Upload
siti-puji
View
321
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
MATERI 6
GEOGRAFI PERTANIAN
6.1 Pengantar Geografi Pertanian
6.1.1 Pengertian Geografi Pertanian
Etimologis istilah "geografi pertanian" memiliki akar Yunani dan Latin. Kata
'geografi' berasal dari kata Yunani 'Geographia' yang berasal dari dua kata, nama
'geografis' yang berarti bumi dan 'Graphia' makna untuk menjelaskan. Kata "pertanian"
berasal dari istilah Latin 'Agercultura' yang mempunyai asal dalam kata-kata 'mengubah'
yang berarti ladang dan 'culturd' makna budaya atau memupuk. Pertanian dalam arti sempit
berkaitan dengan usaha bercocok tanam, sedangkan dalam atian luas sebagai kajian ilmiah.
Pertanian merupakan sumber kehidupan manusia melalui penggunaan lahan untuk bercocok
tanam dan menghasilkan bahan pangan lainnya.
Geografi pertanian adalah cabang geografi yang berhubungan dengan bidang
budidaya tanah dan pengaruh budidaya seperti pada bentuklahan fisik.Geografi pertanian
mempelajari pola spasial dalam kegiatan pertanian, termasuk variasi dalam kegiatan
pertanian dalam biomes utama, penetapan batas wilayah pertanian, studi pertanian sebagai
suatu sistem, dan klasifikasi sistem pertanian, biasanya dengan mengacu pada istilah:
intensif / ekstensif; komersial / subsisten; pergeseran / menetap dan pastoral / subur /
campuran.
Geografi pertanian merupakan kegiatan yang mengkaji pertanian di berbagai belahan
bumi sebagai hasil interaksi manusia dengan alam dan juga mengkaji pola-pola dari kegiatan
pertanian yang bervariasi dari tempat-tempat, meliputi segala kegiatan pertanian pada ruang
dan waktu pertanian. Dengan demikian, definisi geografi pertanian dapat dinyatakan sebagai
bagian studi geografi yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena pertanian
dengan mengunakan hampiran ekologi dan regional dalam kontek keruangan.menurut Brian
W (1985) dalam Sriartha (2000) ada lima karakteristik pertanian yaitu : 1). Setiap wilayah
pertanian dijumpai banyaknya unit-unit pertanian yang banyak dan memiliki luas yang
berbeda-beda. 2). Pada sebidang lahan pertanian dapat diproduksi berbagai hasil pertanian. 3)
proses prudksi pertanian berlangsung secara biologis melalui tumbuhan dan hewan. 4).
Penentuan lokasi tidak banyak bisa ditentukan oleh petani. 5).kegiatan pertanian untuk
memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan pasar.
6.1.2 Cakupan dan Tinjauan Geografi Pertanian
Adapun objek atau tujuan geografi pertanian menurut Singh dan Dhilon ( 1984 ) yaitu :
1. Perbedaan macam-macam pertanian yang tersebar di muka bumi dan fungsinya dalam
spasial
2. Tipe-tipe pertanian yang dikembangkan di daerah tertentu, persamaan dan perbedaan
dengan daerah lain.
3. Menganalisa pelaksanaan sistem pertanian dan proses perubahannya
4. Arah dan isi perubahan dalam pertanian.
5. Batas wilayah-wilayah produksi hasil panen dan kombinasi hasil panen atau perusahaan
pertanian
6. Menghitung dan menguji tingkat perbedaan antara wilayah
7. Identifikasi wilayah yang produktivitas pertaniannya lemah; dan
8. Mengungkap wilayah pertanian yang stagnasi, transisi, dan dinamis.
6.1.3 Pendekatan Studi Geografi Pertanian
Dua pendekatan geografi pertanian adalah :
1) Pendekatan Empiris
Memberikan pandangan bahwa pendekatan deskripsi apa yang dikemukakan (apa
adanya) tentang bentang lahan pertanian
Pendekatan tentang pola dengan metode induktif dan generalisasi sebagai dasar dari
hasil-hasil studi yang berbeda-beda
2) Pendekatan Normatif
Difokuskan pada landscape pertanian yang ada, dengan memberikan asumsi-asumsi
dengan menggunakan hipotesa dengan teori-teori yang ada tentang produksi
pertanian.
Pendekatan tentang adanya perbedaan spasial
1) Geographical determinism model
Diasumsikan bahwa lingkungan fisikal sebagai determinan dalam proses pengambilan
keputusan dalam determinism model
Diasumsikan bahwa faktor ekonomi seperti pemasaran, produksi, dan biaya transport
dianggap homogen sebagai penentu dalam proses pengambilan keputusan.
2) Socio-personal determinsm model
Diasumsikan bahwa serangkaian faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan
untuk pertanian adalah nilai-nilai petani, tujuan, motivasi, dan sikap
3) Radical model
Diasumsikan bahwa dengan teknologi tinggi dan munculnya agribisnis sebagai kemajuan
dalam pertanian
6.2 Sejarah dan Faktor yang Mempengaruhi Pertanian
6.2.1 Sejarah Pertanian
Perkembangan Sistem Pertanian di Indonesia Pertanian merupakan aktivitas ekonomi
yang utama dan terbesar di Indonesia. Penerapan sistem pertanian pada masa orde baru
dilakukan dengan pencanangan Revolusi Hijau. Adanya dampak negatif dari penerapan
revolusi Hijau tersebut, maka para ahli/pakar mulai memikirkan solusi lain untuk mengganti
Sistem Pertanian Revolusi Hijau tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya konsep
pembangunan berkelanjutan. Salah satu konsep pembangunan berkelanjutan dalam bidang
pertanian yaitu adanya ‘Agenda 21 Indonesia’. Yang memuat tentang Pengembangan
Pertanian dan Pedesaan Berkelanjutan. Sehingga kemudian berkembang sistem pertanian
organik yang dikembangkan oleh sebagian petani.’
Bentuk-bentuk pertanian di Indonesia :
1. Sawah
Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan
banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang
surut.
a. Pertanian Sawah Irigasi
adalah pertanian yang dikerjakan di sawah irigasi. Persebarannya banyak terdapat di
Pulau Jawa, Bali dan Madura.
b. Pertanian Sawah Tadah Hujan
adalah pertanian yang dikerjakan pada musim penghujan saja. Persebaran ; Gunung
Kidul, NTT, NTB, dan daerah tanah karst/tanah kapur lainnya.
c. Pertanian Sawah Pasang Surut
adalah pertanian yang dikerjakan di daerah sekitar pantai atau muara sungai. Pada
umumnya jenis padi yang ditanam adalah ; Banarawa (padi yang tahan di daerah sangat
basah ). Persebaran ; Sumatra, Kalimantan dan Papua
d. Pertanian Sawah Lebak
adalah pertanian yang dikerjakan disekitar kanan kiri sungai. Persebarannya ; Jawa,
Sumatera, Kalimantan dan Papua
2. Tegalan
Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air
hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar
rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan
yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk
ditubuhi tanaman pertanian.
3. Pekarangan
Perkarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya
dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan / digunakan untuk ditanami
tanaman pertanian.
4. Ladang Berpindah
Ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak lahan hasil
pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa kali panen / ditanami, maka tanah
sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah
lama tidak digarap.
6.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertanian
1. Faktor fisik
a. Iklim : temperatur dan curah hujan
b. Topografi : relief, batuan
c. Tanah : kandungan kimia dan sifat fisik tanah
d. Air : potensi air, kedalaman
2. Faktor Non Fisik (Unsur Manusia)
a. Kultur dan sejarah
- Tenaga kerja, tingkat keterampilan dan teknologi petani
- Adanya kemampuan jumlah tenaga kerja
- Kondisi fasilitas jalan dan sarana transport maupun prasarananya
b. Faktor ekonomi
- Modal : pemilikan kemampuan modal peralatan, tempat, dan uang
- Supply produksi pertanian, dalam kaitannya dengan permintaan pasar
- Harga : harga-harga sarana produksi dan harga produksi pertanian
c. Faktor politik
Hewan dan tanaman
Faktor fisik :ReliefBatuanTanahAirSinar mataharilokasi
Faktor ekonomi dan manusia:Tenaga kerja dan pendapatanBangunan dan mesinPupuk dan pestisidaPolitik dan kebijakan pemerintahSistem pemasaranPengetahuan dan pendidikankecerdasan
Produk hewani untuk dijual
Tanaman untuk dijual
Limbah pupuk dan tanaman
Bankinvestasi Pendapatan dari pertanian
Lahan pertanian
INPUT OUTPUT
Gambar 6.1 Sistem Analisis yang Diterapkan dalam Pertanian
Hewan dan tanaman
Faktor fisik :ReliefBatuanTanahAirSinar mataharilokasi
Faktor ekonomi dan manusia:Tenaga kerja dan pendapatanBangunan dan mesinPupuk dan pestisidaPolitik dan kebijakan pemerintahSistem pemasaranPengetahuan dan pendidikankecerdasan
Produk hewani untuk dijual
Tanaman untuk dijual
Limbah pupuk dan tanaman
Bankinvestasi Pendapatan dari pertanian
Lahan pertanian
INPUT OUTPUT
- partisipasi petani dalam praktek dan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan
dengan pembangunan pertanian, seperti harga, pajak, penilaian ekspor impor
- larangan untuk menanam suatu jenis tanaman, misal : ganja
- bantuan pemerintah berupa modal, bibit, pupuk, dan sabagainya
d. Faktor teknologi
- Irigasi
- Pupuk
- Bioteknologi
6.2.3 Tanah
Tanah adalah lapisan kulit bumi paling luar yang merupakan hasil pelapukan dan
pengendapan batuan yang dalam. Proses terjadinya telah bercampur dengan bermacam-
macam bahan organis. Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik
pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi
lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai
Gambar 6.1 Sistem Analisis yang Diterapkan dalam
Pertanian
tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk.
Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi
tanah
1. Jenis-Jenis Tanah di Indonesia
Berikut ini adalah jenis tanah di Indonesia.
1) Tanah humus
Tanah humus adalah hasil pelapukan tumbuh-tumbuhan (bahan organik). Tanah humus
sangat subur dan cocok untuk lahan pertanian, warnanya kehitaman. Tanah jenis ini terdapat
di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan Irian.
2) Tanah vulkanis
Tanah vulkanis adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair yang dikeluarkan
oleh gunung berapi. Tanah tersebut sangat subur. Oleh karena itu, banyak daerah pertanian
diusahakan di daerah vulkanis. Tanah jenis ini terdapat di Pulau Jawa bagian utara, Sumatra,
Bali, Lombok, Halmahera, dan Sulawesi. Pulau Jawa dan Sumatra paling banyak mempunyai
gunung berapi sehingga paling luas tanah vulkanisnya.
3) Tanah podzol
Tanah podzol adalah tanah yang terjadi karena pengaruh suhu rendah dan curah hujan tinggi,
sifatnya mudah basa. Jika terkena air, tanah podzol menjadi subur, warnanya kuning dan
kuning kelabu. Di Indonesia, jenis tanah tersebut terdapat di pegunungan tinggi.
4) Tanah laterit
Tanah laterit adalah tanah yang terjadi karena suhu udara tinggi dan curah hujan tinggi,
mengakibatkan berbagai mineral yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan larut dan
meninggalkan sisi oksida, besi, dan aluminium. Tanah laterit terdapat di Jawa Timur, Jawa
Barat, dan Kalimantan Barat.
5) Tanah pasir
Tanah pasir adalah tanah hasil pelapukan batuan beku dan sedimen, tidak berstruktur. Tanah
pasir kurang baik untuk pertanian karena sedikit mengandung bahan organik. Tanah pasir
terdapat di pantai barat Sumatra Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi.
6) Tanah gambut
Tanah gambut adalah tanah yang berasal dari bahan organik yang selalu tergenang air (rawa).
Karena kekurangan unsur hara dan peredaran udara di dalamnya tidak lancar, proses
penghancuran tanah tidak sempurna. Tanah jenis ini kurang baik untuk pertanian. Jenis tanah
ini terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya.
7) Tanah mergel
Tanah mergel adalahtanah yang terjadi dari campuran batuan kapur, pasir, dan tanah liat.
Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Tanah
mergel subur dan banyak terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah, misalnya
Solo, Madiun, Kediri, dan Nusa Tenggara.
8) Tanah kapur (Renzina)
Tanah kapur adalahtanah yang terjadi dari bahan induk kapur (batu endapan) dan telah
mengalami laterisasi lemah. Jenis tanah ini terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatra.
9) Tanah padas
Tanah padas adalah tanah yang amat padat karena mineral di dalamnya dikeluarkan oleh air
yang terdapat di lapisan tanah sebelah atasnya. Jenis tanah ini terdapat hampir di seluruh
wilayah Indonesia.
10) Tanah endapan
Tanah endapan adalah tanah yang terjadi akibat pengendapan batuan induk yang telah
mengalami proses pelarutan dan pada umumnya merupakan tanah subur. Jenis tanah ini
terdapat di Jawa bagian utara, Sumatra bagian timur, Kalimantan bagian barat, dan selatan.
Tanah ini cocok ditanami padi, palawija, tembakau, tebu, sayuran, kelapa, dan buah-buahan.
Jenis tanah endapan, yaitu:
a) tanah endapan laterit;
b) tanah endapan pasir; dan
c) tanah endapan vulkanis.
11) Tanah terrarosa
Tanah terrarosa adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Tanah ini banyak
terdapat di dasar dolina-dolina dan merupakan tanah pertanian yang subur di daerah batu
kapur. Tanah ini banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku, Sumatra.
2. Degradasi Tanah dan Erosi
Degradasi Tanah
Degradasi tanah adalah suatu proses yang menjelaskan fenomena penurunan kapasitas tanah
pada saat sekarang atau saat yang akan datang, dalam mendukung kehidupan manusia yang
dipengaruhi aktifitas manusia (Oldeman et.al., 1991 dalam van Lynden, 2000). Secara umum,
degradasi tanah berarti penurunan kualitas tanah, dalam arti menghilangnya satu atau lebih
fungsi tanah (Blumm, 1988 dalam van Lynden, 2000). Kualitas tanah dapat dinilai
berdasarkan fungsi tanah yang berhubungan dengan ekologi dan fungsi tanah yang
berhubungan dengan aktivitas manusia.
Tipe degradasi tanah mengacu kepada kerusakan secara fisik, kimia dan biologi yang terjadi
in-situ. Terdapat tipe degradasi tanah, yaitu:
- polusi
- erosi (pemindahan bahan tanah oleh air dan angin)
- penurunan kesuburan dan kandungan bahan organik
- salinisasi/alkalinisasi
Erosi
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat
yang diangkut oleh media alami ketempat lain (Arsyad, 1989). Ada dua macam erosi, yaitu
erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi normal juga disebut erosi geologi atau erosi alami
merupakan proses-proses pengangkutan tanah yang terjadi dibawah keadaan vegetasi alami.
Biasanya terjadi dengan laju yang lambat yang memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal
yang mampu mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal. Erosi dipercepat adalah
pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat perbuatan manusia
yang mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan pengangkutan tanah. Erosi
dipercepat dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain sebagai berikut :
a. Merosotnya peroduktivitas tanah pada lahan yang tererosi, yang disertai dengan
merosotnya daya dukung serta kualitas lingkungan hidup.
b. Sungai, waduk, dan saluran irigasi/drainase di daerah hilir menjadi dangkal, sehingga
daya guna dan basil guna berkurang
c. Secara tidak langsung mengakibatkan terjadinya banjir yang kronis pada setiap musim
penghijauan dan kekeringan pada musim kemarau.
d. Dapat menghilangkan fungsi hidrologi tanah.
Menurut bentuknya, erosi dibedakan dalam : erosi percik, erosi lembar, erosi alur, erosi parit,
erosi tebing sungai, erosi internal dan tanah longsor (Suripin 2001).
1. Erosi Percik (Splash erosion) adalah proses terkelupasnya patikel-partikel tanah bagian
atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos. Arah dan jarak terkelupasnya
partikel-partikel tanah ditentukan oleh kemiringan lereng, kecepatan dan arah angin, keadaan
kekasaran permukaan tanah, dan penutupan tanah.
2. Erosi Lembar (Sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan
tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (runoff).
3. Erosi Alur (Rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-
partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Alur-alur
yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah.
4. Erosi Parit (Gully erosion) proses terjadinya sama dengan erosi alur, tetapi saluran yang
terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan
tanah biasa.
5. Erosi Tebing Sungai (Streambank erosion) adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing
sungai dan pengerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Erosi tebing akan lebih hebat jika
vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat tebing.
6. Erosi Internal (Internal or subsurface erosion) adalah terangkutnya butir-butir primer
kebawah ke dalam celah-celah atau pori-pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan
udara. Erosi internal menyebabkan menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dengan cepat
sehingga aliran permukaan meningkat yang menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi
alur.
7. Tanah Longsor (Landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan
tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar
3. Konservasi Tanah
Konservasi tanah mempunyai arti luas dan sempit dimana konservasi tanah dalam arti luas
adalah penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan koservasi tanah dalam arti sempit
adalah upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh
erosi. Secara garis besar, metode konservasi tanah dan air dibagi menjadi 3 yaitu : metode
vegetatif, mekanik, dan kimia.
a. Konservasi Tanah Secara Vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan
tanaman sebagai sarana konservasi tanah. Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah
atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah,
menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi
fluktuasi temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara
lain: penanaman penutup lahan berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung
mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi
pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah
Erosi yang berlangsung secara terus-menerus akan berakibat fatal bagi
kehidupan manusia. Hilangnya sumber daya alam yang ada, khususnya tanah dan
berkurangnya tingkat kesuburan tanah akan merugikan manusia. Untuk menjaga kestabilan
tanah di daerah miring dan untuk mengurangi tingkat erosi tanah, maka diperlukan beberapa
langkah antara lain sebagai berikut:
a. Terasering, yaitu pola bercocok tanam dengan sistem berteras-teras (bertingkat) untuk
mencegah terjadinya erosi tanah.
b. Contour farming, yaitu menanami lahan menurut garis kontur (kemiringan), sehingga
perakarannya dapat menahan tanah dari erosi.
c. Pembuatan tanggul pasangan (guludan) untuk menahan laju erosi.
d. Contour plowing, yaitu membajak tanah searah garis kontur, sehingga terjadilah alur-alur
horizontal untuk mencegah terjadinya erosi.
e. Contour strip cropping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi bidang-bidang tanah
dalam bentuk memanjang dan sempit dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya
berbelok-belok. Masing-masing ditanami tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara
berselang seling (tumpang sari).
f. Crop rotation, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah
satu unsur hara, akibat diserap terus menerus oleh salah satu jenis tanaman.
g. Reboisasi, yaitu menanami kembali hutan-hutan yang gundul untuk mencegah terjadinya
erosi, tanah longsor, dan banjir
b. Konservasi Tanah Secara Mekanik
Konservasi tanah secara mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis dan
pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan guna menekan
erosi dan meningkatkan kemampuan tanah mendukung usaha secara berkelanjutan.Pada
prinsipnya konservasi mekanik dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh cara
vegetatif, yaitu penggunaan tumbuhan atau tanaman dan penerapan pola tanam yang dapat
menutup permukaan tanah sepanjang tahun.
Pengendalian erosi dan aliran permukanaan merupakan persyaratan utama untuk mencegah
terjadinya penurunan kualitas lahan. Metode tersebut ditujukan untuk memelihara,
mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah. Pengendalian erosi dapat dilakukan
baik melalui cara vegetatif, mekanik dan kimia. Tindakan tersebut sangat mendesak untuk
dilakukan karena :
a. Kondisi topografi wilayah dilahan berombak, bergelombang, berbukit dan lereng.
b. Kondisi curah hujan relatif tinggi.
c. Terjadinya pemadatan tanah khususnya di lahan menyebabkan rendahnya air hujan
yang terinfiltrasi ke dalam tanah, sehingga terjadi aliran permukaan yang hebat.
d. Lahan masih terbuka dari terpaan hujan secara langsung.
Metoda konservasi yang dapat dilakukan diantaranya :
a. Pengolahan tanah
b. Pembangunan teras.
c. Pembuatan saluran disepanjang kontur yang berfungsi sebagai saluran air untuk mengisi
persediaan air dalam tanah.
d. Penanaman tanaman dalam setrip kontur.
Bentuk – Bentuk Konservasi Tanah Secara Mekanik
1. Teras bangku atau teras tangga
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan
tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga.
Fungsi utama teras bangku adalah:
a. memperlambat aliran permukaan;
b. menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai
merusak;
c. meningkatkan laju infiltrasi tanah dan
d. mempermudah pengolahan tanah.
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o dengan bidang
horizontal), miring ke dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang
berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli).
Teras biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan berbagai
sistem wanatani.
2. Gulud atau Guludan
Gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian belakang gulud.
Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras gulud
terdiri atas guludan, saluran air, dan bidang olah
Fungsi dari gulud hampir sama dengan teras bangku, yaitu untuk menahan laju aliran
permukaan dan meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah. Saluran air dibuat untuk
mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah ke saluran pembuangan air. Untuk
meningkatkan efektivitas gulud dalam menanggulangi erosi dan aliran permukaan, guludan
diperkuat dengan tanaman penguat teras. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai
penguat teras bangku juga dapat digunakan sebagai tanaman penguat gulud. Sebagai
kompensasi dari kehilangan luas bidang olah, bidang teras gulud dapat pula ditanami dengan
tanaman bernilai ekonomi (cash crops), misalnya tanaman katuk, cabai rawit, dan sebagainya.
3. Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman, terutama tanaman
tahunan Jenis teras ini biasa dibangun di areal perkebunan atau pertanaman buah-buahan.
4. Teras kebun
Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanaman pekebunan dan
buah-buahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam. Pembuatan
teras bertujuan untuk :
1.meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah,
2.memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), di antaranya untuk fasilitas
jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun.
5. Rorak atau lubang resapan air
Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran
resapan. Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan
menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak berfungsi sebagai
tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan.
c. Konservasi Tanah Secara Kimiawi
Metode kimiawi adalah metode konservasi dengan menggunakan bahan-bahan kimia baik
organik maupun anorganik guna memperbaiki kesuburan tanah, sifat tanah dan menekan laju
erosi. Salah satu cara kimia dalam usaha pencegahan erosi adalah dengan pemanfaatan soil
conditioner atau bahan pemantap struktur tanah. Bahan kimia ini memiliki penngaruh yang
sangat besar terhadap stabilitas tanah. Selain stabilitas tanah metode ini tahan terhadap
mikroba dan mampu memperngaruhi kemampuan tanah untuk menahan unsur hara.
Bahan kimia yang banyak di pakai dalam pemantapan struktur tanah ini adalah :
1. MCS : campuran dimethyldichlorosilane dan methyl-trichlorosilane. Cairan ini dapat
mudah menguap, gas yang terbentuk akan bercampur dengan air tanah dan membuat agregat
tanah stabil.
2. Emulsi Bitumen : Bitumen merupakan bahan kimia termurah di bandingkan dengan
senyawa kimia yang lain dan mengandung gugus aktif Carboxyl. Bahan kimia ini
menyebabkan tanah lebih hidrofobik sehingga sangat bermanfaat bagi pembentukan agregat
tanah yang mudah mengeras
3. Polyacrylamide (PAM).
Dari 3 macam metode yang digunakan dalam konservasi air dan tanah, metode vegetatif atau
biologi dan metode mekanik yang banyak digunakan di daerah Sleman, Yogyakarta. Hampir
setiap perkebunan atau lahan pertanian di daerah tersebut menggunakan metode ini. Hal ini
dikarenakan dapat diaplikasikan dengan mudah masyarakat sekitar dan tidak membutuhkan
biaya yang cukup mahal. Pada lahan tersebut terdapat tanaman tumpang sari yang berfungsi
untuk mencegah terjadinya erosi dan mulsa yang dipakai untuk menahan air hujan yang turun
agar tidak langsung jatuh ke permukaan tanah. Selain itu di tepi tiap lahan terdapat bangunan
yang berfungsi untuk menampung aliran air, baik yang berasal dari air hujan maupun dari
aliran sungai. Hal ini bertujuan agar disaat musim kemarau tiba lahan pertanian tidak
kehabisan persediaan air.
6.2.3 Tipe Pertanian
1) Pertanian intensif
Tujuan utama usahatani adalah mendapatkan keuntungan maksimum
Produksi per ha tinggi dan sedikit potensi lahan yang terbuang
Jenis tanaman yang diusahakan yang secara ekonomis menguntungkan
Pertanian intensif dijumpai di negara yang padat penduduknya dan di negara maju
yang langka lahan
Pertanian intensif memperhatikan/melaksanakan :
Crop rotation (pergiliran tanaman)
Dihindarkan saat kerja/kosong
Penggunaan bibit, pupuk, dan pengelolaan terencana dengan teknologi tepat guna
Pembuatan teras (pengelolaan lingkungan fisik yang maksimum)
Menggunakan/ dengan sistem tanaman campuran (mixed croping)
2) Pertanian subsisten
a. Orientasi produksi untuk kebutuhan konsumsi keluarga
b. Jika produksi surplus bukan merupakan tujuan utama, dan jika surplus produksi dijual
pada pasar lokal
c. Tenaga kerja keluarga
d. Tanah merupakan sebagian besar input
e. Modal lebih kecil
f. Input yang berupa bibit dan pupuk merupakan hasil usahatani sendiri
3) Pertanian ekstensif
a. Lahan yang diusahakan relatif luas
b. Efisiensi kurang, banyak lahan yang terbuang karena tidak diusahakan semestinya
c. Produksi per hektar rendah
d. Teknologi terbatas
e. Tidak begitu mengharapkan return
f. Keuntungan tidak menentu
g. Tanaman yang diusahakan bervariasi
h. Tenaga kerja keluarga
i. Terdapat di wilayah yang belum maju (aksesibilitasnya rendah)
4) Pertanian perkebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah
dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan
barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha
perkebunan dan masyarakat.
5) Peternakan
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak
untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak
terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada
tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan
prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara
optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan
hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan
kecil seperti ayam, kelinci
6.3. Persebaran Hasil Pertanian di Indonesia
6.3.1 Persebaran Hasil Pertanian
Hasil pertanian negara kita antara lain padi (beras), jagung, ubi kayu, kedelai, dan kacang
tanah. Di mana saja persebaran hasil pertanian ini?
Padi (beras)
Daerah penghasil padi (beras) antara lain Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat.
Jagung
Daerah penghasil jagung antara lain Jawa Tengah (Wonosobo, Semarang, Jepara, dan
Rembang); Jawa Timur (Besuki, Madura); serta Sulawesi (Minahasa dan sekitar danau
Tempe).
Ubi kayu (singkong)
Daerah penghasil singkong adalah Sumatera Selatan, Lampung, Madura, Jawa Tengah
(Wonogiri), dan Yogyakarta (Wonosari).
Kedelai
Daerah penghasil kedelai adalah Jawa Tengah (Kedu, Surakarta, Pekalongan, Tegal, Jepara,
Rembang), D.I. Yogyakarta, Jawa Timur (Jember).
Kacang tanah
Daerah penghasil kacang tanah ialah Sumatera Timur, Sumatera Barat, Jawa Tengah
(Surakarta, Semarang, Jepara, Rembang, Pati), Jawa Barat (Cirebon, Priangan), Bali, dan
Nusa Tenggara Barat (Lombok).
6.3.2 Persebaran Hasil Perkebunan
Hasil perkebunan negara kita antara lain tebu, tembakau, teh, kopi, karet, kelapa
(kopra), kelapa sawit, cokelat, pala, cengkeh, lada, dan vanili. Di mana saja persebaran hasil
perkebunan tersebut? Mari kita lihat satu per satu.
Tebu
Daerah penghasil tebu, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan
Sumatera (Nangroe Aceh Darussalam).
Tembakau
Daerah penghasil tembakau ialah Sumatera Utara (Deli), Sumatera Barat (Payakumbuh),
Bengkulu, Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Tengah (Surakarta, Klaten, Dieng, Kedu,
Temanggung, Parakan, Wonosobo), dan Jawa Timur (Bojonegoro, Besuki).
Teh
Daerah penghasil teh, yaitu Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Garut), Jawa Tengah
(Pegunungan Dieng, Wonosobo, Temanggung, Pekalongan), Sumatera Utara (Pematang
Siantar), dan Sumatera Barat.
Kopi
Daerah penghasil kopi, yaitu Jawa Barat (Bogor, Priangan), Jawa Timur (Kediri, Besuki),
Sumatera Selatan (Palembang), Bengkulu (Bukit Barisan), Sumatera Utara (Deli, Tapanuli),
Lampung (Liwa), Sulawesi (Pegunungan Verbeek), Flores (Manggarai).
Karet
Daerah penghasil karet, yaitu D.I. Aceh (Tanah gayo, Alas), Sumatera Utara (Kisaran, Deli,
Serdang), Bengkulu (Rejang Lebong), Jawa Barat (Sukabumi, Priangan), Jawa Tengah
(Banyumas, Batang), Jawa Timur (Kawi, Kelud), dan Kalimantan Selatan ( pegunungan
Meratus).
Kelapa (kopra)
Daerah penghasil kelapa, yaitu Jawa Barat (Banten, Priangan), Jawa Tengah (Banyumas),
D.I. Yogyakarta, Jawa Timur (Kediri), Sulawesi Utara (Minahasa, Sangihe, Talaud,
Gorontalo), dan Kalimantan Selatan (pegunungan Meratus).
Kelapa Sawit
Daerah penghasil kelapa sawit ialah D.I. Aceh (Pulau Simelue), Sumatera Utara (Pulau Nias,
Pulau Prayan,Medan, Pematang Siantar).
Cokelat
Daerah penghasil cokelat ialah Jawa Tengah (Salatiga) dan Sulawesi Tenggara.
Pala
Daerah penghasil pala ialah Jawa Barat dan Maluku.
Cengkeh
Daerah penghasil cengkeh ialah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara (Tapanuli), Jawa
Barat (Banten, Priangan), Jawa Tengah (Banyumas), Sulawesi Utara (Minahasa), dan
Maluku.
Lada
Daerah penghasil lada ialah Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan (Palembang, Pulau
Bangka), dan Kalimantan Barat.
Vanili
Dihasilkan di daerah Flores (Manggarai, Bajawa), Papua, dan daerah-daerah lainnya di
Indonesia.
6.3.3 Persebaran Hasil Kehutanan
Hasil kehutanan negara kita antara lain kayu dan rotan. Jenis kayu yang dihasilkan antara
lain keruing, meranti, agathis, jati, cendana, akasia, dan rasamala. Di mana saja persebaran
hasil kehutanan ini?
Kayu keruing, kayu meranti, dan kayu agathis terutama dihasilkan di daerah-daerah
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Kayu jati dihasilkan di daerah Jawa Tengah.
Kayu cendana banyak dihasilkan di Nusa Tenggara Timur.
Akasia dan rasamala dihasilkan di daerah Jawa Barat.
Rotan dihasilkan dari daerah Kalimantan, Sumatera Barat, Sumatera Utara.
6.3.4 Persebaran Hasil Peternakan
Hasil peternakan negara kita antara lain sapi, kerbau, kuda, dan babi. Berikut ini
pesebaran hasil peternakan di Indonesia.
Ternak sapi. Daerah penghasil ternak sapi adalah Sumatera (Aceh), Jawa, Madura,
Bali, Nusa Tenggara Barat (Lombok dan Sumbawa).
Ternak kerbau. Daerah penghasil kerbau adalah Aceh, Sulawesi, dan Jawa.
Ternak kuda. Daerah penghasil kuda adalah Nusa Tenggara Timur (Pulau Sumba) dan
Sumatera Barat.
Ternak babi. Daerah penghasil ternak babi adalah Bali, Maluku, Sulawesi Utara
(Minahasa), Sumatera Utara (Tapanuli), Jawa Barat (Karawang)
6.3.5 Persebaran Hasil Perikanan
Budi daya udang dan bandeng, terdapat di pantai utara Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Daerah penangkapan ikan (nelayan tradisional dan modern) antara lain Sumatera
Timur (Bagan Siapi-api), Bengkalis untuk jenis ikan terubuk. Sedangkan ikan
tenggiri, cumi-cumi, udang, rumput laut, dan ikan layang-layang ditangkap dari
daerah Laut Jawa, Selat Sunda, Pantai Selatan (Cilacap), Selat Bali, Selat Flores, dan
Selat Makasar. Kepulauan Maluku (Ambon) menghasilkan tiram, mutiara, dan
tongkol.
Budidaya ikan di darat. Budidaya ikan di darat itu ada bermacam- macam, antara lain
di tambak/empang, waduk/bendungan, sawah (minapadi), sungai (sistem keramba),
dan di danau.
6.4 Metode-Metode Pertanian
a. Metode Weaver dan Metode Thomas
John C Weaver, J,T Coppock, dan D. Thomas, analisa variansi penyebaran keruangan
terutama di terapkan pada bidang agrikultur untuk mengkaji penggunaan lahan pertanian.
Analisa ini didasarkan atas pendekatan faktor tunggal dengan dominan (single-factor
dominance) dan pendekatan faktor yang jamak (multifactor approach) dengan menerapkan
model matematik statistik varian.
J.T Coppock mengembangkan metode Weaver untuk keseluruhan spektrum aktifitas
pertanian dengan mengubah ternak dan tanaman ke dalam unit dan pembedaan secara umum
berdasarkan pembobotan yang baku.
b.Metode Von Thunen
Anggapan yang dikemukakan oleh Von Thunen adalah tanah dasar semuanya.
Intensitas setiap tanaman tertentu. Berdasarkan anggapan ini, maka bentuk pemanfaatan
tanah itu konsentris melingkari kota yang merupakan pasar, sehingga yang penting di sini
adalah menyusun daerah tanaman secara ekonomis. Tanah yang paling dekat dari kota
hendaknya dimanfaatkan untuk kehutanan. Tanah diluarnya dimanfaatkan untuk ladang
gandum dan tanah di luarnya lagi digunakan untuk peternakan. Tanah yang digunakan untuk
peternakan merupakan tanah terluar yang memiliki nilai, sehingga setelah tanah peternakan
tidak memiliki nilai apapun. Daerah pembuangan sampah adalah tanah yang tidak memiliki
nilai karena terletak di luar dari tanah peternakan.
Von Thunen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas
dasar perbedaan sewa lahan. Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di
pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan
hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan.
6.5 Upaya Peningkatan Produksi Pertanian
Usaha yang dilakukan pemerintah bersama-sama dengan masyarakat untuk
meningkatkan produksi pertanian antara lain melalui program intensifikasi, ekstensifikasi,
mekanisasi, diversifikasi, dan rehabilitasi lahan pertanian. Intensifikasi merupakan upaya
peningkatan produksi pertanian tanpa menambah luas lahan yang ada, tetapi mengupayakan
lahan seoptimal mungkin, misalnya melalui program Sapta Usaha Tani, yang meliputi:
1) pengolahan tanah yang baik;
2) pemilihan bibit unggul
3) pengairan (irigasi);
4) pemupukan;
5) pemberantasan hama dan penyakit secara terpadu;
6) pengolahan pasca panen; dan
7) pemasaran hasil.
Ekstensifikasi merupakan upaya peningkatan produksi pertanian dengan menambah
luas lahan yang telah ada, misalnya melalui pembukaan lahan hutan, semak belukar atau
mengeringkan lahan rawa untuk dijadikan tanah pertanian. Upaya ini banyak dilakukan di
wilayah-wilayah yang masih luas, seperti Kalimantan dan Papua. Adapun mekanisasi
pertanian merupakan upaya peningkatan produksi pertanian dengan mengaplikasikan
teknologi pertanian berupa mesin-mesin pertanian yang modern dan tepat guna.Selain
intensifikasi, ekstensifikasi dan mekanisasi, upaya peningkatan produksi juga dilakukan
melalui program diversifikasi, yaitu peragaman jenis tanaman baik melalui sistem tumpang
sari maupun tumpang gilir. Tumpang sari dapat diartikan sebagai peragaman jenis tanaman
pada sebidang lahan pada periode waktu yang sama, misalnya tanaman tomat
ditumpangsarikan dengan sayuran. Adapun tumpang giliradalah sistem peragaman jenis
tanaman pertanian dengan sistem rotasi, misalnya padi-palawija-padi.Rehabilitasi merupakan
upaya pengembalian tingkat kesuburan tanah yang sudah kurang produktif
6.5.1 Irigasi
Irigasi merupakan suatu proses pengaliran air dari sumber air ke sistem pertanian.
Irigasi adalah proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan lengas tanah bagi
pertumbuhan tanaman. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa, dan tambak (PP 20/2006). Tindakan intervensi manusia untuk
mengubah agihan air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengelola sebagian atau
seluruh jumlah tersebut untuk menaikkan produksi tanaman (Israelsen dan Hansen, 1980).
Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan
pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang
membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan teratur dan dibuang
kesaluran pembuang. Istilah irigasi diartikan suatu bidang pembinaan atas air dari sumber-
sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang terkandung didalamnya, baik yang alamiah
maupun yang diusahakan manusia.
Metode pendistribusian air irigasi dapat dibagi ke dalam : 1) Irigasi Permukaan; 2)
Irigasi Lapisan Bawah; 3) Sprinkler; 4) Drip atau Trickle (Hakim, dkk., 1986).
1. Sistem Irigasi Permukaan (Surface Irrigation System)
Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu peluapan dan
penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan penggenangan secara terkendali. Sistem
irigasi permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas dan penggenangan. Dalam
hal ini air diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk menggenangi kiri atau
kanan sungai yang mempunyai permukaan datar. Sebagai contoh adalah sistem irigasi kuno
di Mesir. Sistem ini mempunyai efisiensi yang rendah karena penggunaan air tidak terkontrol.
Keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan cara ini (pemberian air di permukaan) :
Efisiensi penggunaan air yang cukup tinggi
Air pengairan dapat dihemat
Pemberian air dapat dilakukan secara teratur dan merata
Dapat memperbaiki aerasi tanah pada zona perakaran
Terjadinya penambahan unsur-unsur hara dalam tanah yang mudah diserap oleh akar
tanaman demi pertumbuhan dan perkembangannya.
Kekurangan irigasi permukaan yaitu :
Diperlukan biaya yang lebih besar bagi pengaturan air yang intensif serta penggunaan
lebih banyak tenaga
Penekanan terhadap pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu) kurang efektif
2. Sistem Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation System)
Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah
di bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan menggunakan pipa
porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona perakaran dan selanjutnya
dimanfaatkan oleh tanaman.
3. Sistem irigasi dengan pancaran (sprinkle irrigation)
Prinsip yang digunakan sistem ini adalah memberi tekanan pada air dalam pipa dan
memancarkan ke udara sehingga menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan tanah.
Cara pemancaran dapat dilakukan dengan berbagai variasi, antara lain dengan menggunakan
pipa porus ataupun menggunakan alat pancar yang bisa berputar. Untuk dapat memberikan
siraman yang merata sering digunakan alat pancar yang diletakkan di atas kereta dan dapat
berpindah-pindah.
Keuntungan irigasi curah :
- Pengukuran air lebih mudah
- Tidak mengganggu pekerjaan dan hemat lahan
- Efisiensi air tinggi
- Investasai dengan mempertimbangkan kebutuhan
- Jaringan distribusi luwes dan memungkinkan otomasi sehingga D & P lebih murah.
Beberapa kelemahan dari sistem irigasi curah adalah :
1. memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yangcukup tinggi, antara lain untuk
operasi pompa air dan tenaga pelaksana yang terampil
2. Memerlukan rancangan dan tata letak yang cukup teliti untuk memperoleh tingkat efisiensi
yang cukup terliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi
(Susanto, dkk, 2006).
4. Sistem irigasi tetes (trickle irrigation atau drip irrigation)
Sistem irigasi tetes sering disebut dengan trickle irrigation atau kadang-kadang drip
irrigation. Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan pada tempat-tempat
tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke tanah. Perbedaan dengan sistem
pancaran adalah besarnya tekanan pada pipa yang tidak begitu besar.
Keuntungan irigasi tetes :
Efisiensi sangat tinggi (evaporasi rendah, tidak ada gerakan air di udara, tidak ada
pemabasahan daun, run off rendah, pengairan dibatasi disekitar tanaman pokok)
Respon lebih baik (produksi, kualitas, keseragaman) terhadap tanaman
Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsur hara, tekanan rendah, tidak
mengganggu keseimbangan kadar lengas
Mengurangi perkembangan serangga, penyakit, dan jamur
Penggaraman/pencucian garam efektif karena ada isolasi lokasi
Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, penyiraman
Meningkatkan drainase permukaan
Sistem irigasi tetes memiliki beberapa kelemahan, terutama jika akan diterapkan secara luas
di Indonesia, antara lain :
Investasi yang dikeluarkan cukup tinggi dan dibutuhkan teknik yang relatif tinggi dalam
desain, instalasi dan pengoperasian sistem
Penyumbatan emiter yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia dan biologi air yang dapat
mengurangi efisiensi dan kinerja sistem
Pada daerah yang tidak terbasahi berpotensi terjadi pemupukan garam
Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Irigasi Sistem Gravitasi
Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama. dikenal dan diterapkan dalam
kegiatan usashatani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada di
permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dah danau di dataran tinggi. Pengaturan dan
pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.
b. Irigasi Sistem Pompa
Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara
gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini membutuhkan
modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar. Sumber air yang dapat
dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya Setasiun Pompa
Gambarsari dan Pesangrahan (sebelum ada Bendung Gerak Serayu).
c. Irigasi Pasang-surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang
memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal yang
direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari
peristiwa pasang-surut air laut. Untuk daerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai
panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang
berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat masam dan
akan dibuang pada saat air laut surut.
Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan,
pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya. Jaringan utama
adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama,
saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan
pelengkapnya.
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu (1) jaringan irigasi sederhana, (2) jaringan
irigasi semi teknis dan (3) jaringan irigasi teknis.
1. Jaringan Irigasi Sederhana
Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur sehingga air
lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan
berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik
yang sulit untuk pembagian air.
Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan-kelemahan
serius yakni :
a. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi,
air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.
b. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk
karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.
c. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka umumya pendek
2. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap
dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan
permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran. Sistim pembagian air biasanya
serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi
daerah yang lebih luas dari pada daerah layanan jaringan sederhana.
3. Jaringan Irigasi Teknis
Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran
irigasi/pembawa dan saluran pembuang/pematus. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa
maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran
pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan
kelebihan air dari sawahsawah ke saluran pembuang.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier
terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50 - 100
ha kadang-kadang sampai 150 ha. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke
sawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter
dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter. Jaringan irigasi teknis
yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah cara pembagian air yang paling efisien
dengan mempertimbangkan waktuwaktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani.
Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air
irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air apda
satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih
sedikit di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebihmurah.
Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi
pembagian air di jaringan utama.
6.5.2 Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan
baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk
berbeda dari suplemen tambahan. Pupuk mengandung bahan baku pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormontumbuhan membantu kelancaran
proses metabolisme. Ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah
material suplemen
1. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah semua sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran hewan
yang mempunyai kandungan unsur hara rendah. Pupuk organik tersedia setelah zat
tersebut mengalami proses pembusukan oleh mikro organisme. Selain pupuk anorganik,
pupuk organik juga harus dberikan pada tanaman. Macam-macam pupuk organik adalah
sebagi berikut:
a. Kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat dengan cara membusukkan sisa-sisa
tanaman. Pupuk jenis ini berfungsi sebagai pemberi unsur-unsur hara yang berguna
untuk perbaikan struktur tanah.
b. Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah bagian tumbuhan hijau yang mati dan tertimbun dalam tanah.
Pupuk organik jenis ini mempunyai perimbangan C/N rendah, sehingga dapat terurai
dan cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk hijau sebagai sumber nitrogen cukup baik di
daerah tropis, yaitu sebagai pupuk organik sebagi penambah unsur mikro dan
perbaikan struktur tanah.
c. Pupuk kandang
pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Kandungan hara
dalam puouk kandang rata-rata sekitar 55% N, 25% P2O5, dan 5% K2O (tergantung
dari jenis hewan dan bahan makanannya). Makin lama pupuk kandang mengalamai
proses pembusukan, makin rendah perimbangan C/N-nya.
2. Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan (dari senyawa anorganik) adalah pupuk yang
sengaja dibuat oleh manusia dalam pabrik dan mengandung unsur hara tertentu dalam kadar
tinggi. Pupuk anorganik digunakan untuk mengatasi kekurangan mineral murni dari alam
yang diperlukan tumbuhan untuk hidup secara wajar. Puuk anorganik dapat menghasilkan
bulir hijau dan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis.
Berdasarkan kandungan unsur-unsurnya, pupuk anorganik digolongkan sebagai berikut :
6.6 Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal yaitu pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsur hara sebagai
penambah kesuburan. Contoh pupuk tunggal yaitu pupuk N, P, dan K.
a. Pupuk Nitrogen
Fungsi nitrogen (N) bagi tumbuhan adalah:
Mempercepat pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman, dan merangsang
pertunasan.
Memperbaiki kualitas, terutama kandungan proteinnya.
Menyediakan bahan makanan bagi mikroba (jasad renik)
Nitrogen diserap dalam tanah berbentuk ion nitrat atau ammonium. Kemudian, didalam
tumbuhan bereaksi dengan karbon membentuk asam amino, selanjutnya berubah menjadi
protein. Nitrogen termasuk unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman karena
16-18% protein terdiri dari nitrogen. Pupuk yang paling banyak mengandung unsur
nitrogen adalah pupuk urea.
Macam-macam pupuk nitrogen sebagai berikut.
pupuk urea(CO(NH2)2) yang mengandung 47% nitrogen (paling tinggi
dibandingkan dengan pupuk nitrogen jeni lain).
pupuk ZA (Zwavel Ammonium) atau ammonium sulfat ((NH4)2SO4) yang
mengandung 21% nitrogen.
Pupuk ammonium klorida (salmiak) atau NH4Cl, mengandung 20% nitrogen.
Pupuk ASN (ammonium Sulfat Nitrat) atau [(NH4)3(SO4)(NO3)], mengandung
23-26% nitrogen.
Pupuk natrium nitrat atau sodium nitrat (NaNO3), mengandung 15% nitrogen.
b. Pupuk Fosforus
Fosforus (P) bagi tanaman berperan dalam proses:
respirasi dan fotosintesis
penyusunan asam nukleat
pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah.
Perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap
kekeringan, dan,
Mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko keterlambatan waktu
panen.
Unsur fosfor diperlukan diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daripada unsur
nitrogen. Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk apatit kalsium fosfat, FePO4, dan
AlPO4. Macam-macam pupuk fosfor sebagai berikut :
pupuk superfosfat (Ca(H2PO4)2) yang sangat mudah larut dalam air sehingga
mudah diserap oleh akar tanaman. Contoh: Engkel superfosfat (ES) yang
mengandung sekitar 15% P2O5, Double superfosfat (DS) yang mengandung
sekitar 30% P2O5, dan Tripel Superfosfat (TSP) yang mengandung sekitar
45%P2O5.
Pupuk FMP (Fused Magnesium Phosphate) atau Mg3(PO4)2 yang baik
digunakan pada tanah yang banyak mengandung besi dan aluminium.
Pupuk aluminium fosfat (AlPO4)
Pupuk besi (III) fosfat (FePO4)
c. Pupuk Kalium
Fungsi kalium bagi tanaman adalah
Mempengaruhi susunan dan mengedarkan karbohidrat di dalam tanaman.
Mempercepat metabolisme unsur nitrogen,
Mencegah bunga dan buah agar tidak mudah gugur.
Macam-macam pupuk kalium sebagai berikut:
pupuk kalium klorida atau potassium klorida (KCl). Ada 2 macam pupuk KCl yang
beredar di pasaran, yaitu KCl 80 (mengandung 50% K2O) dan KCl 90 (mengandung
53% K2O).
Pupuk ZK (Zwavel Kalium) atau kalium sulfat (K2SO4) yang baik digunakan pada
tanaman yang tidak tahan te rhadap konsentrasi ion klorida tinggi. Ada 2 macam
pupuk ZK yang beredar di pasaran, yaitu ZK 90 (mengandung 50% K2O) dan ZK 96
(mengandung 53% K2O).
2. Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang
digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK,
dan NPK. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang
mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat
(NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCL).
Kadar unsur hara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi
angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti bahwa dalam pupuk itu terdapat
10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai P2O5)dan 15% kalium (sebagai K2O).
Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis tanaman
yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan perbandingan N, P, dan K
tertentu. Di Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi N, P,
dan K yang beragam.
Nilai suatu pupuk ditentukan oleh hal-hal berikut :
a. Kadar unsur, makin tinggi kadar unsur, akin tinggi nilai pupuk.
b. Higroskopisitas, pupuk buatan mulai menarik air pada kelembaban 51-99%. Pupuk yang
mudah menarik air, misalnya urea mengalami masalah pada penympanan, sifat
higroskopis secara langsung tidak mempengaruhi nilai pupuk sebagai penambah
kesuburan tanah.
c. Kelarutan, mempengaruhi mudah tidaknya unsur-unsur yang terkandung diambil oleh
tanaman.
d. Cara kerja, bekerjanya pupuk adalah waktu yang diperlukan hingga pupuk tersebut dapat
dihisap oleh tanaman dan memperlihatkan pengaruhnya. Bekerjanya pupuk sangat
mempengaruhi waktu dan cara penggunaan pupuk.
e. Keasaman, beberapa jenis pupuk dapat dipakai untuk meningkatkan, mempetahankan,
atau mengurai keasaman tanah.
Pengaruh negatif penggunaan pupuk
a. Pengaruh negatif pupuk urea
tanah akan bersifat agak asam
penggunaan urea berlebihan dalam kurun waktu yang berdekatan akan mengurangi
proses tumbuhnya kecambah dari suatu bibit dan mengurangi daya serap akar.
b. Pengaruh negatif pupuk superfosfat
Jika kelebihan superfosfat, tanah akan kelebihan asam. Hal ini dikarenakan
superfosfat dapat meningkatkan konsentrasi hydrogen dalam tanah.
Dapat bersifat racun bagi tanaman jika diberikan pada tanaman yang tumbuh pada
tanah yang mengandung banyak unsur aluminium. Hal ini dikarenakan superfosfat
dapat mempercepat pembentukan racun aluminium, atau toxic aluminium.
c. Pengaruh negatif pupuk ammonium sulfat
Dapat bersifat racun bagi tanah jika diberikan pada tanah tanpa disertai kapur. Tanpa
adanya batuan kapur, ammonium sulfat akan bebas bereaksi dengan besi, aluminium,
dan mangan membentuk racun besi, aluminium, dan mangan.
Kelebihan pupuk ammonium sulfat mengakibatkan tanah besifat asam. Dengan
demikian, pupuk ini harus diberikan pada tanah yang bersifat basa.
6.5.3 Bioteknologi
1. Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi adalah suatu teknik modern untuk mengubah bahan mentah melalui
transformasi biologi sehingga menjadi produk yang berguna. Supriatna (1992 ) memberi
batasan tentang arti bioteknologi secara lebih lengkap, yakni: pemanfaatan prinsip–prinsip
ilmiah dan kerekayasaan terhadap organisme, sistem atau proses biologis untuk menghasilkan
dan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi
kepentingan hidup manusia.
2. Manfaat Bioteknologi dalam Pertanian
Dalam bidang pertanian bioteknologi dapat di aplikasikan. Sekarang ini para ilmuan
berhasil meningkatkan tampilan buah dan sayur, memperpanjang waktu makanan untuk di
simpan, meningkatkan kandungan nutrisi tanaman dan membuat tanaman tahan terhadap
penyakit dan hama. Pada masa yang akan datang, para ahli pertanian mengharapkan
bioteknologi mampu menghasilkan tanaman yang tahan lama terhadap segala kondisi iklim,
seperti iklim kering, iklim panas, atau dingin. Oleh karena itu, bioteknologi menjadikan
petani mampu memanfaatkan tanah yang sebelumnya jarang diusahakan. Dengan
memanfaatkan bioteknologi ini dapat menghasilkan tanaman yang identik dalam waktu
singkat. Selain itu modifikasi tanaman hias membuka jalan untuk menghasilkan warna-warna
yang tidak biasa sehingga mampu meningkatkan nilai varietas dan nilai ekonominya.
3. Perkembnagan Bioteknologi dalam Pertanian
Dalam bidang pertanian bioteknologi menggunakan sistem transgenik yang mulai di
kembangkan, namun menuai penolakan dari berbagai pihak yang menyebabkan teknologi ini
tidak pesat perkembanganya. Tanaman pertanian yang telah berhasil meningkatkan produksi
dan kualitas melalui transgenik antara lain kapas dan jagung. Penggunaan marka molekuler
(penanda molekuler) untuk menyeleksi sifat yang di inginkan dari keturunan hasil
persilangan dengan sifat-sifat yang tanaman berdasarkan DNA yang dimiliki tanaman akan
mempercepat prossnya.
Salah satu kelebihannya adalah mempersingkat pengujian tanaman . jika dengan cara
konvensiaonal di perlukan waktu sedikitnya 5tahun, sedangkan dengan cara ini hanya di
perlukan waktu paling lama 3 tahun.dengan marka molekuler, pada generasi ketiga tanaman
hasil persilangan sudah stabil. Pada tanaman jagung marka molekuler digunakan untuk
mengetahui jarak genetik (hubungan kekerabatan) jagung. Dengan begitu, para pemulia
menjadi lebih mudah dalam melakukan persilangan. Selanjutnya yang tak kalah pentingnya
adalah perlindungan terhadap sumber genetik pertanian Indonesia dari ancaman kepunahan.
Rekayasa genetika dalam bidang tanaman dilakukan dengan mentransfer gen asing ke dalam
tanaman. Hasil rekayasa genetika pada tanaman seperti ini disebut tanaman transgenik. Sudah
diperoleh beberapa tanaman transgenik yang toleran terhadap salinitas, kekeringan dan hama
penyakit
4. Dampak Negatif Penggunaan Bioteknologi
Timbulnya dampak yang merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh
potensi terjadinya aliran gen ketanaman sekarabat atau kerabat dekat. Di bidang kesehatan
manusia terdapat kemungkinan produk gen asaing, seperti, gen cry dari bacillus thuringiensis
maupun bacillus sphaeericus, dapat menimbulkan reaksi alergi pada tubuh mausia, perlu
dicermati pula bahwa insersi ( penyisipan ) gen asing ke genom inang dapat menimbulkan
interaksi anatar gen asing dan inang produk bahan
pertanian dan kimia yang menggunakan bioteknologi.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan internasional
dalam perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat
menimbulkan ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang
maju, Kesenjangan teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi
modern sangat mahal sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang. Ketidakadilan,
misalnya, sangat terasa dalam produk pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi
agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen organisme transgenik juga semakin
menambah dominasi negara maju
5. Dampak Positif Bioteknologi
a. Bioteknologi dikembangkan melalui pendekatan multidisipliner dalam wacana
molekuler. Ilmu-ilmu dasar merupakan tonggak utama pengembangan bioteknologi
maupun industri bioteknolog
b. Bioteknologi dengan pemanfaatan teknologi rekayasa genetik memberikan dimensi
baru untuk menghasilkan produk yang tidak terbatas.
c. Bioteknologi pengelolahan limbah menghasilkan produk biogas, kompos, dan lumpur
aktif.
d. Bioteknologi di bidang kedokteran dapat menghasilkan obat-obatan, antar lain vaksin,
antibiotik, antibodi monoklat, dan intrferon
e. Bioteknologi dapat meningkatkan variasi dan hasil pertanian melalui kultur jaringan,
fiksasi nitrogen pengendalian hama tanaman, dan pemberian hormon tumbuhan.
f. Bioteknologi dapat menghasilkan bahan bakar dengan pengelolahan biommasa
menjadi etanol (cair) dan metana (gas)
g. Bioteknologi di bidang industri dapat menghasilkan makanan dan minuman, antara
lain pembuatan roti, nata decoco, brem, mentega, yoghurt, tempe, kecap, bir dan
anggur
6.5.4 Revolusi Hijau
1. Pengertian Revolusi Hijau
Pengertian revolusi hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian untuk
meningkatkan produksi pangan. Mengubah dari pertanian yang tadinya menggunakan
teknologi tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi lebih maju atau
modern.
Revolusi hijau muncul berkaitan erat dengan adanya masalah pangan bagi umat
manusia.Timbulnya masalah pangan bagi umat manusia disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Kebutuhan pangan semakin meningkat
2. Lahan pertanian semakin berkurang
3. Banyak lahan pertanian rusak akibat perang
4. Adanya lahan tidur yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya
5. Adanya lahan yang rusak akibat tercemar oleh limbah atau terkena radiasi
Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting yaitu
1. penyediaan air melalui sistem irigasi,
2. pemakaian pupuk kimia secara optimal,
3. penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan
4. penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas.
Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadilah peningkatan hasil tanaman pangan
berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada
tempat-tempat tertentu
Di Indonesia revolusi industri diterapkan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian.
Ekstensifikasi dengan perluasan areal. Terbatasnya areal, menyebabkan pengembangan lebih
banyak pada intensifikasi. Intensifikasi dilakukan melalui Panca Usaha Tani, (lima usaha
tani), yaitu :
1. Teknik pengolahan lahan pertanian
2. Pengaturan irigasi
3. Pemupukan
4. Pemberantasan hama
5. Penggunaan bibit unggul
Untuk meningkatkan produksi pangan dan produksi pertanian umumnya dilakukan dengan
empat usaha pokok, yaitu sebagai berikut.
a. Intensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan
pancausaha tani.
b. Ekstensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka
lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan
ternak.
c. Diversifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan
keanekaragaman usaha tani.
d. Rehabilitasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan
kemampuan daya produkstivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.
2. Dampak Positif Revolusi Hijau
1. Penggunaan mesin traktor untuk pengolahan sawah dan tanah
2. Teknologi hujan buatan
3. Penggunaan mesin untuk memanen gandum atau padi
4. Ditemukannya mesin penggiling padi dan gandum
5. Intensifikasi dalam dunia pertanian
6. Ditemukannya bibit unggul
7. Berdirinya IPTN ( Industri Pesawat Terbang Nusantara)
8. Pembangunan pabrik di berbagai tempat, missal pabrik semen (Krakatau Steel)
9. Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh pertanian.
10. Daerah yang tadinya hanya dapat memproduksi secara terbatas dan hanya untuk
memenuhi kebutuhan minimal masyarakatnya dapat menikmati hasil yang lebih baik
karena revolusi hijau.
11. Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.
12. Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian Indonesia terutama
terlihat ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga orang beralih usaha ke
sektor agrobisnis.
13. Meningkatkan produktivitas tanaman pangan..
14. Peningkatan produksi pangan menyebabkan kebutuhan primer masyarakat industri
menjadi terpenuhi.
15. Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.
16. Kualitas tanaman pangan semakin meningkat.
3. Dampak Negatif Revolusi Hijau
1. System bagi hasil mengalami perubahan
2. System panen bersama berubah menjadi system upah
3. Kesempatan kerja di pedesaan berkurang karena diganti menjadi mesin
4. Timbul urbanisasi karena di desa tidak ada pekerjaan
5. System ekonomi desa makin luas
6. Ketergantungan pada pupuk kimia makin besar
7. Biaya produksi dan perawatan makin mahal
8. Polusi tanah dan kematian berbagai jenis hewan karena obat hama
9. Penanaman tidak memperhatikan siklus akan mengakibatkan kebalnya hama
10. Timbul kerusakan hutan karena tebang kayu dengan mesin
11. Penggunaan pupuk buatan dan pwstisida secara berlebihan akan mengakibatkan lahan
pertanian menjadi tidak subur lagi.
12. Berkurangnya keanekaragaman genetic jenis tanaman tertentu yang disebabkan oleh
penyeragaman jenis tanaman tertentu yang dikembangkan.
13. Adanya mekanisme pertanian mengakibatkan cara bertani tradisional menjadi
terpinggirkan.
14. Rasa kegotongroyongan semakin menurun.
15. Hasil panen dari beberapa kawasan Revolusi Hijau mengalami penurunan.
16. Muncullah komersialisasi produksi pertanian
17. Muncul sikap individualis dalam hal penguasaan tanah
18. Terjadi perubahan struktur sosial di pedesaan dan pola hubungan antarlapisan petani di
desa dimana hubungan antar lapisan terpisah dan menjadi satuan sosial yang berlawanan
kepentingan.
19. Memudarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat yang awalnya menjadi pengikat
hubungan antar lapisan.
20. Muncul kesenjangan ekonomi karena pengalihan hak milik atas tanah melalui jual beli.
21. Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan ekonomi petani lapisan
bawah sehingga petani kaya mempunyai peluang sangat besar untuk menambah luas
tanah.
22. Menyebabkan tingkat pendapatanpun akan berbeda.
23. Muncul kesenjangan yang terlihat dari perbedaan gaya bangunan maupun gaya
berpakaian penduduk yang menjadi lambang identitas suatu lapisan sosial.
24. Mulai ada upaya para petani untuk beralih pekerjaan ke jenis yang lain seiring
perkembagan teknologi.
6.6 Pangan dan Ketahanan Pangan
6.6.1 Pengertian Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain
yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman. Sistem pangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan,
pembinaan, dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi pangan dan
peredaran pangan sampai dengan siap dikonsumsi manusia
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan,
dan membahayakan kesehatan manusia
6.6.2 Ketahanan Pangan
Dalam undang undang No : 7 tahun 1996 tentang pangan, pengertian ketahanan
pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Dari pengertian tersebut, tersirat bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus
lebih dipahami sebagai pemenuhan kondisi :
(1) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, dengan pengertian
ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan
ikan dan memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, vitamin dan mineral serta turunan, yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
(2) Terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari pencemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang lain dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia, serta aman untuk kaidah agama.
(3) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan bahwa distribusi pangan
harus mendukung tersedianya pangan pada setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
(4) Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan bahwa pangan mudah
diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.
Secara umum, ketahanan pangan mencakup 4 aspek, yaitu kecukupan (sufficiency), akses
(access), keterjaminan (security), dan waktu (time).Dengan adanya aspek tersebut maka
ketahanan pangan dipandang menjadi suatu sistem, yang merupakan rangkaian dari tiga
komponen utama yaitu ketersediaan dan stabilitas pangan (food availability dan stability),
kemudahan memperoleh pangan (food accessibility) dan pemanfaatan pangan.
Rawan Pangan
Rawan pangan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan untuk memperoleh pangan yang
cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan berakvitas dengan baik. Rawan pangan dapat
dibedakan 2 jenis yaitu : (a) rawan pangan kronis, yaitu ketidakcukupan pangan secara
menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga untuk memperoleh pangan yang dibutuhkan
melalui pembelian di pasar atau melalui produksi sendiri. Kondisi ini berakar pada
kemiskinan dan (b) rawan pangan transien/ transistori, yaitu penurunan akses terhadap
pangan yang dibutuhkan rumah tangga secara kontemporer
6.6.3 Permasalahan Pangan Dunia
a. Bencana kelaparan
Disebabkan karena kenaikan harga pangan duniadan bergantinya iklim yang tidak
teratur dapat mengakibatkan tanaman yang ditanam atau padi tidak dapat berkembang
dengan sempurna atau tidak dapat hidup menghasilkan nasi untuk makanan manusia sehari-
hari. Jumlah orang yang kelaparan setiap harinya mencapai angka tertinggi dalam sejarah
sebanyak 1 milyar, atau tepatnya 1,02 milyar, menurut data World Food Program PBB.
Jutaan orang yang berada di tepi jurang kelaparan saat ini masuk dalam kategori ini akibat
krisis ekonomi global yang menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan dan banyak orang
yang kehilangan pekerjaan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, pada tahun 2012
terdapat tambahan sekitar 100 juta orang yang mengalami kelaparan dan kemiskinan kronis
dibandingkan tahun lalu. Sementara jumlah orang yang sangat membutuhkan makanan
bertambah, agen-agen bantuan juga melaporkan rendahnya jumlah bantuan yang diberikan
serta pemangkasan anggaran
b. Sejarah bencana kelaparan dunia
Wabah Kelaparan Besar (bahasa Inggris: The Great Famine mengacu pada kejadian
meluasnya kelaparan di Eropa pada rentang waktu antara tahun 1845-1852. Walaupun
melanda banyak negara Eropa saat itu, dampak terparah terjadi di Irlandia dan Skotlandia.
Dalam sejarah Irlandia bahkan wabah kelaparan ini berdampak luas berupa berkurangnya
penduduk wilayah ini sebesar 20% sampai 25%, yang awalnya berjumlah lima juta penduduk
turun menjadi 3 juta akibat tingginya tingkat kematian dan emigrasi.
Penyebab awal kelaparan ini adalah beruntunnya kegagalan panen kentang akibat
hampir semua umbi kentang tidak dapat dikonsumsi karena terserang hama kentang. Pada
waktu itu, di Irlandia sekitar sepertiga penduduk tergantung sepenuhnya pada kentang untuk
penghidupannya. Akibatnya, dampak terparah mengenai negara itu. Diperkirakan satu juta
orang meninggal dunia dan satu juta lainnya meninggalkan Irlandia. Wabah kelaparan ini di
Irlandia kemudian berdampak luas secara politik, sosial dan ekonomi; dan sampai sekarang
masih diperdebatkan makna sejarahnya.
Setelah kasus di Irlandia, menyusul lah kasus di Ukraina yang disebut
Holdomor.Holodomor adalah peristiwa pembunuhan dan kelaparan beramai-ramai pada
1932-1933 di Ukraina. Hampir 7 juta mati kelaparan akibat tirani Uni Soviet yang
mengamalkan dasar Josef Stalin dengan tujuan menghapus semangat kebangsaan rakyat
Ukraina. Sebanyak 25.000 penduduk kampung meninggal setiap hari atau pada harga 1.000
orang per jam atau 17 orang per menit. Rata-rata umur penduduk Ukraina pada 1933 adalah
7.3 tahun untuk pria dan 10.9 tahun untuk wanita, sedangkan dalam kalangan anak, satu dari
setiap tiga orang, meninggal dunia.Kasus ini oleh sebagian warga dunia dianggap sebagai
persamaan dengan kasus Holocaust oleh Hitler. Kelaparan di Ukraina terjadi karena sistem
denda yg diberlakukan stalin dimana denda tersebut berupa gandum dan bahan makanan lain
dari kampung yang tidak mematuhi kuota akuisisi sereal dan produk pertanian yang sengaja
dikenakan dengan sangat tinggi.
Dilanjutkan pada tahun 1943, adalah kasus Kelaparan di Benggala 1943, yaitu
peristiwa kelaparan yang menimpa Benggala (yang saat itu dijajah oleh Britania).
Diperkirakan sekitar 3 juta orang tewas akibat kelaparan dan gizi buruk. Pemerintah
Benggala bereaksi dengan malas-malasan dan tidak kompeten, menolak untuk menghentikan
ekspor makanan dari Benggala.
Britania Raya mengalami kekalahan di Singapura pad tahun 1942. Burma selanjutnya
diduduki oleh Jepang. Burma merupakan pengekspor beras terbesar di dunia pada periode
antar perang. Pada tahun 1940, sekitar 15% dari beras India berasal dari Burma. Sementara
itu, beras terus diekspor dari India untuk memberi makan tentara perang. Hal ini diperparah
dengan tibanya siklon pada 16 Oktober 1942 di Benggala danOrissa. Banyak daerah
penanaman beras yang banjir, sehingga terjadi gagal panen. Akibatnya, petani harus
memakan hasil surplus mereka, dan bibit yang seharusnya ditanam pada musim dingin 1942-
1943 telah dimakan pada saat cuaca panas tiba pada Mei 1943.
c. Solusi bencana kelaparan
Pemenuhan pangan melalui produksi lokal yang dikenal dengan Kedaulatan Pangan.
Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik
dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Artinya, kedaulatan pangan sangat menjunjung tinggi prinsip diversifikasi
pangan sesuai dengan budaya lokal yang ada. Kedaulatan pangan juga merupakan
pemenuhan hak manusia untuk menentukan sistem pertanian dan pangannya sendiri yang
lebih menekankan pada pertanian berbasiskan keluarga yang berdasarkan pada prinsip
solidaritas–bukan pertanian berbasiskan agribisnis yang berdasarkan pada profit semata
d. Diversifikasi pangan dan perkembangannya
Diversifikasi pangan adalah suatu proses perkembangan dalam pemanfaatan dan
penyediaan pangan ke arah yang semakin beragam. Manfaat diversifikasi pada sisi konsumsi
adalah semakin beragamnya asupan zat gizi, baik makro maupun mikro, untuk menunjang
pertumbuhan, daya tahan, dan produktivitas fisik masyarakat. Kasryno et al. (1993)
memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan
perbaikan gizi masyarakat, yang mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan
distribusi. Sementara Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada dasarnya diversifikasi
pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan, yaitu diversifikasi konsumsi
pangan, diversifikasi ketersediaan pangan, dan diversifikasi produksi pangan.
Diversifikasi konsumsi pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya
peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas.Dalam aspek
makro, peranan diversifikasi pangan dapat dijadikan sebagai instrumen kebijakan untuk
mengurangi ketergantungan pada beras sehingga mampu meningkatkan ketahanan pangan
nasional, serta dapat dijadikan instrumen peningkatan produktifitas kerja melalui perbaikan
gizi masyarakat. Beberapa hasil kajian menunjukkan persediaan pangan yang cukup secara
nasional terbukti tidak menjamin adanya kketahanan pangan tingkat wilayah (regional),
rumah tangga atau individu.
Manfaat Diversifikasi Pangan
1. Semakin beragamnya alternatif jenis pangan yang dapat ditawarkan
2. Kelangkaan suatu jenis pangan tidak memicu kenaikan harga secara signifikan karena
kebutuhan pangan masih dapat dicukupi dengan adanya jenis pangan yang lain
3. Kelangkaan suatu pangan pokok seperti beras, dapat diisi atau digantikan oleh umbi-
umbian sehingga tidak menimbulkan keresahan sosial
Perkembangan Diversifikasi Pangan
Diversifikasi telah dilaksanakan sejak awal tahun 1960-an. Pada saat pemerintah
mengkhawatirkan pertumbuhan produksi beras yang tidak seimbang dengan pertambahan
penduduk, mulai dilancarkan penyuluhan gizi, termasuk pengetahuan bahwa beras dapat
diganti dengan bahan pangan lain dengan nilai gizi yang sama. Pemerintah melakukan
kampanye "bukan hanya beras" yang disertai dengan introduksi beras ketela, kedelai, jagung
Pada akhir dekade 60-an mulai dicanangkan program perbaikan gizi keluarga, bekerja
sama dengan lembaga asing, seperti organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and
Agriculture Organization of the United Nations, FAO), organisasi kesehatan dunia (Wolrd
Health Organization, WHO), dan organisasi untuk kesejahteraan anak (United Nation
Children's Fund, UNICEF).
Program ini mencakup peningkatan kesadaran gizi dan pemanfaatan pekarangan untuk
menghasilkan pangan hasil ternak, ikan, sayuran dan buah. Hingga saat ini program-program
peningkatan kesadaran gizi dan pemasyarakatan pola makan dengan gizi seimbang tersebut
masih terus dilanjutkan, dengan bentuk dan intensitas yang bervariasi dari waktu ke waktu.
Di samping itu dilancarkan pula pengembangan produk-produk pangan, terutama sumber
karbohidrat khas daerah, agar semakin diterima sebagai alternatif bahan pangan pilihan.
Namun setelah program diversifikasi pangan berjalan lebih dari empat puluh tahun,
keberagaman pangan yang kita inginkan belum kunjung tercapai. Apabila dinilai menurut
standar Pola Pangan Harapan (PPH) dengan nilai ideal 100, maka :
· Keragaman penyediaan pangan nasional tahun 2001 mencapai nilai sekitar 73
· Dalam hal konsumsi (berdasarkan Susenas 1999) baru sekitar 63.
· Pola konsumsi pangan kita sekitar 40 persen diwarnai oleh padi-padian yangsebagian
besar beras; 26 persen sayur dan buah; 13 persen pangan hewani terutama ikan, daging
unggas dan telur; 8 persen kacang-kacangan seperti kedelai, kacang hijau dan kacang
tanah; dan 6 persen minyak dan lemak terutama bahan nabati.
Dengan proporsi ideal padi-padian dan pangan hewani sebesar 25 dan 24 persen, pola
konsumsi kita masih terlalu tinggi pada padi-padian dan terlalu rendah pada pangan hewani.
Aspek yang Memicu Diversifikasi Pangan
Tiga aspek penting yang harus digarap untuk memacu diversifikasi pangan secara efektif,
yaitu:
1. daya tarik ekonomi dan citra pangan yang ditawarkan;
2. kemampuan ekonomi masyarakat; dan
3. kesadaran masyarakat terhadap pangan bergizi dan kesehatan.
Tantangan Diversifikasi Pangan
1. Kebijakan pengembangan pangan yang terfokus pada beras
2. Upaya penggalian dan pemanfaatan sumber sumber pangan karbohidrat lokal masih
kurang
3. Pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam
4. Kemampuan memproduksi pangan lokal masih rendah, terutama musim paceklik
5. Penerapan teknologi produksi dan teknologi pengolahan pangan lokal di masyarakat
tidak mampu mengimbangi pangan olahan asal impor yang membanjiri pasar.