72
GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Annisa Luthfi Hapsari NIM: 11141030000092 PROGAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2017 M

GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

  • Upload
    doanh

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT

BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSU KOTA

TANGERANG SELATAN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Annisa Luthfi Hapsari

NIM: 11141030000092

PROGAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2017 M

Page 2: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif

Hidayatullah lakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah lakarta.

Ciputat, 27 Ok1Lober 2017

Annisa Luthfi Hapsarr

Page 3: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

LE1VIBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

GAMBARAN TAKTOR RISIKO I}AI\ LAMA RAWAT BAYI

BERAT LAHIR RENI}AH I}I RSU KOTA TANGERAI{G

SELATAN

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter, Falcultas

Kedokleran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Geiar Sarjana Kedokteran (S.ked)

OLEH:Annisa Luthfi IlausariNIM: 11141030000092

Pembimbing I Femhimbing II

dr. Yanti Susianti, SpA {K) Dr. dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS, SpGK

NIP.19720530 200501 2 A07 Nrp. 19730725 20A80t 2 009

111

Page 4: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

LEN{BAR PENGES..\TIAN

Laporan Penelitian berjudul GAN'IBAR.\N FAI{TOR RISIKO DAN LAN,IAfu\WAT BAYI BERAT LT\IIIR RENDT\I{ Dt TTSU KOTA TANGERANGSEL.\TAN yang diajukan oleh ANNIS.rr. LUTFIFI HAPSARI (NIM11141030000092), telah diujikan dalam sidang cli Fakultas Kedokteran dan IlmuKesehatan pada24 Oktober 2017. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salahsatu syarat n.iemperoleh geiar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Frograrn StudiKeclokteran dan Pendidikan Dokter.

Ciputat, 24 Oktober 201 7

DEWAN PE}{CTIJI

KetuqSidirrr3

h$,

ff,',;Li;il1HtL;:)lembimbing I PembiPrbing ll

dr. yanti $r,,, ar^,*, Dr. clr. Francisca #*r*idjaja, MS, SpGK

Nip. 19720530 200501 2 ooj NIP. 19734725 200801 2 009

guji I Penguji II

l\IP. 1976121\7 200S0r 2 01s NIP. 19540406 198111 1 001

PEN{IN{PIN FAKT]LTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSKPD

Prof. Dr. H.Arif Sumantri.

h /I*'*dr. Riva Or[r, SpA, M.Kcs dr. Mukhtar lkhsan, SpP (K). MARS

NiP.FICS, FACS1 001

Nouval ahab, Sp.U, Ph.D,

1972t103 200604

Page 5: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

v

v

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Alhamdulillahirabbill’aalamin, puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah

SWT karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Rasulullah

Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Penelitian ini tentunya tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bimbingan,

bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan

rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dr. Nouval Shahab,

Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi

Dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh tenaga

pendidik yang selalu membimbing dan memberikan arahan selama menjalani

masa pendidikan di PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr Yanti Susianti, SpA (K) dan Dr. dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS, SpGK

selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing, mengarahkan, dan

memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. dr Riva Auda, SpA, M.Kes dan dr Mukhtar Ikhsan, SpP (K), MARS selaku dewan

penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberi kesempatan dalam

penyajian hasil penelitian ini.

4. Bapak Chris Adhiyanto, S.Si., M.Biomed., Ph.D. selaku penanggungjawab modul

riset.yang selalu mengarahkan dan membimbing modul riset.

5. dr. Arum Gunarsih, SpA (K) yang telah membantu, mengarahkan, dan

membimbing selama melakukan penelitian ini di RSU Kota Tangerang Selatan.

6. Kedua orang tua, Bapak dan Ibu, serta saudara penulis, Hanif Fatih W, Mohamad

Walid K, Mukhlis Irfan P, Nasiti Yusrin H, dan Imam Faqih Utomo yang

memberikan semangat dan doa tanpa henti.

Page 6: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

vi

vi

7. Teman seperjuangan, M. Abdurrahman Faris yang telah bekerjasama dalam

persiapan dan penyelenggaraan penelitian ini.

8. Sahabat-sahabat penulis seperjuangan, Annisa Tsania, Dewi Mutiara, Irfiani Nur

A, Izzatul Hanifa, Rahmawati Ayu, Thalia Audina, yang telah memberikan

semangat dan motivasi selama pelaksanaan penelitian ini.

9. Sahabat-sahabatku, Adinda Rizky, Atika Putri, Audia Anjani, Devin Bramanda,

Jildra Annisa, Madina Nailufar, Nadhila Rianda, Nasya Shavrilia, Natalia Nyimas,

Nezela Ardiani, Risa Yunisari, Sharfina Ghaisani, Thalia, Vinny Desyagarini, dan

Windy Putri.

10. Seluruh Mahasiswa PSKPD, kakak-kakak, teman-teman, adik-adik dan alumni

yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

11. Staf FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ikut membantu pelaksanaan

penelitian.

12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Saya menyadari penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga penelitian ini dapat terus

dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai pihak.

Ciputat, Oktober 2017

Penulis

Page 7: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

vii

vii

ABSTRAK

Annisa Luthfi Hapsari. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Gambaran Faktor Risiko dan Lama Rawat Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah

Sakit Umum Kota Tangerang Selatan. 2017.

Latar Belakang: Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi salah satu masalah

kesehatan yang serius di berbagai negara, terutama di negara berkembang. Kejadian

BBLR merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kematian perinatal.

Insiden BBLR di Provinsi Banten terjadi sebanyak 9,7-10% dan menduduki peringkat

ke-15 di Indonesia. Lama rawat adalah berapa hari lamanya seorang pasien dirawat

inap pada suatu periode perawatan. BBLR cenderung akan mengalami lama rawat lebih

panjang dibandingkan dengan bayi berat lahir normal, dikarenakan belum

sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan: untuk mengetahui

gambaran faktor risiko BBLR dan lama rawat BBLR. Metode: penelitian ini dilakukan

dengan metode consecutive-sampling dari data sekunder BBLR di RSU Kota

ynhjTangerang Selatan pada bulan Januari-Juli 2017. Hasil: angka kejadian BBLR

terbanyak pada kelompok ibu dengan persalinan SC, usia 20-35 tahun, tingkat

pendidikan SMA/SMK, kunjungan ANC 4 kali, paritas multipara, dan jarak kehamilan

sebelumnya ≥2 tahun, kelompok bayi terbanyak bayi laki-laki, APGAR skor menit ke-

5 7-10, usia gestasi 33-36 minggu, berat lahir 1500-2499 gram, dan riwayat infeksi.

Kejadian lama rawat terbanyak terjadi pada lama rawat > 7 hari. Hasil penelitian

terdapat hubungan antara riwayat penyakit ibu (p = 0,044) dengan r = 0,176

hubungannya adalah sangat lemah, berat badan lahir rendah <2500 gram (p = 0,000)

dengan r = 0,366 hubungannya adalah lemah, usia gestasi <37 minggu (p = 0,002)

dengan r = 0,301 hubungannya adalah lemah, dan riwayat infeksi bayi (p = 0,003)

dengan r = 0,236 hubungannya adalah lemah terhadap lama rawat BBLR.

Kesimpulan: terdapat hubungan antara lama rawat BBLR terhadap faktor risiko

riwayat penyakit ibu, berat badan lahir, usia gestasi, dan riwayat infeksi bayi.

Kata kunci: BBLR, faktor risiko BBLR, lama rawat BBLR

Page 8: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

viii

viii

ABSTRACT

Annisa Luthfi Hapsari. Study Program of Medical Education. The Incidence of

Risk Factors Low Birth Weight and Length of Stay in Kota Tangerang Selatan

General Hospital. 2017.

Background: Low birth Weight (LBW) is still one of a serious problem in many

countries, especially in developing countries. The occurrence of LBW is one of the

factors causing perinatal death. The incidence of LBW in Banten province is

approximately between 9.7-10% and it is the 15th highest among other provinces in

Indonesia. LBW will have length of stay longer than babies with normal birth weight,

due to the imperfection of both anatomy and physiology. Objective: the purpose of this

study was to determine the description of LBW risk factors and length of stay infants

with LBW. Method: this research was conducted by consecutive-sampling method

based on secondary data of LBW infants at South Tangerang City General Hospital in

January-July 2017. Results: this study found that the highest rate of LBW incidence in

the group mother with SC, age 20-35 years, SMA, ANC visit 4 times, multipara, and

previous gestation distance ≥2 years, babies mostly male, APGAR score 5th minutes 7-

10, gestational age 33-36 weeks, birth weight 1500-2499 grams, and history of

infection. The highest incidence of length of stay occurred more than 7 days. Based on

the results, there was a correlation between the history of maternal disease (p = 0,044)

with r = 0,176 the relation was very weak, birth weight less than 2500 gram (p = 0,000)

with r = 0,366 the relation was weak, gestational age less than 37 weeks (p = 0,002)

with r = 0,301 the relation was weak, and history of infant infection (p = 0,003) with

r = 0,236 the relation was weak with length of stay LBW. Conclusion: there is a

correlation between length of stay LBW with risk factors of history of mother with

severe preeclampsia, birth weight, gestational age, and history of infant infection.

Keywords: LBW, LBW risk factors, length of stay LBW

Page 9: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

ix

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................... vii

ABSTRACT ............................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3

1.3.1. Tujuan umum .......................................................................................... 3

1.3.2. Tujuan khusus ......................................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

1.4.1. Bagi Peneliti ............................................................................................ 4

1.4.2. Bagi Institusi ........................................................................................... 4

1.4.3. Bagi masyarakat ...................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5

2.1. Kajian Islam ................................................................................................... 5

2.2. Fisiologi Neonatus ......................................................................................... 6

2.2.1. Periode Embrionik dan Janin .................................................................. 6

2.2.2. Faktor yang mempengaruhi fisiologi neonatus ....................................... 6

2.2.3. Cairan Amnion ........................................................................................ 6

2.2.4. Sistem Respirasi ...................................................................................... 7

2.2.5. Jantung dan Sirkulasi Darah ................................................................... 9

2.2.6. Sistem Gastrointestinal ........................................................................... 9

2.2.7. Sistem Ginjal ......................................................................................... 10

2.2.8. Sistem Saraf .......................................................................................... 10

Page 10: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

x

x

2.2.9. Kelenjar Endokrin ................................................................................. 11

2.2.10. Pembentukan Kelamin ........................................................................... 12

2.3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ............................................................... 12

2.3.1. Definisi .................................................................................................. 12

2.3.2. Epidemiologi ......................................................................................... 13

2.3.3. Patofisiologi BBLR ............................................................................... 14

2.3.4. Faktor Risiko BBLR dan Lama Rawat ................................................. 14

2.4. Lama Rawat ................................................................................................. 22

2.4.1. Definisi .................................................................................................. 22

2.4.2. Faktor yang mempengaruhi Lama Rawat ............................................. 22

2.4. Kerangka Teori............................................................................................. 23

2.6. Kerangka Konsep ......................................................................................... 24

2.7. Definisi Operasional..................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 31

3.1 Desain Penelitian .......................................................................................... 31

3.2 Wwaktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 31

3.2.1. Waktu penelitian ........................................................................................ 31

3.2.2 Tempat penelitian ....................................................................................... 31

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 31

3.3.1. Populasi Target .......................................................................................... 31

3.3.2. Populasi Terjangkau .................................................................................. 31

3.3.3. Teknik Pemilihan Sampel & Besar Sampel ............................................... 31

3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subjek Penilitian ......................................... 33

3.4 Cara Kerja Penelitian ................................................................................... 34

3.5 Manajemen Data .......................................................................................... 34

3.5.1. Pengolahan data ............................................................................................. 34

3.5.2. Analisis Data ................................................................................................. 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 36

4.1. Deskripsi Hasil dan Pembahasan ................................................................ 36

4.1.1. Karakteristik Sampel Ibu...................................................................... 36

4.1.2. Karakteristik Sampel Bayi ................................................................... 42

4.1.3. Proporsi Berat Badan Lahir Rendah .................................................... 44

4.1.4. Proporsi Lama Rawat BBLR ............................................................... 44

Page 11: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

xi

xi

4.2. ANALISIS BIVARIAT ........................................................................ 45

4.2.2. Hubungan Lama Rawat BBLR terhadap Faktor Risiko Bayi .............. 46

4.3. Keterbatasan penelitian ................................................................................ 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 50

1.2. Simpulan ...................................................................................................... 50

1.3. Saran ............................................................................................................. 50

1.3.1. Untuk penelitian selanjutnya ................................................................. 50

1.3.2. Untuk RSU Kota Tangerang Selatan .................................................... 51

1.3.3. Untuk masyarakat.................................................................................. 51

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 52

Lampiran 1 .................................................................................................................... 57

Lampiran 2 .................................................................................................................... 58

Page 12: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

xii

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria APGAR Skor ................................................................................... 21

Tabel 2.2 Definisi Operasional ..................................................................................... 25

Tabel 4.1 Gambaran Kejadian BBLR dengan Faktor Risiko Ibu ................................. 36

Tabel 4.2 Gambaran Kejadian BBLR dengan Riwayat Penyakit Ibu .......................... 39

Tabel 4.3 Gambaran Kejadian BBLR dengan Faktor Risiko Plasenta ......................... 41

Tabel 4.4 Gambaran Kejadian BBLR dengan Faktor Risiko Bayi ............................... 42

Tabel 4.5 Gambaran Kejadian BBLR Berdasarkan Berat Badan Lahir ....................... 44

Tabel 4.6 Gambaran Kejadian Lama Rawat BBLR ..................................................... 44

Tabel 4.7 Hubungan Riwayat Penyakit Ibu dengan Lama Rawat ................................ 45

Tabel 4.8 Hubungan Faktor Plasenta dengan Lama Rawat .......................................... 46

Tabel 4.9 Hubungan Faktor Risiko Bayi dengan Lama Rawat .................................... 49

Page 13: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

xiii

xiii

DAFTAR SINGKATAN

α-MSH α melanocyte stimulating hormone

A Aterm

ACTH Adrenocorticotropic Hormone

ANC Antenatal Care

AVP Arginine Vasopresin

BBLASR Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah

BBLR Bayi Berat Lahir Rendah

BBLSR Bayi Berat Lahir Sangat Rendah

EGF Epidermal Growth Factor

EP Extremely preterm

FSH Follicle Stimulating Hormone

hCG Human Chorionic Gonadotropin

IMT Indeks Massa Tubuh

KMK Kecil Masa Kehamilan

LH Luteinizing Hormone

LOS Length of Stay

MMP Matriks Metalloproretinase

MLP Moderate to late preterm

NICU Neonatal Intensive Care Unit

NKB-SMK Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan

PEB Preeklampsia Berat

Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan

PJT Pertumbuhan Janin Terhambat

RDS Respiratory Distress Syndrome

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

RSU Rumah Sakit Umum

SGA Small for Gestational Age

SMA/SMK Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan

TDF Testis Determining Factor

TNF Tumor Necrosis Factor

TSH Thyroid Stimulating Hormone

VP Very preterm

WHO World Health Organization

Page 14: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

xiv

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin dari RSU Kota Tangerang Selatan ........................................... 70

Lampiran 2 Riwayat Penulis ......................................................................................... 71

Page 15: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah keadaan bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram. Hingga saat ini BBLR masih menjadi masalah kesehatan penting

di negara-negara berkembang. Prevalensi BBLR berbeda dari 5-7% persen di

negara maju dan 19% di negara berkembang.1 Penelitian Villar dkk melaporkan

bahwa angka kejadian BBLR di negara berkembang empat kali lebih besar

dibandingkan di negara maju. BBLR memiliki risiko kematian 40 kali lebih besar

dibandingkan bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram pada periode neonatal,

sedangkan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) memiliki risiko kematian

neonatal 200 kali lebih tinggi.2

Persentase BBLR berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013

sebesar 10,2% lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar 11,1%. Angka

kejadian tertinggi BBLR terdapat di provinsi Sulawesi Tengah sebesar 16,9% dan

angka terendah di Sumatera Utara sebesar 7,2%. Persentase BBLR pada perempuan

sebanyak 11,2% lebih tinggi dibandingkan laki-laki 9,2%.3 Berdasarkan hasil

Riskesdas tahun 2013, angka kejadian BBLR di Provinsi Banten masih cukup

tinggi yaitu 9,7-10% dan menduduki peringkat ke-15 di Indonesia.3 Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Sulistiani K di wilayah kerja Puskesmas Kota

Tangerang Selatan pada bulan Januari 2012 – April 2014 didapatkan hasil bahwa

kejadian BBLR sebanyak 95 bayi.4

Salah satu penyebab BBLR adalah pertumbuhan janin terhambat (PJT) yang

sering terjadi di negara berkembang, sedangkan di negara maju penyebab utama

BBLR adalah prematuritas.5 Faktor lain yang dapat menyebabkan BBLR adalah

faktor yang berasal dari ibu seperti riwayat usia, jumlah paritas, riwayat kelahiran

BBLR sebelumnya, status sosial ekonomi rendah, rendahnya tingkat pendidikan

ibu, tidak ada perawatan antenatal, merokok, konsumsi alkohol, penggunaan

narkoba, stress fisik maupun psikologis, berat badan sebelum hamil rendah ( < 45

Page 16: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

2

kg), preeklampsia berat, infeksi, hipertensi, dan kenaikan berat badan selama hamil

kurang ( < 10 kg).5 Terdapat faktor dari bayi sendiri seperti cacat bawaan lahir dan

kelahiran kembar atau lebih dari dua.5,6 Faktor plasenta juga dapat menyebabkan

terjadinya BBLR seperti ketuban pecah dini dan plasenta previa. 7,8

Masalah yang dapat timbul akibat BBLR adalah peningkatan risiko untuk

terserang infeksi, malnutrisi, dan kegagalan pertumbuhan. Masalah yang sering

terjadi pada BBLR adalah gangguan pada sistem pernapasan, susunan saraf pusat,

kardiovaskular, hematologi, gastrointestinal, ginjal, dan termoregulasi.9 Sebagian

besar BBLR dengan berat badan lahir lebih dari 1500 gram tidak memerlukan

perawatan intensif. Tanpa penanganan yang adekuat, keadaan BBLR dapat

memburuk sehingga perlu perawatan yang lebih intensif di neonatal intensive care

unit (NICU).10

Lama rawat atau lama hari rawat atau length of stay (LOS) merupakan berapa

hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada suatu periode perawatan.11

Perawatan lama di Rumah Sakit akan meningkatkan risiko terjadinya hospital

acquired infection (HAI) dan meningkatkan biaya yang dikeluarkan untuk

perawatan selama di Rumah Sakit, serta meningkatkan stress pada ibu.12-14 HAI

adalah infeksi yang dialami pasien pada saat dirawat di Rumah Sakit, sebagian

besar HAI secara klinis terjadi antara 48 jam hingga empat hari sejak pasien di

rawat di rumah sakit.15 Tissen melakukan penelitian di dua negara yaitu di Jepang

dan Kanada, yang mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi LOS

menunjukkan bahwa faktor usia, jenis kelamin, jenis intervensi, jenis penyakit,

faktor klinis dan non klinis, bahkan budaya, menyebabkan perbedaan besar pada

LOS antara kedua negara ini.16 Rawat inap yang terlalu lama akan meningkatkan

biaya rawat di rumah sakit, sementara rawat inap yang kurang akan menyebabkan

hasil yang tidak memuaskan dalam perawatan.17

BBLR cenderung akan mengalami lama rawat lebih panjang dibandingkan

dengan bayi berat lahir normal, dikarenakan belum sempurnanya organ-organ

dalam tubuh baik anatomi maupun fisiologi sehingga lebih mudah terjadinya

masalah atau kelainan yang berakibat lama rawatnya semakin panjang.18

Page 17: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

3

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian di RSU Kota

Tangerang Selatan untuk mengetahui gambaran faktor risiko dan lama rawat

BBLR. Sesungguhnya sakit dan sembuh berasal dari Allah SWT, karenanya

sebagai manusia sudah seharusnya meminta kesembuhan kepada Allah SWT.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah bagaimana gambaran faktor risiko dan lama rawat BBLR di RSU Kota

Tangerang Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran faktor risiko dan lama rawat BBLR di RSU Kota

Tangerang Selatan.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui faktor risiko BBLR dari ibu meliputi: usia, pendidikan,

antenatal care, jumlah paritas, jarak kehamilan sebelumnya, riwayat

persalinan, riwayat penyakit ibu (diabetes melitus, hipertensi, preeklampsia

berat, eklampsia, infeksi, anemia, oligohidramnion, ketuban pecah dini, dan

perdarahan),

2. Untuk mengetahui faktor risiko BBLR dari bayi meliputi jenis kelamin,

berat badan lahir, usia gestasi, lahir kembar, skor APGAR menit ke-5,

riwayat infeksi (sepsis, sifilis, pneumonia, perdarahan saluran cerna,

anemia, dan candidosis oral), riwayat non infeksi (respiratory distress,

hyaline membrane disease, ikterik, patent ductus arteriosus, necrotizing

enterocolitis, kongenital, feeding problem, asfiksia, pertumbuhan janin

terhambat, hidrosefalus, apneu of prematurity, talipes pedis, dan caput

succadenum),

3. Untuk mengetahui lama rawat pada BBLR,

Page 18: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

4

4. Untuk mengetahui hubungan faktor risiko BBLR dari riwayat penyakit ibu

yaitu diabetes melitus, hipertensi, preeklampsia berat, eklampsia, infeksi,

anemia, oligohidramnion, dan ketuban pecah dini dengan lama rawat,

5. Untuk mengetahui hubungan faktor risiko BBLR dari riwayat bayi yaitu

berat badan lahir, usia gestasi, lahir kembar, skor APGAR menit ke-5, dan

riwayat infeksi dengan lama rawat.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

1. Memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Menambah wawasan dan pengalaman dalam penelitian di bidang

kedokteran.

3. Memenuhi salah satu kompetensi sebagai dokter muslim dalam

menerapkan kemampuan membaca (menangkap) ayat-ayat qauliyah

dan kauniyah.

1.4.2. Bagi Institusi

Menambah sumber referensi penelitian tentang Gambaran Faktor Risiko dan

Lama Rawat BBLR di RSU Kota Tangerang Selatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4.3. Bagi masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko terjadinya BBLR,

sehingga masyarakat dapat lebih peduli akan kesehatan sebelum, selama, maupun

sesudah kehamilan untuk menghindari terjadinya BBLR.

Page 19: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Islam

Ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah SWT di

dalam Al Quran, salah satunya adalah surat Al Mu’minun dengan terjemah

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati yang

(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang

disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami

jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal

daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang

belulang itu Kami balut dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk

yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”

(Q.S. Al-Mu'minun, 23: 12-14).

Ayat kauniyah merupakan ayat atau tanda yang wujud dari Allah SWT.

Ayat kauniyah dapat dalam bentuk benda, kejadian, dan peristiwa. Berdasarkan

ayat tersebut mengandung ayat kauniyah yaitu bahwa Allah SWT telah

menciptakan manusia. Seluruh umat manusia berasal dari saripati tanah, oleh

karenanya sudah seharusnya seorang muslim tetap berperilaku rendah hati

sesuai dengan asal muasal kejadian manusia dari saripati tanah. Sesungguhnya

manusia pada akhirnya akan kembali ke tempat semula yaitu tanah. Sehingga

manusia berasal dari tanah dan akan kembali menyatu dengan tanah nantinya.

Oleh karena itu sebagai seorang muslim harus senantiasa bersyukur dengan apa

yang telah diberikan Allah SWT kepada kita. Janganlah berperilaku sombong,

selalu patuh terhadap perintah Allah SWT, dan menjauhi segala larangan-Nya.

Page 20: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

6

2.2. Fisiologi Neonatus

2.2.1. Periode Embrionik dan Janin

Periode embrionik dimulai pada minggu ketiga setelah ovulasi dan fertilisasi

dan berlangsung selama delapan minggu dan terjadinya organogenesis. Pada minggu

ke-empat sistem kardiovaskular sudah terbentuk sehingga terbentuklah sirkulasi sejati

dalam embrio, serta antara embrio dan vilus korionik. Pada minggu ke-enam terjadi

pembentukan hidung, dagu, palatum, jari-jari telah terbentuk namun masih

tergenggam, dan jantung telah terbentuk penuh. Pada minggu ke-delapan mulai terjadi

pembentukan genitalia eksterna, sirkulasi melalui tali pusat dimulai, dan tulang mulai

terbentuk.6

Pada minggu ke-13 sampai 16 kulit janin masih transparan, mulai terbentuk

rambut janin (lanugo), janin sudah mulai bergerak aktif yaitu menghisap dan menelan

air ketuban, terbentuk mekonium (feses), dan jantung berdenyut 120-150/menit. Pada

awal minggu ke-17 hingga akhir minggu ke-24 komponen mata sudah terbentuk penuh

dan seluruh tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Pada minggu ke-25 sampai

perkembangan otak yang cepat.6

2.2.2. Faktor yang mempengaruhi fisiologi neonatus

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi fisiologi neonatus yaitu:17

1. Maturasi: persiapan fetus untuk transisi dari kehidupan intauterin ke

kehidupan ekstrauterin, yang berhubungan erat dengan masa gestasi

dibandingkan dengan berat badan lahir.

2. Adaptasi: dibutuhkan oleh neonatus untuk dapat bertahan hidup di

lingkungan yang baru.

3. Toleransi: dimiliki oleh neonatus seperti toleransi terhadap hipoksia, kadar

gula darah yang cenderung rendah, dan perubahan darah yang drastis.

2.2.3. Cairan Amnion

Pada awalnya, cairan amnion adalah ultrafiltrat plasma ibu. Pada awal trimester

kedua, cairan amnion terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi menembus kulit janin

Page 21: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

7

sehingga menggambarkan komposisi dari plasma janin. Setelah 20 minggu, keratinisasi

oleh kulit janin mencegah difusi ini, sehingga cairan amnion terbentuk dari urin janin.

Ginjal janin menghasilkan urin pada minggu ke-12 dan pada minggu ke-18 ginjal janin

memproduksi 7-14 mL urin per hari. Urin janin mengandung urea, kreatinin, dan asam

urat lebih banyak dibandingkan plasma janin. Selain itu cairan amnion juga

mengandung sel janin yang mengelupas, verniks, lanugo, dan beragam sekret. Cairan

tersebut cenderung bersifat hipotonik sehingga terjadi penurunan osmolalitas cairan

amnion seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.6

Volume cairan amnion bervariasi setiap minggunya. Umumnya, bertambah

sekitar sepuluh mililiter setiap minggunya dimulai dari minggu ke-delapan dan

bertambah hingga 60 mL tiap minggu sejak minggu ke-21, yang kemudian akan

menurun secara perlahan, kembali ke kadar stabilnya pada minggu ke-33.6

Fungsi dari cairan amnion sendiri adalah untuk menjadi bantalan pelindung

janin, memudahkan perkembangan muskuloskeletal, juga melindungi janin dari

trauma. Selain itu cairan amnion berguna untuk mempertahankan temperatur dan

sebagai fungsi nutritif yaitu, faktor pertumbuhan epidermal (EGF) dan transforming

growth factor-B. Janin akan menelan dan menghirup cairan amnion sehingga akan

masuk ke dalam saluran cerna dan ke dalam paru-paru yang akan memacu

pertumbuhan dan diferensiasi jaringan-jaringan tersebut.6 Cairan amnion juga penting

untuk menghambat bakteri karena mengandung zat seperti fosfat dan seng.7

2.2.4. Sistem Respirasi

Secara anatomis pertumbuhan paru janin terdiri dari tiga fase, yaitu:20

1) Fase pseudoglandular meliputi: pertumbuhan intersegmental bronkial yang

berlangsung antara minggu ke-5 sampai 17 dan paru tampak seperti kelenjar.

2) Fase kanalisasi meliputi: terjadi pembentukan tulang rawan bronkial dan

bronkiolus terbentuk pada setiap bronkus selanjutnya terbagi menjadi kantong

saluran multipel yang berlangsung antara minggu ke-16 sampai 25.

Page 22: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

8

3) Fase akhir pembentukan paru meliputi: terbentuknya alveoli primitif yang

disebut terminal sac yaitu alveoli, terbentuk matriks ekstrasel mulai dari

proksimal sampai segmen akhir paru, terbentuk susunan kapiler paru dan dan

pembuluh darah limfenya, terbentuk surfaktan, dan saat lahir baru sekitar 15%

sistem paru yang terbentuk dan sisanya bertumbuh-kembang sampai usia 8

tahun.

Gerakan napas janin telah dapat dilihat pada usia kehamilan 12 minggu dan

pada usia 34 minggu secara regular gerak napas sekitar 40-60 kali permenit dan di

antara jeda merupakan periode apneu. Alveoli terdiri atas dua lapis sel epitel yaitu sel

tipe I dan sel tipe II. Sel tipe II berfungsi untuk sekresi fosfolipid suatu surfaktan yang

berguna untuk fungsi pengembangan napas. Surfaktan yang utama adalah sfingomielin

dan lesitin serta fosfatidil gliserol. Produksi keduanya dimulai pada minggu ke-24 dan

memuncak pada minggu ke-32. Tidak hanya fosfolipid yang berperan dalam

pematangan selular. Gerakan napas juga akan merangsang gen untuk aktif

mematangkan sel alveoli.5,7,19

Beberapa fungsi utama surfaktan meliputi: mengurangi usaha napas dengan

cara mengurangi tegangan permukaan alveolus, menstabilisasi saluran napas,

meningkatkan transport mukosiliar, mencegah edema, dan meningkatkan mekanisme

pertahanan paru terhadap patogen.7

Pada saat janin di dalam uterus paru janin dipenuhi oleh cairan. Janin

mendapatkan oksigen dari pertukaran gas yang terjadi melalui plasenta yang dibatasi

oleh aliran darah dan terjadi akibat perbedaan antara PaO2 ibu dan janin. Saat darah

mencapai atrium kanan, beberapa darah yang kaya oksigen mengalir langsung ke

atrium kiri melalui foramen ovale menuju ke paru-paru. Pembuluh darah yang

memasok paru-paru terbatas, sehingga sebagian besar darah yang berasal dari jantung

kanan akan mengalir ke paru melalui duktus arteriosus. Kemudian beberapa saat

sebelum dan selama persalinan produksi cairan paru berkurang, selanjutnya saat proses

persalinan setelah bayi lahir, maka pertukaran gas terjadi melalui paru.5,7,19

Page 23: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

9

2.2.5. Jantung dan Sirkulasi Darah

Oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh janin untuk pertumbuhan maupun

pematangan janin akan dihantarkan dari plasenta melalui vena umbilikalis. Kemudian

vena akan terbagi dua menjadi duktus venosus dan sinus porta. Duktus venosus

merupakan cabang utama dari vena umbilikalis yang akan melewati hati untuk

memasuki vena cava inferior secara langsung. Karena tidak memasok oksigen ke

jaringan yang dilaluinya, duktus venosus mengalirkan darah yang teroksigenasi tinggi

ke jantung. Darah ini akan mengalir ke atrium kanan dan akan langsung menyemprot

melalui foramen ovale pada septum, masuk ke atrium kiri dan selanjutnya melalui

ventrikel kiri akan menuju aorta dan seluruh tubuh. Darah yang mengandung banyak

oksigen tersebut akan mendarahi terutama organ vital seperti jantung dan otak.7,19

Adanya krista dividens sebagai pembatas pada vena cava memungkinkan

sebagian besar darah bersih dari duktus venosus langsung mengalir ke foramen ovale,

namun sebaliknya sebagian kecil akan mengalir ke ventrikel kanan. Darah dari

ventrikel kanan akan mengalir ke arah paru. Karena paru belum berkembang, sebagian

besar darah dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis kemudian dialirkan ke aorta

melalui pembuluh duktus arteriosus. Darah tersebut akan bergabung di aorta desenden,

kemudian bercampur dengan darah bersih yang akan dialirkan ke seluruh tubuh. 7,19

Darah yang relatif terdeoksigenasi, yaitu yang berasal dari hati akan mengalir

kembali ke vena cava inferior, yang juga menerima darah beroksigen rendah dari

bagian tubuh bagian bawah. Kemudian darah mengalir ke jantung janin dari vena cava

inferior sehingga jantung mengandung campuran darah. Oleh karena itu, kandungan

oksigen yang dalam darah yang dialirkan ke jantung dari vena cava inferior lebih

rendah dibandingkan yang meninggalkan plasenta.7,19

2.2.6. Sistem Gastrointestinal

Gerakan menelan dimulai pada usia 10 sampai 12 minggu, bersamaan dengan

munculnya kemampuan peristaltik dan transport aktif glukosa oleh usus halus. Kuncup

pengecap janin berperan karena sakarin yang disuntikkan ke dalam cairan amnion

sehingga akan meningkatkan gerakan menelan. Janin meminum air ketuban dan akan

Page 24: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

10

tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan amnion yang ditelan akan

menghasilkan mekonium di dalam usus. Mekonium tersebut akan tetap tersimpan

sampai partus, kecuali pada kondisi hipoksia maupun stress yang akan terlihat cairan

amnion akan bercampur dengan mekonium. Warna kehijauan mekonium berasal dari

metabolisme hemoglobin darah janin yang diubah menjadi biliverdin dan sebagian

dikeluarkan melalui gastrointestinal dan memberikan warna mekonium. 7,19,20

Asam hidroklorat dan beberapa enzim pencernaan ditemukan di lambung dan

usus halus dalam jumlah yang sedikit pada janin yang berusia dini. Faktor intrinsik

dapat dideteksi pada usia sebelas minggu dan pepsinogen pada usia 16 minggu.

Neonatus kurang bulan, dapat mengalami defisiensi transien enzim-enzim tersebut.

Pergerakan dari cairan amnion di sistem gastrointestinal akan memacu pertumbuhan

dan perkembangan saluran cerna.7,19

2.2.7. Sistem Ginjal

Pembentukan korpuskel ginjal di zona jukstaglomerularis yang berfungsi

sebagai filtrasi akan terbentuk pada minggu ke-22. Ginjal akan terbentuk sempurna

pada minggu ke-36. Hanya dua persen dari curah jantung yang mengalir ke ginjal,

karena sebagian besar sisa metabolism akan dialirkan ke plasenta. Urin janin juga

menyumbang cukup banyak volume cairan plasenta.7

2.2.8. Sistem Saraf

Mielinisasi saraf terbentuk pada pertengahan kehamilan hingga usia bayi

mencapai satu tahun. Pada usia sepuluh minggu janin dapat bergerak, fleksi kaki

sedangkan genggaman tangan lengkap sudah dapat dilihat pada usia 4 bulan. Janin

dapat menelan pada usia 10 minggu dan gerak respirasi pada usia 14 – 16 minggu.7,19

Janin mampu mendengar pada usia 16 minggu. Pada akhir kehamilan janin

sudah dapat melihat cahaya, sementara gerak bola mata sudah dapat dilakukan lebih

awal. Gerakan ini dikaitkan dengan perilaku janin.7

Janin sudah dapat memproduksi hormon sendiri seperti tiroid, sedangkan

korteks adrenal dirangsang oleh Adrenocorticotropic Hormone (ACTH). Kelenjar

Page 25: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

11

adrenal mempunyai area yang sangat aktif selama in utero namun akan menghilang

kemudian. Kelenjar adrenal menghasilkan steroid dan katekolamin yang akan aktif

menjelang partus. Pada anensefalus, ditemukan adrenal atrofi, sehingga persalinan

akan tertunda.7

Pembentukan sistem saraf pusat terutama otak, yang diikuti oleh sumsum tulang

belakang (minggu ke-24) dan mielinisasi berlangsung hingga usia 1 tahun. Berdasarkan

usia dijabarkan sebagai berikut:20

a. Minggu ke-8 sinapsis berfungsi dan timbul reflek tulang leher dan tulang

punggung.

b. Minggu ke-10 refleks membuka mulut, menutup jari tangan sebagian, fleksi

sebagian jari kaki, refleks menelan.

c. Minggu ke-14 sampai 16 pernapasan mulai berfungsi yang dapat dipantau

melalui USG, jari-jari tangan sudah menutup sempurna.

2.2.9. Kelenjar Endokrin

Sebelum sistem saraf mencapai maturitas, kelenjar endokrin janin sudah mulai

bekerja menghasilkan hormon. Kelenjar hipofisis anterior mempunyai lima jenis sel

yang menghasilkan enam jenis hormon, yaitu (1) laktotrop yang menghasilkan

prolaktin, (2) somatotrop yang menghasilkan hormon pertumbuhan, (3) kortikotrop

yang menghasilkan kortikotropin, (4) tirotrop yang menghasilkan Thyroid Stimulating

Hormone (TSH), (5) gonadotrop yang menghasilkan Luteinizing Hormone (LH) dan

Follicle Stimulating Hormone (FSH). Pada usia kehamilan menjelang 17 minggu

semua hormon sudah dapat dihasilkan oleh kelenjar endokrin janin. Hipofisis juga

menghasilkan B-endorfin.7

Neurohipofisis berkembang pada usia 10 – 12 minggu sehingga oksitosin dan

Arginine Vasopresin (AVP) sudah dapat dihasilkan. Ada lobus intermediet hipofisis

yang mengecil pada saat aterm dan kemudian menghilang pada dewasa, kelenjar

tersebut menghasilkan α melanocyte stimulating hormone (α-MSH) dan β-endorfin.

Kelenjar tiroid sudah berfungsi pada saat janin berusia 10-12 minggu. Kadar TSH pada

Page 26: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

12

janin lebih tinggi dari kadar dewasa, namun T3 dan total tiroid lebih rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa hipofisis tidak sensitif terhadap umpan balik.7

Hipertiroid pada janin terjadi ketika antibodi stimulasi tiroid pada ibu masuk ke

janin. Kemampuan plasenta yang mencegah hormon tiroid ibu masuk ke janin disebut

deiodinasi. Kelenjar adrenal relatif lebih besar jika dibandingkan dengan proporsi

dewasa, ia menghasilkan 100-200 mg steroid perhari. Bahan estrogen berasal dari

korteks adrenal janin dan dibuat dari kolesterol.7

2.2.10. Pembentukan Kelamin

Kelamin janin sudah ditentukan sejak konsepsi. Promordial germ sel berasal

dari endoderm yolk sac dan mengadakan migrasi mengikuti celah genital, untuk

membentuk gonad. Sampai minggu ke-6 embrio belum dapat dibedakan jenis

kelaminnya. Jika fertilisasi yang berlangsung menuju “XY” akan terbentuk jenis

kelamin perempuan. Apabila terdapat kromosom Y akan terbentuk testis. Perkembangn

testis janin diatur oleh gen Testis Determining Factor (TDF) atau disebut Sex

Determining Region (SRY), sel sertoli pada testis mehasilkan zat mullerian-inhibiting

substance yang berfungsi represi ductus muller. Testis dirangsang oleh Human

Chorionic Gonadotropin (hCG) dan LH untuk memproduksi testosteron.7,19

Jika tidak terdapat testis, akan terbentuk gonad dan fenotip perempuan. Pada

kondisi janin perempuan, akibat terpapar androgen berlebihan akan terbentuk genatalia

ambiguitas, misalnya hiperplasia adrenal, luteoma, dan arenoblastoma.7

2.3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

2.3.1. Definisi

Definisi bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badan

lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.19 Terdapat tiga sub

kategori bayi berat lahir rendah, yaitu BBLR 1500-2499 gram, BBLSR 1000

sampai 1499 gram, dan BBLASR < 1000 gram.10

Page 27: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

13

Kongres “European Perinatal Medicine” ke II di London mengusulkan

definisi sebagai berikut: bayi kurang bulan atau prematur yaitu bayi yang

dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan yaitu

bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259 – 293 hari),

dan bayi lebih bulan yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 42

minggu (294 hari atau lebih).

Berdasarkan definisi tersebut, maka BBLR dapat dibagi menjadi dua

kelompok yaitu:19

1. Prematuritas murni

Merupakan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan untuk masa gestasi tersebut atau disebut neonatus kurang bulan-sesuai

masa kehamilan (NKB-SMK).

2. Dismaturitas

Merupakan bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya

untuk masa gestasi tersebut. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan

merupakan bayi yang kecil masa kehamilannya (KMK).

2.3.2. Epidemiologi

Berdasarkan pengamatan epidemiologis, BBLR berisiko 20 kali meninggal

dunia dibandingkan bayi dengan berat lahir normal. BBLR lebih sering terjadi di

negara berkembang yaitu empat kali lebih sering dibandingkan negara maju.4 Secara

keseluruhan, diperkirakan 15 - 20% dari semua kelahiran di seluruh dunia adalah

BBLR, mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun. Pada negara berkembang

BBLR terjadi sekitar 16,5% sedangkan di negara maju BBLR terjadi sekitar 7%.21

Data World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia berada di

peringkat ke-9 dunia dengan persentase BBLR lebih dari 15,5% dari kelahiran bayi

setiap tahunnya. Persentase BBLR berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

pada tahun 2013 10,2%, hasil ini lebih rendah dibandingkan tahun 2010 yaitu sebanyak

11,1%. Insiden BBLR di Provinsi Banten sebanyak 9,7 – 10% dan menduduki

Page 28: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

14

peringkat ke-15 di Indonesia. Berdasarkan data sebelumnya jumlah kejadian BBLR di

RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 berjumlah 188 kasus.3

Di Indonesia, angka kematian bayi sangat tinggi yaitu angka kematian bayi

tiga puluh dua per seribu kelahiran hidup. Setiap 1 jam terdapat 10 kematian bayi di

Indonesia. Salah satu penyebab kematian bayi terbanyak adalah prematuritas dan

infeksi. Berdasarkan Riskesdas Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2007,

penyebab kematian neonatus pada usia 0-6 hari di Indonesia adalah asfiksia (37%),

prematuritas (34 %), dan sepsis (12 %). Sementara itu, penyebab kematian neonatus

pada usia 7-28 hari adalah sepsis (20,5 %), kelainan kongenital (19 %), pneumonia

sebanyak (17 %), dan respiratory distress syndrome (RDS) (14 %). Jumlah kematian

bayi prematur pada tahun 2013 sebanyak 42-44 %. Dari jumlah tersebut, kematian

terkait sebanyak BBLR 37,5 %.3

2.3.3. Patofisiologi BBLR

Patofisiologi bergantung pada faktor risiko penyebab dari BBLR. Banyak

faktor yang mempengaruhi lama kehamilan, pertumbuhan janin, dan berat lahir.

Ketiganya berhubungan dengan bayi, ibu, atau lingkungan fisik yang memainkan peran

penting dalam menentukan berat lahir bayi. BBLR merupakan kelainan proses yang

multifaktorial, seperti faktor yang berasal dari janin itu sendiri, faktor ibu, faktor

plasenta, dan faktor yang terjadi akibat interaksi dari faktor-faktor ini. Sekitar 40%

berat lahir dipengaruhi oleh genetik dan 60% dipengaruhi oleh lingkungan. Seringkali

BBLR dikaitkan dengan kondisi keadaan sosial ekonomi rendah, gizi dan pola makan

ibu yang buruk, kehamilan multipel, kelainan kongenital, penyakit pada ibu, dan gaya

hidup ibu.21

2.3.4. Faktor Risiko BBLR dan Lama Rawat

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah

sebagai berikut:

1. Faktor Ibu

a) Penyakit

Page 29: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

15

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan seperti

toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, dan

psikologis. Penyakit lain seperti diabetes melitus, nefritis akut,

hipertensi, dan infeksi.19

b) Infeksi

Hipotesis menyatakan bahwa infeksi intrauterin, dapat memicu

persalinan kurang bulan akibat dari aktivasi sistem imun bawaan.

Mikroorganisme penyebab infeksi nantinya akan merangsang pelepasan

sitokin proinflamasi, seperti interleukin, dan tumor necrosis factor

(TNF), yang kemudian merangsang produksi prostaglandin dan matrix-

degrading enzyme. Prostaglandin akan merangsang kontraksi rahim dan

degradasi matriks ekstraselular pada membran janin, sehingga

menyebabkan ketuban pecah dini kurang bulan. Sekitar 25–40%

kelahiran kurang bulan disebabkan oleh infeksi intrauterin.6

c) Preeklampsia Berat

Preeklampsia berat merupakan hipertensi yang timbul pada saat

kehamilan. Preeklampsia dapat menyebabkan aliran pada uteroplasenta

terganggu sehingga menghambat aliran nutrisi dari ibu ke janin. Hal

inilah yang akan menyebabkan bayi lahir dengan berat rendah.21

Preeklampsia berat dapat menyebabkan terjadinya 25% kejadian small

for gestational age (SGA) atau BBLR, 15% bayi lahir prematur, dan

asfiksia neonatorum.20 Kriteria preeklampsia adalah tekanan darah ≥

140/90 mmHg yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, dan

proteinuria ≥ 30 mg/dL protein urin per 24 jam (1+ pada dipstick).6

d) Status Gizi Ibu

Berat badan ibu sebelum hamil yang merupakan gambaran status gizi

ibu, memiliki hubungan erat dengan berat lahir bayi, ibu yang kurus atau

malnutrisi dapat melahirkan BBLR dan ibu obesitas dapat melahirkan

bayi makrosomia.22 Ibu kecil yaitu terutama ibu dengan berat badan

kurang dari 45 kg, cenderung berisiko memiliki BBLR. Untuk

Page 30: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

16

memberikan asupan nutrisi yang cukup untuk janin, ibu hamil harus

mengalami kenaikan berat badan minimal 12-16 kg selama kehamilan

namun hal ini bergantung pada status gizi ibu. Peningkatan berat badan

ibu pada trimester I dan II dipengaruhi oleh komponen ibu dan plasenta,

sedangkan pada trimester III dipengaruhi oleh jaringan janin. Pada

tahun 1990, Institut Kedokteran AS menerbitkan serangkaian panduan

berdasarkan indeks massa tubuh ibu (IMT) sebelum kehamilan.

Rekomendasi ini menunjukkan bahwa wanita dengan IMT rendah

(<19,8), kenaikan berat badan ibu harus berada di antara 12,7 dan 18,2

kg; sedangkan ibu yang memiliki IMT sedang antara 19,8-26 harus

menaikkan berat badan di antara 11,4 dan 15,9 kg; ibu yang memiliki

IMT tinggi (26,1-29), kenaikan berat badan ibu harus berada di antara

6,8 dan 11,4 kg. Penambahan berat badan merupakan faktor yang

memprediksi ukuran janin.23 Ibu yang kurang gizi dapat menyebabkan

janin mengalami gangguan pertumbuhan dan fungsi plasenta yang

digambarkan dengan berat dan ukuran plasenta yang relatif lebih kecil.

Kurang gizi pada ibu juga dapat mengurangi ekspansi volume darah

yang mengakibatkan pemompaan darah dari jantung (cardiac output)

yang tidak adekuat. Hal tersebut akan mengurangi aliran darah ke

plasenta dan perdampak pada ukuran plasenta yang tidak optimal dan

mengurangi pengangkutan zat gizi ke janin, sehingga dapat terjadi

PJT.24

e) Usia

BBLR sering terjadi pada ibu yang usianya < 20 tahun dan > 35 tahun.

Kejadian terendah pada usia ibu antara 26-35 tahun. Usia Ibu diatas 35

tahun berisiko untuk mengalami insiden komplikasi kehamilan yang

lebih tinggi.19 Berdasarkan teori pada usia di bawah 20 tahun, fungsi

reproduksi wanita belum berkembang dengan sempurna dan kesadaran

akan memeriksakan diri maupun kandungannya masih rendah.

Sedangkan pada usia wanita di atas 35 tahun, fungsi reproduksinya

Page 31: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

17

sudah mengalami penurunan, sehingga umur aman untuk kehamilan

maupun persalinan sebaiknya pada usia 20-35 tahun.6

f) Sosial ekonomi

Ibu dengan pendapatan rendah atau keadaan sosial ekonomi yang

rendah akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Hal ini

berhubungan dengan keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan

antenatal yang kurang baik. Selain itu, kejadian BBLR lebih sering

terjadi pada perkawinan yang tidak sah dibandingkan lahir dari

perkawinan yang sah.19

g) Bekerja selama kehamilan

Kerja fisik yang berat dan jam kerja yang panjang terbukti berhubungan

dengan peningkatan risiko kelahiran kurang bulan. Pada wanita yang

bekerja lebih dari 45 jam per minggu beresiko untuk terjadinya

komplikasi kehamilan.6

h) Riwayat kelahiran kurang bulan sebelumnya

Faktor risiko utama pada persalinan kurang bulan adalah kelahiran

kurang bulan. Kelahiran kurang bulan ini berulang pada hampir 16.000

wanita yang melahirkan. Wanita dengan riwayat melahirkan prematur

sebelumnya berisiko tiga kali lipat untuk melahirkan bayi prematur

dibandingkan dengan wanita yang bayi pertamanya lahir aterm. Lebih

dari sepertiga wanita yang dua kelahiran sebelumnya kurang bulan akan

melahirkan bayi ketiganya kurang bulan juga. Wanita dengan kelahiran

kurang bulan sebelumnya berisiko untuk terjadinya rekurensi 10 % dari

total kejadian kelahiran kurang bulan. Angka kejadian melahirkan

prematur yang tinggi akan menningkatkan angka kejadian BBLR.6

i) Gaya Hidup

Merokok, konsumsi alkohol, peningkatan berat badan ibu yang tidak

adekuat, dan penggunaan narkoba berperan dalam kejadian BBLR.

Ehrenberg dkk menemukan bahwa wanita gemuk berisiko untuk

Page 32: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

18

melahirkan bayi kurang bulan (<35 minggu) yang lebih rendah

dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal.6

j) Psikologis

Depresi, cemas, dan stress kronik telah dilaporkan terkait dengan

kelahiran kurang bulan. Di sisi lain, wanita yang dapat mengendalikan

tingkat stress memiliki hasil kehamilan yang lebih baik.6

k) Jarak kehamilan sebelumnya

Rentang waktu yang pendek (kurang dari 6 bulan) antara kelahiran dan

awal kehamilan berikutnya berisiko untuk terjadinya prematuritas dan

BBLR. Rentang waktu kurang dari 18 bulan, dan rentang waktu lebih

dari 59 berhubungan dengan peningkatan risiko untuk terjadinya bayi

lahir kurang bulan dan bayi kecil masa kehamilan.6

l) Jumlah paritas

Ibu primipara berisiko untuk melahirkan bayi BBLR disebabkan oleh

pengalaman melahirkan yang belum ada sehingga kelainan maupun

komplikasi yang dialami cukup besar seperti distosia persalinan dan

kurangnya pengetahuan tentang persalinan sehingga mempengaruhi

proses selama persalinan.23 Pada ibu dengan grandepara juga berisiko

untuk melahirkan bayi BBLR yang disebabkan karena sistem

reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan.

Sehingga semakin tinggi paritas ibu maka kualitas endometrium

semakin menurun. Kehamilan yang berulang-ulang juga dapat

mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dan jumlah nutrisi akan

berkurang dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya.26

m) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi pengetahuannya terhadap

kesehatan. Ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai kemungkinan

pengetahuan tentang kesehatan juga tinggi, disebabkan oleh makin

mudahnya memperoleh informasi yang didapatkan tentang kesehatan

lebih banyak dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah.49

Page 33: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

19

2. Faktor Janin

a) Cacat bawaan lahir

Cacat lahir berkaitan dengan bayi lahir kurang bulan dan berat badan

lahir rendah.5 Cacat bawaan lahir terjadi sejak hasil konsepsi sel telur

yang menyebabkan kelainan pada pertumbuhan bayi. BBLR dengan

kelainan kongenital memiliki risiko risiko 20% meninggal dunia dalam

minggu pertama kehidupannya.48

b) Pertumbuhan janin terhambat

PJT adalah penyimpangan pola pertumbuhan dari yang diharapkan. PJT

merupakan hasil adaptasi dari kondisi intrauterin yang tidak tepat,

menyebabkan gangguan metabolisme, pertumbuhan, dan

perkembangan yang menetap. Paling sering terjadi akibat kondisi ibu

yang dihubungkan dengan persalinan prematur.5

PJT digolongkan menjadi dua jenis yaitu, simetrik (tipe 1) dan asimetrik

(tipe 2). Sekitar 80% PJT tergolong jenis asimetrik dan sisanya jenis

simetrik. PJT jenis simetrik disebabkan oleh faktor instrinsik (kelainan

genetik atau kromosom), faktor ekstrinsik (bahan teratogenik, infeksi

intrauterin, dan malnutrisi berat), dan terjadi sejak usia kehamilan

muda. Sedangkan, PJT jenis asimetrik penyebabnya adalah faktor

ekstrinsik, terutama insufisiensi plasenta, yang umumnya terjadi pada

kehamilan trimester III.7

c) Kehamilan ganda/gemeli

Kehamilan kembar bisa berasal dari dua buah ovum yang dibuahi,

disebut kembar dizigotik atau tidak identik; atau dari 1 buah ovum yang

dibuahi dan kemudian membelah menjadi dua bagian yang masing-

masing berkembang menjadi mudigah, disebut kembar monozigotik

atau identik. 70% kehamilan kembar merupakan dizigotik dan 30%

monozigotik. Berat badan janin pada kehamilan kembar akan lebih

ringan dibandingkan dengan janin pada kehamilan tunggal pada umur

kehamilan yang sama. Hingga usia kehamilan mencapai 30 minggu

Page 34: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

20

kenaikan berat badan janin kembar akan sama dengan kenaikan berat

badan janin kehamilan tunggal. Namun setelah itu, kenaikan berat

badan janin kembar akan lebih kecil disebabkan oleh regangan yang

berlebihan sehingga menyebabkan peredaran darah berkurang. [10]

Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram

lebih ringan dibandingkan dengan kehamilan tunggal. 7

d) Sepsis

Sepsis neonatal merupakan sindrom klinik penyakit sistemik yang

disertai bakteremia selama satu bulan pertama kehidupan.25 Data WHO

menyatakan bahwa 36% kematian neonatus disebabkan oleh penyakit

infeksi seperti sepsis, pneumonia, tetanus, dan diare.28

e) APGAR Skor

Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk

menilai keadaan bayi sesaat setelah kelahiran. Diperkenalkan pertama

kali oleh Virginia APGAR pada tahun 1952. Hal yang dinilai adalah

warna kulit (colour), frekuensi jantung (Heart rate), reaksi terhadap

rangsang (respon to stimuli), tonus otot (muscle tone), dan pernapasan

(respiratory). APGAR Skor dinilai pada menit ke-1 dan ke-5. 7

Page 35: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

21

Tabel 2.1 Kriteria APGAR Skor

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim

Warna kulit Seluruh badan biru

atau pucat

Warna kulit

tubuh normal

merah muda,

tetapi tangan dan

kaki kebiruan

Warna kulit

tubuh, tangan,

dan kaki normal

merah muda,

tidak ada sianosis

Appearance

Denyut

Jantung

Tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse

Respon

Refleks

Tidak ada respon

terhadap stimulasi

Meringis atau

menangis lemah

ketika distimulasi

Meringis atau

bersin atau batuk

saat stimulasi

saluran napas

Grimance

Tonus Otot Lemah atau tidak ada Sedikit gerakan Bergerak aktif Activity

Pernapasan Tidak ada Lemah atau tidak

teratur

Menangis kuat,

pernapasan baik

dan teratur

Respiration

Sumber: Prawiroharjo: 2002.7

Nilai skor APGAR 7 – 10 normal, 4 – 6 asfiksia ringan, dan 0-3 asfiksia berat.

3. Faktor Plasenta

a) Ketuban Pecah dini

Ketuban pecah dini disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan

yang berulang. Terdapat perubahan biokimia yang menyebabkan

selaput ketuban inferior rapuh bukan karena seluruh selaput ketuban

rapuh. Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen berubah

sehingga menyebabkan ketuban pecah. Faktor risikonya berupa

berkurangnya asam askorbik yang merupakan komponen kolagen dan

kekurangan tembaga yang membuat pertumbuhan struktur abnormal. 6

b) Plasenta Previa

Plasenta berperan penting dalam perkembangan janin dan kegagalan

fungsi plasenta dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan

Page 36: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

22

janin serta berat badan janin. Plasenta previa adalah terlepasnya

plasenta sebagian atau seluruhnya sehingga aliiran nutrisi serta oksigen

tidak adekuat ke plasenta dan dapat mengganggu pertumbuhan plasenta

maupun janin. Gangguan oksigenasi tersebut dapat menyebabkan

terjadinya gangguan pertumbuhan janin seperti kelahiran prematur,

hipoksia, asfiksia, dan BBLR.9

2.4. Lama Rawat

2.4.1. Definisi

Lama rawat atau lama hari rawat (LHR) atau length of stay (LOS)

merupakan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada suatu periode

perawatan. Cara penghitungan lama rawat ialah dengan menghitung selisih antara

tanggal kepulangan (keluar dari rumah sakit, baik dalam keadaan hidup maupun

meninggal) dengan tanggal masuk ke Rumah Sakit. Sedangkan rerata lama rawat

atau average length of stay (aLOS) adalah mengukur rata-rata lama hari rawat,

yaitu membagi jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup maupun meninggal)

di rumah sakit pada periode tertentu dengan jumlah pasien rawat inap yang keluar

(hidup maupun mati) di rumah sakit pada periode waktu yang sama.11

2.4.2. Faktor yang mempengaruhi Lama Rawat

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi lama rawat seorang pasien di

Rumah Sakit yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor

yang berasal dari rumah sakit dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari

luar rumah sakit atau faktor yang berhubungan dengan pasien.11

Faktor internal meliputi: tenaga medis yang menangani, tindakan yang

diberikan, dan administrasi rumah sakit.11

Faktor eksternal meliputi: usia pasien, jenis penyakit dan derajat penyakit,

penanggungjawab pasien dan komorbiditas (penyakit penyerta).11

Page 37: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

23

2.4. Kerangka Teori

Faktor Ibu Faktor Janin

Penyakit

DM,

Hipertensi

, dll

Infeksi oleh

Mikroorganisme

Pelepasan

sitokin

proinflamasi

IL & TNF

Produksi

prostaglandin

Kontraksi

rahim

Degradasi

matriks

ekstraseluler

membran

janin

Ketuban

pecah dini

Usia <20

/ >35

tahun

Peningkatan

resiko

komplikasi

kehamilan

Gaya

hidup

Merokok

Nikotin Radikal

bebas

Peningkatan

katekolamin

Vasokonstriksi

pemb. darah

Suplai O2 &

Nutrisi janin

kurang

Kerusakan

jaringan paru

Oksigenasi

janin

terganggu

Gangguan

pertumbuhan janin

Cacat

bawaan

lahir

PJT

Gangguan

metabolisme,

pertumbuhan,

perkembangan

Kehamilan

ganda

Bayi berat lahir rendah

Lama Rawat

Faktor internal:

- Tenaga medis yang

menangani

- Tindakan yang

diberikan

- Administrasi rumsah

sakit

Faktor eksternal:

- Usia pasien

- Derajat dan jenis

penyakit

- Penanggungjawab

pasien

- Komorbiditas

Faktor Plasenta

Page 38: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

24

2.6. Kerangka Konsep

Keterangan:

Variabel Terikat

Variabel Bebas

Faktor risiko bayi:

- Kelahiran

kembar

- Berat lahir

- Usia gestasi

- Penyakit

infeksi

- Penyakit non

infeksi

Lama rawat

Faktor risiko ibu:

- Usia

- Tingkat

pendidikan

- Kunjungan ANC

- Jumlah pritas

- Jarak kehamilan

sebelumnya

- Diabetes melitus

- Preeklampsia berat

- Eklampsia

- Infeksi

- Anemia

- Oligohidramnion

- Ketuban pecah dini

Faktor plasenta:

- Plasenta

previa

Page 39: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

25

2.7. Definisi Operasional

Tabel 2.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara ukur Skala

1. Bayi Berat

Lahir Rendah

(BBLR)

Bayi baru lahir

yang berat

badan lahirnya

kurang dari

2500 gram.

Kriteria:

1. BBLASR

<1000 gram

2. BBLSR

1000-1500

gram

3. BBLR <2500

gram

Rekam

Medik

Observasi

dokumen Ordinal

2. Lama Rawat Berapa hari

seorang pasien

dirawat inap

pada suatu

periode

perawatan

Kriteria:

1. 1-3 hari

2. 4-7 hari

3. >7 hari

Rekam

medik

Observasi

dokumen Ordinal

3. Usia Ibu Usia ibu saat

hamil.

Kriteria:

1. <20 tahun.

2. 20-35 tahun

3. >35 tahun.

Rekam

medik

Observasi

dokumen Ordinal

Page 40: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

26

Tabel 2.2 Definisi Operasional (lanjutan)

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara ukur Skala

4. Diabetes

Melitus

Penyakit

metabolik

menahun akibat

pankreas tidak

produksi cukup

insulin atau

tubuh tidak

dapat

menggunakan

insulin secara

efektif

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medik

Observasi

dokumen Nominal

5. Antenatal care Pemeriksaan

kehamilan

individu bersifat

preventif care

untuk mencegah

terjadinya

masalah yang

kurang baik

pada ibu

maupun janin

Kriteria:

1. Teratur

2. Tidak teratur

Rekam

medik

Observasi

dokumen Ordinal

6. Anemia Berkurangnya

jumlah eritrosit

atau

hemoglobin

dalam darah

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

Medik

Observasi

dokumen Nominal

Page 41: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

27

Tabel 2.2 Definisi Operasional (lanjutan)

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara ukur Skala

7. APGAR Skor Metode yang

digunakan

untuk menilai

keadaan bayi

sesaat setelah

kelahiran.

Kriteria:

1. Normal 7-10.

2. Asfiksia

ringan 4-6.

3. Asfiksia berat

0-3.

Rekam

medik

Observasi

dokumen Ordinal

8. Jarak kehamilan

sebelumnya

Jarak kehamilan

terakhir dengan

kehamilan

sekarang

Kriteria:

1. <2tahun

2. ≥2 tahun

Rekam

medik

Observasi

dokumen Ordinal

9. Usia gestasi Lama waktu

seorang janin

berada dalam

rahim.

Kriteria:

1. EP <28

minggu

2. VP 28-32

minggu

3. MLP 33-36

minggu

4. A ≥37

minggu

Rekam

medik

Observasi

dokumen Ordinal

Page 42: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

28

Tabel 2.2 Definisi Operasional (lanjutan)

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara ukur Skala

10. Eklampsia Serangan

kejang tiba-

tiba yang dapat

disusul dengan

koma pada

wanita hamil,

persalinan atau

masa nifas

yang

menunjukkan

gejala

preeklampsia

sebelumnya

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

Medik

Observasi

dokumen

Nominal

11. Oligohidramnion Keadaan

dimana air

ketuban kurang

dari normal,

yaitu 500 cc

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

Medik

Observasi

dokumen Nominal

12. Lahir kembar Bayi yang lahir

dari kehamilan

dengan lebih

dari 1 janin

dari 1 ibu

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medik

Observasi

dokumen Nominal

Page 43: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

29

Tabel 2.2 Definisi Operasional (lanjutan)

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara ukur Skala

13. Tingkat

pendidikan

Tahap

pendidikan

yang

berkelanjutan,

yang ditetapkan

berdasarkan

tingkat

perkembangan

peserta didik.

Kriteria:

1. <SMP

2. SMP

3. SMA/SMK

4. D3/S1

Rekam

Medik

Observasi

dokumen

Ordinal

14. Jumlah paritas Jumlah

kehamilan yang

menghasilkan

janin yang

mampu hidup

diluar rahim.

Kriteria:

1. Primipara 1

2. Multipara 2-3

3. Grandepara

≥4

Rekam

medik

Observasi

dokumen

Ordinal

15. Riwayat

melahirkan

BBLR

sebelumnya

Riwayat

melahirkan bayi

dengan BBLR

sebelumnya

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medik

Observasi

dokumen

Nominal

Page 44: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

30

Tabel 2.2 Definisi Operasional (lanjutan)

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara ukur Skala

16. Riwayat

ketuban pecah

dini

Riwayat mengalami

pecahnya ketuban

sebelum waktu

melahirkan

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medik

Observasi

dokumen Nominal

17. Hipertensi Peningkatan

tekanan darah

sistolik >140

mmHg dan

diastolik >90

mmHg

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

Medik

Observasi

dokumen Nominal

18. Preeklampsia

Berat

Hipertensi yang

timbul setelah 20

minggu kehamilan

disertai dengan

proteinuri

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

Medik

Obsservasi

dokumen Nominal

19. Infeksi Penyakit yang

disebabkan oleh

patogen dan

bersifat sangat

dinamis

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

Medik

Obsservasi

dokumen Nominal

Page 45: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif potong lintang (cross sectional) yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko dan lama rawat BBLR.

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data rekam medik pasien,

analisis data, intepretasi data hasil penelitian, dan penulisan laporan penelitian.

3.2 Wwaktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2017.

3.2.2 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah bayi berat lahir rendah.

3.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi yang digunakan adalah BBLR yang dirawat mulai dari bulan

Januari hingga Juli 2017 di RSU Kota Tangerang Selatan

3.3.3. Teknik Pemilihan Sampel & Besar Sampel

Pemilihan sampel menggunakan data sekunder yaitu rekam medis BBLR

dimulai dari bulan Januari hingga Juli 2017 di RSU Kota Tangerang Selatan yang

sesuai dengan kriteria inklusi.

31

Page 46: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

32

Deskriptif kategorik

𝑛 = 𝑍𝛼2 𝑥 𝑃 𝑥 𝑄

𝑑2

𝑛 = (1,96)2 𝑥 0,5 𝑥 (1 − 0,5)

(0,10)2

𝑛 = 3,8416 𝑥 0,5 𝑥 0,5

0,01

𝑛 = 96, 04

Keterangan:

n = Besar sampel.

Zα = Deviat baku nilai α = 5% sehingga Zα = 1.96.

P = Proporsi kategori variabel yang diteliti.27

Q = 1 – P (50%).

d2 = Presisi dengan besar 10%.

Ditambah dengan 10% dari sampel untuk menjaga subjek drop out sehingga

total sampel menjadi 106.

Analitik kategorik tidak berpasangan :

n =[ (𝑍𝛼 √2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2

𝑃1−𝑃2] 2

Keterangan :

n = besar sampel.

Z𝛼 = derivat baku normal untuk 𝛼.

Z𝛽 = derivat baku normal untuk 𝛽.

𝛼 = tingkat kemaknaan.

𝛽 = power penelitian .

P = proporsi total = (P1 - P2)/2.

P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement

peneliti.

P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya.

Page 47: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

33

Q = 1 - P

Q1 = 1 – P1

Q2 = 1 – P2

Diketahui :

Zα = 1,96

Zβ = 0,84

P1 = 0,7

P2 = 0,5

P = 0,6

Q = 0,4

Q1 = 0,3

Q2 = 0,5

dengan menggunakan kesalahan tipe 1 5%, hipotesis dua arah, kesalahan tipe II

20% dan P2 sebesar 0,5, maka besar sampel yang diperlukan :

n1 = n2 = [(1,96 √2 𝑥 0,6 𝑥 0,4 + 0,84√0,7 𝑥 0,3 +0,5 𝑥 0,5

0,7−0,5]2

n 1 = n2 = 82 sampel

3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subjek Penilitian

Kriteria Inklusi:

• Pasien BBLR yang dirawat di RSU Kota Tangerang Selatan pada

periode Januari sampai Juli 2017

Kriteria Eksklusi:

• Pasien meninggal dunia, dikarenakan tidak dapat dinilai lama

rawatnya.

Page 48: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

34

3.4 Cara Kerja Penelitian

3.5 Manajemen Data

3.5.1. Pengolahan data

Manajemen data adalah cara pengolahan data yang dilakukan mulai dari

pengumpulan data sampai dengan analisis data. Tahapan dalam manajemen data

adalah sebagai berikut:33

1. Cleaning

Data yang sudah ada dipilah terlebih dahulu menjadi ekam medis mana yang

diperlukan dan yang tidak diperlukan.

Persiapan penelitian

Pembuatan proposal penelitian

Menentukan rumah sakit untuk

pengambilan data

Membuat surat perizinan ambil

data rekam medi di rumah sakit

Menentukan jumlah sampel

yang dibutuhkan

Menentukan kriteria inklusi

Pengambilan data rekam medik

Tidak sesuai kriteria inklusi Persiapan penelitian

Data tidak diolah Sesuai kriteria inklusi

Pengambilan data

Penyajian hasil dan kesimpulan

Page 49: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

35

2. Editing

Pemeriksaan kembali kelengkapan data rekam medis.

3. Coding

Memberikan kode kepada beberapa kategori yang sudah ada.

4. Entry

Data yang sudah dirubah menjadi kode kemudian dimasukkan kedalam

komputer untuk diolah dan dianalisa.

5. Cleaning

Data yang sudah dimasukkan dibersihkan dan diperiksa kembali bila

ditemukan ketidaklengkapan dan kemudian dilakukan perbaikan.

3.5.2. Analisis Data

Data rekam medis yang telah diperoleh akan dianalisa menggunakan

software IBM SPSS versi 22.

Page 50: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data rekam medik bayi BBLR

yang dirawat dari tanggal 1 Januari sampai 31 Juli 2017 di Rumah Sakit Umum Kota

Tangerang Selatan. Dari hasil pengambilan data dengan cara tersebut didapatkan

bahwa bayi yang lahir dengan BBLR dan dirawat di Rumah Sakit Umum Kota

Tangerang Selatan dari tanggal 1 Januari sampai 31 Juli 2017 sebanyak 132 pasien,

namun hanya 106 pasien yang diambil dan sesuai dengan kriteria inklusi.

4.1. Deskripsi Hasil dan Pembahasan

4.1.1. Karakteristik Sampel Ibu

Tabel 4.1 Gambaran Kejadian BBLR dengan Faktor Risiko Ibu.

Variabel n (frekuensi) % (persentase)

Usia ibu

<20 tahun 1 0,9

20-35 tahun 81 76,4

>35 tahun 15 14,2

Tidak ada data 9 8,5

Pendidikan ibu

<SMP 12 11,3

SMP 21 19,8

SMA/SMK 53 50,0

D3/S1 12 11,3

Tidak ada data 8 7,5

ANC

Teratur 79 74,5

Tidak teratur 16 15,2

Tidak ada data 11 10,4

Jumlah paritas

Primipara 33 31,1

Multipara 68 64,2

Grandepara 3 2,8

Tidak ada data 2 1,9

Jarak kehamilan sebelumnya

<2 tahun 32 30,2

≥2 tahun 50 47,2

Tidak ada data 24 22,6

Persalinan

Spontan 51 48,1

Sectio caesarea (SC) 52 49,1

Tidak ada data 3 2,8

Total 106 100

Page 51: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

37

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa usia terbanyak ibu yang melahirkan

BBLR yaitu usia 28-35 tahun sebanyak 81 bayi (78,4%). Hasil ini berbeda dengan teori

yang sudah ada yaitu ibu yang berisiko melahirkan BBLR adalah usia kurang dari 25

tahun (terlalu muda) atau lebih dari 35 tahun (terlalu tua) dan usia yang tidak berisiko

adalah usia 20-35 tahun.6 Usia ibu yang berisiko berdasarkan peraturan Menteri

Kesehatan (Permenkes) No. 39 tahun 2016 yaitu ibu terlalu muda < 20 tahun dan ibu

terlalu tua >35 tahun.46 Namun pada penelitian ini didapatkan hasil yang sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Adi S dkk pada tahun 2012

menyatakan bahwa angka kejadian melahirkan BBLR terbanyak yaitu pada usia 20-35

tahun sebanyak 51 bayi (70,8%), diikuti usia <20 tahun, dan >35 tahun sebanyak 21

bayi (29,9%).29 Pada penelitian yang dilakukan oleh Feibi A dkk pada tahun 2017

mendapatkan hasil yang sama yaitu kejadian melahirkan BBLR terbanyak pada usia

ibu 20-35 tahun sebanyak 29 bayi (41,4%), kemudian diikuti ibu dengan usia <20 tahun

sebanyak 29 bayi (34,3%), dan ibu usia >35 tahun sebanyak 17 bayi (24,3%).25 Hasil

ini dapat berbeda dengan teori yang sudah ada dapat disebabkan karena sudah banyak

ibu yang mengetahui tentang pentingnya menghindari 4T yang dipromosikan oleh

pemerintah yaitu terlalu muda, terlalu banyak (anak), terlalu rapat (jarak kelahiran),

dan terlalu tua.

Pada tabel 4.1 bahwa tingkat pendidikan ibu yang melahirkan BBLR terbanyak

terjadi pada ibu dengan kategori pendidikan menengah yaitu SMA/SMK sebanyak 53

bayi (50%) dan SMP sebanyak 21 bayi (29,8%) yang keduanya merupakan kategori

pendidikan menengah. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi S

dkk yang menyatakan bahwa kelahiran BBLR tertinggi terjadi pada ibu dengan tingkat

pendidikan menengah atau SMP-SMA yaitu sebanyak 48 bayi (66,7%). 29 Namun hasil

ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiani K yang menyatakan

bahwa kejadian BBLR tertinggi terjadi pada ibu dengan kategori pendidikan tinggi

sebanyak 57 bayi (60%) dan ibu dengan kategori pendidikan rendah sebanyak 48 bayi

(40%).4

Page 52: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

38

Pada tabel 4.1 bahwa kejadian BBLR tertinggi terjadi pada ibu dengan kategori

kunjungan ANC teratur atau ≥4 kali sebanyak 79 bayi (74,5%). Hasil ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Husein S dengan hasil ibu yang melahirkan

BBLR tertinggi terjadi pada kelompok ibu dengan kunjungan ANC tidak teratur yaitu

sebanyak 28 bayi (70,0%).26 Hasil ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Devy K pada tahun 2016 yang menyatakan bahwa kejadian BBLR tertinggi terjadi

pada ibu dengan kategori kunjungan ANC tidak teratur sebanyak 19 bayi (55,5%), hasil

ini juga berbeda dikarenakan jumlah sampel yang digunakan lebih sedikit sehingga

jumlah hasil yang didapatkan juga dapat berbeda.30 Hasil ini berbeda dengan teori yang

sudah ada yaitu kujungan ANC teratur berguna untuk mengetahui berbagai

kemungkinan adanya penyulit maupun gangguan kesehatan selama kehamilan

sehingga meningkatkan kualitas dan luaran kehamilan.7 Hasil ini berbeda dengan teori

yang sudah ada dapat disebabkan karena mayoritas pada penelitian ini adalah ibu

dengan jumlah paritas multipara, sehingga ibu sudah mempunyai pengalaman bersalin

sebelumnya dan membuat ibu rutin melakukan kunjungan ANC.

Berdasarkan tabel 4.1 memperlihatkan kejadian BBLR terbanyak terjadi pada

ibu dengan jumlah paritas multipara yaitu sebanyak 68 bayi (64,2%). Hasil ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi S dkk pada tahun 2012 yang menyatakan

bahwa kejadian BBLR terbanyak terjadi pada ibu dengan kategori multipara yaitu

sebanyak 42 bayi (58,3%).29 Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Endriana dkk yang menyatakan bahwa ibu yang melahirkan BBLR tertinggi terjadi

pada ibu kelompok multipara yaitu sebanyak 100 bayi (54,3%).31 Namun hasil ini

berbeda dengan Permenkes No. 39 tahun 2016 yaitu ibu yang berisiko adalah ibu

dengan terlalu banyak anak >3 anak atau grandepara. 46 Hasil ini dapat berbeda dengan

teori yang sudah ada dapat disebabkan karena sudah banyak ibu yang mengetahui

tentang pentingnya menghindari 4T yang dipromosikan oleh pemerintah yaitu terlalu

muda, terlalu banyak (anak), terlalu rapat (jarak kelahiran), dan terlalu tua.

Didapatkan hasil pada tabel 4.1 bahwa kejadian BBLR terbanyak terjadi pada

ibu dengan jarak kehamilan ≥2 tahun yaitu sebanyak 50 bayi (47,2%). Hasil ini sama

Page 53: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

39

dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi S dkk yang menyatakan bahwa kejadian

BBLR tertinggi terjadi pada ibu dengan jarak kehamilan renggang atau ≥ 2 tahun yaitu

sebanyak 59 bayi (81,9%).29 Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Pipit Festy yang menyatakan bahwa kejadian BBLR tertinggi terjadi pada ibu

dengan jarak kehamilan ≥2 tahun yaitu sebanyak 78 bayi (60,9%).32 Namun hasil ini

berbeda dengan Permenkes No. 39 tahun 2016 yaitu ibu yang berisiko adalah ibu

dengan jarak kehamilan terlalu dekat atau <2 tahun.46 Hasil ini dapat berbeda dengan

teori yang sudah ada yang dapat disebabkan karena sudah banyak ibu yang mengetahui

tentang pentingnya menghindari 4T yang dipromosikan oleh pemerintah yaitu terlalu

muda, terlalu banyak (anak), terlalu rapat (jarak kelahiran), dan terlalu tua.

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa jenis persalinan pada BBLR

terbanyak menjalani persalinan SC yaitu sebanyak 52 bayi (49,1%). SC dilakukan

apabila terdapat gangguan pada salah satu dari faktor dalam proses persalinan yang bila

dibiarkan maka dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan ibu maupun

janin.8 Belum terdapat penelitian lain yang menyebutkan proporsi jenis persalinan pada

BBLR.

Tabel 4.2 Gambaran Kejadian BBLR dengan Riwayat Penyakit Ibu

Variabel n (frekuensi) % (persentase)

Diabetes Melitus 3 2,8

Hipertensi 19 17,9

Preeklampsia Berat 19 17,9

Eklampsia 6 5,7

Infeksi 12 11,3

Anemia 7 6,6

Oligohidramnion 5 4,7

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa BBLR dengan riwayat ibu

diabetes melitus sebanyak 3 bayi (2,8%). Hasil ini berbeda dengan teori yang sudah

Page 54: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

40

ada, bahwa bayi dengan riwayat ibu DM cenderung lahir makrosomia (>4000 gram)

yang disebabkan karena kadar glukosa ibu yang tinggi menyebabkan peningkatan

respon insulin janin, sehingga peningkatan kadar insulin tersebut akan mendorong

pertumbuhan intrauteri yang menyebabkan terjadinya makrosomia.47 Pada penelitian

ini berbeda dikarenakan bayi memiliki faktor risiko lain seperti infeksi, sehingga

menyebabkan terjadinya BBLR.

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa BBLR dengan riwayat ibu

hipertensi sebanyak 19 bayi (17,9%). Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan

oleh Khairina pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa kejadian BBLR dengan

riwayat ibu hipertensi sebanyak 10 bayi (10%).33 Hasil ini sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Humaeroh L yang menyatakan bahwa kejadian BBLR dengan riwayat

ibu hipertensi sebanyak 10 bayi (17,5%).34

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa BBLR dengan riwayat ibu PEB

sebanyak 19 bayi (17,9%). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tintyarza G yang menyatakan bahwa kejadian BBLR dengan riwayat ibu PEB

sebanyak 23 bayi (20,9%).35 Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Humaeroh L yang menyatakan bahwa kejadian BBLR dengan riwayat ibu PEB

sebanyak 5 bayi (8,7%), disebabkan karena jumlah sampel yang digunakan pada

penlitiannya lebih sedikit yaitu masing-masing 43 dan 57 bayi sehingga hasil yang

didapatkan juga dapat berbeda. 34

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa BBLR dengan riwayat ibu

eklampsia sebanyak 6 bayi (5,7%). Hasil ini hampir serupa dengan penelitian yang

dilakukan oleh Humaeroh L yang menyatakan bahwa kejadian BBLR dengan riwayat

ibu eklampsia sebanyak 5 bayi (8,7%).34 Hasil ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Tintyarza G yang menyatakan bahwa kejadian BBLR dengan riwayat

ibu eklampsia sebanyak 23 bayi (20,9%), hasil ini berbeda dikarenakan jumlah sampel

pada penelitiannya lebih sedikit yaitu masing-masing 57 dan 43 bayi sehingga hasil

yang didapatkan juga dapat berbeda. 35

Page 55: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

41

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa BBLR dengan riwayat ibu

sebanyak 12 bayi (11,3%). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Khairina pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa kejadian BBLR dengan riwayat ibu

infeksi sebanyak 7 bayi (7%), hasil ini berbeda dikarenakan jumlah sampel pada

penelitiannya 100 bayi sehingga hasil yang didapatkan juga dapat berbeda.33

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa BBLR dengan riwayat ibu

anemia sebanyak 7 bayi (6,6%). Hasil ini hampir berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Simanjuntak N pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa kejadian

BBLR dengan riwayat ibu anemia sebanyak 86 bayi (86%).35 Hasil ini juga berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Humaeroh L yang menyatakan bahwa kejadian

BBLR dengan riwayat ibu anemia sebanyak 9 bayi (15,8%) hasil ini berbeda

dikarenakan jumlah sampel pada penelitiannya masing-masing 100 dan 57 bayi

sehingga jumlah hasil yang didapatkan juga dapat berbeda.34

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa BBLR dengan riwayat ibu

oligohidramnion sebanyak 5 bayi (4,7%). Belum terdapat penelitian lain yang

menyebutkan gambaran kejadian BBLR dengan riwayat ibu oligohidramnion.

Tabel 4.3 Gambaran Kejadian BBLR dengan Faktor Risiko Plasenta

Variabel n (frekuensi) % (persentase)

Ketuban Pecah dini 11 10,4

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa BBLR dengan riwayat ibu

ketuban pecah dini sebanyak 11 bayi (10,4%). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Humaeroh L yang menyatakan bahwa kejadian BBLR dengan riwayat

ibu ketuban pecah dini sebanyak 19 bayi (33,3%) hasil ini berbeda dikarenakan jumlah

sampel pada penelitian ini 57 bayi sehingga hasil yang didapatkan juga berbeda.34

Page 56: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

42

4.1.2. Karakteristik Sampel Bayi

Tabel 4.4 Gambaran Kejadian BBLR dengan Faktor Risiko Bayi

Variabel n (frekuensi) % (persentase)

Jenis Kelamin

Laki-laki 55 51,9

Perempuan 51 48,9

Skor APGAR menit ke-5

4-6 12 11,3

7-10 88 83,0

Tidak ada data 6 5,7

Usia Gestasi

EP 4 3,8

VP 29 27,4

MTP 50 47,2

A 18 17,0

Tidak ada data 5 4,7

Lahir Kembar

Ya 17 16

Tidak 89 84

Riwayat Infeksi 80 75,5

Riwayat Non-Infeksi 26 24,5

Total 106 100 *EP = Extremely preterm, VP = Very preterm, MLP = Moderate to late preterm, A = Aterm.

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa jenis kelamin BBLR terdapat 55 bayi

(51,9%) laki-laki dan 51 bayi (51%) perempuan. Berdasarkan hasil tersebut penelitian

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi S dkk pada tahun 2012 yang

menyatakan bahwa kejadian BBLR lebih sering terjadi pada bayi dengan jenis kelamin

laki-laki yaitu sebanyak 44 bayi (61,1%) dibandingkan dengan jenis kelamin

perempuan sebanyak 28 bayi (38,9%).29 Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Setyo M dkk dengan hasil BBLR berjenis kelamin

perempuan berjumlah sebanyak 87 bayi (55,4%) dan jenis kelamin laki-laki berjumlah

sebanyak bayi 70 (44,6%), hasil ini berbeda dikarenakan jumlah sampel pada

penelitiannya berbeda sehingga jumlah hasil yang didapatkan juga dapat berbeda.37

Hasil ini juga berbeda dengan hasil Riskesdas kejadian BBLR terbanyak pada tahun

Page 57: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

43

2013 terjadi pada jenis kelamin perempuan dengan persentase 11,2% lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki 9,2%.3

Tabel 4.4 didapatkan bahwa kejadian tertinggi BBLR berdasarkan skor

APGAR menit ke-5 yaitu pada skor 7-10 atau normal yaitu 88 bayi (83%). Hasil ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Winny dkk yang menyatakan bahwa

kejadian tertinggi BBLR berdasarkan skor APGAR menit ke-5 yaitu pada skor APGAR

rendah yaitu sebanyak 25 bayi (62,5%). Namun pada penelitiannya hanya terdapat

sebanyak 2 kategori skor APGAR yaitu normal dan rendah.38

Tabel 4.4 didapatkan bahwa angka tertinggi terjadinya BBLR yaitu pada usia

gestasi 33-36 minggu (MTP) yaitu sebanyak 50 bayi (47,2%). Hasil ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Septa W dkk yang menyatakan bahwa persentase BBLR

tertinggi yaitu pada usia gestasi preterm sebanyak 65 (65%) bayi dan usia gestasi aterm

dengan persentase 35 (35%) bayi. Namun pada penelitian tersebut hanya terdapat 2

kategori usia gestasi yaitu preterm dan aterm.48 Hasil ini berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ilyas pada tahun 2014 dengan hasil tertinggi BBLR terjadi pada

usia gestasi extremely preterm sebanyak 7 bayi (53,8%), diikuti kategori moderate to

late preterm sebanyak 4 bayi (30,8%), dan kategori very preterm sebayak 2 (15,4%).

Namun penelitian tersebut tidak terdapat kategori aterm.39

Tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa kejadian BBLR yang lahir kembar atau

gemeli sebanyak 17 bayi (16%) dari total 106 BBLR. Hasil ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Masitoh S yang menyatakan bahwa 58,3% bayi dengan

kelahiran kembar berisiko mengalami kejadian BBLR.40 Penelitian yang dilakukan

oleh Dwi A dkk mendapatkan hasil yang serupa yaitu 11 bayi (18.3%) dengan kelahiran

kembar berisiko mengalami kejadian BBLR.50

Tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa kejadian BBLR tertinggi terjadi pada bayi

dengan riwayat infeksi yaitu sebanyak 80 bayi (75,5%).

Page 58: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

44

4.1.3. Proporsi Berat Badan Lahir Rendah

Tabel 4.5 Gambaran kejadian BBLR berdasarkan Berat Badan Lahir

Kategori

Berat Badan

Lahir

n (frekuensi) % (persen)

BBLASR 6 5,7

BBLSR 19 17,9

BBLR 81 76,4

Total 106 100

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa bayi yang lahir dengan kategori BBLR

menduduki angka paling tinggi yaitu 81 bayi (76,4%) bayi. Hasil ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Duara K yang menyatakan bahwa kategori BBLR

menduduki angka paling tinggi yaitu sebanyak 565 bayi (93,5%), kemudian diikuti

kategori BBLSR sebanyak 38 bayi (6,3%), dan BBLASR sebanyak 1 bayi (0,17%).42

4.1.4. Proporsi Lama Rawat BBLR

Tabel 4.6 Gambaran kejadian Lama Rawat BBLR

Kategori Lama Rawat n (frekuensi) % (persen)

1-3 hari 31 29,2

4-7 hari 30 28,3

>7 hari 44 41,5

Tidak ada data 1 0,9

Total 106 100

Dari tabel 4.6 dapat kita lihat bahwa angka lama rawat terbanyak yaitu pada

kategori >7 hari yaitu sebanyak 44 bayi (41,5%). Hasil ini serupa dengan penelitian

yang dilakukan oleh Numerato dkk yang melakukan penelitian di berberapa negara

menyatakan bahwa persentase rata-rata lama rawat BBLR terbanyak yaitu pada >7

hari, seperti di rata-rata lama rawat di Swedia yaitu 61, Italia 60,5 hari, dan Skotlandia

50,7 bayi.43

Page 59: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

45

4.2. ANALISIS BIVARIAT

Pada analisis bivariat hanya digunakan 85 sampel yang dapat diteliti,

disebabkan karena beberapa data faktor risiko ibu maupun bayi tidak lengkap.

4.2.1. Hubungan Lama Rawat BBLR terhadap Faktor Risiko Ibu

Tabel 4.7 Hubungan riwayat penyakit ibu dengan lama rawat.

Variabel Lama Rawat

>7 hari 4-7 hari 1-3 hari Total p value* r

n n n n

Riwayat

Penyakit Ibu

0,044 0,176

Hipertensi, PEB,

eklampsia,

infeksi, dan

oligohidramnion

1 0 0 1

Hipertensi, PEB,

dan eklampsia

2 0 0 2

DM, hipertensi,

dan eklampsia

0 1 0 1

PEB,

oligohidramnion

, dan infeksi

1 0 0 1

Hipertensi dan

PEB

1 2 0 3

Hipertensi dan

oligohidramnion

1 0 0 1

PEB dan infeksi 0 1 0 1

DM dan

hipertensi

0 0 1 1

Diabetes

Melitus

0 0 0 0

Hipertensi 3 2 1 6

Preeklampsia

Berat

5 0 1 6

Eklampsia 0 1 0 1

Infeksi 2 2 3 7

Anemia 3 0 2 5

Oligohidramni-

on

0 1 1 2

Tidak 18 11 18 47

*Hasil Uji Somers’d

Page 60: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

46

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat

penyakit ibu dengan lama rawat BBLR (p = 0,044). Hasil r atau koefisien korelasi 0,176

maka kekuatan hubungan antara riwayat penyakit ibu dan lama rawat BBLR adalah

hubungan sangat lemah. Belum terdapat penelitian yang membahas hubungan riwayat

penyakit ibu dengan lama rawat BBLR.

Tabel 4.8 Hubungan faktor risiko plasenta dengan lama rawat.

Variabel Lama Rawat

>7 hari 4-7 hari 1-3 hari Total p value* r

n n n n

Ketuban pecah

dini

3 5 1 9 0,841 0,015

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa BBLR dengan riwayat ibu ketuban

pecah dini yang dirawat terbanyak yaitu pada 4-7 hari yaitu sebanyak 5 bayi. Dari hasil

didapatkan nilai p = 0,841 yang artinya p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat ibu ketuban pecah dini dengan lama

rawat BBLR. Belum terdapat penelitian yang membahas hubungan riwayat ibu ketuban

pecah dini dengan lama rawat BBLR.

4.2.2. Hubungan Lama Rawat BBLR terhadap Faktor Risiko Bayi

Tabel 4.9 Hubungan faktor risiko bayi dengan lama rawat.

Page 61: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

47

Variabel Lama Rawat

>7 hari 4-7 hari 1-3 hari Total p value** r

n n n n

Berat Badan

Lahir

0,000 0,366

BBLASR 4 0 0 4

BBLSR 14 1 0 15

BBLR 19 20 27 66

Usia gestasi 0,002 0,301

EP 1 1 1 3

VP 20 3 3 26

MLP 12 12 17 41

A 4 5 6 15

Lahir kembar 0,626 0,034

Ya 7 1 7 15

Tidak 30 20 20 70

Skor APGAR

(menit ke-5)

0,106 0,096

4-6 2 3 5 10

7-10 35 18 22 75

Riwayat

Infeksi

0,003 0,236

Ya 33 16 15 64

Tidak 4 5 12 21

*EP = Extremely preterm, VP = Very preterm, MLP = Moderate to late preterm, A = Aterm.

** Hasil Uji Somers’d

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh hasil data lama rawat paling banyak

berdasarkan kategori berat badan lahir terjadi pada kelompok BBLR yaitu sebanyak 66

bayi. Namun pada hasil didapatkan BBLASR cenderung memiliki lama rawat yang

lebih panjang, hal ini disebabkan karena belum sempurnanya organ-organ dalam tubuh

baik anatomi maupun fisiologi sehingga lebih mudah terjadinya masalah atau kelainan

yang berakibat lama rawatnya semakin panjang dibandingkan dengan bayi berat lahir

normal.8 Dari hasil didapatkan nilai p = 0,000 yang artinya p<0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan lahir dengan

lama rawat BBLR. Didapatkan hasil r atau koefisien korelasi 0,366 maka kekuatan

hubungan antara berat badan lahir BBLR dan lama rawat adalah hubungan lemah.

Page 62: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

48

Belum terdapat penelitian yang membahas hubungan berat badan lahir BBLR dengan

lama rawat.

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan hasil bahwa kejadian lama rawat paling

banyak berdasarkan kategori usia gestasi terjadi pada kelompok usia gestasi moderate

to late preterm yaitu sebanyak 41 bayi. Namun pada hasil didapatkan bayi very preterm

cenderung memiliki lama rawat yang lebih panjang, hal ini disebabkan karena belum

sempurnanya organ-organ dalam tubuh baik anatomi maupun fisiologi sehingga lebih

mudah terjadinya masalah atau kelainan yang berakibat lama rawatnya semakin

panjang dibandingkan dengan bayi berat lahir normal.8 Dari hasil didapatkan nilai p =

0,002 yang artinya p<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara usia gestasi dengan lama rawat BBLR. Didapatkan hasil r atau

koefisien korelasi 0,301 maka kekuatan hubungan antara usia gestasi BBLR dan lama

rawat adalah hubungan lemah. Belum terdapat penelitian yang membahas hubungan

usia gestasi BBLR dengan lama rawat.

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa kejadian kelahiran kembar atau gemeli

sebanyak 15 bayi dari 85 BBLR. Kemudian jumlah bayi terbanyak di rawat pada 1-3

hari dan >7 hari dengan masing-masing sebanyak 7 bayi. Dari hasil didapatkan nilai p

= 0,626 yang artinya p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara kelahiran kembar dengan lama rawat BBLR. Belum

terdapat penelitian yang membahas hubungan kelahiran kembar dengan lama rawat.

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan hasil bahwa kejadian lama rawat paling

banyak berdasarkan skor APGAR menit ke-5 terjadi pada kelompok bayi dengan skor

APGAR 7-10 yaitu sebanyak 75 bayi. Dari hasil didapatkan nilai p = 0,106 yang artinya

p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara skor APGAR menit ke-5 dengan lama rawat BBLR. Belum terdapat penelitian

yang membahas hubungan skor APGAR menit ke-5 dengan lama rawat.

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan hasil bahwa kejadian lama rawat paling

banyak terjadi pada bayi dengan riwayat infeksi yaitu sebanyak 64 bayi. Namun pada

Page 63: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

49

hasil didapatkan BBLR dengan riwayat infeksi cenderung memiliki lama rawat yang

lebih panjang, hal ini dapat disebabkan karena BBLR dengan riwayat infeksi harus

menjalani penatalaksanaan infeksi terlebih dahulu dibandingkan BBLR tanpa infeksi.

Dari hasil didapatkan nilai p = 0,003 yang artinya p<0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat infeksi bayi dengan lama

rawat BBLR. Didapatkan hasil r atau koefisien korelasi 0,236 maka kekuatan hubungan

antara riwayat infeksi BBLR dan lama rawat adalah hubungan lemah. Belum terdapat

penelitian yang membahas hubungan riwayat infeksi BBLR dengan lama rawat.

4.3. Keterbatasan penelitian

Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data melalui rekam medik pasien,

namun ada beberapa variabel yang kurang lengkap pada rekam medik yang tersedia.

Kemudian pada data rekam medik hanya terdapat beberapa faktor risiko BBLR yang

terlampir, sehingga peneliti hanya dapat mengambil beberapa faktor risiko BBLR

sesuai dengan data yang ada pada rekam medik. Data yang tidak didapatkan pada

penelitian ini seperti faktor risiko riwayat merokok dan konsumsi alkohol pada ibu.

Pada penelitian ini tidak dilakukan pengambilan rekam medik ibu, sehingga terdapat

beberapa variabel seperti faktor risiko plasenta tidak didapatkan yaitu plasenta previa

atau solusio plasenta pada ibu tidak didapatkan.

Page 64: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

50

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.2. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Kasus BBLR terbanyak ditemukan pada ibu dengan kelompok persalinan SC,

usia 20-35 tahun, tingkat pendidikan menengah SMA/SMK, kunjungan ANC

teratur, paritas multipara, dan jarak kehamilan sebelumnya ≥2 tahun.

2. Kasus BBLR terbanyak ditemukan pada kelompok bayi laki-laki, APGAR skor

menit ke-5 7-10, usia gestasi 33-36 minggu, berat lahir antara 1500-2499 gram,

riwayat infeksi, dan kelahiran kembar sebanyak 17 bayi.

3. Dari kasus BBLR yang dirawat, angka kejadian lama rawat terbanyak yaitu

pada lama rawat > 7 hari.

4. Terdapat hubungan antara faktor risiko riwayat penyakit ibu (p = 0,044) dengan

r = 0,176 hubungannya sangat lemah terhadap lama rawat BBLR.

5. Terdapat hubungan antara faktor risiko berat badan lahir rendah (p = 0,000)

dengan r = 0,366 hubungannya lemah, usia gestasi <37 minggu (p = 0,002)

dengan r = 0, 301 hubungannya lemah, dan riwayat infeksi bayi (p = 0,003)

dengan r = 0, 236 hubungannya lemah terhadap lama rawat BBLR.

1.3. Saran

1.3.1. Untuk penelitian selanjutnya

• Pada penelitian ini hanya melihat gambaran faktor risiko BBLR

berdasarkan usia ibu, tingkat pendidikan, kunjungan antenatal care,

jumlah paritas, jarak kehamilan, dan riwayat penyakit ibu. Sehingga

masih banyak faktor risiko BBLR yang belum diikutsertakan oleh

karenanya diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk

50

Page 65: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

51

mengetahui lebih banyak faktor risiko seperti riwayat merokok

konsumsi alkohol, dan status gizi pada ibu yang berhubungan dengan

kejadian BBLR.

• Pada penelitian ini hanya melihat gambaran lama rawat bayi BBLR

berdasarkan berat badan lahir, usia gestasi, kelahiran kembar,

riwayat penyakit infeksi maupun non infeksi, dan riwayat penyakit

ibu, sehingga diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai

faktor-faktor lain seperti biaya dan ketersediaan alat yang

mempengaruhi lama rawat bayi BBLR di NICU.

1.3.2. Untuk RSU Kota Tangerang Selatan

• Pada penelitian ini mengambil data rekam medik di Rumah Sakit,

sehingga diharapkan pihak rumah Sakit mendokumentasikan rekam

medik yang lebih lengkap yang nantinya penelitian dapat dilakukan

lebih optimal dan menjadikan data yang telah diambil oleh peneliti

menjadi profil rumah sakit tersebut.

1.3.3. Untuk masyarakat

• Diharapkan masyarakat lebih peduli akan kesehatannya sebelum

maupun selama kehamilan seperti memperhatikan faktor usia, jumlah

paritas, jarak kehamilan sebelumnya, kunjungan ANC, dan riwayat

penyakit yang ada.

Page 66: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

52

Daftar Pustaka

1. Chaman R, Amiri M, Raei M, Ajami ME, Sadeghian A, Khosravi A. Low birth

weight and its related risk factors in Northeast Iran. Iran J Pediatr 2013; 23:

701-4.

2. Villar J, Bellizan J. Relative contribution of prematurity and fetal growth

retardation to low birth weidesght in developing and developed societies. Am J

Obstet Gynecol 1982; 143: 7938.

3. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan; 2013.

4. Sulistiani K. Faktor risiko BBLR di Wilayah kerja Puskesmas Kota Tangerang

Selatan 2012-2014 [skripsi]. Jakarta: UIN FK; 2014.

5. Marcdante KJ, Kliegman, Robert M, dkk. Nelson ilmu kedokteran anak

esensial. Edisi ke-6. Singapore: Elsevier; 2014.

6. Cunningham FG, Leveno, Kenneth J, Bloom SL, dkk. Obstetri William. Edisi

23. Jakarta: EGC; 2014.

7. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; 2008.

8. Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 2005.

9. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI; 2015.

10. IDAI. Perawatan bayi berat lahir rendah. 2013. [diakses tanggal 31 Juli 2017].

Tersedia di:

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/perawatan-metode-kanguru-pmk-

meningkatkan-pemberian-asi

11. Wartawan IW. Analisis lama rawat pasien yang menjalani pembedahan di

ruang rawat inap bedah kelas III RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2011 [tesis].

Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.

Page 67: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

53

12. Digiovine B, Chenoweth C, Watts C, Higgins M. The attributable mortality and

costs of primary nosocomial bloodstream infections in the intensive care unit.

Am J Respir Crit Care Med . 1999; 160: 976–81.

13. Altimier L, Eichel M, Warner B, Tedeschi L, Brown B. Developmental care:

changing the NICU physically and behaviorally to promote patient outcomes

and costs. Neon Intens C . 2004; 17: 35–9.

14. Petrou S, Mehta Z, Hockley C, Cook-Mozaffari P, Henderson J, Goldacre M.

The impact of preterm birth on hospital inpatient admissions and costs during

the first 5 years of life. Pediatrics . 2003; 112: 110–7.

15. Soedarto. Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit. Jakarta: Seto; 2016.

16. Tiessen J, Kambara H, Sakai T, Kato K, Yamauchi K, McMillan C. What

causes international variations in length of stay: A comparative analysis for two

inpatient conditions in Japanese and Canadian hospitals. Health Serv Manage

Res. 2013;26: 86–94.

17. Mawajdeh S, Hayajneh Y, Al-Qutob R. The effect of type of hospital and health

insurance on hospital length of stay in Irbid, North Jordan. Health Policy Plan.

1997;12: 166–72.

18. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; 2009.

19. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-3.

Jakarta: FKUI; 2005.

20. Manuaba I.BG, Manuaba C, Manuaba F. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta:

EGC; 2007.

21. United Nations Children’s Fund and World Health Organization, Low

Birthweight: Country, regional and global estimates. New York: UNICEF New

York; 2004.

22. Phaneendra RRS, Prakash KP, Sreekumaran NN. Influence of pre-pregnancy

weight, maternal height and weight gain during pregnancy on birth weight.

Bahrain Med Bull. 2001; 23; 22-6.

Page 68: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

54

23. Berbabe JV, Soriano T, Albaladejo R, Juarranz M, Calle ME, Martinez D. Risk

factors for low birth weight. Eur J Obstet Gynecol Rep Bio; 2004; 116; 3-15.

24. Rosso P. Nutrition and metabolism in pregnancy, mother, and fetus. New York:

Oxford University Press; 1990.

25. Almira F, Kundre R, Lolong J. Hubungan usia ibu bersalin dengan kejadian

bayi BBLR di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. Manado: FKP

UNSRAT; 2014.

26. Husein S. Pengaruh Antenatal Care terhadap Kejadian BBLR [tesis]. Surabaya:

FKM UNAIR; 2014.

27. Pusponegoro TS. Sepsis pada neonatus. Sari Pediatri; 2000; 2; 96-102.

28. Depkes RI. Penatalaksanaan sepsis neonatorum. Jakarta: Depkes RI; 2016.

29. Adi S, Chundrayeti E, Yulistini. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap

kejadian BBLR di RSUP Dr. M Djamil Padang. Padang: FK UNAND; 2012.

30. Kania D. Hubungan kunjungan ANC dengan kejadian BBLR di Wilayah kerja

Puskesmas [skripsi]. Semarang: Kebidanan STIKES UNW; 2016.

31. Endriana S, Indrawati N, Rahmawati A.. Hubungan umur dan paritas ibu

dengan BBLR di RB Citra Insani Semarang Tahun 2012. Semarang: Kebidanan

UMS; 2012.

32. Festy P. Analisis faktor risiko pada kejadian BBLR di Kabupaten Sumenep

[skripsi]. Surabaya: FKP UMS; 2010.

33. Khairina, Modjo R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di

wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota Depok Provinsi Jawa

Barat Tahun 2013. Jakarta: FKM UI; 2013.

34. Humaeroh L. Hubungan ketuban pecah dini dengan BBLR di PKU

Muhammadiyah Bantul Yogyakarta Tahun 2012-2013 [skripsi]. Yogyakarta:

Kebidanan USIYA; 2013.

Page 69: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

55

35. Tintyarza GA. Hubungan Preeklampisia/Eklampsia dengan kejadian BBLR

pada bayi di RSUD Kartini Jepara [tesis]. Surakarta: FK UMS; 2013.

36. Simanjuntak NA. Hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di

Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu

[skripsi]. Medan: FKM USU; 2009.

37. Setyo P, Umi M. Pola kejadian BBLR dan faktor yang mempengaruhinya di

Indonesia Tahun 2010. Surabaya: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kemenkes RI; 2010.

38. Carolus W, Rompis J, Wilar R. Hubungan APGAR skor dan berat badan lahir

dengan sepsis neonatorum. Manado: FK UNSRAT; 2013.

39. Ilyas M. Angka kejadian persalinan preterm, berat badan lahir, dan kematian

perinatal di Rumah Sakit Prikasih Tahun 2010-2014 [skripsi]. Jakarta: FK UIN;

2014.

40. Masitoh S, Syafrrudin, Delmaifanis. Hamil ganda penyebab bermakna BBLR.

2009; 1; 129-34.

41. Purwanti AD. Hubungan antara umur kehamilan, kehamilan ganda, hipertensi,

dan anemia dengan kejadian BBLR. Surabaya: FKM UNAIR; 2014.

42. Duara IK. Determinan Kematian BBLR Selama Rawat Inap di RSUD

Karangasem Tahun 2012-2014. Bali: FKM UNUD; 2014.

43. Numerato D. Mortality and length of stay of very low birth weight and very

preterm infants: A EuroHOPE Study. 2015; 10.

44. Lee HC. Accounting for Variation in Length of Stay for Extremely Low Birth

Weight Infants. 2013.

45. Maulana M. Panduan lengkap kehamilan: memahami kesehatan reproduksi,

cara menghadapi kehamilan, dan kiat mengasuh anak. Jogjakarta: Kata Hati;

2007.

Page 70: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

56

46. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016.

Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga. Jakarta: Kemenkes RI; 2016.

47. Green C. Rencana asuhan keperawatan maternal dan bayi baru lahir. Jakarta:

EGC; 2012.

48. Septa W, Darmawan MTS. Faktor risiko bayi berat lahir rendah di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2010 [tesis]. Yogyakarta: FK UII; 2010.

49. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;

2007.

50. Purwanto Anjas D. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian bayi berat

lahir rendah [skripsi]. Surabaya: FK UINAIR; 2016.

Page 71: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

57

Lampiran 1

Page 72: GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN LAMA RAWAT BAYI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37501/1/ANNISA... · sempurnanya organ-organ baik anatomi maupun fisiologi. Tujuan:

58

Lampiran 2

RIWAYAT PENULIS

Identitas Diri:

Nama : Annisa Luthfi Hapsari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan tanggal lahir : Tangerang, 4 Januari 1996

Alamat : Asrama Polri Ciledug Blok: A No: 1 RT 02 RW 01

Kec. Ciledug, Kota Tangerang, Banten

No. Telepon : 08170330567

E-mail : [email protected]

Pendidikan:

1. TK Bhayangkari 12 (2000-2002)

2. SD Islam Al – Hasanah (2002-2008)

3. SMP Islam Al – Azhar 10 Kembangan (2008-2011)

4. SMA Negeri 78 Jakarta (2011-2014)

5. PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2014-Sekarang)