Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT
G. Papandayan (foto oleh: Yana K. Mei 2009)
KETERANGAN UMUM
Nama Gunungapi : G. Papandayan
Nama Lain : -
Nama Kawah : Kawah Mas, Kawah Nangklak, Kawah Manuk
Nama kawah lain di sekitar G. Papandayan : Tegal ALun-
alun dan Tegal Brungbung.
Lokasi
a. Administrasi
b. Posisi Geografi
:
:
Kabupaten Garut, Jawa Barat
7°19’00" LS dan 107°44'00"BT
Ketinggian : 2665 dpl
Kota Terdekat : Garut
Tipe Gunungapi : Strato tipe A
Pos Pengamatan : Kampung Pusparendeng, Desa Pakuwon, Kec. Cisurupan,
Kab. Garut
Dengan posisi geografi :
07o16’24,25”LS 107o47’28,76”BT
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Jalan pertama, melalui kota, lalu menuju Kecamatan Cisurupandan dari sini
dilanjutkan hingga Kawah Mas. Jalan kedua, melalui Pangalengan, melewati daerah
perkebunan Garut Selatan (Perk. Sedep dan Malabar) hingga perkebunan Cileuleuy, dari
sini dilanjutkan menuju Kawah Mas.
Demografi
Konsentrasi pemukiman penduduk berada di sektor timurlaut, tenggara dan timur-
tenggara yakni di Kecamatan Bayongbong, Cikajang dan Cisurupan. Sedangkan
pemukiman penduduk di sektor utara, baratlaut, barat, baratdaya dan selatan jumlahnya
relatif sedikit.
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
a. Batuan Beku
Cadangan batuan beku cukup berlimpah, berupa lava berkomposisi andesit dan
andesit-basaltik, dimanfaatkan menjadi batu belah dan batu lempengan untuk
keperluan bahan bangunan dan batu hias serta pengerasan jalan dan pembuatan
jembatan.
b. Belerang (Sulfur)
Cadangan belerang (sulfur) cukup berlimpah, terutama di Kawah Mas (puncak
G.Papandayan), dipergunakan untuk pembuatan pupuk. Akses jalan menuju Kawah
Mas sudah beraspal dengan kondisi relatif baik, kecuali antara tempat parkir dan
Kawah Mas.
c. Kaolin
Cadangan kaolin relatif sedikit, terutama terdapat di sekitar G. Walirang, Kawah Mas
dan di sebaran endapan guguran puing (debris avalanche deposit). Biasanya
dipergunakan untuk pembuatan porselin dan obat-obatan.
Wisata
Terdapat di sekitar puncak G. Papandayan, yakni di Kawah Mas. Untuk objek
camping yang cukup representatif, adalah di sekitar Tegal Alun-alun dan Tegal
Brungbung. Panorama alam yang cukup memukau, terdapat di sektor barat, baratlaut dan
utara, terutama karena hamparan perkebunan tehnya.
Bagi penggemar hiking, dapat melakukannya melalui sektor timurlaut, yakni melalu
kampung Panday, melewati Pos Pengamatan G, Papandayan (berposisi di kampung
Pusparendeng), kampung Pangauban (dengan kemiringan lereng relatif kecil, yakni
berkisar antara 5o dan 10o). Dari sini menuju puncak G.Papandayan sektor timurlaut
melewati punggungan berkemiringan lereng antara 30 o dan 45o. Lama perjalanan berkisar
5-6 jam.
SEJARAH LETUSAN
Aktifitas – aktifitas vulkanik gunungapi Papandayan yang pernah tercatat adalah
sebagai berikut :
1772 Pada malam hari tanggal 11 – 12 Agustus terjadi erupsi besar dari kawah sentral dan awan panas yang dilontarkan telah membunuh sekitar 2951 orang dan menghancurkan sekitar 40 perkampungan.
1882 Pada tanggal 28 Mei sore pada waktu hari cerah dan langit terang di Campaka Warna terdengar suara gemuruh di dalam tanah yang diduga berasal dari gunung Papandayan.
1923 Pada tanggal 11 Maret terjadi erupsi yang mengeluarkan lumpur beserta batu – batu yang dilontarkan hingga jarak 150 meter. Terdapat 7 buah erupsidalam kawah Baru dan letusa ini didahului oleh gempa yang terasa di Cisurupan.
1924 Pada tanggal 25 Januari kawah Mas suhunya naik dari 364 0 C menjadi 500
0 C kemudian
terjadi erupsi lumpur di kawah Mas dan kawah Baru. Pada tanggal 16 desember terdengar suara guntur dan ledakan dari kawah Baru, hutan sekitar menjadi gundul karena kejatuhan batu dan lumpur, bahan erupsi terlontar ke arah timur hampir mencapai Cisurupan.
1925 Pada tanggal 21 Februari terjadi erupsi lumpur pada kawah Nangklak yang disusul semburan gas kuat dengan hujan lumpur.
1926 Di kawah Mas terjadi erupsi lumpur kecil bercampur belerang. Di kawah Baru terjadi tiupan kuat yang melontarkan tepung belerang hingga mencapai jarak 300 meter ke arah timur laut danke jurusan barat daya mencapai 100 meter dan diakhiri dengan erupsi lumpur belerang.
1927 Pada tanggal 16 – 18 Februari terjadi kenaikan kegiatan di kawah Mas dan sampai sekarang masih terjadi kepulan asap fumarola dan solfatar serta bualan lumpur air panas.
1942 Pada tanggal 15 – 16 Agustus lahir lubang erupsi baru.
1993 Pada tanggal 17 Juli terjadi ledakan lumpur di kawah Baru.
1998 Bulan Juni terjadi aktifitas vulkanik yang cukup berarti, dengan terjadinya peningkatan jumlah gempa menurut catatan seismik, juga terjadinya semburan lumpur dan gas pada lubang fumarol kawah, yaitu pada kawah Mas, yang mencapai ketinggian kira-kira lima meter.
2002 Dimulai pada tanggal 11 November terjadi peningkatan aktifitas vulkanis di gunungapi Papandayan, erupsi yang besar terjadi di gunungapi Papandayan mulai 13 – 20 November, aktifitas menurun hingga tanggal 21 Desember, akibat dari erupsi ini terjadi longsoran pada dinding kawah Nangklak dan banjir disepanjang aliran sungai Cibeureum gede hingga ke sungai Cimanuk sejauh 7 km, merendam beberapa unit rumah dan menyebabkan erosi besar sepanjang alirannya.
Karakteristik Erupsi
Erupsi G. Papandayan sepanjang sejarah kehidupan manusia sampai saat ini
berupa erupsi freatik sampai freatomagmatik seperti yang terjadi pada tahun 2002
(Gambar di bawah).
110
41
1 1 1 1 1
14
51
5 4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
1772 1882 1923 1924 1925 1926 1927 1928 1942 1993 1998 2002
Tahun Letusan
Ma
sa
Is
tira
ha
t (T
hn
)
Letusan G.Papandayan
Gunung Papandayan termasuk gunungapi tipe A yaitu gunungapi yang pernah
meletus setelah tahun 1600, erupsi yang pernah terjadi di gunungapi Papandayan tercatat
pada tahun 1772 yang menelan korban jiwa sekitar dua ribu jiwa dan melenyapkan
banyak sekali perkampungan di sekitar wilayah gunung Papandayan. Kegiatan yang
terjadi tahun 1772 ini merupakan kegiatan erupsi yang besar dimana sebagian dari
puncak gunung dilontarkan dan melanda daerah seluas lebih kurang 250 km, kegiatan
tersebut diawali dengan dimuntahkannya api yang sangat besar, dan erupsi ini terjadi di
kawah sentral. Awan panas meluncur ke arah timur laut dan sebagian besar dari bahan
erupsi dialirkan oleh sungai Ciparugpug dan Cibeureum ke arah hilir.
GEOLOGI
Morfologi
Pembagian morfologi G. Papandayan (didasarkan atas perbedaan bentuk,
kemiringan lereng, bentuk dan struktur lembah), dipisahkan menjadi: Morfologi Puncak
(G.Papandayan, +2640 m, G. Masigit, +2671 m, Pasir Malang, 2679 m, dan G. Nangklak,
+2474 m, dicirikan dengan dinding tajam dan lembah sempit, erosi kuat, vegetasi lebat);
Morfologi Tubuh (termasuk di dalamnya adalah kawah Brungbrung, Kawah Manuk, Kawah
Nangklah, Kawah Baru dan Lembah Ruslan, dibentuk oleh aliran lava dan endapan aliran
piroklastik, berpola aliran radier; Morfologi Kaki, dicirikan oleh morfologi berelief halus di
sektor timurlaut dan selatan, dan berelief sedang di sektor selatan, dibentuk oleh aliran
lava dan endapan aliran piroklastik, berpola aliran dendrtitik; dan Morfologi Tapalkuda,
merupakan depresi berarah timurlaut mulai dari Kawah Mas hingga Kampung Cibalong
dan Cibodas sebagai hasil dari peristiwa pembentukkan endapan guguran puing (debris
avalanche deposit).
Stratigrafi
Stratigrafi dipisahkan menjadi Produk Primer, terdiri dari Batuan Tersier terdiri dari
andesit, ditemukan di sebelah selatan G. Papandayan; Produk Gunungapi di sekitar G.
Papandayan (endapan jatuhan piroklastik G. Geulis, intrusi G. Kembar, endapan jatuhan
piroklastik dan aliran lava G.Cikuray, endapan jatuhan piroklastik G. Jaya, dan aliran
piroklastik G.Puntang); Produk G. Papandayan (aliran lava, endapan jatuhan dan aliran
piroklastik); Produk Kawah Tegal Alun-alun (aliran lava dan endapan aliran piroklastik);
Produk G. Nangklak (endapan jatuhan piroklastik); Produk Kawah Manuk (endapan
jatuhan piroklastik); dan Produk Kawah Mas (endapan jatuhan piroklastik) dan Produk
Sekunder (endapan guguran puing Kawah Manuk, endapan guguran puing Kawah Mas,
dan lahar).
Struktur Geologi, dipisahkan menjadi struktur sesar dan struktur kawah. Struktur
sesar umumnya berjenis sesar normal, ditemukan di sekitar G.Nangklak, Kawah Tegal
Alun-alun, Kawah Mas dan G.Walirang, serta di lereng baratlaut dan tenggara
G.Papandayan, berarah umum NE-SW, NW-SE. dan NNW-SSE dengan indikasi berupa
breksiasi, kelurusan topografi, zona hancuran Struktur kawah, terdapat di Kawah Mas,
Kawah Manuk, Kawah Brungbrung, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Nangklak, dan Kawah
Baru.
Evolusi Gunungapi G. Papandayan dan sekitar, dimulai dengan pembentukkan
Pegunungan Selatan (tersier), diikuti dengan pembentukkan gunungapi di lsekitar
G.Papandayan (G. Geulis, G. Cikuray, G. Jaya, dan G. Puntang), disusul dengan
pembentukkan tubuh G. Papandayan, menghasilkan kawah Papandayan, Kawah Tegal
Alun-alun, Kawah Nangklak, Kawah Manuk, Kawah Mas, dan Kawah Baru. Pembentukkan
endapan sekunder yang dimanifestasikan dengan endapan guguran puing, terjadi
sebelum tahun 1772 (tersebar di sektor utara-timurlaut, bersumber dari Kawah Manuk)
dan terjadi pada tahun 1772 (tersebar di sektor timurlaut, bersumber dari Kawah Mas).6)
Petrografi
Aliran lava produk G. Papandayan, dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni:
aliran lava berkomposisi basalt augit hipersten (bertekstur aliran pilotaksit, terdiri dari
andesin An56An44 hingga labradorit An46An54, augit, hipersten, olivin, magnetit dalam
masadasar gelas gunungapi) dan aliran lava andesit hipersten augit. 7), 8)
Lava andesit hipersten augit vitrofirik, terdiri dari lava bertekstur vitrofirik, terdiri dari
hipersten, augit, andesin An66An34, dan magnetit dalam masadasar gelas gunungapi;
sebagian terubah (kloritisasi, limonitasasi dan serisitisasi). Di beberapa tempat terdapat
batuan asing (kuarsit dan batulempung mengandung bijih) yang terkungkung dalam lava
andesit hipersten augit.
Lava andesit hipersten augit kriptokristalin, tersusun oleh hipersten, augit, andesin
An66An34, magnetit, dan pigeonit dalam masadasar gelas gunungapi. Sebagian lava yang
terdapat di sekitar Kawah Walirang sudah tidak bisa dikenali lagi, berwarna merah bata,
abu-abu keputihan – cenderung berubah menjadi lempung dan kaolin. 9)
Di daerah kawah, pengaruh hembusan solfatar terhadap aliran lava menghasilkan
endapan lempung dan kaolin bercampur lumpur belerang, sering disertai dengan firit,
lembar-lembar gipsum, limonit dan jarosit. 10)
10) M.Z. Sjarifudin, loc. cit.
GEOFISIKA
Seismik
Monitoring aktivitas G. Papandayan dilakukan secara kontinu dari Pos Pengamatan
G.Papandayan (Kampung Pusparendeng, berposisi di sebelah timurlaut G. Papandayan).
Perlalatan monitoring seismik yang dipakai adalah Seismograph Telemetric System
(Kinemetrics PS-2 type) dengan seismometer yang diposisikan di sekitar Kawah Mas-
Kawah Waliran. Seismik, didominasi oleh gempa vulkanik dangkal (tipe-B), sebagian kecil
berupa gempa tektonik dan gempa vulkanik dalam (tipe-A), serta hembusan gas.
Peningkatan Jumlah gempa tektonik terjadi pada bulan Agustus 1997, disebabkan oleh
efek aktivitas sesar Kendang yang melalui daerah geotermal Kamojang-Darajat.
Data Seismik Numerik dengan Sistem peralatan Balise yang dilakukan pada bulan
Juni 1995, telah merekam 14 buah gempa tektonik dan 2 buah gempa vulkanik. Hasil
analisis spektral bernilai frekuensi maksimum antara 0,9 – 1,3 Hz dengan lokalisasi dan
kedalaman pusat gempa berkisar antara 0,9 – 2 km di bawah titik referensi. 21)
Secara kegempaan aktifitas G. Papandayan selama bulan Desember 2008
mengalami penurunan. Rincian selengkapnya jumlah gempa terlihat pada tabel dan grafik
di bawah ini.
JENIS GEMPA Nopember 2008 Desember 2008
Vulkanik Type-B 30 230
Vulkanik Type-A 5 21
Hembusan - -
Tremor 1 1
Tektonik Lokal 4 20
Tektonik Jauh 52 148
Tektonik Terasa - 2
Vulkanik type T 5 3
Data Kegempaan G. Papandayan Nopember - Desember 2008
G ra fik G e m p a V u lk a n ik G . P a p a n d a y a n
0
20
40
60
80
1 00
1 20
01/0
1/2
008
01/0
2/2
008
01/0
3/2
008
01/0
4/2
008
01/0
5/2
008
01/0
6/2
008
01
/07/2
008
01/0
8/2
008
01/0
9/2
008
01/1
0/2
008
01/1
1/2
00
8
01/1
2/2
008
Ju
mla
h G
em
pa
V A
V B
G ra fik G e m p a T e k to n ik G . P a p a n d a y a n
0
1 0
2 0
3 0
4 0
5 0
6 07 0
8 0
9 0
01/0
1/2
008
01
/02/2
008
01/0
3/2
008
01/0
4/2
008
01/0
5/2
008
01/0
6/2
008
01/0
7/2
00
8
01/0
8/2
008
01/0
9/2
008
01/1
0/2
008
01/1
1/2
008
01
/12/2
008
Ju
mla
h G
em
pa
T L
T J
Grafik Kegempaan G. Papandayan Januari - Desember 2008
Gaya Berat
Pola anomali gayaberat regional G. Papandayan, memberikan gambaran sebaran
densitas batuan dalam yang besar di bagian selatan dan menurun ke arah utara. Bentuk
kontur yang melingkar elipsoidal di bagian tengah memberikan gambaran adanya zona
densitas batuan yang rendah. Pola anomali Bouguer G. Papandayan, memperlihatkan
harga anomali tinggi, seperti halnya anomali magnetik, mendominasi bagian selatan peta.
Hal ini diperkirakan erat kaitannya dengan batuan dasar G. Papandayan, berupa andesit
Pegunungan Selatan, secara vertikal ditutup oleh batuan vulkanik produk erupsi G.
Papandayan yang penyebarannya dicerminkan dalam pola anomali sisa, menutup hampir
seluruh bagian peta.
Terdapat harga anomali rendah dan tinggi yang kontras di sebelah timur kawah. Di
bagian anomali rendah diasumsikan kemungkinannya merupakan bekas kawah G.
Papandayan, saat ini diisi oleh material baru. Ke arah vertikal, harga terendah di bagian
timur kawah terlihat bergerak mendekati kawah sekarang.
Hal ini, mencerminkan kemungkinan adanya perpindahan kawah G. Papandayan
dari timur ke arah barat. Data sebaran episenter gempa, mendukung asumsi di atas.;
sedangkan data permukaan berupa topografi, merupakan pencerminan morfologi yang
ada sekarang. 16)
Berdasarkan penyebaran anomali gayaberat, baik anomali Bouguer maupun
anomali sisa dapat disimpulkan sebagai berikut. 17)
1. Harga anomali tinggi Bouguer yang dominan menempati daerah selatan peta (yang
didukung oleh anomali magnetik tinggi), merupakan pencerminan basement batuan
andesit tua Pegungan Selatan, secara vertikal ditutup oleh produk vulkanik baru.
2. Diperkirakan telah terjadi perpiindahan kawah G. Papandayan dari timur ke arah barat,
secara vertikal ditunjukkan oleh harga anomali rendah Bouguer dan anomali sisa.
Menurut Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi (1999)18), hasil data lapangan
untuk Metoda Gayaberat, adalah:
1. Hasil perhitungan Anomali Bouguer ataupun Anomali Sisa memperlihatkan dua
kelompok anomali, yakni kelompok anomali rendah (negatif) < 0 miligal, terdapat di
bagian selatan, utara, barat dan timurlaut dan kelompok anomali tinggi (positif) > 0
miligal, terdapat di bagian tengah, baratdaya, timurlaut dan tenggara daerah
penyelidikan.
2. Dari hasil interpretasi Anomali Bouguer dan Anomali Sisa dapat disimpulkan bahwa
struktur sesar yang terjadi di daerah penyelidikan terdapat enam buah struktur sesar
yang diperkirakan. Dua sesar berarah hampir utara-selatan (baratlaut-tenggara), dua
buah sesar mengarah baratdaya-timurlaut, dan dua buah sesar berarah baratlaut-
tenggara.
3. Potensi panasbumi di daerah ini tidak dapat diestimasikan dengan data yang ada.
Geomagnet
Penyebaran pola anomali magnetik G. Papandayan, di bagian barat dan tenggara
kawah, berelief magnetik yang tinggi (>45.500 nT) dan secara sporadis terlihat anomali
tinggi membentuk lingkaran-lingkaran kecil, terdapat di bagian timurlaut menyebar ke arah
selatan. Di daerah puncak dan kaki G. papandayan, menunjukkan relief magnetik yang
lebih rendah dari 45.500 nT.
Harga anomali tinggi diperkirakan adanya intrusi magma, baik yang muncul
maupun yang tidak mencapai permukaan dan penyebaran leleran lava, kesemuanya
mempunyai harga susceptibilitas yang tinggi terhadap batuan sekitar. Penurunan drastis
harga kemagnetikan di bagian barat kawah disertai kelurusan kontur utara-selatan,
diperkirakan berasosiasi dengan terdapatnya struktur sesar. Sedangkan harga anomali
magnetik tinggi di bagian tenggara (di daerah Cikajang) dan korelasinya dengan harga
anomali Bouguer di daerah ini yang menunjukkan harga densiti tinggi, diperkirakan akibat
adanya pengaruh daerah andesit tua Pegunungan Selatan.
Topografi bagian selatan G. papandayan, memperlihatkan morgologi perbukitan,
ditunjukkan oleh relief anomali magnetik maupun gayaberat. Sebaran sumber gempa yang
memperlihatkan konsentrasinya di sekitar kawah ke arah timur dan timurlaut dengan arah
struktur saling berpotongan, ditunjukkan oleh kelurusan anomali magnetik di bagian barat
dengan arah utara-selatan dan timur-barat di bagian timur kawah, pada zona anomali
rendah di sekitar puncak. 19)
Berdasarkan analisa metoda magnetik di G. Papandayan, disimpulkan sebagai berikut. 20)
1. Daerah dengan harga anomali magnetik tinggi, kemungkinan berasosiasi dengan
adanya intrusi bawah permukaan maupun adanya leleran lava di permukaan sebagai
produk akhir erupsi gunungapi yang mempunyai susceptibilitas batuan relatif tinggi
dengan produk vulkanik lainnya.
2. Kelurusan dengan arah utara-selatan di bagian barat kawah, diperkirakan karena
pengaruh struktur sesar. Daerah dengan bentuk kontur elipsoidal, diperkirakan karena
pengaruh intrusi batuan dalam.
Geolistrik
Menurut Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi (1999) 23), hasil data lapangan
untuk Metoda Geolistrik, adalah:
1. Nilai tahanan jenis rendah ≤10 Ohm-meter dijumpai di sekitar titik-titik A.9000, C.5000,
C.5500, D.6500, D.7000, dan E.6500 pada bentangan AB/2=1000 meter. Pada
bentangan ini, nilai tahanan jenis rendah berkembang sedikit lebih luas dengan pola
kontur membuka ke arah timurlaut dan selatan. Dari perkembangan nilai tahanan jenis
ini, diperkirakan semakin ke arah timurlaut dan selatan harga tahanan jenisnya semakin
mengecil.
2. Nilai tahanan jenis rendah yang membuka ke arah timurlaut, diperkirakan merupakan
out flow dari G. Darajat, sedangkan di sebelah selatan merupakan pengaruh dari
daerah alterasi akibat aktivitas G. Papandayan. Di bagian lain yang mempunyai nilai
tahanan jenis rendah terdapat di antara Bayongbong dan Cisurupan, diperkirakan
merupakan daerah endapan longsoran puing (debris avalanche deposit) dari G.
Papandayan.
3. Potensi panasbumi di daerah ini tidak dapat diestimasikan dengan data yang ada.
DEFORMASI
Pada tahun 1995, telah dibangun titik ukur (benchmark) baru 12 titik (5 titik untuk
EDM, 5 titik untuk Levelling serta 2 titik untuk EDM dan Levelling. Penempatan titik ukur
lebih difokuskan di sekitar kawah dan memanjang ke arah timur-timurlaut dengan tujuan
dengan tujuan bahwa daerah sekitar kawah akan terdeformasi secara langsung dengan
anggapan bahwa posisi kawah terletak relatif di atas sumber tekanan. Pengukuran EDM di
G.Papandayan dibuat dengan dua sistem jaringan trilaterasi (jaringan trilaterasi puncak
dan kaki, jaringan trilaterasi puncak dan lereng).
Pembangunan titik ukur levelling dilakukan dengan arah radial dari kawah,
dimaksudkan agar apabila terjadi deformasi baik pembumbungan (inflation) maupun
pengkerutan (deflation), maka hasil pemantauan levelling dapat memberikan gambaran
deformasi secara berangsur menjauhi sumber. Sehingga memudahkan di dalam
melakukan interpretasi mengenai kondisi tekanan internalnya (internal pressure).
Perluasan jaringan trilaterasi ke arah timur-timurlaut dimaksudkan agar pengukuran dapat
dilakukan setiap saat, baik dalam keadaan krisis maupun tenang. 22)
GPS
Peta dan hasil perhitungan posisi masing-masing titik ukur secara detil dengan
menggunakan perangkat lunak Leica Geosystem Office (LGO). Ketelitian hasil
penghitungan posisi titik ukur masing-masing sation dengan perangkat lunak Leica
Geosystem Office ini memberikan hasil yang sifatnya pendahuluan tetapi sudah cukup
memadai untuk menunjang program pemantauan deformasi G. papandayan.
Tabel Posisi titik Ukur GPS di G. Papandayan
No Titik Latitude: Longitude: Ellip. Hgt
Reference: POS 7° 16' 24.34470" S 107° 47' 28.80743" E 0.0000 m
Rove
1 Cileuleuy 7° 18' 16.51971" S 107° 42' 00.25638" E 770,7963 m
2 Pondok Saladah 7° 18' 56.05619" S 107° 43' 21.89753" E 1186,0370 m
3 Cisaroni 7° 21' 31.53127" S 107° 44' 27.30621" E 374,8173 m
4 Ponsal (2) 7° 18' 56.05619" S 107° 43' 21.89753" E 1186,0370 m 5 Wanagiri 7° 22' 19.64480" S 107° 42' 52.98788" E 125,4281 m
6 TEGAL ALUN 7° 19' 29.02082" S 107° 43' 31.20735" E 1383,0166 m
7 BKMN 7° 18' 45.44501" S 107° 44' 26.06529" E 978,6342 m
8 DPN0 7° 18' 36.84340" S 107° 44' 11.92482" E 915,5936 m
9 DPN3 7° 18' 45.58189" S 107° 44' 11.51098" E 950,9650 m 10 KAWAH MAS 7° 18' 45.59560" S 107° 44' 11.53559" E 948,4833 m
11 DPN3 7° 18' 14.51851" S 107° 44' 34.27646" E 797,2313 m
12 DPN5 7° 18' 09.75336" S 107° 45' 02.61985" E 658,6139 m
13 KAWH 7° 18' 43.18255" S 107° 44' 02.35318" E 1051,5956 m
14 KMAS 7° 18' 45.59221" S 107° 44' 11.54083" E 948,9531 m 15 NANGKLAK 7° 19' 03.51757" S 107° 43' 37.69246" E 1205,2214 m
16 PARKIR 7° 18' 27.93272" S 107° 44' 19.51281" E 881,7832 m
GEOKIMIA
Kimia Batuan
Lava-lava G. Papandayan dan kerucut sekitarnya mempunyai kisaran silika antara
55,34 – 57,64%. Tidak ditemukan lava-lava yang kaya akan MgO, karena proses
pembentukkan mineral olivin sangat kurang. Kandungan TiO2 umumnya kurang dari 1%,
khas untuk lava busur kepulauan. Tergabung dalam over saturated rocks, hal ini ditandai
dengan munculnya normatif kuarsa seperti hipersten, diopsid dan kuarsa. Besarnya
normatif kuarsa mempunyai kecenderungan yang sebanding dengan kandungan SiO2. 11)
Dari variasi SiO2 dengan K2O (Le Maitre, 1989), lava-lava G. Papandayan dan kerucut
sekitar mempunyai kandungan silika 54,57%, diklasifikasikan sebagai andesit medium-K;
kandungan 63-79%, diklasifikasikan sebagai dasit/riolit medium-K. Kandungan silika dan
potasium lava-lava G. Papandayan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan lava-lava
pada seri Kalk-Alkalin.
Berdasarkan diagram Harker, variasi elemen major antara SiO2 dengan MgO,
menunjukkan korelasi negatif terhadap SiO2, menandakan berkurangnya mineral olivin
dalam batuan seiring dengan bertambahnya kandungan SiO2. Variasi SiO2 dengan alkali
(Na2O + K2O) berbanding terbalik, walaupun makin bertambahnya kandungan alkali dan
silika, makin berkurang olivin pertanda tida terjadi fraksinasi olivin.
Variasi MgO dengan CaO mempunyai korelasi positif, menandakan terjadinya
fraksinasi piroksen. Pada diagram SiO2 dengan TiO2, memperlihatkan trend acak, tidak
ada pengayaan Fe pada seri batuan, kemungkinan terdapat bimodal TiO2 sehingga
titanomagnetit didapat pada semua seri batuan. 12)
Pada tahun 2004, Eka Kadarsetia melakukan penyelidikan petrologi dan geokimia
G. Papandayan. Dari hasil analisa didapat mineral-mineral pembentuk batuan terdiri dari
plagioklas (40-50%), ortho dan klino piroksen (5-7%), mineral-mineral bijih (<2%). Asosiasi
mineral tersebut mencerminkan batuan berjenis basaltik-andesit sampai andesit dengan
konsentrasi SiO2 berkisar antara 53-63%.
Kimia Air
Hasil analisis kimia air menunjukkan bahwa kadar CO2, SO4 dan pH nya
menunjukkan harga yang tinggi. Derajat keasaman air (pH) menunjukkan harga yang
rendah (2,95; 4,60; 3,23). Harga yang diperkenankan untuk keperluan perikanan dan
pertanian berkisar antara 6,50 dan 8,20.. Adanya penurunan pH, kemungkinan besar
disebabkan oleh akibat larutan sulfat yang berasal dari kawah bercampur dengan
beberapa mata air di sekitarnya. Kadar sulfat sebesar 11,50, masih dapat ditemukan di
mata air, hal ini mengindikasikan bahwa sistem perairan di sekitar kawah G. Papandayan
relatif telah dipengaruhi oleh aktivitas solfatara.
Kandungan CO2 dan SO4 dari conto air, mengindikasikan bahwa mata air di Desa
Cisurupan berhubungan dengan aktivitas solfatara G. Papandayan. Mata air tersebut
dapat dipergunakan untuk bahan percobaan monitoring kegiatan kawah tanpa harus
mendaki ke kawah G. Papandayan. 15)
Kimia Gas
Suhu solfatar Kawah Mas berkisar 180° dan 375° C. Acapkali terjadi kenaikan
(hingga 430° C) bahkan terjadi penurunan suhu (hingga 80°-115° C).
Hasil analisis gas vulkanik berbahaya yang diambil dari Kawah Mas I, Kawah Mas
II, Kawah Nagklak dan Kawah Manuk, umumnya melebihi nilai ambas batas/NAB
(permission gas concentration). Kandungan gas CO2, SO2 dan H2S ditampilkan pada tabel
di bawah. 13)
Tabel Kandungan Gas CO2, SO2 dan H2S Kawah Mas I, Kawah Mas II, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk
Dibandingkan dengan NAB (Max. Permission Concentation)
Nama Kawah CO2 (ppm) SO2 (ppm) H2S (ppm)
Kawah Mas I 27.100 7.500 400
Kawah Mas II 25.100 7.600 400
Kawah Nangklak 905.900 79.350 5.000
Kawah Manuk 66.500 10.900 900
Max.permissible concentration 5.000 5 10
Kadar gas yang diditeksi oleh gas ditektor Kitagawa hasilnya dalam tingkat semi
kuantitatif menunjukkan bahwa kadar gas CO, CO2, HCN, AsH3, H2S dan SO2 secara
keseluruhan berada di atas nilai ambang batas (NAB), dengan artian bahwa gas-gas
tersebut sudah pada tingkat membahayakan bagi manusia.
Untuk melihat perkembangan lebih jauh hubungan dengan aktivitas gunungapi,
maka perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik (minimal 3 bulan satu kali). Untuk
keselamatan penduduk maupun pengunjung, agar diusahakan ditempel semacam
pengumuman/penjelasan bahaya gas racun dan bagaimana cara pertolongan pertama
pada keadaan darurat termasuk cara pengamanan/pencegahannya. 14)
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Pemantauan kegiatan G. Papandayan, dilakukan dengan sistem pengamatan
visual dan seismik dari Pos Pengamatan Gunungapi Papandayan yang terletak di
kampung Pusparendeng/Pangadegan, Desa Pakuwon, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten
Garut.
Pemeriksaan kegiatan gunungapi yang tampak di permukaan berupa hembusan
asap, bualan lumpur, konsentrasi H2S, perubahan kegiatan solfatara dan fumarola serta
suhu kawah aktif dilakukan secara berkala oleh petugas pengamat.
Pengamatan seismik dilakukan untuk memantau kegiatan gempa vulkanik dan
tektonik dengan menggunakan satu seismograf. PS-2. Signal gempa yang diterima di G.
Papandayan dikirim secara telemetri ke Pos Pengamatan G. Papandayan di Kampung
Suhu Kawah Mas G. Papandayan 2007 - 8 Mei 2008
200
210
220
230
240
250
260
270
1-J
un
-07
1-J
ul-
07
1-A
ug
-07
1-S
ep
-07
1-O
ct-
07
1-N
ov
-07
1-D
ec
-07
1-J
an
-08
1-F
eb
-08
1-M
ar-
08
1-A
pr-
08
1-M
ay
-08
Su
hu
C
Pangadegan, Desa Pakuwon, Cisurupan-Garut, di lereng timur laut 6 Km dari G.
Papandayan. Selama ini, hasilnya didominasi oleh gempa-gempa tektonik yang
bersumber dari daerah pantai selatan P. Jawa. Pada umumnya kegiatan di setiap kawah
tidak menunjukkan kegiatan yang mencolok.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
G. Papandayan mempunyai kawah aktif yang terbuka ke arah timurlaut, sehingga
kemungkinan bahaya yang akan ditimbulkan apabila terjadi erupsi (terutama erupsi
eksplosif magmatik/preatomagmatik), daerah yang mungkin dilanda terutama yang berada
di arah bukaan (dengan konsentrasi pemukiman relatif besar).
Daerah bahaya G. Papandayan dibagi menjadi Kawasan Rawan Bencana III, II dan I.
a. Kawasan Rawan Bencana III
Merupakan daerah yang terancam oleh awan panas dan aliran lava serta eflata dan lahar.
Daerah ini meliputi daerah timurlaut (daerah bukaan kawah aktif). Pada erupsi 1772,
daerah ini terlanda awan panas dengan korban jiwa dan kerugian harta benda yang besar.
Kampung yang termasuk ke dalam Daerah Bahaya I ini adalah; kampung Pangadegan,
Ciburuy, Cipaniis, Cilimus, Dungus Maung, dan Cipaganti dengan jumlah penduduk
sekitar 6.014 (data 1984).
b. Kawasan Rawan Bencana II
Merupakan daerah yang terancam jatuhan bom gunungapi dan eflata lainnya (jatuhan
piroklastik). Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin, meliputi daerah hampir berbentuk
lingkaran di luar daerah bahaya dengan jari-jari 5 sampai 8 km, berpusat di kawah aktif
(Kawah Mas). Daerah bahaya lontaran ini meliputi 44 kampung (menurut data tahun 1984,
jumlah penduduk di sekitar bahaya lontaran ini sekitar 46.494 jiwa), di antaranya;
kampung Simpang (sebagian), Rancadadap, Pusparendeng (sebagian), Pasirjeungjing,
Panday, Cisaroni, Cisero, dan Cidatar.
c. Kawasan Rawan Bencana I
Merupakan daerah yang terancam bahaya lahar pada musim penghujan (bahaya
sekunder), meliputi daerah yang letaknya berdekatan dengan sungai yang berhulu dari
tepi kawah (daerah puncak) dan secara toopografi, letaknya relatif lebih rendah. Kampung
yang terdapat dalan Daerah Bahaya II ini, adalah; kampung Cipagetaran (sebagian),
Jamban, Cibalong (sebagian), Cipelah, Cempaka, Cimuncang, Garduh (sebagian), Ciraab,
Leles, Cimanuk, Cibuluh, Panagan, Panggilingan, Simpang 1, dan Pasirparung. Jumlah
penduduk yang berada di Daerah Bahaya II ini sekitar 46.494 jiwa (data 1984).
LAIN-LAIN
Ciri Khas G. Papandayan
Adanya pelamparan endapan guguran puing (debris avalanche deposit) bervolume
besar hasil erupsi tahun 1772, tersebar mulai dari daerah puncak sesuai dengan arah
bukaan ke arah timurlaut hingga daerah kampung Cibodas yang berjarak sekitar 18 km
dari puncak G.Papandayan.
Peristiwa pembentukan endapan guguran puing yang terjadi pada tahun 1772 ini,
dimungkinkan karena adanya intensitas proses alterasi hidrotermal cukup besar, dan tidak
tertutup kemungkinan dipicu oleh peristiwa pensesaran yang mengganggu kestabilan dan
kemasifan morfologi di sekitar Kawah Manuk dan Kawah Mas.6)
Peta Situasi
Pengukuran situasi telah dilakukan oleh Tim Topografi Direktorat Vulkanologi (A.R.
Sumailani, Pandi Karnaen, A. Karim, dan E. Sihat) di sekitar sungai Ciparugpug pada
tahun 1989.
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Papandayan
DAFTAR PUSTAKA
Aidil, 1980, Laporan Pemeriksaan Kawah-Kawah G. Papandayan, G. Guntur dan G.Galunggung Bulan Mei 1980; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Anonim, 1934, Archives of Papandayan Volcano 1826-1934. Anonim, 1974, Data Dasar: G. Papandayan, G. Galunggung, G. Guntur, G.
Ciremai, Pegunungan Dieng, G. Merapi, G. Kelut, G. Lamongan dan G. Raung.
Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1986, Pemetaan Geologi G.
Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi., tidak dipublikasikan.
Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1986, Laporan Kemajuan I
Pemetaan Geologi G. Papandayan Bagian Utara; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., Erfan, R.D., Bacharudin, R.,
Suparman, Mulyana, A.R., Hadisantono, R.D., Kusdinar, E., Zaennudin, A., Dana, I.N., dan Suganda, O.K., 1986, Laporan Akhir Pemetaan Geologi G.Papandayan Bagian Utara; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1987, Geologi Gunungapi
Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Proc. PIT XVI IAGI, Bandung, 7-10 Dec. 1987.
Asmoro, P., 1988, The Geology of Papandayan Crater and Future Debris
Avalanche Possibilities, West Java, Indonesia; Victoria University of Wellington, unpublished.
Direktorat Vulkanologi, 1997, Papandayan Volcano (Brosur); Bandung: Direktorat
Vulkanologi, tidak dipublikasikan. Erfan, R.D., Mulyana, A.R., Hadisantono, R.D., Kusdinar, E., Dana, I.N., dan
Suganda, O.K., 1986, Laporan Kemajuan I Pemetaan Geologi G. Papandayan Bagian Timur, Selatan dan Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Farisy, S, dan Suryadi, B., 1986, Laporan Pengamatan Visual G. Papandayan
Bulan Oktober 1986; Bandung: Direktorat Vulkanologi, tidak dipublikasikan.
Frank, D., Lubis, H., and Casadevall, T.J., 1987, Influence of Hydrothermal Alteration on Volcanic Hazards at Papandayan Volcano, West Java, Indonesia; Hawaii Symp. On How Volcanoes Work.
Glicken, H., et.al., 1986, The 1772 Debris Avalanche Eruption of Papandayan
Volcano, Indonesia, and Hazard from Future Similar Events; USGS, open file report, unpublished.
Hadisantono, R.D., 1986, Geologi Sementara G. Papandayan; Berita Geologi
v.18, n.20. Ilyas, M.E., 1987, Laporan Pengamatan G.. Papandayan Bulan September 1987;
Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Ilyas, M.E., 1988, Laporan Pengamatan Visual dan Seismik G. Papandayan;
Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kadarsetia, E., 2004, Petrologi dan Geokimia Gunungapi Papandayan, Jawa
Barat, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Kamid, M., 1986, Analisis Petrokimia dan Gas dari G. Papandayan, Kabupaten
Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kasturian, P., Wikartadipura, S., dan Djadja, A., 1984, Pemetaan Daerah Bahaya
G.Papandayan; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kusuma, D.S., 1999, Laporan Penyelidikan Gayaberat dan Geolistrik Daerah
Panasbumi Nangklak, G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa barat; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Kusumadinata, K., 1970, Sekoleksi Bahan Keterangan Mengenai G.
Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kusumadinata, K., 1970, Konsep: Gunung Papandayan; Bandung: Direkt.
Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L.D., 1979, Data
Dasar Gunungapi; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Manalu, L., Tasman Sihombing, A.J., 1980, Pendataan Kependudukan Dalam
Daerah Bahaya G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Mawardi, R. dkk., 1995, Laporan Petrokimia Batuan G. Papandayan, Garut,
Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Miller, C.D., 1982, Reconnaissance Investigation at Guntur and Papandayan Volcanoes and Kamojang Geothermal Areas, West Java, Indonesia; USGS Project Report Indonesian Investigation.
Mulyadi, M., Hendrasto, M., dan Rosadi, U., 1999, Laporan Pengukuran
Deformasi Levelling G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Palgunadi, S., dan Hidayat, Y., 1999, Laporan Penyelidikan Magnetik G.
Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Palgunadi, S., dan Hidayat, Y., 1999, Laporan Penyelidikan Gaya Berat G.
Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Praja, N.K., dkk., 1995, Laporan Penyelidikan Seismik Numerik di G.
Papandayan dan sekitar, Jawa Barat; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Samud, 1970, Laporan Peninjauan Kawah G. Papandayan dan Sekitarnya Bulan
Mei 1970; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Samud, 1970, Laporan Lanjutan Peninjauan Kawah G. Papandayan dan
Sekitarnya Bulan Juni 1970; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Sjarifudin, M.Z., 1985, Analisis Petrologi dan Pemeriksaan Petrografi Lava G.
Papandayan dan sekitarnya, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Sjarifudin, M.Z., 1986, Laporan hasil Penyelidikan Petrokimia Batuan G.
Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Setiawan, T., Yayo, Y., dan Karyana, 1998, Inventarisasi Potensi Wisata G.
Papandayan dan Sekitarnya, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Smithsonian Institution, 1998, Papandayan: Minor Phreatic Explotion Eject Mud and Gas on 23 June; Bull. Of the Global Volc. Network vol. 23, no.7, July 1998: 3.
Sriwana, T., 1989, Laporan Penyelidikan Geokimia G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Stehn, E., 1935, Vulkanische Verschijnselen in Netherlands Indies in 1938
(Papandayan); Samengesteld Volgen het “Bull. of the Netherlands Indies Vulkanol. Surv.
Stehn, E., 1938, Vulkanische Verschijnselen in Netherlands Indies in 1938 (Papandayan); Samengesteld Volgens het “Bull. of the Netherlands Indies Vulkanol. Surv.
Subagiyo, Sugiri, A, dan Hidayata, U.S., 1984, Laporan Pemeriksaan Kawah dan
Pengukuran Suhu G. Papandayan dan G. Guntur; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Suganda, O.K. Yohana, T., dan Hidayati, S., 1995, Penyelidikan Deformasi di
G.Papandayan dengan menggunakan Metoda EDM dan Leveling; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Suherman, E., Suryadi, D., dan Sukadi, D., 1984, Laporan Pemeriksaan Kawah
dan Pengukuran Suhu G. Papandayan, dan G. Guntur, Jawa Barat, 23-28 Mei 1984; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Sumailani, A.R., Karnaen, P., Karim, A., Sihat, E., 1989, Pengukuran Situasi
sekitar K.Ciparugpug (G. Papandayan), Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Suparman, 1988, A Study of 1772 Debris Avalanche Deposits of Papandayan
Volcano, West Jawa, Indonesia; Victoria University of Wellington, unpublished.
Supramono, 1988, Laporan Kegiatan Pendataan dan Penyuluhan Vulkanologi G.
Guntur dan G.Papandayan, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Supramono, 1990, Laporan Kegiatan Pendataan dan Penyuluhan Vulkanologi
G.Papandayan, G.Kelut, dan G. lamongan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Supramono, 1990, Koleksi Data Aktivitas dan Informasi Gunungapi Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Supartono, H., 1990, Laporan Penyelidikan Aktivitas G. Papandayan; Bandung:
Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Suratman, 1972, Laporan Peninjauan G. Papandayan dan G. Galunggung;
Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Surono, Handayani, G., Triastuti, H., 1998, Low Frequency Earthquakes
(Hydraulic Fractuation) of Papandayan Volcano; Proc. Of Sym. On Japan-Indo. IDNDR Proj. Volc. Tect., Flood and Sediment Hazards 1998: 137-146.
Suantika G, 2004, Jurnal Volcanic Activity, Seismicity Of The 2002 Papandayan Eruption, Direktorat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, 2004: 73 – 83.
Sitinjak P, dkk, 2005, Laporan Inventarisasi Sifat Kimia Air/Gas G. Papandayan,
Jawa Barat, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Taverne N.J.M., 1925, Noteworthy Eruption of Papandayan; published report;
Geologigische Mijnbouwkundig Genootschap, Verh. Geol. Serie, v.8, 1925: 481-482.
Taverne N.J.M., 1925, Volcano Report, XLII Papandayan Volcano; published
report.; N.T.V. Ned. Indie, pt.85: 2, 1925: 102-205. Taverne N.J.M., 1925, Temperature Observations of Papandayan Volcano:
Extension and Intensity of the Gas Development at Papandayan Volcano; published report.
Taverne N.J.M., 1925, The Eruption in Kawah Baru G. Papandayan in 1925. Taverne N.J.M., 1925, The Activity in Kawah Nangklak, G. Papandayan,
December 1924-March 1925. Tim Seismik, 1998, Laporan Penyelidikan Kegiatan G. Papandayan
Menggunakan Metoda Seismik; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi, 1999, Laporan Penyelidikan Gayaberat dan Geolistrik Daerah Panasbumi Nangklak, G. Papandayan, Kabupaten Daerah TK. II Garut, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Van Padang, N.M., 1929, The Northern Breakthrough in the Papandayan Crater
Wall; De Mijningenieer, 10 e jg., no. 3, March 1929: 1-9. Van Padang, N.M., 1934, Het Temperatuur Verloop in den Krater van den
Papandayan; published report. Van Padang, N.M., 1936, Gesteente van den Papandayan; published report. Van Padang, N.M., 1963, The Temperatures in The Crater Region of Some
Indonesian Volcanoes Before The Eruption; The Phreatic Eruption of Papandayan Volcano in 1923-1925; Bull. Volc. Tome XXVI, 1963: 330-331.
Verbeek R.D.M., 1896, The Eruption of 1772 (Papandayan); Description
Geologique de Java et Madoera, 1896: 713-788.