Upload
sonia-mendrofa
View
226
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut
Oleh kelompok III
Definisi
ASKEP Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF)
adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia. (Davidson 1984).
Klasifikasi GGA dapat dibagi dalam tiga katagori utama, yaitu :
Prarenal
Renal
Postrenal
Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal ginjal akut(Dongoes):
Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
Stadium Oliguria, Volume urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak
Stadium III. Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya
Manifestasi Klinis
Perubahan haluaran urine (haluaran urin sedikit, mengandung darah dan gravitasinya rendah (1,010) sedangkan nilai normalnya adalah 1,015-1,025)
Peningkatan creatinin
Kelebihan volume cairan
Hiperkalemia
Serum calsium menurun, phospat meningkat
Asidosis metabolik
Anemia
Mual persisten, muntah dan diare
Nafas berbau urin
Manifestasi sistem syaraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejang
Pemeriksaan Penunjang
Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein.
Arteriogram ginjal
Biopsi ginjal
Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum, Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.
KUB Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi .
Pielografi retrograde
Sistouretrogram berkemih
Ultrasono ginjal
Endoskopi ginjal nefroskopi
EKG
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum adalah:
Kelainan praginjal
Kelainan pasca ginjal
Kelainan ginjal
. Penatalaksanaan gagal ginjal
Mencapai & mempertahankan keseimbangan natrium dan air
Memberikan nutrisi yang cukup
Mencegah dan memperbaiki infeksi
Mencegah dan memperbaiki perdarahan saluran cerna
Dialisis dini atau hemofiltrasi sebaiknya tidak ditunda sampai ureum tinggi, hiperkalemia, atau terjadi kelebihan cairan
Komplikasi
Jantung : edema paru, aritmia, efusi pericardium
Gangguan elektrolit : hyperkalemia, hiponatremia, asidosis
Neurlogi : iritabilitas neuromuskuler, flap, tremor, koma, gangguan kesadaran, kejang
Gastrointestinal : nausea, muntah, gastritis, ulkus, peptikum, perdarahaan gastrointestinal
Hematologi : anemia, diathesis hemoragik
Infeksi : pneumonia, septikemis, infeksi nosocomial
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT
Pengkajian Anamnesis
Riwayat Kesehatan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan Medis
Analisa Data
SymptomEtiologi Problem DS:-DO:-perubahan pola kemih,warna urin pekat,penurunan urine output 600 ml/hariLaboratorium : nilai hematokrit dan protein serum meningkat, BUN/Kreatinin menurun1. Monitoring status cairan (turgor kulit, membran mukosa, urine output)2. Auskultasi TD dan timbang berat badan.3. Programkan untuk dialysis.4. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur.5. Kolaborasi Pertahankan pemberian cairan secara intravena1. Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine, monitoring yang ketat pada produksi urine 8 mEq/L atau perubahan EKG yang lanjut)8. Kalsium glukonat 10% sebanyak 10 ml diinfus IV perlahan-lahan selama 2-3 menit dengan pantauan EKG, efeknya terlihat dalam waktu 5 menit, tetapi hanya bertahan sekitar 30 menit.9. Glukosa 10% dalam 500 ml dengan 10 U insulin regular akan memindahkan K+ ke dalam sel; efeknya terlihat dalam waktu 30 menit dan dapat bertahan beberapa jam.10. Natrium bikarbonat 44-88 mEq IV akan memperbaiki asidosis dan perpindahan K+ ke dalam sel; efeknya terlihat dalam waktu 30 menit dan dapat bertahan beberapa jam.Tujuan : perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal.Kriteria evaluasi :- Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kajang, GCS 4,5,6, pupil isokor, refleks cahaya (+).- Tanda-tanda vital normal (nadi 60-100 kali/menit, suhu : 36-36,70C, pernapasan 16-20 kali/menit),- serta klien tidak mengalami defisit neurologis seperti : lemas, agitasi, iritabel, hiperefleksia, dan spastisitas dapat terjadi hingga akhirnya timbul koma, kejang1. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.2. Monitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati pada hipertensi sistolik.3. Bantu klien untuk membatasi muntah dan batuk. Anjurkan klien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.4. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.6. Monitor kalium serum1. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.2. Pada keadaan normal, autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik yang dapat berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskular serebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik, sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan pejralanan infeksi.3. Aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau mengubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava.4. Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan potensial terjadi perdarahan ulang.5. Rangsangan aktivitas yang meningkatkan dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketegangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasusu stroke hemoragik/perdarahan lainnya.6. Hiperkalemi terjadi dengan asidosis, hipokalemi dapat terjadi pada kebalikan asidosis dan perpindahan kalium kembali ke sel.Tujuan : perawatan risiko kejang berulang tidak terjadiKriteria evaluasi :-Klien tidak mengalami kejang1. Kaji dan catat faktor-faktor yang menurunkan kalsium dari sirkulasi.2. Kaji stimulus kejang.3. Monitor klien yang berisiko hipokalsemi.4. Hindari konsumsi alkohol dan kafein yang tinggi.Kolaborasi pemberian terapi5. Garam kalsium parenteral6. Vitamin D7. Tingkatan masukan diet kalsium.8. Monitor pemeriksaan EKG dan laboratorium kalsium serum1. Penting artinya untuk mengamati hipokalsemia pada klien berisiko. Perawat harus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila hipokalsemia hebat.2. Stimulus kejang pada tetanus adalah rangsang cahaya dan peningkatan suhu tubuh.3. Individu berisiko terhadap osteoporosis diinstruksikan tentang perlunya masukan kalsium diet yang adekuat; jika dikonsumsi dalam diet, suplemen kalsium harus dipertimbangkan.4. Alkohol dan kafein dalam dosis yang tinggi menghambat penyerapan kalsium dan perokok kretek sedang meningkatkan ekskresi kalsium urine5. Garam kalsium parenteral termausk kalsium glukonat, kalsium klorida, dan kalsium gluseptat. Meskipun kalsium klorida menghasilkan kalsium berionisasi yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan jumlah akuimolar kalsium glukonat, tetapi cairan ini tidak sering digunakan karena cairan tersebut l ebih mengiritasi dan dapat menyebabkan peluruhan jaringan jika dibiarkan menginfiltrasi6. Terapi vitamin D dapat dilakukan untuk meningkatkan absorpsi ion kalsium dari traktus GI7. Tingkatan masukan diet kalsium sampai setidaknya 1.000 hingga 1.500 mg/hari pada orang dewasa sangat dianjurkan (produk dari susu: sayuran berdaun hijau; salmon kaleng, sadin, dan oyster segar)8. Menilai keberhasilan intervensiEvaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi adalah sebagai berikut:
Defisit volume cairan teratasi
Pola napas kembali efektif
Tidak terjadi penurunan curah jantung
Peningkatan perfusi serebral
Tidak terjadi aritmia
Tidak terjadi kejang
Pasien tidak mengalami defisit neurologis
Asupan nutrisi tubuh terpenuhi
Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
Kecemasan berkurang.
Selesai