29
FUNGSI SEKRESI SISTEM PENCERNAAN Cavitas Oral & Glandula Saliva Pencernaan mekanik Rongga mulut dan bibir à menampung makanan, artikulasi bicara. Palatum & uvula à bernafas dan mengunyah bersamaan. Lidah à memandu makanan dan berbicara. Faring à penghubung mulut dan esofagus. Gigi à pemotongan, perobekan, penggilingan dan pencampuran makanan. Pencernaan kimiawi à saliva Salivary Gland Merupakan campuran sekret dari semua kelenjar saliva. Mengandung amilase, lisozim, IgA, air, serus/ musin, kalium, dan ion bikarbonat pH 6,0-7,4 Fungsi: a. Membantu membuang bakteri patogen juga partikel–partikel makanan yang memberi dukungan metabolik bagi bakteri. b. Saliva mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan bakteri seperti ion tiosianat, enzim proteolitik (lisozim

Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

FUNGSI SEKRESI SISTEM PENCERNAAN

Cavitas Oral & Glandula Saliva

Pencernaan mekanik

Rongga mulut dan bibir à menampung makanan, artikulasi

bicara.

Palatum & uvula à bernafas dan mengunyah bersamaan.

Lidah à memandu makanan dan berbicara.

Faring à penghubung mulut dan esofagus.

Gigi à pemotongan, perobekan, penggilingan dan pencampuran

makanan.

Pencernaan kimiawi à saliva

Salivary Gland

Merupakan campuran sekret dari semua kelenjar saliva.

Mengandung amilase, lisozim, IgA, air, serus/ musin, kalium, dan ion

bikarbonat

pH 6,0-7,4

Fungsi:

a. Membantu membuang bakteri patogen juga partikel–partikel

makanan yang memberi dukungan metabolik bagi bakteri.

b. Saliva mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan

bakteri seperti ion tiosianat, enzim proteolitik (lisozim => menyerang

bakteri, membantu ion tiosianat memasuki bakteri, mencerna

partikel–partikel makanan).

Page 2: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

c. Mengandung sejumlah besar antibody protein yang dapat

menghancurkan bakteri rongga mulut dan karies gigi.

Komposisi : 97-99 % air

Komposisi lain :

Amilase à enzim untuk pencernaan KH

Lipase à enzim untuk pencernaan lemak

Lisozim à membunuh bakteri

Mukus à membasahi makanan à mudah dikunyah

Immunoglobulin A à menghambat pertumbuhan bakteri

Elektrolit à K, Bikarbonat, Na, Cl, Phosfat.

Saliva memiliki dua tipe sekresi protein yang utama yakni :

1. Sekresi serus : mengandung ptyalin yang berfungsi sebagai enzim

untuk mencerna serat dan mengubah amilum menjadi glukosa. Serus ini

dihasilkan terutama oleh glandula parotis. Sedangkan glandula

sublingualis dan submandibularis menghasilkan serus dan mucus.

2. Sekresi mucus : mengandung musin yang berguna untuk tujuan

pelumasan dan perlindungan permukaan mulut.

Glandula saliva atau kelenjar ludah berfungsi sebagai penghasil saliva.

Terdapat 2 jenis glandula saliva, yakni mayor dan minor. Glandula saliva

minor tedapat di lingua sedangkan glandula saliva mayor, diantaranya

glandula parotis, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis.

Page 3: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Esofagus

Berperan dalam proses menelan.

Proses berjalan secara aktif tanpa terpengaruh gravitasi.

Terdapat sfingter gastroesofagus à mencegah refluks isi lambung.

Sekresi à mukus à lubrikasi/pelumasan dan melindungi dinding

esofagus dari asam dan enzim gaster (bila terjadi refluks).

Gaster

Page 4: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Fungsi motorik lambung :

a. Penyimpanan sejumlah besar makanan sampai makanan dapat

diproses. Fungsi penyimpanan ini terutama pada regio cardia, fundus,

dan corpus.

b. Pencampuran makanan dengan sekresi lambung sampai membentuk

campuran setengah cair yang disebut kimus. Kimus ini serupa atau

mirip dengan pasta dengan derajat keenceran bergantung dari jumlah

relatif makanan, air, sekresi lambung, dan derajat pencernaan yang

telah terjadi.

c. Pengosongan kimus dengan lambat dari lambung ke dalam usus

halus pada kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi

yang tepat oleh usus halus.

Di dalam lambung makanan dicerna secara mekanis dan kimiawi.

Pencernaan mekanis dilakukan oleh otot-otot dinding lambung yang

tersusun atas otot melingkar, memanjang, dan menyerong. Kontraksi dari

ketiga otot itu menyebabkan gerakan peristaltis yang berupa gerakan

bergelombang sehingga makanan diaduk-aduk. Pada gerakan ini, bentuk

makanan yang tadinya bolus (makanan yang dihaluskan oleh gigi yang

bercampur dengan saliva) berubah menjadi chyme atau kimus (campuran

antara bolus makanan dengan cairan lambung yang berbentuk seperti susu

setengah cair atau pasta).

Pencernaan kimiawi dilakukan oleh enzim-enzim yang terdapat pada

lambung. Enzim-enzim itu dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tubular yang

terdapat pada lambung, antara lain :

1. Kelenjar Oksintik (Gastric) sebagai pembentuk asam, berfungsi

mensekresikan asam hidroklorida, pepsinogen, factor intrinsik, dan

mucus. Kelenjar ini memiliki 3 tipe sel :

Page 5: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

1. Sel leher mucus => mensekresi mukus, namun juga beberapa

pepsinogen.

2. Sel peptik => mensekresi sejumlah besar pepsinogen (pH optimal

pepsin = 1,8-3,5).

3. Sel parietal => mensekresi asam hidroklorida (pH = 0,8) dan faktor

intrinsik.

Bagian korpus dan fundus gaster memiliki ketiga sel pada kelenjar

oksintik ini, sedangkan bagian pilorus memilki hanya sel mukus dan sel

peptik saja.

2. Kelenjar Pilorik bekerja mensekresi mucus untuk melindungi mukosa

pylorus dan beberapa pepsinogen juga hormon gastrin yang nantinya

berperan dalam mengatur sekresi gastrik.

Adapun karakteristik sel mucus antara lain :

1. Sel ini mensekresikan mucus kental yang tidak larut dan melapisi

mukosa dengan selapis mucus gel dengan tebal ≥ 1 mm sehingga

menyediakan rangka proteksi utama bagi dinding lambung.

2. Mucus bersifat alkalis karenanya dinding normal lambung tidak pernah

terpapar secara langsung dengan sekresi lambung yang sangat asam

dan proteolitik.

Getah lambung itu sendiri terdiri dari asam hidroklorida, pepsinogen,

musin (mukosa protein untuk melicinkan makanan), air, ion-ion, garam

anorganik, dan renin. Pengeluaran getah lambung dipengaruhi oleh aroma,

bentuk, warna, dan selera terhadap suatu makanan. Oleh karena itu, ketika

tiba waktunya makan, akan terjadi produksi getah lambung dan apabila kita

terlambat makan, getah lambung inilah yang akan menimbulkan rasa nyeri

pada dinding otot lambung, terkait dengan sifatnya yang sangat asam dan

menyebabkan apa yang kita sebut maag.

Page 6: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Perangsangan Sekresi Asam Lambung

Ketika makanan yang mengandung protein mencapai lambung,

beberapa protein dari makanan tersebut tersebut dapat merangsang sel “G”

melepaskan gastrin ke dalam getah pencernaan lambung. Proses

pencampuran getah pencernaan membawa gastrin dengan cepat ke sel ECL

yang berada di dalam korpus lambung, sehingga menyebabkan pelepasan

histamine. Histamine lalu bekerja cepat merangsang sekresi HCl oleh sel

parietal.

Pengaturan Sekresi Pepsinogen

Sekresi pepsinogen terjadi sebagai respon terhadap :

Perangsangan sel-sel peptik oleh asetilkolin.

Perangsangan sekresi sel peptik sebagai respon terhadap adanya asam

di dalam lambung.

Peranan Hormon

Gastrin à merangsang sekresi lambung.

Secretin, Cholecystokinin, dan Gastric Inhibitory Polypeptide à

menghambat sekresi lambung.

Fase Sekresi Lambung

1. Fase Sefalik

Berlangsung bahkan sebelum makanan masuk ke dalam lambung,

terutama sewaktu makanan sedang dikonsumsi. Sinyal neurogenik yang

Page 7: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

menyebabkan fase sefalik dari sekresi lambung berasal dari korteks

serebri dan pada pusat nafsu makan di amigdala dan hipotalamus.

Sinyal ditransmisikan melalui nervus vagus ke lambung. Fase ini

normalnya menghasilkan sekitar 20 % sekresi lambung yang berkaitan

dengan konsumsi makanan.

2. Fase Gastrik

Ketika makanan nasuk ke lambung, maka akan membangkitkan refleks

vasofagal, reflelks enteric setempat, dan sekresi gastrin. Semuanya

kemudian akan menyebabkan sekresi getah lambung yang mencapai

sekitar 70 % dari total sekresi lambung yang berkaitan dengan

konsumsi makanan.

3. Fase Intestinal

Keberadaan makanan di bagian atas usus halus akan terus

mengakibatkan lambung mensekresi sejumlah kecil getah pencernaan.

Hal ini mungkin terjadi akibat sejumlah kecil gastrin yang dilepaskan

oleh mukosa duodenum.

PENYIMPANAN LAMBUNG

Makanan yang masuk ke dalam lambung akan meregangkan dinding

lambung, kemudian akan timbul refleks vasovagal ke batang otak. Refleks

ini nantinya akan dikembalikan ke lambung sehingga mengurangi tonus otot

corpus. Hal ini akan menyebabkan dinding lambung menonjol keluar dan

dapat menampung makanan dalam jumlah yang lebih banyak (batas

maksimal saat lambung relaksasi sempurna adalah mampu menampung

makanan hingga 0,8 – 1,5 liter).

Page 8: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Saat masuk ke dalam lambung, makanan yang bersentuhan dengan

mukosa lambung akan menyebabkan sekresi getah pencernaan oleh kelenjar

gastrik. Di sini adalah peran hormon gastrin (disekresi oleh sel G bagian

antrum lambung) yang akan merangsang sekresi asam lambung yang akan

bercampur dengan makanan. Adanya makanan di dalam lambung ini juga

akan menimbulkan gelombang pencampur (gelombang peristaltik).

Gelombang ini berjalan dari bagian korpus ke antrum dengan besar

gelombang yang semakin kuat menuju ke antrum. Gelombang yang kuat ini

akan menimbulkan cincin konstriktor yang digerakkan oleh potensial aksi

peristaltik yang kuat yang mendorong makanan ke arah pilorus.

PENGOSONGAN LAMBUNG

Pengosongan isi lambung (berlanjut setelah makanan mencapai

daerah pilorus) ditimbulkan oleh kontraksi peristaltik yang kuat di bagian

antrum lambung. Pengosongan lambung juga dipengaruhi oleh suatu kerja

pemompaan yang disebut pompa pilorus.

Pengosongan lambung dipengaruhi oleh sinyal – sinyal dari lambung

dan duodenum. Faktor – faktor pada lambung yang dapat menyebabkan

pengosongan lambung yaitu :

a. Peningkatan volume makanan yang menyebabkan peregangan dinding

lambung sehingga timbul refleks – refleks yang memperkuat aktivitas

pompa pilorus.

b. Efek hormon gastrin yang juga dapat meningkatkan aktivitas pompa

pilorus untuk mendorong makanan ke duodenum dengan melewati

sfingter pilorus.

Sedangkan, faktor – faktor pada duodenum untuk pengosongan

lambung yaitu timbulnya refleks – refleks saraf dari dinding duodenum yang

Page 9: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

melewati lambung untuk melambatkan atau menghentikan pengosongan

lambung bila kimus di duodenum masih banyak. Refleks ini diperantarai

melalui tiga jalur, yaitu :

a. Langsung dari duodenum ke lambung melalui sistem saraf enterik

pada dinding lambung.

b. Melalui saraf-saraf ekstrinsik yang berjalan ke ganglia simpatis

prevertebra dan kembali ke lambung melalui serabut saraf simpatis

penghambat.

c. Melalui nervus vagus ke batang otak sehingga menghambat sinyal

eksitatorik normal yang ditransmisikan ke lambung melalui nervus

vagus.

Intestinum Tenue

Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan

dan penyerapan. Setelah isi lumen meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi

pencernaan walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan

air. Usus halus adalah suatu saluran dengan panjang sekitar 6,3 m (21 kaki)

dengan diameter kecil 2,5 cm (1 inci). Usus ini berada dalam keadaan

bergulung di dalam rongga abdomen dan terentang dari lambung sampai

usus besar. Usus halus dibagi menjadi tiga segmen yakni duodenum (20 cm),

jejunum (2,5 m), dan ileum (3,6 m).

Segmentasi yaitu metode motilitas utama usus halus, mencampur dan

mendorong secara perlahan kimus. Segmentasi terdiri dari kontraksi

berbentuk cincin yang berosilasi otot polos sirkuler di sepanjang usus halus;

Page 10: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

diantara segmen-segmen yang berkontraksi terdapat daerah-daerah yang

berisi bolus kecil kimus. Segmentasi tidak hanya menyebabkan

pencampuran kimus, tetapi juga merupakan faktor utama yang mendorong

kimus secara perlahan melewati usus halus.

Jika sebagian besar makanan sudah diserap, kontraksi segmental

berhenti dan digantikan oleh migrating motility complex yang berlangsung

diantara waktu makan. Motilitas diantara waktu makan ini berupa

gelombang-gelombang peristaltic repetitive lambat yang berjalan singkat ke

arah hulu usus sebelum lenyap. Diperkirakan bahwa hormon motilin, yang

keberadaannya belum dapat dipastikan, mungkin mengatur kompleks

motilitas migratif. Sewaktu makanan berikutnya datang, aktivitas segmental

kembali dicetuskan dan kompleks motilitas migratif berhenti.

Di pertemuan antara usus halus dan usus besar, bagian terakhir ileum

mengosongkan isinya ke dalam sekum. Ada dua faktor yang menyebabkan

bagian ini dapat berfungsi sebagai sawar antara usus halus dan usus besar.

Pertama, susunan anatomisnya menyerupai lipatan-lipatan tonjolan jaringan

mirip katup dari ileum ke dalam lumen sekum. Apabila isi ileum terdorong ke

depan, katup ileosekum ini mudah terbuka, tetapi lipatan jaringan tersebut

akan terdorong menutup jika isi sekum mencoba bergerak mundur ke ileum.

Kedua, otot polos di dalam beberapa sentimeter terakhir dinding ileum

menebal, membentuk suatu spingter yang berada di bawah control saraf dan

hormon. Sfingter ileosekum ini umumnya berada dalam keadaan sedikit

berkonstriksi. Tekanan di sisi sekum sfingter menyebabkannya semakin kuat

berkontraksi; peregangan di sisi ileum menyebabkan sfingter melemas,

suatu reaksi yang diperntarai oleh pleksus-pleksus saraf intrinsik di daerah

tersebut. Dengan cara ini, sfingter ileosekum mencegah isi usus besar yang

penuh bakteri mencemari usus halus dan pada saat yang bersamaan

memungkinkan isi ileum masuk ke kolon. Relaksasi sfingter dapat

ditingkatkan oleh pengeluaran gastrin pada awal saat makan, pada saat

terjadi peningkatan aktivitas lambung.

Page 11: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Setiap hari kelenjar-kelenjar eksokrin yang beada di mukosa usus

halus mengeluarkan sekitar 1,5 L larutan garam dan mucus cair (yang

dikenal sebagai sukus enterikus) ke dalam lumen. Tidak ada enzim

pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus tidak

mensintesis enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim pencernaan bekerja di

dalam sel di batas sel-sel epitel yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak

disekresikan secara langsung ke dalam lumen. Mucus dalam sekresi

menghasilkan proteksi dan lubrikasi. Selain itu, sekresi encer ini

menghasilkan banyak H2O untuk ikut serta dalam pencernaan makanan

secara enzimatik.

Pencernaan di dalam lumen usus halus dilaksanakan oleh enzim-enzim

pancreas, pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat

aktivitas enzim pancreas, direduksi secara sempurna menjadi satuan-satuan

monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat diserap, protein diuraikan

menjadi fragmen-fragmen peptide kecil dan beberapa asam amino, dan

karbohdrat direduksi menjadi disakarida dan beberapa monosakarida.

Intestinum Crassum

Usus besar terdiri dari kolon, sekum, appendix, dan rectum. Sekum

membentuk kantung buntu di bawah taut antara usus halus dan usus besar

di katup ileosekum. Tonjolan kecil mirip jari di dasar sekum adalah appendix,

jaringan limfoid yang mengandung limfosit. Kolon yang membentuk

sebagian besar usus besar, tidak bergelung-gelung seperti usus halus, tetapi

terdiri dari tiga bagian yang relatif lurus (kolon asendens), kolon transversus,

Page 12: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

dan kolon desendens. Bagian akhir kolon desendens berbentuk huruf S, yaitu

kolon sigmoid, dan kemudian berbentuk lurus yang disebut rectum.

Lapisan otot polos longitudinal di sebelah luar tidak menutupi usus

besar secara penuh. Lapisan ini hanya terdiri dari tiga pita otot yang

longitudinal, jelas, dan terpisah, yaitu taenia coli, yang berjalan di

sepanjang usus besar. Taenia koli ini lebih pendek dari otot polos sirkuler

dan lapisan mukosa di bawahnya apabila yang terakhir ini dijadikan

mendatar. Oleh karena itu, lapisan-lapisan di bawahnya berkumpul dalam

kantung atau sakus yang disebut haustra, mirip seperti bahan rok yang

berkumpul di pinggang yang lebih sempit. Namun, haustra bukan hanya

sebagai tempat berkumpul permanen yang pasif; lokasi haustra secara aktif

berubah-ubah akibat kontraksi lapisan otot polos sirkuler.

Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus

halus setiap hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah

selesai di usus halus, isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu

makanan yang tidak dapat dicerna (misalnya selulosa), komponen empedu

yang tidak diserap, dan sisa cairan. Kolon mengekstraksi H2O dan garam

dari isi lumennya. Apa yang tersisa untuk dieliminasi dikenal sebagai feses

(tinja). Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan bahan ini sebelum

defekasi. Selulosa dan bahan makanan yang tidak dapat dicerna membentuk

sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja

secara teratur karena menentukan volume isi kolon.

Umumnya gerakan usus besar berlangsung lambat dan tidak propulsif,

sesuai dengan fungsi kolon sebagai tempat absorpsi dan penyimpanan.

Metode motilitas utama yang digunakan kolon adalah kontraksi haustra yang

dimulai oleh ritmisitas otonom sel-sel otot polos kolon. Kontraksi-kontraksi

ini, yang menyebabkan usus besar membentuk haustra, serupa dengan

segmentasi usus halus. Sementara segentasi usus halus terjadi dengan

kecepatan antara sembilan sampai dua belas kontraksi per menit, interval

antara dua kontraksi haustra mungkin mencapai tiga puluh menit. Letak

Page 13: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

kantung haustra secara bertahap berubah sewaktu segmen-segmen yang

semula melemas untuk membentuk kantung secara perlahan berkontraksi

sementara bagian yang semula berkontraksi melemas untuk membentuk

kantung baru. Gerakan ini bersifat nonpropulsif; gerakan haustra secara

perlahan mengaduk isi kolon melalui gerakan maju mundur yang

menyebabkan isi kolon terpajan ke mukosa absortif. Kontraksi haustra

umumnya dikontrol oleh refleks-refleks lokal yang melibatkan pleksus

intrinsik.

Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan, terjadi

kontraksi simultan segmen-segmen besar di kolon asendens dan

transversus, sehingga dalam beberapa detik feses terdorong sepertiga

sampai tiga perempat dari panjang kolon. Kontraksi-kontraksi masif yang

diberi nama gerakan massa ini mendorong isi kolon ke bagian distal usus

besar, tempat isi tersebut disimpan sampai terjadi defekasi.

Sewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon

yang terutama disebabkan oleh refleks gastrokolon, yang diperantarai oleh

gastrin dari lambung ke kolon dan oleh saraf otonom ekstrinsik. Sewaktu

makanan baru memasuki saluran pencernaan, akan terpicu refleks-refleks

untuk memindahkan isi yang sudah ada ke bagian saluran cerna yang lebih

distal dan memberi jalan bagi makanan baru tersebut. Refleks gastroileum

memindahkan isi usus halus yang tersisa ke dalam usus besar; dan refleks

gastrokolon mondorong isi kolon ke dalam rectum yang memicu refleks

defekasi.

Apabila terjadi, defekasi biasanya dibantu oleh gerakan mengejan

volunter yang melibatkan kontraksi simultan otot-otot abdomen dan

ekspirasi paksa dengan glottis dalam posisi tertutup. Manuver ini

menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen yang membantu

pengeluaran feses.

Page 14: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Hepar & Vesica Felea

Hepar Merupakan organ metabolic terbesar dan terpenting ditubuh. Sistem

pencernaan berfungsi untuk sekresi garam empedu, tapi melakukan

fungsi lain, antara lain:

Pengolahan metabolic nutrient utama (karbohidrat, protein,

lemak) setelah penyerapan dari saluran pencernaan.

Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormon serta obat

dan senyawa asing lainnya.

Sintesis berbagai protein plasma, mencakup protein yang

penting untuk pembekuan darah serta untuk mengangkut

hormon tiroid, steroid, dan kolesterol dalam darah.

Penyimpanan lemak, glikogen, besi, tembaga, dan banyak

vitamin.

Pengaktifan vitamin D, yang dilaksanakan oleh hati bersama

dengan ginjal.

Mengeluarkan bakteri dan sel darah merah yang asing, berkat

adanya makrofag yang residen.

Ekskresi kolesterol dan bilirubin, yang terakhir adalah produk

penguraian yang berasal dari destruksi sel darah merah yang

telah asing.

Hati tersusun menjadi unit yang fungsional yang dikenal sebagai

lobulus, yaitu susunan heksagonal jaringan yang mengelilingi sebuah

vena sentral. Di tepi luar setiap “potongan” lobulus terdapat tiga

pembuluh: cabang arteri hepatica, cabang vena porta, dan duktus

biliaris.

Darah dari cabang-cabang arteri hepatica dan vena porta mengalir dari

perifer lobulus ke dalam ruang kapiler yang melebar yang disebut

Page 15: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

sinusoid. Sel-sel kupffer melapisi bagian dalam sinusoid dan

menghancurkan sel darah merah yang asing serta bakteri yang lewat

bersama darah.

Vena sentral dari semua lobulus hati menyatu membentuk vena

hepatica, yang mengeluarkan darah yang keluar dari hati.

Terdapat sebuah saluran tipis penyalur empedu (kanalikulus

biliaris), ke duktus biliaris di perifer lobulus lalu menyatu membentuk

duktus biliaris komunis, yang menyalurkan empedu dari hati ke

duodenum.

Sfingter Oddi, mencegah empedu memasuki duodenum, kecuali

selama ingesti makanan. Bila sfingter tertutup, sebagian garam

empedu dibelokkan ke dalam kandung empedu.

Komposisi Empedu

Zat yang paling banyak disekresikan dalam empedu adalah garam

empedu, kira-kira sebanyak setengah dari total zat-zat terlarut dalam

empedu. Selain garam empedu, empedu juga mensekresikan zat-zat dalam

jumlah besar, seperti bilirubin, kolesterol, lesitin, dan elektrolit plasma yang

biasa. Dalam proses pemekatan di kantong empedu, air, dan sebagian

elektrolit (kecuali ion kalsium) direabsorbi oleh mukosa kandung empedu,

tetapi pada pokoknya semua unsur lain, terutama meliputi garam empedu

dan zat lipid seperti kolesterol, tidak direabsorbi sehingga menjadi sangat

terkosentrasikan dalam empedu di kantong empedu.

Fungsi Sistem Empedu

Empedu melakukan dua fungsi penting, yaitu :

Page 16: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

1. Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorbsi

lemak, bukan akibat enzim apapun dalam empedu yang menyebabkan

pencernaan lemak tetapi karena asam empedu dalam empedu

melakukan dua hal :

a. Asam empedu membantu mengelmusikan partikel lemak yang besar

dalam makanan menjadi partikel kecil yang dapat diserang enzim

lipase getah pankreas.

b. Asam empedu mentranspor dan absorbsi produk akhir lemak yang

dicerna menuju dan melalui membran mukosa intestinal.

2. Empedu adalah alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan

penting dari darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin, suatu produk

akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol yang

dibentuk oleh sel-sel hati.

Penyimpanan dan Pemekatan Empedu di Kandung

Empedu

Empedu disekresikan terus-menerus oleh sel-sel hati, disimpan dalam

kandung empedu sampai diperlukan di dalam duodenum. Volume maksimal

kandung empedu 30-60 ml, sekresi total sekitar 450 ml/hari, selama 12 jam,

dapat disimpan dalam kandung empedu karena natrium, klorida, dan

elektrolit kecil lainnya terus-menerus diabsorbsi oleh mukosa kandung

empedu, memekatkan zat-zat empedu lainnya, termasuk garam empedu,

kolesterol, lesitin, dan bilirubin. Kebanyakan absorbsi disebabkan oleh

transpor aktif natrium melalui epitel kandung empedu, dan diikuti oleh

absorbsi sekunder ion klorida, air, dan kebanyakan zat terlarut lainnya.

Empedu secara normal dipekatkan sebanyak 5 kali lipat dengan cara ini, tapi

dapat dipekatkan lagi hingga maksimal 20 kali lipat.

Page 17: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Pengosongan Kandung Empedu

Kandung empedu mulai dikosongkan, terutama setelah makanan

berlemak masuk ke duodenum sekitar 30 menit setelah makan. Dua

keadaan dasar yang diperlukan untuk pengosongannya, yaitu:

1. Sfingter oddi harus relaksasi untuk mengizinkan empedu mengalir dari

duktus biliaris komunis ke dalam duodenum.

2. Kandung empedu harus berkontraksi untuk memberikan tenaga untuk

menggerakkan empedu.

Sejauh ini rangsangan yang paling poten untuk mengkontraksikan

kandung empedu adalah hormon kolesistokinin, yang menyebabkan

peningkatan sekresi enzim oleh sel-sel asinar pankreas, sedang rangsangan

untuk melepaskan hormon kolesitokinin adalah makanan berlemak. Selain

kolesistokinin, kandung empedu juga dirangsang oleh oleh serat-serat saraf

yang mensekresikan asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik.

Paling sedikit ada tiga faktor yang membantu pengosongan ini :

1. Kolesistokinin menyebabkan efek kontraksi otot kandung empedu. Tapi

efek ini belum cukup untuk pengosongan yang bermakna.

2. Kontraksi kandung empedu menghantarkan gelombang peristaltik

melalui duktus biliaris komunis menuju sfingter Oddi, dan menyebabkan

sfingter ini menjadi terhambat. Ini juga, biasanya belum cukup untuk

mengosongkan dalam jumlah besar.

3. Ketika gelombang peristaltik usus berjalan pada dinding duodenum,

fase relaksasi dari setiap gelombang dengan kuat merelaksasi otot

dinding usus. Ini adalah efek yang paling kuat. Akibatnya empedu

biasanya masuk ke duodenum dalam bentuk pancaran yang sinkron

dengan fase relaksasi peristaltik duodenum.

Page 18: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Ringkasnya, kandung empedu mengosongkan simpanan empedu

pekatnya ke dalam duodenum terutama sebagai respon terhadap

perangsangan kolesistokinin. Saat lemak tidak ada, pengosongan kandung

empedu berlangsung buruk, normalnya kandung empedu kosong dalam

waktu sekitar 1 jam.

Garam-Garam Empedu dan Fungsinya

Sel hati membentuk sekitar 0,6 gr/hari garam empedu. Prekursor dari

garam empedu adalah kolesterol, kemudian diubah menjadi asam kolik atau

asam kenodeoksikolik dalam jumlah yang sama. Asam-asam ini kemudian

berkombinasi dengan glisin dan taurinum membentuk gliko- dan tauro

terkonjugasi-asam empedu. Garam-garam dari asam ini akan disekresikan

dalam empedu. Garam-garam empedu ini memiliki fungsi :

1. Bekerja seperti deterjen pada partikel lemak dalam makanan, yang

mengurangi tegangan permukaan partikel dan mengizinkan gejolak

mekanik/agitasi dalam traktus intestinal untuk memecah lemak menjadi

ukuran kecil. Proses ini disebut emulsifikasi lemak.

2. Membantu absorbsi asam lemak, monogliserida, kolesterol, dan lipid

lain dalam traktus intestinal. Garam empedu melakukan fungsi ini

dengan membentuk kompleks-kompleks kecil dengan lemak (micelus),

dan sangat mudah larut akibat muatan listrik dari garam empedu.

Tanpa adanya garam-garam empedu di dalam traktus intestinal, 40%

lemak yang dicerna akan keluar bersama tinja, dan pasien seringkali

mengalami defisit metabolisme akibat hilangnya nutrien ini.

Sekresi Kolesterol (Pembentukan Batu Empedu)

Page 19: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Garam-garam empedu dibentuk dari kolesterol di dalam sel-sel

hepatik, dan sekitar 1-2 gr/hari kolesterol juga disekresikan ke dalam

empedu.

Kolesterol hampir tidak larut dalam air murni, tapi garam empedu dan

lesitin empedu dapat berkombinasi dengan kolesterol, membentuk micelus

ultra-mikroskopis yang larut. Jika empedu sudah pekat, garam-garam

empedu dan lesitin akan menjadi pekat bersama kolesterol, yang membuat

kolesterol tetap dalam bentuk larutan.

Bila abnormal, kolesterol dapat mengendap (terpresipitasi),

menyebabkan batu empedu. Berbagai kondisi yang dapat mengendapkan

kolesterol antara lain:

1. Terlalu banyak absorbsi air dari empedu.

2. Terlalu banyak absorbsi garam empedu dan lesitin dari empedu.

3. Terlalu banyak sekresi kolesterol dalam empedu.

4. Peradangan epitel kandung empedu.

Peradangan epitel ini seringkali berasal dari infeksi kronis rendah, yang

mengubah karekteristik absorbsi mukosa kandung empedu, kadang-kadang

memungkinkan absorbsi air, garam-garam empedu atau zat-zat lain yang

terlalu besar, yang dibutuhkan untuk menjaga kolesterol agar tetap larut.

Akibatnya kolesterol mulai mengendap, biasanya membentuk banyak

kristal-kristal kecil di permukaan mukosa yang radang atau pada partikel-

partikel endapan bilirubin kecil, dimana bilirubin kecil itu adalah hasil

dekonjugasi bilirubin glukoronida terlarut oleh enzim bakteri. Kemudian

partikel-partikel bilirubin bekerja sebagai nodus untuk pengendapan

kolesterol lebih lanjut sehingga kristal membesar. Kadang-kadang terbentuk

banyak batu seperti pasir, dan sering terjadi penggabungan membentuk

Page 20: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

beberapa batu empedu yang besar, atau satu batu yang mengisi seluruh

kandung empedu.

Vesica Felea

Merupakan dibertikulum dari duktus hepatikus komunis yang

dihubungkan dengan duktus sistikus.

Kandung empedu penjangnya kurang lebih 8 cm dan garis tengahnya

4 cm. Tetapi dapat sangat membesar. Dindingnya terdiri dari tiga

lapisan:

1. membran mukosa

2. muskularis

3. adventitia (serosa)

Kandung empedu sendiri berfungsi sebagai tempat penampungan

empedu yang dihasilkan terus-menerus oleh hati, tetapi dikeluarkan

sedikit demi sedikit ke dalam usus. Di dalam kandung empedu,

empedu dikentalkan karena cairannya diarbsorbsi oleh epitel.

Page 21: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Kandung empedu mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke

dalam duodenum terutama sebagai respon terhadap perangsangan

kolesistokinin yang terutama dicetuskan oleh makanan berlemak.

Selain itu kandung empedu juga dirangsang secara kurang kuat oleh

serabut-serabut saraf yang mensekresi asetilkolin dari sistem saraf

vagus dan enterik usus.

Empedu disekresikan dalam 2 tahap oleh hati:

1. Bagian awal disekrsi oleh sel-sel fungsional utama hati (sel

hepatosit), mengandung asam empedu, kolesterol, dan zat organik

lain. Kemudian empedu disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris

kecil yang terletak antara sel-sel hati.

2. Empedu mengalir dalam kanalikuli menuju septa interlobularis.

Tempat kanalikuli mengeluarkan empedu ke dalam duktus biliaris

terminal à duktus lebih besar à duktus hepatika dan duktus biliaris

komunis à duodenum.

Fungsi garam empedu

1. Bekerja sebagai detergen pada partikel lemak pada makanan

(emulsifikasi).

2. Membantu absorbsi dari asam lemak, monogliserida, kolesterol,

lemak lain dalam traktus intestinal.

Melakukan fungsi dengan cara membentuk kompleks-kompleks fisik

yang sangat kecil dengan lemak (micel), bersifat semi larut dalam

kimus akibat muatan listrik dari garam-garam empedu. Tanpa garam-

garam empedu dalam traktus intestinal, 40% lemak dkeluarkan

bersama tinja, sehingga menyebabkan defisit metabolisme.

Page 22: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Pacreas

Pankreas merupakan organ panjang dan besar, terletak pada bagian

cekung duodenum dan meluas ke belakang peritoneum dari dinding

posterior perut, menuju ke arah kiri mencapai hilus limpa.

Pankreas merupakan alah satu dari organ tambahan yang sangat

berperan dalam proses makanan. Ada beberapa hal penting yang

dilaksanakan oleh pankreas antara lain :

a. Sekresi Enzim-Enzim Pankreas

Page 23: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

Ada dua fungsi utama yang paling penting dari sekresi pankreas

adalah sekresi enzim-enzim untuk pencernaan dan sekresi ion-ion

bikarbonat yang berkaitan erat dengan proses penetralan kimus yang

berasal dari gaster di dalam duodenum yang nantinya mengubah

susasana asam menjadi basa.

Enzim pencernaan pankreas untuk karbohidrat adalah amilase

pankreas yang akan menghidrolisis serat, glikogen, dan sebagian

besar karbohidrat lain (kecuali selulose) untuk membentuk disakarida

dan beberapa trisakarida. Sedangkan enzim untuk pencernaan lemak

adalah lipase pankreas yang mampu menghidolisis lemak netral

menjadi asam lemak dan monogliserida, kolesterol esterase yang

menyebabkan hidrolisis ester kolesterol dan fosfolipase yang memecah

asam lemak dari fosfolipid. Enzim-enzim tersebut dalam keadaan tidak

aktif dalam bentuk tripsinogen, kimotripsinogen dan

prokarboksipolipeptidase dan aktif apabila telah disekresikan ke dalam

traktus intestinal.

b. Rangsangan Dasar Sekresi Pankreatrik

Ada tiga rangsangan dasar yang penting dalam

menyebabkan sekresi pankreatik :

1. Asetilkolin, yang dilepaskan dari ujung-ujung nervus vagus

parasimpatis b demikian juga dari saraf-saraf kolinergik di

dalam sistem saraf enterik.

2. Kolesistokinin, yang disekresikan oleh mukosa duodenum

dan jejunum bagian atas ketika makanan masuk ke dalam

usus halus.

3. Sekretin, yang disekresikan oleh mukosa duodenum dan

jejunum bagian atas ketika makanan masuk ke dalam usus

halus.

Page 24: Fungsi Sekresi Sistem Pencernaan

c. Fase-Fase Sekresi Pankreatik

1. Fase Sefalik dan Gastrik

Selama fase sefalik sekresi pankreas, sinyal-sinyal saraf yang

sama dari otak yang menyebabkan sekresi dalam lambung juga

menyebabkan asetilkolin dilepaskan oleh ujung-ujung nervus

vagus dalam pankreas. Hal ini disekresikannya sejumlah enzim

pankreas, kurang lebih 20 % dari total enzim pankreas.

Sedangkan selama fase gastrik, rangsangan saraf terhadap

sekresi enzim berlanjut terus, dan menghasilkan lagi sebanyak 5-

10 % dari enzim pankreas yang disekresikan.

2. Fase Intestinal

Setelah kimus meninggalkan lambung dan masuk ke dalam

usus halus, sekresi pankreas menjadi sangat banyak, terutama

sebagai respon terhadap hormon sekretin.