

rangka melaksanakan program deradikalisasi.119

119

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 49

Page 77: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

67

Program deradikalisasi di Indonesia meliputi dua klasifikasi. Pertama,

program deradikalisasi di tengah masyarakat yang dilaksanakan beberapa tahapan,

seperti identifikasi, pembinaan, kontra radikalisasi, monitoring dan evaluasi.

Kedua, program deradikalisasi di dalam lapas yang dilakukan dengan beberapa

tahap pula, yaitu identifikasi, rehabilitasi, reedukasi, pemasyarakatan, monitoring

dan evaluasi.120

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ada dua strategi utama yang

dilakukan oleh Pemerintah, khususnya BNPT dalam menanggulangi

perkembangan kelompok radikal seperti ISIS di Indonesia, yaitu strategi kontra

radikalisasi dan strategi deradikalisasi. Strategi kontra radikalisasi ditujukan

terhadap kelompok pendukung, simpatisan, dan masyarakat yang belum terpapar

paham radikal. Sementara strategi deradikalisasi lebih ditujukan terhadap

kelompok yang sudah terpapar paham teror, kelompok inti dan militan terorisme

dengan melaksanakan kegiatan identifikasi, rehabilitasi, pemasyarakatan, dan

reedukasi. Upaya pencegahan ini juga tentunya membutuhkan kerjasama antar

lembaga maupun masyarakat di seluruh Indonesia.

120

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print Pencegahan

Terorisme, h. 50

Page 78: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti menyimpulkan tiga poin

sebagai jawaban atas pertanyaan masalah, yaitu:

1. Konsep dan startegi gerakan ISIS di Indonesia memiliki dua bentuk,

pertama adalah dari pintu ke pintu. Kedua, mereka berdakwah melalui

internet, dengan menggunakan ayat-ayat yang dimaknai radikal secara

sempit dan jihad.

2. Pengaruh negatif gerakan ISIS di Indonesia sangat kompleks, di antaranya

meliputi kedaulatan negara, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya,

pendidikan, keagamaan, pertahanan, kemanan dan ketertiban nasional.

3. Ada dua strategi utama yang dilakukan oleh Pemerintah, khususnya BNPT

dalam mencegah perkembangan kelompok radikal seperti ISIS di Indonesia,

yaitu strategi kontra radikalisasi dan strategi deradikalisasi.

B. Saran

Dari penelitian ini, akhirnya peneliti dapat memberikan saran sebagai

berikut:

1. Bagi para mahasiswa yang hendak melakukan penelitian serupa, hendaknya

bisa lebih menyeluruh, terutama metode penelitian yang digunakan. Peneliti

dalam hal ini sadar akan berbagai kelemahan dalam penelitian ini. Namun

setidaknya penelitian ini dapat memberikan kontribusi wawasan atau

pengetahuan dalam penelitian dengan objek yang serupa.

Page 79: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

69

2. Bagi Pemerintah, terutama BNPT, hendaknya dapat mensosialisasikan anti

radikalisme kepada masyarakat luas di seluruh wilayah di Indonesia, baik di

pedesaan, perkotaan, pondok pesantren, maupun sekolah-sekolah umum

sehingga santri dan para pelajar pun dapat memahami bahaya gerakan

radikal yang telah menyebar di dunia pendidikan dan remaja.

3. Bagi masyarakat, hendaknya selalu waspada terhadap ajaran dan gerakan

fundamentalisme Islam seperti ISIS yang sangat ekstrem dan intoleran,

bahkan telah melenceng jauh dari hakikat ajaran Islam yang sebenarnya.

Sehingga perlu adanya penjelasan yang komprehensif oleh para tokoh

agama tentang ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat umum agar tercipta

kehidupan yang harmonis dan aman.

Page 80: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

70

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Hafidz. Diskursus Islam Politik dan Spiritual. Bogor: Al-Azhar

Press, 2007.

Adams, Ian. Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa

Depannya, Penerjemah: Ali Noerzaman. Yogyakarta: Qalam, 2004.

Adityawan S, Arief. Propaganda Pemimpin Politik Indonesia: Mengupas

Semiotika Orde Baru Soeharto. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2008.

Ali, As’ad Said. Al-Qaeda: Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak

Terjangnya. Jakarta: Pustaka LP3ES, 2014.

Azra, Azyumardi. “ISIS, “Khilafah”, dan Indonesia”, diakses dari

http://kompas.com pada 17 Desember 2014.

Azra, Azyumardi. Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme, Modernisme,

hingga Post-Modernisme. Jakarta: Paramadina, 1996.

Azzam, Abdullah. Perang Jihad di Jaman Modern, Penerjemah: H. Salim

Basyarahil. Jakarta: Gema Insani Press, 1992.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Draft Blue Print

Pencegahan Terorisme. Pusat Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan

Diklat Kementerian Agama RI, 2014.

Baso, Ahmad. NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam

dan Fundamentalisme Noe-Liberal. Jakarta: Erlangga, 2006.

Belanawane, M. “Agama, Kebudayaan, dan Kekuasaan: Catatan Teoritik dari

Seorang Salafi.” Antropologi Indonesia Vol. 32 No. 2, 2011.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitiaftif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik

dan Ilmu Sosial Lainya. Jakarta: Putra Grafika, 2009.

Donohue, John J. dan Esposito, John L. Islam dan Pembaharuan: Ensiklopedi

Masalah-masalah, Penerjemah: Machnun Husein. Jakarta: Rajawali Pers,

1993.

Dydo, Todiruan. Islam Fundamentalis dan Kegusaran Masyarakat Barat:

Percaturan Politik dan Ideologi Internasional. T.K.P, Goden Terayon Press,

T.Th.

Eickelman, Dale F. dan Piscatori, James. Politik Muslim: Wacana Kekuasaan dan

Hegemoni dalam Masayarakt Muslim, Penerjemah: Endi Haryono dan

Rahmi Yunita. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1998.

Page 81: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

71

Esposito, John L. Ancaman Islam: Mitos atau Realitas?, Penerjemah: Alwiyah

Abdurrahman dan MISSI. Bandung: Mizan, 1995.

Euben, Roxanne L. Musuh dalam Cermin: Fundamentalisme Islam dan Batas

Rasionalisme Modern, Penerjemah: Satrio Wahono. Jakarta: PT Serambi

Ilmu Semesta, 2002.

Ghazali, Khairul. Aksi Teror Bukan Jihad. Jakarta: Daulat Press, 2015.

Hassan, Muhamad Hanif. Pray to Kill. Jakarta: Grafindo, 2006.

Hassan, Riaz. Islam: dari Konservatisme sampai Fundamentalisme. Jakarta:

Rajawali Pers, 1985.

Husada, Erlangga. dkk, Kajian Islam Kontemporer. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2007.

Hizbut Tahrir. Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir,

Penerjemah: Abu Afif dan Nurkhalis. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2007.

Husain, Ed. Matinya Semangat Jihad: Catatan Perjalanan Seorang Islamis.

Tangerang Selatan: Pustaka Alvabet, 2008.

Idris, “Fundamentalisme Islam: Analisi Pemikiran Politik Bassam Tibi”. Skripsi

S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Lewis, Bernard. Krisis Islam: Antara Jihad dan Teror, Penerjemah: Ahmad

Lukman. Jakarta: Ina Publikatama, 2004.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004.

Mulyana, Ade. “Respon Ideologi Fundamentalisme Islam terhadap Prognosis

Politik Kaum Endist”. Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.

Mulyana, Deddy. Metode Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainya. Bandung: Rosda, 2001.

Munthe, Abdul Karim. dkk, Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis.

Tangerang Selatan: Yayasan Pengkajian Hadits el-Bukhori, 2017.

Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: PT

Pustaka LP3ES Indonesia, 1996.

Purwanto, Wawan H. Terorisme Undercover: Memberantas Terorisme hingga ke

Akar-akarnya, Mungkinkah?. Jakarta: CMB Press, 2007.

Republika Online Edisi Jum’at, 2 Oktober 2015. Diakses dari http://

republika.co.id/home/dunia-islam/khazanah.html pada 3 Juni 2017.

Page 82: FUNDAMENTALISME GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA/SHAM (ISIS) DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42032/1/RIZQI... · internet, dengan menggunakan ayat-ayat

72

Samantho, Ahmad Yanuana. Sejarah ISIS dan Illuminati. Jakarta: PT. Ufuk

Publishing House, 2014.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.

Syam, Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan

Pengaruhnya terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Sychev, Victor Feodorovich. Islam Indonesia di Mata Orientalis Rusia,

Penerjemah: Wan Jamaludin Z. Jakarta: Litbang Depag RI, 2008.

Wiktorowicz, Quintan. Gerakan Sosial Islam: Teori Pendekatan dan Studi Kasus,

Penerjemah: Tim Penerjemah Paramadina. Yogyakarta: Gading Publishing,

2012.

Wirartha, I Made. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi, dan Tesis.

Yogyakarta: Andi Offset, 2006.

Wawancara:

Prof. Dr. Irfan Idris, MA (Ketua Umum Deradikalisasi BNPT) pada Kamis, 19

November 2015, pukul 12.30 WIB di Hotel Boutique – Jakarta Pusat.