Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN METODE KERJA PADA PEKERJA DI PT. PLN
(PERSERO) UPT MEDAN ULTG PAYA PASIR
TAHUN 2020
SKRIPSI
Oleh
ENGLI HUTAHAEAN
NIM. 161000252
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
GAMBARAN METODE KERJA PADA PEKERJA DI PT. PLN
(PERSERO) UPT MEDAN ULTG PAYA PASIR
TAHUN 2020
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
ENGLI HUTAHAEAN
NIM. 161000252
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
i
Judul Skripsi : Gambaran Metode Kerja pada Pekerja di PT.
PLN (Persero) UPT Medan ULTG Paya Pasir
Tahun 2020
Nama Mahasiswa : Engli Hutahaean
Nomor Induk Mahasiswa : 161000252
Departemen : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menyetujui
Pembimbing:
(Dr. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes.)
NIP. 197911072005012003
Dekan
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.)
NIP. 196803201993082001
Tanggal Lulus : 10 Maret 2021
ii
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal : 10 Maret 2021
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Dr. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes.
Anggota : 1. Ir. Kalsum, M.Kes.
2. Dr. Isyatun Mardhiyah Syahri, S.K.M,. M.Kes.
iii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul
“Gambaran Metode Kerja pada Pekerja di PT. PLN (PERSERO) UPT
Medan ULTG Paya Pasir” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya
sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Medan, 10 Maret 2021
Engli Hutahaean
iv
Abstrak
Judul penelitian ini adalah “Gambaran Metode Kerja pada Pekerja di PT. PLN
(PERSERO) UPT Medan ULTG Paya Pasir”. Latar belakang dilakukan penelitian
ini adalah unit layanan transmisi gardu induk merupakan pekerjaan yang memiliki
risiko yang tinggi akan kecelakaan kerja. Statistik kecelakaan kerja PLN tahun
2018 menyebutkan bahwa jumlah kecelakaan kerja banyak terjadi akibat bekerja
tanpa atau tidak sesuai SOP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran metode kerja proses pemeliharaan dan proses perbaikan di PT. PLN
(Persero) UPT Medan ULTG Paya Pasir tahun 2020. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasional. Responden pada penelitian ini adalah
seluruh pekerja dan supervisor di PT. PLN (Persero) ULTG Paya Pasir. Hasil
penelitian pada penelitian ini adalah pada metode kerja saat melakukan
pemeliharaan meliputi safety briefing, pemeriksaan alat uji, pemeriksaan peralatan
kerja, proses pemanjatan, pembersian, dan pengambilan data telah terlaksana
sesuai SOP yang ditetapkan dan metode kerja saat melakukan perbaikan meliputi
proses menuju lokasi pergantian insulator, pemanjan tower transmisi dan
penurunan peralatan kerja berisiko dimana lokasi perbaikan memungkinkan
potensi bahaya tenggelam, terjatuh dan tertimpa alat kerja. Saran yang diberikan
berdasarkan penelitian ini untuk PT PLN ULTG Paya Pasir agar
mempertahankan, meningkatan, mengevaluasi metode kerja dan prosedur secara
sistematis saat melakukan pemeliharaan dan perbaikan sehingga dapat menjadi
pedoman para pekerja dan supervisor serta penanggungjawab pekerjaan.
Selanjutnya sebaiknya pekerja saat melakukan metode kerja perbaikan,
pemeliharaan pekerja dan supervisor harus memahami serta melakukan pekerjaan
sesuai dengan standar operasional prosedur dan metode kerja yang telah
ditetapkan di PT. PLN ULTG Paya Pasir.
Kata kunci : Metode kerja, pekerja, PLN
v
Abstract
The title of this research is “Description of Work Methods for Workers at PT.
PLN (PERSERO) UPT Medan ULTG Paya Pasir”. Background of this research is
the substation transmission service unit is a job that has a high risk of work
accidents. In 2018 PLN work accident statistics state that the number of work
accidents occurred due to working without or not according to the SOP. The
purpose of this research was to describe the working method of the maintenance
process and the repair process at PT. PLN (Persero) UPT Medan ULTG Paya
Pasir in 2020. The approach used in this study is observational. Respondents in
this study were all workers and supervisor at PT. PLN (Persero) ULTG Paya
Pasir.The research result in this study are that the work methods when
performing maintenance include safety briefings, examination of test equipment,
inspection of work equipment, climbing processes, cleaning, and data retrieval
have been carried out according to established SOP and work methods when
making improvements including the process to the location of the replacement of
the insulator, extending transmission towers and lowering work equipment are
risky where the repair site is a potential danger of drowning, falling and being
crushed by work tools. The advice are given based on this research for PT PLN
ULTG Paya Pasir to maintain, improve, systematically evaluate work methods
and procedures when carrying out maintenance and repairs so that they can serve
as guidelines for workers and supervisors as well as those in charge of work.
Furthermore, it is advisable for workers when carrying out repair work methods,
maintenance workers and supervisors must understand and do work in
accordance with the standard operating procedures and work methods that have
been set at PT. PLN ULTG Paya Pasir.
Keywords : Methods of work, workers, PLN
vi
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, atas
segala rahmat dan karunia Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
yang ditulis berdasarkan hasil penelitian tentang “Gambaran Metode Kerja
pada Pekerja di PT. PLN (PERSERO) UPT Medan ULTG Paya Pasir”,
merupakan syarat untuk mencapai derajat S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Universitas Sumatera Utara.
Selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak
terhingga kepada :
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Depatermen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dalam menyelesaikan kesempurnaan skripsi ini.
5. Ir. Kalsum, M.Kes., selaku Penguji I yang telah memberikan masukan demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Isyatun Mardhiyah Syahri, S.K.M., M.Kes., selaku Penguji II yang telah
memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh pekerja PT. PLN (PERSERO) UPT Medan ULTG Paya Pasir yang
sudah memberi bantuan dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
vii
8. Teristimewa untuk orangtua tercinta Nurhayati Hutasoit, kakak penulis
Mariani Hutahaean, Selfry Hutahaean, Veronica Bakara Eriko Hutahaean,
Grace Fernando, Tito Hutagalung beserta partner saya Miguel Karinda yang
selalu mendukung dan mendoakan selama penyelesaian skripsi ini.
9. Sahabat – sahabat penulis semasa SMP hingga saat ini Sarah Manurung, May
Sitepu, Ana Simanjuntak, Melda Nainggolan dan Tasya Aritonang yang telah
banyak memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Sahabat – sahabat penulis selama perkuliahan Widya Anastasyia, Agree
Vinalia, Theresia Gabriella, Oktavianisa, Balqis Nasution, Samuel Natanael
Purba, Riyan Kurniawan, yang telah banyak memberikan bantuan dan
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang
membangun. Penulis juga berharap semoga skripsi yang telah disusun ini dapat
memberikan manfaat terkait ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat terkhusus
keselamatan dan kesehatan kerja mengenai gambaran metode kerja pada pekerja.
Medan, 10 Maret 2021
Engli Hutahaean
viii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 6
Tinjauan Pustaka 7
Kecelakaan 7
Sebab - sebab kecelakaan 7
Pencegahan kecelakaan kerja 10
Metode Kerja 11
Transmisi Tenaga Listrik 16
Landasan Teori 21
Kerangka Konsep 23
Metode Penelitian 24
Jenis Penelitian 24
Lokasi dan Waktu Penelitian 24
Populasi dan Sampel 24
Variabel dan Definisi Operasional 25
Metode Pengumpulan Data 26
Metode Analisis Data 26
Hasil Penelitian dan Pembahasan 27 Gambaran Umum PT. PLN ULTG Paya Pasir 27
PT. PLN (PERSERO) UIP3BS 28
Hasil Wawancara Terbuka 32
ix
Pemeliharaan Arrester 76
Metode kerja aresster 80
Pemeliharaan Trafo Arus CT R3 88
Metode kerja trafo arus CT R3 93
Pemeliharaan Pemutus Tenaga 99
Metode kerja pemutus tenaga 104
Pemeliharaan Trafo Tenaga Tegangan Tinggi 111
Metode kerja trafo tenaga tegangan tinggi 118
Pemeliharaan Pembumian Gardu Induk 122
Gambaran Metode Kerja 123
Perbaikan Transmisi 130
Metode kerja penggantian isolator 132
Potensi Bahaya K3 140
Keterbatasan Penelitian 141
Kesimpulan dan Saran 143
Kesimpulan 143
Saran 143
Daftar Pustaka 145
Lampiran 148
x
Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Karakteristik Pekerja Bagian Pemeliharaan dan Perbaikan di
PT. PLN (PERSERO) UPT Medan ULTG Paya Pasir
31
2 Metode Kerja Safety Briefing Lightning Arraster 32
3 Metode Kerja Pemanjatan Lightning Arraster 34
4 Metode Kerja Prosedur Pelaksanaan Kerja Trafo Arus CT R3 36
5 Metode Kerja Safety Briefing Trafo Arus CT R3 39
6 Metode Kerja Pemeriksaan Trafo Arus CT R3 42
7 Metode Kerja Safety Briefing Pemutus Tenaga 45
8 Metode Kerja Pemeriksaan Alat Uji Pemutus Tenaga 47
9 Metode Kerja Pemanjatan Pemutus Tenaga 51
10 Metode Kerja Pemeriksaan Alat Uji Trafo Tenaga Tegangan
Tinggi
54
11 Metode Kerja Pentanahan NGR Trafo Tenaga Tegangan
Tinggi
56
12 Metode Kerja Safety Briefing Pembumian Gardu Induk 59
13 Metode Kerja Pengambilan Data Pembumian Gardu Induk 62
14 Metode Kerja Menuju Lokasi Perbaikan Insulator 65
15 Metode Kerja Prosedur Pelaksanaan Kerja Perbaikan Insulator 67
16 Metode Kerja Pemanjatan Tower Transmisi Perbaikan
Insulator
69
17 Metode Kerja Penaikan dan Penurunan Peralatan saat
Melaksanakan Perbaikan Insulator
71
18 Metode Kerja Penggantian Insulator 74
xi
19 Pemeriksaan Visual Arraster 78
20 Pemeriksaan Visual Trafo Arus CT R3 91
21 Pemeriksaan Visual Pemutus Tenaga 101
22 Pemeriksaan Visual Trafo Tenaga Tegangan Tinggi 115
23 Pemeriksaan Visual Pembumian Gardu Induk 124
xii
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka konsep 23
2 Lightning arrester 76
3 Safety briefing 81
4 Skema lightning arrester 83
5 Persiapan peralatan kerja 84
6 Pekerja melakukan pemanjatan arrester dengan tangga 86
7 Trafo arus 88
8 Plat trafo arus 92
9 Prosedur pelaksanaan trafo arus 94
10 Safety briefing 96
11 Pekerja melakukan pemeriksaan trafo arus 98
12 Safety briefing 104
13 Pemeriksaan alat uji 107
14 Pengujian keserampakan pemutus tenaga 108
15 Pemanjantan pemutus tenaga 109
16 Pembersihan pemutus tenaga 111
17 Trafo tenaga tegangan tinggi 112
18 Pemeriksaan alat uji pabrik 118
19 Neutral grounding ressistance 120
20 Safety briefing 126
xiii
21 Pengambilan data pembumian gardu induk 128
22 Menuju lokasi penggantian insulator 133
23 Prosedur pelaksanaan pekerjaan perbaikan 135
24 Pemanjatan tower transmisi 137
25 Penaikan dan penurunan peralatan 138
26 Penggantian insulator 139
xiv
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Surat Izin Penelitian 148
2 Surat Selesai Penelitian 149
3 Pedoman Wawancara Terbuka 150
xv
Riwayat Hidup
Penulis bernama Engli Hutahaean berumur 22 tahun, dilahirkan di
Tanjung Morawa pada tanggal 11 Juni 1998. Penulis beragama Kristen Protestan,
anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Alm. Ottom Hutahaean dan
Nurhayati Hutasoit.
Pendidikan formal dimulai di TK. Bhayangkari Tanjung Morawa Tahun
2003. Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri No. 105855 PTPN II Tanjung
Morawa Tahun 2004 - 2010, sekolah menengah pertama di SMP Swasta Santo
Thomas 4 Medan Tahun 2010 – 2013, sekolah menengah atas di SMA Swasta
Santo Thomas 3 Medan Tahun 2013 – 2016, selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, 10 Maret 2021
Engli Hutahaean
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OHSAS) 18001
Tahun 2007 Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang terkait dengan pekerjaan
yang mengakibatkan cidera atau kesakitan peristiwa kematian atau peristiwa yang
bisa mengakibatkan kematian. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang program jaminan sosial tenaga kerja
Indonesia menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang tidak di
kehendaki dan tidak terduga menyebabkan korban manusia ataupun harta benda
terjadi dalam hubungan kerja. Kecelakaan kerja dikategorikan atas 2 jenis yaitu
kecelakaan industri (on the job accident) dan kecelakaan kompensasi (off the job
accident) yang tidak berhubungan langsung dengan pekerjaaanya.
Berdasarkan Internasional Labour Organization (ILO) 2013, pekerja
dapat mengalami bahaya listrik pada kondisi-kondisi saat bekerja berhubungan /
menyentuh kedua konduktor pada rangkaian listrik yang bertegangan. Angka
kecelakaan kerja tahun 2018 merupakan angka kecelakaan tertinggi berdasarkan
data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada tahun
2018 terjadi 114.148 atau 40.273 kasus setiap harinya, sebanyak 4.678 kasus (3,18
persen) berakibat kecacatan dan 2.575 (1,75 persen) kasus berakhir dengan
kematian. Kasus kecelakaan kerja yang tercatat pada tahun 2018 melonjak sekitar
29 persen dari tahun 2017.
Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja adalah masih rendahnya
kesadaran akan pentingnya penerapan K3 di kalangan pekerja. Kecelakaan kerja
2
juga terjadi pada bidang kelistrikan yang menyebabkan kematian pada pekerja dan
menjadi hal yang menakutkan dikalangan pekerja industri. Pekerja yang berada di
bagian antara konduktor yang ditanahkan (grounding) dan konduktor yang tidak
ditanahkan dapat mengalami bahaya listrik serupa dengan pekerja yang berada
pada bagian konduktor yang ditanahkan dengan material yang tidak ditanahkan
juga memiliki dalam bekerja.
Statistik kecelakaan kerja PLN tahun 2018 menyebutkan bahwa jumlah
kecelakaan kerja pada bagian transmisi sebanyak 45 kasus, meninggal dunia 22
kasus, pekerja bekerja dengan tidak kompeten 18 kasus, tidak mempergunakan
APD 16 kasus, bekerja tanpa atau tidak sesuai SOP sebanyak 32 kasus, tidak
adanya pengawas ataupun pengawas K3 sebanyak 13 kasus serta alat kerja yang
tidak layak sebanyak 10 kasus. Berdasarkan databoks 7 Agustus 2019 terjadi
kasus pemadaman sekitar 6 jam lamanya di seluruh wilayah Jakarta. Kejadian ini
terjadi karena adanya gangguan transmisi saluran udara tegangan ekstra tinggi
(SUTET).
Dikutip dari detik finance pada 5 Agustus 2019 terjadi pemadaman massal
listrik di Jawa Tengah akibat terkena pohon sehingga jaringan putus. Sementara
itu pada jambione.com pada 9 Januari 2020 terjadi kecelakaan kerja pada pekerja
SUTET 275 kV yang terkena induksi tegangan di Jambi. Pekerja mengalami
kecelakaan saat melakukan perbaikan pada jaringan SUTET, yakni saat menaiki
tower untuk melakukan perbaikan spacer pekerja turun ke konduktor dengan
tangan kiri memegang isolator sementara tangan kanan memegang arching horn
pada saat ini pekerja terinduksi tegangan.
3
PT. PLN (Persero) adalah perusahaan listrik Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang telah berdiri lama di Indonesia dalam bidang ketenagalistrikan.
Berdasarkan Undang – undang No 30 Tahun 2009 ketenagalistrikan adalah
segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta
usaha penunjang tenaga listrik. PT. PLN UPT Medan ULTG Paya Pasir
merupakan salah satu layanan transmisi gardu induk yang berada di Jalan Titi
Pahlawan, Komplek PLN Paya Pasir, Rengas Pulau, Medan Marelan.
ULTG Paya Pasir membawahi 5 unit yakni Gardu Induk Paya Pasir, Gardu
Induk KIM, Gardu Induk Belawan, Gardu Induk lamhota dan Gardu Induk
Labuhan. Setiap gardu induk terdiri atas seorang supervisor dan beberapa pekerja.
Pekerjaan di ULTG Paya Pasir terbagi atas beberapa bagian diantaranya bagian
transmisi, distribusi dan penjualan tenaga listrik kepada konsumen.
Transmisi merupakan proses penyaluran listrik dari pembangkitan ke
distribusi listrik, transmisi juga merupakan jenis pekerjaan yang memiliki potensi
bahaya yang tinggi karna dihadapkan dengan arus listrik yang sangat kuat.
Pekerjaan transmisi terbagi atas dua yakni perbaikan transmisi dengan tujuan
melakukan pemulihan kondisi transmisi yang mengalami kerusakan dan
pemeliharaan transmisi agar transmisi listrik terhindar dari kerusakan. Sistem
saluran transmisi yang dipakai oleh PT. PLN yakni sistem saluran udara yang
memiliki jarak yang cukup jauh dan berbagai faktor alam serta pemakaian saluran
transmisi juga rentan mengalami gangguan.
Menurut Rijanto (2019) risiko dari kecelakaan kerja disebabkan oleh
kecelakaan – kecelakaan, peralatan saat bekerja serta pekerjaan perbaikan. Potensi
4
bahaya bekerja di ketinggian dapat mengakibatkan risiko kecelakaan kerja yang
terbesar dalam industri yaitu jatuh, tercatat 50 persen kecelakaan ini
mengakibatkan kematian. Kebanyakan kecelakaan jatuh terjadi karena peralatan
kerja yang disediakan tidak digunakan dengan benar.
Jatuh merupakan potensi bahaya yang dapat terjadi di PT. PLN saat
melakukan kegiatan perbaikan transmisi tower pekerja dengan melakukan
pemanjatan tower ketinggian 35 – 50 meter. Pada saat melakukan perbaikan tower
potensi bahaya kejatuhan material dari atas tower dapat menimpah beberapa
pekerja yang berada dibawah tower sering disebut ground man. Kemudian pekerja
dapat mengalami risiko cedera seperti terbentur karna metode kerja yang kurang
benar.
Metode kerja yang baik dan mudah dipahami oleh setiap pekerja, akan
menimbulkan kesadaran pada pekerja mengenai rasa tanggung jawab yang baik
dan dapat memperkuat serta mempertahankan perusahaan dari persaingan.
Metode kerja adalah cara pelaksanaan atau tugas untuk mendapatkan rancangan
(desain) terbaik sehingga mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam
mengetahui seberapa besar metode kerja yang telah diterapkan dapat dilakukan
dengan cara membandingkan waktu baku, produktivitas dan efisiensi
(Tirkamiana, 2019).
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di ULTG Paya Pasir PT. PLN
terdapat beberapa metode kerja yang dilaksanakan pekerja dapat menyebabkan
potensi bahaya seperti saat menuju lokasi perbaikan insulator yakni menggunakan
sampan yang kecil. Metode kerja saat melakukan pemanjatan insulator juga
5
dilakukan pekerja dengan metode menaiki tower transmisi tanpa step bolt
melainkan secara langsung. Pekerja yang berada dibawah tower juga dapat
mengalami risiko kejatuhan material dari atas tower serta cidera seperti terbentur
akibat cara kerja yang tidak sesuai dengan metode kerja
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan kejadian yang
terjadi saat melaksanakan pemiliharan transmisi tower dan perbaikan transmisi.
Masih terdapat beberapa metode kerja yang diterapkan oleh perusahaan yang
dapat menyebabkan terjadi potensi bahaya pada pekerja di PT. PLN ULTG Paya
Pasir. Berdasarkan masalah yang ada maka dilakukan penelitian mengenai
gambaran metode kerja pada pekerja di PT. PLN (Persero) UPT Medan ULTG
Paya Pasir.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana gambaran metode kerja di PT. PLN (Persero) UPT Medan ULTG Paya
Pasir Tahun 2020.
Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui metode kerja proses pemeliharaan di PT. PLN (Persero)
UPT Medan ULTG Paya Pasir.
2. Untuk mengetahui metode kerja proses perbaikan di PT. PLN (Persero) UPT
Medan ULTG Paya Pasir.
6
Manfaat Penelitian
1. Bagi PT. PLN Paya Pasir
Menjadi masukan bagi PT. PLN (Persero) UPT Medan ULTG Paya Pasir
dalam pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), khususnya
metode kerja saat pemeliharaan transmisi agar dapat meningkatkan
produktivitas pekerja dan perusahaan.
2. Bagi Pekerja
Sebagai sarana dalam memperoleh informasi dan pengetahuan serta
meningkatkan rasa sadar bagi pekerja transmisi ULTG Paya Pasir akan
pentingnya metode kerja yang baik saat melakukan pekerjaan, sehingga
potensi bsahaya dapat dicegah secara optimal.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi sarana guna menerapkan ilmu serta
meningkatkan pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan terkait
ilmu kesehatan dan menambah keterampilan dalam penulisan skripsi.
7
Tinjauan Pustaka
Kecelakaan Kerja
Menurut Tarwaka (2016), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang
jelas tidak di kehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat
menimbulkan kerugian waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa
yang terjadi pada suatu proses industri. Kecelakaan kerja yang timbul dari atau
saat perjalanan kerja dapat mengakibatkan cedera akibat kerja yang fatal dan
cedera kerja yang tidak fatal. Permenaker No. 11 Tahun 2016 tentang pelayanan
kesehatan dan besaran tarif dalam penyelenggaraan program jaminan kecelakaan
kerja mendefinisikan bahwa kecelakaan kerja tidak hanya sebatas kecelakaan saja
tetapi juga penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Reese (2009), mengungkapkan bahwa kecelakaan kerja merupakan hasil
langsung dari tindakan aman dan kondisi tidak aman dan kedua hal tersebut dapat
dikontrol oleh manajemen. Tindakan tidak aman merupakan sebagai penyebab
langsung kecelakaan karena secara langsung terlibat pada saat kecelakaan terjadi.
Orientasi yang terjadi akibat kecelakaan kerja dialami langsung oleh pekerja dan
juga pengelola atau perusahaan sebagai akibat dari kecelakaan sehingga setiap
pekerja berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari terjadinya kecelakaan
dan tidak pernah berharap mengalami kecelakaan. Kejadian kecelakaan
merupakan suatu gabungan kejadian yang disebabkan oleh adaya faktor – faktor
atau potensi bahaya yang satu sama lain saling berkaitan
Sebab–sebab kecelakaan kerja. Kecelakaan yang terjadi memiliki sebab
yang harus dianalisis dan selanjutnya ditemukan tindakan pencegahannya agar
8
kecelakaan tidak terjadi lagi. Menurut Sumakmur (2014), penyebab kecelakaan
terbagi atas 2 jenis yakni disebabkan lingkungan dan mekanis yang mencakup
segala faktor selain manusia. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia
dapat dianalisis dengan contoh seorang pekerja mengalami kejatuhan benda pada
kepalanya sehingga mengalami kecelakaan.
Pekerja tidak akan mengalami kecelakaan jika menerapkan metode kerja
yang diperingatkan oleh supervisor kepada seluruh pekerja. Faktor mekanis dan
lingkungan sebagai penyebab kecelakaan dapat digolongkan menurut kelompok
pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh dan tertimpa benda
jatuh, pemakaian perkakas yang dipegang secara manual, luka bakar oleh benda
pijar dan transportasi. Penyebab kecelakaan terbesar mengakibatkan kematian
terjadi karena terjatuh baik dari tempat ketinggian maupun datar.
Faktor manusia terhadap cenderung terjadinya kecelakaan ditempat kerja
memiiki banyak penyebab seperti sifat semberono, selalu bergegas dan terlalu
berani. Pekerja yang memiliki kemampuan lamban dalam pekerjaan yang gesit
tidak akan sesuai, jika pekerja dipaksa bekerja yang memerlukan kegesitan akan
berisiko celaka saat bekerja. Berdasarkan Tarwaka (2016), teori domino
menggambarkan bahwa terjadinya suatu kecelakaan atau cedera dibagi
berdasarkan 3 fase yakni fase pre kontak yang merujuk pada kondisi yang
mengarah pada suatu kecelakaan, fase kontak merupakan fase selama pekerja,
mesin, atau fasilitas lain mengalami kontak dengan bentuk energi yang ada
ditempat kerja.
9
Fase selanjutnya pasca kontak mengacu kepada akibat dari kecelakaan
seperti cedera fisik, produksi menurun, reputasi perusahaan turun dan fasilitas dan
peralatan kerja rusak. Kecelakaan menurut jenis pekerjaan berperan dalam
menentukan terjadinya celaka. Kecelakaan di industri, pekebunan, pertambangan,
pekerjaan berhubungan dengan listrik akan berlainan satu sama lain.
Kecelakaan kerja di pertambangan yakni ledakan, atap tambang dan
dinding rubuh, terjatuh saat menaiki dan menuruni tangga. Kecelakaan di industri
maritime seperti tenggelam, luka akibat terumbu karang maupun serangan ikan.
Kecelakaan yang terjadi di perkebunan yakni tertimpa kayu dan buah, luka karena
gergaji maupun perkakas lainnya.
Pekerjaan yang berhubungan dengan arus listrik terutama yang memiliki
tegangan yang cukup tinggi akan sangat berbahaya, terutama bagi orang – orang
yang belum mengetahui secara mendalam mengenai seluk – beluk masalah listrik.
Kawat yang memiliki aliran listrik harus tertutup oleh isolasinya, jika tidak dapat
menyebabkan hubungan arus pendek (kortsluiting), kebakaran, dan pekerja
terkena sengatan listrik. Arus listrik yang memiliki tekanan tinggi hanya dapat
diperiksa oleh pihak – pihak yang ahli dalam bidang tersebut. Lemari sakelar juga
hanya boleh dimasuki oleh ahlinya dan harus selalu dalam keadaan terkunci.
Perbaikan instalasi listrik hanya dikerjakan saat arus telah dipadamkan.
Kecelakaan oleh arus listrik pada umumnya berdasarkan dari lintasan arus dalam
tubuh, arus yang melalui jantung sangat berbahaya. Dalam pemberian pertolongan
korban hanya dapat dilakukan sesudah arus listrik padam dan menggunakan
bantuan isolator yang telah memiliki standar keselamatan.
10
Pencegahan kecelakaan. Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian
materi dan kerugian korban jiwa serta peralatan yang cukup besar sehingga perlu
diterapkan pencegahan dalam kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan dapat
dilakukan berdasarkan analisis mengenai penyebab terjadinya kecelakaan.
Adapun pencegahan kecelakaan kerja dilakukan dengan identifikasi bahaya yang
terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di suatu perusahaan dan
besarnya risiko bahaya.
Menurut Rijanto (2019), pekerjaan yang berada ditempat ketinggian
memerlukan pelataran tempat kerja sudah aman serta sifat dan lamanya kerja juga
akan akan mempengaruhi bagaimana tempat kerja yang sesuai. Pencegahan yang
sesuai untuk mencegah kemungkinan orang terjatuh dari ketinggian 2 meter atau
lebih menggunakan alat pelindung yang memiliki persyaratan seperti terbuat dari
bahan yang cukup kuat dan kaku untuk mencegah orang jatuh dan mampu
mendukung muatan – muatan lain yang diletakan diatasnya.
Pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin, peralatan kerja,
perlengkapan kerja terutam faktor manusia. Menurut Suma’mur (2011),
lingkungan harus memenuhi syarat lingkungan kerja aman, persyaratan
keselamatan dan ketatarumahtangaan perusahaan. Syarat lingkungan kerja
meliputi hygiene sanitasi, pengaturan suhu dan lainnya, sedangkan
penyelenggaraan ketatarumahtangaan perusahaan yakni pengaturan penyimpanan
barang, penempatan dan pemasangan mesin. Perencanaan pencegahan kecelakaan
kerja tercermin dari pengaturan operasi proses produksi, pengaturan instalasi
11
mesin, penerapan norma keselamatan, perlengkapan dan peralatan yang memadai
serta pedoman metode kerja dan aturan pelaksanaan kerja.
Metode Kerja
Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh, metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau prosedur
yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Syamsi (2004), metode
adalah dasar dari setiap tindakan juga sebagai hasil penetapan mengenai cara
pelaksanaan kerja untuk mencapai tujuan, serta hasil penetapan penggunaan
fasilitas dan keseluruhan pengorbanan baik yang berupa pengorbanan waktu,
uang. Metode disimpulkan sebagai cara mengerjakan lebih lanjut dari salah satu
langkah maupun beberapa langkah yang telah ditetapkan dalam prosedur
selanjutnya disusun teknik pelaksanaanya.
Menurut Syamsi (2004), metode kerja merupakan realisasi pelaksanaan
dari prosedur kerja sebelum pelaksanaan teknis di tempat kerja. Metode kerja
terkadang dibedakan dengan teknis pelaksanaan kerja, tetapi tidak jarang metode
kerja dan teknis pelaksanaan kerja berhimpitan arti dan pelaksanaanya.
Sedarmayanti (2011), mendifinisikan metode kerja dikenal dengan istilah tata
kerja yakni cara pelaksanaan kerja yang seefisien mungkin terhadap suatu tugas
dan mengingat segi tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga kerja, waktu, ruang dan
biaya yang tersedia.
Menurut Rijanto (2019), sebelum pekerjaan dimulai rencanakan cara
bekerja yang aman seperti sarana menuju tempat bekerja dan tempat berdiri yang
kuat untuk kendaraan pengangkut, derek, anjungan bergerak dan perancah. Untuk
12
menyimpan bahan – bahan dengan aman dan pastikan program kerja kegiatan lain
tidak dilakukan dibawah struktur sehingga mencegah risiko orang terluka karena
kejatuhan bahan – bahan. Bekerja dengan aman diketinggian, upayakan
menggunakan anjungan kerja bergerak bila pekerja bekerja langsung dari rangka
struktur pastikan mereka memakai body harness dan sabuk pengaman yang
dihubungkan dengan rangka, atau cara pengaman lain seperti memasang jaring
untuk menahan jika terjatuh.
Metode kerja yang diterapkan pada pekerjaan ditempat ketinggian harus
memiliki ketentuan seperti :
Pemeriksaan. Pemeriksaan mengenai sudah adakah metode yang aman
untuk memasuki atau keluar dari tempat kerja
Penentuan. Penentuan peralatan apa yang sesuai dan tersedia di tempat
kerja serta kondisinya.
Pastikan. Pastikan bahwa alat – alat yang diperlukan telah diletakan di
lapangan pada waktunya dan lapangan juga telah disiapkan untuk itu.
Pemeriksaan keadaan perlatan. Pemeriksaan keadaan peralatan dalam
keadaan baik dan pastikan pekerja yang bersama peralatan telah dilatih dan
mengetahui apa yang dikerjakannya.
Berikan pelindung. Berikan pelindung serta jangan melepas atau
membuang pengaman, alat keselamatan dari peralatan yang ada, kecuali untuk
perbaikan atau keperluan penyetelan dan juga setelah sumber daya dimatikan.
Pasang kembali pengaman. Pasang kembali pengaman dan alat
keselamatannya setelah pekerjaan perbaikan atau penyetelan selesai.
13
Pasang anjungan kerja. Pasang anjungan kerja, injakan, tangga,
peganganm dan papan pelindung kaki pada semua peralatan dimana diperlukan
untuk jalur yang aman.
Buatlah alat pengaman. Buatlah alat pengaman untuk mencegah orang
yang tidak berhak menghidupkan peralatan, dengan cara nenggunakan sistem
kunci atau memblok dan mengunci alat penghidup. Pada akhir suatu periode
waktu kerja, operator harus mengunci peralatannya untuk mencegah peralatannya
hidup tanpa sengaja, terlepas atau terjatuh.
Prosedur kerja adalah tahapan dalam tata kerja tentang bagaimana
mengelola sebuah yang mengandung pengertian tentang apa, untuk apa dan
bagaimana pekerjaan harus diselesaikan. Sistem kerja adalah satu kesatuan antara
tata kerja dan prosedur kerja sehingga membentuk suatu pola yang dapat dengan
tepat menyelesaikan sebuah pekerjaan. Manfaat yang diperoleh dari tata kerja,
prosedur kerja dan sistem kerja sebagai suatu pola kerja yang merupakan
penjabaran tujuan, sasaran, program kerja, fungsi dan kebijaksanaan kedalam
kegiatan pelaksanaan kerja yang lebih jelas.
Standarisasi dan pengendalian kerja yang tepat serta menjadi pedoman
kerja bagi semua pihak yang berkepentingan, adapun tujuan diterapkannya
metode kerja yang tepat untuk mencegah terjadinya pemborosan tenaga, biaya,
material, waktu dan terhambatnya proses penyelesaian pekerjaan. Menciptakan
koordinasi, pembagian waktu, tugas dan tanggung jawab secara tepat
(Serdamayanti, 2011). Menyusun metode kerja, prosedur kerja dan sistem kerja
harus memperhatikan beberapa hal yakni :
14
Dinyatakan secara tertulis. Dinyatakan secara tertulis disusun secara
sistematis, dan dituangkan dalam bentuk pedoman kerja.
Dikomunikasikan secara sistematis. Dikomunikasikan secara sistematis
kepada semua pegawai yang bersangkutan.
Disesuaikan dengan kebijaksanaan umum. Disesuaikan dengan
kebijaksanaan umum dan kebijaksanaan pimpinan yang berlaku.
Dapat mendorong pelaksanaan kegiatan. Dapat mendorong pelaksanaan
kegiatan secara efektif dan efisien serta menciptakan jaminan yang memadai bagi
terpeliharanya sumber – sumber yang berada di bawah pengendalian organisasi.
Dievaluasi secara periodik. Dievaluasi secara periodik dan bila perlu
direvisi untuk disesuaikan dengan kebutuhan.
Secara umum kebijaksanaan pengaturan di bidang metode kerja, prosedur
kerja, dan sistem kerja berdasarkan sebagai berikut :
Setiap pimpinan wajib menerapkan prinsip koordinasi. Setiap
pimpinan wajib menerapkan prinsip koordinasi integrasi dan sinkronisasi baik
dalam lingkungan kerja masing – masing maupun dengan pihak lain.
Setiap pimpinan bertanggung jawab memimpin. Setiap pimpinan
bertanggung jawab memimpin mengkoordinasikan bawahannya masing – masing
dan membimbing serta memberikan petunjuk bagi pelaksanaan tugas
bawahannya.
Setiap pimpinan unit wajib mengikuti petunjuk. Setiap pimpinan unit
wajib mengikuti petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing – masing
dengan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.
15
Setiap pimpinan unit wajib mengolah dan memanfaatkan laporan.
Setiap pimpinan unit wajib mengolah dan memanfaatkan laporan lebih lanjut dan
memberikan petunjuk kepada bawahan.
Dalam menyampaikan suatu laporan. Dalam menyampaikan suatu
laporan setiap unit wajib memberi tembusan kepada unit lainnya yang secara
fungsional mempunyai hubungan kerja.
Dalam teknik penyusunan dan penentuan metode kerja, prosedur kerja dan
sistem kerja yang harus dipakai dalam setiap tempat kerja hendaknya dapat
memenuhi prinsip – prinsip (Serdamayanti, 2011). Sebagai berikut :
Metode kerja, prosedur kerja dan sistem kerja, harus disusun dengan
memperhatikan segi tujuan, fasilitas, peralatan, material, biaya, dan waktu yang
tersedia serta segi luas, macam dan sifat – sifat pekerjaan.
Mempersiapkan penjelasan tentang tujuan pokok organisasi.
Mempersiapkan penjelasan tentang tujuan pokok organisasi skema organisasi
berikut klasifikasi jabatan dan analisis jabatan, unsur kegiatan didalam organisasi
dan lain – lain.
Menentukan satu pokok bidang tugas. Menentukan satu pokok bidang
tugas yang akan dibuat bagan prosedurnya.
Membuat daftar rinci tentang pekerjaan. Membuat daftar rinci tentang
pekerjaan yang harus dilakukan berikut lamanya waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan bidang tugas..
Dalam menetapkan urutan tahap demi tahap. Dalam menetapkan
urutan tahap demi tahap dari rangkaian pekerjaan, maka antara tahap yang satu
16
dengan tahap berikutnya harus terdapat hubungan erat yang keseluruhannya
menuju ke satu tujuan.
Setiap tahap harus merupakan suatu kerja nyata. Setiap tahap harus
merupakan suatu kerja nyata dan perlu untuk pelaksanaan dan penyelesaian
seluruh tugas atau pekerjaan yang dimaksudkan.
Menetapkan kecakapan dan keterampilan pegawai.
Menetapkan kecakapan dan keterampilan pegawai yang diperlukan untuk
menyelesaikan bidang tugas tertentu.
Metode kerja, prosedur kerja dan sistem kerja harus disusun secara tepat
sehingga memiliki stabilitas dan fleksibilitas dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan teknologi.
Menggunakan simbol dan skema. Menggunakan simbol dan skema atau
bagan prosedur kerja dengan setepat – tepatnya untuk penerapan prosedur
tertentu.
Untuk menjamin penerapan metode kerja. Untuk menjamin penerapan
metode kerja, prosedur kerja dan sistem kerja dengan tepat, maka perlu dipakai
bukti pedoman.
Transmisi Tenaga Listrik
Berdasarkan Undang – Undang No 14 Tahun 2012 tentang kegiatan usaha
penyediaan tenaga listrik mendefnisikan transmisi tenaga listrik sebagai
penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber pembangkit ke suatu sistem distribusi
atau kepada konsumen ataupun kepada penyaluran tenaga listrik antar sistem.
Usaha transmisi tenaga listrik sebagaimana dalam Undang – Undang No 14
17
Tahun 2012 mewajibkan membuka kesempatan pemanfaatan bersama jaringan
transmisi untuk kepentingan umum dan kewajiban pemanfaatan bersama jaringan
transmisi. Pemanfaatan bersama jaringan transmisi dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan kapasitas jaringan transmisi.
Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuh ketentuan
keselamatan ketenagalistrikan yang memiliki tujuan untuk mewujudkan kondisi
andal dan aman bagi instalasi, aman bagi manusia dan makluk hidup lainnya dari
bahaya dan ramah lingkungan. Menteri menetapkan peralatan tenaga listrik wajib
membubuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan tanda keselamatan sehingga
sistem dan peralatan listrik harus dipilih, dipasang, digunakan dan dipelihara
dengan baik. Menurut Rijanto (2019), peralatan listrik yang digunakan
dibangunan adalah peralatan tangan berkekuatan dan berbagai peralatan portable,
dengan penggunaan yang terkadang keras sehingga mengakibatkan rusak dan
menjadi berbahaya.
Peralatan modern dengan isolasi ganda telah menerapkan perlindungan
yang baik tetapi plug kabelnya memerlukan pengecekan secara teratur karena
rawan rusak sehingga perlu pengurangan risikonya seperti :
Peralatan tanpa kabel. Peralatan tanpa kabel atau peralatan yang
dioperasikan dengan tegangan 110 volt yang dengan pelindung masa sehingga
tegangan maksimum ke masa tidak lebih dari 55 volt, akan lebih efektif
menghilangkan risiko terhadap kematian dan mengurangi cidera pada kecelakaan
akibat listrik.
18
Bila menggunakan tegangan utama. Bila menggunakan tegangan utama
risiko cedera akan tinggi bila peralatan dalam kondisi buruk. Pemutus arus
diperlukan untuk memastikan bahwa aliran akan terputus dengan segera bila
terhubung dengan bagian bermuatan.
Peralatan pemutus arus. Peralatan pemutus arus harus dipasang dan
dirawat untuk menyelamatkan kehidupan jika terjadi kecelakaan. peralatan ini
harus bebas dari kotoran dan debu dan terlindung dari getaran dan kerusakan
mekanis sehingga harus diperiksa setiap hari.
Bila jaringan permanen. Bila jaringan permanen sedang ditingkatkan
kemampuannya sebagai bagian dari pekerjaan, pastikan bahwa jaringannya
permanen. Pada umumnya dipasang alat pemutus arus pada suplai arus masuk
yang baru.
Sistem pelistrikan. Sistem pelistrikan harus diperiksa dan dirawat secara
teratur. Pemeriksaan secara visual dapat mendeteksi 95 persen dari kekurangan
atau kerusakan peralatan.
Sebelum menggunakan peralatan tangan. Sebelum menggunakan
peralatan tangan dengan tegangan 230 volt maka perlu diperiksa bahwa tidak ada
kabel yang terbuka. Penutup kabelnya tidak rusak dan tidak terpotong atau
tergores, bagian luar kotak peralatan tidak rusak atau lepas dan semua sekrup
terpasang dengan baik serta tidak ada tanda bekas bakar atau terlalu panas pada
plug, kabel atau peralatan.
Para pekerja diinstruksikan. Para pekerja diinstruksikan untuk
melaporkan dengan segera setiap kerusakan dan hentikan penggunaan peralatan
19
atau kabel begitu kerusakan terlihat. Pimpinan juga harus mengupayakan inspeksi
resmi mingguan secara visual peralatan portable 230 volt.
Perawatan peralatan. Perawatan peralatan yang rusak harus segera
dilakukan begitu kerusakan diketahui.
Pemeliharaan SUTT memegang peranan sangat penting dalam menunjang
kualitas dan keandalan penyediaan tenaga listrik kepada konsumen. Pemeliharaan
SUTT adalah proses kegiatan yang bertujuan mempertahankan atau menjaga
kondisi SUTT, sehingga dalam pengoperasiannya SUTT dapat selalu berfungsi
sesuai dengan karakteristik desainnya dan mencegah terjadinya gangguan yang
merusak. Jadi, efektifitas dan efisiensi dari pemeliharaan SUTT dapat dilihat dari
peningkatkan reliability, avaibility dan efficiency SUTT, perpanjangan umur
SUTT, perpanjangan interval overhaul (pemeliharaan besar) pada SUTT ,
pengurangan risiko terjadinya kegagalan atau kerusakan pada SUTT, peningkatan
safety, pengurangan lama waktu padam, waktu pemulihan yang efektif dan biaya
pemeliharaan yang efisien / ekonomis.
Adapun jenis-jenis pemeliharaan yang dilaksanakan di PT. PLN (Persero)
ULTG Paya Pasir meliputi :
Pemeliharaan preventif (preventive maintenance). Pemeliharaan yang
dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba dan untuk
mempertahankan unjuk kerja yang optimal sesuai umur teknisnya, melalui
inspeksi secara periodik dan pengujian fungsi atau melakukan pengujian dan
pengukuran untuk mendiagnosa kondisi peralatan. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan berpedoman kepada : instruction manual dari pabrik, standar-standar yang
20
ada ( IEC, IEEE, CIGRE, ANSI ) dan pengalaman serta observasi / pengamatan
operasi di lapangan. Pemeliharaan ini dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
Pemeliharaan rutin (routine maintenance). Pemeliharaan secara periodik /
berkala dengan melakukan inspeksi dan pengujian fungsi untuk mendeteksi
adanya potensi kelainan atau kegagalan pada peralatan dan mempertahankan
unjuk kerjanya. Dalam pelaksanaannya, pemeliharaan rutin pada SUTT terdiri
dari : pemeliharaan mingguan (ground patrol), pemeliharaan 5 tahunan (climb up
inspection) atau 20 persen dari panjang SUTT pertahun.
Predictive maintenance. Disebut juga dengan pemeliharaan berbasis
kondisi (Condition Based Maintenance). Pemeliharaan yang dilakukan dengan
cara melakukan monitor dan membuat analisa tren terhadap hasil pemeliharaan
untuk dapat memprediksi kondisi dan gejala kerusakan secara dini. Ruang lingkup
predictive maintenance meliputi : in service measurement yaitu pengujian yang
dilakukan saat peralatan beroperasi dan shutdown testing / measurement yaitu
pengujian yang dilakukan saat tidak operasi (padam).
Pemiliharaan pasca gangguan. Pemeliharaan yang dilaksanakan setelah
peralatan mengalami gangguan dengan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
meliputi in service visual inspection (ground patrol : melakukan pengecekan jalur
setelah reclose / trip akibat gangguan eksternal, dilanjutkan climb up inspection
untuk memastikan sumber gangguan) dan in service measurement (thermovisi
dan korona). Jika diketahui kondisi peralatan masih baik, maka peralatan dapat
dioperasikan kembali, namun bila diketahui telah terjadi kerusakan yang
21
memerlukan perbaikan, maka perlu ditindaklanjuti dengan corrective
maintenance.
Corrective maintenance. Corrective maintenance adalah pemeliharaan
yang dilakukan ketika peralatan mengalami kelainan / unjuk kerja rendah pada
saat menjalankan fungsinya atau kerusakan (berdasarkan condition assesment dari
preventive maintenance), dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi
semula melalui perbaikan (repair) ataupun penggantian (replace). Di dalam
pelaksanaannya, corrective maintenance dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
Planned. Planned adalah pemeliharaan yang dilakukan ketika peralatan
mengalami kelainan saat menjalankan fungsinya, agar mengembalikan kondisi
semula melalui perbaikan ataupun penggantian secara terencana.
Unplanned. Unplanned disebut juga pemilaharaan breakdown, yakni
pemeliharaan dilakukan ketika peralatan mengalami kerusakan secara tiba – tiba
sehingga menyebabkan pemadaman. Untuk mengembalikan pada kondisi semula
perlu dilakukan perbaikan besar ataupun pergantian.
Landasan Teori
Menurut Syamsi (2004) Metode kerja merupakan realisasi pelaksanaan
dari prosedur kerja sebelum pelaksanaan teknis di tempat kerja. Metode kerja
terkadang dibedakan dengan teknis pelaksanaan kerja. Tetapi tidak jarang, bahwa
metode kerja dan teknis pelaksanaan kerja berhimpitan arti dan pelaksanaanya.
Menurut Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan sebagai berikut ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang
22
menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang
tenaga listrik.
Menurut Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum
dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan
usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat yang berusaha di bidang
penyediaan tenaga listrik.
Menurut Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan untuk kepentingan umum, pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik dalam melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik berhak untuk:
1. melintasi sungai atau danau baik di atas maupun di bawah permukaan.
2. melintasi laut baik di atas maupun di bawah permukaan
3. melintasi jalan umum dan jalan kereta api.
4. masuk ke tempat umum atau perorangan dan menggunakannya untuk
sementara waktu.
5. menggunakan tanah dan melintas di atas atau di bawah tanah.
6. melintas di atas atau di bawah bangunan yang dibangun di atas atau di bawah
tanah.
7. memotong dan/atau menebang tanaman yang menghalanginya.
Menurut Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi
ketentuan keselamatan ketenagalistrikan untuk mewujudkan kondisi andal dan
aman bagi instalasi aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya
23
dan ramah lingkungan. Ketentuan keselamatan tersebut juga memiliki sertifikat
layak operasi, standar nasional Indonesia, dan sertifikat kompetensi.
Menurut SPLN21 Standar Evaluasi Hasil Pemeliharaan SUTT adalah
acuan yang digunakan dalam mengevaluasi hasil pemeliharaan untuk dapat
menentukan kondisi peralatan yang dipelihara. Standar yang ada berpedoman
kepada :instruction manual dari pabrik, standar-standar internasional maupun
nasional ( IEC, IEEE, CIGRE, ANSI, SPLN, SNI dll ) dan pengalaman serta
observasi / pengamatan operasi di lapangan.
Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka konsep
Pekerja Transmisi PT.
PLN ULTG Paya Pasir
Perbaikan Transmisi
Metode Kerja
Pemeliharaan Transmisi
Penggantian Isolator
Tower Transmisi
1. Pemeliharaan Arrester
2. Pemeliharaa Tenaga Tegangan
Tinggi
3. Pemeliharaan Pembumian Gardu
Induk
4. Pemeliharaan Trafo Arus CT R3
5. Pemeliharaan Trafo Arus
24
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu
bertujuan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi tentang metode kerja pada
pekerja di PT. PLN (Persero) UPT Medan ULTG Paya Pasir secara objektif
dengan pendekatan observasional.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Bertempat di PT. PLN (Persero) UPT Medan ULTG
Paya Pasir.
Waktu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2020 hingga
selesai.
Populasi dan Sampel
Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang yang terlibat
dalam pekerjaan bagian pemeliharaan dan perbaikan di ULTG Paya Pasir yang
terdiri dari 30 pekerja dan supervisor.
Sampel. Pengambilan sampel dengan cara total population sampling.
Total population sampling atau sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, sering juga diartikan
sampai yang sudah maksimum, ditambah berapapun tidak akan merubah
keterwakilan kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2015).
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 30 pekerja dan supervisor.
25
Variabel dan Definisi Operasional
Kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja merupakan permasalahan yang
menyebabkan kerugian materi dan dapat menimbulkan korban jiwa yang terjadi
saat melakukan pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan di PT. PLN (Persero) UPT
Medan ULTG Paya Pasir.
Metode kerja. Metode kerja merupakan suatu sistem rangkaian dari tata
kerja dan prosedur kerja yang dilakukan oleh pekerja dan supervisor di PT. PLN
(Persero) UPT Medan ULTG Paya Pasir dalam melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan dan perbaikan agar dapat memahami proses kerja sehingga tercapai
tujuan yang telah disepakati bersama.
Perbaikan transmisi. Perbaikan transmisi adalah suatu kegiatan di PT.
PLN (Persero) UPT Medan ULTG Paya Pasir dalam melakukan pemulihan /
memperbaiki kondisi peralatan atau permesinan yang telah mengalami penurunan
performa atau kerusakan agar tetap atau mendekati keadaan semula. Indikator
risiko dalam proses perbaikan transmisi yaitu melakukan pekerjaan penggantian
isolator pada tower transmisi dengan observasi perlengkapan keselamatan dan
kesehatan kerja , meliputi proses perbaikan, metode kerja perbaikan dan potensi
bahaya perbaikan di PLN ULTG Paya Pasir.
Pemeliharaan transmisi. Pemeliharaan transmisi adalah suatu usaha yang
diterapkan di PT. PLN (Persero) UPT Medan ULTG Paya Pasir dengan tujuan
menjaga dan mempertahankan kondisi peralatan atau mesin transmisi listrik
sehingga berfungsi dengan baik dan terhindar dari kerusakan. Indikator risiko
dalam pemeliharaan transmisi terbagi atas pemeliharaan arrester, pemeliharaan
26
pemutus tenaga, pemeliharaan trafo arus, pemeliharaan pembumian gardu induk
dan pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dengan observasi perlengkapan
keselamatan dan kesehatan kerja meliputi proses pemeliharaan, metode kerja
pemeliharaan dan potensi bahaya pemeliharaan di PT. PLN ULTG Paya Pasir.
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan
observasi langsung dilapangan, observasi dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi pada pekerja transmisi PT. PLN Paya Pasir mengenai metode kerja yang
tersedia dan diterapkan selama bekerja dalam pemeliharaan dan perbaikan
jaringan pada transmisi.
Metode Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis statistik
deskriptif pada data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara terbuka dan
dokumentasi di PT. PLN (Persero) UPT Medan ULTG Paya Pasir. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan tentang
metode kerja pada pekerja di PT. PLN (PERSERO) UPT Medan ULTG Paya
Pasir.
27
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambaran Umum PT. PLN ULTG Paya Pasir
Sejarah Berdirinya PT PLN (PERSERO) ketenagalistrikan di Indonesia
dimulai pada akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia
mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di
bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk kebutuhan
sendiri. Pengusahaan ketenagalistrikan mengalami perkembangan akan
pentingannya kelistrikan untuk masyarakat umum, diawali dengan perusahaan
swasta Belanda yaitu NV. NIGM memperluas usaha di bidang gas ke bidang
listrik. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan
Gas di bawah departemen pekerjaan umum dan tenaga dengan kapasitas
pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, jawatan listrik dan gas diubah menjadi BPU-
PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak dibidang
listrik, gas dan kokas. Tahun 1972 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) bertugas
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan
pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak
dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari
Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai
PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.
28
Sejarah berdirinya PT PLN (Persero) sektor pembangkitan medan
merupakan pemekaran dari PT PLN (Persero) sektor pembangkitan belawan yang
sebelumnya bernama pusat listrik paya pasir. Saat ini menjadi salah satu unit kerja
di lingkungan PT PLN (Persero) pembangkitan sumatera utara yang berdiri dan
beroperasi sejak tanggal 20 Maret 2007 sesuai SK General Manager
No.014.K/GMKITSU/2007 dan SK DIR 261.K/DIR/2012). Pembangkit tenaga
listrik ini terletak 17 km sebelah utara kota Medan dengan 3 unit kerja yaitu Pusat
Listrik Paya Pasir, Pusat Listrik Glugur, dan Pusat Listrik Titi Kuning untuk
memenuhi segala kebutuhan akan tenaga listrik di kota Medan dan sekitarnya.
Lokasi pembangunan dipilih di sebelah utara kota Medan tepatnya di
Medan Marelan dengan luas area ±33 ha. PT PLN Wilayah II Sumatera Utara
memilih daerah tersebut sebagai lokasi PLTG berdasarkan pertimbangan yang
matang, pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut yakni mengingat PLTG
Glugur dan PLTD Titi kuning tidak mungkin lagi melakukan pembangunan
pembangkit baru karena areal yang tidak cukup lagi dan terjadinya pertambahan
perumahan penduduk di sekitarnya.
Lokasi PLTG Paya Pasir dekat ke sungai yang bermuara di Medan,
sehingga terjadinya banjir sangat kecil karena aliran air parit dari lokasi dapat
dialirkan ke sungai. Untuk membantu daya listrik daerah Kecamatan Medan
Marelan, Medan Labuhan dan sekitarnya mengingat di daerah ini banyak
didirikan pabrik-pabrik industri dan perumahan penduduk.
PT. PLN (Persero) UIP3BS. PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran
dan Pusat Pengatur Beban Sumatera (UIP3BS) bertugas untuk mengoperasikan
29
sistem tenaga listrik sumatera, mengoperasikan dan memelihara instalasi sistem
tenaga listrik sumatera, merencanakan pengembangan sistem tenaga listrik
sumatera, dan mengelola pemeliharaan sistem transmisi tenaga listrik sumatera.
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Transmisi Medan, atau yang selanjutnya
disebut dengan UPT Medan, merupakan salah satu unit pelaksana di UIP3BS.
Unit Pelaksana Transmisi (UPT) memiliki tugas utama yaitu bertanggung jawab
melaksanakan pemeliharaan instalasi penyaluran tenaga listrik di wilayah
kerjanya yang meliputi fungsi pemeliharaan dan proteksi, pemeliharaan instalasi
penyaluran, pengoperasian dan pemeliharaan gardu induk, logistik dan
pengelolaan lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan, penyelesaian
permasalahan sosial terkait Right of Way serta pengelolaan sumber daya manusia,
administrasi dan keuangan sebagai pendukung kegiatan operasional perusahaan
UPT membawahi Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) yang
bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan rutin
transmisi dan gardu induk di wilayah kerjanya untuk menghasilkan keandalan
pasokan tenaga listrik. Seluruh pekerja mengikuti dari ranah kerja ULTG Paya
Pasir yang bertanggung jawab untuk mengelola unit layanan transmisi dan gardu
induk di area kerjanya yaitu GI Paya Pasir, GI KIM, GI Belawan, GI Labuhan,
dan GI Lamhotma. Masing – masing unit kompetensi ini memiliki empat elemen
kompetensi yaitu merencanakan dan menyiapkan pemeliharaan, melaksanakan
pemeliharaan, memeriksa pelaksanaan pemeliharaan, dan membuat laporan
pekerjaan.
30
Elemen merencanakan dan menyiapkan pelaksanaan pemeliharaan
memiliki ketentuan – ketentuan tertentu seperti pada gambar teknik peralatan
yang akan di pelihara dipelajari berdasarkan Standing Operation Procedure. Tata
cara berkomunikasi sesuai struktur organisasi unit kerja cara berkomunikasi
dipahami dan dilaksanakan sesuai Standing Operation Procedure (SOP)
pemeliharaan gardu induk. Rencana kerja disusun agar pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai jadwal yang ditetapkan
Pekerja yang berwenang dalam perencanaan dan penyiapan pemeliharaan
harus dihubungi untuk memastikan bahwa perkerjaan telah dikoordinasikan.
Peralatan kerja sesuai dengan keselamatan ketenagalistrikan dan alat bantu
disiapkan sesuai keperluan dan standar melaksanakan pemeliharaan peralatan
gardu induk yang ditetapkan perusahaan. Elemen berikutnya merupakan perintah
yang diterima diperiksa untuk memastikan bahwa instruksi dapat dilaksanakan
sesuai standar perusahaan serta memiliki prosedur dan peraturan berdasarkan
keselamatan ketenagalistrikan dipahami sesuai standar yang berlaku.
Elemen ketiga yaitu melaksanakan pemeliharaan memiliki peralatan bantu
yang dipasang sesuai Standing Operaton Procedure (SOP) dan instruksi dari
pelaksana pengambilan data dilakukan berdasarkan pelaksanaan pemeliharaan.
Alat kerja, material kerja dan APD harus disiapkan atau dikenakan serta dalam
melaksanakan pemeliharaan dilakukan pengambilan data lapangan dan denah
lokasi pemeliharaan. Elemen keempat yakni memeriksa pelaksanaan
pemeliharaan dalam elemen ini dilakukan pemeriksaan istalasi terhadap
31
kebocoran dan kerusakan lainnya secara menyeluruh kemudian membandingkan
dengan target yang ditentukan
Elemen kelima yakni membuat laporan pekerjaan berdasarkan ketentuan –
ketentuan seperti laporan pekerjaan dibuat sesuai dengan format dan prosedur
yang ditetapkan perusahaan. Selanjutnya berita acara pekerjaan dibuat sesuai
prosedur yang ditetapkan perusahaan.
Tabel 1
Karakteristik Pekerja Bagian Pemeliharaan dan Perbaikan di PT. PLN
(PERSERO) UPT Medan ULTG Paya Pasir
Responden Umur Lama Kerja Pendidikan Jabatan
Responden 1 35 11 Tahun S1 Spv. Jargi P.Pasir
Responden 2 27 4 Tahun S1 Pekerja
Responden 3 27 6 Tahun D3 Pekerja
Responden 4 23 2 Tahun D3 Pekerja
Responden 5 24 3 Tahun D3 Pekerja
Responden 6 22 7 Bulan D3 Pekerja
Responden 7 25 4 Tahun D3 Pekerja
Responden 1 26 6 Tahun D3 Pekerja
Responden 9 28 7 Tahun D3 Pekerja
Responden 10 26 3 Tahun S1 Pekerja
Responden 11 30 9 Tahun D3 Pekerja
Responden 12 29 8 Tahun D3 Pekerja
Responden 13 26 5 Tahun D3 Pekerja
Responden 14 27 4 Tahun S1 Pekerja
Responden 15 27 4 Tahun S1 Pekerja
Responden 16 24 3 Tahun D3 Pekerja
Responden 17 28 7 Tahun D3 Pekerja
Responden 18 23 2 Tahun D3 Pekerja
Responden 19 24 4 Tahun D3 Pekerja
Responden 20 23 2 Tahun D3 Pekerja
Responden 21 23 2 Tahun D3 Pekerja
Responden 22 24 3 Tahun D3 Pekerja
Responden 23 23 3 Tahun D3 Pekerja
Responden 24 24 3 Tahun D3 Pekerja
Responden 25 24 4 Tahun D3 Pekerja Responden 26 28 8 Tahun D3 Pekerja
Responden 27 30 7 Tahun S1 Pekerja
(bersambung)
32
Tabel 1
Karakteristik Pekerja Bagian Pemeliharaan dan Perbaikan di PT. PLN
(PERSERO) UPT Medan ULTG Paya Pasir
Responden Umur Lama Kerja Pendidikan Jabatan
Responden 28 29 7 Tahun D3 Pekerja
Responden 29 28 8 Tahun D3 Pekerja
Responden 30 27 5 Tahun D3 Pekerja
Hasil Wawancara Terbuka
Tabel 2
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Arraster pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana
metode kerja
safety briefing
saat
pemeliharaan
arraster ?
Responden 1 : sesuai dengan instruksi kerja yang diterapkan
Responden 2 : dilakukan oleh manajer, supervisor dan
seluruh pekerja yang berada di transmisi ULTG Paya Pasir
Responden 3 : safety briefing dilakukan sebelum bekerja
Responden 4 : safety briefing dimulai oleh PJK3L dengan
menanyakan kondisi kesehatan pelaksana pekerjaan, dilanjut
dengan pengawas untuk memberitahu daerah – daerah aman
dan berbahaya.
Responden 5 : safety briefing yang dilakukan oleh manajer
mengenai penyampaian target operasi kembali peralatan dan
diakhiri dengan doa.
Responden 6 : dilakukan oleh pimpinan, supervisor,
pengawas k3 dan seluruh pekerja yang berada di transmisi
ULTG Paya Pasir
Responden 7 : pengawas melakukan safety briefing
menyampaikan pekerjaan apa saja yang akan dilaksanakan
dalam pemeliharaan arraster.
Responden 8 : safety briefing yang dilaksanakan sudah
berjalan dengan baik dengan melibatkan pekerja tentang
bekerja aman di lokasi kerja.
Responden 9 : dilakukan oleh manajer, supervisor dan
seluruh pekerja yang berada di transmisi ULTG Paya Pasir
Responden 10 : safety briefing yang dilakukan saat
pemeliharaan arraster dilakukan oleh pekerja yakni personil –
personil yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan
arraster.
(bersambung)
33
Tabel 2
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Arraster pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 11 : safety briefing dimulai oleh PJK3L dengan
menanyakan kondisi kesehatan pelaksana pekerjaan, dilanjut
dengan pengawas untuk memberitahu daerah – daerah aman
dan berbahaya.
Responden 12 : safety briefing yang dilakukan oleh manajer
mengenai penyampaian target operasi kembali peralatan dan
diakhiri dengan doa
Responden 13 : dilakukan oleh manajer, supervisor dan
seluruh pekerja yang berada di transmisi ULTG Paya Pasir
Responden 14 : safety briefing yang dilakukan dengan
optimal karena apabila tidak diberlakukan dapat
menyebabkan kecelakaan kerja.
Responden 15 : safety briefing yang dilaksanakan sudah
berjalan dengan baik dengan melibatkan pekerja tentang
bekerja aman di lokasi kerja
Responden 16 : safety briefing yang dilakukan oleh
pengawas k3 mengenai bagian – bagian yang bertegangan
dan peralatan yang dipergunakan.
Responden 17 : dilakukan oleh manajer, supervisor pengawas
k3 dan seluruh pekerja yang berada di transmisi ULTG Paya
Pasir
Responden 18 : safety briefing pemeliharaan arraster terdiri
dari langkah – langkah keselamatan dan kesehatan kerja yang
ditersedia, pemantauan langsung kelapangan, identifikasi
bahaya ditempat kerja.
Responden 19 : dilakukan oleh manajer, supervisor dan
seluruh pekerja yang berada di transmisi ULTG Paya Pasir
Responden 20 : safety briefing yang dilakukan dengan
optimal karena apabila tidak diberlakukan dapat
menyebabkan kecelakaan kerja.
Responden 21 : safety briefing dimulai oleh PJK3L dengan
menanyakan kondisi kesehatan pelaksana pekerjaan, dilanjut
dengan pengawas untuk memberitahu daerah – daerah aman
dan berbahaya.
Responden 22 : safety briefing pemeliharaan arraster terdiri
dari langkah–langkah keselamatan dan kesehatan kerja yang
ditersedia, pemantauan langsung kelapangan, identifikasi
bahaya ditempat kerja.
(bersambung)
34
Tabel 2
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Arraster pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 23 : safety briefing yang dilakukan oleh manajer
mengenai penyampaian target operasi kembali peralatan dan
diakhiri dengan doa.
Responden 24 : safety briefing harus dilakukan rutin saat
melakukan pekerjaan oleh setiap pekerja.
Responden 25 : safety briefing disampaikan dengan tegas
sehingga pekerja dan supervisor memahami inti dari proses
pekerjaaan pemeliharaan arraster.
Responden 26 : safety briefing dimulai oleh PJK3L dengan
menanyakan kondisi kesehatan pelaksana pekerjaan, dilanjut
dengan pengawas untuk memberitahu daerah – daerah aman
dan berbahaya.
Responden 27 : dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB di
ULTG Paya Pasir.
Responden 28 : dilakukan oleh manajer, supervisor pengawas
k3 dan seluruh pekerja yang berada di transmisi ULTG Paya
Pasir
Responden 29 : safety briefing pemeliharaan arraster terdiri
dari langkah – langkah keselamatan dan kesehatan kerja yang
ditersedia, pemantauan langsung kelapangan, identifikasi
bahaya ditempat kerja.
Responden 30 : safety briefing disampaikan dengan tegas
sehingga pekerja dan supervisor memahami inti dari proses
pekerjaaan pemeliharaan arrasster.
Tabel 3
Metode Kerja Pemanjatan Lightning Arrester Pemeliharaan Arraster pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana metode
kerja pemanjatan
lightning arrester
?
Responden 1 : metode kerja pemanjatan lightning arrester
berbeda sesuai dengan ketinggian dan jenis arrasternya.
Responden 2 : pekerja melakukakan perakitan tangga untuk
melakukan pemanjatan lightning arrester agar pekerja
dapat melakukan pemanjatan dengan mudah
Responden 3 : sesuai dengan instruksi kerja yang
ditetapkan saat melakukan pemanjatan lightning arraster.
(bersambung)
35
Tabel 3
Metode Kerja Pemanjatan Lightning Arrester Pemeliharaan Arraster pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 4 : pemanjatan arrester polimer menggunakan
scaffolding untuk menghindari kerusakan peralatan
Responden 5 : pekerja duduk pada tangga saat melakukan
pemeliharaan arrester dan melihat kondisi plat, bushing
dan pembumian arrester.
Responden 6 : pemanjatan lightning arrester menggunakan
full body harness dan alat pelindung diri yang lengkap.
Responden 7 : sesuai dengan instruksi kerja yang
ditetapkan saat melakukan pemanjatan lightning arrester.
Responden 8 : metode kerja pemanjatan lightning arrester
berbeda sesuai dengan ketinggian dan jenis arresternya.
Responden 9 : pemanjatan lightning arrester menggunakan
full body harness dan alat pelindung diri yang lengkap
Responden 10 : pemanjatan lightning arrester
menggunakan tangga excalfolding yang dikaitkan dengan
full body harness
Responden 11 : pekerja duduk pada tangga saat melakukan
pemeliharaan arrester dan melihat kondisi plat, bushing
dan pembumian arrester.
Responden 12 : sesuai dengan instruksi kerja yang
ditetapkan saat melakukan pemanjatan lightning arrester.
Responden 13 : metode kerja pemanjatan lightning arrester
berbeda sesuai dengan ketinggian dan jenis arresternya.
Responden 14 : pekerja melakukakan perakitan tangga
untuk melakukan pemanjatan lightning arrester agar
pekerja dapat melakukan pemanjatan dengan mudah
Responden 15 : pemanjatan lightning arrester
menggunakan full body harness dan alat pelindung diri
yang lengkap
Responden 16 : pemanjatan arrester polimer menggunakan
scaffolding untuk menghindari kerusakan peralatan
Responden 17 : metode kerja pemanjatan lightning arrester
berbeda sesuai dengan ketinggian dan jenis arresternya.
Responden 18 : pemanjatan lightning arrester dapat
memiliki potensi bahaya terjatuh dari ketinggian apabila
tidak mematuhi prosedur yang ada.
Responden 19 : pekerja duduk pada tangga saat melakukan pemeliharaan arrester dan melihat kondisi plat, bushing
dan pembumian arrester.
(bersambung)
36
Tabel 3
Metode Kerja Pemanjatan Lightning Arrester Pemeliharaan Arraster pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 20 : pemanjatan lightning arrester
menggunakan full body harness dan alat pelindung diri
yang lengkap
Responden 21: pemanjatan arrester polimer menggunakan
scaffolding untuk menghindari kerusakan peralatan
Responden 22 : pekerja melakukakan perakitan tangga
untuk melakukan pemanjatan lightning arrester agar
pekerja dapat melakukan pemanjatan dengan mudah
Responden 23 : pemanjatan lightning arrester yang
keramik menggunakan tangga berdiri.
Responden 24 : sesuai dengan instruksi kerja yang
ditetapkan saat melakukan pemanjatan lightning arrester.
Responden 25 : pekerja melakukakan perakitan tangga
untuk melakukan pemanjatan lightning arrester agar
pekerja dapat melakukan pemanjatan dengan mudah
Responden 26 : metode kerja pemanjatan lightning arrester
berbeda sesuai dengan ketinggian dan jenis arresternya.
Responden 27 : pekerja duduk pada tangga saat melakukan
pemeliharaan arrester dan melihat kondisi plat, bushing dan
pembumian arrester.
Responden 28 : pemanjatan lightning arrester yang rendah
menggunakan tangga duduk dengan body harness diikat ke
peralatan.
Responden 29 : sesuai dengan instruksi kerja yang
ditetapkan saat melakukan pemanjatan lightning arrester.
Responden 30 : pemanjatan arrester polimer menggunakan
scaffolding untuk menghindari kerusakan peralatan
Tabel 4
Metode Kerja Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pemeliharaan Trafo Arus CT R3
pada 30 Pekerja
Pertanyaaan Jawaban
Bagaimana prosedur ketika
pemeliharaan trafo arus
CT R3?
Responden 1 : prosedur pelaksanaan pada CT
setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus
dimulai dengan WP, JSA dan IBBPR.
(bersambung)
37
Tabel 4
Metode Kerja Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pemeliharaan Trafo Arus CT
R3 pada 30 Pekerja
Pertanyaaan Jawaban
Responden 2 : prosedur pelaksaan pekerjaan
pemeliharaan trafo harus memiliki pekerja dalam
keadaan sehat fisik untuk bekerja.
Responden 3 : sesuai dengan peraturan –
peraturan pemeliharaan trafo arus CT R3 yang
telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 4 : sesuai dengan peraturan –
peraturan pemeliharaan trafo arus CT R3 yang
telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 5 : prosedur pelaksanaan pada CT
setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus
dimulai dengan WP, JSA dan IBBPR.
Responden 6 : Saat dokumen – dokumen prosedur
pemeliharaan selesai pekerjaan di laksanakan
sesuai jadwal yang tercantum.
Responden 7 : sesuai dengan peraturan –
peraturan pemeliharaan trafo arus CT R3 yang
telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 8 : prosedur pelaksaan pekerjaan
pemeliharaan trafo harus memiliki pekerja dalam
keadaan sehat fisik untuk bekerja
Responden 9 : sesuai dengan peraturan –
peraturan pemeliharaan trafo arus CT R3 yang
telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 10 : : prosedur pelaksanaan pada CT
setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus
dimulai dengan WP, JSA dan IBBPR.
Responden 11 : sesuai dengan peraturan –
peraturan pemeliharaan trafo arus CT R3 yang
telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 12 : Saat dokumen – dokumen
prosedur pemeliharaan selesai pekerjaan di
laksanakan sesuai jadwal yang tercantum.
Responden 13 : prosedur pelaksanaan pada CT
setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus
dimulai dengan WP, JSA dan IBBPR.
Responden 14 : : prosedur pelaksanaan pada CT setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus
dimulai dengan WP, JSA dan IBBPR.
(bersambung)
38
Tabel 4
Metode Kerja Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pemeliharaan Trafo Arus CT
R3 pada 30 Pekerja
Pertanyaaan Jawaban
Responden 15 : prosedur pelaksaan pekerjaan
pemeliharaan trafo harus memiliki pekerja dalam
keadaan sehat fisik untuk bekerja
Responden 16 : Saat dokumen – dokumen
prosedur pemeliharaan selesai pekerjaan di
laksanakan sesuai jadwal yang tercantum.
Responden 17 : sesuai dengan peraturan –
peraturan pemeliharaan trafo arus CT R3 yang
telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 18 : Prosedur pelaksanaan
pemeliharaan trafo arus CT R3 memuat
pembagian tugas dan penggunaan alat
keselamatan kerja petugas.
Responden 19 : prosedur pelaksaan pekerjaan
pemeliharaan trafo harus memiliki pekerja dalam
keadaan sehat fisik untuk bekerja
Responden 20 : Prosedur pelaksanaan
pemeliharaan trafo arus CT R3 memuat
pembagian tugas dan penggunaan alat
keselamatan kerja petugas.
Responden 21: Saat dokumen – dokumen
prosedur pemeliharaan selesai pekerjaan di
laksanakan sesuai jadwal yang tercantum.
Responden 22 : : prosedur pelaksanaan pada CT
setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus
dimulai dengan WP, JSA dan IBBPR.
Responden 23 : sesuai dengan peraturan –
peraturan pemeliharaan trafo arus CT R3 yang
telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 24 : prosedur pelaksaan pekerjaan
pemeliharaan trafo harus memiliki pekerja dalam
keadaan sehat fisik untuk bekerja
Responden 25 : Saat dokumen – dokumen
prosedur pemeliharaan selesai pekerjaan di
laksanakan sesuai jadwal yang tercantum.
Responden 26 : Prosedur pelaksanaan
pemeliharaan CT R3 berisikan pemeriksaan kesiapan pelaksana sebelum bekerja.
(bersambung)
39
Tabel 4
Metode Kerja Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pemeliharaan Trafo Arus CT
R3 pada 30 Pekerja
Pertanyaaan Jawaban
Responden 27 : sesuai dengan peraturan –
peraturan pemeliharaan trafo arus CT R3 yang
telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 28 : sesuai dengan peraturan –
peraturan pemeliharaan trafo arus CT R3 yang
telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 29 : : prosedur pelaksanaan pada CT
setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus
dimulai dengan WP, JSA dan IBBPR.
Responden 30 : Saat dokumen – dokumen
prosedur pemeliharaan selesai pekerjaan di
laksanakan sesuai jadwal yang tercantum.
Tabel 5
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Trafo Arus CT R3 pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana metode
kerja safety briefing
saat pemeliharaan
trafo arus CT R3?
Responden 1 : safety briefing meningkatkan kesadaran
pekerja dan prosedur keselamatan pada ketinggian serta
standar keselamatan listrik.
Responden 2 : Persiapan pemeliharaan dilaksanakan
pada pukul 10.00 WIB di Unit Layanan Transmisi Gardu
Induk Paya Pasir.
Responden 3 : safety briefing terdiri dari serangkaian
langkah – langkah berupa pelatihan keselamatan,
kunjungan lapangan, identifikasi bahaya ditempat kerja
Responden 4 : safety briefing dimulai oleh PJK3L
dengan menanyakan kondisi kesehatan pelaksana
pekerjaan, dilanjut dengan pengawas untuk memberitahu
daerah – daerah aman dan berbahaya.
Responden 5 : safety briefing yang dilakukan oleh
manajer mengenai penyampaian target operasi kembali
peralatan dan diakhiri dengan doa.
Responden 6 : dilakukan oleh pimpinan, supervisor,
pengawas k3 dan seluruh pekerja yang berada di
transmisi ULTG Paya Pasir
(bersambung)
40
Tabel 5
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Trafo Arus CT R3 pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 7 : pengawas melakukan safety briefing
menyampaikan pekerjaan apa saja yang akan
dilaksanakan dalam pemeliharaan arrester.
Responden 8 : safety briefing yang dilaksanakan sudah
berjalan dengan baik dengan melibatkan pekerja tentang
bekerja aman di lokasi kerja.
Responden 9 : dilakukan oleh manajer, supervisor dan
seluruh pekerja yang berada di transmisi ULTG Paya
Pasir
Responden 10 : safety briefing yang dilaksanakan saat
pemeliharaan trafo arus dilakukan harus sesuai dengan
instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 11 : safety briefing yang dilaksanakan
dipimpin oleh manajer dan pengawas k3 gardu induk
paya pasir.
Responden 12 : Pengawas k3 juga memberikan
penjelasan bagian – bagian yang bertegangan dan
peralatan – peralatan apa saja yang diperlukan dalam
pemeliharaan trafo arus
Responden 13 : safety briefing yang dilaksanakan saat
pemeliharaan trafo arus dilakukan harus sesuai dengan
instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 14 : safety briefing yang dilaksanakan sudah
berjalan dengan baik dengan melibatkan pekerja tentang
bekerja aman di lokasi kerja.
Responden 15 : safety briefing dimulai oleh PJK3L
dengan menanyakan kondisi kesehatan pelaksana
pekerjaan, dilanjut dengan pengawas untuk memberitahu
daerah – daerah aman dan berbahaya.
Responden 16 : safety briefing yang dilaksanakan saat
pemeliharaan trafo arus dilakukan harus sesuai dengan
instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 17 : pemeliharaan trafo arus jika tidak
diberlakukan safety briefing secara rutin, dapat
menyebabkan peningkatan risiko cedera atau bahkan
kematian.
Responden 18 : safety briefing pemeliharaan trafo arus
dilakukan oleh seluruh pekerja yang bertanggung jawab dan namanya ada dalam data pekerja yang akan
melaksanakan pemeliharaan
(bersambung)
41
Tabel 5
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Trafo Arus CT R3 pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 19 : safety briefing yang dilaksanakan
dipimpin oleh manajer dan pengawas k3 gardu induk
paya pasir.
Responden 20 : Pengawas k3 juga memberikan
penjelasan bagian – bagian yang bertegangan dan
peralatan – peralatan apa saja yang diperlukan dalam
pemeliharaan trafo arus
Responden 21: safety briefing yang dilakukan oleh
manajer mengenai penyampaian target operasi kembali
peralatan dan diakhiri dengan doa.
Responden 22 : safety briefing yang dilaksanakan saat
pemeliharaan trafo arus dilakukan harus sesuai dengan
instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 23 : safety briefing yang dilaksanakan sudah
berjalan dengan baik dengan melibatkan pekerja tentang
bekerja aman di lokasi kerja.
Responden 24 : safety briefing pemeliharaan trafo arus
dilakukan oleh seluruh pekerja yang bertanggung jawab
dan namanya ada dalam data pekerja yang akan
melaksanakan pemeliharaan
Responden 25 : safety briefing dimulai oleh PJK3L
dengan menanyakan kondisi kesehatan pelaksana
pekerjaan, dilanjut dengan pengawas untuk memberitahu
daerah – daerah aman dan berbahaya.
Responden 26 : safety briefing yang dilaksanakan sudah
berjalan dengan baik dengan melibatkan pekerja tentang
bekerja aman di lokasi kerja.
Responden 27 : pemeliharaan trafo arus jika tidak
diberlakukan safety briefing secara rutin, dapat
menyebabkan peningkatan risiko cedera atau bahkan
kematian.
Responden 28 : safety briefing yang dilaksanakan saat
pemeliharaan trafo arus dilakukan harus sesuai dengan
instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan
Responden 29 : safety briefing yang dilaksanakan
dipimpin oleh manajer dan pengawas k3 gardu induk
paya pasir.
Responden 30 : safety briefing pemeliharaan trafo arus dilakukan oleh seluruh pekerja yang bertanggung jawab
dan namanya ada dalam data pekerja yang akan
melaksanakan pemeliharaan.
42
Tabel 6
Metode Kerja Pemeriksaan Trafo Pemeliharaan Trafo Arus CT R3 pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana metode
kerja pemeriksaan
trafo arus CT R3
saat pemeliharaan
trafo arus CT R3?
Responden 1 : Inspeksi pentanahan trafo arus yang
dilakukan adalah memastikan bahwa kawat pentanahan
masih terpasang dan memastikankawat pentanahan yang
terpasang tidak longgar atau rusak
Responden 2 : Pemeliharaan trafo jika tidak dilaksanakan
dengan baik dapat menimbulkan potensi bahaya seperti
sengatan listrik apabila perilaku yang tidak aman.
Responden 3 : dielectrik dalam hal ini dilakukan
pemeriksaan dalam keadaan beroprasi dengan cara
melihat visual kecukupan dari media dielectrik CT
Responden 4 : Pemeliharaan trafo arus yang dilakukan
terbagi atas beberapa hal seperti In Service Inspection
kegiatan pengamatan visual pada bagian – bagian
peralatan adanya anomali yang berpotensi menurunkan
unjuk kerja peralatan atau merusak sebagian /
keseluruhan peralatan
Responden 5 : Pemeliharaan trafo jika tidak dilaksanakan
dengan baik dapat menimbulkan potensi bahaya seperti
sengatan listrik apabila perilaku yang tidak aman.
Responden 6 : pemeriksaan trafo arus CT R3
dilaksanakan sesuai dengan peraturan – peraturan yang
ditetapkan dalam instruksi kerja.
Responden 7 : Dalam pemeliharaan pekerja yang terpapar
induksi tegangan tinggi bisa mengakibatkan cacat dan
meninggal dunia pada arus listrik antara 15 – 30 mA .
Responden 8 : pemeriksaan trafo arus CT R3
dilaksanakan sesuai dengan peraturan – peraturan yang
ditetapkan dalam instruksi kerja
Responden 9 : Inspeksi pentanahan trafo arus yang
dilakukan adalah memastikan bahwa kawat pentanahan
masih terpasang dan memastikankawat pentanahan yang
terpasang tidak longgar atau rusak.
Responden 10 : dielectrik dalam hal ini dilakukan
pemeriksaan dalam keadaan
beroprasi dengan cara melihat visual kecukupan dari
media dielectrik CT.
(bersambung)
43
Tabel 6
Metode Kerja Pemeriksaan Trafo Pemeliharaan Trafo Arus CT R3 pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 11 : pemeriksaan trafo arus CT R3
dilaksanakan sesuai dengan peraturan – peraturan yang
ditetapkan dalam instruksi kerja
Responden 12 : Pemeliharaan trafo jika tidak
dilaksanakan dengan baik dapat menimbulkan potensi
bahaya seperti sengatan listrik apabila perilaku yang tidak
aman.
Responden 13 : Pemeliharaan trafo arus yang dilakukan
terbagi atas beberapa hal seperti In Service Inspection
kegiatan pengamatan visual pada bagian – bagian
peralatan adanya anomali yang berpotensi menurunkan
unjuk kerja peralatan atau merusak sebagian /
keseluruhan peralatan
Responden 14 : Inspeksi pentanahan trafo arus yang
dilakukan adalah memastikan bahwa kawat pentanahan
masih terpasang dan memastikankawat pentanahan yang
terpasang tidak longgar atau rusak
Responden 15 : pemeriksaan trafo arus CT R3
dilaksanakan sesuai dengan peraturan – peraturan yang
ditetapkan dalam instruksi kerja
Responden 16 : Pemeliharaan trafo jika tidak
dilaksanakan dengan baik dapat menimbulkan potensi
bahaya seperti sengatan listrik apabila perilaku yang tidak
aman.
Responden 17 : dielectrik dalam hal ini dilakukan
pemeriksaan dalam keadaan beroprasi dengan cara
melihat visual kecukupan dari media dielectrik CT
Responden 18 : Inspeksi pentanahan trafo arus yang
dilakukan adalah memastikan bahwa kawat pentanahan
masih terpasang dan memastikankawat pentanahan yang
terpasang tidak longgar atau rusak
Responden 19 : pemeriksaan trafo arus CT R3
dilaksanakan sesuai dengan peraturan – peraturan yang
ditetapkan dalam instruksi kerja
Responden 20 : Pemeliharaan trafo jika tidak
dilaksanakan dengan baik dapat menimbulkan potensi
bahaya seperti sengatan listrik apabila perilaku yang tidak aman.
(bersambung)
44
Tabel 6
Metode Kerja Pemeriksaan Trafo Pemeliharaan Trafo Arus CT R3 pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 21: Pemeliharaan trafo arus yang dilakukan
terbagi atas beberapa hal seperti In Service Inspection
kegiatan pengamatan visual pada bagian – bagian
peralatan adanya anomali yang berpotensi menurunkan
unjuk kerja peralatan atau merusak sebagian /
keseluruhan peralatan
Responden 22 : pemeriksaan trafo arus CT R3
dilaksanakan sesuai dengan peraturan – peraturan yang
ditetapkan dalam instruksi kerja
Responden 23 : Pemeliharaan trafo jika tidak
dilaksanakan dengan baik dapat menimbulkan potensi
bahaya seperti sengatan listrik apabila perilaku yang tidak
aman.
Responden 24 : Inspeksi pentanahan trafo arus yang
dilakukan adalah memastikan bahwa kawat pentanahan
masih terpasang dan memastikankawat pentanahan yang
terpasang tidak longgar atau rusak
Responden 25 : dielectrik dalam hal ini dilakukan
pemeriksaan dalam keadaan
beroprasi dengan cara melihat visual kecukupan dari
media dielectrik CT
Responden 26 : pemeriksaan trafo arus CT R3
dilaksanakan sesuai dengan peraturan – peraturan yang
ditetapkan dalam instruksi kerja
Responden 27 : pemeriksaan trafo arus CT R3
dilaksanakan sesuai dengan peraturan – peraturan yang
ditetapkan dalam instruksi kerja
Responden 28 : Inspeksi pentanahan trafo arus yang
dilakukan adalah memastikan bahwa kawat pentanahan
masih terpasang dan memastikankawat pentanahan yang
terpasang tidak longgar atau rusak
Responden 29 : Pemeliharaan trafo arus yang dilakukan
terbagi atas beberapa hal seperti In Service Inspection
kegiatan pengamatan visual pada bagian – bagian
peralatan adanya anomali yang berpotensi menurunkan
unjuk kerja peralatan atau merusak sebagian/keseluruhan
peralatan. Responden 30 : Pemeliharaan trafo jika tidak
dilaksanakan baik dapat menimbulkan potensi bahaya
seperti sengatan listrik apabila perilaku yang tidak aman.
45
Tabel 7
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Pemutus Tenaga pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana metode
kerja safety briefing
saat pemeliharaan
pemutus tenaga?
Responden 1 : Safety briefing terdiri dari serangkaian
pelatihan keselamatan, kunjungan lapangan, identifikasi
bahaya di tempat kerja dan keahlian pekerja
Responden 2 : safety briefing dimulai oleh PJK3L
dengan menanyakan kondisi kesehatan pelaksana
pekerjaan, dilanjut dengan pengawas untuk
memberitahu daerah – daerah aman dan berbahaya
Responden 3 : Persiapan pemeliharaan dilaksanakan
pada pukul 11.00 WIB di Unit Layanan Transmisi
Gardu Induk Paya Pasir dikarenakan terjadi cuaca yang
kurang mendukung untuk melakukan pemeliharaan
yakni hujan deras
Responden 4 : safety briefing disampaikan dengan tegas
dan jelas serta dengan waktu yang optimal sehingga
pekerja memahami inti – inti dari penyampaian
supervisor terhadap proses
pekerjaan pemeliharaan.
Responden 5 : safety briefing dilaksanakan dengan baik
dengan melibatkan pekerja tentang bekerja aman
dilokasi kerja
Responden 6 : safety briefing yang dilakukan saat
pemeliharaan pemutus tenaga harus sesuai dengan
instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 7 : safety briefing membantu meningkatkan
kesadaran pekerjan dan prosedur keselamatan pada
ketinggian serta standar keselamatan listrik.
Responden 8 : Safety briefing terdiri dari serangkaian
pelatihan keselamatan, kunjungan lapangan, identifikasi
bahaya di tempat kerja dan keahlian pekerja
Responden 9 : safety briefing dimulai oleh PJK3L
dengan menanyakan kondisi kesehatan pelaksana
pekerjaan, dilanjut dengan pengawas untuk
memberitahu daerah – daerah aman dan berbahaya
Responden 10 : safety briefing yang dilaksanakan
dipimpin oleh manajer dan pengawas k3 gardu induk
paya pasir
Responden 11 : safety briefing dimulai oleh PJK3L
dengan menanyakan kondisi kesehatan pelaksana pekerjaan, dilanjut dengan pengawas untuk
memberitahu daerah – daerah aman dan berbahaya.
(bersambung)
46
Tabel 7
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Pemutus Tenaga pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 12 : safety briefing yang dilakukan saat
pemeliharaan pemutus tenaga harus sesuai dengan
instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 13 : Safety briefing terdiri dari serangkaian
pelatihan keselamatan, kunjungan lapangan, identifikasi
bahaya di tempat kerja dan keahlian pekerja.
Responden 14 : safety briefing membantu
meningkatkan kesadaran pekerjan dan prosedur
keselamatan pada ketinggian serta standar keselamatan
listrik.
Responden 15 : safety briefing yang dilakukan saat
pemeliharaan pemutus tenaga harus sesuai dengan
instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 16 : safety briefing yang dilakukan saat
pemeliharaan pemutus tenaga harus sesuai dengan
instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 17 : safety briefing yang dilaksanakan
dipimpin oleh manajer dan pengawas k3 gardu induk
paya pasir
Responden 18 : safety briefing dimulai oleh PJK3L
dengan menanyakan kondisi kesehatan pelaksana
pekerjaan, dilanjut dengan pengawas untuk
memberitahu daerah – daerah aman dan berbahaya.
Responden 19 : safety briefing yang dilakukan oleh
manajer mengenai penyampaian target operasi kembali
peralatan dan diakhiri dengan doa.
Responden 20 : dilakukan oleh pimpinan, supervisor,
pengawas k3 dan seluruh pekerja yang berada di
transmisi ULTG Paya Pasir
Responden 21 : pengawas melakukan safety briefing
menyampaikan pekerjaan apa saja yang akan
dilaksanakan dalam pemeliharaan pemutus tenaga
Responden 22 : safety briefing yang dilaksanakan sudah
berjalan dengan baik dengan melibatkan pekerja
tentang bekerja aman di lokasi kerja.
Responden 23 : dilakukan oleh manajer, supervisor dan
seluruh pekerja yang berada di transmisi ULTG Paya
Pasir
(bersambung)
47
Tabel 7
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Pemutus Tenaga pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 24 : safety briefing membantu
meningkatkan kesadaran pekerjan dan prosedur
keselamatan pada ketinggian serta standar keselamatan
listrik.
Responden 25 : Safety briefing terdiri dari serangkaian
pelatihan keselamatan, kunjungan lapangan, identifikasi
bahaya di tempat kerja dan keahlian pekerja
Responden 26 : Saat melakukan pemeliharaan pemutus
tenaga dilakukan seluruh pekerja yang bertanggung
jawab dan namanya ada dalam data pekerja yang akan
melaksanakan pemeliharaan pemutus tenaga.
Responden 27 : Safety briefing dilaksanakan pada
pukul 11.00 WIB di Unit Layanan Transmisi Gardu
Induk Paya Pasir dikarenakan terjadi cuaca yang kurang
mendukung untuk melakukan pemeliharaan yakni hujan
deras
Responden 28 : safety briefing disampaikan dengan
tegas dan jelas serta dengan waktu yang optimal
sehingga pekerja memahami inti – inti dari
penyampaian supervisor terhadap proses
pekerjaan pemeliharaan.
Responden 29 : safety briefing membantu
meningkatkan kesadaran pekerjan dan prosedur
keselamatan pada ketinggian serta standar keselamatan
listrik.
Responden 30 : safety briefing yang dilaksanakan
dipimpin oleh manajer dan pengawas k3 gardu induk
paya pasir.
Tabel 8
Metode Kerja Pemeriksaan Alat Uji Pemeliharaan Pemutus Tenaga pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana metode kerja
pemeriksaan alat uji saat
pemeliharaan pemutus
tenaga?
Responden 1 : saat melaksanakan pemeliharan sering
terjadi perubahan akurasi disebabkan oleh sengatan
listrik yang berbahaya misalnya minyak, metal chips.
(bersambung)
48
Tabel 8
Metode Kerja Pemeriksaan Alat Uji Pemeliharaan Pemutus Tenaga pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 2 : Alat uji yang digunakan harus sudah
dipastikan terkalibrasi agar pengujian memiliki hasil
yang akurat.
Responden 3 : saat melakukan pemeliharaan
pemutus tenaga yaitu pemeriksaan alat uji harus
sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Responden 4 : saat pemeliharaan pekerja melakukan
pendataan dan pemeriksaan alat uji seperti Insulation
resistance tester (Megger 5000 V), Micro Ohm
Meter, Visigraph photocorder, sumber tegangan DC,
Multi meter
Responden 5 : saat melaksanakan pemeliharan sering
terjadi perubahan akurasi disebabkan oleh sengatan
listrik yang berbahaya misalnya minyak, metal chips.
Responden 6 : saat pemeliharaan pekerja melakukan
pendataan dan pemeriksaan alat uji seperti Insulation
resistance tester (Megger 5000 V), Micro Ohm
Meter, Visigraph photocorder, sumber tegangan DC,
Multi meter
Responden 7 : saat melakukan pemeliharaan
pemutus tenaga yaitu pemeriksaan alat uji harus
sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Responden 8 : saat melakukan pemeliharaan
pemutus tenaga yaitu pemeriksaan alat uji harus
sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Responden 9 : saat melakukan pemeliharaan
pemutus tenaga yaitu pemeriksaan alat uji harus
sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Responden 10 : Alat uji yang digunakan harus sudah
dipastikan terkalibrasi agar pengujian memiliki hasil
yang akurat.
Responden 11 : saat melaksanakan pemeliharan
sering terjadi perubahan akurasi disebabkan oleh sengatan listrik yang berbahaya misalnya minyak,
metal chips.
(bersambung)
49
Tabel 8
Metode Kerja Pemeriksaan Alat Uji Pemeliharaan Pemutus Tenaga pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 12 : saat melakukan pemeliharaan
pemutus tenaga yaitu pemeriksaan alat uji harus
sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Responden 13 : saat pemeliharaan pekerja
melakukan pendataan dan pemeriksaan alat uji
seperti Insulation resistance tester (Megger 5000 V),
Micro Ohm Meter, Visigraph photocorder, sumber
tegangan DC, Multi meter
Responden 14 : Untuk menjaga keabsahan dan
validitas pengukuran maka perlu dilakukan proses
kalibrasi alat ukur secara berkala
Responden 15 : Alat uji yang digunakan harus sudah
dipastikan terkalibrasi agar pengujian memiliki hasil
yang akurat.
Responden 16 : saat melakukan pemeliharaan
pemutus tenaga yaitu pemeriksaan alat uji harus
sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Responden 17 : saat melaksanakan pemeliharan
sering terjadi perubahan akurasi disebabkan oleh
sengatan listrik yang berbahaya misalnya minyak,
metal chips.
Responden 18 : saat pemeliharaan pekerja
melakukan pendataan dan pemeriksaan alat uji
seperti Insulation resistance tester (Megger 5000 V),
Micro Ohm Meter, Visigraph photocorder, sumber
tegangan DC, Multi meter
Responden 19 : Alat uji yang digunakan harus sudah
terkalibrasi pengujian memiliki hasil yang akurat.
Responden 20 : saat pemeliharaan pekerja
melakukan pendataan dan pemeriksaan alat uji
seperti Insulation resistance tester (Megger 5000 V),
Micro Ohm Meter, Visigraph photocorder, sumber
tegangan DC, Multi meter
Responden 21: saat melakukan pemeliharaan
pemutus tenaga yaitu pemeriksaan alat uji harus sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
(bersambung)
50
Tabel 8
Metode Kerja Pemeriksaan Alat Uji Pemeliharaan Pemutus Tenaga pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 22 : Alat uji yang digunakan harus sudah
dipastikan terkalibrasi agar pengujian memiliki hasil
yang akurat.
Responden 23 : saat melaksanakan pemeliharan
sering terjadi perubahan akurasi disebabkan oleh
sengatan listrik yang berbahaya misalnya minyak,
metal chips.
Responden 24 : saat melakukan pemeliharaan
pemutus tenaga yaitu pemeriksaan alat uji harus
sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Responden 25 : saat pemeliharaan pekerja
melakukan pendataan dan pemeriksaan alat uji
seperti Insulation resistance tester (Megger 5000 V),
Micro Ohm Meter, Visigraph photocorder, sumber
tegangan DC, Multi meter
Responden 26 : saat melakukan pemeliharaan
pemutus tenaga yaitu pemeriksaan alat uji harus
sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Responden 27 : saat melaksanakan pemeliharan
sering terjadi perubahan akurasi disebabkan oleh
sengatan listrik yang berbahaya misalnya minyak,
metal chips.
Responden 28 : saat pemeliharaan pekerja
melakukan pendataan dan pemeriksaan alat uji
seperti Insulation resistance tester (Megger 5000 V),
Micro Ohm Meter, Visigraph photocorder, sumber
tegangan DC, Multi meter
Responden 29 : saat melakukan pemeliharaan
pemutus tenaga yaitu pemeriksaan alat uji harus
sesuai dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Responden 30 : saat melaksanakan pemeliharan
sering terjadi perubahan akurasi disebabkan oleh
sengatan listrik yang berbahaya misalnya minyak,
metal chips.
51
Tabel 9
Metode Kerja Pemanjatan Pemutus Tenaga Pemeliharaan Pemutus Tenaga pada
30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana metode
kerja pemanjatan
pemutus tenaga saat
melaksanakan
pemeliharaan
pemutus tenaga?
Responden 1 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dapat menyebabkan potensi bahaya jatuh bagi
pekerja dari ketinggian yang melakukannya pemeliharaan
tersebut
Responden 2 : saat melaksanakan pemanjantan potensi
bahaya dapat terjadi akibat tidak memperhatikan
sambungan menyebabkan hubungan arus singkat
sehingga pemutus tenaga mengalami panas berlebih
sehingga terjadi gangguan
Responden 3 : Pekerja melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dengan menggunakan tangga yang dipersiapkan.
Responden 4 : Pekerja harus menggunakan pakaian alat
pelindung diri dan satu pekerja lain menahan dibawah
tangga bawah
Responden 5 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga ketika pemeliharaan dilaksanakan harus sesuai
dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan
Responden 6 : Pekerja melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dengan menggunakan tangga yang dipersiapkan
Responden 7 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dapat menyebabkan potensi bahaya jatuh bagi
pekerja dari ketinggian yang melakukannya pemeliharaan
tersebut
Responden 8 : Pekerja melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dengan menggunakan tangga yang dipersiapkan
Responden 9 : Pekerja harus menggunakan pakaian alat
pelindung diri dan satu pekerja lain menahan dibawah
tangga bawah
Responden 10 : saat melaksanakan pemanjantan potensi
bahaya dapat terjadi akibat tidak memperhatikan
sambungan menyebabkan hubungan arus singkat
sehingga pemutus tenaga mengalami panas berlebih
sehingga terjadi gangguan
Responden 11 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dapat menyebabkan potensi bahaya jatuh bagi
pekerja dari ketinggian yang melakukannya pemeliharaan tersebut.
(bersambung)
52
Tabel 9
Metode Kerja Pemanjatan Pemutus Tenaga Pemeliharaan Pemutus Tenaga pada
30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 12 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga ketika pemeliharaan dilaksanakan harus sesuai
dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan
Responden 13 : Pekerja melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dengan menggunakan tangga yang dipersiapkan
Responden 14 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga ketika pemeliharaan dilaksanakan harus sesuai
dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan
Responden 15 : Pekerja melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dengan menggunakan tangga yang dipersiapkan
Responden 16 : saat melaksanakan pemanjantan potensi
bahaya dapat terjadi akibat tidak memperhatikan
sambungan menyebabkan hubungan arus singkat
sehingga pemutus tenaga mengalami panas berlebih
sehingga terjadi gangguan
Responden 17 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dapat menyebabkan potensi bahaya jatuh bagi
pekerja dari ketinggian yang melakukannya pemeliharaan
tersebut
Responden 18 : Pekerja harus menggunakan pakaian alat
pelindung diri dan satu pekerja lain menahan dibawah
tangga bawah
Responden 19 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga ketika pemeliharaan dilaksanakan harus sesuai
dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan
Responden 20 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dapat menyebabkan potensi bahaya jatuh bagi
pekerja dari ketinggian yang melakukannya pemeliharaan
tersebut
Responden 21: saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga ketika pemeliharaan dilaksanakan harus sesuai
dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan
Responden 22 : saat melaksanakan pemanjantan potensi bahaya dapat terjadi akibat tidak memperhatikan
sambungan menyebabkan hubungan arus singkat
(bersambung)
53
Tabel 9
Metode Kerja Pemanjatan Pemutus Tenaga Pemeliharaan Pemutus Tenaga pada
30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
sehingga pemutus tenaga mengalami panas berlebih
sehingga terjadi gangguan
Responden 23 : Pekerja melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dengan menggunakan tangga yang dipersiapkan
Responden 24 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga ketika pemeliharaan dilaksanakan harus sesuai
dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan
Responden 25 : Pekerja harus menggunakan pakaian alat
pelindung diri dan satu pekerja lain menahan dibawah
tangga bawah
Responden 26 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dapat menyebabkan potensi bahaya jatuh bagi
pekerja dari ketinggian yang melakukannya pemeliharaan
tersebut
Responden 27 : saat melakukan pemanjatan pemutus
tenaga ketika pemeliharaan dilaksanakan harus sesuai
dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan
Responden 28 : Pekerja harus menggunakan pakaian alat
pelindung diri dan satu pekerja lain menahan dibawah
tangga bawah
Responden 29 : Pekerja melakukan pemanjatan pemutus
tenaga dengan menggunakan tangga yang dipersiapkan
Responden 30 : saat melaksanakan pemanjantan potensi
bahaya dapat terjadi akibat tidak memperhatikan
sambungan menyebabkan hubungan arus singkat
sehingga pemutus tenaga mengalami panas berlebih
sehingga terjadi gangguan
54
Tabel 10
Metode Kerja Pemeriksaan Alat Uji Pemeliharaan Trafo Tenaga Tegangan
Tinggi pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana metode
kerja pemeriksaan
alat uji saat
melaksanakan
pemeliharaan
trafo tenaga
tegangan tinggi?
Responden 1 : pekerja melakukan pendataan dan
pemeriksaan alat uji yang akan digunakan seperti Insulation
resistance tester (Megger 5000 V), Micro Ohm Meter,
Visigraph atau photocorder, sumber tegangan DC, Multi
meter.
Responden 2 : Pemeriksaan alat uji saat melaksanakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dilakukan sesuai
dengan instruksi kerja yang berlaku diperusahaan.
Responden 3 : Pemeriksaan alat uji saat melaksnakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dicatat dan
didokumentasikan dengan baik.
Responden 4 : Para pekerja wajib mempergunakan pakaian
dan alat pelindung diri yang telah disediakan.
Responden 5 : Melakukan pengecekan alat uji yang
digunakan sudah sesuai dan dilakukan kalibrasi atau
pengujian agar dapat memiliki hasil yang akurat.
Responden 6 : Pemeriksaan alat uji saat melaksnakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dicatat dan
didokumentasikan dengan baik.
Responden 7 : pemeriksaan alat uji dapat mengalami
perubahan akurasi karena sengatan listrik atau lingkungan
manufaktur yang berbahaya misalnya minyak, metal chips.
Responden 8 : Melakukan pengecekan alat uji yang
digunakan sudah sesuai dan dilakukan kalibrasi atau
pengujian agar dapat memiliki hasil yang akurat.
Responden 9 : Pemeriksaan alat uji saat melaksnakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dicatat dan
didokumentasikan dengan baik.
Responden 10 : Para pekerja wajib mempergunakan
pakaian dan alat pelindung diri yang telah disediakan.
Responden 11 : pekerja melakukan pendataan dan
pemeriksaan alat uji yang akan digunakan seperti Insulation
resistance tester (Megger 5000 V), Micro Ohm Meter,
Visigraph atau photocorder, sumber tegangan DC, Multi
meter.
Responden 12 : Pemeriksaan alat uji saat melaksnakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dicatat dan didokumentasikan dengan baik.
(bersambung)
55
Tabel 10
Metode Kerja Pemeriksaan Alat Uji Pemeliharaan Trafo Tenaga Tegangan
Tinggi pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 13 : Para pekerja wajib mempergunakan
pakaian dan alat pelindung diri yang telah disediakan.
Responden 14 : pemeriksaan alat uji dapat mengalami
perubahan akurasi karena sengatan listrik atau lingkungan
manufaktur yang berbahaya misalnya minyak, metal chips
Responden 15 : Pemeriksaan alat uji saat melaksnakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dicatat dan
didokumentasikan dengan baik.
Responden 16 : pekerja melakukan pendataan dan
pemeriksaan alat uji yang akan digunakan seperti Insulation
resistance tester (Megger 5000 V), Micro Ohm Meter,
Visigraph atau photocorder, sumber tegangan DC, Multi
meter.
Responden 17 : Para pekerja wajib mempergunakan
pakaian dan alat pelindung diri yang telah disediakan.
Responden 18 : Melakukan pengecekan alat uji yang
digunakan sudah sesuai dan dilakukan kalibrasi atau
pengujian agar dapat memiliki hasil yang akurat.
Responden 19 : pekerja melakukan pendataan dan
pemeriksaan alat uji yang akan digunakan seperti Insulation
resistance tester (Megger 5000 V), Micro Ohm Meter,
Visigraph atau photocorder, sumber tegangan DC, Multi
meter.
Responden 20 : Pemeriksaan alat uji saat melaksnakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dicatat dan
didokumentasikan dengan baik.
Responden 21: pemeriksaan alat uji dapat mengalami
perubahan akurasi karena sengatan listrik atau lingkungan
manufaktur yang berbahaya misalnya minyak, metal chips
Responden 22 : Para pekerja wajib mempergunakan
pakaian dan alat pelindung diri yang telah disediakan.
Responden 23 : pemeriksaan alat uji dapat mengalami
perubahan akurasi karena sengatan listrik atau lingkungan
manufaktur yang berbahaya misalnya minyak, metal chips
Responden 24 : pekerja melakukan pendataan dan
pemeriksaan alat uji yang akan digunakan seperti Insulation
resistance tester (Megger 5000 V), Micro Ohm Meter, Visigraph atau photocorder, sumber tegangan DC, Multi
meter.
(bersambung)
56
Tabel 10
Metode Kerja Pemeriksaan Alat Uji Pemeliharaan Trafo Tenaga Tegangan
Tinggi pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 25 : Pemeriksaan alat uji saat melaksnakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dicatat dan
didokumentasikan dengan baik.
Responden 26 : Melakukan pengecekan alat uji yang
digunakan sudah sesuai dan dilakukan kalibrasi atau
pengujian agar dapat memiliki hasil yang akurat.
Responden 27 : pekerja melakukan pendataan dan
pemeriksaan alat uji yang akan digunakan seperti Insulation
resistance tester (Megger 5000 V), Micro Ohm Meter,
Visigraph atau photocorder, sumber tegangan DC, Multi
meter.
Responden 28 : Pemeriksaan alat uji saat melaksnakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dicatat dan
didokumentasikan dengan baik.
Responden 29 : Para pekerja wajib mempergunakan
pakaian dan alat pelindung diri yang telah disediakan.
Responden 30 : pemeriksaan alat uji dapat mengalami
perubahan akurasi karena sengatan listrik atau lingkungan
manufaktur yang berbahaya misalnya minyak, metal chips
Tabel 11
Metode Kerja Pentanahan NGR Pemeliharaan Trafo Tenaga Tegangan Tinggi
pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana metode
kerja pentanahan
NGR saat
melaksanakan
pemeliharaan trafo
tenaga tegangan
tinggi?
Responden 1 : Pekerja perlu memperhatikan nilai tahanan
dari NGR sesuai dengan spesifikasinya dan tidak
mengalami kerusakan.
Responden 2 : Metode kerja yang ditetapkan dalam
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi memiliki
potensi bahaya apabila pekerja bekerja tidak terstrukstur
menyebabkan gangguan hubungan singkat pada sistem.
Responden 3 : saat melakukan pentanahan NGR Overload
dapat mengakibatkan overheating dan juga menimbulkan
pekerja stress dalam belitan trafo dan isolasi.
(bersambung)
57
Tabel 11
Metode Kerja Pentanahan NGR Pemeliharaan Trafo Tenaga Tegangan Tinggi
pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 4 : saat melaksanakan pentanahan NGR pada
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi pekerja
melakukan pengukuran neutral grounding Resistance
mengantisipasi membesarnya arus gangguan tanah yang
dapat merusak peralatan serta merugikan pihak PLN.
Responden 5 : pentanahan NGR saat melaksanakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dilakukan
sesuai dengan instruksi kerja yang berlaku di perusahaan.
Responden 6 : NGR dipasang pada titik netral trafo 70 Kv
atau 20 kV.
Responden 7 : saat melakukan pentanahan NGR Overload
dapat mengakibatkan overheating dan juga menimbulkan
pekerja stress dalam belitan trafo dan isolasi.
Responden 8 : Pentanahan NGR dalam pemeliharaan trafo
tenaga tegangan tinggi dilakukan sesuai dengan instruksi
kerja yang berlaku diperusahaan
Responden 9 : Pekerja perlu memperhatikan nilai tahanan
dari NGR sesuai dengan spesifikasinya dan tidak
mengalami kerusakan.
Responden 10 : Dipasangnya NGR untuk dapat
mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari
sisi neutral ke tanah.
Responden 11 : Metode kerja yang ditetapkan dalam
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi memiliki
potensi bahaya apabila pekerja bekerja tidak terstrukstur
menyebabkan gangguan hubungan singkat pada sistem.
Responden 12 : saat melaksanakan pentanahan NGR pada
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi pekerja
melakukan pengukuran neutral grounding Resistance
mengantisipasi membesarnya arus gangguan tanah yang
dapat merusak peralatan serta merugikan pihak PLN.
Responden 13 : saat melakukan pentanahan NGR
Overload dapat mengakibatkan overheating dan juga
menimbulkan pekerja stress dalam belitan trafo dan
isolasi.
Responden 14 : Pentanahan NGR dalam pemeliharaan
trafo tenaga tegangan tinggi dilakukan sesuai dengan instruksi kerja yang berlaku diperusahaan.
(bersambung)
58
Tabel 11
Metode Kerja Pentanahan NGR Pemeliharaan Trafo Tenaga Tegangan Tinggi
pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 15 : Trafo tenaga disisi sekunder NGR
dipasang antara titik netral trafo dengan pentanahan untuk
memperkecil arus gangguan
Responden 16 : Pentanahan NGR dalam pemeliharaan
trafo tenaga tegangan tinggi dilakukan sesuai dengan
instruksi kerja yang berlaku diperusahaan
Responden 17 : Pekerja perlu memperhatikan nilai
tahanan dari NGR sesuai dengan spesifikasinya dan tidak
mengalami kerusakan.
Responden 18 : NGR dipasang pada titik netral trafo 70
Kv atau 20 kV.
Responden 19 : saat melakukan pentanahan NGR
Overload dapat mengakibatkan overheating dan juga
menimbulkan pekerja stress dalam belitan trafo dan
isolasi.
Responden 20 : Metode kerja yang ditetapkan dalam
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi memiliki
potensi bahaya apabila pekerja bekerja tidak terstrukstur
menyebabkan gangguan hubungan singkat pada sistem.
Responden 21: saat melaksanakan pentanahan NGR pada
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi pekerja
melakukan pengukuran neutral grounding Resistance
mengantisipasi membesarnya arus gangguan tanah yang
dapat merusak peralatan serta merugikan pihak PLN.
Responden 22 : NGR dipasang pada titik netral trafo 70
Kv atau 20 kV.
Responden 23 : Pekerja perlu memperhatikan nilai
tahanan dari NGR sesuai dengan spesifikasinya dan tidak
mengalami kerusakan.
Responden 24 : Pentanahan NGR dalam pemeliharaan
trafo tenaga tegangan tinggi dilakukan sesuai dengan
instruksi kerja yang berlaku diperusahaan.
Responden 25 : saat melakukan pentanahan NGR
Overload dapat mengakibatkan overheating dan juga
menimbulkan pekerja stress dalam belitan trafo dan
isolasi.
Responden 26 : NGR dipasang pada titik netral trafo 70 Kv atau 20 kV.
(bersambung)
59
Tabel 11
Metode Kerja Pentanahan NGR Pemeliharaan Trafo Tenaga Tegangan Tinggi
pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 27 : Metode kerja yang ditetapkan dalam
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi memiliki
potensi bahaya apabila pekerja bekerja tidak terstrukstur
menyebabkan gangguan hubungan singkat pada sistem.
Responden 28 : saat melakukan pentanahan NGR
Overload dapat mengakibatkan overheating dan juga
menimbulkan pekerja stress dalam belitan trafo dan
isolasi.
Responden 29 : saat melaksanakan pentanahan NGR pada
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi pekerja
melakukan pengukuran neutral grounding Resistance
mengantisipasi membesarnya arus gangguan tanah yang
dapat merusak peralatan serta merugikan pihak PLN.
Responden 30 : Pekerja perlu memperhatikan nilai
tahanan dari NGR sesuai dengan spesifikasinya dan tidak
mengalami kerusakan.
Tabel 12
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Pembumian Gardu Induk pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana metode
kerja safety
briefing saat
melaksanakan
pemeliharaan
pembumian gardu
induk?
Responden 1 : Safety briefing terdiri dari serangkaian
langkah-langkah berupa pelatihan keselamatan, kunjungan
lapangan, identifikasi bahaya di tempat kerja.
Responden 2 : safety briefing yang dilaksanakan sudah
berjalan dengan baik dengan melibatkan pekerja tentang
bekerja aman di lokasi kerja.
Responden 3 : safety briefing yang dilakukan saat
melaksanakan pembumian gardu induk sesuai dengan
isntruksi kerja yang telah ditetapkan perusahaan
Responden 4 : pemeliharaan pembumian gardu induk
dilakukan seluruh pekerja yakni personil – personil yang
bertanggung jawab dan namanya ada dalam data pekerja
yang akan melaksanakan pemeliharaan pembumian gardu
induk.
(bersambung)
60
Tabel 12
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Pembumian Gardu Induk pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 5 : Safety briefing terdiri dari serangkaian
langkah-langkah berupa pelatihan keselamatan, kunjungan
lapangan, identifikasi bahaya di tempat kerja.
Responden 6 : safety briefing dimulai oleh PJK3L dengan
menanyakan kondisi kesehatan pelaksana pekerjaan,
dilanjut dengan pengawas untuk memberitahu daerah –
daerah aman dan berbahaya
Responden 7 : safety briefing yang dilakukan saat
melaksanakan pembumian gardu induk sesuai dengan
isntruksi kerja yang telah ditetapkan perusahaan
Responden 8 : Safety briefing terdiri dari serangkaian
langkah-langkah berupa pelatihan keselamatan, kunjungan
lapangan, identifikasi bahaya di tempat kerja.
Responden 9 : safety briefing meningkatkan kesadaran
pekerja dan prosedur keselamatan pada ketinggian dan
standar keselamatan listrik.
Responden 10 : safety briefing yang dilaksanakan sudah
berjalan dengan baik dengan melibatkan pekerja tentang
bekerja aman di lokasi kerja.
Responden 11 : Persiapan pemeliharaan dilaksanakan pada
pukul 11.00 WIB di Unit Layanan Transmisi Gardu Induk
Paya Pasir.
Responden 12 : pemeliharaan pembumian gardu induk
dilakukan seluruh pekerja yakni personil – personil yang
bertanggung jawab dan namanya ada dalam data pekerja
yang akan melaksanakan pemeliharaan pembumian gardu
induk.
Responden 13 : Safety briefing yang dilaksanakan
dipimpin oleh manajer dan pengawas k3 gardu induk paya
pasir
Responden 14 : Safety briefing terdiri dari serangkaian
langkah-langkah berupa pelatihan keselamatan, kunjungan
lapangan, identifikasi bahaya di tempat kerja.
Responden 15 : safety briefing yang dilakukan saat
melaksanakan pembumian gardu induk sesuai dengan
isntruksi kerja yang telah ditetapkan perusahaan
Responden 16 : safety briefing meningkatkan kesadaran pekerja dan prosedur keselamatan pada ketinggian dan
standar keselamatan listrik.
(bersambung)
61
Tabel 12
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Pembumian Gardu Induk pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 17 : safety briefing yang dilaksanakan sudah
berjalan dengan baik dengan melibatkan pekerja tentang
bekerja aman di lokasi kerja.
Responden 18 : safety briefing yang dilakukan saat
melaksanakan pembumian gardu induk sesuai dengan
isntruksi kerja yang telah ditetapkan perusahaan
Responden 19 : safety briefing dimulai oleh PJK3L
dengan menanyakan kondisi kesehatan pelaksana
pekerjaan, dilanjut dengan pengawas untuk memberitahu
daerah – daerah aman dan berbahaya
Responden 20 : Pelaksanaan pemeliharaan safety briefing
disampaikan dengan tegas dan waktu yang optimal
sehingga pekerja memahami inti – inti proses pekerjaan
pemeliharaan
Responden 21: saat melaksanakan safety briefing
pengawas k3 juga memberikan penjelasan mengenai
bagian – bagian yang bertegangan dan peralatan –
peralatan apa saja yang diperlukan dalam pemeliharaan
pembumian gardu induk
Responden 22 : Safety briefing terdiri dari serangkaian
langkah-langkah berupa pelatihan keselamatan, kunjungan
lapangan, identifikasi bahaya di tempat kerja.
Responden 23 : safety briefing meningkatkan kesadaran
pekerja dan prosedur keselamatan pada ketinggian dan
standar keselamatan listrik.
Responden 24 : safety briefing dimulai oleh PJK3L
dengan menanyakan kondisi kesehatan pelaksana
pekerjaan, dilanjut dengan pengawas untuk memberitahu
daerah – daerah aman dan berbahaya.
Responden 25 : safety briefing yang dilakukan oleh
manajer mengenai penyampaian target operasi kembali
peralatan dan diakhiri dengan doa.
Responden 26 : dilakukan oleh pimpinan, supervisor,
pengawas k3 dan seluruh pekerja yang berada di transmisi
ULTG Paya Pasir
Responden 27 : pengawas melakukan safety briefing
menyampaikan pekerjaan apa saja yang akan dilaksanakan dalam pemeliharaan.
(bersambung)
62
Tabel 12
Metode Kerja Safety Briefing Pemeliharaan Pembumian Gardu Induk pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 28 : safety briefing yang dilaksanakan sudah
berjalan dengan baik dengan melibatkan pekerja tentang
bekerja aman di lokasi kerja.
Responden 29 : dilakukan oleh manajer, supervisor dan
seluruh pekerja yang berada di transmisi ULTG Paya Pasir
Responden 30 : Safety briefing terdiri dari serangkaian
langkah-langkah berupa pelatihan keselamatan, kunjungan
lapangan, identifikasi bahaya di tempat kerja.
Tabel 13
Metode Kerja Pengambilan Data Pemeliharaan Pembumian Gardu Induk pada
30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana metode
kerja
pengambilan
data saat
melaksanakan
pemeliharaan
pembumian
gardu induk?
Responden 1 : pengambilan data dilakukandalam beberapa
langkah yakni pekerja mempersiapkan alat ukur digital
earth reistance tester.
Responden 2 : pekerja melakukan penamaan 2 buah
elektroda bantu dengan jarak antara ekektroda dengan kaki
tower yang akan di ukur sejauh 5 – 10 m dan membentuk
sudut.
Responden 3 : pembangambilan data pembumian gardu
induk dilakukan dengan menghubungkan elektroda tersebut
dengan kabel ke earth tester.
Responden 4 : pekerja mengecek tegangan baterai dengan
menghidupkan digital earth resistance tester (earth-tester).
Responden 5 : pengambilan data pembumian gardu induk
apabila layar tampak bersih tanpa simbol baterai lemah
berarti baterai dalam keadaan baik. Jika layar menunjukkan
simbol baterai lemah atau bahkan layar dalam keadaan gelap
berarti baterai perlu diganti.
Responden 6 : Mengukur hambatan pentanahan tower yaitu
gabungan antara kaki dan semua arde dan mencatat hasil
pengukuran dalam tabel hasil pengukuran.
Responden 7 : Melakukan pengecekan hubungan atau
penjepit pada elektroda utama dan elektroda bantu dengan
mensetting range switch ke 20 Ω.
(bersambung)
63
Tabel 13
Metode Kerja Pengambilan Data Pemeliharaan Pembumian Gardu Induk pada
30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 8 : pekerja menghubungkan kaki tower dan arde
yang akan diukur dengan kabel ke earth-tester.
Responden 9 : saat pemeliharaan pembumian dan
pengambilan data gardu induk jika hambatan elektroda
utama terlalu tinggi atau menunjukkan simbol berkedip-
kedip maka perlu dicek penghubung atau penjepit pada
elektroda utama
Responden 10 : pekerja melepas arde dari kaki tower dengan
kunci yang diperlukan dan kemudian menghubungkan kaki
tower dengan kabel ke earth-tester
Responden 11 : Mengukur hambatan pentanahan dari kaki
tower sendiri tanpa arde dan mencatat hasil pengukuran
dalam tabel hasil pengukuran
Responden 12 : pengambilan data pembumian gardu induk
dilakukan sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 13 : pekerja mengecek tegangan baterai dengan
menghidupkan digital earth resistance tester (earth-tester).
Responden 14 : menghubungkan arde kaki dengan kabel ke
earth-tester dan mengukur hambatan pentanahan dari arde
kaki dari masing – masing sisi secara berlawanan dan atau
keseluruhan dan mencatat hasil pengukuran dalam tabel
hasil pengukuran
Responden 15 : saat pemeliharaan pembumian dan
pengambilan data gardu induk jika hambatan elektroda
utama terlalu tinggi atau menunjukkan simbol berkedip-
kedip maka perlu dicek penghubung atau penjepit pada
elektroda utama
Responden 16 : pengambilan data pembumian gardu induk
dilakukan sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 17 : pengambilan data dilakukandalam beberapa
langkah yakni pekerja mempersiapkan alat ukur digital
earth reistance tester.
Responden 18 : saat pemeliharaan pembumian dan
pengambilan data gardu induk jika hambatan elektroda
utama terlalu tinggi atau menunjukkan simbol berkedip-kedip maka perlu dicek penghubung atau penjepit pada
elektroda utama
(bersambung)
64
Tabel 13
Metode Kerja Pengambilan Data Pemeliharaan Pembumian Gardu Induk pada
30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 19 : Mengukur hambatan pentanahan dari kaki
tower sendiri tanpa arde dan mencatat hasil pengukuran
dalam tabel hasil pengukuran
Responden 20 : pengambilan data pembumian gardu induk
dilakukan sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 21: pekerja mengecek tegangan baterai dengan
menghidupkan digital earth resistance tester (earth-tester).
Responden 22 : pengambilan data pembumian gardu induk
dilakukan sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 23 : menghubungkan arde kaki dengan kabel ke
earth-tester dan mengukur hambatan pentanahan dari arde
kaki dari masing – masing sisi secara berlawanan dan atau
keseluruhan dan mencatat hasil pengukuran dalam tabel
hasil pengukuran
Responden 24 : pekerja mengecek tegangan baterai dengan
menghidupkan digital earth resistance tester (earth-tester).
Responden 25 : saat pemeliharaan pembumian dan
pengambilan data gardu induk jika hambatan elektroda
utama terlalu tinggi atau menunjukkan simbol berkedip-
kedip maka perlu dicek penghubung atau penjepit pada
elektroda utama
Responden 26 : saat pemeliharaan pembumian dan
pengambilan data gardu induk jika hambatan elektroda
utama terlalu tinggi atau menunjukkan simbol berkedip-
kedip maka perlu dicek penghubung atau penjepit pada
elektroda utama
Responden 27 : pengambilan data pembumian gardu induk
dilakukan sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 28 : pengambilan data dilakukan dalam beberapa
langkah yakni pekerja mempersiapkan alat ukur digital
earth reistance tester.
Responden 29 : pekerja mengecek tegangan baterai dengan
menghidupkan digital earth resistance tester (earth-tester).
Responden 30 : pengambilan data pembumian gardu induk dilakukan sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
65
Tabel 14
Metode Kerja Menuju Lokasi saat Melaksanakan Perbaikan Insulator pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana
metode
kerja
menuju
lokasi saat
melaksanaka
n perbaikan
insulator?
Responden 1 : saat menuju lokasi perbaikan penggantian
insulator menggunakan transportasi yaitu sampan.
Responden 2 : pelaksanaan perbaikan insulator menuju lokasi
dilakukan berdasarkan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Responden 3 : Perbaikan insulator ketika menggunakan sampan
menggunakan alat pelindung diri berupa pelampung.
Responden 4 : penggantian insulator dilaksanakan pukul 08.30
WIB dan berkumpul di ULTG Paya Pasir
Responden 5 : pelaksanaan perbaikan insulator menuju lokasi
dilakukan berdasarkan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Responden 6 : Perbaikan insulator ketika menggunakan sampan
menggunakan alat pelindung diri berupa pelampung.
Responden 7 : pelaksanaan perbaikan insulator menuju lokasi
dilakukan berdasarkan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Responden 8 : Pelaksanaan perbaikan penggantian insulator yang
dilakukan bertempat di transmisi belawan sampai pada tempat
pukul 09.00 WIB
Responden 9 : saat menuju lokasi perbaikan penggantian
insulator menggunakan transportasi yaitu sampan
Responden 10 : penggantian insulator dilaksanakan pukul 08.30
WIB dan berkumpul di ULTG Paya Pasir
Responden 11 : Pengangkutan pekerja beserta peralatan kerja
saat melakukan perbaikan insulator dilakukan secara bergantian
dengan posisi duduk saat berada disampan berdasarkan
keseimbangan agar tidak goyang.
Responden 12 : pelaksanaan perbaikan insulator menuju lokasi
dilakukan berdasarkan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Responden 13 : saat menuju lokasi perbaikan penggantian
insulator menggunakan transportasi yaitu sampan
Responden 14 : Pelaksanaan perbaikan penggantian insulator
yang dilakukan bertempat di transmisi belawan sampai pada
tempat pukul 09.00 WIB
Responden 15 : pelaksanaan perbaikan insulator menuju lokasi dilakukan berdasarkan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
(bersambung)
66
Tabel 14
Metode Kerja Menuju Lokasi saat Melaksanakan Perbaikan Insulator pada 30
Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 16 : Pelaksanaan perbaikan penggantian insulator
yang dilakukan bertempat di transmisi belawan sampai pada
tempat pukul 09.00 WIB
Responden 17 : Perbaikan insulator ketika menggunakan sampan
menggunakan alat pelindung diri berupa pelampung.
Responden 18 : penggantian insulator dilaksanakan pukul 08.30
WIB dan berkumpul di ULTG Paya Pasir
Responden 19 : pelaksanaan perbaikan insulator menuju lokasi
dilakukan berdasarkan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Responden 20 : penggantian insulator dilaksanakan pukul 08.30
WIB dan berkumpul di ULTG Paya Pasir
Responden 21: pelaksanaan perbaikan insulator menuju lokasi
dilakukan berdasarkan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Responden 22 : Perbaikan insulator ketika menggunakan sampan
menggunakan alat pelindung diri berupa pelampung.
Responden 23 : penggantian insulator dilaksanakan pukul 08.30
WIB dan berkumpul di ULTG Paya Pasir
Responden 24 : saat menuju lokasi perbaikan penggantian
insulator menggunakan transportasi yaitu sampan
Responden 25 : pelaksanaan perbaikan insulator menuju lokasi
dilakukan berdasarkan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Responden 26 : Pelaksanaan perbaikan penggantian insulator
yang dilakukan bertempat di transmisi belawan sampai pada
tempat pukul 09.00 WIB
Responden 27 : penggantian insulator dilaksanakan pukul 08.30
WIB dan berkumpul di ULTG Paya Pasir
Responden 28 : pelaksanaan perbaikan insulator menuju lokasi
dilakukan berdasarkan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Responden 29 : saat menuju lokasi perbaikan penggantian
insulator menggunakan transportasi yaitu sampan
Responden 30 : Perbaikan insulator ketika menggunakan sampan
menggunakan alat pelindung diri berupa pelampung.
67
Tabel 15
Metode Kerja Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan saat Melaksanakan Perbaikan
Insulator pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana
metode kerja
prosedur
pelaksanaan
pekerjaan
saat
melaksanaka
n perbaikan
insulator?
Responden 1 : Prosedur pelaksanaan pekerjaan saat melakukan
perbaikan insulator berdasarkan peraturan – peraturan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 2 : perbaikan penggantian insulator dilakukan
dengan menggunakan prosedur pelaksanaan pekerjaan.
Responden 3 : prosedur pelaksanaan pekerjaan saat melakukan
perbaikan insulator suspension 150Kv harus menggunakan
perangkat pakaian kerja.
Responden 4 : prosedur pelaksanaan perbaikan insulator
memuat tentang pemeriksaan pelaksana sebelum bekerja
mengenai kesiapan.
Responden 5 : prosedur pelaksanaan perbaikan memiliki urutan
proses dan penanggung jawab jenis pekerjaan yang telah
disetujui oleh pengawas keselamatan dan kesehatan kerja.
Responden 6 : Prosedur pelaksanaan pekerjaan saat melakukan
perbaikan insulator berdasarkan peraturan – peraturan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 7 : prosedur pelaksanaan perbaikan insulator
memuat tentang pembagian dan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Responden 8 : pada prosedur perbaikan pergantian insulator
harus memiliki APAR pada setiap lokasi kegiatan.
Responden 9 : memuat jenis alat pelindung yang dipergunakan
seperti konduktif suit complete, wearpack, full body harness,
lanyard, rope fall adjuster, helm pengaman, sarung tangan
pengaman, kacamata pengaman, APAR dan perlengkapan K3.
Responden 10 : Pada prosedur perbaikan penggantian insulator
pekerja harus memiliki izin kerja.
Responden 11 : Prosedur perbaikan pergantian insulator harus
memuat mengenai terpasanganya larangan dan peringatan
terutama pada peralatan yang bergerak / berputar dan
bertegangan.
Responden 12 : pada prosedur perbaikan pergantian insulator
harus memiliki APAR pada setiap lokasi kegiatan.
Responden 13 : Sesuai dengan prosedur perbaikan penggantian
insulator keadaan lingkungan kerja harus dalam keadaan aman
dan bersih. Responden 14 : Prosedur pelaksanaan pekerjaan saat melakukan
perbaikan insulator berdasarkan peraturan – peraturan yang
(bersambung)
68
Tabel 15
Metode Kerja Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan saat Melaksanakan Perbaikan
Insulator pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 15 : prosedur pelaksanaan perbaikan memiliki
urutan proses dan penanggung jawab jenis pekerjaan yang telah
disetujui oleh pengawas keselamatan dan kesehatan kerja.
Responden 16 : Prosedur perbaikan pergantian insulator harus
memuat mengenai terpasanganya larangan dan peringatan
terutama pada peralatan yang bergerak / berputar dan
bertegangan.
Responden 17 : Sesuai dengan prosedur perbaikan penggantian
insulator keadaan lingkungan kerja harus dalam keadaan aman
dan bersih.
Responden 18 : prosedur pelaksanaan pekerjaan saat melakukan
perbaikan insulator suspension 150Kv harus menggunakan
perangkat pakaian kerja.
Responden 19 : prosedur pelaksanaan perbaikan insulator
memuat tentang pemeriksaan pelaksana sebelum bekerja
mengenai kesiapan.
Responden 20 : Prosedur perbaikan pergantian insulator harus
memuat mengenai terpasanganya larangan dan peringatan
terutama pada peralatan yang bergerak / berputar dan
bertegangan.
Responden 21: prosedur pelaksanaan pekerjaan saat melakukan
perbaikan insulator suspension 150Kv harus menggunakan
perangkat pakaian kerja.
Responden 22 : Sesuai dengan prosedur perbaikan penggantian
insulator keadaan lingkungan kerja harus dalam keadaan aman
dan bersih.
Responden 23 : memuat jenis alat pelindung yang dipergunakan
seperti konduktif suit complete, wearpack, full body harness,
lanyard, rope fall adjuster, helm pengaman, sarung tangan
pengaman, kacamata pengaman, APAR dan perlengkapan K3.
Responden 24 : Prosedur pelaksanaan pekerjaan saat melakukan
perbaikan insulator berdasarkan peraturan – peraturan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 25 : prosedur pelaksanaan perbaikan memiliki
urutan proses dan penanggung jawab jenis pekerjaan yang telah
disetujui oleh pengawas keselamatan dan kesehatan kerja. Responden 26 : pada prosedur perbaikan pergantian insulator
harus memiliki APAR pada setiap lokasi kegiatan.
(bersambung)
69
Tabel 15
Metode Kerja Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan saat Melaksanakan Perbaikan
Insulator pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 27 : prosedur pelaksanaan perbaikan insulator
memuat tentang pemeriksaan pelaksana sebelum bekerja
mengenai kesiapan.
Responden 28 : Sesuai dengan prosedur perbaikan penggantian
insulator keadaan lingkungan kerja harus dalam keadaan aman
dan bersih.
Responden 29 : memuat jenis alat pelindung yang dipergunakan
seperti konduktif suit complete, wearpack, full body harness,
lanyard, rope fall adjuster, helm pengaman, sarung tangan
pengaman, kacamata pengaman, APAR dan perlengkapan K3.
Responden 30 : pada prosedur perbaikan pergantian insulator
harus memiliki APAR pada setiap lokasi kegiatan.
Tabel 16
Metode Kerja Pemanjatan Tower Transmisi saat Melaksanakan Perbaikan
Insulator pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana
metode kerja
pemanjatan
tower
transmisi saat
melaksanaka
n perbaikan
insulator?
Responden 1 : pemanjatan tower melalui step bolt yakni dengan
salah satu peralatan tower yang berbentuk mur baut terpasang
teratur dari kaki tower hingga puncak.
Responden 2 : pemanjatan tower transmisi saat melaksanakan
perbaikan insulator suspense harus membutuhkan keahlian
dalam memanjat.
Responden 3 : melakukan pemanjatan dengan besi – besi step
bolt yang terpasang dilakukan tetapi tidak aman
Responden 4 : sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan saat melaksanakan perbaikan insulator oleh
perusahaan.
Responden 5 : pemanjatan tower transmisi dapat dilakukan
dengan rangka diagonal dengan menggunakan lanyard.
Responden 6 : melakukan pemanjatan dengan besi – besi step
bolt yang terpasang dilakukan tetapi tidak aman.
Responden 7 : pemanjatan tower melalui step bolt yakni dengan
salah satu peralatan tower yang berbentuk mur baut terpasang
teratur dari kaki tower hingga puncak.
(bersambung)
70
Tabel 16
Metode Kerja Pemanjatan Tower Transmisi saat Melaksanakan Perbaikan
Insulator pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 8 : pemanjatan tower transmisi dapat dilakukan
dengan rangka diagonal dengan menggunakan lanyard.
Responden 9 : pemanjatan tower transmisi saat melaksanakan
perbaikan insulator suspense harus membutuhkan keahlian
dalam memanjat.
Responden 10 : sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan saat melaksanakan perbaikan insulator oleh
perusahaan.
Responden 11 : sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan saat melaksanakan perbaikan insulator oleh
perusahaan.
Responden 12 : melakukan pemanjatan dengan besi – besi step
bolt yang terpasang dilakukan tetapi tidak aman
Responden 13 : pemanjatan tower transmisi dapat dilakukan
dengan rangka diagonal dengan menggunakan lanyard.
Responden 14 : melakukan pemanjatan dengan besi – besi step
bolt yang terpasang dilakukan tetapi tidak aman.
Responden 15 : pemanjatan tower transmisi saat melaksanakan
perbaikan insulator suspense harus membutuhkan keahlian
dalam memanjat.
Responden 16 : pemanjatan tower melalui step bolt yakni
dengan salah satu peralatan tower yang berbentuk mur baut
terpasang teratur dari kaki tower hingga puncak.
Responden 17 : pekerja memerlukan bantuan live line rope
untuk pemanjatan tower transmisi.
Responden 18 : sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan saat melaksanakan perbaikan insulator oleh
perusahaan.
Responden 19 : pemanjatan tower transmisi saat melaksanakan
perbaikan insulator suspense harus membutuhkan keahlian
dalam memanjat.
Responden 20 : melakukan pemanjatan dengan besi – besi step
bolt yang terpasang dilakukan tetapi tidak aman.
Responden 21: pemanjatan tower transmisi dapat dilakukan
melalui rangka – rangka tower yaitu melalui diagonal dan
leveler sampai ke tempat yang ditentukan untuk perbaikan.
Responden 22 : pemanjatan tower melalui step bolt yakni dengan salah satu peralatan tower yang berbentuk mur baut
terpasang teratur dari kaki tower hingga puncak.
(bersambung)
71
Tabel 16
Metode Kerja Pemanjatan Tower Transmisi saat Melaksanakan Perbaikan
Insulator pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 23 : sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan saat melaksanakan perbaikan insulator oleh
perusahaan.
Responden 24 : sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan saat melaksanakan perbaikan insulator oleh
perusahaan.
Responden 25 : melakukan pemanjatan dengan besi – besi step
bolt yang terpasang dilakukan tetapi tidak aman.
Responden 26 : pemanjatan tower transmisi saat melaksanakan
perbaikan insulator suspense harus membutuhkan keahlian
dalam memanjat.
Responden 27 : sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan saat melaksanakan perbaikan insulator oleh
perusahaan.
Responden 28 : pemanjatan tower melalui step bolt yakni
dengan salah satu peralatan tower yang berbentuk mur baut
terpasang teratur dari kaki tower hingga puncak.
Responden 29 : sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan saat melaksanakan perbaikan insulator oleh
perusahaan.
Responden 30 : melakukan pemanjatan dengan besi – besi step
bolt yang terpasang dilakukan tetapi tidak aman.
Tabel 17
Metode Kerja Penaikan dan Penurunan Peralatan saat Melaksanakan Perbaikan
Insulator pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana
metode kerja
penaikan dan
penurunan
peralatan saat
melaksanakan
perbaikan
insulator?
Responden 1 : pekerja harus menyiapkan dan merangkai alat
kerja dan membersihkan serta melakukan pengetasan alat.
Responden 2 : saat melakukan pemeliharaan pekerja terbagi
lines man yang melakukan pemanjatan dan pekerja yang
berada dibawah untuk membantu jalannya proses kerja
Responden 3 : proses penaikan dan penurunan peralatan kerja
dilakukan pekerja sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
(bersambung)
72
Tabel 17
Metode Kerja Penaikan dan Penurunan Peralatan saat Melaksanakan Perbaikan
Insulator pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 4 : pekerja yang berada diatas tower dan dibawah
towermenggunakan peralatan kerja dan alat pelindung diri
yang lengkap.
Responden 5 : proses penurunan isolator dari tower ke dasar
tower kemudian mengganti dengan isolator yang baru.
Responden 6 : proses penggantian isolator baru selanjutnya
dinaikan oleh pekerja dengan bantuan handline
Responden 7 : pekerja melepas sisi isolator dari tower agar
isolator terlepas.
Responden 8 : saat melakukan pemeliharaan pekerja terbagi
lines man yang melakukan pemanjatan dan pekerja yang
berada dibawah untuk membantu jalannya proses kerja
Responden 9 : pekerja harus menyiapkan dan merangkai alat
kerja dan membersihkan serta melakukan pengetasan alat.
Responden 10 : proses penaikan dan penurunan peralatan kerja
dilakukan pekerja sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan
Responden 11 : saat melakukan pemeliharaan pekerja terbagi
lines man yang melakukan pemanjatan dan pekerja yang
berada dibawah untuk membantu jalannya proses kerja
Responden 12 : pekerja melepas sisi isolator dari tower agar
isolator terlepas.
Responden 13 : pekerja yang berada diatas tower dan dibawah
towermenggunakan peralatan kerja dan alat pelindung diri
yang lengkap.
Responden 14 : proses penurunan dan penaikan peralatan kerja
dilakukan pekerja dengan menggunakan handline
Responden 15 : proses penggantian isolator baru selanjutnya
dinaikan oleh pekerja dengan bantuan handline
Responden 16 : pekerja harus menyiapkan dan merangkai alat
kerja dan membersihkan serta melakukan pengetasan alat.
Responden 17 : proses penaikan dan penurunan peralatan kerja
dilakukan pekerja sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan
Responden 18 : proses penurunan isolator dari tower ke dasar
tower kemudian mengganti dengan isolator yang baru.
Responden 19 : saat melakukan pemeliharaan pekerja terbagi lines man yang melakukan pemanjatan dan pekerja yang
berada dibawah untuk membantu jalannya proses kerja
(bersambung)
73
Tabel 17
Metode Kerja Penaikan dan Penurunan Peralatan saat Melaksanakan Perbaikan
Insulator pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 20 : saat melakukan penurunan dan penaikan
peralatan kerja pekerja memasang capstan pada kaki tower.
Responden 21: proses penaikan dan penurunan peralatan kerja
dilakukan pekerja sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan
Responden 22 : proses penggantian isolator baru selanjutnya
dinaikan oleh pekerja dengan bantuan handline
Responden 23 : pekerja harus menaikan dan menempatkan tool
bag pada posisinya dan memasang alat – alat sesuai posisi
sehingga mampu menopang insulator.
Responden 24 : penaikan dan penurunan peralatan kerja
mengharuskan pekerja mengaitkan sisi hot end dari isolator
dengan handline dan melepaskan dari isolator.
Responden 25 : pekerja yang berada diatas tower dan dibawah
towermenggunakan peralatan kerja dan alat pelindung diri
yang lengkap.
Responden 26 : pekerja melepas sisi isolator dari tower agar
isolator terlepas.
Responden 27 : saat melakukan pemeliharaan pekerja terbagi
lines man yang melakukan pemanjatan dan pekerja yang
berada dibawah untuk membantu jalannya proses kerja
Responden 28 : proses penurunan isolator dari tower ke dasar
tower kemudian mengganti dengan isolator yang baru.
Responden 29 : proses penaikan dan penurunan peralatan kerja
dilakukan pekerja sesuai dengan instruksi kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 30 : proses penggantian isolator baru selanjutnya
dinaikan oleh pekerja dengan bantuan handline
74
Tabel 18
Metode Kerja Penggantian Insulator saat Melaksanakan Perbaikan Insulator
pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana
metode kerja
penggantian
insulator saat
melaksanakan
perbaikan
insulator?
Responden 1 : saat melakukan penggantian insulator pekerja
yang berada di atas tower memasang sisi cold end pada tower
Responden 2 : saat selesai melakukan perbaikan insulator
pekerja melakukan pelengkapan dokumen yang diperlukan
nantinya
Responden 3 : pekerja mengganti insulator dengan menaikan
dan memasang tower saddle lengan dengan strap hoits
dibawah insulator yang akan diganti
Responden 4 : pekerja melakukan evaluasi dan melepas serta
memindahkan arching horn sisi cold body tower
Responden 5 : pekerja melakukan pemasangan sisi hot end
pada isolator saat melaksanakan perbaikan
Responden 6 : pekerja melakukan pengangkatan insulator
dengan handline dan menurunkan peralatan kerja yang telah
digunakan.
Responden 7 : wire tong dipasang dan dinaikan pekerja dengan
sambungan untuk menahan konduktor dan insolator yang akan
diganti.
Responden 8 : melakukan penaikan spiral linkstick pada strap
hoist, naikan dan tempatkan di universal stick.
Responden 9 : saat selesai melakukan perbaikan insulator
pekerja melakukan pelengkapan dokumen yang diperlukan
nantinya
Responden 10 : saat melakukan penggantian insulator pekerja
yang berada di atas tower memasang sisi cold end pada tower
Responden 11 : pekerja melakukan evaluasi dan melepas serta
memindahkan arching horn sisi cold body tower
Responden 12 : forque stick kemudian dinaikan dan
ditempatkan selanjutnya dipindahkan handlineke block
dipasang diatas ujung isolator sisi cold end.
Responden 13 : pekerja mengambil alih beban isolator oleh
strap hoist dan melepas isolator dari suspension clamp pada
sisi hot end.
Responden 14 : saat melakukan penggantian insulator pekerja
menurunkan konduktor +50 cm dan memeriksa jarak kepada
bagian yang tidak bertegangan
Responden 15 : pemasangan static shunt sisi cold end oleh pekerja kemudian melakukan pengikatan ujung handline pada
insulator.
(bersambung)
75
Tabel 18
Metode Kerja Penggantian Insulator saat Melaksanakan Perbaikan Insulator
pada 30 Pekerja
Pertanyaan Jawaban
Responden 16 : pekerja melakukan pengangkatan insulator
dengan handline dan menurunkan peralatan kerja yang telah
digunakan.
Responden 17 : pekerja melakukan evaluasi dan melepas serta
memindahkan arching horn sisi cold body tower
Responden 18 : penggantian insulator dilakukan berdasarkan
dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 19 : saat selesai melakukan perbaikan insulator
pekerja melakukan pelengkapan dokumen yang diperlukan
nantinya
Responden 20 : penggantian insulator dilakukan berdasarkan
dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 21: pekerja melakukan evaluasi dan melepas serta
memindahkan arching horn sisi cold body tower
Responden 22 : saat melakukan penggantian insulator pekerja
yang berada di atas tower memasang sisi cold end pada tower
Responden 23 : penggantian insulator dilakukan berdasarkan
dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 24 : pekerja melakukan pengangkatan insulator
dengan handline dan menurunkan peralatan kerja yang telah
digunakan.
Responden 25 : saat melakukan penggantian insulator pekerja
menurunkan konduktor +50 cm dan memeriksa jarak kepada
bagian yang tidak bertegangan
Responden 26 : pekerja melakukan evaluasi dan melepas serta
memindahkan arching horn sisi cold body tower
Responden 27 : penggantian insulator dilakukan berdasarkan
dengan instruksi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Responden 28 : saat melakukan penggantian insulator pekerja
yang berada di atas tower memasang sisi cold end pada tower
Responden 29 : saat selesai melakukan perbaikan insulator
pekerja melakukan pelengkapan dokumen yang diperlukan
nantinya
Responden 30 : pekerja melakukan evaluasi dan melepas serta
memindahkan arching horn sisi cold body tower
76
Pemeliharaan Arrester
Lightning arrester atau sering dikenal dengan arrester berguna menjadi
perangkat pengaman peralatan listrik dari ancaman gangguan sambaran petir
maupun surja hubung (Bandri, 2015).
Gambar 2. Lightning aresster di gardu induk
Sumber : (SPLN T5.007,2014)
Perencanaan pemeliharaan memiliki tujuan untuk memberikan pedoman
dalam melaksanakan inspeksi arrester di lapangan, sehingga memenuhi syarat
untuk dioperasikan. Ruang lingkup pemeliharaan arrester mencakup tata cara dan
ketentuan dalam melaksanakan inspeksi arrester yang terpasang di instalasi
pembangkit tenaga listrik, gardu induk dan jaringan distribusi. Peralatan Uji yang
digunakan adalah : Insulation resistance tester, Multimeter, Counter tester, Earth
resistance tester.
Instruksi kerja alat merujuk ke manual alat yang dipergunakan.
keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan meliputi penggunaan perangkat
pakaian kerja, tanda pengenal, sepatu keamanan (safety shoes), pelindung kepala
77
(helmet), pelindung telinga (ear plug) dan perlengkapan lain yang diperlukan.
Selanjutnya melakukan pemeriksaan apakah sudah memiliki izin kerja (working
permit) dan terpasangnya tanda larangan dan peringatan yang diperlukan,
terutama pada daerah peralatan yang bergerak/berputar dan bertegangan.
Persiapan saat melakukan pemeliharaan diawali dengan melakukan
koordinasi dengan seluruh tim inspeksi. Saat melakukan pemeliharaan arrester
dilakukan koordinasi pada seluruh pekerja yakni personil – personil yang
bertanggung jawab dan namanya ada dalam data pekerja yang akan melaksanakan
pemeliharaan arrester. Peralatan yang akan di uji akan di cek dan alat uji akan
dikeluarkan oleh para pekerja dari tempat penyimpanan peralatan listrik sebelum
mulai waktu pelaksanaan pemeliharaan. Kemudian saat melakukan kegiatan
pemeliharaan pekerja hanya dapat melaksanakan kegiatan jika sudah memiliki
izin kerja yang telah di setujui dari bagian perencanaan pemeliharaan.
Pelaksanaan pemeliharaan arrester dilakukan dengan pemeriksaan visual
yang meliputi : Periksa plat nama, catat dan bandingkan dengan IEC 60099-4,
klausul 3.1.
Pemeliharaan dilakukan oleh pekerja dan supervisor dengan metode kerja
team yaitu bekerja sama dengan tidak terdapat pembedaan proses saat bekerja.
Pekerja maupun supervisor bekerja sama dan saling mengingatkan satu sama lain
karena pekerjaan termaksuk pekerjaan yang berisiko tinggi antara pekerja di
ULTG Paya Pasir. Dalam hal ini pekerja dan supervisor saat melakukan
pemeliharaan termasuk sebagai pekerja dengan tidak adanya perbedaan strata
diantara pekerja.
78
Tabel 19
Pemeriksaan Visual Pemeliharaan Arraster
Komponen
Transmisi
Pemeliharaan Keterangan
Kriteria Hasil penilaian
Arrester Pemeriksaan visual
- plat nama
- bushing.
- counter
- pembumian :
jenis ukuran konduktor.
Sesuai IEC
60099-4
Klausul 3.1
Tidak cacat
dan bersih
Tidak cacat
Tembaga
50 mm2
Sesuai
Tidak cacat
dan bersih
Tidak cacat
Sesuai
Baik
Baik
Baik
Baik
Periksa bushing terutama pada bagian luar permukaan bushing. Periksa
counter (kondisi fisik counter). Periksa pembumian terutama pada terminal
penyambungan, jenis dan luas penampang/ukuran konduktor. Kriteria dan
penilaian yang dilakukan saat melakukan pemeliharaan arrester berdasarkan hasil
penelitian yakni.
Pelat nama. Pelat nama merupakan identitas suatu peralatan dalam
melakukan pemeliharaan arrester. Pemeriksaan secara langsung atau visual
dilakukan oleh pekerja dengan pencatatan kelayakan pelat nama arrester. Serial
number perlu diperhatikan oleh petugas apabila ada yang sudah berpindah dari
peralatan tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan ini pekerja dapat melihat record pemeliharaan
yang telah dilakukan sebelumnya untuk peralatan yang sama. Pada plat nama juga
menunjukan standar – standar yang diperlukan dari alat uji. Kemudian melakukan
79
perbandingan dengan ketentuan yang telah ditetapkan PT. PLN yakni IEC 60099-
4, klausul 3.1.
Pelat nama pada pemeliharaan arrester yang diperiksa oleh pekerja sudah
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Kondisi plat nama arrester ini bersih
dan tidak pudar sehingga menunjukan hasil yang sesuai dengan penilaian yang
baik.
Bushing. Pemeriksaan visual bushing dilakukan para pekerja dengan
melihat kriteria pemeliharaan arrester yaitu keadaaan layak, tidak cacat dan
bersih pada permukaan luar bushing. Hasil pada bagian saat pekerja melakukan
pemeliharan, bushing arrester bersih dan tidak cacat sehingga dapat memiliki
penilaian yang baik.
Pencacah (counter). Pekerja melakukan pemeriksaan langsung
dilapangan dengan melihat keadaan pencacah / counter masih dalam keadaan
layak yaitu tidak bercacat maupun kondisi yang sudah tidak layak dipergunakan.
Hasil pada pemeriksaan visual yang dilakukan pekerja yakni pencacah baik
dengan keadaan fisik tidak cacat.
Pembumian. Kegiatan pemeliharaan arrester secara visual dilakukan
pekerja dengan melakukan pemeriksaan pembumian terkhusus pada terminal
penyambungan, jenis dan luas penampang/ ukuran konduktor pembumian
tersebut. Hasil pada pemeriksaan pembumian tampak bahwa jenis pembumian
arrester berjenis tembaga (BCC) dengan ukuran konduktor 50 mm2. Hal ini sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan oleh PT. PLN (PERSERO) ULTG Paya Pasir.
80
Metode kerja pemeliharaan arrester. Metode kerja pemeliharaan
arrester yang dilaksanakan oleh pekerja meliputi :
Safety briefing/safety talk. Saat melakukan pemeliharaan arrester
dilakukan koordinasi pada seluruh pekerja yakni personil – personil yang
bertanggung jawab dan namanya ada dalam data pekerja yang akan melaksanakan
pemeliharaan arrester. Persiapan pemeliharaan dilaksanakan pada pukul 09.00
WIB di Unit Layanan Transmisi Gardu Induk Paya Pasir. Safety briefing yang
dilaksanakan dipimpin oleh supervisor dan didampingi manajer beserta pengawas
k3 gardu induk paya pasir.
Safety briefing yang dilakukan merupakan langkah awal untuk melibatkan
para pekerja tentang bekerja dengan aman di lokasi kerja. Safety briefing yang
dilaksanakan pada pemeliharaan arrester terdiri dari langkah-langkah keselamatan
dan kesehatan kerja yang akan diterapkan, kunjungan lapangan, identifikasi
bahaya di tempat kerja, pengumpulan lisensi dan sertifikasi penting sebagai bukti
pelatihan dan telah diuji sesuai standar kompetensi mereka. Hal ini membantu
mencegah terjadinya cedera atau kecelakaan di tempat kerja.
Pada bagian pemeliharaan safety briefing disampaikan dengan tegas dan
jelas serta dengan waktu yang optimal sehingga pekerja memahami inti – inti dari
penyampaian supervisor terhadap proses pekerjaan pemeliharaan. Langkah ini
dapat meningkatkan kesadaran akan masalah dan prosedur keselamatan untuk
semua jenis pekerja baik pada ketinggian dan standar keselamatan listrik.
Koordinasi yang dilakukan diawali oleh manajer mengenai gardu induk paya pasir
81
dan kemudian dilanjutkan oleh pengawas k3 mengenai pentingnya keselamatan
dan kesehatan dalam kegiatan pemeliharaan arrester.
Pengawas K3 juga memberikan penjelasan mengenai bagian – bagian yang
bertegangan dan peralatan – peralatan apa saja yang diperlukan dalam
pemeliharaan arrester. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dengan metode
kerja yang ditetapkan dalam pemeliharaan arrester identifikasi potensi bahaya
yang dapat terjadi saat melakukan safety briefing pemeliharaan arrester. Apabila
jika tidak diberlakukan safety briefing secara rutin, dapat menyebabkan
peningkatan risiko cedera atau bahkan kematian.
Selanjutnya apabila pekerja melakukan tugas yang tidak seharusnya,
pekerja mengakses tempat kerja dengan cara yang tidak seharusnya tanpa izin,
tempat kerja diakses oleh orang lain tanpa izin. Pekerja yang menjalankan peran
yang seharusnya tidak berisiko malah cedera, pekerja terluka oleh bahaya ketika
tidak diperingatkan melalui induksi keselamatan.
Gambar 3. Safety briefing
82
Berdasarkan penelitian Kurniawan (2017) safety briefing merupakan salah
satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya potensi bahaya di tempat
kerja. Program safety briefing yang dilakukan sebelum bekerja sangat efektif
dalam memenuhi kebutuhan para pekerja dalam informasi mengenai K3 dan
membangun kesadaran para pekerja untuk mengutamakan safety untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini menunjukan bahwa sosialisasi K3
sebagai salah satu bagian dari kampanye K3 yang merupakan salah satu bentuk
pendidikan atau pelatihan.
Pemeriksaan alat uji. Pada saat pemeliharaan pekerja melakukan
pendataan dan pemeriksaan alat uji yang akan digunakan seperti multimeter,
counter tester. Alat uji yang digunakan sudah sesuai dan dilakukan kalibrasi atau
pengujian agar dapat memiliki hasil yang akurat. Apabila pekerja tidak melakukan
kalibrasi sebelum melakukan pemeliharaan hasil tidak akurat dan perlu dilakukan
uji berulang hingga hasil yang didapat akurat.
Selanjutnya melakukan pemeriksaan dokumen hasil uji pabrik (kurva
tegangan terhadap waktu pemotongan arrester). Alat ukur merupakan salah satu
sumber daya yang dibutuhkan untuk menentukan kesesuaian hasil pengukuran
dengan kebutuhan.
83
Gambar 4. Skematik diagram level tegangan lightning arrester
Sumber : (SPLN T5.007, 2014)
Maka dari itu pekerja memperhatikan alat ukur perlu dan memelihara
dengan baik untuk menjamin hasil pengukuran yang valid. Untuk menjaga
keabsahan dan validitas pengukuran maka perlu dilakukan proses kalibrasi alat
ukur secara berkala. ANSI/EEE 80-1986 Klausal 12.1 djadikan acuan bagi PT.
PLN (PERSERO) untuk menentukan keakuratan semua alat ukur apakah
mengalami penurunan dari waktu ke waktu.
Perubahan akurasi juga dapat disebabkan oleh sengatan listrik atau
mekanik atau lingkungan manufaktur yang berbahaya misalnya minyak, metal
chips. Berdasarkan penelitian Sefriana (2014), pemeriksaan alat uji dan alat ukur
perlu terkalibrasi secara rutin agar memiliki proses baku sebagai acuan dalam
melakukan kegiatan pekerjaan. Pada penelitian menunjukan bahwa alat ukur di
CV.XYZ alat ukur tidak terkalibrasi sehingga pekerja melakukan pekerjaan
berulang dan perlu memiliki proses baku atau prosedur tetap agar hasil dapat
berjalan konsisten. Selain itu dengan adanya alat uji terkalibrasi dan proses baku
84
dapat memudahkan melakukan proses pemeliharaan secara sistematis dan
memudahkan monitoring serta evaluasi proses.
Persiapan peralatan kerja. Sebelum memulai pekerjaan pekerja
mempersiapkan peralatan yang digunakan utuk pemeliharaan arrester. Peralatan
kerja dikeluarkan oleh pekerja dari tempat penyimpanan peralatan listrik.
Peralatan kerja kemudian dipindahkan menggunakan mobil pengangkut peralatan
menuju lokasi pemeliharaan.
Pekerja menuju lokasi pemeliharaan arrester kemudian menurunkan
peralatan kerja dari mobil pengangkut peralatan dan melakukan pendataan dan
penyusunan. Dokumen beserta alat tulis telah tersedia pada pekerja untuk
melakukan pendataan mengenai peralatan pemeliharaan arrester dalam bentuk
lembar kerja.
Gambar 5. Persiapan peralatan kerja
Pada peralatan pekerjaan yang dipakai serta kondisi lingkungan pekerjaan
yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai macam potensi bahaya bagi para
pekerja. Ditinjau dari risiko pekerjaan, perlengkapan peralatan sangat penting
85
peranannya dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan sakit akibat
kerja. Risiko kerja ini dapat diminimalkan dengan menerapkan prinsip-prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Berdasarkan Penelitian Ismail (2016), peralatan kerja merupakan suatu
bentuk pelayanan perusahaan terhadap pekerja agar menunjang kinerja dalam
memenuhi kebutuhan pekerja, sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja
pekerja. Adanya peralatan kerja yang disediakan oleh perusahaan sangat
mendukung pekerja dalam bekerja.
Peralatan kerja tersebut sebagai alat atau sarana dan prasarana untuk
membantu pekerja agar lebih mudah menyelesaikan pekerjaannya dan pekerja
akan bekerja lebih produktif. Dalam melakukan pekerjaaan pekerja harus
menggunakan fasilitas atau kelengkapan kerja dengan baik, untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja. Namun pada penelitian ini
kebanyakan pekerja enggan menggunakan fasilitas dan kelengkapan karena
kesadaran dari pekerja masih kurang dalam menggunakan perlengkapan alat kerja.
Akibatnya sering terjadi kecelakaan kerja khususnya pekerja yang bekerja
langsung dilapangan.
Pemanjatan lightning arrester. Pada saat melakukan pemeliharaan
arrester pekerja melakukan pemanjatan lightning arrester. Pekerja melakukan
pemanjatan tangga menggunakan full body harness. Kemudian pengait body
harness disangkutkan pada tangga excalfolding tangga excalfolding sebelumnya
dirakit menjadi tangga agar pekerja dapat melakukan pemeliharaan arrester
dengan mudah.
86
Gambar 6. Pekerja melakukan pemanjatan arrester dengan tangga
Pekerja akan duduk pada tangga saat melakukan pemeliharaan arrester
dan melihat kondisi plat, bushing dan pembumian arretster. Potensi bahaya jatuh
bagi pekerja yang melakukannya pemeliharaan arrester dilakukan pada
ketinggian apabila dilakukan dengan tidak terstruktur. Potensi bahaya yang timbul
ketika pekerja bekerja di ketinggian misalnya apabila pekerja tidak menggunakan
alat pelindung diri (full body harness), bekerja tidak mematuhi prosedur yang ada,
dan kurangnya sistem pangamanan yang tersedia di tempat kerja.
Berdasarkan penelitian Nurhijrah (2018) menyatakan bahwa bekerja di
ketinggian 4 feet (1.24 meter) atau lebih dari atas lantai atau tanah seperti
pekerjaan sipil (civil work), pekerjaan elektrikal atau pemasangan kabel,
pemasangan panel-panel, pekerjaan bangunan (building atau structural work).
Beberapa bahaya di tempat tinggi yang dapat memicu terjadinya kecelakaan
antara lain terjatuh, terpeleset, tersandung, dan kejatuhan. Pekerja berisiko jatuh
87
selama proses konstruksi, perawatan, renovasi dan peruntuhan (pemusnahan)
bangunan.
Pekerja juga dapat terpapar induksi tegangan tinggi yang bisa
mengakibatkan cacat dan meninggal dunia. Pada arus listrik antara 15 – 30 mA
dapat mengakibatkan kematian, karena sudah tidak mungkin melepaskan
pegangan tersebut. Pengaruh lain dalam tubuh manusia adalah panas yang timbul
dan pengaruh elektrokimia akibat sentuh langsung maupun tidak langsung dapat
menimbulkan kerugian.
Berdasarkan penelitian Hanna (2017) menyatakan bahwa bahaya sentuh
langsung adalah pada bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik yang secara
normal atau bertegangan. Sementara bahaya sentuh tidak langsung pada
perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian konduktif yang tidak merupakan
bagian sirkuit listriknya yang dalam kondisi normal tidak bertegangan tetapi
menjadi bertegangan.
Paparan sinar matahari dilapangan juga dapat menyebabkan pekerja
mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi dan silau untuk melakukan
pemeliharaan. Menurut Soedirman dan Suma’mur (2014), dehidrasi merupakan
kondisi dimana tubuh kehilangan cairan karena terlalu banyak berkeringat akibat
terpapar panas dalam waktu yang cukup lama. Paparan sinar matahari yang
didapatkan pekerja langsung dari sumber panas saat melakukan pemeliharaan.
88
Pemeliharaan Trafo Arus CT R3
Gambar 7. Trafo arus
Perencanaan Pemeliharaan memiliki tujuan pemeliharaan trafo arus CT R3
untuk memberikan pedoman dalam melaksanakan penilaian baik tidaknya
transformator arus di lapangan, sehingga memenuhi syarat untuk dioperasikan.
Peralatan listrik yang berfungsi merubah besaran arus listrik primer
menjadi arus sekunder untuk keperluan pengukuran maupun proteksi
(SPLN,2014). Ruang lingkup pemeliharaan trafo arus CT R3 Mencakup tata cara
dan ketentuan dalam menilai transformator arus yang terpasang di instalasi
pembangkit tenaga listrik, instalasi jaringan, instalasi bangunan komersial, dan
instalasi industri.
Peralatan Uji yang digunakan saat pemeliharaan adalah insulation
resistance tester, ammeter AC dan DC, volt meter, polarity test set, kabel
penghubung, lengkung kemagnetan test set, injeksi primer test set, multi meter
89
dan instruksi kerja alat merujuk ke manual alat yang dipergunakan. Keselamatan
dan kesehatan kerja yang diterapkan saat melaksanakan pemeliharaan trafo arus
CT R3 yakni penggunaan perangkat pakaian kerja. Menggunakan perangkat
pakaian kerja, tanda pengenal, sepatu keamanan (safety shoes), pelindung kepala
(helmet), pelindung telinga (ear plug) dan perlengkapan lain yang diperlukan.
Selanjutnya melakukan pemeriksaan apakah sudah memiliki izin kerja
(working permit) dan terpasangnya tanda larangan dan peringatan yang
diperlukan, terutama pada daerah peralatan yang bergerak/berputar dan
bertegangan. Pelaksanaan pemeliharaan trafo arus CT R3 memerlukan fasilitas
pemadam kebakaran seperti APAR harus dipersiapkan di sekitar lokasi kegiatan.
Saat melakukan pengujian trafo arus CT R3 keadaan lingkungan kerja harus
dalam keadaan bersih dan aman, apabila terjadi kecelakaan kerja pemeliharaan
trafo arus mempergunakan prosedur No. 2/PR/BKT/9.01 yang telah disesuaikan
dengan jenis pekerjaan tersebut.
Persiapan saat melakukan pemeliharaan diawali dengan melakukan
koordinasi dengan seluruh tim inspeksi. Saat melakukan pemeliharaan trafo arus
CT R3 dilakukan koordinasi pada seluruh pekerja yakni personil – personil yang
bertanggung jawab dan namanya ada dalam data pekerja yang akan melaksanakan
pemeliharaan trafo arus. Koordinasi yang dilakukan mengenai pemeliharaan apa
yang akan diterapkan. Melakukan pendataan dan pemeriksaan alat uji yang akan
digunakan saat melakukan pemeliharaan trafo arus yakni bahwa alat uji yang
digunakan sudah sesuai dan terkalibrasi agar dapat memiliki hasil yang akurat.
90
Selanjutnya melakukan pemeriksaan dokumen hasil uji pabrik (kurva knee
point). Dalam pemeliharaan trafo arus CT R3 peralatan yang akan di uji akan di
cek dan alat uji akan dikeluarkan oleh para pekerja dari tempat penyimpanan
peralatan listrik sebelum mulai waktu pelaksanaan pemeliharaan. Peralatan kerja
saat melakukan pemeliharaan trafo arus CT R3 dikeluarkan dari tempat
penyimpanan peralatan listrik dan dokumen beserta alat tulis untuk melakukan
pencatatan mengenai pemeliharaan trafo arus dalam bentuk lembar kerja.
Kemudia dalam melakukan kegiatan pemeliharaan di PT. PLN (Persero) ULTG
Paya Pasir hanya dapat dilaksanakan jika sudah memiliki izin kerja yang telah di
setujui dari bagian administrasi
Pelaksanaan pemeliharaan trafo arus CT R3 dilakukan dengan
pemeriksaan visual yang meliputi : periksa pelat nama, catat dan bandingkan
dengan 60044-1 (1996), klausul 10.2.
Pemeliharaan dilakukan oleh pekerja dan supervisor dengan metode kerja
team yaitu bekerja sama dengan tidak terdapat pembedaan proses saat bekerja.
Pekerja maupun supervisor bekerja sama dan saling mengingatkan satu sama lain
karena pekerjaan termaksuk pekerjaan yang berisiko tinggi antara pekerja di
ULTG Paya Pasir. Dalam hal ini pekerja dan supervisor saat melakukan
pemeliharaan termaksuk sebagai pekerja dengan tidak adanya perbedaan strata
diantara pekerja.
91
Tabel 20
Pemeriksaan Visual Pemeliharaan Trafo Arus CT R3
Komponen
Transmisi
Pemeliharaan Keterangan
Kriteria Hasil penilaian
Trafo Arus
CT R3
Pemeriksaan visual
- plat nama
- bushing.
- pembumian
- penandaan terminal
- indikator level minyak
- rangkaian arus :
Pengawatan
Terminasi
Pembumian
Sesuai IEC
60044-1
klausul 10.1
Tidak cacat
dan bersih
Terhubung
dan tidak
cacat
Sesuai IEC
60044-1
Sesuai level
normal
Sesuai
gambar
skematik
Ada,
berlabel dan
sesuai
spesifikasi
Terhubung
dan tidak
cacat
Sesuai
Tidak cacat
dan bersih
Terhubung
dan tidak
cacat
Ada
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Terhubung
dan tidak
cacat
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Periksa bushing terutama pada bagian luar permukaan bushing. Periksa
pembumian terutama pada terminal penyambungan, jenis dan luas
penampang/ukuran konduktor. Kriteria dan penilaian yang dilakukan saat
melakukan pemeliharaan trafo arus CT R3 berdasarkan hasil penelitian yakni.
92
Pelat nama. Pelat nama merupakan identitas suatu peralatan dalam
melakukan pemeliharaan trafo arus CT R3 . Pemeriksaan secara langsung atau
visual dilakukan oleh pekerja dengan pencatatan kelayakan pelat nama trafo arus
CT R3. Serial number perlu diperhatikan oleh petugas apabila ada yang sudah
berpindah dari peralatan tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan ini pekerja dapat melihat record pemeliharaan
yang telah dilakukan sebelumnya untuk peralatan yang sama. Pada plat nama juga
menunjukan standar – standar yang diperlukan dari alat uji. Kemudian melakukan
perbandingan dengan ketentuan yang telah ditetapkan PT. PLN yakni IEC 60044-
1 (1996), Klausul 10.2.
Gambar 8. Plat trafo arus
Pelat nama pada pemeliharaan trafo arus CT R3 yang diperiksa oleh
pekerja sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Kondisi plat nama trafo
arus CT R3 ini sudah mulai pudar sehingga tampak samar – sama atau tidak
terlalu jelas jika dilihat secara langsung bersih dan tidak pudar sehingga perlunya
dilakukan perbaikan plat nama pada trafo arus CT R3 agar pemeliharaan pada
trafo arus CT R3 selanjutnya dapat lebih mudah dipahami.
93
Bushing. Pemeriksaan visual bushing dilakukan para pekerja dengan
melihat kriteria pemeliharaan trafo arus CT R3 yaitu keadaaan layak, tidak cacat
dan bersih pada permukaan luar bushing. Hasil pada bagian bushing trafo arus CT
R3 bersih dan tidak cacat sehingga dapat memiliki penilaian yang baik.
Pembumian. Kegiatan pemeliharaan trafo arus CT R3 secara visual
dilakukan pekerja dengan melakukan pemeriksaan pembumian. Hasil pada
pemeriksaan pembumian tampak bahwa jenis pembumian trafo arus CT R3
terhubung dan tidak dalam keadaan cacat. Hal ini sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh PT. PLN (PERSERO) ULTG Paya Pasir.
Metode kerja pemeliharaan trafo arus CT R3. Metode kerja
pemeliharaan trafo arus CT R3 oleh pekerja meliputi.
Prosedur pelaksanaan pekerjaan trafo arus. Saat melakukan
pemeliharaan trafo arus CT R3 dilakukan dengan menggunakan prosedur
pelaksanaan pekerjaaan. Pada prosedur pelaksanaan memuat tentang jenis
pekerjaaan yang akan dilakukan. Jenis pekerjaan yang akan dilakukan memiliki
urutan proses dan memiliki penanggung jawab jenis pekerjaan yang disetujui oleh
pengawas kesehatan dan keselamatan kerja, pengawas maneuver dan pengawas
pekerjaaan pemeliharaan trafo.
94
Gambar 9. Prosedur pelaksanaan trafo arus
Prosedur pelaksanaan pekerjaan juga berisikan tentang pemeriksaan
kesiapan pelaksana sebelum bekerja dan pembagian tugas dan penggunaan alat
keselamatan kerja petugas. Pekerja yang melakukan pemeliharaan trafo harus
dalam keadaan yang sehat fisik untuk bekerja.
Berdasarkan jurnal kesehatan masyarakat sukma ayu pada penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2014) menyatakan bahwa
prosedur kerja memiliki hubungan dengan kecelakaan yang terjadi di PT. Aqua
Golden Missisippi Bekasi. Dimana semakin tidak patuh pekerja dengan prosedur
kerja maka akan semakin tinggi potensi bahaya kecelakaan kerja. Hasil penelitian
menunjukkan penerapan SOP merupakan faktor yang berhubungan dengan
kejadian kecelakaan kerja.
Maka penerapan SOP merupakan faktor risiko kecelakaan kerja terhadap
pekerja di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Kendari. Hal
ini berarti karyawan yang tidak menerapkan SOP akan berisiko 6,020 kali lebih
95
besar mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan karyawan yang
menerapkan SOP.
Safety briefing/safety talk. Saat melakukan pemeliharaan trafo arus
dilakukan koordinasi pada seluruh pekerja yakni personil – personil yang
bertanggung jawab dan namanya ada dalam data pekerja yang akan melaksanakan
pemeliharaan trafo arus Persiapan pemeliharaan dilaksanakan pada pukul 10.00
WIB di Unit Layanan Transmisi Gardu Induk Paya Pasir. Safety briefing yang
dilaksanakan dipimpin oleh manajer dan pengawas k3 gardu induk paya pasir.
Safety briefing yang dilakukan merupakan langkah pertama untuk
melibatkan para pekerja tentang bekerja dengan aman di lokasi kerja. Safety
briefing terdiri dari serangkaian langkah-langkah berupa pelatihan keselamatan,
kunjungan lapangan, identifikasi bahaya di tempat kerja, pengumpulan lisensi dan
sertifikasi penting sebagai bukti pelatihan dan telah diuji sesuai standar
kompetensi mereka. Hal ini membantu mencegah terjadinya cedera atau
kecelakaan di tempat kerja.
Pelaksanaan pemeliharaan safety briefing disampaikan dengan tegas dan
jelas serta dengan waktu yang optimal sehingga pekerja memahami inti – inti dari
penyampaian supervisor terhadap proses pekerjaan pemeliharaan. Langkah ini
dapat meningkatkan kesadaran akan masalah dan prosedur keselamatan untuk
semua jenis pekerja baik pada ketinggian dan standar keselamatan listrik.
Koordinasi yang dilakukan diawali oleh manajer mengenai gardu induk paya pasir
dan kemudian dilanjutkan oleh pengawas k3 mengenai pentingnya keselamatan
dan kesehatan dalam kegiatan pemeliharaan trafo arus.
96
Pengawas K3 juga memberikan penjelasan mengenai bagian – bagian yang
bertegangan dan peralatan – peralatan apa saja yang diperlukan dalam
pemeliharaan trafo arus. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dengan
metode kerja yang ditetapkan dalam pemeliharaan trafo arus identifikasi potensi
bahaya yang dapat terjadi saat melakukan safety briefing pemeliharaan trafo arus .
Apabila jika tidak diberlakukan safety briefing secara rutin, dapat menyebabkan
peningkatan risiko cedera atau bahkan kematian.
Selanjutnya apabila pekerja melakukan tugas yang tidak seharusnya,
pekerja mengakses tempat kerja dengan cara yang tidak seharusnya tanpa izin,
tempat kerja diakses oleh orang lain tanpa izin. Pekerja yang menjalankan peran
yang seharusnya tidak berisiko malah cedera, pekerja terluka oleh bahaya ketika
tidak diperingatkan melalui induksi keselamatan.
Gambar 10. Safety briefing
97
Berdasarkan Penelitian Kurniawan (2017) safety briefing merupakan salah
satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya potensi bahaya di tempat
kerja. Program safety briefing yang dilakukan sebelum bekerja sangat efektif
dalam memenuhi kebutuhan para pekerja dalam informasi mengenai K3 dan
membangun kesadaran para pekerja untuk mengutamakan safety untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini menunjukan bahwa sosialisasi K3
sebagai salah satu bagian dari kampanye K3 yang merupakan salah satu bentuk
pendidikan atau pelatihan. Dengan diberlakukannya safety briefing merangsang
dan menggairahkan orang untuk bekerja dengan aman
Pemeriksaan trafo arus CT R3. Pemeliharaan trafo arus yang dilakukan
pekerja terbagi atas beberapa hal seperti In Service Inspection adalah kegiatan
pengamatan visual pada bagian – bagian peralatan adanya anomali yang
berpotensi menurunkan unjuk kerja peralatan atau merusak sebagian/keseluruhan
peralatan.
Kemudian dielectrik dalam hal ini dilakukan pemeriksaan dalam keadaan
beroprasi dengan cara melihat visual kecukupan dari media dielectrik CT
meliputi: isolator grounding (pentanahan). Inspeksi pentanahan trafo arus yang
dilakukan adalah memastikan bahwa kawat pentanahan masih terpasang dan
memastikan kawat pentanahan yang terpasang tidak longgar atau rusak.
Pemeliharaan trafo jika tidak dilaksanakan dengan baik dapat menimbulkan
potensi bahaya seperti sengatan listrik apabila perilaku yang tidak aman (unsafe
act).
98
Pekerja yang terpapar induksi tegangan tinggi bisa mengakibatkan cacat
dan meninggal dunia pada arus listrik antara 15 – 30 mA dapat mengakibatkan
kematian, karena sudah tidak mungkin melepaskan pegangan tersebut.
Gambar 11. Pekerja melakukan pemeriksaan trafo
Berdasarkan penelitian Hanna (2017) menyatakan bahwa bahaya sentuh
langsung adalah sentuh langsung pada bagian aktif perlengkapan atau instalasi
listrik yang secara normal atau bertegangan. Sementara bahaya sentuh tidak
langsung pada perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian konduktif yang
tidak merupakan bagian sirkuit listriknya yang dalam kondisi normal tidak
bertegangan tetapi menjadi bertegangan.
Selanjutnya potensi bahaya jatuh bagi pekerja yang melakukannya
pemeliharaan trafo arus, pekerja juga dapat tertimpa perlatan kerja dan terjatuh.
Berdasarkan penelitian Nurhijrah (2018) menyatakan bahwa bekerja di ketinggian
99
4 feet (1.24 meter) atau lebih dari atas lantai atau tanah seperti pekerjaan sipil
(civil work), pekerjaan elektrikal atau pemasangan kabel, pemasangan panel-
panel, pekerjaan bangunan (building atau structural work) dapat memicu
terjadinya kecelakaan antara lain terjatuh, terpeleset, tersandung, dan kejatuhan.
Bekerja dilapangan saat melakukan pemeliharaan juga dapat menyebabkan
dehidrasi pada pekerja hal ini yang menyebabkan pekerja tidak konsentrasi saat
bekerja. Menurut Soedirman dan Suma’mur (2014), dehidrasi merupakan kondisi
dimana tubuh kehilangan cairan karena terlalu banyak berkeringat akibat terpapar
panas dalam waktu yang cukup lama. Paparan sinar matahari yang didapatkan
pekerja langsung dari sumber panas saat melakukan pemeliharaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) menunjukkan
bahwa iklim kerja panas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dehidrasi
dan kelelahan pada tenaga kerja. Kombinasi antara iklim kerja (suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi) dengan panas
metabolisme tubuh dapat menyebabkan tekanan panas (heat stress).
Pemeliharaan Pemutus Tenaga
Perencanaan Pemeliharaan memiliki tujuan untuk memberikan pedoman
dalam melaksanakan penilaian baik tidaknya pemutus tenaga (PMT) dilapangan,
sehingga memenuhi syarat untuk dioperasikan. Ruang lingkup pemeliharaan
pemutus tenaga mencakup tata cara dan ketentuan dalam menilai pemutus tenaga
yang terpasang di Instalasi pembangkit tenaga listrik, instalasi jaringan, instalasi
bangunan komersial, dan instalasi industri. Berdasarkan (SPLN, 2014) Pemutus
100
Tenaga (PMT) merupakan peralatan switsing mekanis yang mampu menyambung,
menghantarkan dan memutuskan arus pada kondisi jaringan normal.
Peralatan ini juga berfungsi menyambung, menghantarkan arus untuk
waktu tertentu, dan memutus arus dalam kondisi jaringan tidak normal tertentu
seperti kejadian hubung singkat. Peralatan uji yang digunakan saat pemeliharaan
adalah Insulation resistance tester (Megger 5000 V), Micro Ohm Meter,
Visigraph atau photocorder, sumber tegangan DC, Multi meter dan Instruksi kerja
alat merujuk ke manual alat yang dipergunakan. Keselamatan dan kesehatan kerja
yang diterapkan saat melaksanakan pemeliharaan pemutus tenaga yakni
penggunaan perangkat pakaian kerja.
Menggunakan perangkat pakaian kerja, tanda pengenal, sepatu keamanan
(safety shoes), pelindung kepala (helmet), pelindung telinga (ear plug) dan
perlengkapan lain yang diperlukan. Selanjutnya melakukan pemeriksaan apakah
sudah memiliki izin kerja (working permit) dan terpasangnya tanda larangan dan
peringatan yang diperlukan, terutama pada daerah peralatan yang
bergerak/berputar dan bertegangan. Pelaksanaan pemeliharaan pemutus tenaga
memerlukan fasilitas pemadam kebakaran seperti APAR harus dipersiapkan di
sekitar lokasi kegiatan.
Saat melakukan pengujian pemutus tenaga keadaan lingkungan kerja harus
dalam keadaan bersih dan aman, apabila terjadi kecelakaan kerja pemeliharaan
pemutus tenaga mempergunakan prosedur No. 2/PR/BKT/10.01 yang telah
disesuaikan dengan jenis pekerjaan tersebut. Persiapan saat melakukan
pemeliharaan diawali dengan melakukan koordinasi dengan seluruh tim inspeksi.
101
Peralatan kerja saat melakukan pemeliharaan pemutus tenaga dikeluarkan dari
tempat penyimpanan peralatan listrik dan dokumen beserta alat tulis untuk
melakukan pencatatan mengenai pemeliharaan pemutus tenaga dalam bentuk
lembar kerja.
Kegiatan pemeliharaan di PT. PLN (Persero) ULTG Paya Pasir hanya
dapat dilaksanakan jika sudah memiliki izin kerja yang telah di setujui dari bagian
administrasi. Pelaksanaan pemeliharaan pemutus tenaga dilakukan dengan
pemeriksaan secara visual yang meliputi periksa plat nama, catat dan bandingkan
dengan IEC 62271-100:2001 ed. 5, klausul 5.10.
Pemeliharaan dilakukan oleh pekerja dan supervisor dengan metode kerja
tim yaitu bekerja sama dengan tidak terdapat pembedaan proses saat bekerja.
Pekerja maupun supervisor bekerja sama dan saling mengingatkan satu sama lain
karena pekerjaan termaksuk pekerjaan yang berisiko tinggi antara pekerja di
ULTG Paya Pasir. Dalam hal ini pekerja dan supervisor saat melakukan
pemeliharaan termaksuk sebagai pekerja dengan tidak adanya perbedaan strata
diantara pekerja.
Tabel 21
Pemeriksaan Visual Pemeliharaan Pemutus Tenaga
Komponen
Transmisi
Pemeliharaan Keterangan
Kriteria Hasil penilaian
Pemutus
Tenaga
Pemeriksaan visual
- plat nama
- bushing / Isolator.
- manometer gas
Sesuao IEC
Klausul 5.10
Tidak cacat
dan bersih
Ada dan
berfungsi
Sesuai
Tidak cacat
dan bersih
Ada dan
berfungsi
Baik
Baik
Baik
(bersambung)
102
Tabel 21
Pemeriksaan Visual Pemeliharaan Pemutus Tenaga
Komponen
Transmisi
Pemeliharaan Keterangan
Kriteria Hasil penilaian
- relai tekanan gas
- panel control local
- pembumian
Ada
Ada
Terhubung
dan tidak
cacat
Ada
Ada
Terhubung
dan tidak
cacat
Baik
Baik
Baik
Periksa bushing terutama pada bagian luar permukaan harus dalam
keadaan bersih dan tidak cacat. Pemeriksaan manometer gas/fluida yakni apakah
masih tersedia atau tidak ada. Pemeriksaan panel kontrol lokal, harus ada dan
dalam keadaan bersih serta kedap air. Kemudia pemeriksaan pembumian body
PMT, harus terhubung dan tidak cacat. Kriteria dan penilaian yang dilakukan saat
melakukan pemeliharaan pemutus tenaga berdasarkan hasil penelitian yakni.
Pelat nama. Pelat nama merupakan identitas suatu peralatan dalam
melakukan pemeliharaan pemutus tenaga. Pemeriksaan secara langsung atau
visual dilakukan oleh pekerja dengan pencatatan kelayakan pelat nama pemutus
tenaga. Serial number perlu diperhatikan oleh petugas apabila ada yang sudah
berpindah dari peralatan tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan ini pekerja dapat melihat record pemeliharaan
yang telah dilakukan sebelumnya untuk peralatan yang sama. Pada plat nama juga
menunjukan standar – standar yang diperlukan dari alat uji. Kemudian melakukan
perbandingan dengan ketentuan yang telah ditetapkan PT. PLN yakni IEC 60044-
1 (1996), Klausul 10.2. Pelat nama pada pemeliharaan pemutus tenaga yang
diperiksa oleh pekerja sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Kondisi
103
plat nama pemutus tenaga ini bersih dan tidak pudar sehingga menunjukan hasil
yang sesuai dengan penilaian yang baik.
Bushing. Pemeriksaan visual bushing dilakukan para pekerja dengan
melihat kriteria pemeliharaan pemutus tenaga yaitu keadaaan layak, tidak cacat
dan bersih pada permukaan luar bushing. Hasil pada bagian bushing pemutus
tenaga bersih dan tidak cacat sehingga dapat memiliki penilaian yang baik.
Manometer gas. Pekerja yang melakukan pemeriksaan manometer gas
atau fluida secara teliti dengan melihat apakah manometer gas ada dan berfungsi
dengan baik sesuai dengan spesifikasi pemutus tenaga. Hasil pada pemeriksaan
manometer tersedia dan berfungsi dengan baik.
Relai tekanan gas. Para pekerja harus memperhatikan relai tekanan gas
tersedia dalam keadaan tidak bercacat. Hasil pada pemeriksaan relai tekanan gas
masih tersedia.
Panel kontrol lokal. Pemeriksaan yang dilakukan pekerja saat melakukan
pemeliharaan pemutus tenaga yakni dengan melihat keadaan panel kontrol dalam
keadaan bersih dan masih kedap air. Hasil pada pemeriksaan panel kontrol lokal
masih tersedia sehingga penilaian yang didapatkan baik.
Pembumian. Kegiatan pemeliharaan pemutus tenaga secara visual
dilakukan pekerja dengan melakukan pemeriksaan pembumian pemutus tenaga.
Hasil pada pemeriksaan pembumian tampak bahwa jenis pembumian pemutus
tenaga terhubung dan tidak dalam keadaan cacat. Hal ini sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan oleh PT. PLN (PERSERO) ULTG Paya Pasir.
104
Metode kerja pemeliharaan pemutus tenaga. Metode kerja
pemeliharaan pemutus tenaga yang dilaksanakan pekerja meliputi :
Safety briefing/safety talk. Saat melakukan pemeliharaan pemutus tenaga
dilakukan koordinasi pada seluruh pekerja yakni personil – personil yang
bertanggung jawab dan namanya ada dalam data pekerja yang akan melaksanakan
pemeliharaan pemutus tenaga. Koordinasi yang dilakukan mengenai pemeliharaan
apa yang akan diterapkan.
Persiapan pemeliharaan dilaksanakan pada pukul 11.00 WIB di Unit
Layanan Transmisi Gardu Induk Paya Pasir dikarenakan terjadi cuaca yang
kurang mendukung untuk melakukan pemeliharaan yakni hujan deras.
Gambar 12. Safety briefing
Safety briefing yang dilaksanakan dipimpin oleh manajer, pengawas k3
dan supervisor gardu induk paya pasir. Safety briefing yang dilakukan merupakan
langkah pertama untuk melibatkan para pekerja tentang bekerja dengan aman di
lokasi kerja.
105
Safety briefing terdiri dari serangkaian langkah-langkah berupa pelatihan
keselamatan, kunjungan lapangan, identifikasi bahaya di tempat kerja,
pengumpulan lisensi dan sertifikasi penting sebagai bukti pelatihan dan telah diuji
sesuai standar kompetensi mereka. Hal ini membantu mencegah terjadinya cedera
atau kecelakaan di tempat kerja. Pelaksanaan pemeliharaan safety briefing
disampaikan dengan tegas dan jelas serta dengan waktu yang optimal sehingga
pekerja memahami inti – inti dari penyampaian supervisor terhadap proses
pekerjaan pemeliharaan.
Langkah ini dapat meningkatkan kesadaran akan masalah dan prosedur
keselamatan untuk semua jenis pekerja baik pada ketinggian dan standar
keselamatan listrik. Koordinasi yang dilakukan diawali oleh manajer mengenai
gardu induk paya pasir dan kemudian dilanjutkan oleh pengawas k3 mengenai
pentingnya keselamatan dan kesehatan dalam kegiatan pemeliharaan pemutus
tenaga. Pengawas K3 juga memberikan penjelasan mengenai bagian – bagian
yang bertegangan dan peralatan – peralatan apa saja yang diperlukan dalam
pemeliharaan trafo arus.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dengan metode kerja yang
ditetapkan dalam pemeliharaan pemutus tenaga identifikasi potensi bahaya yang
dapat terjadi saat melakukan safety briefing pemeliharaan pemutus tenaga.
Apabila jika tidak diberlakukan safety briefing secara rutin, dapat menyebabkan
peningkatan risiko cedera atau bahkan kematian. Selanjutnya apabila pekerja
melakukan tugas yang tidak seharusnya, pekerja mengakses tempat kerja dengan
106
cara yang tidak seharusnya tanpa izin, tempat kerja diakses oleh orang lain tanpa
izin.
Berdasarkan penelitian Kurniawan (2017) safety briefing merupakan salah
satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya bahaya di tempat kerja.
Program safety briefing yang dilakukan sebelum bekerja sangat efektif dalam
memenuhi kebutuhan para pekerja dalam informasi mengenai K3 dan
membangun kesadaran para pekerja untuk mengutamakan safety untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Sosialisasi K3 sebagai salah satu bagian dari
kampanye K3 yang merupakan salah satu bentuk pendidikan atau pelatihan.
Pemeriksaan alat uji. Pada saat pemeliharaan pekerja melakukan
pendataan dan pemeriksaan alat uji yang akan digunakan seperti Insulation
resistance tester (Megger 5000 V), Micro Ohm Meter, Visigraph atau
photocorder, sumber tegangan DC, Multi meter. Alat uji yang digunakan sudah
sesuai dan dilakukan kalibrasi atau pengujian agar dapat memiliki hasil yang
akurat. Apabila pekerja tidak melakukan kalibrasi sebelum melakukan
pemeliharaan hasil tidak akurat dan perlu dilakukan uji berulang hingga hasil
yang didapat akurat.
Untuk menjaga keabsahan dan validitas pengukuran maka perlu dilakukan
proses kalibrasi alat ukur secara berkala. Oleh karena itu, IEC 62271-100:2001 ed
5 Klausal 5.10. dapat djadikan acuan bagi PT. PLN (PERSERO). Keakuratan
semua alat ukur menurun dari waktu ke waktu. Namun, perubahan akurasi juga
dapat disebabkan oleh sengatan listrik atau mekanik atau lingkungan manufaktur
yang berbahaya misalnya minyak, metal chips.
107
Gambar 13. Pemeriksaan alat uji
Berdasarkan penelitian Sefriana (2014), pemeriksaan alat uji dan alat ukur
perlu terkalibrasi secara rutin agar memiliki proses baku sebagai acuan dalam
melakukan kegiatan pekerjaan. Pada penelitian menunjukan bahwa alat ukur di
CV.XYZ tidak kalibrasi sehingga pekerja melakukan pekerjaan berulang dan
perlu memiliki proses baku atau prosedur tetapagar hasil dapat berjalan dengan
konsisten. Selain itu adanya proses baku atau prosedur tersebut memudahkan
entitias dalam melakukan proses order kalibrasi secara sistematis dan
memudahkan monitoring serta evaluasi proses.
108
Pengujian keserempakan PMT.
Gambar 14. Pengujian keserempakan PMT
Pengukuran keserempakan PMT perlu dimonitor secara rutin dan berkala
karena apabila PMT tidak trip secara serempak. Hal ini akan dapat menyebabkan
gangguan bahkan ledakan yang tidak di inginkan.
Pada pengujian keserempakan akan di dapat closing time dan open time.
closing time yaitu waktu yang di butuhkan oleh PMT untuk menutup kontak.
Sedangkan opening time adalah waktu yang di butuhkan oleh PMT untuk
membuka kontak. Langkah – langkah pengujian keserempakan pada PMT :
1. Pasang kabel grounding pada konektor ground, kabel harus dipasang paling
pertama dan dilepas paling akhir.
2. Pasang kabel main contacts set dari alat uji kontak fasa R, S, T yaitu 1 di pole
atas dan 2 di pole bawah pada PMT.
3. Hubungkan kabel coil control ke channel coil control lalu ke terminal close /
open coil pada PMT.
109
4. Aktifkan alat uji breaker analyzer dengan menekan saklar on.
5. Catat hasil yang di dapat.
Berdasarkan penelitian Ariyanto (2019) pada pengujian keserempakan
dilakukan pengujian waktu close. Hasil pengujian waktu close di dapat delta time
0,7 ms. Kemudian pengujian keserempakan dilakukan pengujian waktu open.
Hasil pemgujian waktu open di dapat delta time 0.5 ms.
Pada sistem standar maksimal PLN untuk perbedaan kecepatan antar fasa
PMT baik waktu open maupun close (delta time) maksimal adalah 10 ms. Delta
time ini lah yang menunjukan keserempakan dari suatu PMT. Semakiin kecil
nilainya maka PMT semakin serempak. Apabila dari hasil pengujian tidak sesuai
standar yang di terapkan maka PMT perlu dilakukan perbaikan
Pemanjatan pemutus tenaga.
Gambar 15. Pemanjatan pemutus tenaga
Pekerja melakukan pemanjatan pemutus tenaga menggunakan tangga yang
dipersiapkan. Pekerja harus menggunakan pakaian alat pelindung dan satu pekerja
110
lain menahan dibawah tangga bawah. Potensi bahaya jatuh bagi pekerja yang
melakukannya pemeliharaan pemutus tenaga dilakukan pada ketinggian.
Banyak masalah yang timbul ketika pekerja bekerja di ketinggian
misalnya pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (full body harness),
bekerja tidak mematuhi prosedur yang ada, dan kurangnya sistem pangamanan
yang tersedia di tempat kerja. Berdasarkan penelitian Nurhijrah (2018)
menyatakan bahwa bekerja di ketinggian 4 feet (1.24 meter) atau lebih dari atas
lantai atau tanah seperti pekerjaan sipil (civil work), pekerjaan elektrikal atau
pemasangan kabel, pemasangan panel-panel, pekerjaan bangunan (building atau
structural work).
Beberapa bahaya di tempat tinggi yang dapat memicu terjadinya
kecelakaan antara lain terjatuh, terpeleset, tersandung, dan kejatuhan. Potensi
bahaya dapat terjadi apabila pekerja tidak memperhatikan sambungan
menyebabkan hubungan arus singkat, hal ini mengakibatkan pemutus tenaga
mengalami panas berlebih sehingga terjadi gangguan. Pekerja berisiko jatuh
selama proses konstruksi, perawatan, renovasi dan peruntuhan (pemusnahan)
bangunan. Bahaya jatuh dapat terjadi dari struktur yang dipasang sementara pada
saat konstruksi dan perawatan, seperti: tiang perancah dan tangga.
Pembersihan pemutus tenaga.
Pekerjaan pembersihan pemutus tenaga dilakukan pekerja dengan
melakukan pemanjatan pemutus tenaga. Kemudian menggunakan alat pelindung
diri dan membawa sabut untuk membersihkan permukaan pemutus tenaga.
Pekerja juga harus menggunakan masker agar terhindar dari debu – debu saat
111
melakukan pembersihan. Pembersihan dilakukan dengan mengikuti arah angin
sehingga pekerja tidak terkena debu / kotoran saat melakukan pemeliharaan
Gambar 16. Pembersihan pemutus tenaga
Paparan cahaya matahari berlebih dilapangan saat pemeliharaan pemutus
tenaga dapat menyebabkan pekerja mengalami silau atau penglihatan yang kurang
baik dan dehidrasi. Dalam pemeliharaan pemutus tenaga harus diusahakan agar
tetap dalam kondisi yang bersih dari kotoran–kotoran yang terpapar
disekelilingnya
Pemeliharaan Trafo Tenaga Tegangan Tinggi
Perencanaan Pemeliharaan memiliki tujuan untuk memberikan pedoman
dalam penilaian baik tidaknya transformator tenaga tegangan tinggi di lapangan,
sehingga memenuhi syarat untuk dioperasikan. Trafo tenaga tegangan tinggi
merupakan peralatan listrik yang berfungsi merubah besaran tegangan
listrik primer menjadi tegangan sekunder untuk keperluan pengukuran maupun
proteksi. Ruang lingkup pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi mencakup tata
cara dan ketentuan dalam melaksanakan inspeksi trafo tenaga tengangan tinggi
112
yang terpasang di intalasi pembangkit tenaga listrik, gardu induk dan jaringan
distribusi.
Gambar 17. Trafo tenaga tegangan tinggi
Peralatan uji yang digunakan adalah : Insulation resistance tester
(Megger), Multimeter, High Voltage test set, Tangen delta test set, Thermometer,
Oil/Winding Temperature test set. Instruksi kerja alat merujuk ke manual alat
yang dipergunakan. Keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan saat
melaksanakan pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi yakni penggunaan
perangkat pakaian kerja.
Menggunakan perangkat pakaian kerja, tanda pengenal, sepatu keamanan
(safety shoes), pelindung kepala (helmet), pelindung telinga (ear plug) dan
perlengkapan lain yang diperlukan. Selanjutnya melakukan pemeriksaan apakah
sudah memiliki izin kerja (working permit) dan terpasangnya tanda larangan dan
peringatan yang diperlukan, terutama pada daerah peralatan yang
bergerak/berputar dan bertegangan. Pelaksanaan pemeliharaan trafo tenaga
113
tegangan tinggi memerlukan fasilitas pemadam kebakaran seperti APAR harus
dipersiapkan di sekitar lokasi kegiatan.
Saat melakukan pengujian trafo tenaga tegangan tinggi keadaan
lingkungan kerja harus dalam keadaan bersih dan aman. Persiapan saat melakukan
pemeliharaan diawali dengan melakukan koordinasi dengan seluruh tim inspeksi.
Saat melakukan pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dilakukan koordinasi
pada seluruh pekerja yakni personil – personil yang bertanggung jawab dan
namanya ada dalam data pekerja yang akan melaksanakan pemeliharaan trafo
tenaga tengangan tinggi.
Koordinasi yang dilakukan mengenai pemeliharaan apa yang akan
diterapkan. Pelaksanaan pemeliharaan trafo. Pelaksanaan pemeliharaan trafo
tenaga tegangan tinggi dilakukan dengan pemeriksaan visual yang meliputi :
periksa pelat nama, catat dan bandingkan dengan IEC 60076 klausul 7.1. Periksa
tangga (bila tersedia) harus dilengkapi dengan pengaman (kunci/gembok).
Periksa bushing terutama pada bagian luar permukaan bushing. Periksa
sela batang, catat dan bandingkan dengan persyaratan dari pabrikan. Periksa
tangki utama dan tangki atas (konservator) terutama pada permukaan luar dan
tempat – tempat sambungan harus tidak cacat dan tidak bocor.
Periksa penandaan urutan fasa sisi HV dan LV harus ada, jelas dan
lengkap. Periksa pembumian tangki utama netral, tersier terutama pada terminal
pembumian harus terhubung dengan baik dan tidak cacat menggunakan bahan,
jenis dan ukuran konduktor yang sesuai. Periksa radiator terutama pada
permukaan luar dan tempat-tempat sambungan harus tidak cacat dan tidak bocor.
114
Periksa komponen / peralatan yang terpasang harus sesuai dan lengkap
sesuai spesifikasi pabrik. Periksa pompa minyak jika ada harus baik, berfungsi
dan tidak cacat. Kemudian pemeriksaan catu daya panel lokal transformator dan
sadapan meliputi operasi sadapan, indikasi operasi sadapan, arus eksistasi sadapan
dan operasi kipas Kriteria dan penilaian yang dilakukan saat melakukan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi berdasarkan hasil penelitian yakni.
Pelat nama. Pelat nama merupakan identitas suatu peralatan dalam
melakukan pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi. Pemeriksaan secara
langsung atau visual dilakukan oleh pekerja dengan pencatatan kelayakan pelat
nama trafo tenaga tegangan tinggi. Serial number perlu diperhatikan oleh petugas
apabila ada yang sudah berpindah dari peralatan tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan ini pekerja dapat melihat record pemeliharaan
yang telah dilakukan sebelumnya untuk peralatan yang sama. Pada plat nama juga
menunjukan standar – standar yang diperlukan dari alat uji. Kemudian melakukan
perbandingan dengan ketentuan yang telah ditetapkan PT. PLN yakni IEC Klausul
7.1.
Pemeliharaan dilakukan oleh pekerja dan supervisor dengan metode kerja
team yaitu bekerja sama dengan tidak terdapat pembedaan proses saat bekerja.
Pekerja maupun supervisor bekerja sama dan saling mengingatkan satu sama lain
karena pekerjaan termaksuk pekerjaan yang berisiko tinggi antara pekerja di
ULTG Paya Pasir. Dalam hal ini pekerja dan supervisor saat melakukan
pemeliharaan termaksuk sebagai pekerja dengan tidak adanya perbedaan strata
diantara pekerja.
115
Tabel 22
Pemeriksaan Visual Trafo Tenaga Tegangan Tinggi
Komponen
Transmisi
Pemeliharaan Keterangan
Kriteria Hasil penilaian
Trafo
Tenaga
Tegangan
Tinggi
Pemeriksaan visual
- plat nama
- tangga
-bushing.
- sela batang
- tangki utama dan tangki
atas
- penandaan urutan fasa
sisi HV dan LV
- pembumian netral dan
tersier
- radiator
- peralatan terpasang
-pompa minyak
transformator
- pembumian tangki
utama
Pemeriksaan catu daya
panel lokal transformator
dan sadapan
- Catu daya
- Lampu penerangan
dalam
Sesuai IEC
Klausul 7.1
Dilengkapi
pengaman
Tidak cacat
dan bersih
Sesuai
Pabrikan
Tidak cacat
dan tidak
bocor
Ada, Jelas
dan Lengkap
Terhubung
dan tidak
cacat
Terhubung
dan tidak
bocor
Sesuai
pabrikan
Tidak cacat
Ada dan
terhubung
Sesuai
pabrikan
Berfungsi
Sesuai
Lengkap
Tidak cacat
dan bersih
Ada
Tidak cacat
dan tidak
bocor
Ada, Jelas
dan
lengkap
Ada dan
terhubung
Ada dan
tidak bocor
Sesuai
Tidak cacat
Ada dan
terhubung
Sesuai
Berfungsi
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Pelat nama pada pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi yang diperiksa
oleh pekerja sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Bila transformator
116
mempunyai dua belitan sekunder terpisah, penandaan harus menunjukkan pelat
keluaran dari setiap belitan sekunder di dalam VA kelas ketelitian yang sesuai dan
tegangan pengenal setlap belitan. Pada saat pemeriksaan trafor tenaga tegangan
tinggi ini bersih dan tidak pudar sehingga menunjukan hasil yang sesuai dengan
penilaian yang baik.
Tangga. Dalam melakukan pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi
memerlukan peralatan seperti tangga. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pekerja
yakni memanjat menggunakan tangga. Oleh sebab itu agar pekerja tetap aman saat
melakukan pemeliharaan tangga harus memiliki pengaman. Berdasarkan
pemeriksaan visual trafo tenaga tegangan tinggi sudah aman karena dilengkapi
pengaman tangga untuk pekerja yang bekerja.
Bushing. Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan
jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh
isolator. Isolator tersebut berfungsi sebagai penyekat antara konduktor bushing
dengan body main tank trafo.
Pemeriksaan visual bushing dilakukan para pekerja dengan melihat kriteria
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi yaitu keadaaan layak, tidak cacat dan
bersih pada permukaan luar bushing. Hasil pada bagian bushing trafo tenaga
tegangan tinggi bersih dan tidak cacat sehingga dapat memiliki penilaian yang
baik.
Sela batang. Pekerja melakukan pendataan dan kemudian melakukan
pencatatan sela batang pada trafo tenaga tegangan tinggi untuk dilakukannya
perbandingan dengan kriteria yang diterapkan oleh pabrik.
117
Tangki utama dan tangki atas. Pekerja harus memperhatikan secara detail
mengenai tangki utama dan tangki atas (konservator) pada trafo tenaga tegangan
tinggi dalam keadaan yang layak. Terkhusus pada permukaan luar dan tempat –
tempat sambungan harus tidak cacat dan tidak bocor.
Penandaan urutan fasa sisi HV dan LV. Pemeliharaan trafo tenaga
tegangan tinggi harus dilakukan oleh pekerja dengan melihat penandaan urutan
fasa sisi HV dan LV dengan jelas dan lengkap.
Pembumian netral dan tersier. Pekerja melaksanakan pemeriksaan
pembumian tangki utama netral, tersier terutama pada terminal pembumian.
Pekerja harus memastikan pembumian terhubung dengan baik dan keadaan layak
pakai atau tidak cacat serta jenis dan ukuran konduktor sesuai dengan kriteria
yang diterapkan oleh PT. PLN.
Radiator. Pekerja harus memastikan bahwa radiator di periksa terutama
pada bagian permukaan luar dan tempat – tempat sambungan dalam keadaan
layak pakai dan tidak bocor.
Komponen/peralatan terpasang. Perlunya dilakukan pemeriksaan
mengenai komponen atau peralatan yang terpasang berdasarkan dengan kriteria
sesuai dengan spesifikasi pabrik.
Pompa minyak transformator. Pompa minyak yang tersedia dalam
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi harus dalam kondisi tidak cacat dan
berfungsi dengan baik.
Pemeriksaan catu daya panel lokal transformator dan sadapan.
Pemeriksaan yang dilakukan pekerja saat melakukan pemeliharaan trafo tenaga
118
tegangan tinggi dapat dilakukan dengan beberapa hal. Pemer iksaan tersebut
dilakukan dengan pengukuran tegangan catu daya harus memiliki kesesuaian
dengan kriteria yang diterapkan oleh pabrik. Selanjutnya operasikan lampu
penerangan dalam panel dengan melakukan pembukaan dan penutupan pintu
panel, sehingga lampu menyala atau berdasarkan fungsinya
Metode kerja pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi.
Pemeriksaan alat uji. Pada saat pemeliharaan pekerja melakukan
pendataan dan pemeriksaan alat uji yang akan digunakan saat melakukan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi yakni bahwa alat uji yang digunakan
seperti : Insulation resistance tester (Megger), Multimeter, High Voltage test set,
Tangen delta test set, Thermometer, Oil/Winding Temperature test set. Alat uji
yang digunakan sudah sesuai dan terkalibrasi agar dapat memiliki hasil yang
akurat.
Gambar 18. Pemeriksaan alat uji pabrik
119
Selanjutnya melakukan pemeriksaan dokumen hasil uji pabrik (kurva knee
point). Saat melakukan pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi harus
menggunakan skema yang telah disiapkan berdasarkan pemeliharaan yang
diperlukan.
Pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi peralatan yang akan di uji akan
di cek dan alat uji akan dikeluarkan oleh para pekerja dari tempat penyimpanan
peralatan listrik sebelum mulai waktu pelaksanaan pemeliharaan. Pekerja harus
mempersiapkan dokumen beserta alat tulis untuk melakukan pencatatan mengenai
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi dalam bentuk lembar kerja beserta
blanko uji. Kemudian dalam melakukan kegiatan pemeliharaan di PT. PLN
(Persero) ULTG Paya Pasir hanya dapat dilaksanakan jika sudah memiliki izin
kerja yang telah di setujui dari bagian administrasi.
Berdasarkan penelitian Sefriana (2014), pemeriksaan alat uji dan alat ukur
perlu terkalibrasi secara rutin agar memiliki proses baku sebagai acuan dalam
melakukan kegiatan pekerjaan. Pada penelitian menunjukan bahwa alat ukur di
CV.XYZ tidak kalibrasi sehingga pekerja melakukan pekerjaan berulang dan
perlu memiliki proses baku atau prosedur tetapagar hasil dapat berjalan dengan
konsisten. Selain itu adanya proses baku atau prosedur tersebut memudahkan
entitias dalam melakukan proses order kalibrasi secara sistematis dan
memudahkan monitoring serta evaluasi proses.
Pentanahan NGR (neutral grounding resistant). Pekerja melakukan
pengukuran langsung pada neutral grounding resistance untuk mengantisipasi
membesarnya arus gangguan tanah yang dapat merusak peralatan serta merugikan
120
pihak PLN. NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan neutral
sekunder pada transformator sebelum terhubung ke ground / tanah. Tujuan
dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang
mengalir dari sisi neutral ke tanah.
Gambar 19. Neutral grounding resistant
Hal ini terkait pada penelitian dengan pola pengamanan trafo tenaga disisi
sekunder NGR juga tahanan yang dipasang antara titik netral trafo dengan
pentanahan, dimana berfungsi untuk memperkecil arus gangguan. Resistance
dipasang pada titik neutral trafo yang dihubungkan Y ( bintang ). NGR biasanya
dipasang pada titik netral trafo 70 Kv atau 20 kV, sedangkan pada titik netral trafo
150 kV dan 500 kV digrounding langsung (solid).
Agar NGR dapat berfungsi sesuai desainnya perlu dipastikan bahwa nilai
tahanan dari NGR tersebut sesuai dengan spesifikasinya dan tidak mengalami
kerusakan. Hal ini dikarenakan bila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah
121
arus gangguan masih relatif kecil (lebih kecil dari 5 amper), sehingga busur listrik
yang timbul pada kontak-kontak antara fasa yang terganggu dan tanah masih
dapat padam sendiri. Tetapi dengan semakin berkembangnya sistem tenaga listrik
baik dalam ukuran jarak (panjang) maupun tegangan, maka bila terjadi gangguan
fasa ke tanah arus gangguan yang timbul akan besar dan busur listrik tidak dapat
lagi padam dengan sendirinya.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dengan metode kerja yang
ditetapkan dalam pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi potensi bahaya terjadi
apabila pekerja bekerja tidak terstrukstur menyebabkan gangguan hubungan
singkat pada sistem. Arus sangat tinggi yang disebabkan oleh hubungan singkat
yang terjadi pada sistem mengakibatkan pekerja stress yang tinggi pada belitan
trafo dan isolasi. Overload juga dapat mengakibatkan overheating dan juga
menimbulkan pekerja stress dalam belitan trafo dan isolasi.
Paparan cahaya matahari saat melakukan pemeliharaan trafo dapat
menyebabkan pekerja mengalami dehidrasi. Kesalahan dalam fluishing, reklamasi
atau penggantian minyak trafo apabila pekerja bekerja lalai dapat mengalami
iritasi terhadap tubuh saat terkena tumpahan minyak trafo. Gangguan di luar
daerah pengamanan transformator daya ini sering terjadi dan dapat merupakan
beban lebih, hubungan singkat satu fasa ke tanah maupun gangguan antar fasa.
Gangguan ini pada daerah ini mempunyai pengaruh terhadap
transformator ini, sehingga transformator harus dilepaskan/dipisahkan, apabila
gangguan terjadi menyebabkan terganggu pekerja daalam melaksanakan
pemeliharaan trafo tersebut. Pengaman utama transformator daya ditunjukan
122
sebagai pengaman didalam daerah pengamanannya. gangguan di dalam sangat
serius dan selalu ada risiko terjadinya kebakaran. Hal ini dapat membahayakan
pekerja yang melaksanakan pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi.
Pemeliharaan Pembumian Gardu Induk
Perencanaan pemeliharaan pembumian gardu induk memiliki tujuan untuk
memberikan pedoman dalam melaksanakan inspeksi pembumian gardu induk
termasuk hubungan peralatan di lapangan, sehingga memenuhi syarat untuk
dioperasikan. Ruang lingkup pemeliharaan pembumian gardu induk mencakup
tata cara dan ketentuan dalam melaksanakan pembumian gardu induk termasuk
hubungan ke peralatan pada instalasi pembangkit tenaga listrik dan instalasi
jaringan. Peralatan Uji yang digunakan adalah : Multimeter, Earth Resistance
tester, Connectivity meter/ Contac Resisten tester.
Instruksi kerja alat merujuk ke manual alat yang dipergunakan.
Keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan saat melaksanakan
pemeliharaan pembumian gardu induk yakni penggunaan perangkat pakaian
kerja. Menggunakan perangkat pakaian kerja, tanda pengenal, sepatu keamanan
(safety shoes), pelindung kepala (helmet), pelindung telinga (ear plug) dan
perlengkapan lain yang diperlukan.
Selanjutnya melakukan pemeriksaan apakah sudah memiliki izin kerja
(working permit) dan terpasangnya tanda larangan dan peringatan yang
diperlukan, terutama pada daerah peralatan yang bergerak/berputar dan
bertegangan. Pelaksanaan pemeliharaan pembumian gardu induk memerlukan
123
fasilitas pemadam kebakaran seperti APAR harus dipersiapkan di sekitar lokasi
kegiatan.
Saat melakukan pengujian trafo tenaga tegangan tinggi keadaan
lingkungan kerja harus dalam keadaan bersih dan aman. Melakukan pendataan
dan pemeriksaan alat uji yang akan digunakan saat melakukan pemeliharaan
pembumian gardu induk yakni bahwa alat uji yang digunakan sudah sesuai dan
terkalibrasi agar dapat memiliki hasil yang akurat. Selanjutnya melakukan
pemeriksaan dokumen kontrak sistem pembumian gardu induk.
Peralatan kerja saat melakukan pemeliharaan pembumian gardu induk
dikeluarkan dari tempat penyimpanan peralatan listrik dan dokumen beserta alat
tulis untuk melakukan pencatatan mengenai pembumian gardu induk dalam
bentuk lembar kerja. Kemudian dalam melakukan kegiatan pemeliharaan di PT.
PLN (Persero) ULTG Paya Pasir hanya dapat dilaksanakan jika sudah memiliki
izin kerja yang telah di setujui dari bagian administrasi
Gambaran Metode Kerja
Pemeliharaan dilakukan oleh pekerja dan supervisor dengan metode kerja
team yaitu bekerja sama dengan tidak terdapat pembedaan proses saat bekerja.
Pekerja maupun supervisor bekerja sama dan saling mengingatkan satu sama lain
karena pekerjaan termaksuk pekerjaan yang berisiko tinggi antara pekerja di
ULTG Paya Pasir. Dalam hal ini pekerja dan supervisor saat melakukan
pemeliharaan termaksuk sebagai pekerja dengan tidak adanya perbedaan strata
diantara pekerja.
124
Tabel 23
Pemeriksaan Visual Pembumian Gardu Induk
Komponen
Transmisi
Pemeliharaan Keterangan
Kriteria Hasil penilaian
Pembumian
Gardu
Induk
Pemeriksaan Visual
setiap peralatan dan
konstruksi logam : jenis
dan ukuran konduktor
Terminasi pembumian
Hubungan pembumian
pagar pengaman
serandang hubung
Tembaga
dan 50 mm2
Dilengkapi
bimetal
Terhubung
Dilengkapi
Baik
Baik
Pelaksanaan pemeliharaan pembumian gardu induk dilakukan dengan
pemeriksaan visual yang meliputi : periksa hubungan pembumian pada setiap
peralatan dan konstruksi logam. Periksa terminal pembumian (hubungan antara
kontruksi logam dan tembaga). Periksa hubungan pembumian pada pagar
pengaman serandang hubung (switchyard).
Kriteria dan penilaian yang dilakukan saat melakukan pemeliharaan
pembumian gardu induk berdasarkan hasil penelitian yakni
Hubungan pembumian pada setiap peralatan dan konstruksi logam.
Jenis dan ukuran konduktor. Para pekerja dalam melakukan pemeliharaan
pembumian gardu induk secara langsung dengan melakukan pendataan mengenai
jenis dan ukuran maupun luas penampang konduktor pembumian tersebut. Saat
melakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh para pekerja transmisi tenaga listrik
tersebut menunjukan hasil bahwa hubungan pembumian pada setiap peralatan dan
konstruksi logam memiliki jenis tembaga (BCC) dengan ukuran konduktor 50
125
mm2. Hal ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh PT. PLN ULTG Paya
Pasir.
Terminasi pembumian. Personil melakukan pemeriksaan terminal
pembumian saat melakukan pemeliharaan dengan melihat ada tidaknya hubungan
antara konstruksi logam dan tembaga. Berdasarkan hasil pemeriksaan pekerja
transmisi tenaga listrik menunjukan bahwa terminasi pembumian memiliki
hubungan antar konstruksi dan tembaga serta dilengkapi bimetal. Sehingga
pekerja melakukan penilaian yang baik terhadap peralatan terminasi pembumian.
Hubungan pembumian pagar pengaman serandang hubung. Dalam hal
ini pagar sebagai sarana untuk membatasi area yang diamankan terdiri dari
security fence dan demarcation fence. Security fence adalah pagar yang
membatasi bagian bertegangan di area gardu induk untuk keselamatan.
Demarcation fence adalah pagar terluar dari area gardu induk yang membatasi
instalasi dengan ruang publik.
Pada saat kegiatan pemeliharaan pembumian pada gardu induk pekerja
juga melakukan pemeriksaan hubungan pembumian pada pagar pengaman
serandang hubung (switchyard). Pekerja yang melakukan pemeliharaan
pembumian gardu induk secara langsung dilapangan secara visual menunjukan
bahwa pagar pengaman masih terhubung dengan sistem pembumian gardu induk.
Sehingga dalam melakukan pemeliharaan dan saat gardu induk bertegangan aman
dari aliran arus listrik yang memiliki tegangan yang tinggi.
126
Metode kerja pemeliharaan pembumian gardu induk.
Safety briefing/safety talk. Saat melakukan pemeliharaan pembumian
gardu induk dilakukan koordinasi pada seluruh pekerja yakni personil – personil
yang bertanggung jawab dan namanya ada dalam data pekerja yang akan
melaksanakan pemeliharaan pembumian gardu induk. Persiapan pemeliharaan
dilaksanakan pada pukul 11.00 WIB di Unit Layanan Transmisi Gardu Induk
Paya Pasir. Safety briefing yang dilaksanakan dipimpin oleh manajer dan
pengawas k3 gardu induk paya pasir.
Gambar 20. Safety briefing
Safety briefing yang dilakukan merupakan langkah pertama untuk
melibatkan para pekerja tentang bekerja dengan aman di lokasi kerja. Safety
briefing terdiri dari serangkaian langkah-langkah berupa pelatihan keselamatan,
kunjungan lapangan, identifikasi bahaya di tempat kerja, pengumpulan lisensi dan
sertifikasi penting sebagai bukti pelatihan dan telah diuji sesuai standar
127
kompetensi mereka. Hal ini membantu mencegah terjadinya cedera atau
kecelakaan di tempat kerja.
Pelaksanaan pemeliharaan safety briefing disampaikan dengan tegas dan
jelas serta dengan waktu yang optimal sehingga pekerja memahami inti – inti dari
penyampaian supervisor terhadap proses pekerjaan pemeliharaan. Langkah ini
dapat meningkatkan kesadaran akan masalah dan prosedur keselamatan untuk
semua jenis pekerja baik pada ketinggian dan standar keselamatan listrik.
Koordinasi yang dilakukan diawali oleh manajer mengenai gardu induk paya pasir
dan kemudian dilanjutkan oleh pengawas k3 mengenai pentingnya keselamatan
dan kesehatan dalam kegiatan pemeliharaan trafo arus.
Pengawas k3 juga memberikan penjelasan mengenai bagian – bagian yang
bertegangan dan peralatan – peralatan apa saja yang diperlukan dalam
pemeliharaan pembumian gardu induk. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan
dengan metode kerja yang ditetapkan dalam pemeliharaan pembumian gardu
induk identifikasi potensi bahaya yang dapat terjadi saat melakukan safety
briefing pemeliharaan pembumian gardu induk. Apabila jika tidak diberlakukan
safety briefing secara rutin, dapat menyebabkan peningkatan risiko cedera atau
bahkan kematian.
Selanjutnya apabila pekerja melakukan tugas yang tidak seharusnya,
pekerja mengakses tempat kerja dengan cara yang tidak seharusnya tanpa izin,
tempat kerja diakses oleh orang lain tanpa izin. Pekerja yang menjalankan peran
yang seharusnya tidak berisiko malah cedera, pekerja terluka oleh bahaya ketika
tidak diperingatkan melalui induksi keselamatan.
128
Berdasarkan penelitian Kurniawan (2017) safety briefing merupakan salah
satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya potensi bahaya di tempat
kerja. Program safety briefing yang dilakukan sebelum bekerja sangat efektif
dalam memenuhi kebutuhan para pekerja dalam informasi mengenai K3 dan
membangun kesadaran para pekerja untuk mengutamakan safety untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini menunjukan bahwa sosialisasi K3
sebagai salah satu bagian dari kampanye K3 yang merupakan salah satu bentuk
pendidikan atau pelatihan.
Pengambilan data pembumian gardu induk. Pengambilan data dilakukan
dalam beberapa langkah berikut pekerja mempersiapkan alat ukur digital earth
resistance tester (earth-tester). Kemudian melakukan penanaman 2 buah
elektroda bantu dengan jarak antara elektroda dengan kaki tower yang akan
diukur sejauh 5-10 m dan membentuk sudut 600. Menghubungkan elektroda
tersebut dengan kabel ke earth tester.
Gambar 21. Pengambilan data pembumian gardu induk
129
Selanjutnya pekerja mengecek tegangan baterai dengan menghidupkan
digital earth resistance tester (earth-tester). Jika layar tampak bersih tanpa simbol
baterai lemah berarti baterai dalam keadaan baik. Jika layar menunjukkan simbol
baterai lemah atau bahkan layar dalam keadaan gelap berarti baterai perlu diganti.
Melakukan pengecekan hubungan atau penjepit pada elektroda utama dan
elektroda bantu dengan mensetting range switch ke 20 Ω dan tekan tombol
“PRESS TO TEST”. Jika hambatan elektroda utama terlalu tinggi atau
menunjukkan simbol berkedip-kedip maka perlu dicek penghubung atau penjepit
pada elektroda utama. Menghubungkan kaki tower dan arde yang akan diukur
dengan kabel ke earth-tester.
Mengukur hambatan pentanahan tower yaitu gabungan antara kaki dan
semua arde dan mencatat hasil pengukuran dalam tabel hasil pengukuran.
Melepas arde dari kaki tower dengan kunci yang diperlukan dan kemudian
menghubungkan kaki tower dengan kabel ke earth-tester. Mengukur hambatan
pentanahan dari kaki tower sendiri tanpa arde dan mencatat hasil pengukuran
dalam tabel hasil pengukuran. Kemudian menghubungkan arde kaki dengan kabel
ke earth-tester dan mengukur hambatan pentanahan dari arde kaki dari masing –
masing sisi secara berlawanan dan atau keseluruhan dan mencatat hasil
pengukuran dalam tabel hasil pengukuran.
Identifikasi potensi bahaya yang dapat terjadi adalah kecelakaan pada
pekerja terpapar induksi tegangan timbul saat hubung singkat ke tanah terjadi atau
sering disebut kejut listrik yang dapat mengakibatkan cacat dan meninggal dunia.
Apabila arus hubung singkat ke tanah itu dipaksakan mengalir melalui impedansi
130
tanah yang tinggi, ini akan menimbulkan perbedaan potensial yang besar dan
berbahaya. Juga impedansi yang besar pada sambungan-sambungan pada
rangkaian pentanahan dapat menimbulkan busur listrik dan pemanasan yang
besarnya dapat menyebabkan material yang mudah terbakar menjadi meledak .
Maka dari itu tempat – tempat penyambungan harus diperiksa pada waktu–
waktu tertentu agar dapat diketahui bila terdapat kerusakan atau kendor. Pekerja
juga dapat terpapar cahaya matahari dilapangan hal ini dapat menyebabkan
pekerja mengalami dehidrasi.
Perbaikan Transmisi
Pada instalasi tenaga listrik dan peralatan elektrik dijumpai konduktor-
konduktor yang berbeda potensialnya. Dalam pengisolasian instalasi dan peralatan
tersebut, hal pertama yang dilakukan adalah memisahkan masing-masing
konduktor dengan jarak tertentu sehingga udara yang mengantarai suatu
konduktor dengan konduktor lain berperan sebagai medium isolasi utama.
Kemudian, konduktor – konduktor diikat pada penyangga dengan bantuan
isolator.
Isolator yang biasa digunakan pada SUTT adalah berupa isolator
rantai yang merupakan gabungan dari piringan-piringan isolator. Isolator rantai
itu sendiri terdapat 2 jenis, yaitu isolator tension dan suspension. Keduanya
memiliki fungsi yang berbeda.
Isolator tension digunakan untuk menopang dan menghubungkan antara
dua penghantar yang terputus. Sedangkan isolator suspension digunakan untuk
menopang penghantar lurus. Penggantian isolator suspense 150 kV dengan dalam
131
keadaan bertegangan ini termasuk Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan
(PDKB). Dengan adanya PDKB ini, maka proses penggantian isolator pada
SUTT tidak perlu dalam keadaan padam istrik. Sehingga kerugian material
yang ditanggung PT. PLN dapat diminimalisir.
Perencanaan perbaikan penggantian isolator suspension 150 kv memiliki
ruang lingkup meliputi tower latice, konfigurasi vertikal semua fase, type – i-
string, single / double string, single / double konduktor dengan menggunakan : H-
Frame – strain pole – hook click dan wire tong – spiral / strain link stick.
Selanjutnya tiang beton, konfigurasi horizontal semua fasa, type i-string, single /
double string, single konduktor dengan menggunakan : Hypertensi, Rope block,
Wire tong – spiral / strain link stick - lever lift.
Saat melakukan kegiatan perbaikan penggantian insulator suspension 150
kV pengawas pekerjaan melakukan kegiatan dengan memimpin pelaksanaan tail
gate/ briefing. Pelaksanaan briefing dilakukan dengan membentuk formasi
membulat agar semua pekerja dapat melihat dengan jelas, briefing yang dilakukan
mengenai pekerjaan yang akan apa yang nantinya akan dikerjakan. Selanjutnya
memberikan informasi kepada seluruh pekerja penggantian insulator
bahwasannya auto reclose sudah di non – aktifkan agar pekerja mengetahuinya
dan memberi pernyataan tentang mulainya pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Pengawas keselamatan dan kesehatan kerja merupakan oknum yang
penting saat melakukan kegiatan perbaikan penggantian insulator. Pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja harus melihat dan memastikan kondisi cuaca dan
132
area kerja aman di sekitar area pekerjaan. Apabila kondisi cuaca tidak dalam
kondisi yang baik pekerjaan akan ditunda dihari selanjutnya.
Pengawas keselamatan dan kesehatan kerja harus melakukan pemasangan
dan memastikan mengenai rambu – rambu pengaman listrik pada lingkungan
pekerjaan. Kondisi kesehatan pekerja harus diperhatikan oleh pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja agar pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan
fokus. Selanjutnya pemeriksaan kelengkapan dan penggunaan alat pelindung diri
juga merupakan peran dari pengawas keselamatan dan kesehatan kerja untuk
meningkatkan kesadaran diri terhadap pentingnya alat pelindung diri saat bekerja.
Penggantian insulator merupakan pekerjaan yang cukup berat sehingga
memerlukan partner yakni para pekerja dalam keadaan bertengangan (PDKB).
Pengawas keselamatan dan kesehatan kerja harus melihat dan memeriksa
mengenai data formulir pekerja PDKB dan working permit yang telah disepakati
bersama. Pengawas keselamatan dan kesehatan kerja sebelum melaksanakan
penggantian insulator harus menjelaskan kepada pekerja mengenai potensi bahaya
kemudian melakukan doa sebelum bekerja.
Metode kerja penggantian isolator. Metode penggantian isolator secara
umum, penggantian isolator pada SUTT dalam keadaan bertegangan dapat
dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu metode hot stick dan metode
barehand. Metode hot stick ini merupakan metode yang pertama kali dilakukan
untuk penggantian isolator dalam keadaan bertegangan. Pada metode ini,
pekerja tidak menyentuh peralatan yang bertegangan secara langsung dengan
tangan.
133
Melainkan dengan menggunakan peralatan-peralatan yang bersifat isolatif.
Peralatan ini sengaja dibuat bersifat isolatif karena digunakan untuk memisahkan
dua tegangan yang berbeda, yaitu tegangan kawat fasa dan tegangan orang yang
mengganti isolator (ground). Dengan adanya peralatan ini dan jika melakukannya
dalam jarak aman, maka dapat dipastikan pekerja yang melakukan pekerjaan
penggantian isolator ini dalam keadaan aman
Menuju lokasi penggantian insulator. Kegiatan penggantian insulator
dilaksanakan pukul 08.30 WIB dengan titik kumpul di ULTG Paya Pasir. Tiba di
tempat penggantian insulator pukul 09.00 WIB. Lokasi penggantian insulator
berada pada tower transmisi belawan yang termasuk dalam ULTG Paya Pasir.
Gambar 22. Menuju lokasi penggantian insulator
Saat menuju lokasi perbaikan tower menggunakan sampan, seluruh
pekerja dan supervisor mempersiapkan peralatan yang nantinya akan digunakan
untuk perbaikan. Saat menaiki sampan menuju lokasi penggantian insulator
pekerja harus menggunakan alat pelindung diri berupa pelampung. Pengangkutan
134
pekerja beserta peralatan dilakukan secara bergantian dengan posisi duduk saat
berada disampan juga harus berdasarkan keseimbangan agar sampan tidak berat
sebelah.
Berdasarkan hasil penelitian Rahman (2019) menunjukkan bahwa nelayan
masih belum memperhatikan peralatan keselamatan di perahu sesuai standar.
Beberapa nelayan masih menggunkan peralatan pelampung dari jergen bekas, 1
nelayan menggunakan life jacket / jaket penolong sebagai pelampung. Peralatan
komunikasi dari 6 nelayan hanya hanya menggunakan alat komunikasi seperti HP
dan bendera negara untuk alat pemadan kebakaran disetiap perahu nelayan
penangkap ikan belum ada tersedia.
Pemeriksaan kondisi perahu dan mesin sebelum melaut yang bertujuan
keselamatan nelayan penangkap ikan dilaut telah dilaksanakan, nelayan
penangkap ikan perlu mempersiapkan peralatan keselamatan sebelum melaut yang
bertujuan untuk keselamatan nelayan penangkap ikan. Sebelum melaut nelayan
penangkap ikan penting memiliki pengetahuan cuaca, yang bertujuan untuk
keselamatan nelayan penangkap ikan
Prosedur pelaksanaan pekerjaan perbaikan. Saat melakukan perbaikan
penggantian insulator dilakukan dengan menggunakan prosedur pelaksanaan
pekerjaaan. Pada prosedur pelaksanaan memuat tentang jenis pekerjaaan yang
akan dilakukan. Jenis pekerjaan yang akan dilakukan memiliki urutan proses dan
memiliki penanggung jawab jenis pekerjaan yang disetujui oleh pengawas
kesehatan dan keselamatan kerja, pengawas maneuver dan pengawas pekerjaaan
penngantian insulator.
135
Prosedur pelaksanaan pekerjaan juga berisikan tentang pemeriksaan
kesiapan pelaksana sebelum bekerja dan pembagian tugas dan penggunaan alat
keselamatan kerja petugas. Keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan saat
melaksanakan perbaikan penggantian isolator suspension 150 kV yakni
penggunaan perangkat pakaian kerja
Gambar 23. Prosedur pelaksanaan pekerjaan perbaikan
Menggunakan konduktif suits complete, wearpack, full body harness,
lanyard, rope fall adjuster, helm pengaman, sarung tangan pengaman, kacamata
pengaman, rambu pengaman, rompi pengawas, APAR, oksigen tabung dan
perlengkapan P3K.
Selanjutnya melakukan pemeriksaan apakah sudah memiliki izin kerja
(working permit). Melakukan pemeriksaan mengenai terpasangnya tanda larangan
dan peringatan yang diperlukan, terutama pada daerah peralatan yang
bergerak/berputar dan bertegangan. Pelaksanaan perbaikan penggantian isolator
136
memerlukan fasilitas pemadam kebakaran seperti APAR harus dipersiapkan di
sekitar lokasi kegiatan.
Saat melakukan pengujian penggantian isolator keadaan lingkungan kerja
harus dalam keadaan bersih dan aman. Berdasarkan jurnal kesehatan masyarakat
sukma ayu pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Siregar (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan prosedur kerja dengan
kecelakaan di PT. Aqua Golden Missisippi Bekasi. Dimana semakin tidak patuh
pekerja dengan prosedur kerja maka akan semakin tinggi risiko kecelakaan kerja
dan begitu juga sebaliknya semakin patuh pekerja maka akan semakin rendah
risiko kecelakaan kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan SOP merupakan faktor
yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja maka penerapan SOP
merupakan faktor risiko kecelakaan kerja terhadap karyawan di PT. PLN
(Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Kendari. hal ini berarti karyawan
yang tidak menerapkan SOP akan berisiko 6,020 kali lebih besar mengalami
kecelakaan kerja dibandingkan dengan karyawan yang menerapkan SOP.
Pemanjatan tower transmisi. Untuk mengganti isolator suspense pada
suatu tower lattice, dibutuhkan kemampuan dalam hal memanjat. Terdapat teknik
tertentu untuk melakukan suatu pemanjatan yaitu pemanjatan tower melalui step
bolt dan pemanjatan tower melalui rangka diagonal.
Pemanjatan tower melalui step bolt adalah salah satu peralatan tower yang
berbentuk mur baut yang terpasang teratur mulai dari kaki tower sampai puncak
137
tower untuk keperluan pemanjatan petugas ke tower bagian atas baik ke puncak
tower, cross arm atau pada tempat lainnya
Gambar 24. Pemanjantan tower transmisi
Pemanjatan tower melalui rangka diagonal dengan menggunakan lanyard
petugas pemanjatan tower tidak harus melalui step bolt. Pekerja mulai melakukan
pemanjatan tower dengan bantuan live line rope.
Dengan cara ini pemanjatan tower transmisi dapat dilakukan melalui
rangka–rangka tower yaitu melalui diagonal dan leveler sampai ketempat yang
ditentukan untuk bekerja. Cara ini utamanya diperlukan apabila besi-besi step bolt
yang mestinya terpasang tidak ada pada tempatnya sehingga pemanjatan melalui
step bolt tidak dapat dilakukan dengan aman dan nyaman.
Penaikan dan penurunan peralatan. Saat melakukan pemeliharaan
pekerja dibagi menjadi lines man atau pekerja yang akan melakukan pemanjatan
dan pekerja yang berada dibawah untuk membantu jalannya proses kerja. Baik
pekerja yang berada diatas maupun dibawah tower transmisi harus menggunakan
138
peralatan kerja dan alat pelindung diri yang lengkap. Kemudian pekerja
menyiapkan dan merangkai alat kerja yakni assembly semua peralatan, bersihkan,
dan lakukan pengetesan.
.
Gambar 25. Penaikan dan penurunan peralatan kerja
Alat yang telah dipersiapkan dan dirangkai didasar tower tadi, dinaikkan
ke puncak tower dengan menggunakan handline. Pekerja melakukan pemasangan
capstan pada kaki tower. Kemudian menaikkan dan memasang handline.
Pekerja juga harus menaikkan dan menempatkan tool bags pada posisinya
dan memasang alat – alat tersebut sesuai posisinya sehingga mampu
menggantikan isolator untuk menopang konduktor yang ditopangnya. Mengaitkan
sisi hot end dari isolator dengan handline dan melepaskan salah satu sisi (hot end)
dari isolator. Melepaskan sisi isolator yang lain (cold end) dari tower sehingga
solator terlepas.
Menurunkan isolator dari puncak tower ke dasar tower dengan bantuan
handline. Setelah sampai didasar, isolator diganti dengan isolator yang baru.
139
Setelah itu, isolator baru tersebut dinaikkan menuju ke puncak tower lagi
dengan menggunakan bantuan handline.
Penggantian insulator. Saat melakukan perbaikan insulator apabila
pekerja sudah sampai dipuncak tower, pekerja memasang sisi cold end pada
tower. Kemudian melakukan pemasangan sisi hot end pada isolator. Pekerja
menaikkan dan pasang tower saddle lengkap dengan strap hoist di bawah
konduktor yang isolatornya akan diganti.
Gambar 26. Pernggantian insulator
Penaikkan dan pemasangan wire tong dengan sambungan untuk menahan
konduktor yang isolatornya akan diganti. Naikkan dan pasang spiral
linkstick/strain link stick pada strap hoist, naikkan dan tempatkan universal stick.
Naikkan dan tempatkan torque stick kemudian pindahkan handlineke block yang
dipasang di atas ujung isolator sisi cold end.
Pekerja melakukan pengambilan alih beban isolator oleh strap hoist dan
melepas isolator dari suspension clamp pada sisi hot end. Turunkan konduktor ±
140
50 cm periksa jarak konduktor ke bagian tidak bertegangan. Pemasangan static
shuntsisi cold end oleh pekerja kemudian mengikatkan ujung handline pada
isolator nomor 2
Angkat isolator dengan handline dan pekerja melepas isolator sisi cold
end. Melepas handline dari isolator. Menurunkan alat-alat yang digunakan untuk
menopang isolator dengan handline. Para pekerja turun dari puncak tower dan
melakukan evaluasi dan melepas serta memindahkan arching horn sisi coldke
body tower. Lepas static shunt sisi cold end dan turunkan isolator untuk diganti.
Balik urutan instruksi kerja untuk pemasangan insulator. Selanjutnya
melaksanakan evaluasi dan melengkapi dokumen yang diperlukan
Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bahaya keselamatan dan kesehatan kerja menurut Tarwaka (2014) adalah
sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera,
sakit, kecelakaan, atau bahkan dapat menyebabkan kematian yang berhubungan
dengan proses dan sistem kerja. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dengan
metode kerja yang ditetapkan dalam perbaikan penggantian insulator. Identifikasi
sumber bahaya yang dapat terjadi saat melakukan perbaikan insulator. Pekerja
dapat mengalami tenggelam ketika menuju lokasi tower dengan menggunakan
sampan.
Saat pelaksanaan penggantian insulator pekerja yang berada dibawah tower
beriko mengalami cidera atau terluka. Hal ini terjadi akibat tertimpa material kerja
yang jatuh dari atas saat menaikan dan menurunkan peralatan kerja. Sebaliknya
141
pekerja yang bekerja pada ketinggian juga dapat memiliki risiko terjatuh dari atas
tower.
Pemeriksaan tegangan menggunakan voltage detector dapat berisiko pada
pekerja terpapar induksi tegangan tinggi yang dapat menyebabkan cacat dan
kematian. Arus kejut listrik yang mengenai tubuh dapat menimbulkan berhentinya
fungsi jantung serta menghambat pernapasan, panas yang ditimbulkan dapat
menyebabkan kulit atau tubuh terbakar. Hal ini juga menimbulkan pendarahan
serta gangguan saraf dan gerakan spontan akibat terkena arus listrik, dapat
mengakibatkan cidera lain seperti terjatuh atau terkena/ tersandung benda lain
(ILO, 2013).
Perbaikan penggantian insulator dilaksanakan dilapangan dapat
menyebabkan pekerja mengalami silau dan dehidrasi atau kekurangan cairan
akibat paparan sinar matahari. Pekerja dapat mengalami cidera berupa punggung
terkilir akibat mengangkat beban berlebih saat melakukan penggantian insulator.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang berjudul Gambaran Metode Kerja pada Pekerja PT. PLN
(PERSERO) UPT Medan ULTG Paya Pasir diusahakan mendapatkan hasil yang
sebaik mungkin. Akan tetapi disadari bahwasanya penelitian ini memiliki
keterbatasan. Keterbatasan tersebut sebagai berikut :
Hanya dapat melihat pemeliharaan. Selama melaksanakan penelitian
hanya dapat melihat pemeliharaan transmisi tenaga listrik berdasarkan metode
kerja yang diterapkan di PT. PLN (PERSERO) UPT Medan ULTG Paya Pasir
sampai pada pemeriksaan visual yang dilakukan oleh pekerja.
142
Penulis hanya mampu melihat. Selama melaksanakan penelitian penulis
hanya mampu melakukan observasi mengenai gambaran metode kerja pada
pekerja di PT. PLN (PERSERO) UPT Medan ULTG Paya Pasir saat melakukan
pemeliharaan dan perbaikan transmisi tenaga listrik yang telah terjadwal karena
keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. Sehingga hasil dari kesimpulan yang ada
berdasarkan hanya observasi diteliti.
Keterbatasan teori – teori yang diperoleh. Dalam melakukan penelitian
peneliti mengalami keterbatasan mengenai sumber informasi dan teori – teori.
Teori yang diperoleh beberapa dari internet.
143
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode kerja di bagian pemeliharaan meliputi safety briefing, pemeriksaan
alat uji, pemeriksaan peralatan kerja, proses pemanjatan, pembersian, dan
pengambilan data telah terlaksana dengan baik sesuai standar operasional
prosedur yang ditetapkan oleh PT. PLN ULTG Paya Pasir.
2. Metode kerja di bagian perbaikan meliputi proses menuju lokasi pergantian
insulator, pemanjan tower transmisi dan penurunan peralatan kerja berisiko
dimana lokasi perbaikan memungkinkan potensi bahaya tenggelam, terjatuh
dan tertimpa alat kerja di PT. PLN ULTG Paya Pasir.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan
sebagai berikut :
1. Bagi PT. PLN (PERSERO) UPT Medan
Mempertahankan, meningkatan, mengevaluasi metode kerja dan prosedur
secara sistematis saat melakukan pemeliharaan dan perbaikan sehingga dapat
menjadi pedoman para pekerja dan supervisor serta penanggungjawab
pekerjaan di PT. PLN ULTG Paya Pasir.
2. Bagi Pekerja.
Saat melakukan metode kerja perbaikan, pemeliharaan pekerja dan supervisor
harus memahmi serta melakukan pekerjaan sesuai dengan standar operasional
144
prosedur dan metode kerja untuk meminimalisir potensi bahaya di PT. PLN
ULTG Paya Pasir.
.
145
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Arismunandar, A. (1984). Teknik tegangan tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita.
Bandri, S. (2015). Analisa gangguan petir sutt 150 kV dengan memperhatikan
tegangan pada lightning arrester dan trafo. Jurnal K3, 4(1), 1–4.
BPJS Ketenagakerjaan. (2018). Angka Kecelakaan Kerja Cenderung Meningkat,
BPJS Ketenagakerjaan Bayar Santunan Rp 1,2 Triliun. Diakses dari
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id.
Denik, K. (2017). Pengaruh keselamatan kerja dan kesehatan kerja terhadap
motivasi kerja. Jurnal Administrasi Bisnis, 40(5).
Djojosoedarso, S. (2003). Prinsip–prinsip manajemen risiko dan asuransi.
Jakarta: Salemba Empat.
Hanna, F. (2017). Identifikasi bahaya pekerjaan pemeliharaan jaringan pada
teknisi Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) di PT. PLN
(PERSERO) Area Medan Tahun 2017 (Skripsi, Universitas Sumatera
Utara). Diakses dari http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2142
ILO. (2013). Health and safety in work place for productivity. Geneva:
International Labour Office.
Ismail, I. (2016). Pengaruh kelengkapan alat kerja dan disiplin kerja terhadap
kinerja karyawan (studi kasus pada karyawan lapangan PT. PLN persero
Pamekasan ). Jurnal Studi Manajemen dan Bisnis, 3(1).
Kadir, A. (1998). Transmisi tenaga listrik . Jakarta: Universitas Indonesia.
Kurniawan, W. (2017). Hubungan faktor karakteristik pekerja, Safety Morning
Talk (SMT) dan housekeeping dengan kejadian minor injury pada pekerja
di proyek pembangunan gedung kantor PT. X Jakarta. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5(3).
Kusniandar, V. (2019, 7 Agustus). Terjadi Blackout di Jakarta, Berapa Panjang
Jaringan Transmisi PLN. Databoks. Diakses 6 Mei 2020, dari
htttp://databoks.katadata.co.id.
146
Nurhijrah. (2018). Pencegahan risiko kecelakaan jatuh dari ketinggian pada
pekerjaan industri konstruksi di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ilmu Teknik,
3(1).
Permata, E. & Lestari, I. (2020). Maintenance preventive pada transformator step
– down AV05 dengan kapasitas 150 KV di PT. Krakatau Daya Listrik.
Jurnal Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 3(1).
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pelayanan
Kesehatan dan Besaran Tarif dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
PT. PLN (Persero). (2014). Buku pedoman pemeliharaan pemutus tenaga
(PMT)”, SE No.0520-2.K/DIR/2014, PT. PLN (Persero). Jakarta: PT.
PLN.
Purbaya, A. (2019, 5 Agustus). Listrik Padam Masal Gegara Pohon Sengon.
Detikfinance. Diakses 8 Mei 2020, dari http://m.detik.com
Rahman, K. (2019). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebelum melaut pada
nelayan penangkap ikan di Kelurahan Lappa Kecematan Sinjai Utara.
Jurnal Kesehatan, 2(1).
Ridwan, A. (2020, 11 Januari) Pekerja SUTET 275 Kv Terkena Induksi
Tegangan, Jambione.com. Diakses 8 Mei 2020, dari http://jambione.com
Rijanto, B. (2019). Pedoman praktis keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan (K3L). Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sefriana, T. (2014). Perancangan proses order kalibrasi alat ukur dengan
mempertimbangkan risiko untuk memenuhi ISO 9001:2015 klausul 7.1.5
menggunakan metode business process improvement di CV. XYZ. Jurnal
UNTIRTA, 3(2).
Setiawan, Y. & Palit, H. C. (2013). Perbaikan metode kerja pada bagian
pengemasan di PT. Kembang Bulan. Jurnal Tirta, 1(1).
Serdamayanti. (2011). Tata kerja dan produktivitas kerja. Bandung: Mandar
Maju.
Silaban, G. (2017). Keselamatan dan kesehatan kerja. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
147
SPLN T5.005. (2014). Pedoman pembangunan gardu induk 66 Kv minimalis.
Jakarta: PT. PLN (PERSERO).
SPLN T5.003-1. (2010). Standar pola proteksi transformator tenaga. Jakarta: PT.
PLN (PERSERO).
SPLN T5.012. (2020). Pembumian pada gardu induk dan jaringan transmisi.
Jakarta: PT. PLN (PERSERO).
SPLN T3.003-1 (2011). Pedoman Pemilihan Transformator Tegangan Kapasitif.
Jakarta : PT PLN (PERSERO)
Surat Edaran Nomor 032 Tahun 1994 tentang Himpunan Buku Petunjuk dan
Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik.
Suma’mur, P. K. (2014). Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (HIPERKES).
Jakarta: Gunung Agung.
Syamsi, I. (2004). Efisiensi, sistem, dan prosedur kerja. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Tarwaka. (2016). Dasar – dasar keselamatam kerja serta pencegahan kecelakaan
kerja di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Umar, H. (1998). Manajemen risiko bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan.
148
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
149
Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian
150
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Terbuka
Dalam melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan di Transmisi PT. PLN
(PERSERO) ULTG Paya Pasir bekerja dengan team work pada pekerja dan
supervisor yakni bekerja sama dan saling mengingatkan satu sama lain.
1. Bagaimana metode kerja safety briefing saat pemeliharaan arrester ?
2. Bagaimana metode kerja persiapan peralatan kerja pemeliharaan arrester ?
3. Bagaimana metode kerja pemanjatan lightning arrester ?
4. Bagaimana metode kerja prosedur pelaksanaan pekerjaan pada saat
pemeliharaan trafo arus CT R3?
5. Bagaimana metode kerja safety briefing saat pemeliharaan trafo arus CT
R3?
6. Bagaimana metode kerja pemeriksaan trafo arus CT R3 saat pemeliharaan
trafo arus CT R3?
7. Bagaimana metode kerja safety briefing saat pemeliharaan pemutus
tenaga?
8. Bagaimana metode kerja pemeriksaan alat uji saat pemeliharaan pemutus
tenaga?
9. Bagaimana metode kerja pemanjatan pemutus tenaga saat melaksanakan
pemeliharaan pemutus tenaga?
10. Bagaimana metode kerja pembersihan pemutus tenaga saat melaksanakan
pemeliharaan pemutus tenaga?
11. Bagaimana metode kerja pemeriksaan alat uji saat melaksanakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi?
151
12. Bagaimana metode kerja pentanahan NGR saat melaksanakan
pemeliharaan trafo tenaga tegangan tinggi?
13. Bagaimana metode kerja safety briefing saat melaksanakan pemeliharaan
pembumian gardu induk?
14. Bagaimana metode kerja pengambilan data saat melaksanakan
pemeliharaan pembumian gardu induk?
15. Bagaimana metode kerja menuju lokasi saat melaksanakan perbaikan
insulator?
16. Bagaimana metode kerja prosedur pelaksanaan pekerjaan saat
melaksanakan perbaikan insulator?
17. Bagaimana metode kerja pemanjatan tower transmisi saat melaksanakan
perbaikan insulator?
18. Bagaimana metode kerja penaikan dan penurunan peralatan saat
melaksanakan perbaikan insulator?
19. Bagaimana metode kerja penggantian insulator saat melaksanakan
perbaikan insulator?