15
Patogenesis, Patofisiologi dan Histopatolgi Gastritis

Gastritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Patofisiologi

Citation preview

Page 1: Gastritis

Patogenesis, Patofisiologi dan Histopatolgi

Gastritis

Page 2: Gastritis

Bagaimana hubungan antara infeksi H. pylori dengan penyakit gastroduodenal ?

• Pada saat ini diketahui bahwa infeksi H. pylori dapat menyebabkan gastritis kronik aktif, ulkus duodeni, ulkus lambung dan keganasan lambung.

Page 3: Gastritis

Pembagian Patologik Gastritis Kronis

• 1.Gastritis erosif dan hemorhagik• 2.Gastritis non erosif non spesifik• 3.Gastritis spesifik• Gastritis erosif dan hemorhagik didiagnosa secara endoskopik, dan sering

terjadi pada penderita yang sakit keras (stress ulcer), dan pada penderita yang mendapat NSAID (Non Steroidal Anti Inflamatory Drug).

• Gastritis nonerosif nonspesifik adalah suatu diagnosa histologik. Penyebab utamanya adalah infeksi H. pylori. Disini ditambahkan non spesifik karena gambaran histologik yang ada tidak dapat meramalkan penyebabnya dan keadaan klinik yang bersangkutan.

• Gastritis spesifik menunjukkan gambaran histologik yang sangat khas, dan kadang-kadang juga menunjukkan gambaran endoskopik yang khas. Tipe ini relatif jarang didapatkan. Salah satu contoh adalah gastritis granulomatosa.

Page 4: Gastritis

Patogenesis

• Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri H. pylori dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.

• Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.

• Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan penyebab tersering terjadinya gastritis (Prince, 2005).

Page 5: Gastritis

Bagaimanakah patogenesis terjadinya gastritis kronik sebagai akibat dari infeksi H. pylori?

• Setelah berhasil menembus asam lambung dan masuk ke dalam habitatnya maka kuman H. pylori dapat bertahan hidup dan mengadakan multiplikasi. Kuman H. pylori mengadakan kontak dengan epitel mukosa lambung melalui bagian kuman yang disebut adhesin. Melalui adhesin H. pylori berikatan dengan suatu gliserolipid yang didapatkan pada epitel lambung. Kuman H. pylori menghasilkan berbagai enzim misalnya urease, catalase, protease dan fosfolipase dll. Protease dan fosfolipase dapat merusak mukus lambung. Disamping itu H. pylori juga memproduksi beberapa macam toksin. Toksin-toksin ini akan menyebabkan reaksi keradangan dan kerusakan jaringan dan menyebabkan gastritis kronik. Demikian pula reaksi imun serta reaksi radang lokal akan menambah beratnya gastritis. (Dooley, 1991)

Page 6: Gastritis

Bagaimanakah mekanisme terjadinya hiperasiditas pada infeksi H. pylori, sedangkan dikatakan bahwa infeksi H. pylori justru menyebabkan

hypoacidity?

• Infeksi H. pylori akut menimbulkan gastritis yang disertai dengan hypochlorhydria.Tetapi infeksi kronik memang dapat menimbulkan hyperchlorhydria. Infeksi H. pylori terutama mengenai daerah antrum dimana banyak didapatkan sel-sel G yang diketahui memproduksi somatostatin. Somatostatin berfungsi memberikan umpan balik (feedback) untuk asiditas dalam lambung. Dengan adanya infeksi pada sel-sel antrum maka sel G juga banyak terkena dan produksi somatostatin terhenti. Sebagai akibatnya mekanisme umpan balik tersebut tidak bekerja. Walaupun produksi asam sudah cukup atau berlebih tubuh tetap merangsang produksi tersebut sehingga terjadi hyperchlorhydria. Bila dilakukan eradikasi kuman H. pylori maka fungsi sel-sel G tersebut pulih, demikian pula produksi somatostatin. (Moss, 1992)

Page 7: Gastritis

Patofisiologi

• Patofisiologi dasar dari gastritis adalah gangguan keseimbangan faktor agresif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif (ketahanan mukosa).

Page 8: Gastritis

• Gaster memiliki dua faktor yang sangat melindungi integritas mukosanya,yaitu faktor defensif dan faktor agresif.

• Faktor defensif meliputi produksi mukus yang didalamnya terdapat prostaglandin yang memiliki peran penting baik dalam mempertahankan maupun menjaga integritas mukosa lambung, kemudian sel-sel epitel yang bekerja mentransport ion untuk memelihara pH intraseluler dan produksi asam bikarbonat serta sistem mikrovaskuler yang ada dilapisan subepitelial sebagai komponen utama yang menyediakan ion HCO3- sebagai penetral asam lambung dan memberikan suplai mikronutrien dan oksigenasi yang adekuat saat menghilangkan efek toksik metabolik yang merusak mukosa lambung.

• Gastritis terjadi sebagai akibat dari mekanisme pelindung ini hilang atau rusak, sehingga dinding lambung tidak memiliki pelindung terhadap asam lambung (Prince, 2005)

Page 9: Gastritis

• Obat-obatan, alkohol, pola makan yang tidak teratur, stress, dan lain-lain dapat merusak mukosa lambung, mengganggu pertahanan mukosa lambung, dan memungkinkan difusi kembali asam pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan

• Respons mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan.

• Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung.

• Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.

Page 10: Gastritis

A

B

18. RADANG KRONIK NON SPESIFIK pada Gaster : Ulkus Peptikum

Page 11: Gastritis

18.a RADANG KRONIK NON SPESIFIK Ulkus Peptikum pembesaran 200x

dari daerah A

Page 12: Gastritis

18.b. RADANG KRONIK NON SPESIFIK Ulkus Peptikum pembesaran 200x

dari daerah B

Page 13: Gastritis

18c. Gastritis KronikHelicobacter pylorii (+)Hp(+)

Hp(+)

Page 14: Gastritis

Histopatologi• Gambaran histologik gastritis akibat infeksi H. pylori adalah

gambaran gastritis nonerosif nonspesifik yang disertai dengan ditemukannya kuman H. pylori.

• Sel radang yang sering terlihat adalah campuran sel radang mononuklir dan netrofil dan inilah yang menyebabkan timbulnya istilah kronik aktif.

• Kedalaman proses gastritis dapat berbentuk gastritis superfisial bila keradangan tidak lebih dalam dari gastric pit dengan kelenjar yang utuh.

• Pada full thickness mucosal (panmucosal) gastritis keradangan meliputi seluruh ketebalan mukosa tetapi sel-sel kelenjar masih intak. Pada gastritis atrofik terjadi atrofi mukosa serta hilangnya sel-sel kelenjar dan sering terjadi metaplasia intestinal (Robert, 1993).

Page 15: Gastritis

• Sebenarnya dengan pewarnaan Hematosisilin Eosin (HE) biasa ahli patologi yang berpengalaman dapat melihat kuman H. pylori yang bentuknya khas (spiral atau batang bengkok). Dengan pewarnaan HE kuman H. pylori berwarna merah keunguan.

• Bila meragukan dapat dilakukan pengecatan Gram atau Giemsa. Dengan pengecatan Gram biasa kita dapat melihat jelas kuman H. pylori yang bersifat Gram negatif (berwarna merah), tetapi perubahan yang tampak pada jaringan tidak bisa dievaluasi. Dengan teknik pewarnaan Gram-Twort baik jaringan maupun kuman dapat dilihat dengan jelas.

• Dengan pewarnaan perak Warthin-Stary kuman H. pylori dapat dilihat dengan jelas karena kuman tersebut menggembung. Sayang pewarnaan Warthin-Stary rumit, lama dan mahal biayanya. Pada saat ini untuk deteksi kuman H. pylori dalam sediaan histologik yang paling praktis adalah dengan pengecatan Giemsa (Westblom, 1991).