Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan di Padarincang Banten
Tiur Hermawaty Simatupang dan Mohammad Kemal Dermawan
Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424
E-mail: [email protected]
Abstrak
Tulisan ini membahas mengenai penolakan masyarakat Padarincang terhadap rencana pembangunan pabrik AQUA Danone. Penolakan masyarakat yang telah berlangsung lama dan tak kunjung mendapatkan penyelesaian menuntun masyarakat kepada pembentukan suatu gerakan sosial bernama GRAPPAD (Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone). Dengan menggunakan teori perilaku kolektif dan gerakan sosial, skripsi ini berupaya melihat serta mengidentifikasi penolakan masyarakat yang tertuang di dalam GRAPPAD. Tentang bagaimana masyarakat Padarincang berusaha mempertahankan wilayah mereka dari potensi kejahatan lingkungan, dengan mengoptimalkan suatu gerakan sosial. Kata Kunci: Penolakan Masyarakat, Kejahatan Lingkungan, Perilaku Kolektif, Gerakan Sosial.
Social Movement against Environmental Crime in Padarincang Banten
Abstract This Thesis discusses about Padarincang’s rejection over AQUA Danone development plan. How the society’s rejection has been ignored for a long time, and then lead the society for guidance to Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone/GRAPPAD’s forming. The Thesis draws on collective behavior and social movement theories to argue the society’s rejection over AQUA Danone, which is contained on GRAPPAD. Furthermore its pertaining how Padarincang society contrive to protect their territory from environmental crime, by using and optimizing social movement. Keywords: Community’s Rejection, Environmental Crime, Collective Behavior, Social Movement.
Pendahuluan
Perkembangan industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia ialah salah satu
upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air. Salah satunya ialah kelompok
perusahaan AQUA yang hadir sebagai pelopor dan merupakan perusahaan AMDK terbesar di
Indonesia. Setidaknya hingga saat ini, terdapat 17 pabrik yang mengatasnamakan kepemilikan
AQUA di Indonesia, dan belum termasuk rencana-rencana pembangunan pabrik baru di
beberapa wilayah.1 AQUA dengan dominasi dan pabrik-pabriknya diakui telah berperan
1 Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) AQUA Group periode 2011-2012. Dokumen Laporan Keberlanjutan ini dapat diunduh pada website resmi AQUA Group, pada laman sebagai berikut: http://www.aqua.com/aqua_lestari/# (Diakses penulis pada Sabtu, 6 Agustus 2016; pukul 20.40 WIB)
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
signifikan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air. Namun pada realitas yang
terjadi, pergolakan masyarakat seringkali menyerang kelompok perusahaan AQUA,
khususnya dari masyarakat yang bermukim di sekitar pabrik AMDK AQUA. Meskipun
terdapat masalah dan pergolakan masyarakat di beberapa wilayah pabriknya, kelompok
perusahaan AQUA tetap percaya diri untuk dapat mengekspansi kekuasaannya. Beberapa
kawasan dengan sumber mata air kemudian menjadi target kelompok perusahaan AQUA
untuk mendirikan pabrik baru. Salah satu target AQUA melalui PT. Tirta Investama ialah
kawasan Cirahab di Kecamatan Padarincang, Banten.
Surat Izin Bupati Nomor 593/Kep.50-Huk/2007 telah merestui rencana pembangunan
pabrik AQUA Padarincang tanpa adanya pemberitahuan dan sosialisasi kepada masyarakat.
Masyarakat Padarincang yang belakangan mengetahui mengenai hal tersebut kemudian
mengemukakan penolakan terhadap rencana pembangunan pabrik. Penolakan masyarakat
Padarincang terhadap AQUA sejatinya berpedoman kepada 3 hal mendasar, yang pertama
yaitu kesadaran teogeologis2 yang berkaitan dengan kearifan lokal masyarakat Padarincang
yang memegang teguh kepercayan terhadap agama dan spiritualitas. Hal kedua yakni
kesadaran historis, dimana masyarakat Padarincang mendalami sejarah bangsa Indonesia yang
pernah dijajah kekuatan asing, serta tidak ingin Danone melakukan hal serupa kepada daerah
mereka. Hal ketiga yaitu kesadaran hak dasar atas air, dimana masyarakat menyadari ancaman
kekeringan dan kerusakan lingkungan yang dapat terjadi sebagai akibat dari privatisasi serta
eksploitasi air oleh AQUA.3
Penolakan masyarakat Padarincang dimulai sejak pertengahan tahun 2008, dimana mereka
telah melakukan berbagai upaya untuk menggagalkan rencana pembangunan pabrik AQUA.
Namun, berbagai upaya penolakan dan protes masyarakat tersebut tidak dihiraukan oleh pihak
perusahaan. Sebagaimana pihak perusahaan menilai bahwa penolakan masyarakat adalah hal
yang biasa terjadi di awal rencana pembangunan pabrik. Pada permasalahan ini, masyarakat
Padarincang harus menelan kekecewaan berkali-kali, tidak didengarkan aspirasinya, dan
dianggap sebagai masyarakat anti investasi yang menolak peluang serta lapangan pekerjaan
yang lebih modern.
2 Kesadaran teogeologis merupakan penggabungan dari kepercayaan akan wacana / ilmu agama (teologi) dengan ilmu tentang bumi (geologi). Sesuai dengan kepercayaan ini, masyarakat menganggap bahwa air bukan hanya sumber penghidupan warisan bumi tetapi juga merupakan “amanah” dari sang pencipta yang harus dijaga dan dibela dari berbagai pentuk perusakan. 3 Suatu dokumen yang dibuat oleh perlawanan masyarakat Padarincang yaitu GRAPPAD (Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone) dengan judul “Membendung Komersialisasi Melawan Kekeringan Air”.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
Hingga pada tahun 2010 lahirlah gerakan masyarakat Padarincang yang kuat dan
terintegrasi bernama Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone
(GRAPPAD). Dengan GRAPPAD masyarakat Padarincang semakin gencar melakukan
penolakan, termasuk di dalamnya rencana-rencana demonstrasi. Setelah sekian lama
melakukan usaha-usaha penolakan yang tidak membuahkan hasil, dengan GRAPPAD
masyarakat Padarincang akhirnya berhasil mengusir AQUA dari wilayah mereka. Penolakan
masyarakat Padarincang terhadap pembangunan pabrik AQUA tidak dihiraukan dalam waktu
yang lama, sehingga masyarakat harus melahirkan suatu gerakan sosial untuk memfasilitasi
penolakan mereka. Penelitian ini kemudian mempertanyakan mengapa masyarakat harus
membentuk GRAPPAD terlebih dahulu untuk dapat menggagalkan kejahatan lingkungan di
daerah mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih menyeluruh, tentang keberhasilan
GRAPPAD dalam menggagalkan upaya korporasi AQUA yang ingin melakukan eksploitasi
air di wilayah Padarincang. Peneliti secara lebih lanjut ingin menemukan jawaban atas
pertanyaan penelitian, yakni mengapa masyarakat harus membentuk GRAPPAD terlebih
dahulu, untuk dapat menggagalkan kejahatan lingkungan di daerah mereka. Bukankah hal ini
bertentangan dengan prinsip negara demokratis yang seharusnya mendengarkan aspirasi
masyarakat, meskipun tanpa diwadahi oleh suatu gerakan sosial. Selain hal yang telah
dikemukakan di atas, penulis merasa keberhasilan GRAPPAD ialah bukti bahwa masyarakat
memiliki kecerdasan dan kekuatan untuk dapat melindungi daerah mereka dari kejahatan
lingkungan oleh korporasi. Dengan menuangkan perjuangan masyarakat Padarincang ke
dalam suatu karya, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bersama, serta
berguna bagi masyarakat. di kemudian hari.
Tinjauan Teoritis
Berangkat dari perspektif konflik, peneliti berupaya menggali dan menjelaskan mengenai
permasalahan masyarakat Padarincang dengan PT. Tirta Investama. Sebagaimana yang
dikemukakan Lewis A. Coser sebagai fungsionalisme konflik, sisi positif dari.konflik ialah
dapat menjadi dasar pembentukan konsensus dan pergerakan. Konflik adalah suatu hal dasar
yang melekat di dalam struktur sosial dan interaksi manusia. Selain itu, konflik juga
merupakan suatu kondisi atau perilaku rasional dari sekelompok orang atau masyarakat.
Konflik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial, meskipun menimbulkan permasalahan
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
atau perpecahan, konflik dapat digunakan sebagai evaluasi dan sarana pembaruan
(pembentukan kembali) suatu struktur.4
Ketika masyarakat Padarincang memutuskan untuk melakukan penolakan terhadap rencana
pembangunan pabrik AQUA Padarincang, peneliti berupaya menjelaskan hal tersebut dengan
teori perilaku kolektif. Sebagaimana perilaku kolektif dapat dimengerti sebagai suatu tindakan
bersama oleh sejumlah besar orang, terjadi karena terdapat pemicu berupa rangsangan, yang
membuat sejumlah besar orang bereaksi.5 Secara lebih lanjut terdapat perilaku kolektif yang
dikenal sebagai value-oriented movement atau perilaku kolektif yang berorientasi pada nilai.
Value-oriented movement dapat didefinisikan sebagai suatu upaya kolektif yang berusaha
memulihkan, melindungi, memodifikasi atau bahkan membuat nilai-nilai didasarkan pada
kepercayaan dan tujuan bersama. Value-oriented movement dipahami pula sebagai suatu
sarana untuk mengekspresikan keluhan bersama, tentang apa yang dirasa merugikan, ataupun
protes dari berbagai jenis ketegangan maupun ketidakadilan.6
Lebih lanjut teori perilaku kolektif berkaitan pula dengan teori gerakan sosial, dimana
gerakan sosial ialah bentuk lanjutan dari suatu bentuk perilaku kolektif. Terlihat pada
penolakan masyarakat Padarincang yang kemudian melahrikan GRAPPAD, suatu bentuk
perilaku kolektif yang melalui serangkaian proses pengoordinasian, kemudian mengarahkan
perilaku kolektif tersebut kepada pembentukan suatu identitas sebagai suatu entitas sosial.7
Gerakan sosial ialah mobilisasi kolektif dengan tujuan, bergerak berdasarkan isu dan
identitas serta penyuaraan hak-hak yang spesifik. Seperti yang dikemukakan oleh Blumer
bahwa gerakan sosial ialah usaha kolektif yang berupaya mencapai kebaruan, dengan tujuan
jangka panjang untuk perubahan sosial.8 Sedangkan John Wilson mendefinisikan gerakan
sosial sebagai suatu upaya ‘sadar’, secara kolektif dan terorganisasi untuk membawa atau
menolak perubahan dalam tatanan sosial. Diawali dari suatu kegelisahan yang melahirkan
mobilisasi sosial, gerakan sosial merupakan wadah yang tidak dapat diprediksi dari suatu
struktur dan kepemimpinan. Gerakan sosial terbentuk bukan hanya dengan partisipasi yang
4 Lewis A. Coser, The Functions of Social Conflict, (New York: The Free Press, 1956), hlm. 19. 5 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 187-188. 6 Neil J Smelser, Theory of Collective Behavior, (New York: The Free Press, 1965), hlm. 313-315. 7 Jaap Van Ginneken, Collective Behavior and Public Opinion: Rapid Shifts in Opinion and Communication, (London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 2003), hlm. 130. 8 Marjorie Mayo, Global Citizens: Social Movements and the Challenge of Globalization, (London: Canadian Scholars’ Press Inc, 2005), hlm. 54.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
mendukungnya, lebih dari itu gerakan sosial memerlukan pembangunan identitas dari mereka
yang bersedia dan mampu menggiatkan upaya dalam mencapai tujuan.9
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Berfokus kepada
permasalahan masyarakat Padarincang dengan kelompok perusaahan AQUA, peneliti
beriorientasi pada penemuan yang bervariasi, tidak statis, serta dengan asumsi realitas di
lapangan yang kompleks. Pendekatan kualitatif mendeskripsikan permasalahan dari sudut
pandang mereka yang terlibat dan berpartisipasi dalam suatu masalah, dengan harapan akan
menghasilkan pemahaman yang lebih baik serta mendalam.10 Teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti yaitu dengan observasi langsung, melakukan wawancara mendalam,
serta membuat catatan lapangan.
Peneliti melakukan penelitian di Desa Ciomas dan Desa Curug Goong, Kecamatan
Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Pemilihan lokasi penelitian ini terkait dengan
keberadaan narasumber di Desa Ciomas dan Desa Curug Goong sebagai tempat lahirnya
GRAPPAD, serta lokasi dimana pabrik AQUA dulunya akan dibangun. Selain melakukan
penelitian di dua desa tersebut, penulis juga melakukan penelitian ke Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia (WALHI) Eksekutif Nasional di Jalan Tegalparang Utara No 14, Mampang,
Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini penulis memiliki beberapa kriteria untuk pemilihan
narsumber, yaitu:
1. Masyarakat Padarincang yang turut langsung dari awal penolakan rencana
pembangunan pabrik AQUA, dan mereka yang menjadi penggagas berdirinya
GRAPPAD.
2. Pemerhati lingkungan WALHI yang sering meneliti tentang AQUA dan turut
membantu masyarakat dalam kasus penolakan pabrik AQUA Padarincang.
Dengan kriteria tersebut, pemilihan narasumber di WALHI lebih mudah dilakukan karena
penulis pernah mengikuti kegiatan magang di WALHI Eksekutif Nasional. Pemerhati
lingkungan WALHI yang dipilih menjadi narasumber sebanyak 2 orang, yaitu Edo Rakhman
9 Jaap Van Ginneken, Op.cit., hlm. 131-132. 10 Uwe Flick, Ernst Von Kardoff & Ines Steinke, What is Qualitative Research? An Introduction to the Field, di dalam Uwe Flick, Ernst Von Kardoff & Ines Steinke (Editors), A Companion to Qualitative Research, (London: Sage Publications, 2004), hlm. 3-5.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
selaku Manajer Penanganan Kasus dan Emergensi Respon, dan M Islah sebagai pekerja
lingkungan yang bertugas menangani kasus AQUA Padarincang.
Sedangkan pemilihan narasumber dari masyarakat Padarincang dilakukan dengan banyak
bantuan dari WALHI. Diawali dengan pemberian kontak salah satu aktivis Padarincang yang
bekerja di Jakarta sebagai gatekeeper penelitian, yaitu Usep Saepul Ahyar yang juga menulis
tesis berkaitan dengan gerakan sosial masyarakat Padarincang. Melalui gatekeeper, peneliti
diberikan arahan untuk menghubungi H Akhsan sebagai salah satu tokoh masyarakat
Padarincang yang dahulu merupakan salah satu penggagas GRAPPAD. H Akhsan menerima
dengan baik maksud dari peneliti serta bersedia memberikan tumpangan ketika peneliti
menginap di Padarincang. H Akhsan selaku narasumber pertama peneliti di Padarincang juga
memberikan akses kepada narasumber kedua yaitu Cece Hidayatul Buhori.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Potensi Kerusakan Lingkungan dalam Pembangunan Pabrik AQUA Padarincang
1. Dampak Negatif Lingkungan dalam Dokumen AMDAL
Rencana pembangunan pabrik AQUA Padarincang yang tidak berjalan mulus, disebabkan
oleh penolakan masyarakat yang membuat AQUA harus memberhentikan proses
pembangunan pabrik. Salah satu hal yang menjadi alasan penolakan ialah pembedahan
dokumen AMDAL. Sebagaimana dokumen AMDAL AQUA terdiri dari 411 bagian, berisikan
informasi-informasi yang seakan membenarkan kemungkinan terjadinya kerusakan
lingkungan di wilayah bakal pabrik AQUA Padarincang.
Lokasi tapak kegiatan pabrik AQUA akan memanfaatkan mata air Cirahab yang berada di
desa tempat permukiman warga, dan berdekatan dengan Cagar Alam Rawadano.12 Rencana
pembangunan pabrik secara lebih lanjut menempati lahan yang tidak terlalu jauh dari rumah-
rumah warga, dan beberapa masih berupa area persawahan. Hal ini seharusnya menjadi poin
yang cukup berpengaruh bagi rencana pembangunan pabrik, karena lokasinya yang beririsan
langsung dengan wilayah masyarakat. Lebih-lebih lagi, sesuai dengan penjelasan dalam KA-
ANDAL, rencana eksploitasi air tanah yang akan dilakukan oleh PT Tirta Investama 11 Dokumen AMDAL AQUA terdiri dari: 1) Kerangka Acuan untuk Pembangunan Pabrik (KA-ANDAL), 2) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), 3) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan 4) Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) 12 Selain tertulis jelas di dokumen AMDAL, keberadaan calon pabrik AQUA yang berada di sekitar permukiman warga telah dikunjungi langsung oleh peneliti. Lahan seluas 12 hektar tersebut dekat dengan rumah warga, area persawahan, dan juga bendungan yang digunakan masyarakat untuk mandi dan mencuci.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
diperkirakan akan menimbulkan berbagai dampak “penting” pada komponen lingkungan
hidup di sekitarnya.
Sebagian Lahan Calon Pabrik AQUA
Sumber: Dokumentasi Peneliti Ketika Berkunjung Ke Lokasi Calon Pabrik AQUA
2. Ketakutan Masyarakat terhadap Contoh Kerusakan Lingkungan oleh Pabrik AQUA di
Lokasi Lain
Selama kurang lebih 40 tahun, kelompok perusahaan AQUA dengan 17 pabriknya telah
menjadi produsen terbesar dalam bisnis AMDK, yakni dengan menguasai lebih dari 40 persen
pasar di Indonesia.13 Namun dengan berdirinya pabrik-pabrik AQUA tersebut, ternyata
memunculkan pergolakan masyarakat di beberapa wilayah pabrik. Hal itu disebabkan oleh
eksploitasi air tanah yang berimbas pada menurunnya kualitas lingkungan, serta
terviktimisasinya masyarakat sekitar pabrik. Beberapa wilayah pabrik yang kerap menjadi
sorotan karena permasalahan dengan perusahaan AQUA, yakni seperti pabrik AQUA
Sukabumi, pabrik AQUA Klaten, dan pabrik AQUA lainnya.
Kerusakan Lingkungan di Pabrik AQUA Sukabumi
Dengan bantuan organisasi lingkungan seperti WALHI dan KRuHA, masyarakat
Padarincang diberikan edukasi tentang kerusakan lingkungan di pabrik AQUA Sukabumi.
Pada pemantauan dampak eksploitasi AMDK AQUA oleh KRuHA, kerusakan lingkungan di
pabrik AQUA Sukabumi terlihat dari kesulitan masyarakat untuk mendapat akses terhadap air
13 Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) AQUA Group periode 2011-2012.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
bersih. Eksploitasi sumber daya air dilakukan AQUA dengan pengeboran air tanah, melalui
penggalian jalur air artesis dengan mesin bor bertekanan tinggi membuat yang kekeringan
seringkali terjadi. Selain itu, aktivitas pabrik juga menyebabkan penurunan kualitas dan
kuantitas sumber daya air dari tahun ke tahun, seperti misalnya sumur harus digali lebih
dalam 10 meter dari tahun-tahun sebelumnya, untuk dapat memenuhi kebutuhan akan air.
Kesulitan akses terhadap air bersih membuat warga sekitar pabrik terpaksa menggunakan
air keruh yang berasal dari pembuangan selokan sawah untuk kebutuhan sehari-hari, seperti
untuk mandi dan mencuci. Keadaan terparah ialah pada saat musim kemarau, dimana semua
sumber air akan mengalami kekeringan (tidak ada air sama sekali), yang mengharuskan
masyarakat untuk membeli air dari perusahaan-perusahaan AMDK Sukabumi. Begitu pula
dengan ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian yang berkurang secara drastis, dimana
banyak sawah warga yang tidak mendapatkan pengairan dengan baik dan hanya
mengandalkan air hujan. Sedangkan pada musim kemarau, lebih dari setengah area sawah
warga tidak bisa ditanami padi karena jumlah air yang tidak mencukupi.14
Selaras dengan pemantauan KRuHA, penelitian skripsi karya Putri Hardiyanti membahas
hal berkaitan, yakni tentang masyarakat yang menjadi korban dari perusahaan AQUA di
Sukabumi. Pembahasan skripsi ini memperlihatkan bagaimana daerah di sekitar pabrik selalu
mengalami kekeringan, terlebih pada musim kemarau. Hal ini jelas merupakan penurunan
kualitas lingkungan, karena sebelum pabrik AMDK beroperasi masyarakat tidak pernah
kesulitan mendapatkan air di kawasan mereka yang kaya akan sumber daya air. Pada tahun
2015 kerusakan lingkungan di pabrik AQUA Sukabumi semakin terbukti dengan penetapan
status “Waspada Kekeringan” oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah
(BNPBD) Kabupaten Sukabumi.15
Kerusakan Lingkungan di Pabrik AQUA Klaten
Masyarakat Padarincang juga mengetahui perihal kerusakan lingkungan di pabrik AQUA
Klaten. Sebagaimana lingkungan di sekitar pabrik AQUA Klaten mengalami hal yang kurang
lebih sama dengan Sukabumi. Sebagai akibat dari aktivitas pabrik AQUA yang melakukan
eksploitasi air, penduduk di Polanharjo Klaten harus merasakan kesulitan akses terhadap air
setelah pabrik AQUA berdiri. Berbanding terbalik dengan keadaan sekarang, dahulu sumber
14 Penelitian Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA) oleh Daniel Mangoting & Indro Surono yang berjudul “Pemantauan Dampak Eksploitasi AMDK AQUA terhadap Lingkungan dan Penduduk Sekitar Pabrik (Kasus PT Tirta Investama di Kabupaten Sukabumi)” pada tahun 2006. 15 Putri Hardiyanti, Analisis Korban Greenwash Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) X – Studi Kasus: Terhadap Masyarakat Cidahu-Sukabumi, (Skripsi Kriminologi UI, 2016).
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
daya air selalu dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Klaten. Hal ini merupakan suatu bukti
nyata kerusakan lingkungan, mengingat Kabupaten Klaten adalah wilayah dengan sumber
daya air melimpah, dengan kurang lebih 150 mata air yang tersebar di satu kabupaten.
Sebagai dampak lanjutan dari kerusakan lingkungan, masyarakat Klaten harus menjadi
korban dari kejahatan lingkungan oleh perusahaan AQUA. Masyarakat tidak dapat secara
bebas mengakses sumber daya air, kesulitan memenuhi kebutuhan air sehari-hari, serta
kekurangan air untuk kebutuhan pertanian dan irigasi lahan. Dengan keadaan sulit tersebut,
masyarakat harus menyewa pompa air untuk kebutuhan sehari-hari atau bahkan harus
membeli air bersih dengan harga yang mahal.16
Kerusakan Lingkungan di Pabrik AQUA Lainnya
Meskipun masyarakat Padarincang lebih berfokus kepada 2 contoh kasus, yakni kasus
kerusakan lingkungan di pabrik Sukabumi dan Klaten; tetapi perlu diketahui bahwa beberapa
lingkungan sekitar pabrik AQUA lainnya juga mengalami hal yang sama. Contoh pabrik
AQUA lain yang mengalami permasalahan hampir serupa dengan kasus Sukabumi dan Klaten
adalah pabrik di Airmadidi, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Pernah mendapatkan
perhatian WALHI karena kerusakan lingkungan, pabrik Airmadidi juga mendapat protes
mengenai permasalahan limbah di lingkungan perusahaan. Selain persoalan lingkungan,
pabrik ini juga mendapat keluhan dari masyarakat karena kurang mempekerjakan tenaga kerja
lokal. Padahal perusahaan AQUA telah berkomitmen untuk mempekerjakan minimal 70%
tenaga kerja lokal.17
Menurut M. Islah selaku pemerhati lingkungan dan Kepala Unit Pendidikan Eksekutif
Nasional WALHI, dalam beberapa permasalahan pabrik AQUA masyarakat pasti melakukan
tuntutan ke pabrik atau perusahaan. Tuntutan dapat berupa penolakan ataupun permintaan
agar perusahaan lebih memperhatikan masyarakat sekitar. Hal ini membuktikan bahwa
masyarakat yang berdomisili di dekat tapak kegiatan kerap menjadi korban dari aktivitas
eksploitasi pabrik AQUA yang berpengaruh kepada lingkungan.
Di beberapa kasus masyarakat dengan perusahaan AQUA yang tidak terekspos media,
seringkali kepentingan masyarakat yang terganggu akibat kerusakan lingkungan tidak
dianggap secara signifikan. Penolakan atau tuntutan masyarakat tidak mendapatkan 16 Qurratie Zain, Collaboration Strategy dalam Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR): Studi Kasus Aqua Danone Klaten, (Jurnal Hubungan Internasional Universitas Airlangga, 2015) 17 Suatu pemberitaan mengenai permasalahan AQUA Airmadidi Sulawesi Utara pada fajarmanado.com. Berita ini dapat diakses pada laman http://fajarmanado.com/pt-tirta-investama-aqua-kurang-pekerjakan-naker-lokal/ (Diakses penulis pada Rabu, 12 April 2017; pukul 11:42 WIB)
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
penanganan atau bahkan tidak ditanggapi sama sekali. Pemerintah daerah seakan tidak
memperdulikan masyarakat dengan melakukan pembiaran kepada kejahatan lingkungan. Hal-
hal seperti inilah yang tidak diinginkan oleh masyarakat Padarincang yang menolak
pembangunan pabrik AQUA Danone.
3. Reaksi Masyarakat sebagai Protes Rencana Keberadaan Pabrik
Dengan semakin jelasnya dampak negatif yang akan ditimbulkan pembangunan pabrik
AQUA, serta contoh-contoh kerusakan lingkungan yang nyata terjadi di beberapa wilayah
pabrik, membuat masyarakat Padarincang memantapkan diri untuk menolak keberadaan
pabrik AQUA di wilayah mereka. Perbedaan kepentingan antara masyarakat dengan pihak
perusahaan melahirkan pertentangan dan konflik atas rencana keberadaan pabrik. Masyarakat
Padarincang yang ingin melindungi wilayah mereka dari kejahatan lingkungan kemudian
berupaya mewujudkan gagasan tersebut dengan penolakan dan melahirkan gerakan sosial.18
Selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Kamanto Sunarto19 sebagai perilaku kolektif,
bahwa penolakan yang dilakukan masyarakat Padarincang terjadi karena adanya pemicu
berupa rangsangan. Penemuan tentang keadaan pabrik lain, kemudian juga membuktikan
asumsi-asumsi yang telah mereka bayangkan sebelumnya.
Kedatangan AQUA Danone dengan tujuan eksploitasi air membuat masyarakat merasa
harus menyuarakan penolakan sebagai protes rencana keberadaan pabrik. Pembebasan 10
hingga 15 hektar lahan calon pabrik AQUA, menargetkan Cekungan Air Bawah Tanah
(CABT) mata air Cirahab yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Padarincang. Dimana
masyarakat beranggapan bahwa rencana eksploitasi tersebut jelas menyalahi undang-undang,
berikut pula akan melanggar hak atas air masyarakat; bahwa sumber daya air ialah hak
masyarakat dan tidak boleh diprivatisasi.
Protes dan penolakan masyarakat terhadap rencana pembangunan pabrik AQUA
memperlihatkan apa yang dikemukakan Smelser20 sebagai value-oriented movement atau
perilaku kolektif yang berorientasi pada nilai. Masyarakat Padarincang memiliki nilai yang
didasarkan pada kepercayaan bersama, membuat mereka melakukan tindakan sebagai upaya
mencapai tujuan bersama pula. Secara lebih jauh, menurut Smelser value-oriented movement
ialah sarana untuk mengekspresikan keluhan bersama, tentang apa yang dirasa merugikan,
18 Lewis A. Coser, Op.cit., hlm. 19-21 19 Kamanto Sunarto, Op.cit., hlm. 187-188. 20 Neil J. Smelser, Op.cit., hlm. 313-315.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
ataupun protes dari berbagai jenis ketegangan maupun ketidakadilan.21 Hal ini selaras dengan
penolakan masyarakat Padarincang yang mengekspresikan keluhan atas rencana
pembangunan pabrik AQUA yang dirasa merugikan.
Penolakan terhadap pembangunan pabrik dimulai dengan berkumpulnya beberapa warga,
para aktivis lokal dan mahasiswa yang berdiskusi diawal kedatangan AQUA Danone yang
tidak berterus-terang, setelah itu pembahasan berlanjut dengan strategi-strategi penolakan
masyarakat. Beberapa anggota masyarakat tersebut kemudian mencari lebih banyak massa
dengan mengumpulkan masyarakat, dimulai dari tingkat desa lalu berlanjut ke tingkat
kecamatan. Penolakan masyarakat semakin menyebar didukung dengan persatuan masyarakat
di bidang agama. Masyarakat percaya bahwa sesuai dengan ajaran agama, lingkungan ialah
titipan dari sang pencipta yang tidak boleh dirusak dengan cara apapun, termasuk didalamnya
eksploitasi air.
Penolakan masyarakat Padarincang sebagai reaksi atas rencana pembangunan pabrik
AQUA memenuhi ciri-ciri suatu perilaku kolektif. Sebagaimana penolakan tersebut dilakukan
bersama-sama oleh sejumlah besar masyarakat Padarincang, serta terjadi dikarenakan adanya
pemicu berupa potensi perusakan lingkungan oleh pabrik AQUA. Penolakan ini juga dapat
disebut sebagai value-oriented movement atau perilaku kolektif yang berorientasi pada nilai;
karena upaya penolakan dilandasi dengan kepercayaan masyarakat Padarincang tentang
bahaya pabrik AQUA. Selain itu penolakan masyarakat Padarincang memiliki tujuan
bersama, untuk dapat menggagalkan pembangunan pabrik AQUA di wilayah mereka. Dapat
dikatakan bahwa penolakan masyarakat Padarincang ialah sarana untuk mengekspresikan
keluhan bersama, tentang pabrik AQUA yang dirasa merugikan dan tidak memedulikan
masyarakat sekitar.
Perilaku kolektif masyarakat Padarincang yang tertuang pada penolakan rencana
pembangunan pabrik, pada tahun 2008 berhasil memberhentikan aktivitas pembangunan
pabrik. Hal ini disebabkan semakin menguatnya penolakan warga yang melakukan berbagai
upaya untuk mengusir AQUA Danone Namun ternyata pemberhentian aktivitas itu hanya
untuk sementara waktu, karena AQUA tetap kembali melakukan pembangunan tanpa
memedulikan masyarakat.
Penolakan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama kemudian melahirkan
Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone (GRAPPAD) di pertengahan
21 Ibid.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
tahun 2010, ketika AQUA datang untuk yang kedua kali. Kemunculan GRAPPAD dilandasi
oleh isu memperjuangkan keadilan sosial, yakni masyarakat Padarincang yang berupaya
menyuarakan haknya, dan melindungi wilayah mereka dari kerusakan lingkungan. Dengan
pembentukan GRAPPAD, penolakan masyarakat Padarincang kemudian memiliki suatu
identitas. Secara lebih lanjut perlawanan AQUA Danone yang dilakukan oleh GRAPPAD
menjadi lebih terorganisir, menyatu dan tidak separatis.
Dampak Gerakan Sosial terhadap Kelanjutan Pembangunan Pabrik AQUA
1. Efektivitas Gerakan Sosial sebagai Perilaku Kolektif
Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone atau GRAPPAD merupakan
suatu gerakan sosial yang lahir dari tidak didengarkannya penolakan masyarakat Padarincang.
Bertujuan untuk melindungi wilayah mereka dari kejahatan lingkungan dengan menggagalkan
rencana pembangunan pabrik AQUA Danone; GRAPPAD merupakan perilaku kolektif
masyarakat Padarincang yang didasarkan pada kepentingan bersama. Setelah sekian lama
melakukan penolakan dan tidak didengarkan, melalui GRAPPAD masyarakat Padarincang
kembali melakukan berbagai upaya penolakan pembangunan pabrik AQUA. Yang membuat
berbeda dengan penolakan-penolakan sebelumnya adalah penolakan GRAPPAD sudah
beridentitas, lebih inheren dan lebih terstruktur dalam rencana kegiatannya.
Menggalang solidaritas dan dukungan dalam upaya mencabut Surat Izin Bupati Nomor
593/Kep.50-Huk/2007 tertanggal 8 Februari 2007, yang memberikan izin eksploitasi kepada
PT Tirta Investama. Secara kronologis surat izin ini dianggap cacat dari segi proses, pertama
tidak adanya proses sosialisasi untuk mendapatkan legitimasi publik terkait dukungan
masyarakat, dan yang kedua surat izin tersebut tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku,
dimana seharusnya surat izin dapat terbit setelah dokumen AMDAL selesai dibuat.22
Efektivitas GRAPPAD sebagai perilaku kolektif berupa gerakan sosial, akan dibahas
peneliti melalui empat aspek yang merujuk pada ciri-ciri yang harus dimiliki suatu gerakan
sosial. Empat aspek tersebut dimulai dari proses terbentuknya gerakan sosial, tujuan dari
gerakan sosial, aktivitas/kegiatan yang dilakukan, dan yang terakhir pencapaian tujuan
gerakan sosial.23
Proses Terbentuknya Gerakan Sosial
22 Daddy Hartadi, Jurnal Tanah Air Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Edisi II/ Tahun ke XXX/2010, dalam artikel berjudul “Perlawanan Rakyat Padarincang Membendung Privatisasi, Melawan Kekeringan Air”. 23 Sebagaimana ciri gerakan sosial menurut Blumer, ialah suatu mobilisasi kolektif yang memiliki tujuan jangka panjang, bergerak dan berusaha untuk mencapai tujuan dan perubahan yang diinginkan.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
Sebagaimana awal proses terbentuknya GRAPPAD sesuai dengan penjelasan sebelumnya,
disebabkan oleh penolakan masyarakat Padarincang yang tidak dihiraukan oleh beberapa
pihak terkait. GRAPPAD ialah upaya konsensus yang lahir dari konflik masyarakat dengan
korporasi, dapat pula dilihat sebagai upaya perbaikan dan perjuangan oleh masyarakat
Padarincang. Penolakan yang telah berlangsung lama dan tidak didengarkan, membuat
masyarakat memikirkan strategi yang lebih kuat untuk mencapai tujuan penolakan.
Pembentukan GRAPPAD ialah untuk persatuan dan kesatuan dalam perlawanan rencana
pembangunan pabrik AQUA. Beranggotakan semua masyarakat yang menolak AQUA,
dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah, masyarakat merasa harus bergerak sendiri
dengan mendirikan GRAPPAD.
Proses terbentuknya GRAPPAD diawali dengan berkumpulnya beberapa anggota
masyarakat dan aktivis asli Padarincang, untuk kembali membahas permasalahan dengan
AQUA Danone. Saat itu para aktivis merasa bahwa penolakan masyarakat memerlukan
peningkatan dalam kekuatan dan aktivitas. Setelah pertemuan pertama tersebut, mereka
sebagai bagian dari masyarakat sepakat untuk mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, jawara-jawara, yang akan membuat perkumpulan itu semakin meluas.
Proses selanjutnya, beberapa masyarakat yang sudah terkumpul melakukan pencarian
strategi perekrutan lebih banyak masyarakat. Berawal dari satu desa, yakni Desa Ciomas,
GRAPPAD membuat tim yang terdiri dari 15-20 orang yang menyasar setiap desa di
Padarincang. Tim ini kemudian menyebar ke masyarakat setiap desa untuk melakukan
sosialisasi mengenai potensi dampak buruk yang dapat ditimbulkan pabrik AQUA Danone.
Selain itu, para aktivis juga aktif mendatangi tiap kampung untuk memberikan pengarahan
lebih lanjut kepada masyarakat.
Setelah menghimpun banyak massa dari 14 desa di Padarincang, GRAPPAD sepakat untuk
bergerak bersama-sama, meskipun tanpa struktur kepengurusan. Mengadakan pertemuan, dan
meminta bantuan kepada ahli yang dapat mendukung GRAPPAD, seperti WALHI dan
KRuHA yang merupakan organisasi lingkungan. GRAPPAD dengan bantuan organisasi
lingkungan tersebut, kemudian melakukan berbagai aktivitas yang sekiranya dapat membuat
mereka mencapai tujuan penolakan. Hal ini senada dengan penjelasan John Wilson mengenai
gerakan sosial, bahwa gerakan sosial diawali dari suatu kegelisahan yang melahirkan
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
mobilisasi sosial. Secara lebih lanjut, gerakan sosial merupakan wadah yang tidak dapat
diprediksi dari suatu struktur dan kepemimpinan.24
Tujuan dari Gerakan Sosial
Setelah beberapa penjelasan sebelumnya yang sempat menyinggung beberapa tujuan dari
GRAPPAD, peneliti dapat mengatakan bahwa tujuan utama yang ingin dicapai oleh
GRAPPAD ialah mengusir AQUA Danone. Tujuan itu tetap tidak berubah, bahkan dari kali
pertama masyarakat melakukan penolakan terhadap perusahaan AQUA. Mengusir AQUA
Danone termasuk pula membatalkan rencana eksploitasi yang ingin dilakukan perusahaan
AQUA di wilayah Padarincang. Selain itu, dapat dianggap pula sebagai upaya penggagalan
terhadap potensi kejahatan lingkungan.
Aktivitas/Kegiatan yang Dilakukan
Untuk mencapai tujuannya mengusir AQUA Danone, GRAPPAD kemudian melakukan
beberapa aktivitas dan kegiatan sebagai misi ataupun target pergerakan. Salah satu aktivitas
yang dilakukan di awal bergeraknya GRAPPAD ialah pengorganisasian masyarakat,
pengorganisasian dilakukan dengan berbagai instrumen, seperti misalnya instrumen
kebudayaan, agama dan sosial yang tertuang dalam beberapa kegiatan, seperti sosialisasi dan
pengajian.
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan GRAPPAD adalah melakukan pembedahan
dokumen-dokumen AMDAL AQUA, sebagai bukti dari potensi kerusakan lingkungan oleh
rencana eksploitasi air. Setelah mendapatkan cukup bukti, GRAPPAD lalu melakukan aksi
dan pelaporan dari tingkat kecamatan hingga tingkat nasional, seperti ke Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), KOMNAS HAM, Kedutaan Besar Perancis,
bahkan ke Istana Negara. Namun GRAPPAD kemudian harus menelan kekecewaan, karena
upaya-upaya tersebut tidak ditindaklanjuti oleh pihak-pihak tersebut.
Karena tidak dilanjutinya sejumlah aksi dan pelaporan GRAPPAD, dan PT Tirta Investama
tetap bersikeras ingin melanjutkan pembangunan pabrik AQUA, pada akhir tahun 2010
GRAPPAD membuktikan eksistensinya demi hengkangnya AQUA Danone. Pada 5
Desember 2010, sekitar 10 ribu masyarakat dari semua kecamatan melakukan demonstrasi ke
lokasi pembangunan pabrik AQUA. Ribuan masyarakat itu berjalan bersama-sama menuju
lapangan Danone di Desa Curug Goong. Pihak kepolisian yang ada di tempat seakan berpihak
24 Jaap Van Ginneken, Op.cit., hlm. 130-131.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
pada perusahaan, semakin membuat masyarakat emosi dan melampiaskan kemarahan kepada
alatalat pembangunan pabrik.
Pencapaian Tujuan
Setelah aksi demonstrasi terbesar yang dilakukan GRAPPAD pada tanggal 5 Desember
2010, tepat pada bulan Februari 2011 AQUA Danone menyatakan pembatalan rencananya
eksploitasi air dan pembangunan pabrik di Padarincang. Hal ini merupakan pencapaian atas
tujuan GRAPPAD, yaitu mengusir AQUA Danone dari wilayah mereka. Setelah sekian lama
masyarakat melakukan usahausaha penolakan yang tidak membuahkan hasil, dengan
GRAPPAD masyarakat Padarincang akhirnya berhasil menggagalkan potensi kejahatan
lingkungan oleh korporasi AQUA.
Merujuk pada efektivitas, seberapa jauh target meliputi kuantitas, kualitas dan waktu.
GRAPPAD sebagai suatu gerakan sosial telah berhasil mencapai tujuannya, meskipun dalam
waktu yang cukup panjang. Efektivitas GRAPPAD kemudian terbukti pada:
a. Dengan GRAPPAD, penolakan masyarakat Padarincang kemudian memiliki nama dan
identitas. Hal ini memudahkan GRAPPAD berhubungan dengan jaringan dan organisasi lain.
b. Dengan GRAPPAD gerakan masyarakat Padarincang menjadi lebih inheren, dan tidak
separatis.
c. Perbedaan hasil yang didapatkan, saat sesudah dan sebelum terbentuknya GRAPPAD
dalam penolakan masyarakat terhadap rencana pembangunan pabrik AQUA.
Demonstrasi Terbesar GRAPPAD (5 Desember 2010) Sumber: Dokumentasi Masyarakat Padarincang (GRAPPAD
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
2. Tanggapan PT Tirta Investama terhadap Protes Kolektif
Setelah mendapat izin lokasi untuk pembangunan industri pada Februari 2007, PT Tirta
Investama sangat yakin akan dapat merealisasikan rencana pembangunan pabrik AQUA di
Padarincang. Padahal secara kronologis surat izin seharusnya tidak dapat terbit sebelum
pembuatan dokumen AMDAL selesai. Hal ini mengindikasikan telah terjadi hal diluar
ketentuan dan prosedur, sebagaimana penyelesaian dokumen AMDAL AQUA baru dilakukan
pada Agustus 2008 setelah terjadi penolakan masyarakat.
Dengan menjanjikan beberapa hal, seperti memberikan kontribusi bagi Pemerintah
Kabupaten Serang untuk meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah), peningkatan
perekonomian masyarakat dengan merekrut pengangguran, pihak AQUA berharap
pembangunan pabrik akan dapat selesai sesuai dengan target, dan kemudian dapat beroperasi
sesuai dengan rencana.
Penolakan masyarakat terhadap rencana eksploitasi sumber daya air di Padarincang, tidak
serta merta membuat AQUA Danone menyurutkan niatnya untuk melakukan pembangunan
pabrik. Sebaliknya AQUA memberikan beberapa tanggapan terhadap protes kolektif yang
dilakukan masyarakat. Tanggapan-tanggapan pihak AQUA menyiratkan ketidakpedulian
AQUA terhadap usaha-usaha penolakan oleh masyarakat. Seperti misalnya pihak AQUA
yang menganggap bahwa penolakan masyarakat ialah hal biasa di awal rencana pembangunan
pabrik, yang membuat perusahaan tetap memaksakan kehendaknya kepada masyarakat untuk
melakukan pembangunan pabrik AQUA Padarincang.
Pemaksaan kehendak AQUA terlihat dari perusahaan yang masih mengupayakan
beberapa cara agar pembangunan pabrik dapat dilaksanakan meskipun telah mendapat
penolakan dari masyarakat. Upaya tersebut meliputi pendekatan ke Pemerintah Daerah
Banten, mengajak kepala-kepala desa untuk mendukung realisasi pembangunan pabrik, serta
menjanjikan banyak hal kepada masyarakat berupa perekrutan pengangguran dan peningkatan
perekonomian.
Meskipun telah melakukan banyak upaya, pihak AQUA pada akhirnya harus menelan
kekecewaan karena tidak dapat menjalankan pembangunan pabrik di Padarincang. Setelah
aksi demonstrasi GRAPPAD yang terbesar pada 5 Desember 2010, dimana perusahaan
mengalami banyak kerugian. Pihak AQUA akhirnya menyatakan pembatalan rencana
pembangunan pabriknya di Padarincang, tepat pada bulan Februari 2011.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
3. Reaksi Pihak Terkait
Penolakan masyarakat Padarincang terhadap AQUA yang akhirnya melahirkan suatu
gerakan sosial, memiliki keterkaitan dengan beberapa pihak. Sebagaimana permasalahan yang
berkepanjangan antara AQUA dengan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak
langsung pada akhirnya melibatkan dan menyeret beberapa pihak. Seperti misalnya pihak
LSM yang membantu masyarakat dalam penolakan, kelompok mahasiswa, pihak Pemerintah
Daerah Banten, Bupati Serang, DPRD Kabupaten Serang, pihak panitia DPLH (Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup), dan pihak-pihak lainnya. Selain keterlibatan, terlihat pula
keberpihakan beberapa pihak tersebut dalam permasalahan ini. Seperti misalnya pihak LSM
dan mahasiswa yang mendukung dan membantu masyarakat, berikut pula pihak pemerintah
yang berpihak kepada PT Tirta Investama tanpa memedulikan aspirasi masyarakat
Padarincang. Hal ini pula yang menambah ketegangan dalam permasalahan atau konflik
rencana pembangunan pabrik antara masyarakat dengan pihak AQUA
Kesimpulan dan Saran Dari pembahasan mengenai permasalahan masyarakat Padarincang dengan pihak AQUA,
dimana masyarakat harus membentuk gerakan sosial bernama GRAPPAD untuk
menggagalkan rencana pembangunan pabrik AQUA Danone, dapat disimpulkan bahwa:
⋅ Terdapat kejanggalan dalam agenda langkah pembangunan yang cenderung
“menggampangkan‟ masyarakat. Hal ini terlihat dari tidak adanya sosialisasi
pembangunan pabrik kepada masyarakat, pemerintah yang tidak melibatkan masyarakat
dalam pengambilan keputusan pemberian izin eksploitasi, serta tidak didengarkannya
penolakanpenolakan masyarakat.
⋅ Pihak perusahaan dan pemberi izin terkesan terlalu memaksakan realisasi dari rencana
pembangunan pabrik AQUA Padarincang. Meskipun mendapatkan penolakan dan protes
keras, mereka tetap berupaya untuk dapat melanjutkan pembangunan.
⋅ Pembentukan gerakan sosial bernama GRAPPAD adalah opsi atau pilihan masyarakat
yang tidak didengarkan aspirasinya. Sebagaimana masyarakat sudah melakukan penolakan
dalam jangka waktu yang cukup panjang, tetapi rencana pembangunan pabrik tetap tidak
dibatalkan.
⋅ Dalam permasalahan masyarakat Padarincang yang bersinggungan dengan kelompok
perusahaan AQUA, penolakan rencana pembangunan pabrik dan pembentukan gerakan
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
sosial ialah bentuk dari collective conscience yang memperjuangkan kepentingan
masyarakat, yakni pencegahan kejahatan lingkungan yang dapat ditimbulkan oleh pabrik
AQUA.
⋅ GRAPPAD ialah upaya konsensus yang lahir dari konflik masyarakat dengan korporasi,
dapat pula dilihat sebagai upaya perbaikan dan perjuangan, serta evaluasi dalam tatanan
kebijakan.
⋅ Tujuan masyarakat untuk mengusir AQUA bisa saja tidak tercapai tanpa GRAPPAD.
Karena GRAPPAD ialah identitas, yang membuat penolakan masyarakat Padarincang
menjadi lebih inheren dan tidak separatis.
⋅ Keberhasilan masyarakat Padarincang mengusir AQUA Danone dengan suatu gerakan
sosial, membuktikan tentang adanya kesadaran masyarakat akan bahaya kejahatan
lingkungan dan eksploitasi air. Selain itu, GRAPPAD ialah bukti bahwa masyarakat
memiliki kekuatan untuk dapat melindungi dan mempertahankan wilayah mereka dari
kejahatan lingkungan oleh korporasi.
Saran yang dapat penulis ajukan terkait dengan penelitian ini, adalah agar pihak
pemerintah selaku pemberi izin usaha dapat lebih memperhatikan kepentingan masyarakat.
Pemerintah perlu melakukan pertimbangan, dan menelusuri lebih dalam tentang kepentingan-
kepentingan dalam rencana pembangunan pabrik AQUA, seperti penjawaban dari pertanyaan
“untuk siapakah pembangunan pabrik AQUA ini sebenarnya”, apakah berkenaan dengan
kepentingan masyarakat, atau ternyata malah sebaliknya.
Sesungguhnyalah, pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi dan mendengarkan
aspirasi rakyat, sesuai dengan prinsip demokrasi, pemerintah merupakan representasi
masyarakat yang mengemban tugas demi kepentingan masyarakat. Secara lebih lanjut, sesuai
dengan UUD 1945 pemanfaatan sumber daya alam harus diatur dan dilaksanakan secara adil,
selaras dengan undangundang dan peraturan yang berlaku. Bahwa sumber daya air merupakan
kekayaan milik negara, yang penggunaannya wajib didasarkan kepada perwujudan
kesejahteraan masyarakat.
Saran berikutnya, diajukan kepada masyarakat di wilayah lain yang mungkin mengalami
permasalahan serupa. Bahwa mengutarakan pendapat, seperti penolakan dan protes adalah
hak dari setiap warga negara. Meskipun tidak selalu didengarkan, masyarakat juga harus
melakukan upaya untuk perlindungan lingkungan dari potensi perusakan.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
Berikut kepada mahasiswa dan masyarakat secara umum yang juga perlu melakukan
pengawasan kepada kondisi lingkungan, bahwa permasalahan lingkungan adalah
permasalahan bersama, dan menyangkut kepentingan banyak orang. Sudah sepantasnya kita
dapat lebih peka terhadap permasalahanpermasalahan lingkungan yang terjadi di sekeliling
kita, bukan hanya bereaksi jika terkena dampak langsung dari kerusakan lingkungan.
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
Daftar Referensi
Buku
Callanan, V. J. (2005). Feeding the fear of crime: Crime-related media and support for three
strikes. New York: LFB Scholarly Publishing LLC.
Coser, L. A. (1956). The functions of social conflict. New York: The Free Press.
Creswell, J. W. (2003). Research design qualitative, quantitative and mixed methods
approaches. New Delhi: Sage Publications.
Flick, U., Ernst V. K., & Ines S. (2004). What is qualitative research? An introduction to the
field. In Uwe Flick, Ernst Von Kardoff & Ines Steinke (Editors). A companion to
qualitative research. London: Sage Publications.
Ginneken, J. V. 2003. Collective behavior and public opinion: Rapid shifts in opinion and
communication. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Mayo, M. (2005). Global citizens: Social movements and the challenge of globalization.
London: Canadian Scholars’ Press Inc.
Neuman, W. L. (2014). Social research methods: Qualitative and quantitative approaches
seventh edition. Edinburgh: Parson Education Limited.
Smelser, N. J. (1965). Theory of collective behavior. New York: The Free Press.
Sunarto, K. (2004). Pengantar sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Jurnal
Mangoting, D., & Indro S. (2006). Pemantauan dampak eksploitasi AMDK AQUA terhadap
lingkungan dan penduduk sekitar pabrik (Kasus PT Tirta Investama di Kabupaten
Sukabumi). Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air.
Zain, Q. (2015). Collaboration strategy dalam implementasi corporate social responsibility
(CSR): Studi kasus Aqua Danone Klaten. Jurnal Hubungan Internasional Universitas
Airlangga, 2, 81-98.
Skripsi / Tesis / Disertasi
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
Hardiyanti, P. (2016). Analisis korban greenwash perusahaan air minum dalam kemasan
(AMDK) AQUA – Studi kasus: Terhadap masyarakat CidahuSukabumi. Skripsi
Universitas Indonesia, Departemen Kriminologi.
Artikel
Hartadi, D. (2010). Perlawanan Rakyat Padarincang membendung privatisasi, melawan
kekeringan air. Dalam Jurnal Tanah Air Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Edisi
II/ Tahun ke XXX/2010.
KRuHA. (n.d.). Runtuhnya mitos negara budiman kekuatan ekonomi politik asing berusaha
menyingkirkan kedaulatan rakyat (Kasus AMDK AQUA DANONE di Padarincang,
Banten). Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air.
Dokumen
Dokumen yang dibuat oleh perlawanan masyarakat Padarincang yaitu GRAPPAD (Gerakan
Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone) dengan judul “Membendung
komersialisasi melawan kekeringan air”. Dokumen ini berisikan latar belakang dan
juga alasan mengapa masyarakat Padarincang menolak pembangunan AQUA di
wilayah mereka, terdapat pula kronologi protes masyarakat hingga lahirnya
GRAPPAD (Didapatkan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif
Nasional).
Dokumen kerangka acuan untuk pembangunan pabrik PT Tirta Investama dan eksploitasi air
tanah untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Desa Curug Goong, Kecamatan
Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Diterbitkan pada Januari 2008.
(Didapatkan dari arsip Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Nasional).
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) pembangunan pabrik PT Tirta
Investama dan eksploitasi air tanah untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Diterbitkan pada Agustus 2008. (Didapatkan dari arsip Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia Eksekutif Nasional).
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) pembangunan pabrik PT Tirta Investama
dan eksploitasi air tanah untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Desa Curug
Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Diterbitkan
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017
pada Agustus 2008. (Didapatkan dari arsip Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
Eksekutif Nasional).
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) pembangunan pabrik PT Tirta Investama
dan eksploitasi air tanah untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Desa Curug
Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Diterbitkan
pada Agustus 2008. (Didapatkan dari arsip Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
Eksekutif Nasional).
Web site
AQUA Danone. (n.d.). Retrieved from AMDK AQUA Danone Web Site: www.aqua.com
AQUA Group. (2012). Sustainability Report 2011-2012. Retrieved from AMDK AQUA
Danone Web Site: www.aqua.com
AQUA Group. (2014). Sustainability Report 2013-2014. Retrieved from AMDK AQUA
Danone Web Site: www.aqua.com
Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017