54
i GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI APOTEK WILAYAH DESA MAGUWOHARJO, KECAMATAN DEPOK, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Yussy Natalia Nim : 178114114 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

i

GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI

COVID-19 DI APOTEK WILAYAH DESA MAGUWOHARJO,

KECAMATAN DEPOK, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Yussy Natalia

Nim : 178114114

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

ii

Persetujuan Pembimbing

GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI

COVID-19 DI APOTEK WILAYAH DESA MAGUWOHARJO,

KECAMATAN DEPOK, YOGYAKARTA

Proposal Skripsi yang diajukan

oleh:

Yussy Natalia

NIM : 178114114

telah disetujui oleh

Pembimbing utama

apt. Putu Dyana Christasani, M. Sc.

Tanggal 2021

08-07-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI

COVID-19 DI APOTEK WILAYAH DESA MAGUWOHARJO,

KECAMATAN DEPOK, YOGYAKARTA

Oleh :

Yussy Natalia

Nim : 178114114

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Pada tanggal 19 Juli 2021

Mengetahui

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

(Dr. apt. Yustina Sri Hartini)

Panitia Penguji : Tanda tangan

1. apt. Putu Dyana Christasani, M. Sc

2. apt. T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D

3. Dr. apt. Yosef Wijoyo, M.Si.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya

karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah

ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 6 Juli 2021

Penulis,

Yussy Natalia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yussy Natalia

Nomoe Mahasiswa : 178114114

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI

COVID-19 DI WILAYAH DESA MAGUWOHARJO,

KECAMATAN DEPOK, YOGYAKARTA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 26 Juli 2021

Yang menyatakan

(Yussy Natalia)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

vi

ABSTRAK

COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh

jenis corona virus baru yaitu Sars-CoV-2. Virus ini telah dinyatakan sebagai pandemi

dan dapat menyebar dengan cepat melalui kontak langsung antar manusia. Pandemi

ini memberikan dampak pada pelayanan kefarmasian di apotek khususnya layanan

konseling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pandemi

COVID-19 terhadap layanan konseling di apotek serta mengetahui hambatan yang

dialami oleh apoteker dalam pelayanan konseling selama masa pandemi COVID-19.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional. Pengambilan data

menggunakan metode wawancara mendalam. Data merupakan informasi yang

diberikan oleh 5 responden. Data disajikan secara tabel dan deskriptif dibandingkan

dengan Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek pada tahun 2019. Hasil

dari penelitian ini yaitu terdapat penyesuaian baru yang dilakukan apoteker dalam

menyampaikan konseling dimasa pandemi COVID-19 seperti pemberian informasi

melalui telepon atau chat. Hambatan yang dialami apoteker dalam menyampaikan

konseling yaitu adanya barier pembatas, menjaga jarak, penggunaan APD, dan

pembelian obat melalui perantara.

Kata kunci : apotek, COVID-19, konseling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

vii

ABSTRACT

COVID-19 (coronavirus disease 2019) is a disease caused by a new type of

corona virus, namely Sars-CoV-2. This virus has been declared a pandemic and can

spread quickly through direct human to human contact. This pandemic has an impact

on pharmaceutical care, especially in counseling. The purpose of this study was to

determine the impact of the COVID-19 pandemic on counseling services in

pharmacies and to find out the obstacles experienced by pharmacists in counseling

services during the COVID-19 pandemic. This type of research is a descriptive

observational research. Data collection using in-depth interview method. Data was

collected by 5 respondent. The data is presented as a table and descriptive manner

compared to the Indonesian Technical Standards for Pharmaceutical Services at

Pharmacies in 2019. Based on the results of the study, there are new adjustments

made by pharmacists in delivering counseling during the COVID-19 pandemic, such

as providing information via telephone or chat. Barriers experienced by pharmacists

in delivering counseling are the presence of a barrier, maintaining distance, the use of

personal protective equipment, and purchasing drugs through agent.

Keywords: pharmacy, COVID-19, counseling.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................. ii

PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL ...................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................ v

ABSTRAK ................................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. x

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

METODE PENELITIAN ............................................................................................ 11

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Demografi Responden ........................ 18

KESIMPULAN ........................................................................................................... 37

SARAN ....................................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 39

LAMPIRAN ................................................................................................................ 43

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................................ 52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Demografi Responden ............................................................. 18

Tabel II. Penulisan Identitas Pasien ............................................................................ 21

Tabel III. Apoteker Memberikan Konseling di Ruang Konseling .............................. 23

Tabel IV. Apoteker Menanyakan Three Prime Questions .......................................... 25

Tebel V. Penggalian Informasi pada Pasien ............................................................... 27

Tebel VI. Apoteker Melakukan Konfirmasi Ulang..................................................... 29

Tabel VII. Apoteker memberikan Form Dokumentasi ............................................... 31

Tabel VIII. Hambatan dalam Pelayanan Konseling .................................................... 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Surat Ethical Clearance .......................................................................... 43

Lampiran II. Surat Validitas ........................................................................................ 44

Lampiran III. Informed Content .................................................................................. 46

Lampiran IV. Panduan Wawancara ............................................................................ 47

Lampiran V. Dokumentasi Proses Wawancara ........................................................... 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

1

PENDAHULUAN

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien (Permenkes, 2016). Menurut Permenkes nomor 73 tahun

2016 pasal 3, salah satu standar pelayanan kefarmasian di apotek adalah kegiatan

konseling obat kepada pasien. Layanan konseling dilakukan oleh Apoteker (sebagai

seorang konselor) yang memberikan nasihat terkait terapi kepada pasien. Apoteker

harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan

(medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta

mengatasi masalah terkait obat (drugrelated problems), masalah farmakoekonomi,

dan farmasi sosial (socio-pharmacoeconomy) (Permenkes, 2016).

COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh

jenis corona virus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan

Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. COVID-19 ini dapat menimbulkan gejala

gangguan pernafasan akut seperti demam diatas 38°C, batuk dan sesak nafas. Selain

itu, dapat disertai dengan lemas, nyeri otot, dan diare. Pada penderita COVID-19

yang berat, dapat menimbulkan pneumonia, sindroma pernafasan akut, gagal ginjal

bahkan sampai kematian. COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui

kontak erat dan droplet (percikan cairan pada saat bersin dan batuk), tidak melalui

udara (Kemenkes, 2020). Menurut data Kemenkes RI, sampai tanggal 21 Oktober

2020 sebanyak 298,452 orang terkonfirmasi menderita COVID-19 dan 10,819

(3,63%) meninggal dunia. Berdasarkan website resmi Informasi Kabupaten Sleman,

jumlah warga yang terkonfirmasi COVID-19 sebanyak 4.278 dan 67 orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

5

meninggal dunia. Angka ini diperkirakan terus bertambah sampai akhir tahun 2020.

Akhirnya pemerintah di Indonesia memberlakukan aturan untuk menjaga jarak satu

sama lain, selalu menggunakan masker saat bepergian, dan mengurangi kontak

langsung antara pasien dan penyedia layanan kesehatan.

Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan dari pasien

dan/atau keluarga terhadap apoteker. Konseling obat bertujuan untuk mencapai

outcome terapi secara optimal dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak

dikehendaki yang akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien

(Lutfiyati, Heni, Fitriana, dan Puspita, 2016). Pada keadaan normal layanan konseling

obat di apotek dilakukan secara langsung antara apoteker dan pasien. Namun, dalam

masa pandemi seperti sekarang, pelayanan konseling di apotek tentunya mengalami

penyesuaian seiring dengan kebijakan pemerintah dalam penanganan COVID-19.

Menurut penelitian Koster (2020) di Belanda, pelayanan konseling di apotek

dilakukan secara singkat dan pasien diberikan informasi tertulis (seperti brosur) atau

diberikan informasi secara online melalui situs web atau animasi video. Dari hasil

penelitian diperoleh sebanyak 44,2% apoteker telah melakukan review pengobatan

terhadap pasien melalui telepon dan sebanyak 76,7% apoteker merasa prihatin

tentang kualitas layanan konseling di apotek terutama untuk pasien dengan keperluan

tertentu.

Pandemi COVID-19 juga banyak memberi dampak bagi layanan kesehatan

yang ada di Indonesia, seperti pelayanan di rumah sakit, puskesmas, ataupun di

Apotek. Sampai saat ini belum terdapat peraturan khusus mengenai standar pelayanan

konseling pada masa pandemi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran

pelaksanaan konseling di apotek pada masa pandemi COVID-19 dan membandingkan

dengan layanan konseling sebelum masa pandemi menurut Kemenkes 2019.

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok,

Yogyakarta dengan wawancara mendalam bersama apotker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

11

METODE PENELITIAN

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional deskriptif

dengan rancangan cross sectional. Rancangan penelitian ini bersifat kualitatif dengan

melakukan wawancara mendalam kepada responden. Pada penelitian ini hanya

dilakukan wawancara mendalam saja untuk mendapatkan data tanpa dilakukannya

observasi langsung dan dokumentasi. Hal ini karena berhubungan dengan masa

pandemi COVID-19 seperti sekarang dan pihak responden hanya memperbolehkan

untuk melakukan wawancara saja. Penelitian dilakukan untuk melihat gambaran

dampak pandemi COVID-19 terhadap layanan konseling. Penelitian ini dilakukan di

apotek wilayah Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok Yogyakarta.

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah langkah-langkah dalam layanan

konseling yang dilakukan oleh apoteker kepada pasien sesuai dengan Kemenkes

(2019). Peraturan tersebut sudah ditetapkan sebelum adanya pandemi COVID-19.

Peraturan ini digunakan sebagai acuan untuk menggambarkan layanan konseling di

apotek dan menemukan hambatan yang dialami apoteker selama konseling pada masa

pandemi. Adapun langkah-langkah layanan konseling yang akan diteliti berdasarkan

Kemenkes (2019) yaitu, apoteker membuka komunikasi dengan pasien, apoteker

menuliskan identitas pasien dan informasi tambahan, apoteker menemui pasien atau

keluarga pasien di ruang konseling, apoteker menanyakan three prime questions

kepada pasien yang menebus resep, apoteker melakukan penggalian informasi,

apoteker memberikan informasi dan edukasi mengenai obat kepada pasien atau

keluarga pasien, apoteker memastikan kembali pemahaman pasien, dan apoteker

mendokumentasikan layanan konseling yang diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

12

Definisi Operasional

1. Layanan konseling adalah layanan kefarmasian yang dilakukan untuk

memberikan informasi obat secara langsung oleh apoteker kepada pasien.

Langkah-langkah dalam layanan konseling yang dimaksud diatur dalam aturan

Kepmenkes 2019 mengenai penjelasan rinci pelaksanaan konseling.

2. Apoteker membuka komunikasi dengan pasien dengan cara mengucapkan salam

serta memperkenalkan diri. Salam tidak terbatas dalam ucapan saja, namun dapat

melalui bahasa tubuh.

3. Apoteker menuliskan identitas pasien berupa nama, jenis kelamin, tanggal lahir,

nama dokter, nama obat, jumlah obat dan waktu pemberian obat.

4. Apoteker menemui pasien/keluarga pasien di ruang konseling agar pelaksanaan

konseling lebih nyaman dan komunikasi dapat dilakukan secara mendalam

dengan apoteker.

5. Apoteker dapat mengetahui sejauh mana pasien memahami penyakit dan

pengobatan yang diberikan kepadanya dengan menyakan three prime questions

berupa :

1. Apa yang disampaikan dokter tentang obat pasien?

2. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat pasien?

3. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah pasien

menerima terapi obat tersebut?

6. Apoteker menggali informasi lebih lanjut mengenai keadaan pasien seperti

menyakan keluhan yang dialami pasien, riwayat pasien (alergi dan penyakit),

kegiatan pasien sehari-hari, pola hidup pasien, dan pengobatan apa saja yang

sudah dilakukan sebelumnya.

7. Apoteker memberikan informasi dan edukasi kepada pasien atau keluarga

mengenai terapinya. Informasi yang diberikan dapat berupa aturan pakai obat,

cara menggunakan obat, cara penyimpanan obat, dan cara pembuangan obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

13

Edukasi yang diberikan dapat berupa memberikan saran pola hidup sehat kepada

pasien ataupun bagaimana cara mengatasi efek samping obat jika terjadi.

8. Apoteker memastikan kembali pemahaman pasien atau keluarga dengan meminta

pasien atau keluarga mengulangi informasi yang sudah disampaikan.

9. Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tada-tangan pasien

sebagai bukti bahwa pasien memaham informasi yang diberikan dalam konseling.

10. Hambatan adalah halangan atau rintangan yang mungkin dihadapi apoteker di

apotek yang berada di wilayah Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok,

Yogyakarta, saat memberikan konseling kepada pasien karena adanya protokol

kesehatan terkait pandemi COVID-19. Hambatan yang alami merupakan dampak

dari adanya protokol kesehatan tentang pencegahan penyebaran virus. Hambatan

yang dapat terjadi ialah keterbatasan waktu, keterbatasan jarak, pengunaan APD,

dan adanya barier atau pembatas saat apoteker menyampaikan konseling kepada

pasien.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah apoteker yang bekerja di apotek wilayah

Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta. Menurut data dinas

kesehatan Kabupaten Sleman, jumlah apotek yang ada di Desa Maguwoharjo

sebanyak 17 apotek. Kriteria inklusi untuk sampel pada penelitian sebagai berikut:

a. Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pendamping yang memiliki SIPA dan

masih berlaku yang bekerja di apotek wilayah Desa Maguwoharjo, Kecamatan

Depok, Sleman, Yogyakarta.

b. Bersedia menjadi responden dalam penelitian, dibuktikan dengan

menandatangani informed consent.

c. Apoteker sudah bekerja minimal 2 tahun dan memiliki pengalaman dalam

pelayanan konseling sejak sebelum dan sesudah adanya pandemi COVID-19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

14

Menurut penelitian Sim Julius (2018), jumlah subjek dalam penelitian

kualitatif dengan pendekata fenomenologi adalah 3-9 orang. Dalam penelitian ini

digunakan 5 subjek yaitu apoteker yang bekerja di apotek wilayah Desa

Maguwoharjo. Jumlah ini dirasa sudah cukup untuk menggambarkan bagaimana

dampak pandemi terhadap layanan konseling di Desa Maguwoharjo. Teknik sampling

dalam penelitian dilakukan secara non random atau non probability sampling dengan

pendekatan purposif sampling yaitu memilih subjek berdasarkan kriteria inklusi yang

sudah ditentukan (Masturoh, 2018).

Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara yang akan

digunakan sebagai panduan dalam proses wawancara. Proses wawancara dilakukan

secara mendalam (in depth interview). Instrumen ini terdiri atas 2 bagian. Bagian

pertama terdiri dari 4 pertanyaan mengenai data diri atau identitas dari responden

berupa nama, umur, lama kerja, dan tingkat pendidikan. Bagian kedua terdiri dari 13

pertanyaan mengenai gambaran layanan konseling berdasarkan kepmenkes tentang

petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di apotek (Kemenkes, 2019) dan

hambatan pada masa pandemi COVID-19 berdasarkan berdasarkan Kepmenkes No.

HK.01.07 tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease

2019 (COVID-19 (Kepmenkes, 2020).

Tata Rencana Penelitian

1. Perencanaan penelitian

Peneliti mengidentifikasi adanya perubahan dan penyesuaian terhadap sistem

layanan konseling yang dilakukan di apotek selama masa pandemi COVID-19,

Perubahan atau penyesuaian yang dapat terjadi berupa apoteker memberikan

informasi secara tertulis (seperti brosur) atau diberikan informasi secara online

melalui situs web atau animasi video.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

15

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian dengan melakukan permohonan kepada pihak apotek

untuk mengisi informed concent dan bersedia menjadi responden dalam penelitian.

Izin penelitian dilakukan sebagai etika dalam suatu penelitian sehingga objek yang

diteliti dapat dipublikasikan. Dilakukan permohonan ethical clearance kepada

Komisi Etik Penelitian Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta

(FIKES UNRIYO). Penelitian ini telah mendapat izin dari FIKES UNRIYO

dengan nomor 084.3/FIKES/PL/VI/2021, terdapat pada lampiran I.

3. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas isi adalah kesesuaian isi instrumen dengan topik yang diteliti. Uji

validitas ini dilakukan untuk memastikan apakah alat ukur yang digunakan sudah

sesuai dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Uji validitas dilakukan

dengan teknik professional judgment. Teknik ini dilakukan oleh orang yang ahli

dalam bidang tersebut dan menilai validasi dari isi instrumen (Masturoh, 2018).

Instrumen akan divalidasi oleh 2 orang apoteker yang memiliki kompetensi

dibidang tersebut. Dari hasil uji validitas panduan wawancara, terdapat 1 tambahan

instruksi kepada responden terkait peneliti akan merekam suara selama proses

wawancara berlangsung dan 1 tambahan pertanyaan terbuka terkait hambatan yang

dialami oleh responden dalam menyampaikan konseling dimasa pandemi COVID-

19. Lembar uji validitas dapat dilihat pada lampiran II.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara langsung atau

menggunakan sarana komunikasi seperti telepon ataupun google meet untuk

mengetahui bagaimana layanan konseling yang dilakukan selama masa pandemi

COVID-19 dan apa saja hambatan yang dialami apoteker. Apoteker yang menjadi

responden akan diberikan kesempatan untuk menjawab dan menjelaskan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

16

berdasarkan pertanyaan yang diberikan. Proses tanya jawab dilakukan secara

mendalam untuk mendapatkan informasi yang lengkap.

Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Reduksi Data

Hasil data yang diperoleh dari wawancara kemudian direduksi dengan proses

memilih, menyerdahanakan, atau merangkum jawaban dari apoteker supaya

peneliti mendapat gambaran mengenai layanan konseling yang lebih spesifik

di masa pandemi dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data.

b. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan supaya data hasil reduksi tersusun dalam pola

hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dalam

penelitian ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian narasi, bagan, diagram

alur, ataupun tabel.

c. Verifikasi Data

Tahap selanjutnya yaitu proses pemastian kebenaran data berdasarkan

temuan dan melakukan verifikasi data, kesimpulan yang diperoleh masih

bersifat sementara dan dapat berubah sesuai dengan bukti-bukti lain yang

memperkuat suatu data.

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan jenis pendekatan fenomenologi.

Pendekatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran berdasarkan

pengalaman yang dialami oleh informan. Analisis data diawali dengan proses

pengumpulan data yang telah diolah, kemudian data tersebut diamati secara

mendalam, kemudian diberi tanda atau catatan pada suatu data yang dianggap

penting. Selanjutnya peneliti mengelompokkan data yang diperoleh. Peneliti

harus dapat menemukan inti dari suatu informasi kemudian dituliskan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

17

suatu uraian (textual description). Setelah itu, data yang diperoleh akan diolah

dengan pedoman Peraturan Kemenkes (2019) tentang Petunjuk Teknis

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kemudian, peneliti dapat menarik

kesimpulan dengan melihat bagaimana gambaran pelayanan konseling yang

dilakukan sebelum dan sesudah adanya pandemi COVID-19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik yang diamati pada penelitian ini, yaitu: nama, usia, jenis

kelamin, pendidikan terakhir, dan lama masa kerja. Berikut adalah tabel yang berisi

karakteristik demografi responden.

Tabel I. Karakteristik Demografi Responden

No. Nama

Apoteker

Usia

(Tahun)

Jenis

Kelamin

Lama

masa kerja

1 A 26 Perempuan 2 tahun 2 bulan

2 B 31 Perempuan 5 tahun 8 bulan

3 C 26 Perempuan 2 tahun 1 bulan

4 D 24 Perempuan 2 tahun 1 bulan

5 E 27 Perempuan 3 tahun

Penjelasan mengenai karakteristik demografi responden secara lengkap akan

diuraikan sebagai berikut:

1. Karakteristik berdasarkan usia

Berdasarkan tabel I. diketahui jika usia responden berkisar antara 24 – 32

tahun. Hal ini menunjukan jika responden masih cukup muda dan masih

memungkinkan untuk mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan pola pikir,

sehingga mampu berpikir kritis dalam menghadapi masalah mengenai pelayanan

konseling di masa pandemi COVID-19. Secara teoritis, semua responden masih

berada di usia produktif (Aprilyanti, 2017).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

19

Menurut Ukkas (2017), rentang usia produktif adalah 15-60 tahun, pada

rentang usia ini produktifitas kerja sesorang akan meningkat. Hal ini dikarenakan

pada tingkat usia produktif sesorang memiliki kreatifitas yang tinggi terhadap

pekerjaan sebab didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang lebih baik serta

mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan. Di usia yang

masih produktif ini, diharapkan responden dapat memberikan layanan konseling yang

sesuai dengan masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.

2. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin

Tabel I. menunjukan jika semua responden yang bekerja di apotek wilayah

Maguwoharjo adalah perempuan. Pada umumnya kekuatan fisik dari perempuan

tidaklah sekuat kekuatan fisik dari laki-laki. Menurut Ayuningsih dan Sasmitha

(2017), perempuan cenderung menggunakan perasaan atau emosional saat melakukan

pekerjaan. Namun di sisi lain, perempuan cenderung lebih sabar, teliti dan cermat

dalam melakukan pekerjaannya. Perkembangan kesetaraan gender membuat laki-laki

dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam melakukan pekerjaan. Banyak

pekerja wanita yang memasuki lapangan pekerjaan diberbagai profesi, dalam hal ini

profesi Apoteker (Prastiwi dan Rahmadanik, 2020).

3. Karakteristik berdasarkan lama masa kerja

Berdasarkan tabel I. semua responden sudah bekerja selama lebih dari 2

tahun. Sebanyak 3 responden sudah bekerja selama 2 tahun, 1 responden sudah

bekerja selama 3 tahun, dan 1 responden sudah meiliki pengalaman bekerja selama 5

tahun. Dalam penelitian ini responden yang digunakan adalah respoden yang sudah

bekerja sejak sebelum masa pandemi COVID-19 untuk melihat bagaimana layanan

konseling yang dilakukan di apotek sebelum dan sesudah adanya pandemi COVID-

19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

20

Semakin lama seseorang bekerja dalam suatu institusi atau lembaga maka

semakin tinggi pula produktivitasnya karena bertambah pengalaman dan

keterampilan dalam menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya. Masa kerja

yang semakin lama akan menyebabkan semakin cepat dalam mengambil keputusan

yang berhubungan dengan pekerjaan kefarmasian (Galistiani, Kusuma, Gibran, dan

Hanggara, 2017).

Teknis Pelayanan Konseling di Apotek

Teknis pelayanan konseling di apotek wilayah Maguwoharjo, Kecamatan

Depok, Yogyakarta dilayani oleh responden (Apoteker). Teknis pelayanan konseling

yang akan dibahas adalah pelayanan konseling sebelum dan sesudah adanya pandemi

COVID-19.

Tahapan pelayanan konseling di apotek sudah diatur dalam Kemenkes (2019).

Berdasarkan jawaban dari semua responden, responden menjelaskan bahwa sebelum

adanya pandemi COVID-19 sebagian pelayanan konseling sudah dilakukan

berdasarkan aturan Kemenkes tersebut. Namun, ada beberapa apotek yang tidak

menerapkan beberapa bagian dari tahapan konseling tersebut sesuai dengan

penjelasan berikut.

1. Pembukaan Komunikasi antara Apoteker dan Pasien

Apoteker akan membuka komunikasi dengan mengucapkan salam atau

menyapa dan memperkenalkan diri kepada pasien. Dalam penelitian ini, semua

responden (100%) menyapa dan memperkenalkan diri kepada pasien saat memasuki

apotek sama seperti sebelum dan sesudah adanya pandemi COVID-19. Responden

tetap memperkenalkan diri dan menanyakan keperluan apa yang pasien butuhkan. Hal

ini sudah sesuai dengan langkah-langkah tahapan konseling menurut Kemenkes

(2019), yaitu apoteker wajib menyapa dan memperkenalkan diri kepada pasien saat

pasien datang ke apotek. Menyapa dan memperkenal diri kepada pasien sangat

penting untuk membangun rasa saling percaya antara apoteker dan pasien. Jika rasa

saling percaya sudah terbangun, maka pasien akan menyampaikan informasi tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

21

kondisinya kepada apoteker dengan jujur dan apa adanya. Selain itu, apoteker yang

sudah mengetahui kondisi pasien dapat menyesuaikan cara penyampaian informasi

seperti penggunaan bahasa yang mudah dipahami ataupun menggunakan bahasa non

verbal (Baroroh, 2016).

2. Penggalian Informasi Terkait Masalah yang Dialami Oleh Pasien

Dalam penelitian ini, responden harus menanyakan permasalahan apa yang

dialami oleh pasien. Dari hasil penelitian, didapatkan hasil 100% responden langsung

menanyakan keluhan yang dialami oleh pasien. Sebelum maupun sesudah pandemi

COVID-19, seluruh responden menanyakan permasalahan yang dialami pasien.

Namun, sejak masa pandemi terdapat beberapa penyesuaian, yaitu untuk

mempersingkat waktu maka responden tidak dapat menanyakan secara keseluruhan

dan mendalam. Semua responden menyatakan untuk mempersingkat waktu, maka

responden hanya akan menanyakan keluhan apa saja yang dialami pasien dan sudah

berapa lama. Kemudian responden akan langsung menyesuaikan dengan resep yang

dibawa oleh pasien atau pun menyesuaikan dengan keadaan pasien. Penggalian

informasi pada awal pasien datang berfungsi untuk mengetahui bagaimana keadaan

yang dialami pasien saat itu dan memudahkan apoteker untuk melakukan penggalian

informasi berikutnya terkait dengan kondisi pasien lebih dalam (Kusuma, 2015).

3. Penulisan Identitas Pasien

Tabel II. Penulisan Identitas Pasien

Responden

Identitas Pasien

Nama Pasien Jenis Kelamin Tanggal Lahir Alamat Nomor Telepon Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

A X X X

B

C X X X X

D X X X

E X X X

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

22

Keterangan :

- : Responden menuliskan jenis identitas pasien

- X : Responden tidak menuliskan jenis identitas pasien - Sebelum : Sebelum adanya pandemi COVID-19 - Sesudah : Sesudah adanya pandemi COVID-19

Berdasarkan tabel II. dapat dilihat adanya perbedaan saat penulisan identitas

pasien yang melakukan konseling pada masa sebelum dan sesudah pandemi COVID-

19. Menurut Kepmenkes (2019) tentang langkah layanan konseling, terdapat 5

identitas utama pasien yang harus dituliskan yaitu nama pasien, jenis kelamin,

tanggal lahir, alamat, dan nomor telepon pasien.

Berdasarkan tabel, 100% responden menuliskan nama pasien baik sebelum

maupun sesudah adanya pandemi. Sedangkan, untuk penulisan jenis kelamin, 1 dari 5

responden yang tidak menuliskan baik sebelum maupun sesudah pandemi yaitu

responden C. Responden C menyatakan jenis kelamin dapat dilihat dari pasien yang

datang jika pasien ingin membeli obat untuk dirinya sendiri. Bila pasien membeli

obat untuk orang lain, maka responden C akan menanyakan saja tetapi tidak

dituliskan.

Penulisan identitas pasien pada bagian tanggal lahir didapatkan sebanyak 3

responden menuliskan pada masa sebelum pandemi, 1 responden tidak menuliskan

baik pada masa sebelum ataupun sesudah pandemi, dan 1 responden selalu

menuliskan tanggal lahir pasien pada masa sebelum ataupun sesudah pandemi.

Penulisan tanggal lahir pasien sangat penting untuk mengidentifikasi kebenaran

identitas pasien yaitu usia, yang nantinya akan berkaitan dengan terapi yang diterima

pasien (Lestari Sri dan Qurratul Aini, 2015).

Pada penulisan alamat dan nomor telepon pasien, terdapat 2 responden yang

selalu menuliskan alamat dan nomor telepon pasien pada saat sebelum dan sesudah

adanya pandemi COVID-19. Sedangkan, 3 responden lainnya menuliskan alamat dan

nomor telepon pasien hanya saat sebelum pandemi. Ketiga responden ini menyatakan

hal tersebut tidak dilakukan demi mempersingkat waktu. Alamat dan nomor telepon

pasien sangat penting dituliskan. Tujuan dari penulisan alamat dan nomor telepon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

23

pasien adalah untuk mengantisipasi atau mengatasi jika adanya kesalahan pemberian

obat kepada pasien (Mardiyaningsih Ana, Farisya Nurhaeni , Nanang Munif Yasin,

2014). Terdapat suatu kejadian pada salah satu apotek yang diteliti, yaitu dokter

memberikan obat yang kurang tepat dengan kondisi pasien saat pasien datang dengan

membawa resep. Setelah mendapatkan obat, pasien langsung segera pulang. Apoteker

memastikan kembali pada dokter dan ternyata dokter salah meresepkan obat.

Apoteker pun segera menghubungi pasien dan mendatangi alamat pasien untuk

memberikan obat yang tepat.

Berdasarkan tabel II, terdapat 1 responden yang selalu menuliskan semua

identitas pasien baik itu sebelum dan sesudah adanya pandemi yaitu responden B.

Berdasarkan hasil wawancara, responden B menyatakan bahwa sebelum adanya

pandemi identitas pasien akan dicatat dalam form apotek secara manual. Setelah

adanya pandemi, untuk mempersingkat waktu maka apotek tempat responden B

bekerja menerapkan sistem member card yang sudah tersistem otomatis. Setiap

pasien yang datang pertama kali ke apotek tersebut akan dimintai identitas secara

lengkap dan ditawarkan untuk membuat member card secara gratis dan dimasukan ke

dalam sistem komputer sebagai data apotek. Kemudian jika pasien tersebut datang

lagi, maka pasien hanya perlu menunjukan member card dan memberitahu langsung

keperluannya tanpa harus menyampaikan lagi identitas nya.

4. Apoteker Memberikan Konseling di Ruang Konseling

Tabel III. Apoteker Memberikan Konseling di Ruang Konseling

Responden Konseling di Ruang Konseling

Sebelum Sesudah

A X

B X

C X

D X

E X

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

24

Keterangan :

- : Responden memberikan konseling di ruangan khusus

- X : Responden tidak memberikan konseling di ruangan khusus

- Sebelum : Sebelum adanya pandemi COVID-19 - Sesudah : Sesudah adanya pandemi COVID-19

Dari Tabel. III, semua responden menunjukan bahwa sebelum adanya

pandemi COVID-19, pelayanan konseling dilakukan di ruang khusus atau ruang

konseling. Namun, karena adanya pandemi maka kegiatan konseling tidak dilakukan

di ruang khusus. Semua responden menyatakan bahwa konseling tidak lagi dilakukan

di ruang khusus karena adanya protokol kesehatan yang mengharuskan menjaga jarak

dan penggunaan barier. Berikut merupakan hasil wawancara dari responden B.

“Responden B : Sebelum pandemi selalu konseling di ruang

khusus, tapi karena pandemi sekarang jadinya disini aja mba

dibatasi dengan barier ini aja. Sebenarnya lebih enak kalau

didalam ruangan karna ada tempat duduknya untuk pasien atau

keluarga jadi bisa lebih nyaman dan lama konseling. Tapi

sekarang kan jadinya pasien atau keluarga pasiennya berdiri

aja, jadi ga bisa selama diruangan gitu mba”

Menurut Kepmenkes (2019), pelayanan konseling di apotek seharusnya

dilakukan di ruangan khusus supaya pasien lebih nyaman menyampaikan keluhan dan

menceritakan semua yang yang ia alami terkait terapi maupun kondisinya kepada

apoteker tanpa harus takut orang lain mendengar. Selain itu, jika konseling dilakukan

di ruang khusus, maka informasi yang disampaikan oleh apoteker akan terdengar

lebih jelas baik tentang kondisi maupun peragaan alat khusus tanpa gangguan suara

dari pengunjung lain. Jika konseling tidak dilakukan di ruang khusus, maka

ditakutkan pasien merasa tidak nyaman atau tidak bebas dalam menceritakan keluhan

yang dirasakannya (Harlianti, 2016) Semua responden menyatakan bahwa mereka

tetap melakukan konseling namun tetap pada ruangan depan, atau ruang utama

apotek. Jika pengunjung sedang ramai, maka responden akan mengarahkan pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

25

untuk sedikit menepi agar informasi yang disampaikan oleh responden tetap

terdengar oleh pasien.

4. Apoteker Memastikan Identitas Pasien

Pertanyaan selanjutnya adalah tentang bagaimana cara responden memastikan

identitas pasien. Semua responden menyatakan mereka akan menanyakan kembali

nama dan usia dari pasien tersebut. Menurut Kepmenkes (2019), Apoteker

(responden) memastikan identitas pasien dengan cara menanyakan pertanyaan

terbuka minimal 2 identitas : nama lengkap dan tanggal lahir. Dalam hasil wawancara

semua responden menanyakan nama pasien, namun tidak menanyakan tanggal lahir

pasien. Hal ini karena responden menganggap dengan menanyakan usia sudah cukup

untuk memastikan identitas dari pasien.

Semua responden melakukan identifikasi dan membantu penyelesaian

masalah terkait terapi obat pasien dengan cara menanyakan keluhan yang dialami

pasien, sudah berapa lama keluhan yang dirasakan, dan apakah pasien sudah

menggunakan obat lain. Jika pasien datang dengan membawa resep, maka apoteker

wajib menanyakan three prime questions kepada pasien. Menurut Lestari (2015),

pemastian identitas pasien sangat penting untuk menghindari adanya kesalahan

pemberian obat dengan memastikan obat yang diterima pasien sudah tepat dengan

identitas serta kondisi pasien.

5. Apoteker menanyakan three primes questions

Tabel IV. Apoteker Menanyakan Three Prime Questions

Responden Three Prime Questions

Sebelum Sesudah

A X X

B

C X

D

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

26

Keterangan :

- : Responden Menanyakan Three Prime Questions

- X : Responden tidak Menanyakan Three Prime Questions

- Sebelum : Sebelum adanya pandemi COVID-19

- Sesudah : Sesudah adanya pandemi COVID-19

Tabel IV. menunjukan bahwa tidak semua responden menanyakan three

prime questions pada pasien yang membawa resep. Responden A menyatakan bahwa

sebelum dan sesudah pandemi three prime questions jarang ditanyakan atau bahkan

tidak ditanyakan. Hal ini karena pada satu waktu yang bersamaan terkadang apotek

menerima lebih dari 1 resep dan pengunjung apotek juga ramai. Berikut merupakan

hasil wawancara responden A.

“Responden A : Dalam lapangan kadang kita ga sempat tanya

karna dalam satu waktu itu biasanya ada 2 resep. Nah itu kita

memastikan pasien paham aja sih. Misalnya itu alat khusus nah

itu kita konfirmasi ulang penjelasan kita. Kadang insulin itu

pasien udah pernah pake nah itu kita ga sampaikan kecuali dia

pertama kali”.

Responden B dan D menyatakan bahwa three prime questions tetap

ditanyakan kepada pasien yang membawa resep. Responden C dan E menyampaikan

three prime questions sebelum adanya pandemi. Sedangkan, setelah pandemi,

responden mengaku sudah tidak menanyakan lagi karena keterbatasan waktu dan

jarak di apotek. Responden C juga mengatakatan bahwa pertanyaan three prime

questions disampaikan dengan melihat situasi, misalnya jika pasien sudah menebus

setengah dari resep maka responden tidak menanyakan lagi. Berikut merupakan hasil

wawancara responden C.

“Responden C : Tanya tapi tergantung resepnya, misalnya dia

sudah tebus setengah jadi ga ditanyain lagi. Paling tanya ini

obatnya udah diambil setengah ya bu? Sudah tau pakenya? Kalo

belum baru tak tanyain three prime question. Ga semuanya di

tanyain three prime”

E X

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

27

Menurut Kemenkes (2014), three prime questions bertujuan untuk menilai

pemahaman pasien tentang penggunaan obat yang ia dapatkan. Jika pemahaman

pasien masih kurang, maka apoteker bertanggung jawab menjelaskan lebih lanjut dan

rinci terkait masalah pengobatan pasien. Tujuan lain dari three prime questions yaitu

agar tidak terjadi tumpang tindih informasi, perbedaan informasi, dan melengkapi

informasi yang belum diberikan dokter. Penyesuaian yang dilakukan oleh responden

yaitu responden akan melihat keluhan yang dialami pasien dan resep yang dibawa

oleh pasien. Jika dirasa resep atau keluhan pasien harus mendapat perhatian khusus,

maka semua responden menyatakan akan tetap menanyakan three prime questions.

6. Apoteker melakukan Penggalian Informasi

Tebel V. Penggalian Informasi pada Pasien

No Informasi yang digali A B C D E

1. Keluhan yang dialami pasien

2. Lama Keluhan

3. Obat lain yang digunakan

untuk mengatasi keluhan

4. Kegiatan keseharian pasien X X X X

5. Alergi obat atau makanan

6. Mengkonsumsi Alkohol X X X X

7. Merokok X X X X

8. Hamil atau tidak (jika pasien

perempuan)

X X X X

Keterangan :

- : Responden melakukan poin penggalian informasi

- X : Responden tidak melakukan poin penggalian informasi

Dalam melakukan penggalian informasi sebelum dan sesudah masa pandemi,

4 dari 5 responden menyatakan bahwa pertanyaan yang diajukan untuk pasien tidak

terdapat perubahan. Responden A, C, D, dan E menyatakan bahwa pertanyaan yang

paling sering ditanya untuk melakukan penggalian informasi kepada pasien adalah

keluhan, sudah berapa lama, apakah sudah menggunakan obat lain, dan apakah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

28

mempunyai alergi terhadap obat atau makanan. Responden B menyatakan bahwa

sebelum dan sesudah pandemi pertanyaan penggalian informasi tetap diajukan secara

lengkap seperti keluhan, lama keluhan, apakah sudah mengkonsumsi obat lain,

apakah mempunyai riwayat alergi obat atau makanan, bagaimana keseharian pasien,

apakah pasien mengkonsumsi alkohol atau merokok, ataupun apakah pasien sedang

hamil jika pasien itu wanita. Penggalian informasi yang dilakukan oleh apoteker

dapat membantu apoteker dalam memutuskan terapi yang diterima oleh pasien.

Apoteker juga dapat menyesuaikan keluhan yang diceritakan pasien dengan informasi

lengkap yang didapatkan dari pasien tersebut (Kusuma, 2015).

7. Pemberian Informasi dan Edukasi

Pada masa pandemi seperti sekarang, responden menyatakan bahwa terdapat

perbedaan dalam menyampaikan informasi kepada pasien. Semua responden

menyatakan bahwa karena adanya keterbatasan jarak, barier, dan penggunaan APD,

pasien terkadang tidak bisa menerima informasi yang responden berikan dengan jelas.

Solusi yang diberikan oleh responden adalah dengan memberikan catatan berupa

tulisan ataupun memberikan nomor whatsapp agar pasien dapat menghubungi

responden jika terjadi kendala dan responden dalam mengirimkan informasi terkait

terapi melalui chat. Berikut merupakan beberapa hasil wawancara dengan responden.

“Responden C : kita udah kasi informasi tapi kadang dari

wajahnya pasien itu masih bingung-bingung mba, tapi dia ga

tanya karna suara saya kurang jelas. Jadi saya tulis lagi

informasi dicatatan trus di kasi nomor telepon. Kalau ada yang

kurang jelas pasien nya suruh wa atau telepon ke nomor apotek

aja”.

Apoteker harus memberikan edukasi dan informasi kepada pasien ataupun

keluarga pasien terkait dengan terapi terutama untuk obat yang akan digunakan secara

mandiri oleh pasien sehingga dapat dimengerti dengan jelas oleh pasien. Semua

responden menyatakan bahwa setelah adanya pandemi seperti sekarang, informasi

dan edukasi akan lebih mudah disampaikan melalui chat atau sosial media (Koster,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

29

2020). Informasi yang disampaikan melalui catatan atau chat akan lebih mudah

diingat atau dibaca lagi oleh pasien dibandingkan dengan informasi yang

disampaikan secara lisan. Informasi yang disampaikan secara lisan bisa saja

menyebabkan pasien lupa tentang informasi yang sudah ia dengarkan (Jalaluddin,

2005). Dalam penelitian ini responden A menyatakan bahwa informasi dalam

konseling tetap disampaikan secara langsung, namun untuk lebih memastikan maka

responden akan memberikan nomor telepon agar pasien dapat menghubungi mereka.

Terkait obat khusus yang digunakan pasien, responden A menyatakan untuk pasien

yang sudah lansia maka apoteker menunjukan video untuk menjelaskan cara

penggunaan special device. Solusi yang diberikan oleh responden sama dengan

apoteker yang berada di Malaysia. Menurut penelitian Kow Chia Siang, dan Syed

Shahzad Hasan (2021) di Malaysia, untuk tetap memberikan informasi secara lengkap

kepada pasien, apoteker menggunakan media telepon, video, ataupun catatan. Berikut

merupakan hasil wawancara responden A.

“Responden A : waktu itu ada pasien lansia datang ke kita

dengan keluhan sesak nafas, dia datangnya sendiri mba. Jadi

waktu itu kasi inhaler terus sudah dijelaskan cara penggunaanya

tapi bapaknya kurang paham karna kita berjarak, jadinya saya

tunjukin video lewat hp saya kemudia saya kasi nomor wa biar

bapaknya bisa hubungin saya lagi mba”

8. Apoteker melakukan konfirmasi ulang

Tebel VI. Apoteker Melakukan Konfirmasi Ulang

Keterangan :

- : Responden melakukan konfirmasi ulang

- X : Responden tidak melakukan konfirmasi ulang

Responden Konfirmasi Ulang

Sebelum Sesudah

A

B

C

D X X

E

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

30

- Sebelum : Sebelum adanya pandemi COVID-19 - Sesudah : Sesudah adanya pandemi COVID-19

Berdasarkan tabel VI, diketahui bahwa 4 dari 5 responden tetap melakukan

konfirmasi ulang terkait informasi yang sudah diberikan kepada pasien, sedangkan

ada 1 responden yang menyatakan bahwa ia tidak melakukan konfirmasi ulang

kepada pasien. Responden A, B, C, dan E menyatakan bahwa sebelum dan sesudah

pandemi akan menanyakan lagi apakah informasi yang disampaikan oleh responden

sudah dipahami atau belum dengan meminta pasien mengulang informasi yang

disampaikan seperti aturan pakai, cara pakai, dosis obat, efek samping, apa yang

harus dilakukan ketika efek samping muncul, dan bagaimana cara penyimpanan obat.

Responden D mengakatakan bahwa sebelum dan sesudah pandemi, responden tidak

meminta pasien untuk mengulang informasi yang ia berikan. Responden akan

menunggu pasien sendiri untuk bertanya kepadanya terkait informasi yang sudah

diberikan. Jika pasien tidak bertanya lagi, maka responden akan beranggapan bahwa

informasi yang diberikan sudah bisa diterima oleh pasien. Terkait dengan apoteker

melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien, semua responden

menjawab sudah tidak melakukan lagi karena responden menganggap bagian ini

sudah dilakukan saat melalukan konfirmasi ulang kepada pasien. Pada tahap ini

apoteker melakukan konfirmasi ulang dan verikasi akhir dengan tujuan untuk menilai

apakah pasien sudah cukup memahami dan menerika informasi yang diberikan. Jika

masih ada informasi yang belum jelas, maka apoteker dapat mengulang kembali

dengan menitikberatkan pada hal-hal penting yang harus dipahami (Permenkes,

2016).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

31

9. Apoteker melakukan Dokumentasi

Tabel VII. Apoteker memberikan Form Dokumentasi

Keterangan :

- : Responden memberikan form dokumentasi

- X : Responden tidak memberikan form dokumentasi

- Sebelum : Sebelum adanya pandemi COVID-19 - Sesudah : Sesudah adanya pandemi COVID-19

Tebel VII. menunjukan bahwa hanya 1 dari 5 responden yang memberikan

form dokumentasi setelah melakukan pelayanan konseling. Sedangkan, responden

lainnya tidak melakukan dokumentasi baik sebelum maupun sesudah adanya

pandemi. Responden B menyatakan, sebelum adanya pandemi form dokumentasi

masih berupa lembar kertas yang harus ditandatangani oleh pasien. Namun, setelah

adanya pandemi form dokumentasi sudah tersistem dan dilakukan dengan

komputerisasi. Pasien yang sudah melakukan konseling akan secara otomatis

diberikan tanda centang pada data diri pasien yang sudah terdaftar dalam komputer.

Adanya dokumentasi bertujuan untuk menjadi catatan bahwa pasien sudah pernah

mendapatkan konseling dari apotek tersebut dan pasien telah memahami informasi

yang diberikan. Apotek juga sudah mempunyai catatan tentang keadaan atau kondisi

pasien dalam dokumen apotek. Jika dokumentasi tidak dilakukan, maka saat pasien

datang untuk keluhan dan obat yang sama, bisa saja apoteker lupa bahwa pasien

tersebut sudah pernah melakukan konseling di apotek dan akhirnya akan memakan

waktu lebih lama karna harus mengulang penggalian informasi pada pasien

(Anggreni, 2021). Selain itu, pendokumentasian harus dilakukan dalam setiap

Responden Dokumentasi

Sebelum Sesudah

A X X

B

C X X

D X X

E X X

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

32

kegiatan pelayanan kefarmasian yang sangat berguna untuk evaluasi kegiatan dalam

upaya peningkatan mutu pelayanan apotek (Kepmenkes, 2019).

Hambatan Dalam Pelayanan Konseling dimasa Pandemi COVID-19

Tabel VIII. Hambatan dalam Pelayanan Konseling

No Hambatan A B C D E

1. Suara apoteker diharapkan menjadi

lebih lantang dalam penyampaian

informasi

2. Adanya informasi yang belum

disampaikan dengan lengkap

3. Keterbatasan waktu X X X

4. Adanya pasien yang tidak menggunakan

masker

X X X

5. Pengambilan obat dengan ojek online X X X

Keterangan :

- : Responden mengalami hambatan dalam pelayanan konseling

- X : Responden tidak mengalami hambatan dalam pelayanan konseling

Pandemi COVID-19 di Indonesia memaksa seluruh rakyat menaati semua

protokol kesehatan yang ada demi mencegah penyebaran virus. Adanya protokol

kesehatan menciptakan beberapa hambatan baru yang harus dihadapi oleh apoteker

dalam melaksanakan layanan konseling dimasa pandemi. Tabel VIII merupakan

gambaran hambatan apa saja yang dialami oleh apoteker yang menjadi responden

dalam penelitian ini.

Menurut Kepmenkes No. HK.01.07 tentang Pedoman Pencegahan dan

Pengendalian COVID-19 strategi untuk mengatasi penyebaran virus adalah dengan

menjaga jarak minimal 1 meter, menggunakan barier pembatas antara pengujung dan

petugas kesehatan, dan penggunaan APD lengkap. Semua responden menyatakan

adanya jarak, barier pembatas, dan APD menjadi hambatan utama dalam melakukan

konseling. Semua responden menyatakan kesulitan saat menyampaikan informasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

33

karena harus menyatakan berulang-ulang kali dengan suara yang lebih keras.

Sebelum adanya pandemi, pelayanan konseling seharusnya dilaksanakan diruangan

konseling demi kenyamanan pasien dalam menyampaikan informasi terkait terapinya

dan apoteker dapat menyampaikan informasi bahkan dengan alat peraga pada pasien

(Harlianti, 2016).

Adanya protokol kesehatan terkait pandemi memaksa responden untuk

melakukan konseling langsung didepan etalase tanpa harus diruang konseling dengan

menjarak jarak, adanya barier, dan penggunaan APD. Tempat yang kurang nyaman

untuk konseling terkadang membuat pasien merasa kurang nyaman sehingga

informasi yang disampaikan pasien bisa saja kurang lengkap (Lutfiyati, 2016).

Adanya barier pembatas dan penggunaan APD sering sekali membuat pasien

kebingungan atau tidak mendengar apa yang disampaikan oleh apoteker. Responden

B juga menceritakan selama pandemi ini ada seorang pasien lansia yang tidak bisa

membaca dan menulis. Biasanya informasi disampaikan dengan berbicara langsung

kepada pasien dengan jelas. Namun, karena adanya batasan tadi responden B

mengatasinya dengan cara menggambarkan informasi disebuah catatan. Misalnya

pasien harus meminum obat dipagi hari maka akan digambar matahari dan jika

malam maka akan digambar bulan. Berikut merupakan hasil wawancara responden B.

“Responden B : Suaranya harus lebih lantang, kadang beberapa

pasien ga denger suaranya kita, apalagi masker sama barier nya

double. Jadi harus lantang takutnya pasien salah persepsi. Nah

untuk mencegah itu kita kasi nomor wa apotek jadi nanti dia

hubungin kita”.

“Responden B : Kalo pasien lansia ga bisa baca tulis atau

gangguan pendengaran, caranya kita kasi obat kalo diminum

pagi misalnya kita kasi gambar matahari trus kalo diminum

malam gambarnya bulan. Karna dia ga bisa baca jadinya kita

gambar kasi kertas catatan . Kalo pasien lain kita berikan

catatan biasa dan no wa”.

Suatu pelayanan farmasi dikatakan baik apabila lama pelayanan obat dari

pasien menyerahkan resep sampai pasien menerima obat dan informasi diukur dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

34

waktu (Mashuda, 2011). Sebelum adanya pandemi, waktu yang dibutuhkan apoteker

untuk melakukan konseling 5-10 menit (Lutfiyati, 2016). Setelah adanya pandemi,

responden A dan D menyatakan bahwa konseling hanya dilakukan maksimal 5 menit.

Hal ini karena pada masa pandemi apotek menjadi ramai pengunjung sedangkan

tenaga kerja dalam 1 apotek hanya 2 orang. Responden A dan D menyatakan

kurangnya tenaga kesehatan dan adanya protokol kesehatan ini menjadi faktor

keterbatasan waktu dalam pelayanan konseling sehingga penggalian dan pemberian

informasi dari apoteker kepada pasien tidak lengkap atau tidak maksimal. Pentingnya

melakukan konseling bagi apoteker yaitu apoteker dapat mengetahui kondisi pasien

melalui penggalian informasi dari pasien, apoteker memberikan informasi yang

dibutuhkan pasien dengan jelas, dan dapat meningkatkan outcome therapy

(Lutfiyanti, 2016).

Menurut Kepmenkes No. HK.01.07 tentang Pedoman Pencegahan Dan

Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), seseorang wajib menggunakan

masker saat bepergian keluar rumah dan ke tempat umum untuk mencegah

penyebaran virus. Penularan virus dapat terjadi antar manusia (human to human),

yaitu diprediksi melalui droplet dan kontak dengan virus yang dikeluarkan dalam

droplet (Handayani, 2020). Responden A dan D menyatakan seringkali ada

pengunjung yang datang ke apotek tetapi tidak menggunakan masker. Hal ini

membuat responden merasa segan untuk menawarkan konseling karena pengunjung

tidak menerapkan protokol kesehatan yang ada. Responden juga sudah menawarkan

masker kepada pengunjung tetapi pengunjung tetap tidak mau menggunakan masker

padahal hal ini sangat berbahaya. Berikut hasil wawancara dengan responden A dan

D.

“Responden A: Pasien yang gak pake masker itu aku sebel sih,

kalo kita kasi tau dia marah , terus dia bilang ya “terserah saya”.

Ada yg bilang di rumah ada dan sampai ada yang sampe dikasi

masker sama pembeli lain. Dan kadang capek udah kasi tau tapi

ga mau d bilang”.

“Responden D: Masih ada pasien yg ga pake masker, nah itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

35

kadang ga enak mau negur. Jadinya kita tawarin tp dia tolak”

Hambatan lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pengambilan obat

melalui ojek online. Responden C dan E juga menyatakan karena adanya pandemi

COVID-19 terkadang pengambilan resep obat melalui ojek online. Pasien akan

mengirimkan foto resep kepada ojek online dan ojek online akan membawa ke apotek

untuk tebus resep. Hambatan yang dialami oleh responden C dan E yaitu untuk

menyampaikan informasi terkait obat kepada pasien harus melalui perantara yaitu

ojek online. Responden C menyatakan jika informasi diberikan melalui perantara,

dikhawatirkan informasi yang disampaikan kepada pasien tidak sama dengan apa

yang disampaikan (Antari, 2019). Untuk itu, responden C akan memberikan

informasi obat melalui telepon genggam milik ojek online tersebut. Responden E

menyatakan agar informasi tetap sampai kepada pasien, maka responden E akan

memberikan catatan terkait dengan informasi obat. Responden E juga akan meminta

nomor pasien kepada ojek online, agar responden E tetap dapat menghubungi pasien

secara langsung. Berikut hasil wawancara responden C dan E.

“Responden C : Resepnya kadang difoto, nah yg ngambil itu

grabnya jadi kita bingung cara jelasinnya. Jadi kadang kita

minta telefonnya. Biasanya pasien itu pesan lewat grab tunjukin

trus kita jelaskan lewat catatan. Belum tentu yg disampaikan

grab ke pasien itu sama dengan kita sampaikan ke grabnya tadi.

Aplikasi ini sudah ada sebelum pandemic tapi banyak digunakan

setelah pandemic. Kalo antibiotik harus resep asli, jadi pasien

yg ambil sendiri”.

“Responden E : banyak juga mba pasien yang tebus resep lewat

ojek online, nah itu kadang saya sampaikan informasinya lewat

catatan. Tapi kalo di catat semua panjang ya mba , jadi saya

minta nomor telepon pasien sama mas gojek nya trus saya yang

memastikan dan kasi informasi sendiri terkait resep yang tadi

mau ditebus”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

36

Semua responden menyatakan solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi

hambatan seperti kurang jelasnya informasi yang diberikan, kesulitan pasien dalam

memahami, keterbatan waktu konseling, ataupun adanya perantara dalam menebus

resep adalah melakukan komunikasi melalui media online. Sebelum adanya pandemi,

pasien lebih memilih menggunakan komunikasi langsung secara tatap muka

dibandingkan tidak langsung untuk mengantisipasi pemahaman yang keliru (Antari,

2019). Setelah adanya pandemi, responden akan menyampaikan informasi lebih

lanjut atau melakukan penggalian informasi melalui via telepon atau via chat

whatsapp kepada pasien. Informasi yang diberikan oleh responden dapat berupa

video atau gambar penggunaan alat khusus, catatan mengenai langkah-langkah

penggunaan obat, ataupun mengenai aturan dan cara pakai obat. Pasien juga dapat

menanyakan lebih lanjut jika ada hal yang belum dimengerti kepada responden

dengan menghubungi nomor apotek. Selain itu, solusi yang dapat diberikan

responden adalah responden memberikan catatan khusus untuk dibawa pulang oleh

pasien terkait obat yang diterima. Solusi yang diberikan oleh semua responden ini

sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yaitu solusi yang dapat

dilakukan agar tujuan konseling tercapai dengan tetap mengikuti protokol kesehatan

yang ada antara lain pemberian konseling secara tertulis (brosur), melalui telepon,

dan memberikan video tentang informasi penggunaan obat (Koster, 2020).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

37

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan

beberapa hal berikut :

1. Gambaran pelayanan konseling dimasa pandemi COVID-19 berbeda dengan

pelayanan konseling pada masa sebelum pandemi. Perbedaannya terdapat

pada cara penyampaian informasi kepada pasien. Penyesuaian yang telah

dilakukan yaitu informasi disampaikan melalui media sosial berupa telepon,

chat, gambar ataupun animasi video.

2. Apoteker mengalami hambatan dalam melaksakan konseling dimasa pandemi

COVID-19 sebagai berikut:

a. Adanya protokol kesehatan seperti penggunaan APD, menjaga jarak, dan

terdapat barier pembatas mengharuskan apoteker untuk berbicara lebih

keras agar informasi tersampaikan dengan jelas kepada pasien.

b. Jumlah pengunjung apotek yang meningkat dimasa pandemi dan adanya

pengaturan jarak menurut protokol kesehatan membuat adanya

keterbatasan waktu disaat konseling. Hal ini berkaitan dengan kapasitas

apotek dalam menampung pengunjung disatu waktu. Untuk tetap menuruti

protokol kesehatan yang ada, apotek akhirnya membuat batasan waktu

konseling demi kenyamanan pengunjung lainnya.

c. Pembelian obat melalui ojek online semakin meningkat. Pembelian obat

melalui perantara ini membuat apoteker kesusahan dalam menyampaikan

informasi kepada pasien. Jika informasi obat disampaikan melalui

perantara, ditakutkan kemungkinan informasi yang sampai kepada pasien

tidak lengkap atau terdapat salah persepsi. Akhirnya apoteker memberikan

informasi secara tertulis atau langsung menghungi pasien melalui chat

atau telepon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

38

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan

kepada apoteker pada masa pandemi COVID-19 yaitu mempertimbangkan pelayanan

konseling tersistem seperti adanya kartu keanggotaan apotek dan menyimpan data

pasien secara komputerisasi untuk mempersingkat waktu saat konseling.

Penyampaian informasi oleh apoteker dapat melalui telehealth seperti telepon dan

chat melalui sosial media. Adanya penggunaan aplikasi resmi juga dapat diterapkan

untuk mempermudah pasien dalam mendapatkan obat. Aplikasi juga harus memuat

data diri pasien dan riwayat pengobatan pasien, untuk mempermudahkan apoteker

dalam pemberian informasi dan edukasi. Informasi dan edukasi dapat disampaikan

melalui chat aplikasi atau chat melalui sosial media pribadi. Pihak Apotek juga dapat

mempertimbangkan adanya penambahan jumlah tenaga kerja agar standar pelayanan

kefarmasian di apotek pada masa pandemi COVID-19 tetap terjaga. Pada penelitian

ini hanya dilakukan wawancara mendalam, tetapi belum dilakukan observasi secara

langsung dan tanpa dokumentasi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengetahui secara langsung cara apoteker melakukan pelayanan konseling kepada

pasien di apotek pada masa pandemi COVID-19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

39

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ajaz, Khalid M. Alkharfy, Ziyad Alrabiah and Abdulaziz Alhossan, 2020.

Saudi Arabia, pharmacists and COVID-19 pandemic. Journal of

Pharmaceutical Policy and Practice. Vol 13 (41).

Anggreni R., I Made Agus G.W., 2021. Pelaksanaan Konseling Obat Oleh Apoteker

Di Apotek Kabupaten Badung. Indonesian Journal of Legal and Forensic

Sciences. Vol11(1), 12.

Antari N.P Udayana, Herleeyana Meriyanti, dan Ni Made Dharma S.S., 2019. Faktor-

Faktor Komunikasi Yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Terhadap

Tenaga Teknis Kefarmasian. Jurnal Ilmiah Medicamento. Vol 5 (2).

Aprilyanti, S., 2017. Pengaruh Usia dan Masa Terhadap Produktivitas Kerja (Studi

Kasus: PT. OASIS Water International Cabang Palembang). Jurnal Sistem

dan Manajemen Industri. Vol 1 (2), 69.

Ayuningsasi, A.A.K., Sasmitha, N.P.R., 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Pengrajin Pada Industri Kerajinan Bambu Di Desa Belega

Kabupaten Gianyar. E-Jurnal EP Unud, 6(1), 69-70.

Baroroh, F., dan Endang Dermawan, 2016. Evaluasi Implementasi Pelayanan

Konseling Obat Di Apotek Kota Yogyakarta. Farmasains Vol 3 (1), 16.

Dinas Kesehatan Sleman, 2020. Rekap Faskes Apotek.

https://dinkes.slemankab.go.id/daftar-fasilitas-kesehatan-kabupaten-sleman.

Diakses pada tanggal 19 Desember 2020.

Doremalen, N. V., Morris, D.H., Holbrook, M.G., Gamble, A., Wiliiamson B.N.,

Tamin, A., et al., 2020. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as

Compared with SARS-CoV-1. The New England Journal of Medicine. 382 (16).

Fourianalistyawati Endang, 2012. Komunikasi Yang Relevan Dan Efektif Antara

Dokter Dan Pasien. Jurnal Psikogenesis. Vol 1 (1).

Galistiani, G.F., Kusuma, A.M., Gibran, N.C., Hanggara, S.L., 2017. Pengaruh

Keberadaan Apoteker Terhadap Mutu Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas

Wilayah Kabupaten Banyumas. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 7(1), 68-75.

Harlianti Mariska S., Tri Murti Andayani, dan Diah Ayu Puspandari., 2016. Pengaruh

Kepuasan Terhadap Kemauan Membayar (Willingness To Pay) Jasa Pelayanan

Konseling Oleh Apoteker Di Apotek. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol 4 (1).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

40

Handayani Dyah, Dwi Rendra H., Fathiyah Isbaniah, E., Burhan, Heidy A., 2020.

Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, Vol. 4.

Jalaluddin Rakhmat, 2005. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi. PT. Remaja Rosda

Karya. Bandung : h.286.

Janti Sohar, 2014. Analisis Validitas Dan Reliabilitas Dengan Skala Likert Terhadap

Pengembangan Si/Ti Dalam Penentuan Pengambilan Keputusan Penerapan

Strategic Planning Pada Industri Garmen. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi

Sains & Teknologi (SNAST).

Kemenkes, 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Kusumawardani, Nunik et al., 2015. Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan.

Penerbit Kanisius.

Kusuma Anjar Mahardian, Rihan Basyiruddin Ahmad, dan, Githa Fungie Galistiani,

2015. Evaluasi Penerapan Dokumentasi Patient Medication Record (Pmr) Di

Apotek Wilayah Kabupaten Banyumas. Pharmacy. Vol 12 (1), 82.

Koster, Ellen S., Daphne Philbert, Marcel L.Bouvy, 2020. Impact of the COVID-19

epidemic on the provision of pharmaceutical care in community pharmacies.

Research in Social and Administrative Pharmacy.

Kow Chia Siang dan Syed Shahzad Hasan, 2021. Pharmacist-patient communication

amid COVID-19 pandemic: A review of available options and potential impact.

British Journal of Phamacy. Vol 6 (1).

Lestari Sri dan Qurratul Aini, 2015. Pelaksanaan Identifikasi Pasien Berdasarkan

Standar Akreditasi Jci Guna Meningkatkan Progrm Patient Safety Di Rs Pku

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Jurnal UMY, Vol 4 (2), 2.

Lutfiyati, Heni, Fitriana Yuliastuti, Puspita Septie, D., 2016. Pelaksanaan Konseling

Oleh Apoteker Di Apotek Kecamatan Temanggung. Jurnal Farmasi Sains dan

Praktis, Vol. II, No. 1.

Mardiyaningsih Ana, Farisya Nurhaeni , Nanang Munif Yasin, 2014. Medication

Error Dan Upaya Pengatasan Apoteker Di Apotek-Apotek Di Wilayah

Kotamadya Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional.

Maria, S., Pongtuluran, Y., Maringan, K., 2016. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Sikap

Kerja Dan Keterampilan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pt. Wahana

Sumber Lestari Samarinda. Jurnal Ekonomi dan keuangan, 13(2), 135-140.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

41

Mashuda, 2011. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Menawati, T dan Kurniawan, H. 2015. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan

Kesehatan Primer. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 15(2) hal. 122.

Masturoh, I., & Anggit, N. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan (KEMENKES

RI). In Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

Menteri Kesehatan RI, 2020. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan

Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

Menteri Kesehatan RI, 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar

Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-

19).

Ong, S.W.X., Tan, Y.K., Chia, P.Y., Lee, T.H., Ng, O.T., Wong, M.S.Y., et al, 2020.

Air, Surface Environmental, and Personal Protective Equipment Contamination

by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From a

Symptomatic Patient. JAMA.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek Nomor 73 Tahun 2016.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek Nomor 35 Tahun 2014.

Prastiwi, I.L.R., Rahmadanik, D., 2020. Polemik Dalam Karir Perempuan Indonesia.

Jurnal Komunikasi Dan Kajian Media, 4(1), 2-5.

Purnomo, A., Sampurno., Rachmandani, A.A., 2011. Peran Ikatan Apoteker

Indonesia (IAI) Dalam Upaya Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di

Apotek Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan Pelayanan

Farmasi, 1(2), 103-109.

Saputra, Y., Nabela F.C., Zha Zha A., 2019. Evaluasi Implementasi Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek Perorangan dan Waralaba Wilayah Kota

Yogyakarta Tahun 2019. AKFARINDO. Vol 4(2).

Sarmadi, 2017. Identifikasi Komunikasi Efektif Antara Tenaga Teknis Kefarmasian

Dengan Pasien Di Beberapa Apotek Wilayah Kecamatan Kemuning Kota

Palembang. JPP (Jurnal Kesehatan Palembang). Vol 12 (1).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

42

Sim, J., Saunders, B., Waterfield, J., & Kingstone, T. (2018). Can sample size in

qualitative research be determined a priori?. International Journal of Social

Research Methodology, 21(5), 619–634.

Susilo Adityo, G. Martin Rumende, Geva W Pitoyo, Widayat Djoko.,et all., 2019.

Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam

Indonesia. Vol. 7, No. 1.

Ukkas, I., 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja

Industri Kecil kota Palopo. Journal of Islamic Education Management, 2(2),

189-191.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

43

LAMPIRAN

Lampiran I. Surat Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

44

Lampiran II. Surat Validitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

46

Lampiran III. Informed Content

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

47

Lampiran IV. Panduan Wawancara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

48

Petunjuk dan Panduan Wawancara

1. Pewawancara akan menyampaikan pertanyaan kemudian responden menjawab

pertanyaan tersebut sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya

2. Pewawancara meminta izin kepada responden untuk merekam selama proses

wawancara berlangsung

3. Apabila masih ada hal yang belum dipahami dapat ditanyakan kembali kepada

pewawancara

4. Apabila dalam proses wawancara ada yang ingin disampaikan maka dapat

disampaikan kepada pewawancara

5. Jawaban yang disampaikan oleh responden akan dijaga kerahasiaannya.

No PERTANYAAN

1 Bagaimana cara apoteker menyapa dan memperkenal diri kepada pasien yang

datang ke apotek saat masa pandemi seperti sekarang?

2

Bagaimana cara apoteker menanyakan permasalahan yang dialami oleh pasien

dan apa saja pertanyaan yang disampaikan untuk mempersingkat waktu

mengingat masa pandemi seperti sekarang ini?

3 Dengan adanya keterbatasan waktu, apakah apoteker tetap menuliskan identitas

pasien dengan lengkap dan apa saja identitas yang dituliskan?

4 Dengan adanya protokol kesehatan yang mengharuskan menjaga jarak, apakah

apoteker masih dapat menemui pasien/keluarga di ruang konseling?

5 Bagaimana cara apoteker untuk memastikan identitas pasien?

6

Mengingat adanya keterbatasan waktu, jarak, barier pembatas serta penggunaan

APD, bagaimanakah cara apoteker melakukan identifikasi dan membantu

penyelesaian masalah terkait terapi obat?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

49

7

Mengingat adanya keterbatasan waktu, jarak, barier pembatas serta penggunaan

APD, apakah apoteker menanyakan Three Prime Questions untuk pasien yang

akan menebus resep? Three Prime Questions:

1. Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?

2. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda?

3. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah anda

menerima terapi obat tersebut?

8

Mengingat adanya keterbatasan waktu, jarak, barier pembatas serta penggunaan

APD, bagaimana cara apoteker melakukan penggalian informasi agar tetap

mendapatkan informasi yang akurat dan tetap mengikuti protokol yang ada?

9

Mengingat adanya keterbatasan waktu, jarak, barier pembatas serta penggunaan

APD, bagaimana cara apoteker memberikan penjelasan kepada pasien untuk

menyelesaikan masalah penggunaan obat agar pasien mengerti dengan jelas?

10

Mengingat adanya keterbatasan waktu, jarak, barier pembatas serta penggunaan

APD, bagaimana cara apoteker memberikan informasi dan edukasi obat kepada

pasien/ keluarga, terutama untuk obat yang akan digunakan secara mandiri oleh

pasien sehingga dapat dimengerti dengan jelas oleh pasien?

11

Mengingat adanya keterbatasan waktu sesuai dengan protokol yang ada, apakah

apoteker akan tetap meminta pasien/keluarga pasien untuk mengulangi

penjelasan terkait penggunaan obat yang telah disampaikan?

12

Mengingat adanya keterbatasan waktu, apakah apoteker tetap melakukan

verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien? Bagaimana cara apoteker

melakukannya?

13

Apakah apoteker tetap mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda-

tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memaham informasi yang diberikan

dalam konseling?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

50

14

Selain hambatan-hambatan yang sudah disebutkan di atas, apakah terdapat

hambatan lainnya yang dialami apoteker dalam menyampaikan koseling pada

masa pandemi COVID-19?

(*Pertanyaan berdasarkan langkah layanan konseling menurut Kemenkes 2019 dan

pertanyaan hambatan berdasarkan Kepmenkes No. HK.01.07 tentang Pedoman

Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19))

Lampiran V. Dokumentasi Proses Wawancara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: GAMBARAN PELAYANAN KONSELING PADA MASA PANDEMI …

52

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul “Gambaran Pelayanan Konseling pada

Masa Pandemi COVID-19 di Apotek Wilayah Desa

Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Yogyakarta” memiliki

nama lengkap Yussy Natalia. Penulis lahir di Sintang, 31

Desember 1998 sebagai anak bungsu dari tiga bersaudaradari

pasangan Barnabas dan Kartini. Pendidikan Formal diawali di

Taman Kanak-kanak Negeri Sintang (2004-2005), SD Swasta

Panca Setya (2005-2011), SMP Negeri 1 Sintang (2011-2014),

dan SMA Negeri 3 Sintang (2014-2017). Penulis kemudian

melanjutkan Pendidikan Sarjana 1 di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2017. Selama masa perkuliahan,

penulis aktif terlibat dalam beberapa kegiatan organisasi, kepanitiaan dan

kemahasiswaan, antara lain Divisi Penelitian dan Pengembangan BEMF Farmasi

2017/2018, Hubungan Masyarakat Pharmacy Performance 2017, anggota UKF

Apostolos 2017, Dokumentasi Live in Apostolos 2018, Anggota UKF Herbal Garden

Team 2017/2018 dan Konsumsi Faction 3 2018. Selain itu, penulis juga aktif

mengikuti kegiatan seminar dan worshop seperti Seminar Nasional “Peran Farmasis

dalam Industri Kosmetik” 2017 dan Guest Lecturing “Organic Chemistry in New

Drug Development: Case Study of Factive” 2018. Penulis juga berperan aktif sebagai

asisten praktikum mata kuliah Farmasetika tahun 2020.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI