Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
FUNGSI MASJID SEBAGAI SARANA DAKWAH DALAM
MEMBINA AKHLAK REMAJA
(STUDI DI MASJID BESAR ASY-SYUHADA KELURAHAN
KENALI BESAR SIMPANG RIMBO KOTA JAMBI)
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Komunikasi Dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah
Oleh
MULYADI
UK 140132
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
ii
Drs. Sururruddin. M.Pd Jambi, 09 November 2018
Nurbaiti, S.Ag.,M.Fil.I
Alamat : Fak. Dakwah UIN STS Jambi Kepada Yth,
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Bapak Dekan
Simp. Sungai Duren Fak. Dakwah
Muaro Jambi UIN STS Jambi
di –
JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan yang
berlaku di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, maka kami berpendapat bahwa
Skripsi saudara MULYADI dengan judul “Fungsi Masjid Sebagai Sarana
Dakwah Dalam Membina Akhlak Remaja (Studi Di Masjid Besar Asy-Syuhada
Kelurahan Kenali Besar Simpang Rimbo Jambi)” telah dapat diajukan untuk
dimunaqasyahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S1) Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah
UIN STS Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga dapat
diterima dengan baik dan bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalam
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sururruddin M.Pd Nurbaiti, S.Ag.,M.Fil.I
NIP:19651210 1996031 001 NIP: 19690709 1996032 002
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MULYADI
Nim : UK 140132
Tempat/Tanggal Lahir : Enok / 22 Maret 1996
Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Alamat : Simpang Rimbo Kota Jambi
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul
“Fungsi Masjid Sebagai Sarana Dakwah Dalam Membina Akhlak Remaja
(Studi Di Masjid Besar Asy-Syuhada Kelurahan Kenali Besar Simpang
Rimbo Jambi)” adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah
disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila di kemudian hari
ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggung jawab
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui
Skripsi ini.
Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Jambi, 09 November 2018
Penulis,
MULYADI
NIM UK 140132
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS DAKWAH
Jalan Raya Jambi-Ma. Bulian, Simp. Sungai Duren Telp. (0741)582020
PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Mulyadi NIM 140132 dengan judul “Fungsi
Masjid Sebagai Sarana Dakwah Dalam Membina Akhlak Remaja (Studi Di
Masjid Besar Asy-Syuhada Kelurahan Kenali Besar Simpang Rimbo Kota
Jambi)” yang dimunaqashahkan oleh sidang Fakultas Dakwah UIN STS Jambi
pada:
Hari : Jum‟at
Tanggal : 09 November 2018
Jam : 11:00 - 12:00 WIB
Tempat : Ruang Dosen
Telah diperbaiki sebagaimana hasil sidang munaqashah dan telah diterima
sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam Pada Fakultas Dakwah UIN STS
Jambi.
Jambi, 09 November 2018
TIM PENGUJI
Ketua Sidang : M.Junaidi Habe, S.Ag, M.Si ( / )
Sekretaris Sidang : Ulfati, M.Pd.I ( / )
Penguji I : Dr. Ratnawaty, M.Fil.I ( / )
Penguji II : Edi Kusnadi, S.Ag, M.Phil ( / )
Pembimbing I : Drs. Sururruddin, M.Pd ( / )
Pembimbing II : Nurbaiti, S.Ag, M.Fil.I ( / )
Dekan Fakultas Dakwah
Samsu S.Ag.,M.Pd.I,Ph.D NIP.: 1970 1008200312 1 002
v
MOTTO
“(Sesungguhnya) yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap melaksanakan
shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada apa pun kecuali kepada Allah.
Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat
petunjuk” (QS. At-Taubah :18).1
1Departemen Agama RI, Cordova Al-Qur’an & Dan Terjemah(Bandung: Syamil Quran,
2009),189.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Masjid tidak hanya digunakan sebagai
tempat sujud (shalat) saja. Namun, lebih dari itu masjid memiliki banyak fungsi
yang membuat keberadaanya menjadi pusat kegiatan Islam. Di zaman sekarang ini
masih banyak masjid yang belum didayagunakan secara optimal, sehingga
seringkali keberadaan masjid tidak mampu memberikan angin perubahan kepada
lingkungan sekitar. Hal ini paling tidak disebabkan oleh dua hal; pertama, kurang
adanya kepedulian dari arsitek muslim untuk memberikan asistensi dalam
pembangunan sebuah masjid yang multi fungsi. Kedua, rendahnya pengetahuan
umat terhadap soal-soal yang berkaitan dengan pengelolaan masjid.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Kualitatif deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penulis
memaparkan bagaimana fungsi masjid sebagai sarana dakwah dalam membina
akhlak remaja beserta mengetahui faktor pendukung faktor penghambat dan
strategi dalam menghadapi hambatan tersebut. Penelitian ini menggunakan tiga
teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas di Masjid besar asy-
syuhada memiliki beberapa kegiatan untuk membina akhlak remajanya seperti
majlis atau pengajian selesai sholat isya pada malam rabu, yasinan remaja malam
minggu. Faktor pendukung aktivitas dakwah Islam di Masjid besar asy-syuhada
yakni faktor pendukung itu adalah adanya seorang guru penggerak remaja,
mengumpulkan remaja sedikit demi sedikit lalu dikembangkanlah oleh remaja
itu sendiri. Adapun faktor penghambat aktivitas dakwah Islam yang dilaksanakan
di Masjid Besar Asy-Syuhada. Pertama, Kejenuhan remaja terhadap kegiatan
tersebut. Kedua, Jadwal malam minggu. Ketiga, Faktor lingkungan. Keempat,
Faktor gadget. Dalam mengatasi faktor penghambat tersebut pihak dari ketua
masjid melakukan berbagai cara dimulai dari bertanya kepada yang tidak hadir
memecahkan masalahnya dan membuat kegiatan seperti contohnya jalan-jalan
kepada anggotanya untuk menghilangkan jenuh dengan kegiatan-kegiatan utama
yang dilakukan tiap minggu tersebut.
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulllahirabbil‟alamin…. Alhamdulllahirabbil „alamin….
Alhamdulllahirabbil alamin….
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku,
sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman
bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku.
Akhirnya semua yang dirasa sulit telah dilalui,
Terimakasih ya Rabb
Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu ya Rabb
Serta shalawat dan salam kepada idola ku Rasulullah SAW dan para sahabat
yang mulia
Semoga sebuah karya ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi
kebanggaan
bagi keluargaku tercinta
Ku persembahkan Skripsi ini
untuk belahan jiwa ku bidadari surgaku yang tanpamu aku bukanlah siapa-
siapa
di dunia fana ini Mamakku tersayang (Wati)
serta orang yang menginjeksikan segala idealisme, prinsip, edukasi dan kasih
sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan ataukah
perjuangan yang tidak pernah ku ketahui,
namun tenang dengan penuh kesabaran
dan pengertian luar biasa Bapakku tercinta (Wenne)
yang telah memberikan segalanya untukku.
Kepada Kakak-kakakku (Muhammad Asis), dan (Siti Fatimah),
Dan Adik-adikku (Murniyati), (Muslim), dan (Sriwahyuni An-Nisa)
terima kasih tiada tara atas segala support yang telah diberikan selama ini dan
semoga kakak-kakakku dan Adik-adikku tercinta dapat menggapaikan
keberhasilan juga di kemudian hari.
Serta seluruh keluarga besarku di Jambi dan di Riau
Yang tidak bisa kusebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan. Jika
hidup bisa kuceritakan di atas kertas tentang perjalanan panjang sampai
ketitik ini, entah berapa banyak tinta yang dibutuhkan hanya untuk
kuucapkan terima kasih.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil‟alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT.
Karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi saya ini dapat diselesaikan
dengan judul “Fungsi Masjid Sebagai Sarana Dakwah Dalam Membina
Akhlak Remaja (Studi Di Masjid Besar Asy-Syuhada Kelurahan Kenali
Besar Simpang Rimbo Jambi).” Kemudian shalawat dan salam saya limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah mendidik serta
membimbing umatnya kejalan yang benar, sehingga kita dapat merasakan
indahnya Iman dan Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penelitian dan penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Prodi Komunikasi Penyiaran
Islam pada Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun materil. Pada
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Drs. Sururruddin M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Nurbaiti,
S.Ag.,M.Fil.I selaku pembimbing II yang telah membantu memberikan
arahan yang positif kepada penulis, dengan sabar dan teliti mengajarkan dan
membimbing penulis untuk menghasilkan skripsi yang jauh lebih baik dari
sebelumnya.
2. Bapak Drs. Sururruddin M.Pd selaku Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Ibu Mardalina M.Ud. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah yang selalu berusaha memberikan yang
terbaik untuk Komunikasi Penyiaran Islam serta seluruh Mahasiswa
Komunikasi Penyiaran Islam.
3. Dosen Pembimbing Akademik Drs. Dahlan Malik M. Fil.I yang membimbing
dari semester satu sampai semester delapan yang selalu memberikan arahan
yang positif.
4. Bapak Samsu S.Ag., M.Pd.I, Ph, D, selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Ruslan Abdul Ghani M.Hum, Selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik Fakultas Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
7. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi, MA, Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, dan Ibu
Dr. Hj. Fadhlillah selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.
8. Kepala Perpustakaan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi beserta stafnya serta
Kepala Perpustakaan Wilayah Jambi.
9. Bapak Khairuddin Siregar Ketua Masjid Besar Asy-Syuhada Kenali Besar
Simpang Rimbo Jambi.
10. Iqbal, Ketua Remaja Masjid Besar Asy-Syuhada Kenali Besar Simpang
Rimbo Jambi.
ix
11. Kepala Bagian Tata Usaha Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, Ibu Ulfati,
M.Pd.I
12. Kepala Sub Bagian Akademik Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, Bapak
Zainu Ali Yutanmah S.Ag M.Pd.I
13. Kepala Sub Bagian Umum Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, Bapak
Drs.Muhammad Hatta M.Ud
14. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Terimakasih banyak atas ilmu yang telah diberikan semoga dapat menjadi
bekal bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu tersebut menjadi suatu yang
bermanfaatan.
15. Seluruh karyawan dan karyawati dilingkungan akademik Fakultas Dakwah
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
16. Pak Wahyudi selaku Kepala Sekolah Nurussolah beserta seluruh Guru-guru.
17. Sahabat/i KPI 14”
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, semoga Allah SWT
membalasnya. Akhirnya penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Jambi, 09 November 2018
Penulis
MULYADI
NIM. UK. 140132
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i
NOTA DINAS .................................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................ iii
PENGESAHAN .............................................................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................................. v
ABSTRAK ........................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xi
TRANSLITERASI .......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 11
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Permasalahan............................................................................. 3
C. Batasan Masalah ................................................................................... 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 4
E. Kerangka Teori ..................................................................................... 5
F. Metode Penelitian ................................................................................. 18
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................... 23
H. Studi Relevan ........................................................................................ 24
BAB II PROFIL MASJID BESAR ASY-SYUHADA ............................ 26
A. Sejarah Masjid Besar Asy-Syuhada .......................................... 26
B. Struktur Kepengurusan Masjid Besar Asy-Syuhada ................. 27
C. Letak Geografis Masjid Besar Asy-Syuhada ............................ 30
D. Sarana dan Prasarana Masjid Besar Asy-Syuhada .................... 31
BAB III FUNGSI MASJID SEBAGAI SARANA DAKWAH ................ 35
A. Tempat Dakwah Islamiyah ....................................................... 35
B. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia ........................ 37
C. Kegiatan Remaja Masjid Asy-Syuhada .................................... 39
BAB IV AKTIVITAS MASJID BESAR ASY-SYUHADA ..................... 46
A. Pembinaan Akhlak Remaja ....................................................... 46
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan Akhlak
Remaja....................................................................................... 52
C. Strategi dalam Penyelesaian Hambatan Pembinaan Akhlak
Remaja di Masjid Besar Asy-Syuhada ...................................... 55
BAB V PENUTUPAN ............................................................................... 58
A. Kesimpulan ............................................................................... 58
B. Implikasi Penelitian ................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
CURRICULUM VITAE
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ............................................................................................................. 28
Gambar 2 ............................................................................................................. 30
Gambar 3 ............................................................................................................. 31
xii
TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
{t ط ʼ ا
{z ظ B ب
„ ع T ت
Gh غ Th ث
F ف J ج
Q ق H ح
K ك Kh خ
L ل D د
M م Dh ذ
N ن R ر
W و Z ز
H ه S س
, ء Sh ش
Y ي {s ص
{d ض
xiii
B.Vokal Dan Harakat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
آ A ا a> إى i>
Aw آ و ả آی U ٱ
إ I أو u> یآ Ay
. ủṭah
1. ṭ yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya diakhiri dengan /h/.
Arab Indonesia
Ṣal h صلاۃ
Mir‟ h مراۃ
2. Ta>‟ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fathah,
kasrah dan dhammah, maka transliternya diakhiri dengan /t/.
Arab Indonesia
Wi rat al-Tarbiyah وزارۃالتربيۃ
Mir‟ t al-Zaman مراۃالزمن
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim, dan masjid sangat tepat
digunakan sebagai sarana dakwah untuk para remaja muslim karena dengan
berfungsinya masjid sebagai sarana dakwah remaja, maka pada dasarnya
menjadikan penerus yang akan memakmurkan masjid di masa yang akan datang.
Masjid merupakan suatu bangunan yang didirikan untuk tempat beribadah
kepada Allah SWT, khususnya untuk mengerjakan salat lima waktu, shalat
jum‟at, dan ibadah lainnya, juga digunakan untuk kegiatan syiar Islam,
pendidikan agama, pelatihan dan kegiatan yang bersifat sosial. Masjid merupakan
sarana yang sangat penting dan strategis untuk membangun kualitas umat.
Menurut Sjarifuddin Akil sebagaimana dikutip oleh Nana Rukmana ia
mengatakan;
[S]ebagai pusat pembinaan umat, masjid dihadapkan pada berbagai perubahan
dan tantangan yang terus bergulir di lingkungan masyarakat. Isu globalisasi
dan masyarakat informasi merupakan fenomena yang tidak dapat diabaikan
begitu saja. Semakin dominannya sektor informasi dalam kehidupan
masyarakat, tentu akan memberikan banyak implikasi termasuk peluang dan
tantangan kepada umat islam dalam bersosialisasi dan beraktualisasi di
masyarakat luas. Sejalan dengan itu, peran sentral masjid makin dituntut agar
mampu menampung dan mengikuti segala perkembangan yang terjadi di dalam
masyarakat dan lingkungannya melalui berbagai kegiatan-kegiatan dakwah
yang lebih profesional. Namun sayangnya, sekarang ini masih banyak masjid
yang belum didayagunakan secara optimal, sehingga seringkali keberadaan
masjid tidak mampu memberikan angin perubahan kepada lingkungan sekitar.
Hal ini paling tidak disebabkan oleh dua hal; pertama, kurang adanya
kepedulian dari arsitek muslim untuk memberikan asistensi dalam
pembangunan sebuah masjid yang multi fungsi. Kedua, rendahnya
2
pengetahuan umat terhadap soal-soal yang berkaitan dengan pengelolaan
masjid.1
1 Nana Rukmana, Masjid & Dakwah(Jakarta:Al-Mawardi Prima, 2002),3.
3
Masjid di setiap era harus menjadi pembinaan umat, sehingga dalam era
informasi dan reformasipun masjid harus tetap dapat berperan sebagai pendorong
pemenuhan kebutuhan spritual umat, mewujudkan pelayanan sosial, kesehatan
dan pendidikan, pembinaan anak dan remaja, serta menyalurkan bakat mereka
dalam bidang seni dan olahraga, bahkan sampai kepada pemenuhan kebutuhan
ekonomi masyarakat. Dengan kata lain masjid harus tetap dapat berperan sebagai
pusat pembinaan umat dan dakwah islamiyah sebagaimana telah dicontohkan
Rasulullah SAW. Fungsi masjid harus mampu mengarahkan umat untuk
menghadapi era tersebut melalui upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Kekuatan moral dan spritual pada prinsipnya dapat ditingkatkan
kualitasnya melalui pembinaan agama, sehingga mampu menyentuh sesuatu yang
sangat asasi yakni hati nurani. Dengan menyentuh hati nurani diharapkan seluruh
tata nilai yang terkandung dalam ajaran agama dapat diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Hurlock yang
menekankan pada peran hati nurani serta peran rasa bersalah dan rasa malu dalam
melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan harapan kelompok sosial.2
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri, jika remaja tidak
dibimbing ke arah yang benar maka semua yang diajarkan orang tua dan da‟i
terhadap remaja bisa dikatakan akan sia-sia. Dan pada masa remaja ini, remaja
mengalami gejolak di dalam perasaannya, hatinya sering mengalami kegundahan
apabila sedang mengalami permasalahan. Maka dari itu kegiatan positif
menggunakan strategi rasional agar remaja dapat berfikir dengan baik dan
merenungkan segala permasalahannya dan mencari solusi dari permasalahan
tersebut.
Remaja sebagaimana dipahami, kondisi kejiwaannya masih sering goncang,
kecendrungan semacam ini timbul karena masa remaja merupakan masa pencarian
jati diri. Jika kondisi seperti ini tidak segera diarahkan, maka dikhawatirkan
remaja akan terjerumus pada hal-hal negatif. Melihat hal tersebut, tentunya dalam
2 Nana Rukmana, Masjid & Dakwah(Jakarta:Al-Mawardi Prima, 2002), 26.
4
memberikan penyampain pesan-pesan dakwah yang berisikan nilai-nilai akhlak,
harus disesuaikan dengan kebutuhan remaja itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, tentunya banyak para remaja-remaja yang
seharusnya dibuatkan kegiatan-kegiatan keagamaan di masjid, agar mereka dapat
menjadi generasi penerus yang berbudi pekerti luhur dan berakhlakul mahmudah.
Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti Di Masjid Besar Asy-Syuhada
Kelurahan Kenali Besar Simpang Rimbo Jambi. Dalam grand tour penelitian ini,
Jadi peneliti melihat bahwa di Masjid Besar Asy-Syuhada, difungsikan dengan
kegiatan rutin remaja-remaja sekitar untuk mendalami ilmu agama yaitu pengajian
rutin yang digelar setiap malam rabu selesai shalat isya berjamaah, membina
remaja-remaja di sekitaran masjid agar mereka terbiasa dan tidak terlalu
mengikuti zaman yang setiap waktu bersama gadget atau hpnya yang di dalam hp
tersebut banyak pengaruh buruk untuk remaja yang lagi mencari jati diri, maka
dari itu pengurus masjid berusaha agar memfungsikan masjid untuk digunakan
sebagai pembinaan, agar remaja-remaja tidak keluyuran yang tanpa arti. Sebagian
Remaja-remaja sekitar ikut menghadiri kegiatan masjid untuk menimba ilmu.
Dari paparan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam
tentang aktivitas dakwah yang dilaksanakan di Masjid Besar Asy-Syuhada dengan
judul penelitian:“Fungsi Masjid Sebagai Sarana Dakwah Dalam Membina
Akhlak Remaja (Studi Di Masjid Besar Asy-Syuhada Kelurahan Kenali
Besar Simpang Rimbo Jambi).
B. Permasalahan
Pokok masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: bagaimana
fungsi masjid sebagai sarana dakwah dalam membina akhlak remaja? Pokok
masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian,
yaitu:
1. Apa saja fungsi masjid sebagai sarana dakwah dalam membina akhlak remaja?.
2. Bagaimana aktivitas pembinaan akhlak remaja di Masjid Besar Asy-Syuhada
berjalan sesuai dengan rencana?.
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat aktivitas dakwah dalam
pembinaan akhlak remaja di Masjid Besar Asy-Syuhada?.
C. Batasan Masalah
5
Sebagai upaya memfokuskan pembahasan, sehingga penelitian ini tidak
terjadi kesimpang siuran dan tidak melebar kemana-mana, kemudian mudah
dipahami dan dimengerti jadi penulis membatasi penelitian ini hanya membahas
tentang fungsi masjid sebagai sarana dakwah dalam membina akhlak remaja.
Remaja menurut witherington yaitu berkisar 12-15 tahun dan 15-22 tahun.3Jadi
penulis hanya meneliti fungsi masjid dan remaja umur 12-22 tahun.
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Mengetahui fungsi masjid sebagai sarana dakwah yang benar dalam
membina akhlak remaja.
b. Mengetahui apakah aktivitas pembinaan akhlak remaja di Masjid Besar
Asy-Syuhada berjalan sesuai dengan rencana.
c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat aktivitas dakwah dalam
pembinaan akhlak remaja di Masjid Besar Asy-Syuhada.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
a. Sebagai bahan masukan bagi masjid agar bisa mengoptimalkan fungsi
masjid sebagai sarana dakwah yang benar dalam membina akhlak
remaja.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti khususnya yang
berkenaan dengan kegiatan masjid.
c. Sebagai suatu acuan yang dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan
pemikiran serta menjadi referensi untuk melakukan penelitian dimasa
yang akan datang.
d. Untuk menambah khazanah keilmuan bagi penulis maupun pembaca
kedepannya.
3 Sri Rumini, Siti Sundari, Perkembangan Anak Dan Remaja(Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004),54.
6
e. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S1) dalam program studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Shaifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Fungsi Masjid
Fungsi adalah kegunaan suatu hal.4Sehingga suatu yang berfungsi dapat
digunakan untuk keperluan dan keinginan seseorang. Sedangkan masjid Secara
etimologi, kata masjid berasal dari bahasa arab masjidu isim makan, yang berarti
tempat sujud, secara terminologi masjid adalah suatu bangunan yang mempunyai
nilai yang berarti bagi umat islam yaitu sebagai tempat ibadah. Namun sisi lain
masjid juga berperan sebagai tempat untuk menabur benih pengembangan dan
pembinaan umat islam, baik menyangkut segi peribadatan, pendidikan, maupun
segi sosial dan kebudayaan.5
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat,
dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat islam
dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Masjid
juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui
azan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, dan ucapan lain yang dianjurkan
dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan
asma Allah. Selain itu fungsi masjid adalah:
a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
b. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf, membersihkan diri,
menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman
batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta
keutuhan kepribadian.
c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan
persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.
d. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-
kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan.
4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),400.
5 Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam(UIN Malang Press, 2008),221-222.
7
e. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-
royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.
f. Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan
kecerdasan ilm pengetahun muslimin.
g. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin
umat.
h. Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan membagikannya dan
i. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan suprevisi sosial.6
Sesuai dengan artinya, masjid sebagai tempat bersujud sering diartikan pula
sebagai Baitullah (rumah Allah), Pendidikan keagamaan banyak diselenggarakan
di masjid-masjid jika masyarakat di sekitar masjid belum memiliki lembaga
pendidikan secara khusus. Di masjid-masjid, setelah mhagrib, sering
diselenggarakan pengajian untuk anak dan remaja.
Memang sangat disayangkan, pemanfaatan masjid bagi pendidikan kaum
remaja Islam sangatlah kurang. Kebanyakan remaja Islam lebih tertarik kepada
budaya barat yang sangat gencar dikampanyekan oleh kaum sekuler atau kaum
non muslim. Di zaman sekarang, barangkali sangat berguna bagi masyarakat
untuk memusyawarahkan masalah sosial, kenakalan remaja dan narkoba.
Masjid juga sering dijadikan sebagai tempat berkonsultasi kaum muslimin
dalam menghadapi permasalahan-permasalahan, seperti masalah ekonomi, budaya
dan politik. Tidak mengherankan jika suatu masjid memiliki yayasan lembaga
konsultasi psikologi, bisnis, kesehatan dan keluarga. Sebagai tempat konsultasi,
masjid harus memberikan kesan bahwa masjid bisa membawa kesejukan dan
masa depan masyarakat yang lebih cerah, sebagai tempat berkonsultasi, masjid
harus mampu menyediakan atau menghasilkan ahli- ahli dalam bidangnya.
Masjid bisa berperan untuk konsultasi masalah pendidikan anak, misalnya
perlunya konsultasi psikologi yang bisa berpraktek seminggu sekali untuk
penanganan anak yang bermasalah dalam belajar, masalah anak yang kurang
berprestasi dan masalah anak yang lainnya.
6 Ayub Moh,E dkk, Manajemen Masjid(Depok:Gema Insani,2007),7.
8
Pada beberapa masjid terdapat kegiatan remaja masjid dengan kegiatan yang
bersifat keagamaan, sosial dan keilmuan melalui bimbingan pengurus masjid.
Namun demikian, belum seluruh masjid dimanfaatkan oleh para remaja Islam
secara optimal, misalnya dengan membentuk kelompok diskusi Islam, kelompok
olahraga remaja masjid, kelompok kesenian remaja Islam, kelompok studi group
Islam dan masih banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan.
Masjid sebagai tempat ibadah, juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat
penyelenggaraan acara pernikahan oleh kaum muslimin. Penyelenggaraan
pernikahan (akad nikah) di masjid, lebih mencerminkan suatu peristiwa
keagamaan dibandingkan dengan peristiwa budaya atau sosial peristiwa ini belum
banyak dipahami antara kaum muslimin sendiri karena para pemimpin Islam
belum mendorong pada pemanfaatan masjid untuk tempat pernikahan. Ada
beberapa alasan masjid belum dimanfaatkan untuk tempat pernikahan, antara lain
dianggap bahwa masjid tempat suci karena dianggap hanya sebagai tempat shalat.
Masalah shadaqah, infaq dan zakat umat Islam Indonesia yang berpotensi sangat
besar belum mendapat perhatian yang serius, sudah selayaknya dana infaq dan
shadaqah bisa dikembangkan dalam investasi yang menguntungkan serta kegiatan
yang produktif, sehingga bisa membantu para fakir miskin maka akan secara
langsung menggerakkan ekonomi umat.7
Fungsi masjid ialah sebagai pusat ibadah dan juga kebudayaan, baik di
masa Nabi Muhammad saw. maupun masa sekarang. Dan dalam rangka
pembinaan umat melalui masjid, sedikitnya ada 3 hal yang perlu diprioritaskan
ialah, pembinaan masjid, pembinaan ibadah, dan pembinaan muamalah. Dari
masjid pula dapat diperoleh kejelasan bahwa bagaimana dalam menjalankan
kehidupan Islami dengan baik yang menyangkut aspek sosial-budaya, ekonomi,
serta politik. Maka dari itu implikasi dari masjid sebagai tempat pusat ibadah dan
juga pusat kegiatan sosial kemasyarakatan.
Fenomena yang muncul, terutama di kota-kota besar, memperlihatkan
banyak masjid telah menunjukkan fungsinya sebagai tempat ibadah, tempat
pendidikan, dan kegiatan-kegiatan sosil lainnya. Dengan demikian, keberadaan
masjid memberikan manfaat bagi jamaahnya dan bagi masyarakat lingkungannya.
Fungsi masjid yang semacam itu perlu terus dikembangkan dengan pengelolaan
yang baik dan teratur, sehingga dari masjid lahir insan-insan muslim yang
7 Subianto Achmad, Pedoman Manajemen Masjid (Jakarta. : Yayasan Kado Anak Yatim,
2004),12-17
9
berkualitas dan masyarakat yang sejahtera. Dari masjid diharapkan pula tumbuh
kehidupan khairan ummati, predikat mulia yang diberikan Allah kepada umat
islam.8 Allah SWT berfirman:
“(Kamu) umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar serta beriman
kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka
adalah orang-orang fasik.“(Ali Imran: 110).9
Dalam perkembangannya, kata-kata masjid sudah mempunyai pengertian
khusus yakni suatu bangunan yang dipergunakan sebagai tempat mengerjakan
shalat, baik untuk shalat lima waktu maupun shalat Jum‟at atau Hari Raya. Kata
masjid di Indonesia sudah menjadi istilah baku sehingga jika disebut kata-kata
masjid maka yang dimaksudkan ialah masjid tempat shalat jum‟at. Tempat-tempat
shalat yang tidak dipergunakan untuk shalat jum‟at di Indonesia tidak disebut
masjid. Adapun tempat-tempat shalat lain yang tidak dipergunakan untuk shalat
jum‟at biasanya diberi nama/istilah yang berbeda sesuai adat kebiasaan daerah
masing-masing, di jawa biasnya disebut langgar, di daerah pasundan lazim sisebut
orang tajuk, di minangkabau dinamai surau, di aceh diberi nama meunasah yang
akhir ini mungkin terambil dari kata madrasah. Adapun istilah yang sangat umum
digunakan di seluruh wilayah indonesia untuk tempat shalat yang tidak digunakan
untuk shalat jum‟at yakni Mushalla. Mushalla ini tersebar di kantor-kantor, di
pasar, di tempat rekreasi, di terminal dan tempat-tempat lainnya.10
Dapat dipahami bahwa masjid berfungsi dalam menjadi sarana untuk
beribadah maupun kegiatan-kegiatan yang islami sehingga dapat menambah
kualitas keimanan jama‟ah dan umat islam lebih paham terhadap fungsi masjid.
8 Ibid,8
9Departemen Agama RI, Cordova Al-Qur’an & Dan Terjemah(Bandung: Syamil Quran,
2009),64.
10 Nana Rukmana, Masjid & Dakwah(Jakarta:Al-Mawardi Prima, 2002),41-42.
10
2. Pengertian Sarana dan Dakwah
a. Pengertian sarana
Secara etimologis, sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat
untuk mencapai maksud atau tujuan. Sarana juga terkait dengan syarat dan upaya.
Mengacu kepada pengertian ini, terlihat bahwa sarana tidak terbatas pada
perangkat dalam bentuk materi, melainkan juga pada perangkat yang non-materi.
Sarana dalam bentuk materi bisa berupa perangkat bangunan ataupun peralatan.
Sedangkan dalam bentuk non-materi bisa berupa aktivitas maupun usaha-usaha
yang bermuatan nilai-nilai pendidikan.11
Sejalan dengan fungsi dan perannya,
maka masjid merupakan alat pendidikan yang dinilai paling potensial untuk
membina Akhlak remaja di masjid tersebut.
b. Pengertian dakwah
Menurut bahasa, dakwah berarti seruan. Sedangkan secara terminologi
dakwah adalah menyeru manusia agar menempuh jalan kebaikan dan menghindari
jalan kesesatan (amar ma‟ruf nahi munkar). Dalam pengertian ini mencakup
pengertian Tabligh (mengajak kejalan Allah), Jihad (berjuang menegakkan agama
Allah), Khotbah (berpidato/ceramah tentang ajaran Allah), Amar ma‟ruf nahi
munkar (memerintahkan kepada kebaikan, melarang melakukan kejahatan),
menasehati dan berwasiat. Oleh karena itu dakwah merupakan proses “al-
tahawwul wa al-taghayyur” (transformasi dan perubahan) dari sesuatu yang tidak
baik menuju yang baik atau dari sesuatu yang sudah baik menuju yang lebih baik
lagi.12
Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim kapanpun dan di
manapun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan asal-asalan,
melainkan harus dengan metode, karena yang diseru adalah manusia yang
mempunyai pikiran dan pendirian. Kalau salah dalam pendekatan dakwah dapat
dipastikan dakwah tidak akan memenuhi sasaran, bahkan mungkin saja muncul
efek yang sebaliknya.
Strategi semacam itu harus diperhatikan, karena dakwah merupakan upaya
persuasif untuk merubah sikap dan prilaku seseorang. Dalam konteks internal
umat, dakwah harus dapat berupaya melakukan perubahan ke arah perbaikan
umat, keselamatan masyarakat, dan kemajuan bangsa dan negaranya serta mampu
11 Jalaluddin, Pendidikan Islam(Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada, 2016),209
12Nana Rukmana, Masjid & Dakwah(Jakarta:Al-Mawardi Prima, 2002),164.
11
mewarnai seluruh dimensi kehidupan umat dengan nilai-nilai yang islami.
Dakwah islam merupakan aktualisasi dari suatu sistem kegiatan yang
dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan untuk mempengaruhi cara
merasa, berfikir, bersikap dan bertindak bagi setiap pribadi muslim dalam upaya
mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran islam secara konsisten dalam semua segi
kehidupannny, dengan menggunakan metode tertentu. Banyak nash-nash di dalam
Al-Qur‟an dan as-sunnah yang menyerukan agar umat islam mau melakukan
tugas dakwah di tengah-tengah masyarakat. Oleh karenannya dalam ajaran islam,
dakwah merupakan kewajiban syar‟i (agama) dan ijtima‟i (sosial) yang harus
ditegakkan.13
Di dalam Al-Qur‟an tidak hanya terdapat seruan agar umat islam mau
berdakwah, melainkan juga memberikan acuan/rujukan tentang cara-cara
berdakwah agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang istiqamah dan tangguh
serta melahirkan tatanan kehidupan masyarakat islami.14
Ayat-ayat dan hadis yang
menyeru umat islam agar berdakwah dengan strategi tertentu di antaranya
sebagaimana termaktub dalam QS. An-Nahl, Ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah.15
dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.
(QS. An-Nahl: 125).16
Sesuai dengan hadis nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam
“Dari „Abdullah Bin „Amr r.a., katanya seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu`alaihi Wa Sallam,.“Orang Islam yang bagaimanakah
yang paling baik? Jawab Rasulullah “Ialah orang-orang yang menjaga orang-
orang Islam lainnya dari bencana lidah dan perbuatannya” (H.R. Muslim).17
13Ibid,165.
14Ibid,166.
15 Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil.
16 Departemen Agama RI, Cordova Al-Qur’an & Dan Terjemah(Bandung: Syamil Quran,
2009),281.
17 Terjemahan Hadis Shahih Muslim, 27.
12
Pentingnya dakwah, antara lain juga tertera dalam Al-qur‟an yang
menyatakan bahwa ucapan yang paling baik adalah ucapan yang
menyeru/mengajak kepada kebaikan. Q.S Fushshilat ayat 33:
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru
kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “sungguh, aku termasuk
orang-orang muslim (yang berserah diri)?”. (Q.S Fushshilat: 33).18
Dalam sejarah perkembangan dakwah Rasulullah SAW, terutama dalam
periode madinah, eksistensi masjid tidak hanya di manfaatkan sebagai pusat
ibadah yang bersifat mukhdhah/khusus, seperti shalat, tapi juga mempunyai peran
sebagai berikut:
a. Dalam keadaan darurat, setelah mencapai tujuan hijrah di madinah, beliau
bukannya mendirikan benteng pertahananan untuk berjaga-jaga dari
kemungkinan serangan musuh tetapi terlebih dahulu membangun masjid.
b. Kalender islam yaitu tahun hijriyah dimulai dengan pendirian masjid yang
pertama, yaitu pada tanggal 12 rabiul awal permulaan tahun hijriyah
selanjutnya jatuh pada tanggal 1 muharram.
c. Di mekah agama islam tumbuh dan di madinah agama islam berkembang.
Pada kurun pertama atau periode makkiyah, Nabi Muhammad saw,
mengajarkan dasar-dasar agama. Memasuki kurun kedua atau periode
madaniyah, Rasulullah saw, menandai tapal batas itu dengan mendirikan
masjid.
d. Masjid menghubungkan ikatan yang terdiri dari kelompok orang muhajirin
dan anshar dengan satu landasan keimanan kepada Allah SWT.
e. Masjid didirikan oleh orang-orang takwa secara gotong royong untuk
kemaslahatan bersama.
Dalam masyarakat yang selalu berpacu dengan kemajuan zaman, dinamika
masjid-masjid sekarang ini banyak yang menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu
18 Departemen Agama RI, Cordova Al-Qur’an & Dan Terjemah(Bandung: Syamil Quran,
2009), 480.
13
dan teknologi. Artinya, masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah shalat,
tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan jamaah/umat islam. Sebab, masjid
merupakan integritas dan identitas umat islam yang mencerminkan tata nilai
keislamanan. Dengan demikian, peranan masjid tidak hanya menitik beratkan
pada pola aktivitas yang bersifat akhirat, tetapi memperpadukan antara aktivitas
ukhrawi dan aktivitas duniawi.19
3. Masjid Sebagai Pusat Pembinaan Umat Dan Kegiatan Dakwah Islamiyah
Masjid dan dakwah islamiah merupakan dua faktor yang erat sekali
hubungannya satu sama lain, saling isi mengisi di antara keduanya, kalau
diumpamakan laksana gudang dengan barangnya. Dengan demikian masjid yang
didirikan di dalam suatu lokasi tertentu harus dapat berperan sebagai
tempat/media dakwah islamiah. Dakwah ini pada dasarnya meliputi berbagai
aspek kegiatan, termasuk di dalamnya masalah sosial, budaya, pendidikan dan
sebagainya. Oleh karenanya dakwah ini dipandang penting sebagai suatu kegiatan
untuk meningkatkan syiar islam dan kehidupan beragama dalam masyarakat.
Kegiatan-kegiatan dakwah melalui masjid sebenarnya tercakup pula dalam
kegiatan-kegiatan di dalam rangka pembinaan umat, sebagaimana dicontohkan
oleh Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya yang menggunakan masjid sebagai
tempat pengajaran dan pendidikan islam, tempat peradilan, tempat sidang-sidang
dua badan penasehat khalifah, tempat musyawarah, tempat pemilihan khalifah,
dan sebagainya.20
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad saw, adalah
masjid Quba‟ yang kemudian disusul dengan masjid Nabawi di Madinah. Kedua
masjid tersebut disebut dengan masjid taqwa, karena masjid dibangun atas dasar
ketaqwaan. Dari berbagai kejadian dan pengalaman yang terus berlangsung biasa
dikatakan bahwa masjid berperan sebagai:
a. Pusat kegiatan umat Islam, baik kegiatan sosial, pendidikan politik,
budaya, dakwah maupun kegitan ekonomi.
b. Masjid sebagai lambang kebesaran Islam.
c. Masjid sebagai pusat pengembangan ilmu.
Keberadaan masjid dalam menggapai arus informasi modern semakin
memantapkan posisinya sebagai suatu alternative di dalam menjawab tantangan
19 Ayub Muhammad E Dkk,Manajemen Masjid,(Jakarta: Gema Insani,2007),10-11.
20 Ibid, 51-52.
14
zaman termasuk pusat informasi keislaman yang penuh dengan nilai-nilai
kebenaran.
Teknologi modern yang kecanggihannya terus berkembang, mampu
memecahkan problema hidup yang bertaraf lebih maju, namun dalam waktu yang
bersamaan, manusiapun menghadapi tantangan berat yang membawa terjebak ke
dalam proses penghambatan diri terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perubahan-perubahan yang diabaikannya.
Dasar arus informasi modern sekarang ini, membuat posisi masjid menjadi
semakin kuat sebagai wadah penyaluran informasi sekaligus sebagai wadah
pelurusan dampak negatif yang ditimbulkan oleh media teknologi yang semakin
maju sbegitu cepatnya. Di lain pihak, teknologi tidak bisa dipandang sebelah
mata, sehingga umat Islam pengguna masjid (jamaah Masjid) menjadi lambang
teknologi, tetapi harus menjadi pengguna teknologi informasi, dan pengatur
informasi yantg akurat.21
Menurut Singgih D. Gunarsa dalam rangka pembinaan remaja ini langkah
awal mencegah terhadap perbuatan-perbuatan mungkar, dalam usaha ini
menggunakan beberapa cara antara lain :
a. Tindakan preventif, segala tindakan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya
kenakalan.
b. Tindakan represif, tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja.
c. Tindakan kuratif dan rehabilitatif yaitu usaha untuk memperbaiki akibat
perbuatan nakal terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut.
Sedangkan sistem pendekatannya yaitu :
a. Pendekatan secara langsung yaitu diberikan secara langsung kepada pribadi
remaja itu sendiri.
b. Memberikan pendidikan bukan hanya pengetahuan saja, tatapi harus meliputi
pendidikan mental pribadi melalui pengajaran agama.
c. Menyediakan sering-sering guna menciptakan suasana optimal dari
perkembangan pribadi melalui pengajaran agama.
21Marwah Daud, Teknologi Emansipasi dan Transendensi (Bandung: Mizan, 1994), 35.
15
d. Usaha memperbaiki lingkungan sekitar, sosial, keluarga, masyarakat, dimana
banyak terjadi kenakalan remaja.22
Oleh karena itu, dakwah ini sangat penting khususnya yang dilakukan di
masjid-masjid guna mencegah kemunkaran-kemunkaran yang saat ini sangat
mencolok dan semarak sekali nampak kepermukaan, sebagaimana kita simak di
layar kaca dan kita baca di internet dan media cetak.
4. Pengertian Akhlak Remaja
a. Pengertian Akhlak
Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang,
sehingga telah menjadi kepribadiannya. Jika kita mengatakan bahwa si A
misalnya sebagai orang yang berakhlak dermawan, maka sikap dermawan tersebut
telah mendarah daging, kapan dan di manapun sikapnya itu dibawanya, sehingga
menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan orang lain. jika si A tersebut
kadang-kadang dermawan, dan kadang-kadang bakhil, maka si A tersebut belum
dapat dikatakan sebagai seorang yang dermawan. Demikian juga jika kepada si B
kita mengatakan bahwa ia termasuk orang yang taat beribadah, maka sikap taat
beribadah tersebut telah di manapun ia berada.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mngerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang
bersangkutan. Oleh karena itu, jika ada seseorang yang melakukan suatu
perbuatan, tetapi perbuatan tersebut dilakukan karena paksaan, tekanan atau
ancaman dari luar, maka perbuatan tersebut tidak termasuk ke dalam akhlak dari
orang yang melakukannya.23
Akhlak adalah hasil dari buah beribadah kepada Allah SWT yang
membentuk tingkah laku manusia menjadi lebih baik lagi. Dalam arti lain, bahwa
pada dasarnya beribadah kepada Allah SWT itu tidak bisa dipisahkan dengan
pembentukan akhlak. Bilamana seseorang tekun dan rajin beribadah kepada Allah
SWT, maka sangat diharapkan membentuk pribadi atau akhlak yang baik dan
mulia.24
22 Warta Madrasah,Remaja Dan Akhlak, Diakses melalui alamat
http://www.wartamadrasahku.com/2016/04/remaja-dan-akhlak.html pada tanggal 02 oktober 2018
23 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia(Jakarta: Rajawali Pers, 2014),4-5.
24 Otong Surasman, Pendidikan Agama Islam(Gandul Depok: Emir, 2016), 5.
16
1) Fungsi akhlak di dunia
a) Patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala.
b) Mampu membedakan yang baik dan salah.
c) Berprilaku baik kepada sesama manusia, tumbuhan, hewan. Dan seluruh
ciptaan Allah.
d) Lembut hatinya.
2) Fungsi akhlak di akhirat
a) Mendapat kesenangan di akhirat.
b) Surga untuknya.
manusia yang memiliki akhlak mulialah yang akan mendapatkan kebaikan
dunia dan akhirat.25
Remaja adalah harapan umat. Masa depan umat Islam akan sangat
tergantung pada kualitas Iman dan Taqwa remaja Islamnya. Remaja dari kalangan
umat Islam di daerah perkotaan, kurang akrab dengan masjid hal itu mungkin
disebabkan orang tua muslim didaerah perkotaan masih belum menyadari
pentingnya menyiarkan generasi muda yang berwawasan Islam.
b. Pengertian Remaja
Pengertian remaja Menurut kamus besar bahasa indonesia remaja artinya
mulai dewasa, bukan anak-anak lagi.26
Masa remaja adalah masa peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa.27
Kurun waktu masa remaja akan
dibahas menurut ahli.
25 Muhibatul alami,Fungsi Akhlak Bagi Kehidupan Manusia
Diakses melalui alamat https://muhibbatulalami96.blogspot.com/2016/01/makalah-ilmu-
akhlak-fungsi-akhlak-bagi_47.html
26 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008),1160.
27 Sri Rumini, Siti Sundari, Perkembangan Anak Dan Remaja(Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004),53-54.
17
Hurlock menggunakan istilah masa puber namun ia menjelaskan bahwa
puber adalah periode tumpang tindih, karena mencakup tahun-tahun akhir masa
kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Pembagiannya sebagai berikut :
a) Tahap prapuber : wanita 11-13 tahun; pria 14-16 tahun.
b) Tahap puber : wanita 13-17 tahun; pria 14-17 tahun 6 bulan.
c) Tahap pasca puber : wanita 17-21 tahun; pria 17 tahun 6 bulan-21 tahun.28
Menurut Zakiyah Daradjat mendefinisikan “remaja adalah tahap umur yang
datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik
cepat.29
c. Remaja dan Permasalahannya
Remaja dan Permasalahannya dengan dirinya sendiri, kita bisa
mendapatinya kadang-kadang tampak gembira, kadang-kadang kelihatan murung,
kadang kala ia berfikir tentang lingkungan secara luas dan kadang pula dengan
pikiran sempit. Remaja sedang mengalami perubahan jasmani, mental dan
perasaan. Perubahan tersebut terjadi dengan kecepatan yang tidak sama,
terganggulah keseimbangannya dan kadang-kadang gejolak jiwanya reda-reda
diam.30
d. Perlunya Pembinaan Remaja
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan masyarakat
berubah pula terutama remaja, kerusakan yang ditimbulkannya tidak sedikit,
sehingga moral pada remaja, moral orang dewasa bahkan moral anak telah di
rusaknya, terutama bagi mereka yang kurang mendapat pendidikan agama sejak
kecil.
Serangan dan wabah kerusakan moral yang masuk bersama kebudayaan
asing yang bertentangan dengan pancasila itu mudah menyerang dan menimpa
masyarakat kita yang memang sudah mengalami goncangan jiwa dan kehilangan
ketentraman batin.
28Ibid, 54
29 Warta Madrasah,Remaja Dan Akhlak, Diakses melalui alamat
http://www.wartamadrasahku.com/2016/04/remaja-dan-akhlak.html pada tanggal 02 oktober 2018
30 Ibid
18
Yang paling pertama yang menjadi korbannya adalah para remaja, yang
dalam diri mereka sedang berkecamuk segala persoalan dan pertentangan batin,
yang tumbuh akibat pertumbuhan dirinya yang mengalami perubahan dari segi
disertai pula kegoncangan yang sangat berat itu mencari saluran untuk
mendapatkan tempat untuk menumpahkan kegelisahan dan ketegangan batin.
Setelah ketegangan yang bersifat semantara itu mereka rasakan, mereka akhirnya
akan bertambah gelisah dan goncang, lalu mencari sasaran yang lebih hebat lagi
demikian seterusnya sampai akhirnya sengsara batin.
Menghadapi perilaku remaja yang cenderung untuk mencoba-coba terhadap
hal-hal yang baru tanpa adanya pemikiran dan penghayatan yang mendalam maka
perlu sekali diadakan pengawasan, pengarahan terhadap remaja. Prinsip dasar
pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah melalui lingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
e. Fungsi Agama bagi Remaja
Pada pokoknya remaja itu sangat membutuhkan agama dalam hidupnya,
terutama untuk menghadapi kegoncangan jiwanya yang terjadi akibat
perkembangan dan berbagai faktor yang harus mereka hadapi dalam umur yang
sangat banyak dihadapkan kepada berbagai tantangan itu.
Mereka sangat membutuhkan agama karena agama mempunyai fungsi yang
sangat penting yaitu untuk penenang jiwa dan untuk mengembalikan ketenangan
dan keseimbangan jiwanya .
Memang sangatlah tepat kalau remaja yang mengalami kegoncangan itu
berpegang teguh kepada agama sebagai pedoman dalam hidupnya, kerena dengan
begitu akan dapat mengatasi kegoncangan yang dialaminya, timbullah kesadaran
akan keagungan Tuhan Yang Maha Esa berkehendak dan berkuasa atas segala
sesuatu, sehingga akan terciptalah anak muda yang berpribadi ikhlas dalam
berbuat dan berakhlak mulia.31
Jadi dapat disimpulkan bahwa akhlak remaja adalah akhlaknya seorang
yang baru melalui masa peralihan dari masa anak-anak kemasa dewasa. Jadi
dengan demikian masjid diharapkan dapat membiasakan remaja di lingkungan
untuk selalu berakhlak baik. Maka dari itu bagaimana suatu masjid berperan agar
akhlak remaja disekitar masjid tersebut bisa sesuai dengan akhlak yang islami.
F. Metode Penelitian
31 Ibid.
19
Secara umum metode penelitian ini diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.32
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitan ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.33
penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian lapangan yaitu
penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu
lembaga dalam meneliti gejala-gejala tertentu yang ada di lapangan.34
Dalam hal
ini peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian di Masjid Besar Asy-Syuhada,
pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan yang
menekankan aspek subyektifitas Masjid Besar Asy-Syuhada dalam membina
akhlak remaja.
2. Setting dan Subyek Penelitian
Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita,
merupakan penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya sebuah cerita.35
Berhubung penelitian ini berkaitan dengan fungsi masjid sebagai sarana dakwah
dalam membina akhlak remaja, maka lokasi yang diambil untuk melakukan
penelitian ini bertempat di Masjid Besar Asy-Syuhada Kelurahan Kenali Besar
Simpang Rimbo Kota Jambi.
Peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu
tentang situasi sosial tersebut penentuan sumber data pada orang yang
diwawancarai dilakukan secara purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan
tujuan tertentu.36
Subjek atau subyek adalah bagian klausa yang menandai apa
32Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2011),
3.
33 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan(Jakarta: Bumi Aksara, 2014),157.
34Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D(Bandung: Alfabeta,
2011),22.
35 Wiyanto, Kesusatraan Sekolah(Jakarta: Grasindo 2005),28.
36 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D(Bandung: Alfabeta,
2011),299.
20
yang dibicarakan oleh pembicara.37
Subyek penelitian ini berpusat kepada ketua
Masjid Besar Asy-Syuhada, pengurus Masjid Besar Asy-Syuhada , remaja yang
tinggal di lingkungan masjid dan jama‟ah Masjid Besar Asy-Syuhada yang
merupakan sumber data untuk memperoleh informasi tentang bagaimana fungsi
masjid sebagai sarana dakwah dalam membina akhlak remaja. Mengingat subyek
yang baik adalah yang terlibat aktif, cukup mengetahui, memahami,
berkepentingan dengan aktivitas yang diteliti, serta memiliki waktu untuk
memberikan informasi secara benar.
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi/peristiwa dan
dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan maupun tindakan orang
yang bisa memberikan data melalui wawancara, sumber data suasana/ peristiwa
berupa suasana yang bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana) meliputi
ruangan, suasana, dan proses. Sumber data dokumenter atau berbagai referensi
yang menjadi bahan rujukan dan berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti.
Secara umum sumber data penelitian kualitatif adalah tindakan dari
pendekatan manusia dalam suatu yang bersifat alamiah. Sumber data lain ialah
bahan-bahan pustaka, seperti dokumen, arsip, koran, majalah, buku, laporan
tahunan dan lain sebagainya.38
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah:
a. Pengurus masjid
b. Remaja yang aktif dalam kegiatan di masjid
c. Masyarakat/jam‟ah masjid
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder.
a. Data primer
37 Diakses melalui alamat https://id.m.wikipedia.org/wiki/subyek. tanggal 26 maret 2018
38 Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Teori Dan Praktek(Jakarta:
Grafindo Persada, 2002),63.
21
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber petama (first
hand) melalui observasi atau wawancara di lapangan.39
Dalam hal ini data yang
diperoleh langsung oleh peneliti dari para informan atau kenyataan yang diamati
secara langsung di lapangan tentang fungsi masjid sebagai sarana dakwah dalam
membina akhlak remaja.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan bukan oleh
orang yang melakukan penelitian akan tetapi diperoleh dari sumber-sumber yang
ada.40
Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan penelitian
terdahulu. Metode dokumentasi yang peneliti maksud ialah untuk mendapatkan
data tentang:
1) Histori dan geografis Masjid Besar Asy-Syuhada.
2) Struktur organisasi Masjid Besar Asy-Syuhada.
3) Keadaan yang ada di Masjid Besar Asy-Syuhada.
4) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang
diteliti.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi.
Observasi adalah melakukan pengamatan terhadap sumber, data observasi
bisa dilakukan secara terlibat (partisipan) dan tidak terlibat (non-partisipan).
Dalam pengamatan terlibat, peneliti ikut terlibat dalam aktivitas orang-orang yang
dijadikan sumber data penelitian, sedangkan pengamatan yang tidak terlibat
peneliti tidak ikut langsung dalam aktivitas orang-orang yang dijadikan sumber
data peneliti.41
Observasi dalam penelitian ini memiliki tiga elemen, yakni:
1) Lokasi penelitian.
39 Ibid. 62.
40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2011),
226.
41 Ibid, 203.
22
2) Manusia yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
penelitian.
3) Kegiatan dan aktivitas yang dikerjakannya.
b. Wawancara
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur yang sering
juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif,
atau wawancara terbuka. Dengan menggunakan metode wawancara keberhasilan
mendapatkan data atau informan dari obyek yang diteliti bergantung kepada
kemampuan penelitian dalam melakukan wawancara.42
Adapun hal-hal yang diajukan dalam wawancara tersebut adalah hal-hal
yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ada.
c. Dokumentasi
Dokumuntasi adalah sarana pembantu bagi peneliti dalam mengumpulkan
data atau informasi denga cara berupa catatan, membaca surat-surat, transkrip,
buku dan bahan-bahan tulisan lainnya yang dapat memberikan informasi tentang
objek diteliti. Pengumpulan data melalui dokumen yang digunakan pada
penelitian ini berupa foto kegiatan Masjid Besar Asy-Syuhada dan arsip
dokumen-dokumen terkait.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Lexy J. Moelong adalah proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
data dapat disusun secara tematis dan dapat dirumuskan dalam situasi kerja.43
Sebaiknya, agar data tersebut memberi makna maka dalam analisis perlu
dilakukan langkah-langkah berikut:
a. Reduksi data
Pada langkah reduksi data, pelaku riset harus melakukan seleksi data dan
memfokuskan data pada permasalahan yang sedang dikaji, melakukan upaya
42 Ibid,197.
43 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung: Remaja
Rosdakarya,2000),280.
23
penyederhanaan, melakukan abstraki, dan melakukan transformasi. Hal ini berarti
pelaku riset memilih mana yang benar-benar data dan mana yang bersifat kesan
pribadi, dan kesan-kesan pribadi itu dieliminasi dari proses analisis. Selain itu,
dalam melakukan seleksi itu juga dilakukan kategorisasi antara data yang penting
dan kurang penting, meskipun tidak berarti bahwa data yang termasuk kategori
kurang penting harus dibuang. Mengkategorikan ini semata-mata dimaksudkan
untuk tujuan memperkuat tafsiran terhadap hasil analisis data tersebut.
b. Display data
Display data adalah langkah mengorganisasi data dalam sustu tatanan
informasi yang padat atau kaya makna sehingga dengan mudah dibuat
kesimpulan. Display data biasanya dibuat dalam bentuk cerita atau teks, display
ini disusun dengan sebaik-baiknya seehingga memungkinkan pelaku riset dapat
menjadikannya sebagai jalan untuk menuju pada pembuatan kesimpulan.
c. Verifikasi data
Verifiasi data adalah upaya membuktikan kembali benar atau tidaknya
kesimpulan yang dibuat, sesuai atau tidaknya kesimpulan dengan kenyataan.
Verifikasi dapat dilakukan dengan jalan melakukan pengecekan ulang, atau
dengan melakukan trianggulasi. Cara lain yang dapat dilakukan dengan
merekomendasikan kepada pelaku riset lain untuk mengulangi riset yang telah
dilakukan itu terhadap masalah yang sama. Apabila terbukti temuan-temuan yang
dihasilkan tidak berbeda secara signifikan berarti kesimpulan itu terverifikasi.44
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercayai, maka
peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan
empat cara, yaitu:
1. Perpanjangan keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
paneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
44 Muhammad Ali, Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan(Jakarta:Bumi Aksara,2004),
288-290.
24
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,
karena kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden,
disengaja atau tidak disengaja.
2. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara seksama dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang diutamakan
dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti
dapat memahaminya ketekunan pengamatan dilakukan dalam upaya mendapatkan
karakteristik data yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Hal ini
diharapkan pula agar dapat mengurangi kesalahan data yang mungkin timbul
akibat keterburuan peneliti untuk menilai suatu persoalan,ataupun kesalahan data
yang timbul dari kesalahan responden yang memberikan data secara tidak tepat.
3. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan reabilitas
data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang
diperoleh dari berbagai informan. Terdapat empat macam teknik trianggulasiyang
akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik pemeriksaan menggunakan
sumber, metode, penyidik, dan teori.
a. Trianggulasi sumber merupakan teknik yang dilaksanakan dengan
membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi
yang didapatkan tersebut.
b. Trianggulasi metode merupakan teknik yang dilaksanakan dengan mengecek
informasi yang didapatkan bersamaan dengan metode yang dilakukan.
c. Trianggulasi penyidik merupakan teknik yang dilaksanakan dengan jalan
memanfaatkan peneliti dan pengamat lainnya dalam mengecek kepercayaan
data.
d. Trianggulasi teori merupakan teknik yang dilaksanakan dengan melakukan
perbandingan terhadap data yang didapatkan.
4. Diskusi
Diskusi merupakan langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti
akan melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data
yang diterima benar-benar nyata dan bukan persepsi sepihak dari peneliti atau
25
informan. Melalui cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan,
masukan, dan saran yang berharga dan konstruktif dalam meninjau orisinalitas
data yang telah didapatkan.
H. Studi Relevan
Dalam penentuan judul skripsi ini, penulis mengadakan studi relevan demi
untuk menghindari pengulangan atau plagiat. Berikut peneliti menyajikan
beberapa studi relevan diantaranya adalah:
Pertama Skripsi Samsuwir Mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh pada tahun 2016 yang berjudul “Manajamen
Pengelolaan Dana Di Masjid Darul Falah Gampong Peneung, Kecamatan Syiah
Kuala Kota Banda Aceh”.45
Penelitian ini juga menggunakan tempat meneliti di
masjid namun lebih ke Manajamen Pengelolaan Dana Di Masjid Sedangkan
penelitian penulis di sini fokus ke fungsi masjid dalam kegiatan untuk membina
akhlak remaja di masjid.
Kedua Skripsi Slamet Riyadi Mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, pada tahun 2013 yang bejudul.” Peran Tokoh Agama Dalam
Meningkatkan Kesadaran Umat Dalam Memakmurkan Masjid Misbahul Jannah
Di Lingkungan Sei, Kambang Keruhanan Simpang IV Sipin Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi”.46
Penelitian ini juga menggunakan tempat di masjid
namun lebih ke menyadarkan umat dalam memakmurkan masjid. Sedangkan
penelitian penulis di sini fokus ke fungsi masjid dalam kegiatan untuk membina
akhlak remaja di masjid.
Ketiga Skripsi Endah Kurniawati Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) pada tahun 2010 yang berjudul. “Peran Masjid Dalam
Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat Di Masjid Nurus Sa’adah Dliko Indah
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga”. 47
penelitian ini juga menggunakan tempat di
45 Samsuwir Mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh pada
tahun 2016 yang berjudul “Manajamen Pengelolaan Dana Di Masjid Darul Falah Gampong
Peneung, Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh”, diakses melalui http://repository.ar-
raniry.ac.id tanggal 26 maret 2018.
46 Skripsi Slamet Riyadi mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, pada tahun
2013.
47 Endah Kurniawati Peran Masjid Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat Di
Masjid Nurus Sa’adah Dliko Indah Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga , diakses melalu alamat
http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/d58ba705ea250518.pdf, tanggal 13 februari 2018,
jam 15:34.
26
masjid namun lebih fokus ke Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat Di Masjid.
Sedangkan penelitian penulis di sini fokus ke fungsi masjid dalam kegiatan untuk
membina akhlak remaja di masjid.
Jadi dapat disimpulkan bahwah beberapa penelitian terdahulu semua
melakukan penelitian di masjid namun belum ada yang meneliti tentang fungsi
masjid sebagai sarana dakwah dalam membina akhlak remaja maka dari itu
peneliti tertarik untuk menulis lebih jauh tentang fungsi masjid sebagai sarana
dakwah dalam membina akhlak remaja.
26
BAB II
PROFIL MASJID BESAR ASY-SYUHADA
A. Sejarah Masjid Besar Asy-Syuhada
Masjid Besar Asy-Syuhada merupakan sebuah masjid yang dalam proses
pembangunan. Masjid Besar Asy-Syuhada lagi membutuhkan dana untuk
pembangunan pagar masjid dan penyempurnaan bagian-bagian yang masih belum
sempurna kini semua itu tengah dalam pekerjaan. Pembangunan masjid dimulai
dari tahun 2011 hingga kini 2018 pembangunan dan penyempurnaan sedang
dikerjakan.
Menurut keterangan Ketua Masjid, Masjid Besar Asy-Syuhada merupakan
masjid yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat sekitar, sebagaimana yang
diterangkan oleh Bapak Khairuddin Siregar, “[M]asjid ini dibangun kira-kira
tahun 2011, masalah dana swadaya, dan kami tidak pernah minta-minta bantuan
di pinggir jalan dan ini betul-betul murni dari swadaya masyarakat atas
sumbangan-sumbangan wakaf segala macam partisipasi itu asal usul masjid ini”.1
Dengan dibangunnya masjid ini dengan cara swadaya dan tidak meminta
sumbangan di jalan lebih membuat keamanan dan kenyamanan lalu lintas berjalan
lancar dan tidak menggangu pengendara yang melintas, ini suatu hal yang positif
dilakukan oleh pengurus masjid memberikan himbauan kepada bawahannya agar
dana untuk membangunan masjid tidak boleh dari hasil meminta-meminta di
jalanan yang dapat mengganggu pengendara yang melintas, untuk pembangunan
ini cukup dengan cara swadaya saja. Masjid Besar Asy-Syuhada dibangun atas
dasar kebutuhan masyarakat sekitar untuk melakukan segala aktivitas ibadah dan
dakwah, dengan adanya masjid ini jama’ah lebih mudah melakukan ibadah dan
dakwah.
1Bapak Khairuddin Siregar, ketua masjid, Wawancara dengan Penulis, 05 September 2018,
Kota Jambi, Rekaman Audio.
27
B. Struktur Kepengurusan Masjid Besar Asy-Syuhada
Struktur organisasi masjid adalah susunan unit-unit kerja yang saling
berhubungan satu sama lainnya. Masing-masing unit mempunyai fungsi yang
berbeda, tetapi dihubungkan dengan garis koordinasi. Adanya koordinasi inilah
yang menyebabkan antar unit kerja menjadi satu kesatuan.
Struktur organisasi masjid dapat disederhanakan atau dikembangakan
sesuai dengan program dan tujuan dari sebuah masjid yang mungkin berbeda
antara masjid yang satu dengan masjid yang lainnya. Tergantung juga karena
mekanisme kerja organisasi masjid tersebut.
Setiap organisasi harus dijalankan secara professional dengan
menerapkan ilmu manajemen. Dalam ilmu manajemen dikenal adanya struktur
organisasi. Struktur organisasi adalah suatu bagan yang bertujuan membagi
tugas dalam berbagai pusat kegiatan atau melaksanakan tugas yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam organisasi.
Struktur organisasi akan menggambarkan fungsi masing-masing bagian batas
wewenang yang dimilikinya, luas tanggung jawab yang harus dipikulnya,
hubungannya dengan bagian lain, atasannya dan bawahannya.
Terorganisasinya suatu masjid merupakan salah satu faktor berjalannya
dengan baik serta menghasilkan kepemimpinan sebagaimana yang diharapkan.
Selain merupakan suatu peraturan pemerintahan bahwa organisasi harus ada
susunan kepengurusan secara sistematis, hal ini juga merupakan gambaran
aktifitas kerja objektif. Organisasi yang baik dan teratur merupakan ujung
tombak dari keberhasilan pembangunan.
Struktur kepengurusan di masjid asy-syuhada belum dibuat secara tertulis
di masjid tersebut tapi sebagaimana yang diterangkan oleh Bapak Khairuddin
Siregar, “[M]emang kalau secara tertulis kalau struktur kami di sini belum ada
di masjid ni tapi kami punya surat keputusan tentang kepengurusan masjid ini
bahwa disini ada ketua, sekretaris, bendaharawan, ketua pembangunan, seksi
ibadah, bagian humas ada juga sudah itu di tambah lagi remaja masjid”.2
2Bapak Khairuddin Siregar, ketua masjid, Wawancara dengan Penulis, 05 September
2018, Kota Jambi, Rekaman Audio.
28
Masjid ini tergolong baru wajar kalau struktur kepengurusan masjid
belum dibuat secara tertulis karena masjid ini baru di buat tahun 2011 dan dana
yang di dapat hanya dari sumbangan-sumbangan masyarakat sekitar.3
Gambar 1
Struktur Kepengurusan Masjid Besar Asy-Syuhada
Perencanaan kegiatan masjid yang matang harus dilakukan dengan baik
oleh pengurus masjid. Untuk itu, perlu pengorganisasian yang solid bagi
pengurusnya. Pengorganisasian masjid adalah penyatuan, pengelompokan dan
pengaturan pengurus masjid untuk digerakkan dalam satu kesatuan kerja
sebagaimana yang telah direncanakan. Fungsi pelaksanaan merupakan upaya
membimbing dan mengarahkan seluruh potensi pengurus untuk beraktivitas
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Pimpinan
pengurus masjid harus memberikan rangsangan atau motivasi kepada pengurus
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tersebut. Oleh karena itu,
pimpinan pengurus masjid perlu memberikan motivasi, bimbingan dan
mengarahkan staf pengurus masjid guna menunaikan amanah kepengurusan
3Dokumentasi pada tanggal 11 September 2018 di Masjid Besar Asy-Syuhada.
Khairuddin Siregar
KETUA
Cecep Adi Marwan
SEKRETARIS BENDAHARA
H. Raden Efendi Barjan Sudarsono
Bidang Pembangunan Bidang keagamaan Ketua PHBI
Hamdi Ali
Humas
29
dengan baik. Pemimpin dalam kepengurusan masjid menjadi salah satu
penentu bagi suksesnya pelaksanaan ini.
Setiap masjid haruslah mempunyai organisasi yang bagus di dalamnya.
Sehingga masjid tersebut mempunyai peranan di masyarakat setempat. Di
dalam organisasi masjid tersebut haruslah dikelola dengan manajemen yang
baik dalam manajemen modern. Manajemen inilah yang akan membagi
organisasi masjid dalam strutur organisasi.
Dalam membuat strutur organisasi masjid bukanlah hal yang
sembarangan. Harus juga memikirkian apa fungsi dari setiap struktur organisai
masjid yang telah dibagi dalam departemen-departemen. Sehingga setiap
struktur mempunyai tugasnya masing-masing dengan begini organisasi dalam
masjid akan diatur dengan baik dan mempunyai peran dalam masyarakat.
Program dan kegiatan di Masjid Besar Asy-Syuhada, sesuai dengan
bidang-bidang sebagai berikut :
1. Bidang Peribadatan
a. Peribadatan rutin.
b. Shalat Jum’at, dengan jadwal khotib yang sudah dijadwalkan.
c. Pelaksanaan Sholat Idul Fitri dan Sholat Idul Adha.
d. Penyembelihan hewan kurban selesai Sholat idul Adha.
e. Kegiatan Peringatan Hari Besar Islam.
f. Zikir akbar pada saat tahun baru hijriyah 1 muharam.
2. Bidang Pendidikan, Pembinaan Anak Dan Remaja
a. Pengajian antara mhagrib dan isya.
b. Pengajian pemuda Majlis Cinta Rasul.
c. Yasinan remaja malam minggu.
C. Letak Geografis Masjid Besar Asy-Syuhada
Letak geografis artinya letak dimana suatu tempat itu berdiri atau ada
dengan melihat kenyataannya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi
dibandingkan dengan posisi daerah lain seperti pembahasan penulis disini
bahwa yang akan dibahas adalah letak geografis dari Masjid Besar Asy-
Syuhada.
30
Gambar 2
Masjid Besar Asy-Syuhada
Masjid Besar Asy-Syuhada merupakan Masjid yang terletak pinggir jalan
lintas barat RT 08 Simpang Rimbo Jambi dan berada di dekat Taman Rekreasi
Keluarga Kampoeng Radja tepatnya di Kecamatan Alam Barajo Kelurahan
Kenali Besar kode pos 36129.4
Menurut keterangan Ketua Masjid, Masjid Besar Asy-Syuhada ini berada
di Kecamatan Kota Baru dan kini sudah berubah menjadi Kecamatan Alam
Barajo Masjid Besar Asy-Syuhada ini adalah masjid yang pernah dikunjungi
Ustadz Abdul Somad berdakwah pada awal bulan maret, tahun 2018.
Sebagaimana yang diterangkan oleh Bapak Khairuddin Siregar, “[M]asjid ini
4Dokumentasi pada tanggal 11 September 2018 di Masjid Besas Asy-Syuhada.
31
satu-satunya mungkin di Kecamatan Kota Baru ini sekarang Kecamatan Alam
Barajo ya yang pernah dikunjungi Ustadz Abdul Somad”.5
Ustadz Abdul Somad datang dan memberikan tausyiah di masjid besar
asy-syuhada pada hari jum’at tanggal 2 maret 2018.
Gambar 3
Peta lokasi Masjid Besar Asy Syuhada
5Bapak Khairuddin Siregar, ketua masjid, Wawancara dengan Penulis, 05 September
2018, Kota Jambi, Rekaman Audio.
32
D. Sarana Dan Prasarana Masjid Besar Asy-Syuhada
Fasilitas yang tersedia di Masjid Besar Asy-Syuhada sudah cukup
memadai seiring meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menyalurkan
sadaqah dan infaqnya kepada masjid dan demi kenyamanan beribadah jama’ah.
Saat ini fasilitas pendukung yang ada di Masjid Besar Asy-Syuhada antara lain:
1. Ruang utama shalat berjamaah yang sudah dilengkapi dengan penyejuk
ruangan (Kipas Angin).
2. Mimbar dakwah.
3. Tempat wudhu’.
4. Toilet.
5. Perlengkapan shalat wanita.
6. Sound system yang sudah memadai.
7. Gudang penyimpanan.
8. Fasilitas pemulasaran jenazah.
10.Tempat parkir dan taman bermain.
11.Taman Pendidikan Al Qur’an.6
Sarana inilah yang dipakai sebagai alat atau media atau segala sesuatu
yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Yang
menjadi penunjang utama terselenggaranya suatu usaha pembangunan proyek
di masjid. Semua sarana masjid yang sudah ada harus dikelola dengan baik dan
tepat penggunaannya karena hal itu merupakan bagian dari amanat umat.
Disamping itu semua sarana yang ada hendaknya dikembangkan sedemikian
rupa. Artinya seluruh sarana yang ada tadi mesti dirawat atau dipelihara dengan
baik dan ditambah atau diperluas dan dilengkapi, sehingga sarana tesebut
makin hari keberadaannya kian relatif lebih baik, lebih lengkap, lebih
bermanfaat, lebih memadai serta lebih bisa memenuhi kebutuhan manajemen,
jamaah dan kebutuhan umat Islam pada umumnya.
Masjid adalah sebagai tempat ibadah harus memiliki berbagai fasilitas
yang bermanfaat bagi jama’ah dan masyarakat sekitarnya. Fasilitas masjid
berguna pertama-tama untuk keperluan beribadah menghadap Allah SWT, tapi
6Dokumentasi pada tanggal 11 September 2018 di Masjid Besas Asy-Syuhada.
33
tidak tertutup untuk kepentingan lainnya. Baik kegiatan yang diadakan di
dalam masjid ataupun yang dilaksanakan di luar untuk keperluan masyarakat.
Jamaah dan masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk kepentingan
tertentu.
Fasilitas masjid yang didayagunakan dengan baik akan menjadikannya
berfungsi sosial dan dakwah dan dapat pula mendatangkan pendapatan bagi kas
masjid. Fasilitas yang dapat didayagunakan itu berupa: aula, pengeras suara,
halaman, tikar, podium, dan sarana penyelenggaraan jenazah masjid. Namun,
pendayagunaan fasilitas ini perlu dibuat peraturan yang jelas, agar tidak
disalahgunakan dan difungsikan dengan benar.
Sasaran pendayagunaan fasilitas masjid juga harus jelas: apakah untuk
kepentingan pengurus masjid, jamaah, masyarakat, umat islam, atau pribadi/
keluarga. Karena tujuannya dalam rangka dakwah pemanfaatan untuk
kepentingan pribadi/keluarga berada pada urutan prioritas paling bawah.
Mayoritas yang dapat memanfaatkan fasilitas masjid adalah jamaah masjid
khususnya dan masyarakat atau umat islam pada umumnya.
Semua sarana, prasarana, dan fasilitas masjid yang sudah ada harus
dikelola dengan baik dan tepat penggunaannya karena hal itu merupakan
bagian dari amanat umat. Di samping itu semua sarana yang ada hendaknya
dikembangkan sedemikian rupa. Artinya seluruh sarana yang ada tadi mesti
dirawat atau dipelihara dengan baik dan ditambah atau diperluas dan
dilengkapi, sehingga sarana tesebut makin hari keberadaannya kian relatif lebih
baik, lebih lengkap, lebih bermanfaat, lebih memadai serta lebih bisa
memenuhi kebutuhan manajemen, jamaah dan kebutuhan umat Islam pada
umumnya.
Walaupun masjid ini dibangun atas dasar swadaya namun fasilitasnya
telah memenuhi syarat dalam kegiatan-kegiatan ibadah yang bisa dikerjakan.
Masjid adalah sebagai tempat ibadah harus memiliki berbagai fasilitas yang
bermanfaat bagi jama’ah dan masyarakat sekitarnya. Fasilitas masjid berguna
pertama-tama untuk keperluan beribadah menghadap Allah SWT, tapi tidak
tertutup untuk kepentingan lain nya. Baik kegiatan yang diadakan di dalam
34
masjid ataupun yang dilaksanakan di luar untuk keperluan masyarakat. Jamaah
dan masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk kepentingan tertentu.
Fasilitas yang ada adalah hasil dari kerja sama dan sumbangan swadaya
masyarakat sekitar masjid sebagaimana yang di jelaskan oleh bapak ketua
masjid tentang dana yang didapat untuk membangun dan memfasilitasi masjid
sebagai tempat ibadah, kegiatan sosial dan dakwah ini. Diharapkan dapat
memberikan kepuasaan terhadap jamaah masjid dalam melakukan ibadah rutin
setiap harinya.
Penggunaan fasilitas ini selalu di awasi oleh orang yang bertugas
mengawasinya mereka adalah yang menjadi takmir masjid atau orang yang
tinggal di Masjid Besar Asy-Syuhada.7
7 Dokumentasi pada tanggal 20 Oktober 2018 di Masjid Besar Asy-Syuhada.
35
BAB III
FUNGSI MASJID SEBAGAI SARANA DAKWAH
A. Tempat Dakwah Islamiyah
Dalam bab ini, peneliti memaparkan temuan data ketika melakukan riset
dilapangan, dengan data yang peneliti dapatkan tentang fungsi masjid sebagai
sarana dakwah di Masjid Besar Asy-Syuhada. Kalau kita mendapat kesempatan
mengurus masjid, kita harus berusaha dan berusaha untuk masuk golongan orang-
orang yang terbaik dalam pandangan Allah SWT.
Sampai saat ini masih banyak masyarakat awam yang memiliki pandangan
bahwa masjid hanyalah tempat melaksanakan ibadah ritual saja di luar itu, seolah-
olah tidak memiliki fungsi sosial apa-apa. Lebih-lebih untuk kegiatan yang
bernuansa sosial, pendidikan, politik, ekonomi dan atau kegiatan lainnya. Salah
satu penyebab kurang berfungsinya masjid secara optimal di antaranya masih
rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang masjid.
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat
shalat, dan tempat beribadah kepada-nya. Lima kali sehari semalam umat Islam
dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Masjid
juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui
adzan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, dan ucapan lain yang dianjurkan
dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan
asma Allah.
Fungsi masjid sebagai pusat dakwah bagi Umat Islam Indonesia
Masjid bukan hanya sebatas pusat kegiatan ibadah bagi para jamaahnya, tetapi
masjid diharapkan dapat menjadi pusat aktifitas sosial dan ekonomi bagi para
jamaahnya. Penyelenggaraan kegiatan atau aktifitas dakwah yang dilaksanakan di
Masjid Besar Asy-Syuhada berdasarkan pada program kerja yang disusun oleh
Pemerintah Kota Jambi.
36
Dakwah yang dilakukan sesuai dengan Al-Qur’an Surah An-Nahl : 125
yang berbunyi:
“Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui siapa yang dapat petunjuk” (Q S An-Nahl :
125).1
Selain kegiatan dakwah yang biasa dilakukan masjid seperti kutbah pada
shalat jum’at, masjid besar asy-syuhada juga menjadi tempat dakwah islamiyah
bagi para remaja yaitu adanya kegiatan majlis cinta rasul yang dalam kegiatannya
melakukan sholawat dan disambung dengan ceramah oleh ustad yang telah
ditunjuk untuk memberikan ceramah pada saat itu, majlis ini telah berjalan dua
tahun dan ada pula pembinaan anak-anak antara maghrib dan isya. Menurut
keterangan Ketua Masjid, Masjid Besar Asy-Syuhada merupakan masjid memiliki
kegiatan dakwah yang rutin dilakukan, sebagaimana yang diterangkan oleh Bapak
Khairuddin Siregar,“[M]asjid ini memiliki kegiatan remaja untuk berdakwah yang
telah berjalan dua tahun yang bernama Majlis Cinta Rasul”.2
Dengan adanya kegiatan positif tersebut diharapkan dapat memberikan
pemahaman kepada remaja bahwa banyak sekali hal positif yang dapat diambil
dengan kegiatan tersebut dari mulai penenang hati penambah ilmu dan tentunya
memperbaiki akhlak agar lebih baik kedepannya.
Majlis Cinta Rasul yang sudah berjalan dua tahun tersebut bukan saja di
hadiri remaja sekitar masjid, namun dari beberapa daerah yang lumayan jauh
seperti dari daerah Nes dan daerah Telanaipura Kota Jambi, sebagaimana
wawancara penulis dengan remaja yang ikut dalam kegiatan Majlis Cinta Rasul,
1Departemen Agama RI, Cordova Al-Qur’an & Dan Terjemah(Bandung: Syamil Quran,
2009),28. 2Bapak Khairuddin Siregar, Ketua Masjid, Wawancara dengan Penulis, 05 September 2018,
Kota Jambi, Rekaman Audio.
37
yaitu Fadlan, “[S]ayo bukan orang sini tapi saya dari Nes, ikut kawan datang
kesini kawan saya dari telanai saya nginap tempat dio”.3
Melihat dari semangat remaja tersebut dari jauh dia datang untuk
menghadiri Majlis Cinta Rasul tersebut alangkah indahnya negri ini jika remaja
kita semangat menghadiri majlis-majlis untuk menambah ilmu pengetahuan dan
mendalam keimanannya.
Sebenarnya remaja kita memiliki kemauan tentang pembinaan akhlak
dirinya namun kurangnya perhatian dari pihak-pihak yang memiliki wewenang
terhadap itu semua, menjadikan remaja tidak memiliki tempat dan tuntutan belajar
yang rutin dijalani mereka. Dan pada akhirnya mereka terus mengikuti kamajuan
teknologi yang terus mangalami kemajuan itu tanpa dibekali ilmu agama yang
cukup akhirnya mereka pun tidak bisa membedakan yang baik dan benar sehingga
apapun mereka konsumsi tanpa mempertimbangkan baik benarnya lagi.
B. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting
bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun
perusahaan. SDM juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan negara
dan agama.
Dengan adanya proses belajar mengajar bagi anak-anak dan remaja di
masjid diharapkan mampu memberikan masa depan yang cerah bagi generasi
islam di kota jambi khususnya di kelurahan kenali besar. Sebagaimana yang
diterangkan oleh Fadlan remaja yang ikut aktif dalam kegiatan di Masjid Besar
Asy-Syuhada, “[M]udah-mudahan kegiatan di masjid ini dapat kayak ini bisa
menghindarkan kita dari kegiatan yang tidak bermanfaat dan insyallah masjid ni
banyak penerus imamnyo, paminyo aktif nian”.4
Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Quran dalam Surah al-Mujadalah
ayat 11 yang berbunyi:
3Fadlan, Remaja masjid, Wawancara dengan Penulis, 29 Agustus 2018, Kota Jambi,
Rekaman Audio. 4Fadlan, Remaja masjid, Wawancara dengan Penulis, 29 Agustus 2018, Kota Jambi,
Rekaman Audio.
38
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadalah:
11).5
Ayat di atas menerangkan tentang etika (sopan santun) bila berada dalam
suatu majlis dan kedudukan orang yang beriman, serta orang yang berilmu
pengetahuan. Berilmu pengetahuan artinya mencari ilmu sebanyak banyaknya
agar selamat di dunia dan selamat pula di akhirat.
Pemberian materi akan berpengaruh dengan meningkatnya pengetahuan
remaja. Materi tersebut harus sesuai dengan apa yang sudah diinstruksikan oleh
pengurus penyelenggara. Materi yang diberikan kepada para remaja hendaknya
juga menyesuaikan dengan kondisi dari para remaja.
Pembinaan Remaja dan Anak-anak. Hal ini amat penting, mengingat para
remaja dan anak-anak amat mudah terbawa pengaruh buruk lingkungan dan
pergaulannya, terutama dari media elektronik, seperti televisi, internet atau media
sosial dan media surat kabar, majalah dan lain sebagainya. Kegiatan bagi remaja
dan anak-anak tidak cukup untuk ceramah-ceramah bahkan ceramah tidak
menarik bagi mereka, oleh karena itu, kegiatan bagi remaja hendaknya dapat
memadukan antara pembinaan agama dan kegiatan penyaluran hoby seperti
kesenian islami, olah raga, dan kegiatan yang menunjang ketrampilan. Semuanya
kegiatan diupayakan untuk dapat meningkatkan kualitas iman, ilmu dan amal.
5Departemen Agama RI, Cordova Al-Qur’an & Dan Terjemah(Bandung: Syamil Quran,
2009),543
39
C. Kegiatan Remaja Masjid di Masjid Besar Asy-Syuhada
Remaja yang sehat secara fisik, mental, emosional dan spritual menjadi
dambaan para orangtua, masyarakat bangsa dan negara, karena dengan kondisi
yang demikian itu, para remaja dapat diharapkan mampu mengisi masa remajanya
dengan kegiatan yang positif bagi perkembangan kehidupan di masa dewasanya
nanti tanpa banyak terganggu oleh situasi pribadi yang tidak kondusif.
Persoalannya, untuk mencapai remaja dengan kondisi sehat pada empat
aspek tersebut, bukanlah sesuatu yang mudah karena besarnya pengaruh faktor
lingkungan, teman sebaya dan teknologi informasi termasuk internet yang secara
langsung maupun tidak langsung menggerus nilai-nilai moral remaja di satu sisi
dan menyeret mereka pada perilaku negatif di sisi lainnya.
Kegiatan apakah yang dapat remaja lakukan agar terhindar dari Narkoba dan
Merokok? tentu sangat banyak, akan tetapi saya hanya akan membahas yang
penting penting saja, inilah kegiatan yang positif bagi Remaja Masjid Di Masjid
Besar Asy-Syuhada Simpang Rimbo Kota Jambi.
Untuk menampung aktivitas kegiatan remaja masjid, pengurus masjid dapat
membentuk organisasi Remaja Islam Masjid agar program kegiatannya lebih
terarah, terkoordinir dan spesifik. Masjid dapat diperluas fungsi dan cakupan
garapannya ke bidang sosial dan kemasyarakatan sebagai bentuk penguatan
kesejahteraan umat. Kegiatan sosial yang rutin dilakukan di masjid besar asy-
syuhada adalah kegiatan yang umum dilakukan seperti:
1. Memakmurkan Masjid
Di sini Ada dua pengertian memakmurkan masjid Allah SWT. Pertama,
membangun masjid, memperindah atau memperkokoh bangunannya, namun ini
hanya sekedar sarana saja, bukan tujuan utama memakmurkan masjid.
Kedua, memakmurkan dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT dan
berzikir kepada-Nya di dalam masjid tersebut.
Allah SWT mengkhususkan upaya memakmurkan masjid dalam bentuk
amal-amal ibadah tersebut, karena itulah tujuan yang sebenarnya. Tidaklah
maksud memakmurkan masjid hanya sekedar bermegah-megah dengan
40
bangunan masjid atau meninggikan bangunannya. Perkara-perkara seperti ini
tidak ada nilainya dan tidak teranggap.
Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Quran dalam Surah surat At-
Taubah ayat 18 yang berbunyi:
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-
orang yang mendapat petunjuk (QS At-Taubah : 18).6
Meskipun demikian, siapa saja yang membangun masjid dengan
menginfakkan hartanya untuk meraih ridha Allah SWT, juga diniatkan untuk
membantu kaum muslimin dalam menegakkan (melaksanakan) ibadah kepada
Allah SWT, maka hal ini merupakan maksud atau niat yang baik dan termasuk
amal shalih.
2. Aktif Pada Kegiatan Hari Besar Islam.
Remaja masjid besar asy-syuhada aktif dalam kegiatan hari besar islam seperti:
a. Maulida nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam.
b. Isra’mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam.
c. Bilal sholat tarawih.
d. Menjadi panitia zakat pada saat lebaran dan menyiapkan segala keperluan
kegiatan.
Sebagaimana yang dituturkan oleh Iqbal Ketua Remaja Masjid Besar Asy-
Syuhada.”[K]alau ada kegiatan sosial di masjid kayak maulid nabi hari besar
islam lebaran itu nanti ada panitia zakatnya itu semua kami yang siapkan
konsumsinya”.7
6Ibid.189
7Iqbal, Ketua Remaja Masjid, Wawancara dengan Penulis, 07 Oktober 2018, Kota Jambi,
rekaman audio.
41
Memberikan kesempatan bagi remaja ikut andil dalam kegiatan hari besar
islam tidak melulu orang yang lebih tua, tetapi remaja harus ikut aktif agar mereka
terbiasa dengan kegiatan itu semua.
3. Membuat Pasar Beduk Pada Saat Bulan Suci Ramadhan
Kegiatan ini dilakukan oleh remaja masjid atas inisiatif remaja sendiri guna
meramaikan bulan suci ramadhan dan mempermudah masyarakat untuk mencari
makanan berbuka pada saat berbuka nantinya. Sebagaimana yang dituturkan oleh
Iqbal Ketua Remaja Masjid Besar Asy-Syuhada. “[S]eperti kayak bulan puasa itu
kita juga mengadakan pasar beduk”.8
Dengan adanya pasar beduk produk sendiri ini memudahkan masyarakat
dalam membeli takjil untuk berbuka puasa dan memberikan masukan uang kepada
remajanya juga, ini sesuatu kegiatan yang baik untuk didukung jangan sampai
hilang ditelan masa.
4. Yasinan Remaja Masjid
Yasinan remaja yang dilakukan setiap malam minggu oleh remaja masjid
guna membentuk generasi penerus untuk melatih mereka memimpin doa dan
kegiatan keagamaan masyarakat lainnya. Sebagaimana yang dituturkan oleh Iqbal
Ketua Remaja Masjid Besar Asy-Syuhada.
”[K]alau kegiatan remaja masjid asy-syuhada ini kami tiap minggu ada yasinan
di dalam yasinan itu pertama baca yasin yang kedua sharing tentang ilmu
agama dan pemimpin tahlil dan do’a ditukar terus tujuannya untuk generasi
yang kecil-kecil itu bisa memimpin do’a yasin di kalangan lingkungannya itu
setelah dia besar nanti”.9
Kegiatan-kegiatan tersebut sangat penting dilakukan pada zaman sekarang
ini kenapa karena guna menjalin silahturahmi dan mempererat kebersamaan antar
remaja.
Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Quran dalam Surah surat al-Hujurat
ayat 13 yang berbunyi:
8Ibid.
9Iqbal, Ketua Remaja Masjid, Wawancara dengan Penulis, 07 Oktober 2018, Kota Jambi,
rekaman audio.
42
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-
Hujurat : 13).10
Agar lebih akrab di zaman yang penuh dengan dunia maya dari pada dunia
nyata ini. Pengaruh buruk dari dunia maya tersebut sangat banyak sekali
contohnya Media sosial seakan sudah menjadi candu bagi masyarakat Indonesia
khususnya kalangan remaja. Remaja masa kini identik dengan smartphone
ditangan hampir 24 jam. Media sosial yang paling sering digunakan oleh kalangan
remaja seperti facebook, twitter, path, youtube, Instagram, line, dan bbm. Media
sosial tersebut mempunyai keunggulan dan ketertarikan sendiri bagi
penggunanya. Media sosial sangat banyak menawarkan kemudahan yang
membuat remaja betah berlama-lama dalam menggunakannya.
Pengguna media sosial dikalangan remaja memberikan pengaruh langsung
baik positif maupun negatif. Remaja yang sering menggunakan media sosial bisa
mengganggu proses belajar mereka. Seperti contohnya ketika mereka sedang
belajar masuk pemberitahuan chat dari temannya dapat mengganggu proses
belajar mereka. Kebiasaan seorang remaja yang berkicau dimedia sosial terkadang
hanya untuh mengeluhkan betapa sulitnya pelajaran yang sedang mereka
kerjakan.
Dampak negatif dengan adanya media sosial atau dunia maya ini adalah
Susah bersosialisasi dengan orang-orang sekitar. Disebabkan karena mereka
malas belajar berkomunikasi secara nyata. Orang yang aktif dalam media sosial,
jika bertemu langsung nyatanya adalah orang yang pendiam dan tidak banyak
bergaul. Media sosial membuat seseorang hanya mementingkan diri sendiri.
10
Departemen Agama RI, Cordova Al-Qur’an & Dan Terjemah(Bandung: Syamil Quran,
2009),517.
43
Mereka menjadi tidak sadar dengan lingkungan mereka, karena mereka banyak
menghabiskan waktu di internet.
Media sosial tidak akan terlepas dari pengaruh positif maupun negatifnya,
dampak itu tergantung dari sipenggunanya sendiri. Walaupun masa remaja
merupakan masa yang dapat dikatakan sangat kritis karena memasuki masa
pencarian transisi pencarian jati diri. Namun remaja juga bisa membatasi diri
sendiri dengan norma dan moral yang baik. Pembentukan karakter sejak dini
termasuk saat remaja sangatlah penting bagi masa depan diri remaja itu sendiri
dan lebih luas lagi bagi masa depan bangsa. Remaja sebagai penerus bangsa yang
memiliki karakter yang baik, kuat, dan tangguh tentunya akan bisa membuat
Negara ini maju.
Apalagi kalau kecanduan game online bagi kalangan remaja, pelajar tingkat
pertama hingga menengah bahkan anak-anak TK bukanlah hal yang asing lagi di
zaman sekarang ini. Banyak fakta yang kita jumpai, dengan survey ke warnet-
warnet maka tidak jarang kalangan remaja bahkan anak-anak yang sedang maen
game online. Bisnis warnet yang berada di belakang berkembangannya permainan
game online ini menjamur di kota-kota besar di Indonesia bahkan sampai ke
pedesaan. Perkembangan warnet di Indonesia semenjak beberapa tahun terakhir
terlihat sangat pesat. di beberapa warnet umumnya terlihat dipenuhi oleh kalangan
pelajar yang tak kelak selalu datang untuk menghabiskan waktunya bermain game
online dan terkadang mereka rela untuk tidak masuk sekolah (bolos) hanya demi
bermain game online.
5. Majlis Cinta Rasul
Majlis ini sudah berjalan hampir dua tahun dan di majlis ini di hadiri bukan
dari remaja sekitar saja namun berbagai tempat. Kegiatan majlis cinta rasul yang
dalam kegiatannya melakukan sholawat kompangan dan disambung dengan
ceramah oleh ustad yang telah ditunjuk untuk memberikan ceramah pada saat
itu.11
majlis ini telah berjalan dua tahun Menurut keterangan Ketua Masjid,
Masjid Besar Asy-Syuhada merupakan masjid memiliki kegiatan dakwah yang
rutin dilakukan, sebagaimana yang diterangkan oleh Bapak Khairuddin
11
Dokumentasi pada tanggal 11 September 2018 di Masjid Besas Asy-Syuhada
44
Siregar,“[M]asjid ini memiliki kegiatan remaja untuk berdakwah yang telah
berjalan dua tahun yang bernama Majlis Cinta Rasul”.12
Maka dari itu sudah sepatutnya remaja itu diberikan arahan dengan
memberikan kegiatan yang positif di masjid, bisa itu seminggu sekali dua minggu
sekali atau satu bulan sekali untuk membina mereka agar mereka tidak terlalu
larut dalam buaian indahnya dan nyamannya teknologi zaman sekarang ini.
Kegiatan positif bukan hanya melatih mereka agar berakhlak baik juga
menjauhkan mereka dari pergaulan tanpa batas yang menyimpang yang tidak baik
untuk mereka. Masjid yang di fungsikan untuk kegiatan dakwah dapat
memberikan kegiatan positif yang mampu memberikan mereka ilmu pengetahuan
agama untuk bekal pada masa yang akan datang.
Remaja yang terbiasa dengan kegiatan baik diharapkan dapat menularkan
kebaikannya kepada teman sejawat serta membuat lingkungan menjadi aman dan
tentram karena pergaulan mereka sudah ada yang membatasi yaitu akhlak yang
baik itulah yang selalu melindungi mereka dari sifat-sifat akhlak yang tidak baik
bagi mereka
Kegiatan memberikan ilmu kepada remaja sangat baik dilakukan di masa
sekarang ini karena di zaman sekarang ini perlu sekali bibit atau penerus masa
depan untuk mengisi kegiatan keagamaan seperti tahlil baca doa dan imam di
masjid sekitaran tempat tinggal mereka.
Remaja merupakan harapan agama dan bangsa di masa depan. Statemen ini
tentu bukan sekedar slogan, sebab secara historis banyak remaja yang telah
membuktikan dirinya sebagai pelopor perubahan. Bahkan menjadi salah satu
pilar peradaban yang sangat penting.
Syarat yang paling utama dan pokok adalah berpegang teguh dan
memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Dengan bekal ini para remaja
Muslim akan memiliki kekuatan dalam menghadapi berbagai godaan hidup yang
serba modern ini.
12
Bapak Khairuddin Siregar, Ketua Masjid, Wawancara dengan Penulis, 05 September
2018, Kota Jambi, Rekaman Audio.
45
Memang tidak bisa dipungkiri saat ini remaja hidup pada zaman yang cepat
berubah. Pengaruh teknologi dan informasi yang tidak terkendali fungsinya, ikut
mempengaruhi pola perilaku mereka. Ini artinya, perilaku menyimpang remaja
tidak hanya bersumber dari mereka semata. Perubahan zaman secara mendadak
juga ikut memicu mereka bersikap dan berperilaku di luar batas. Betapa banyak
remaja yang terjerumus dalam kehidupan hedonis seperti perilaku bebas dan
minum-minuman keras akibat pengapruh negatif dari luar.
46
BAB IV
AKTIVITAS MASJID BESAR ASY-SYUHADA
A. Pembinaan Akhlak Remaja
Berbicara tentang remaja, mungkin akan terbayang dalam benak kita
tentang anak-anak manusia yang berada dalam masa-masa menyenangkan, ceria,
penuh canda, semangat, gejolak keingintahuan, pencarian identitas diri dan emosi.
Remaja adalah anak manusia yang sedang tumbuh selepas masa anak-anak
menjelang dewasa.
1. Fungsi akhlak di dunia
a. Patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
b. Mampu membedakan yang baik dan salah.
c. Berprilaku baik kepada sesama manusia, tumbuhan, hewan. Dan seluruh
ciptaan Allah.
d. Lembut hatinya.
2. Fungsi akhlak di akhirat
a. Mendapat kesenangan di akhirat.
b. Surga untuknya.
manusia yang memiliki akhlak mulialah yang akan mendapatkan kebaikan
dunia dan akhirat.
Dalam kehidupan senari-hari kita kerap mendengar istilah pembinaan.
Misalnya dalam konteks pembinaan anak. Dari istilah ini tampak tersirat bahwa
pembinaan adalah suatu usaha atau kegiatan yang mengarah kepada kebaikan hal
yang dibina sehingga diharapkan menjadi lebih baik. Pembinaan dapat juga
berarti poses melakukan kegiatan membina atau membangun sesuatu, seperti
membina bangsa. Dalam pembinaan ini tampak dalam perubahan, bergantung
objek yang dibina, tentu saja perubahan yang mengacu kepada peningkatan.
Pembinaan remaja dalam Islam bertujuan agar remaja tersebut menjadi anak
yang shalih; yaitu anak yang baik, beriman, berilmu, berketerampilan dan
47
berakhlak mulia. Anak yang shalih adalah dambaan setiap orangtua muslim yang
taat.
Untuk membina remaja bisa dilakukan dengan berbagai cara dan sarana,
salah satunya melalui Remaja Masjid. Yaitu suatu organisasi atau wadah
perkumpulan remaja muslim yang menggunakan Masjid sebagai pusat aktivitas.
Remaja Masjid merupakan salah satu alternatif pembinaan remaja yang terbaik.
Melalui organisasi ini, mereka memperoleh lingkungan yang islami serta dapat
mengembangkan kreatitivitas.
Remaja Masjid membina para anggotanya agar beriman, berilmu dan
beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk
mencapai keridhaan-Nya. Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka program
yang selanjunya ditindaklanjuti dengan berbagai aktivitas. Remaja Masjid yang
telah mapan biasanya mampu bekerja secara terstruktur dan terencana. Mereka
menyusun Program Kerja periodik dan melakukan berbagai aktivitas yang
berorientasi pada: keislaman, kemasjidan, keremajaan, keterampilan dan
Keilmuan.
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri, jika remaja tidak
dibimbing ke arah yang benar maka semua yang diajarkan orang tua dan da’i
terhadap remaja bisa dikatakan akan sia-sia. Dan pada masa remaja ini, remaja
mengalami gejolak di dalam perasaannya, hatinya sering mengalami kegundahan
apabila sedang mengalami permasalahan. Maka dari itu kegiatan positif
menggunakan strategi rasional agar remaja dapat berfikir dengan baik dan
merenungkan segala permasalahannya dan mencari solusi dari permasalahan
tersebut.
Remaja sebagaimana dipahami, kondisi kejiwaannya masih sering goncang,
kecendrungan semacam ini timbul karena masa remaja merupakan masa pencarian
jati diri. Jika kondisi seperti ini tidak segera diarahkan, maka dikhawatirkan
remaja akan terjerumus pada hal-hal negatif. Melihat hal tersebut, tentunya dalam
memberikan penyampain pesan-pesan dakwah yang berisikan nilai-nilai akhlak,
harus disesuaikan dengan kebuutuhan remaja itu sendiri.
48
Pembinaan yang diterapkan di Masjid Besar Asy-Syuhada memiliki
kegiatan untuk pembinaan seperti:
1. TPQ yang diikuti dari anak tingkat SD dan SMP.
2. Pengajian malam rabu yaitu Majlis Cinta Rasul yang dilakukan setelah sholat
isya berjama’ah.
3. Pengajian remaja masjid yang dilakukan setiap malam minggu.1
Kegiatan positif tersebut diharap dapat membentengi para remaja dari
berbagai perbuatan yang tidak biak seperti sombong. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman dalam surah al-isra ayat 37:
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (Q.S Al-Isra Ayat 37).2
Masjid Besar Asy-Syuhada memiliki kegiatan yaitu majlis cinta rasul yang
diisi oleh remaja-remaja sekitar maupun yang bukan tinggal di daerah masjid
tersebut.
Masjid tanpa ada kegiatan pembinaan terasa sangat sepi dan di masjid besar
asy-syuhada terasa sangat ramai dan aktif kegiatan keagamaannya sehingga
rasanya tidak khawatir terhadap masa depan Masjid Asy-Syuhada tentang siapa
yang akan memakmurkannya di masa yang akan datang tentu anak-anak dan
remaja ini jawabannya.
Remaja masjid di Masjid Besar Asy-Syuhada yang aktif berjumlah 25 orang
dan itu mayoritas remajanya adalah laki-laki dan wanitanya berkisar 8 orang itu
rata-rata dari SMP (sekolah menengah pertama) 4 orang dan selebihnya ada SMA
(sekolah menengah atas) kuliah dan kerja. Sebagaimana yang dituturkan oleh
Iqbal Ketua Remaja Masjid Besar Asy-Syuhada: “[K]alau remaja masjid untuk
yang di asy-syuhada ada sekitar 25 orang memang yang kebanyakan sih pria
1Dokumentasi pada tanggal 11 September 2018 di Masjid Besar Asy-Syuhada
2Departemen Agama RI, Cordova Al-Qur’an & Dan Terjemah(Bandung: Syamil Quran,
2009),285.
49
ceweknya sekitar 8 oranglah itu rata-rata umurnya ada yang paling kecil itu ada
yang dari SMP ada 4 orang dan ada juga dari SMA, anak kuliahan dan kerja”.3
Semua kegiatan yang telah dibuat tidak lain dan tidak bukan hanya untuk
membina dan mengengajarkan para remaja agar berakhlak yang baik serta dapat
menjadi penerus di masa yang akan datang misalnya penerus menjadi imam
masjid, bilal, khotib atau pembaca doa, karena ilmu itu semua tidak akan didapat
secara otomatis tanpa usaha dini yang dilakukan oleh remaja serta dukungan
lingkungan tempat mereka tinggal.
Menurut Ustadz Ahmad Kodri selaku ustadz pengisi kegiatan Majlis Cinta
Rasul
”[A]khlak kita sebagai seorang muslim harus kita wujudkan bukan hanya
sekedar untuk manusia be melainkan untuk segala apa yang diciptakan Allah di
bumi ini, apa lagi sesama manusia apa lagi kepada orang tua kita cara
memanggilnya be harus dengan sopan jangan sampai manggil abah dengan
panggilan namanya apalagi memanggil dengan sebutan kamu itu tidak boleh”.4
Setelah mendengar isi dari ceramah Ustadz tersebut diharapkan para remaja
dapat mempraktikkan semua akhlak baik yang telah dicontohkan ustadz dan
membuang contoh perbuatan yang buruknya.
Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama
lainnya, saling berkomunikasi dan berbagi informasi, dalam hal ini manusia akan
berbaur dengan sesamanya yang berbeda sifat, pola pikir, karakter dan adat
istiadat, bahkan dalam cara berbicara dan bertutur kata, ia akan mendengar
perkataan yang baik juga akan mendengar perkataan yang buruk, maka untuk
mengontrol hal ini Allah menurunkan sebuah ayat yang menjadi kaidah umum
dalam berbicara:
3Iqbal, Ketua Remaja Masjid, Wawancara dengan Penulis, 07 Oktober 2018, Kota Jambi,
rekaman audio. 4Ustadz Ahmad Kodri,Pengisi Kegiatan Remaja Di Masjid, Dokumentasi, 05 September
2018, Kota Jambi, Rekaman Video.
50
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu
bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling (Q S Al-Baqarah
Ayat 83).5
Ada beberapa ayat yang senada dengan bunyi ayat di atas baik secara
langsung atau tidak langsung, di antaranya adalah firman Allah:
“Dan Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan
perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi manusia(Q S Surat Al-Isra' Ayat 53).6
Juga ada ayat yang memerintahkan kita jika berdebat dengan ahli kitab agar
dengan cara yang baik pula:
“Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang
paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan
5Departemen Agama RI, Cordova Al-Qur’an & Dan Terjemah(Bandung: Syamil Quran,
2009),12. 6Ibid.287
51
Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada
Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu;
dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri (Q S Al-'Ankabut Ayat 46).7
Ayat yang memerintahkan kita untuk berkata yang baik, kita turut
menyayangkan bagaimana potongan ayat yang pendek ini terkadang terlalaikan
oleh banyak orang dalam kehidupannya, contoh gampangnya adalah terhadap
anak sendiri, di mana orang tua terkadang kurang sabar bila melihat anaknya yang
berbuat kesalahan sehingga berlebihan dalam memarahinya, marah mungkin sah-
sah saja bila memang anak tersebut berhak untuk dimarahi karena melihat
kesalahan yang ia lakukan, tapi hendaklah orang tua mengontrol amarah dan
emosinya jangan sampai berlebihan sehingga terucap kata-kata yang tidak pantas
terhadap anak sendiri, ingatlah ayat ini dan ketahuilah bahwa anak juga masuk
dalam perintah Allah agar kita berkata baik kepada mereka dalam keadaan apa
pun.
Maka bagi siapa saja di antara kita yang mendapat ujian dengan dihina,
dicaci maki dengan kata-kata yang keji lagi menyakitkan hendaklah ia bersabar
dan membalasnya dengan perkataan yang baik, memang terasa berat hal ini untuk
dilakukan, apalagi dalam keadaan dihina dan dihujat, tapi ingatlah bila kita
mampu menahan diri dan membalasnya dengan perkataan yang baik, maka
dengan itulah kita menjadi mulia di sisi Allah, kenapa? Karena membalas
perkataan buruk dengan perkataan buruk semua orang bisa melakukannya, tapi
membalas perkataan buruk dengan perkataan yang baik tidaklah semua orang
mampu melakukannya, hanya mereka yang memiliki hati mulialah yang dapat
melakukannya.
Pembinaan tidak hanya berkisar pada usaha untuk mengurangi serendah-
rendahnya tindakan-tindakan negatif yang dilahirkan dari suatu lingkungan yang
bermasalah, melainkan pembinaan harus merupakan terapi bagi masyarakat untuk
mengurangi perilaku buruk dan tidak baik dan juga sekaligus bisa mengambil
manfaat dari potensi masyarakat, khususnya generasi muda.
7Departemen Agama RI, Cordova Al-Qur’an & Dan Terjemah(Bandung: Syamil Quran,
2009),402.
52
Membangun kesadaran bagi generasi muda bukanlah hal yang gampang
untuk tercapai secara maksimal, tetapi dalam pembinaan kesadaran yang menjadi
pokok untuk dibangun. Kesadaran hendaknya disertai niat untuk mengintensifkan
pemilikan nilai-nilai dari pada yang sudah dimiliki., sebab dengan cara tersebut
akan mampu mewujudkan pemeliharaan yang dinamis dan berkesinambungan.
Berbicara tentang akhlak yang baik, seolah hanya sesuatu yang ringan,
namun pada kenyataannya berat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi kebiasaan yang kurang baik yang sudah lama kita rutin lakukan itu sangat
sulit di rubah, namun sulit tapi tentu masih bisa dirubah. Di zaman sekarang ini
akhlak yang baik mulai diabaikan keberadaannya oleh sebagian umat padahal
akhlak juga menjadi benteng pertahanan yang baik di era modern ini.
B. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak
Remaja
Pembinaan akhlak dalam islam dimulai dari pribadi individu sendiri (jiwa)
kemudian berlanjut kepada fisik. Karena dari jiwa yang baik inilah yang nantinya
akan terlahir perbuatan-perbuatan yang baik pula.
Setiap unsur kegiatan tidak lepas dari adanya faktor-faktor pendukung
sekaligus penghambat yang menyertainya. Tidak terkecuali aktifitas dakwah
pembinaan akhlak remaja di Masjid Besar Asy-Syuhada. Berikut akan peneliti
uraikan tentang beberapa faktor pendukung dan penghambat aktifitas dakwah
pembinaan akhlak remaja di Masjid Besar Asy-Syuhada.
1. Faktor Pendukung aktivitas pembinaan akhlak remaja
Melihat data yang telah diperoleh, aktivitas dakwah di Masjid Besar Asy-
Syuhada terdapat elemen yang mendukung terselenggaranya aktivitas yang telah
direncanakan, faktor pendukung itu adalah adanya seorang guru penggerak
remaja, mengumpulkan remaja sedikit demi sedikit lalu dikembangkanlah oleh
remaja itu sendiri, nama guru tersebut adalah ustadz Gafi Maulana, Sebagaimana
yang dituturkan oleh Iqbal Ketua Remaja Masjid Besar Asy-Syuhada: “[D]ulu itu
ada gurulah yang mengumpulkan kita sedikit demi sedikit dan akhirnya
53
berkembang mereka yang mendorong kita nama gurunya Ustad Gafi Maulana dia
juga seorang qori di sini”.8
Faktor pendukung hal-hal yang memengaruhi sesuatu menjadi berkembang,
memajukan, menambah dan menjadi lebih dari sebelumnya faktor pendukung
sangat penting karena dengan adanya faktor pendukung ini kegiatan pembinaan
berjalan sesuai keinginan dan tidak membuat kegiatan itu berjalan hanya sekedar
saja karena sudah memiliki target yaitu menjadi generasi penerus di masyarakat
sekitar mereka tinggal.
Sangat baik contoh yang dapat kita lihat di sini dan menjadikan contoh pula
untuk tempat-tempat lain yang belum aktif kegiatan remajanya dibidang
keagamaan ini. Orang yang dihormati di masyarakat sangat memegang kendali
dan memegang pergerakan atau pendorong berjalannya suatu kegiatan remaja.
untuk membuat kegiatan keagamaan guna menjadikan tempat bagi mereka para
remaja berlatih sehingga remaja menjadi tahu dan pandai dalam bidang kegiatan
agama. Tokoh masyarakat yang dihormati diharapkan mampu mendorong dan
menyemangati kegiatan pembinaan remaja agar kegiatan yang sudah dibuat
berjalan terus menerus.
2. Faktor Penghambat aktivitas pembinaan akhlak remaja
Setelah peneliti menguraikan beberapa faktor pendukung diatas, peneliti
juga melihat adanya faktor penghambat aktifitas dakwah Islam yang dilaksanakan
di Masjid Besar Asy-Syuhada. Beberapa faktor penghambat yang peneliti
temukan diantaranya:
a. Kejenuhan remaja terhadap kegiatan tersebut.
b. Jadwal malam minggu.
c. Faktor lingkungan.
d. Faktor gadget.
e. Selesainya kegiatan Majlis Cinta Rasul Larut malam yang kegiatannya bisa
sampai pukul 23:00 WIB.
8Iqbal, Ketua Remaja Masjid, Wawancara dengan Penulis, 07 Oktober 2018, Kota Jambi,
rekaman audio.
54
Sebagaimana yang dituturkan oleh Iqbal Ketua Remaja Masjid Besar Asy-
Syuhada:”[P]enghambatnya di sini karena jadwal kita ngambilnya malam minggu
la ya memang kebanyakan remaja itu masih SMA baru masuk kuliah lama
kelamaan itu mulai jenuh, faktor lingkungan main keluar, gadget juga dan
akhirnya mulai sepi”.9
Di sini jelas terlihat bahwa remaja itu perlu diberikan kegiatan yang tidak
terlalu monoton sehingga mereka tidak jenuh dengan kegiatan tersebut. Faktor
penghambat ini memang selalu ada akan tetapi sebagai manusia kita harus bisa
mengalihkan faktor penghambat ini agar tidak terlalu menjadi masalah besar
apalagi sampai membuat kegiatan remaja menjadi sepi dan lebih parahnya lagi
membuat pengajian atau kegiatan pembinaan remaja tersebut bisa berhenti.
Kejenuhan remaja ini diakibatkan remaja hanya memiliki kegiatan itu-itu
saja sehingga mereka merasa jenuh dan mencari kegiatan yang lebih segar untuk
dikonsumsi dan dinikmati. Faktor yang paling rumit adalah faktor malam minggu
karena masa muda adalah masa yang mau enaknya saja sehingga apa yang enak
dan asik bagi mereka, mereka selalu antusias mengikuti kegiatan di luar dari
kegiatan agama atau kegiatan pembinaan remaja.
Faktor lingkungan yang ada di sekitaran Masjid Besar Asy-Syuhada juga
sangat mempengaruhi dari kegiatan yang dilakukan oleh remaja masjid tentang
pembinaan akhlak mereka. Remaja yang memiliki teman kurang baik akhlaknya
bisa membuat mereka malas dalam mengikuti pembinaan remaja karena pengaruh
teman yang kurang baik tersebut.
Gadget merupakan sebuah inovasi dari teknologi terbaru dengan
kemampuan yang lebih baik dan fitur terbaru yang memiliki tujuan maupun
fungsi lebih praktis dan juga lebih berguna. Penggunaan gadget bukanlah hal baru
lagi di kehidupan remaja. Gadget bukan hanya dijadikan pembantu kehidupan
ataupun alat komunikasi dengan dunia luar, tapi juga bisa dijadikan teman untuk
mengisi waktu luang, seperti penggunaan internet, bermain game, mendengar
musik atau radio, menyimpan kenangan lewat foto, video. Namun tidak jarang
9Iqbal, Ketua Remaja Masjid, Wawancara dengan Penulis, 07 Oktober 2018, Kota Jambi,
rekaman audio.
55
penggunaan gadget berdampak negatif seperti menyimpan foto atau video yang
tidak senonoh, melupakan waktu belajar. Remaja juga susah untuk berkreatif serta
menjadi malas belajar dan berkomunikasi di dunia nyata. Tingkat pemahaman
bahasa menjadi terganggu karena remaja yang eksis di dunia maya tidak memiliki
aturan ejaan dan tata bahasa di situs jejaring sosial. Hal ini membuat mereka
semakin sulit untuk membedakan antara berkomunikasi di situs jejaring sosial dan
di dunia nyata.
Terakhir faktor waktu malam yang larut sehingga remaja merasa ngantuk
dan membuat mereka menguap berkali-kali dan akhirnya tidak fokus terhadap
materi yang di sampaikan oleh ustadz yang menjadi narasumber.
C. Strategi Dalam Penyelesaian Hambatan Pembinaan Akhlak Remaja Di
Masjid Besar Asy-Syuhada
Setelah membahas tentang faktor Pendukung aktivitas pembinaan akhlak
remaja dan Faktor Penghambat aktivitas pembinaan akhlak remaja selanjutnya
penulis akan memaparkan tentang Strategi Dalam Penyelesaian Hambatan
Pembinaan Akhlak Remaja Di Masjid Besar Asy-Syuhada. Penyelesaian
hambatan diharapkan mampu menjadi solusi untuk mengurangi hambatan yang
terjadi pada kegiatan pembinaan remaja di masjid Besar Asy-Syuhada.
Dalam mengatasi faktor penghambat tersebut pihak dari ketua remaja
masjid melakukan berbagai cara dimulai dari bertanya kepada yang tidak hadir
memecahkan masalahnya yang remaja rasakan dan membuat kegiatan seperti
contohnya jalan-jalan kepada anggotanya untuk menghilangkan jenuh dengan
kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan tiap minggu tersebut.
Sebagaimana yang dituturkan oleh Iqbal Ketua Remaja Masjid Besar Asy-
Syuhada:
“[C]ara mengatasinya kita kumpulkan sama-sama ditanya kok lama dak datang
apa ada masalah sama temen-temen pertama kita tanyain itu dulu, kedua kita
cari permasalahannya kalau sudah tau masalahnya kita nasehatin, kalau
memang ada urusan toh di kasih tau izin, cuman uang konsumsinya dia tetap
56
bayar walaupun dia dak hadir, selanjutnya untuk membuang jenuh kita kadang
jalan- jalan misalnya ke kampung Raja atau ke Candi”.10
Sedangkan mengatasi masalah dalam kegiatan TPQ adalah dengan
mempersiapkan diri remaja agar bisa tampil dalam kegiatan hari besar islam
contohnya pada saat perayaan maulid nabi mereka ditugaskan untuk bersholawat,
Sebagaimana yang dituturkan oleh Ustadz Ainal yaqin guru atau pembimbing
Remaja Masjid Besar Asy-Syuhada: “[K]alau untuk memotivasi murid kami
membuat seleksi untuk menampilkan mereka di kegiatan hari besar islam seperti
maulid nabi mereka baca sholawat”.11
Keberanian untuk tampil di depan umum merupakan hal yang perlu diasah
semenjak kecil. Nah, orangtua bisa mendukung untuk menambah kemampuan dan
kepercayaan diri dengan memberikan berbagai edukasi.
Memotivasi mereka agar mereka mau mengikuti pembelajaran yang
dilakukan di masjid agar mereka tidak jenuh terhadap kegiatan rutin yang selalu
dikerjakan berulang-ulang.
Ini adalah salah satu cara yang dilakukan oleh pengurus remaja masjid
untuk mempertahankan kegiatan yang sudah rutin dilakukan remaja masjid.
Dengan demikian diharapkan masalah atau hambatan yang terjadi di remaja
masjid besar asy-syuhada ini dapat diatasi dan masalah tersebut tidak menjadi
masalah yang bisa membuat hilangnya kegiatan pembinaan akhlak remaja dan
segala kejenuhan yang ada pada diri remaja bisa berkurang.
Semua cara yang dilakukan dapat menyenangkan anggota remaja yang ikut
dalam kumpulan remaja masjid tersebut sehingga dengan adanya kegiatn jalan-
jalan tersebut dapat memberikan kekompakan dalam remaja sehingga mereka
saling menghargai satu sama lain.
Perlu sekali kegiatan yang baru agar mereka dapat lebih senang terhadap
kegiatan yang bukan hanya pengajian saja namun ada refresing untuk
10
Iqbal, Ketua Remaja Masjid, Wawancara dengan Penulis, 07 Oktober 2018, Kota Jambi,
rekaman audio. 11
Ainal Yaqin, Pengurus Masjid Besar Asy-Syuhada, Wawancara Dengan Penulis, 30
Oktober 2018, Kota Jambi, catatan penulis.
57
menyenangkan hati terlebih lagi remaja ini mudah jenuh tepat sekali diberikan
kesenangan berupa jalan jalan untuk mereka.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai fungsi masjid sebagai sarana dakwah dalam
membina akhlak remaja di masjid besar asy-suhada simpang rimbo kota jambi
maka penulis mengambil kesimpulan, yaitu:
1. Fungsi Masjid Besar Asy-Syuhada Selain kegiatan dakwah yang biasa
dilakukan masjid seperti kutbah pada shalat jum’at, Masjid Besar Asy-
Syuhada juga menjadi tempat dakwah islamiyah bagi para remaja yaitu
adanya kegiatan Majlis Cinta Rasul yang dalam kegiatannya melakukan
sholawat dan disambung dengan ceramah oleh Ustadz yang telah ditunjuk
untuk memberikan ceramah pada saat itu, majlis ini telah berjalan dua tahun
dan ada pula pembinaan anak-anak antara maghrib dan isya. Dengan adanya
proses belajar mengajar bagi anak-anak dan remaja di masjid diharapkan
mampu memberikan masa depan yang cerah bagi generasi islam di kota
jambi khususnya di kelurahan kenali besar.
2. Aktivitas pembinaan remaja masjid di Masjid Besar Asy-Syuhada seperti:
a. TPQ.
b. Memakmurkan masjid.
c. Aktif pada kegiatan hari besar islam.
d. Membuat pasar beduk pada saat bulan suci ramadhan.
e. Yasinan remaja masjid.
Aktivitas ini adalah kegiatan yang umum dilakukan dan berjalan
sesuai rencana namun memiliki beberapa faktor pendukung dan
penghambat.
3. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak
Remaja
a. Faktor Pendukung
59
Melihat data yang telah diperoleh, aktifitas dakwah di Masjid Besar
Asy-Syuhada terdapat elemen yang mendukung terselenggaranya
aktifitas yang telah direncanakan, faktor pendukung itu adalah adanya
seorang guru penggerak remaja mengumpulkan remaja sedikit demi
sedikit lalu dikembangkanlah oleh remaja itu sendiri.
b. Faktor Penghambat
1) Kejenuhan remaja terhadap kegiatan tersebut.
2) Jadwal malam minggu.
3) Faktor lingkungan.
4) Faktor gadget.
5) Larut malam selesainya kegiatan Majlis Cinta Rasul yang
kegiatannya bisa sampai pukul 23:00 WIB.
c. Strategi Dalam Penyelesaian Hambatan Pembinaan Akhlak Remaja Di
Masjid Besar Asy-Syuhada
Dalam mengatasi faktor penghambat tersebut pihak dari ketua
masjid melakukan berbagai cara dimulai dari bertanya kepada yang tidak
hadir mecahkan masalahnya dan membuat kegiatan seperti contohnya
jalan-jalan kepada anggotanya untuk menghilangkan jenuh dengan
kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan tiap minggu tersebut.
B. Implikasi Penelitian
Sesuai dengan skripsi yang penulis susun, maka penulis dapat memberi
saran-saran yang berguna untuk bahan masukan bagi pembaca yaitu sebagai
berikut:
1. Kegiatan di masjid besar asy-syuhada memang baik semoga menjadi lebih baik
kedepannya.
2. Mengadakan lomba untuk para remaja serta persiapan MTQ bagi TPQ Masjid
Besar Asy-Syuhada.
3. Khataman bersama atau syukuran setiap menghatamkan Al-qur’an.
4. Kegiatan kaligrafi untuk melatih kreatifitas remaja.
5. Semoga kegiatan tersebut selalu berjalan agar remaja bisa mendapatkan
pehaman agama lebih mudah dan dekat.
60
6. Saling menjaga fasilitas masjid agar mudah digunakan kembali pada saat
membutuhkan.
7. Memberikan hal baru dan kreatif agar menarik remaja untuk ikut dalam
kegiatan pembinaan akhlak tersebut.
Dengan demikian waktu remaja dapat di gunakan atau di manfaat dengan
kegiatan positif demi masa depan mereka.
Hasil penelitian ini belum sepenuhnya sempurna, mungkin ada yang
tertinggal atau terlupakan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan penelitian ini
dapat dilanjutkan dan dikaji ulang yang tentunya lebih teliti, kritis dan lebih
mendetail guna menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat. Perbedaan
pandangan dijadikan sebuah rahmat, bukan dijadikan sebagai pemicu konflik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Departemen Agama RI, Cordova Al-Qur’an & Dan Terjemah(Bandung: Syamil
Quran, 2009).
Buku
Abdul Rahman Roli dan M. K Hamzah, Menjaga Akidah Dan Akhlak(Solo:Pt
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008).
Ali, Muhammad, Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan, (Jakarta:Bumi
Aksara,2004).
Ali, Sayuti, Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Teori Dan Praktek
(Jakarta: Grafindo Persada, 2002).
Daud Marwah, Teknologi Emansipasi dan Transendensi (Bandung: Mizan, 1994).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi Keempat(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Jalaluddin, Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016).
Muhammad E, Ayub Dkk,Manajemen Masjid,(Jakarta: Gema Insani,2007).
Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2000).
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers,
2014).
Rukmana, Nana. Masjid & Dakwah, (Jakarta:Al-Mawardi Prima, 2002).
Rumini, Sri, Siti Sundari, Perkembangan Anak Dan Remaja(Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004).
Skripsi Slamet Riyadi mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, pada
tahun 2013.
Skripsi Dewi Sasrimaiyuni mahasiswa IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
pada tahun 2006.
Subianto Achmad, Pedoman Manajemen Masjid (Jakarta. : Yayasan Kado Anak
Yatim, 2004).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2011).
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014).
Surasman, Otong, Pendidikan Agama Islam (Gandul Depok: Emir, 2016).
Wiyanto, Kesusatraan Sekolah, (Jakarta: Grasindo 2005).
Yasin, Fatah. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. (UIN Malang Press, 2008).
Internet
Endah Kurniawati di akses melalu alamat
http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/d58ba705ea250518.pdf,
tanggal 13 februari 2018, jam 15:34.
Muhibatul alami,Fungsi Akhlak Bagi Kehidupan Manusia Diakses melalui alamat
https://muhibbatulalami96.blogspot.com/2016/01/makalah-ilmu-akhlak-
fungsi-akhlak-bagi_47.html Pada tangga 13 november 2018.
Umaysho.com, Terputusnya Amalan Selain Tiga Perkara, Diakses melalui
https://rumaysho.com/1663-terputusnya-amalan-kecuali-tiga-perkara.html
pada tanggal 13 oktober 2018.
Samsuwir diakses melalui http://repository.ar-raniry.ac.id tanggal 26 maret 2018
https://id.m.wikipedia.org/wiki/subyek. tanggal 26 maret 2018 Warta
Madrasah,Remaja Dan Akhlak, Diakses melalui alamat
http://www.wartamadrasahku.com/2016/04/remaja-dan-akhlak.html pada
tanggal 02 oktober 2018.
Wawancara
Ahmad, Remaja Masjid, Wawancara Dengan Penulis, 16 Oktober 2018, Kota
Jambi, Rekaman Audio.
Fadlan, Remaja Masjid, Wawancara Dengan Penulis, 29 Agustus 2018, Kota
Jambi, Rekaman Audio.
Iqbal, Ketua Remaja Masjid, Wawancara Dengan Penulis, 07 Oktober 2018, Kota
Jambi, Rekaman Audio.
Khairuddin Siregar, Ketua Masjid, Wawancara Dengan Penulis, 05 September
2018, Kota Jambi, Rekaman Audio.
Ustadz Ahmad Kodri,Pengisi Kegiatan Remaja Di Masjid, Dokumentasi, 05
September 2018, Kota Jambi, Rekaman Video.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Fungsi Masjid Sebagai Sarana Dakwah Dalam Membina Akhlak Remaja
(Studi Di Masjid Besar Asy-Syuhada Kelurahan Kenali Besar Simpang
Rimbo Jambi)
No Jenis Data Metode Sumber Data
1 -Profil Masjid Besar
Asy-Syuhada
-Observasi
-Dokumentasi
-Setting
-Dokumen Geografis
2 -Sejarah Masjid
Besar Asy-Syuhada
-Wawancara
-Doumentasi
-Ketua Masjid
- Sejarah Masjid
3 Visi dan Misi Masjid
Besar Asy-Syuhada
-Observasi
-Dokumentasi
-Dokumen Visi dan Misi
4 -Struktur Organisasi
Masjid Besar Asy-
Syuhada
-Dokumentasi -Dokumen Struktur Organisasi
Masjid
5 -fungsi masjid sebagai
sarana dakwah
-Wawancara - ketua remaja masjid
- remaja masjid
6 -tempat dakwah
islamiyah
-Wawancara - ketua remaja masjid
- remaja masjid
7 -Faktor Penghambat
Bagi masjid dalam
mengembangkan
fungsi masjid
-Wawancara - ketua remaja masjid
- remaja masjid
A.Panduan Observasi
No Jenis Data Objek Observasi
1 -Letak Geografis Masjid -Keadaan Dan Letak
Geografis
2 -Sarana dan Prasarana -Sarana dan Prasarana yang tersedia di
Masjid Besar Asy-Syuhada
B.Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumenter
1 -Letak Geografis Masjid Besar
Asy-Syuhada
-Data Dokumentasi Tentang Letak
Geografis
2 -Sejarah Masjid Besar Asy-
Syuhada
-Data Dokumentasi Tentang Sejarah
Masjid
3 -Struktur Organisasi Masjid
Besar Asy-Syuhada
-Data Dokumentasi Tentang Struktur
Organisasi Dan Kepengurusan Masjid
C. Butir-Butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Data Dan Subtansi
Wawancara
1 -Sejarah Masjid Besar Asy-Syuhada Ketua Masjid
-Bagaimana sejarah berdirinya
Masjid?
-Bagaimana perkembangannya
hingga saat ini?
2 -Kegiatan Masjid Besar Asy-
Syuhada
Ketua Masjid/Marbot Masjid
-Apa saja bentuk-bentuk kegiatan
yang ada di Masjid?
3 -Upaya dalam meningkatkan fungsi
masjid dalam membina akhlak
remaja
Imam masjid
-Apa upaya yang dilakukan agar
fungsi masjid dalam membina
akhlak remaja dapat di realisasikan?
-Apa cara yang diterapkan untuk
membentuk kegiatan-kegitan
pembinaan akhlak remaja?
4 -Faktor yang menghambat fungsi
masjid dalam membina akhlak
remaja.
Imam masjid/pengurus masjid
Remaja
-Apakah yang menjadi penghambat
fungsi masjid dalam membina
akhlak remaja.?
5 - Strategi dalam penyelesaian
hambatan pembinaan akhlak
Remaja di masjid besar asy-syuhada
Remaja
- Strategi dalam penyelesaian
hambatan pembinaan akhlak
Remaja di masjid besar asy-syuhada
JADWAL PENELITIAN
NO KEGIATAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pencarian judul
2. Pengajuan judul
3. Pembuatan
proposal
4. Acc kajur
5. Pengajuan dosen
pembimbing
6. Bimbingan
proposal
7. Seminar proposal
8. Perbaikan
proposal
9. Pengesahan judul P
10. Pengumpulan
data
11. Analisis data
12. Konsultasi
pembimbing
13. Sidang
munaqasyah
14. Perbaikan
15. Wisuda
DOKUMENTASI
Wawancara Penulis Bersama Bapak Ketua Masjid Besar Asy-Syuhada
Wawancara Penulis Bersama Ketua Remaja Masjid Besar Asy-Syuhada
Penulis Bersama Remaja Masjid Besar Asy-Syuhada
Remaja masjid mendengarkan ceramah yang di sampaikan Ustadz Ahmad Kodri
Kegiatan TPQ mengantri menyetor hapalan surah pendek kepada ustadz
Sholawatan Remaja Masjid
Diskusi tentang membuat acara maulid Nabi Besar Muhammad SAW
Remaja masjid mendengarkan ceramah yang di sampaikan Ustadz Ahmad Kodri
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
1. Nama : Mulyadi
2. Tempat Tanggal Lahir : Enok, 22 Maret 1996.
3. Pekerjaan : Mahasiswa.
4. Alamat : Simpang Rimbo Kota Jambi
B. Riwayat Pendidikan
1. S1 UIN STS Jambi : 2014-2018
2. Madrasah Aliyah Nurul Huda : 2011-2014
3. Madrasah Tsanawiyah Negri Enok : 2008-2011
4. SDN 042 Enok : 2002-2008
C. RIWAYAT ORGANISASI/PEKERJAAN
1. Anggota Organisasi LDK Lembaga Dakwah Kampus Al Uswah UIN Jambi
2. Mengajar Komputer Photoshop.