22
Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan di Padarincang Banten Tiur Hermawaty Simatupang dan Mohammad Kemal Dermawan Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424 E-mail: [email protected] Abstrak Tulisan ini membahas mengenai penolakan masyarakat Padarincang terhadap rencana pembangunan pabrik AQUA Danone. Penolakan masyarakat yang telah berlangsung lama dan tak kunjung mendapatkan penyelesaian menuntun masyarakat kepada pembentukan suatu gerakan sosial bernama GRAPPAD (Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone). Dengan menggunakan teori perilaku kolektif dan gerakan sosial, skripsi ini berupaya melihat serta mengidentifikasi penolakan masyarakat yang tertuang di dalam GRAPPAD. Tentang bagaimana masyarakat Padarincang berusaha mempertahankan wilayah mereka dari potensi kejahatan lingkungan, dengan mengoptimalkan suatu gerakan sosial. Kata Kunci: Penolakan Masyarakat, Kejahatan Lingkungan, Perilaku Kolektif, Gerakan Sosial. Social Movement against Environmental Crime in Padarincang Banten Abstract This Thesis discusses about Padarincang’s rejection over AQUA Danone development plan. How the society’s rejection has been ignored for a long time, and then lead the society for guidance to Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone/GRAPPAD’s forming. The Thesis draws on collective behavior and social movement theories to argue the society’s rejection over AQUA Danone, which is contained on GRAPPAD. Furthermore its pertaining how Padarincang society contrive to protect their territory from environmental crime, by using and optimizing social movement. Keywords: Community’s Rejection, Environmental Crime, Collective Behavior, Social Movement. Pendahuluan Perkembangan industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia ialah salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air. Salah satunya ialah kelompok perusahaan AQUA yang hadir sebagai pelopor dan merupakan perusahaan AMDK terbesar di Indonesia. Setidaknya hingga saat ini, terdapat 17 pabrik yang mengatasnamakan kepemilikan AQUA di Indonesia, dan belum termasuk rencana-rencana pembangunan pabrik baru di beberapa wilayah. 1 AQUA dengan dominasi dan pabrik-pabriknya diakui telah berperan 1 Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) AQUA Group periode 2011-2012. Dokumen Laporan Keberlanjutan ini dapat diunduh pada website resmi AQUA Group, pada laman sebagai berikut: http://www.aqua.com/aqua_lestari/# (Diakses penulis pada Sabtu, 6 Agustus 2016; pukul 20.40 WIB) Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan di Padarincang Banten

Tiur Hermawaty Simatupang dan Mohammad Kemal Dermawan

Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424

E-mail: [email protected]

Abstrak

Tulisan ini membahas mengenai penolakan masyarakat Padarincang terhadap rencana pembangunan pabrik AQUA Danone. Penolakan masyarakat yang telah berlangsung lama dan tak kunjung mendapatkan penyelesaian menuntun masyarakat kepada pembentukan suatu gerakan sosial bernama GRAPPAD (Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone). Dengan menggunakan teori perilaku kolektif dan gerakan sosial, skripsi ini berupaya melihat serta mengidentifikasi penolakan masyarakat yang tertuang di dalam GRAPPAD. Tentang bagaimana masyarakat Padarincang berusaha mempertahankan wilayah mereka dari potensi kejahatan lingkungan, dengan mengoptimalkan suatu gerakan sosial. Kata Kunci: Penolakan Masyarakat, Kejahatan Lingkungan, Perilaku Kolektif, Gerakan Sosial.

Social Movement against Environmental Crime in Padarincang Banten

Abstract This Thesis discusses about Padarincang’s rejection over AQUA Danone development plan. How the society’s rejection has been ignored for a long time, and then lead the society for guidance to Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone/GRAPPAD’s forming. The Thesis draws on collective behavior and social movement theories to argue the society’s rejection over AQUA Danone, which is contained on GRAPPAD. Furthermore its pertaining how Padarincang society contrive to protect their territory from environmental crime, by using and optimizing social movement. Keywords: Community’s Rejection, Environmental Crime, Collective Behavior, Social Movement.

Pendahuluan

Perkembangan industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia ialah salah satu

upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air. Salah satunya ialah kelompok

perusahaan AQUA yang hadir sebagai pelopor dan merupakan perusahaan AMDK terbesar di

Indonesia. Setidaknya hingga saat ini, terdapat 17 pabrik yang mengatasnamakan kepemilikan

AQUA di Indonesia, dan belum termasuk rencana-rencana pembangunan pabrik baru di

beberapa wilayah.1 AQUA dengan dominasi dan pabrik-pabriknya diakui telah berperan

                                                                                                                         1 Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) AQUA Group periode 2011-2012. Dokumen Laporan Keberlanjutan ini dapat diunduh pada website resmi AQUA Group, pada laman sebagai berikut: http://www.aqua.com/aqua_lestari/# (Diakses penulis pada Sabtu, 6 Agustus 2016; pukul 20.40 WIB)

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 2: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

signifikan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air. Namun pada realitas yang

terjadi, pergolakan masyarakat seringkali menyerang kelompok perusahaan AQUA,

khususnya dari masyarakat yang bermukim di sekitar pabrik AMDK AQUA. Meskipun

terdapat masalah dan pergolakan masyarakat di beberapa wilayah pabriknya, kelompok

perusahaan AQUA tetap percaya diri untuk dapat mengekspansi kekuasaannya. Beberapa

kawasan dengan sumber mata air kemudian menjadi target kelompok perusahaan AQUA

untuk mendirikan pabrik baru. Salah satu target AQUA melalui PT. Tirta Investama ialah

kawasan Cirahab di Kecamatan Padarincang, Banten.

Surat Izin Bupati Nomor 593/Kep.50-Huk/2007 telah merestui rencana pembangunan

pabrik AQUA Padarincang tanpa adanya pemberitahuan dan sosialisasi kepada masyarakat.

Masyarakat Padarincang yang belakangan mengetahui mengenai hal tersebut kemudian

mengemukakan penolakan terhadap rencana pembangunan pabrik. Penolakan masyarakat

Padarincang terhadap AQUA sejatinya berpedoman kepada 3 hal mendasar, yang pertama

yaitu kesadaran teogeologis2 yang berkaitan dengan kearifan lokal masyarakat Padarincang

yang memegang teguh kepercayan terhadap agama dan spiritualitas. Hal kedua yakni

kesadaran historis, dimana masyarakat Padarincang mendalami sejarah bangsa Indonesia yang

pernah dijajah kekuatan asing, serta tidak ingin Danone melakukan hal serupa kepada daerah

mereka. Hal ketiga yaitu kesadaran hak dasar atas air, dimana masyarakat menyadari ancaman

kekeringan dan kerusakan lingkungan yang dapat terjadi sebagai akibat dari privatisasi serta

eksploitasi air oleh AQUA.3

Penolakan masyarakat Padarincang dimulai sejak pertengahan tahun 2008, dimana mereka

telah melakukan berbagai upaya untuk menggagalkan rencana pembangunan pabrik AQUA.

Namun, berbagai upaya penolakan dan protes masyarakat tersebut tidak dihiraukan oleh pihak

perusahaan. Sebagaimana pihak perusahaan menilai bahwa penolakan masyarakat adalah hal

yang biasa terjadi di awal rencana pembangunan pabrik. Pada permasalahan ini, masyarakat

Padarincang harus menelan kekecewaan berkali-kali, tidak didengarkan aspirasinya, dan

dianggap sebagai masyarakat anti investasi yang menolak peluang serta lapangan pekerjaan

yang lebih modern.

                                                                                                                         2 Kesadaran teogeologis merupakan penggabungan dari kepercayaan akan wacana / ilmu agama (teologi) dengan ilmu tentang bumi (geologi). Sesuai dengan kepercayaan ini, masyarakat menganggap bahwa air bukan hanya sumber penghidupan warisan bumi tetapi juga merupakan “amanah” dari sang pencipta yang harus dijaga dan dibela dari berbagai pentuk perusakan. 3 Suatu dokumen yang dibuat oleh perlawanan masyarakat Padarincang yaitu GRAPPAD (Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone) dengan judul “Membendung Komersialisasi Melawan Kekeringan Air”.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 3: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

Hingga pada tahun 2010 lahirlah gerakan masyarakat Padarincang yang kuat dan

terintegrasi bernama Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone

(GRAPPAD). Dengan GRAPPAD masyarakat Padarincang semakin gencar melakukan

penolakan, termasuk di dalamnya rencana-rencana demonstrasi. Setelah sekian lama

melakukan usaha-usaha penolakan yang tidak membuahkan hasil, dengan GRAPPAD

masyarakat Padarincang akhirnya berhasil mengusir AQUA dari wilayah mereka. Penolakan

masyarakat Padarincang terhadap pembangunan pabrik AQUA tidak dihiraukan dalam waktu

yang lama, sehingga masyarakat harus melahirkan suatu gerakan sosial untuk memfasilitasi

penolakan mereka. Penelitian ini kemudian mempertanyakan mengapa masyarakat harus

membentuk GRAPPAD terlebih dahulu untuk dapat menggagalkan kejahatan lingkungan di

daerah mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih menyeluruh, tentang keberhasilan

GRAPPAD dalam menggagalkan upaya korporasi AQUA yang ingin melakukan eksploitasi

air di wilayah Padarincang. Peneliti secara lebih lanjut ingin menemukan jawaban atas

pertanyaan penelitian, yakni mengapa masyarakat harus membentuk GRAPPAD terlebih

dahulu, untuk dapat menggagalkan kejahatan lingkungan di daerah mereka. Bukankah hal ini

bertentangan dengan prinsip negara demokratis yang seharusnya mendengarkan aspirasi

masyarakat, meskipun tanpa diwadahi oleh suatu gerakan sosial. Selain hal yang telah

dikemukakan di atas, penulis merasa keberhasilan GRAPPAD ialah bukti bahwa masyarakat

memiliki kecerdasan dan kekuatan untuk dapat melindungi daerah mereka dari kejahatan

lingkungan oleh korporasi. Dengan menuangkan perjuangan masyarakat Padarincang ke

dalam suatu karya, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bersama, serta

berguna bagi masyarakat. di kemudian hari.

Tinjauan Teoritis

Berangkat dari perspektif konflik, peneliti berupaya menggali dan menjelaskan mengenai

permasalahan masyarakat Padarincang dengan PT. Tirta Investama. Sebagaimana yang

dikemukakan Lewis A. Coser sebagai fungsionalisme konflik, sisi positif dari.konflik ialah

dapat menjadi dasar pembentukan konsensus dan pergerakan. Konflik adalah suatu hal dasar

yang melekat di dalam struktur sosial dan interaksi manusia. Selain itu, konflik juga

merupakan suatu kondisi atau perilaku rasional dari sekelompok orang atau masyarakat.

Konflik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial, meskipun menimbulkan permasalahan

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 4: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

atau perpecahan, konflik dapat digunakan sebagai evaluasi dan sarana pembaruan

(pembentukan kembali) suatu struktur.4

Ketika masyarakat Padarincang memutuskan untuk melakukan penolakan terhadap rencana

pembangunan pabrik AQUA Padarincang, peneliti berupaya menjelaskan hal tersebut dengan

teori perilaku kolektif. Sebagaimana perilaku kolektif dapat dimengerti sebagai suatu tindakan

bersama oleh sejumlah besar orang, terjadi karena terdapat pemicu berupa rangsangan, yang

membuat sejumlah besar orang bereaksi.5 Secara lebih lanjut terdapat perilaku kolektif yang

dikenal sebagai value-oriented movement atau perilaku kolektif yang berorientasi pada nilai.

Value-oriented movement dapat didefinisikan sebagai suatu upaya kolektif yang berusaha

memulihkan, melindungi, memodifikasi atau bahkan membuat nilai-nilai didasarkan pada

kepercayaan dan tujuan bersama. Value-oriented movement dipahami pula sebagai suatu

sarana untuk mengekspresikan keluhan bersama, tentang apa yang dirasa merugikan, ataupun

protes dari berbagai jenis ketegangan maupun ketidakadilan.6

Lebih lanjut teori perilaku kolektif berkaitan pula dengan teori gerakan sosial, dimana

gerakan sosial ialah bentuk lanjutan dari suatu bentuk perilaku kolektif. Terlihat pada

penolakan masyarakat Padarincang yang kemudian melahrikan GRAPPAD, suatu bentuk

perilaku kolektif yang melalui serangkaian proses pengoordinasian, kemudian mengarahkan

perilaku kolektif tersebut kepada pembentukan suatu identitas sebagai suatu entitas sosial.7

Gerakan sosial ialah mobilisasi kolektif dengan tujuan, bergerak berdasarkan isu dan

identitas serta penyuaraan hak-hak yang spesifik. Seperti yang dikemukakan oleh Blumer

bahwa gerakan sosial ialah usaha kolektif yang berupaya mencapai kebaruan, dengan tujuan

jangka panjang untuk perubahan sosial.8 Sedangkan John Wilson mendefinisikan gerakan

sosial sebagai suatu upaya ‘sadar’, secara kolektif dan terorganisasi untuk membawa atau

menolak perubahan dalam tatanan sosial. Diawali dari suatu kegelisahan yang melahirkan

mobilisasi sosial, gerakan sosial merupakan wadah yang tidak dapat diprediksi dari suatu

struktur dan kepemimpinan. Gerakan sosial terbentuk bukan hanya dengan partisipasi yang

                                                                                                                         4 Lewis A. Coser, The Functions of Social Conflict, (New York: The Free Press, 1956), hlm. 19. 5 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hlm. 187-188. 6 Neil J Smelser, Theory of Collective Behavior, (New York: The Free Press, 1965), hlm. 313-315. 7 Jaap Van Ginneken, Collective Behavior and Public Opinion: Rapid Shifts in Opinion and Communication, (London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 2003), hlm. 130. 8 Marjorie Mayo, Global Citizens: Social Movements and the Challenge of Globalization, (London: Canadian Scholars’ Press Inc, 2005), hlm. 54.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 5: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

mendukungnya, lebih dari itu gerakan sosial memerlukan pembangunan identitas dari mereka

yang bersedia dan mampu menggiatkan upaya dalam mencapai tujuan.9

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Berfokus kepada

permasalahan masyarakat Padarincang dengan kelompok perusaahan AQUA, peneliti

beriorientasi pada penemuan yang bervariasi, tidak statis, serta dengan asumsi realitas di

lapangan yang kompleks. Pendekatan kualitatif mendeskripsikan permasalahan dari sudut

pandang mereka yang terlibat dan berpartisipasi dalam suatu masalah, dengan harapan akan

menghasilkan pemahaman yang lebih baik serta mendalam.10 Teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti yaitu dengan observasi langsung, melakukan wawancara mendalam,

serta membuat catatan lapangan.

Peneliti melakukan penelitian di Desa Ciomas dan Desa Curug Goong, Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Pemilihan lokasi penelitian ini terkait dengan

keberadaan narasumber di Desa Ciomas dan Desa Curug Goong sebagai tempat lahirnya

GRAPPAD, serta lokasi dimana pabrik AQUA dulunya akan dibangun. Selain melakukan

penelitian di dua desa tersebut, penulis juga melakukan penelitian ke Wahana Lingkungan

Hidup Indonesia (WALHI) Eksekutif Nasional di Jalan Tegalparang Utara No 14, Mampang,

Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini penulis memiliki beberapa kriteria untuk pemilihan

narsumber, yaitu:

1. Masyarakat Padarincang yang turut langsung dari awal penolakan rencana

pembangunan pabrik AQUA, dan mereka yang menjadi penggagas berdirinya

GRAPPAD.

2. Pemerhati lingkungan WALHI yang sering meneliti tentang AQUA dan turut

membantu masyarakat dalam kasus penolakan pabrik AQUA Padarincang.

Dengan kriteria tersebut, pemilihan narasumber di WALHI lebih mudah dilakukan karena

penulis pernah mengikuti kegiatan magang di WALHI Eksekutif Nasional. Pemerhati

lingkungan WALHI yang dipilih menjadi narasumber sebanyak 2 orang, yaitu Edo Rakhman

                                                                                                                         9 Jaap Van Ginneken, Op.cit., hlm. 131-132. 10 Uwe Flick, Ernst Von Kardoff & Ines Steinke, What is Qualitative Research? An Introduction to the Field, di dalam Uwe Flick, Ernst Von Kardoff & Ines Steinke (Editors), A Companion to Qualitative Research, (London: Sage Publications, 2004), hlm. 3-5.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 6: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

selaku Manajer Penanganan Kasus dan Emergensi Respon, dan M Islah sebagai pekerja

lingkungan yang bertugas menangani kasus AQUA Padarincang.

Sedangkan pemilihan narasumber dari masyarakat Padarincang dilakukan dengan banyak

bantuan dari WALHI. Diawali dengan pemberian kontak salah satu aktivis Padarincang yang

bekerja di Jakarta sebagai gatekeeper penelitian, yaitu Usep Saepul Ahyar yang juga menulis

tesis berkaitan dengan gerakan sosial masyarakat Padarincang. Melalui gatekeeper, peneliti

diberikan arahan untuk menghubungi H Akhsan sebagai salah satu tokoh masyarakat

Padarincang yang dahulu merupakan salah satu penggagas GRAPPAD. H Akhsan menerima

dengan baik maksud dari peneliti serta bersedia memberikan tumpangan ketika peneliti

menginap di Padarincang. H Akhsan selaku narasumber pertama peneliti di Padarincang juga

memberikan akses kepada narasumber kedua yaitu Cece Hidayatul Buhori.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Potensi Kerusakan Lingkungan dalam Pembangunan Pabrik AQUA Padarincang

1. Dampak Negatif Lingkungan dalam Dokumen AMDAL

Rencana pembangunan pabrik AQUA Padarincang yang tidak berjalan mulus, disebabkan

oleh penolakan masyarakat yang membuat AQUA harus memberhentikan proses

pembangunan pabrik. Salah satu hal yang menjadi alasan penolakan ialah pembedahan

dokumen AMDAL. Sebagaimana dokumen AMDAL AQUA terdiri dari 411 bagian, berisikan

informasi-informasi yang seakan membenarkan kemungkinan terjadinya kerusakan

lingkungan di wilayah bakal pabrik AQUA Padarincang.

Lokasi tapak kegiatan pabrik AQUA akan memanfaatkan mata air Cirahab yang berada di

desa tempat permukiman warga, dan berdekatan dengan Cagar Alam Rawadano.12 Rencana

pembangunan pabrik secara lebih lanjut menempati lahan yang tidak terlalu jauh dari rumah-

rumah warga, dan beberapa masih berupa area persawahan. Hal ini seharusnya menjadi poin

yang cukup berpengaruh bagi rencana pembangunan pabrik, karena lokasinya yang beririsan

langsung dengan wilayah masyarakat. Lebih-lebih lagi, sesuai dengan penjelasan dalam KA-

ANDAL, rencana eksploitasi air tanah yang akan dilakukan oleh PT Tirta Investama                                                                                                                          11 Dokumen AMDAL AQUA terdiri dari: 1) Kerangka Acuan untuk Pembangunan Pabrik (KA-ANDAL), 2) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), 3) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan 4) Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) 12 Selain tertulis jelas di dokumen AMDAL, keberadaan calon pabrik AQUA yang berada di sekitar permukiman warga telah dikunjungi langsung oleh peneliti. Lahan seluas 12 hektar tersebut dekat dengan rumah warga, area persawahan, dan juga bendungan yang digunakan masyarakat untuk mandi dan mencuci.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 7: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

diperkirakan akan menimbulkan berbagai dampak “penting” pada komponen lingkungan

hidup di sekitarnya.

Sebagian Lahan Calon Pabrik AQUA

Sumber: Dokumentasi Peneliti Ketika Berkunjung Ke Lokasi Calon Pabrik AQUA

2. Ketakutan Masyarakat terhadap Contoh Kerusakan Lingkungan oleh Pabrik AQUA di

Lokasi Lain

Selama kurang lebih 40 tahun, kelompok perusahaan AQUA dengan 17 pabriknya telah

menjadi produsen terbesar dalam bisnis AMDK, yakni dengan menguasai lebih dari 40 persen

pasar di Indonesia.13 Namun dengan berdirinya pabrik-pabrik AQUA tersebut, ternyata

memunculkan pergolakan masyarakat di beberapa wilayah pabrik. Hal itu disebabkan oleh

eksploitasi air tanah yang berimbas pada menurunnya kualitas lingkungan, serta

terviktimisasinya masyarakat sekitar pabrik. Beberapa wilayah pabrik yang kerap menjadi

sorotan karena permasalahan dengan perusahaan AQUA, yakni seperti pabrik AQUA

Sukabumi, pabrik AQUA Klaten, dan pabrik AQUA lainnya.

Kerusakan Lingkungan di Pabrik AQUA Sukabumi

Dengan bantuan organisasi lingkungan seperti WALHI dan KRuHA, masyarakat

Padarincang diberikan edukasi tentang kerusakan lingkungan di pabrik AQUA Sukabumi.

Pada pemantauan dampak eksploitasi AMDK AQUA oleh KRuHA, kerusakan lingkungan di

pabrik AQUA Sukabumi terlihat dari kesulitan masyarakat untuk mendapat akses terhadap air

                                                                                                                         13 Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) AQUA Group periode 2011-2012.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 8: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

bersih. Eksploitasi sumber daya air dilakukan AQUA dengan pengeboran air tanah, melalui

penggalian jalur air artesis dengan mesin bor bertekanan tinggi membuat yang kekeringan

seringkali terjadi. Selain itu, aktivitas pabrik juga menyebabkan penurunan kualitas dan

kuantitas sumber daya air dari tahun ke tahun, seperti misalnya sumur harus digali lebih

dalam 10 meter dari tahun-tahun sebelumnya, untuk dapat memenuhi kebutuhan akan air.

Kesulitan akses terhadap air bersih membuat warga sekitar pabrik terpaksa menggunakan

air keruh yang berasal dari pembuangan selokan sawah untuk kebutuhan sehari-hari, seperti

untuk mandi dan mencuci. Keadaan terparah ialah pada saat musim kemarau, dimana semua

sumber air akan mengalami kekeringan (tidak ada air sama sekali), yang mengharuskan

masyarakat untuk membeli air dari perusahaan-perusahaan AMDK Sukabumi. Begitu pula

dengan ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian yang berkurang secara drastis, dimana

banyak sawah warga yang tidak mendapatkan pengairan dengan baik dan hanya

mengandalkan air hujan. Sedangkan pada musim kemarau, lebih dari setengah area sawah

warga tidak bisa ditanami padi karena jumlah air yang tidak mencukupi.14

Selaras dengan pemantauan KRuHA, penelitian skripsi karya Putri Hardiyanti membahas

hal berkaitan, yakni tentang masyarakat yang menjadi korban dari perusahaan AQUA di

Sukabumi. Pembahasan skripsi ini memperlihatkan bagaimana daerah di sekitar pabrik selalu

mengalami kekeringan, terlebih pada musim kemarau. Hal ini jelas merupakan penurunan

kualitas lingkungan, karena sebelum pabrik AMDK beroperasi masyarakat tidak pernah

kesulitan mendapatkan air di kawasan mereka yang kaya akan sumber daya air. Pada tahun

2015 kerusakan lingkungan di pabrik AQUA Sukabumi semakin terbukti dengan penetapan

status “Waspada Kekeringan” oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah

(BNPBD) Kabupaten Sukabumi.15

Kerusakan Lingkungan di Pabrik AQUA Klaten

Masyarakat Padarincang juga mengetahui perihal kerusakan lingkungan di pabrik AQUA

Klaten. Sebagaimana lingkungan di sekitar pabrik AQUA Klaten mengalami hal yang kurang

lebih sama dengan Sukabumi. Sebagai akibat dari aktivitas pabrik AQUA yang melakukan

eksploitasi air, penduduk di Polanharjo Klaten harus merasakan kesulitan akses terhadap air

setelah pabrik AQUA berdiri. Berbanding terbalik dengan keadaan sekarang, dahulu sumber

                                                                                                                         14 Penelitian Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA) oleh Daniel Mangoting & Indro Surono yang berjudul “Pemantauan Dampak Eksploitasi AMDK AQUA terhadap Lingkungan dan Penduduk Sekitar Pabrik (Kasus PT Tirta Investama di Kabupaten Sukabumi)” pada tahun 2006. 15 Putri Hardiyanti, Analisis Korban Greenwash Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) X – Studi Kasus: Terhadap Masyarakat Cidahu-Sukabumi, (Skripsi Kriminologi UI, 2016).

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 9: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

daya air selalu dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Klaten. Hal ini merupakan suatu bukti

nyata kerusakan lingkungan, mengingat Kabupaten Klaten adalah wilayah dengan sumber

daya air melimpah, dengan kurang lebih 150 mata air yang tersebar di satu kabupaten.

Sebagai dampak lanjutan dari kerusakan lingkungan, masyarakat Klaten harus menjadi

korban dari kejahatan lingkungan oleh perusahaan AQUA. Masyarakat tidak dapat secara

bebas mengakses sumber daya air, kesulitan memenuhi kebutuhan air sehari-hari, serta

kekurangan air untuk kebutuhan pertanian dan irigasi lahan. Dengan keadaan sulit tersebut,

masyarakat harus menyewa pompa air untuk kebutuhan sehari-hari atau bahkan harus

membeli air bersih dengan harga yang mahal.16

Kerusakan Lingkungan di Pabrik AQUA Lainnya

Meskipun masyarakat Padarincang lebih berfokus kepada 2 contoh kasus, yakni kasus

kerusakan lingkungan di pabrik Sukabumi dan Klaten; tetapi perlu diketahui bahwa beberapa

lingkungan sekitar pabrik AQUA lainnya juga mengalami hal yang sama. Contoh pabrik

AQUA lain yang mengalami permasalahan hampir serupa dengan kasus Sukabumi dan Klaten

adalah pabrik di Airmadidi, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Pernah mendapatkan

perhatian WALHI karena kerusakan lingkungan, pabrik Airmadidi juga mendapat protes

mengenai permasalahan limbah di lingkungan perusahaan. Selain persoalan lingkungan,

pabrik ini juga mendapat keluhan dari masyarakat karena kurang mempekerjakan tenaga kerja

lokal. Padahal perusahaan AQUA telah berkomitmen untuk mempekerjakan minimal 70%

tenaga kerja lokal.17

Menurut M. Islah selaku pemerhati lingkungan dan Kepala Unit Pendidikan Eksekutif

Nasional WALHI, dalam beberapa permasalahan pabrik AQUA masyarakat pasti melakukan

tuntutan ke pabrik atau perusahaan. Tuntutan dapat berupa penolakan ataupun permintaan

agar perusahaan lebih memperhatikan masyarakat sekitar. Hal ini membuktikan bahwa

masyarakat yang berdomisili di dekat tapak kegiatan kerap menjadi korban dari aktivitas

eksploitasi pabrik AQUA yang berpengaruh kepada lingkungan.

Di beberapa kasus masyarakat dengan perusahaan AQUA yang tidak terekspos media,

seringkali kepentingan masyarakat yang terganggu akibat kerusakan lingkungan tidak

dianggap secara signifikan. Penolakan atau tuntutan masyarakat tidak mendapatkan                                                                                                                          16 Qurratie Zain, Collaboration Strategy dalam Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR): Studi Kasus Aqua Danone Klaten, (Jurnal Hubungan Internasional Universitas Airlangga, 2015) 17 Suatu pemberitaan mengenai permasalahan AQUA Airmadidi Sulawesi Utara pada fajarmanado.com. Berita ini dapat diakses pada laman http://fajarmanado.com/pt-tirta-investama-aqua-kurang-pekerjakan-naker-lokal/ (Diakses penulis pada Rabu, 12 April 2017; pukul 11:42 WIB)

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 10: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

penanganan atau bahkan tidak ditanggapi sama sekali. Pemerintah daerah seakan tidak

memperdulikan masyarakat dengan melakukan pembiaran kepada kejahatan lingkungan. Hal-

hal seperti inilah yang tidak diinginkan oleh masyarakat Padarincang yang menolak

pembangunan pabrik AQUA Danone.

3. Reaksi Masyarakat sebagai Protes Rencana Keberadaan Pabrik

Dengan semakin jelasnya dampak negatif yang akan ditimbulkan pembangunan pabrik

AQUA, serta contoh-contoh kerusakan lingkungan yang nyata terjadi di beberapa wilayah

pabrik, membuat masyarakat Padarincang memantapkan diri untuk menolak keberadaan

pabrik AQUA di wilayah mereka. Perbedaan kepentingan antara masyarakat dengan pihak

perusahaan melahirkan pertentangan dan konflik atas rencana keberadaan pabrik. Masyarakat

Padarincang yang ingin melindungi wilayah mereka dari kejahatan lingkungan kemudian

berupaya mewujudkan gagasan tersebut dengan penolakan dan melahirkan gerakan sosial.18

Selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Kamanto Sunarto19 sebagai perilaku kolektif,

bahwa penolakan yang dilakukan masyarakat Padarincang terjadi karena adanya pemicu

berupa rangsangan. Penemuan tentang keadaan pabrik lain, kemudian juga membuktikan

asumsi-asumsi yang telah mereka bayangkan sebelumnya.

Kedatangan AQUA Danone dengan tujuan eksploitasi air membuat masyarakat merasa

harus menyuarakan penolakan sebagai protes rencana keberadaan pabrik. Pembebasan 10

hingga 15 hektar lahan calon pabrik AQUA, menargetkan Cekungan Air Bawah Tanah

(CABT) mata air Cirahab yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Padarincang. Dimana

masyarakat beranggapan bahwa rencana eksploitasi tersebut jelas menyalahi undang-undang,

berikut pula akan melanggar hak atas air masyarakat; bahwa sumber daya air ialah hak

masyarakat dan tidak boleh diprivatisasi.

Protes dan penolakan masyarakat terhadap rencana pembangunan pabrik AQUA

memperlihatkan apa yang dikemukakan Smelser20 sebagai value-oriented movement atau

perilaku kolektif yang berorientasi pada nilai. Masyarakat Padarincang memiliki nilai yang

didasarkan pada kepercayaan bersama, membuat mereka melakukan tindakan sebagai upaya

mencapai tujuan bersama pula. Secara lebih jauh, menurut Smelser value-oriented movement

ialah sarana untuk mengekspresikan keluhan bersama, tentang apa yang dirasa merugikan,

                                                                                                                         18 Lewis A. Coser, Op.cit., hlm. 19-21 19 Kamanto Sunarto, Op.cit., hlm. 187-188. 20 Neil J. Smelser, Op.cit., hlm. 313-315.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 11: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

ataupun protes dari berbagai jenis ketegangan maupun ketidakadilan.21 Hal ini selaras dengan

penolakan masyarakat Padarincang yang mengekspresikan keluhan atas rencana

pembangunan pabrik AQUA yang dirasa merugikan.

Penolakan terhadap pembangunan pabrik dimulai dengan berkumpulnya beberapa warga,

para aktivis lokal dan mahasiswa yang berdiskusi diawal kedatangan AQUA Danone yang

tidak berterus-terang, setelah itu pembahasan berlanjut dengan strategi-strategi penolakan

masyarakat. Beberapa anggota masyarakat tersebut kemudian mencari lebih banyak massa

dengan mengumpulkan masyarakat, dimulai dari tingkat desa lalu berlanjut ke tingkat

kecamatan. Penolakan masyarakat semakin menyebar didukung dengan persatuan masyarakat

di bidang agama. Masyarakat percaya bahwa sesuai dengan ajaran agama, lingkungan ialah

titipan dari sang pencipta yang tidak boleh dirusak dengan cara apapun, termasuk didalamnya

eksploitasi air.

Penolakan masyarakat Padarincang sebagai reaksi atas rencana pembangunan pabrik

AQUA memenuhi ciri-ciri suatu perilaku kolektif. Sebagaimana penolakan tersebut dilakukan

bersama-sama oleh sejumlah besar masyarakat Padarincang, serta terjadi dikarenakan adanya

pemicu berupa potensi perusakan lingkungan oleh pabrik AQUA. Penolakan ini juga dapat

disebut sebagai value-oriented movement atau perilaku kolektif yang berorientasi pada nilai;

karena upaya penolakan dilandasi dengan kepercayaan masyarakat Padarincang tentang

bahaya pabrik AQUA. Selain itu penolakan masyarakat Padarincang memiliki tujuan

bersama, untuk dapat menggagalkan pembangunan pabrik AQUA di wilayah mereka. Dapat

dikatakan bahwa penolakan masyarakat Padarincang ialah sarana untuk mengekspresikan

keluhan bersama, tentang pabrik AQUA yang dirasa merugikan dan tidak memedulikan

masyarakat sekitar.

Perilaku kolektif masyarakat Padarincang yang tertuang pada penolakan rencana

pembangunan pabrik, pada tahun 2008 berhasil memberhentikan aktivitas pembangunan

pabrik. Hal ini disebabkan semakin menguatnya penolakan warga yang melakukan berbagai

upaya untuk mengusir AQUA Danone Namun ternyata pemberhentian aktivitas itu hanya

untuk sementara waktu, karena AQUA tetap kembali melakukan pembangunan tanpa

memedulikan masyarakat.

Penolakan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama kemudian melahirkan

Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone (GRAPPAD) di pertengahan

                                                                                                                         21 Ibid.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 12: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

tahun 2010, ketika AQUA datang untuk yang kedua kali. Kemunculan GRAPPAD dilandasi

oleh isu memperjuangkan keadilan sosial, yakni masyarakat Padarincang yang berupaya

menyuarakan haknya, dan melindungi wilayah mereka dari kerusakan lingkungan. Dengan

pembentukan GRAPPAD, penolakan masyarakat Padarincang kemudian memiliki suatu

identitas. Secara lebih lanjut perlawanan AQUA Danone yang dilakukan oleh GRAPPAD

menjadi lebih terorganisir, menyatu dan tidak separatis.

Dampak Gerakan Sosial terhadap Kelanjutan Pembangunan Pabrik AQUA

1. Efektivitas Gerakan Sosial sebagai Perilaku Kolektif

Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone atau GRAPPAD merupakan

suatu gerakan sosial yang lahir dari tidak didengarkannya penolakan masyarakat Padarincang.

Bertujuan untuk melindungi wilayah mereka dari kejahatan lingkungan dengan menggagalkan

rencana pembangunan pabrik AQUA Danone; GRAPPAD merupakan perilaku kolektif

masyarakat Padarincang yang didasarkan pada kepentingan bersama. Setelah sekian lama

melakukan penolakan dan tidak didengarkan, melalui GRAPPAD masyarakat Padarincang

kembali melakukan berbagai upaya penolakan pembangunan pabrik AQUA. Yang membuat

berbeda dengan penolakan-penolakan sebelumnya adalah penolakan GRAPPAD sudah

beridentitas, lebih inheren dan lebih terstruktur dalam rencana kegiatannya.

Menggalang solidaritas dan dukungan dalam upaya mencabut Surat Izin Bupati Nomor

593/Kep.50-Huk/2007 tertanggal 8 Februari 2007, yang memberikan izin eksploitasi kepada

PT Tirta Investama. Secara kronologis surat izin ini dianggap cacat dari segi proses, pertama

tidak adanya proses sosialisasi untuk mendapatkan legitimasi publik terkait dukungan

masyarakat, dan yang kedua surat izin tersebut tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku,

dimana seharusnya surat izin dapat terbit setelah dokumen AMDAL selesai dibuat.22

Efektivitas GRAPPAD sebagai perilaku kolektif berupa gerakan sosial, akan dibahas

peneliti melalui empat aspek yang merujuk pada ciri-ciri yang harus dimiliki suatu gerakan

sosial. Empat aspek tersebut dimulai dari proses terbentuknya gerakan sosial, tujuan dari

gerakan sosial, aktivitas/kegiatan yang dilakukan, dan yang terakhir pencapaian tujuan

gerakan sosial.23

Proses Terbentuknya Gerakan Sosial

                                                                                                                         22 Daddy Hartadi, Jurnal Tanah Air Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Edisi II/ Tahun ke XXX/2010, dalam artikel berjudul “Perlawanan Rakyat Padarincang Membendung Privatisasi, Melawan Kekeringan Air”. 23 Sebagaimana ciri gerakan sosial menurut Blumer, ialah suatu mobilisasi kolektif yang memiliki tujuan jangka panjang, bergerak dan berusaha untuk mencapai tujuan dan perubahan yang diinginkan.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 13: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

Sebagaimana awal proses terbentuknya GRAPPAD sesuai dengan penjelasan sebelumnya,

disebabkan oleh penolakan masyarakat Padarincang yang tidak dihiraukan oleh beberapa

pihak terkait. GRAPPAD ialah upaya konsensus yang lahir dari konflik masyarakat dengan

korporasi, dapat pula dilihat sebagai upaya perbaikan dan perjuangan oleh masyarakat

Padarincang. Penolakan yang telah berlangsung lama dan tidak didengarkan, membuat

masyarakat memikirkan strategi yang lebih kuat untuk mencapai tujuan penolakan.

Pembentukan GRAPPAD ialah untuk persatuan dan kesatuan dalam perlawanan rencana

pembangunan pabrik AQUA. Beranggotakan semua masyarakat yang menolak AQUA,

dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah, masyarakat merasa harus bergerak sendiri

dengan mendirikan GRAPPAD.

Proses terbentuknya GRAPPAD diawali dengan berkumpulnya beberapa anggota

masyarakat dan aktivis asli Padarincang, untuk kembali membahas permasalahan dengan

AQUA Danone. Saat itu para aktivis merasa bahwa penolakan masyarakat memerlukan

peningkatan dalam kekuatan dan aktivitas. Setelah pertemuan pertama tersebut, mereka

sebagai bagian dari masyarakat sepakat untuk mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh

agama, jawara-jawara, yang akan membuat perkumpulan itu semakin meluas.

Proses selanjutnya, beberapa masyarakat yang sudah terkumpul melakukan pencarian

strategi perekrutan lebih banyak masyarakat. Berawal dari satu desa, yakni Desa Ciomas,

GRAPPAD membuat tim yang terdiri dari 15-20 orang yang menyasar setiap desa di

Padarincang. Tim ini kemudian menyebar ke masyarakat setiap desa untuk melakukan

sosialisasi mengenai potensi dampak buruk yang dapat ditimbulkan pabrik AQUA Danone.

Selain itu, para aktivis juga aktif mendatangi tiap kampung untuk memberikan pengarahan

lebih lanjut kepada masyarakat.

Setelah menghimpun banyak massa dari 14 desa di Padarincang, GRAPPAD sepakat untuk

bergerak bersama-sama, meskipun tanpa struktur kepengurusan. Mengadakan pertemuan, dan

meminta bantuan kepada ahli yang dapat mendukung GRAPPAD, seperti WALHI dan

KRuHA yang merupakan organisasi lingkungan. GRAPPAD dengan bantuan organisasi

lingkungan tersebut, kemudian melakukan berbagai aktivitas yang sekiranya dapat membuat

mereka mencapai tujuan penolakan. Hal ini senada dengan penjelasan John Wilson mengenai

gerakan sosial, bahwa gerakan sosial diawali dari suatu kegelisahan yang melahirkan

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 14: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

mobilisasi sosial. Secara lebih lanjut, gerakan sosial merupakan wadah yang tidak dapat

diprediksi dari suatu struktur dan kepemimpinan.24

Tujuan dari Gerakan Sosial

Setelah beberapa penjelasan sebelumnya yang sempat menyinggung beberapa tujuan dari

GRAPPAD, peneliti dapat mengatakan bahwa tujuan utama yang ingin dicapai oleh

GRAPPAD ialah mengusir AQUA Danone. Tujuan itu tetap tidak berubah, bahkan dari kali

pertama masyarakat melakukan penolakan terhadap perusahaan AQUA. Mengusir AQUA

Danone termasuk pula membatalkan rencana eksploitasi yang ingin dilakukan perusahaan

AQUA di wilayah Padarincang. Selain itu, dapat dianggap pula sebagai upaya penggagalan

terhadap potensi kejahatan lingkungan.

Aktivitas/Kegiatan yang Dilakukan

Untuk mencapai tujuannya mengusir AQUA Danone, GRAPPAD kemudian melakukan

beberapa aktivitas dan kegiatan sebagai misi ataupun target pergerakan. Salah satu aktivitas

yang dilakukan di awal bergeraknya GRAPPAD ialah pengorganisasian masyarakat,

pengorganisasian dilakukan dengan berbagai instrumen, seperti misalnya instrumen

kebudayaan, agama dan sosial yang tertuang dalam beberapa kegiatan, seperti sosialisasi dan

pengajian.

Kegiatan selanjutnya yang dilakukan GRAPPAD adalah melakukan pembedahan

dokumen-dokumen AMDAL AQUA, sebagai bukti dari potensi kerusakan lingkungan oleh

rencana eksploitasi air. Setelah mendapatkan cukup bukti, GRAPPAD lalu melakukan aksi

dan pelaporan dari tingkat kecamatan hingga tingkat nasional, seperti ke Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), KOMNAS HAM, Kedutaan Besar Perancis,

bahkan ke Istana Negara. Namun GRAPPAD kemudian harus menelan kekecewaan, karena

upaya-upaya tersebut tidak ditindaklanjuti oleh pihak-pihak tersebut.

Karena tidak dilanjutinya sejumlah aksi dan pelaporan GRAPPAD, dan PT Tirta Investama

tetap bersikeras ingin melanjutkan pembangunan pabrik AQUA, pada akhir tahun 2010

GRAPPAD membuktikan eksistensinya demi hengkangnya AQUA Danone. Pada 5

Desember 2010, sekitar 10 ribu masyarakat dari semua kecamatan melakukan demonstrasi ke

lokasi pembangunan pabrik AQUA. Ribuan masyarakat itu berjalan bersama-sama menuju

lapangan Danone di Desa Curug Goong. Pihak kepolisian yang ada di tempat seakan berpihak

                                                                                                                         24 Jaap Van Ginneken, Op.cit., hlm. 130-131.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 15: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

pada perusahaan, semakin membuat masyarakat emosi dan melampiaskan kemarahan kepada

alatalat pembangunan pabrik.

Pencapaian Tujuan

Setelah aksi demonstrasi terbesar yang dilakukan GRAPPAD pada tanggal 5 Desember

2010, tepat pada bulan Februari 2011 AQUA Danone menyatakan pembatalan rencananya

eksploitasi air dan pembangunan pabrik di Padarincang. Hal ini merupakan pencapaian atas

tujuan GRAPPAD, yaitu mengusir AQUA Danone dari wilayah mereka. Setelah sekian lama

masyarakat melakukan usahausaha penolakan yang tidak membuahkan hasil, dengan

GRAPPAD masyarakat Padarincang akhirnya berhasil menggagalkan potensi kejahatan

lingkungan oleh korporasi AQUA.

Merujuk pada efektivitas, seberapa jauh target meliputi kuantitas, kualitas dan waktu.

GRAPPAD sebagai suatu gerakan sosial telah berhasil mencapai tujuannya, meskipun dalam

waktu yang cukup panjang. Efektivitas GRAPPAD kemudian terbukti pada:

a. Dengan GRAPPAD, penolakan masyarakat Padarincang kemudian memiliki nama dan

identitas. Hal ini memudahkan GRAPPAD berhubungan dengan jaringan dan organisasi lain.

b. Dengan GRAPPAD gerakan masyarakat Padarincang menjadi lebih inheren, dan tidak

separatis.

c. Perbedaan hasil yang didapatkan, saat sesudah dan sebelum terbentuknya GRAPPAD

dalam penolakan masyarakat terhadap rencana pembangunan pabrik AQUA.

Demonstrasi Terbesar GRAPPAD (5 Desember 2010) Sumber: Dokumentasi Masyarakat Padarincang (GRAPPAD

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 16: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

2. Tanggapan PT Tirta Investama terhadap Protes Kolektif

Setelah mendapat izin lokasi untuk pembangunan industri pada Februari 2007, PT Tirta

Investama sangat yakin akan dapat merealisasikan rencana pembangunan pabrik AQUA di

Padarincang. Padahal secara kronologis surat izin seharusnya tidak dapat terbit sebelum

pembuatan dokumen AMDAL selesai. Hal ini mengindikasikan telah terjadi hal diluar

ketentuan dan prosedur, sebagaimana penyelesaian dokumen AMDAL AQUA baru dilakukan

pada Agustus 2008 setelah terjadi penolakan masyarakat.

Dengan menjanjikan beberapa hal, seperti memberikan kontribusi bagi Pemerintah

Kabupaten Serang untuk meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah), peningkatan

perekonomian masyarakat dengan merekrut pengangguran, pihak AQUA berharap

pembangunan pabrik akan dapat selesai sesuai dengan target, dan kemudian dapat beroperasi

sesuai dengan rencana.

Penolakan masyarakat terhadap rencana eksploitasi sumber daya air di Padarincang, tidak

serta merta membuat AQUA Danone menyurutkan niatnya untuk melakukan pembangunan

pabrik. Sebaliknya AQUA memberikan beberapa tanggapan terhadap protes kolektif yang

dilakukan masyarakat. Tanggapan-tanggapan pihak AQUA menyiratkan ketidakpedulian

AQUA terhadap usaha-usaha penolakan oleh masyarakat. Seperti misalnya pihak AQUA

yang menganggap bahwa penolakan masyarakat ialah hal biasa di awal rencana pembangunan

pabrik, yang membuat perusahaan tetap memaksakan kehendaknya kepada masyarakat untuk

melakukan pembangunan pabrik AQUA Padarincang.

Pemaksaan kehendak AQUA terlihat dari perusahaan yang masih mengupayakan

beberapa cara agar pembangunan pabrik dapat dilaksanakan meskipun telah mendapat

penolakan dari masyarakat. Upaya tersebut meliputi pendekatan ke Pemerintah Daerah

Banten, mengajak kepala-kepala desa untuk mendukung realisasi pembangunan pabrik, serta

menjanjikan banyak hal kepada masyarakat berupa perekrutan pengangguran dan peningkatan

perekonomian.

Meskipun telah melakukan banyak upaya, pihak AQUA pada akhirnya harus menelan

kekecewaan karena tidak dapat menjalankan pembangunan pabrik di Padarincang. Setelah

aksi demonstrasi GRAPPAD yang terbesar pada 5 Desember 2010, dimana perusahaan

mengalami banyak kerugian. Pihak AQUA akhirnya menyatakan pembatalan rencana

pembangunan pabriknya di Padarincang, tepat pada bulan Februari 2011.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 17: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

3. Reaksi Pihak Terkait

Penolakan masyarakat Padarincang terhadap AQUA yang akhirnya melahirkan suatu

gerakan sosial, memiliki keterkaitan dengan beberapa pihak. Sebagaimana permasalahan yang

berkepanjangan antara AQUA dengan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak

langsung pada akhirnya melibatkan dan menyeret beberapa pihak. Seperti misalnya pihak

LSM yang membantu masyarakat dalam penolakan, kelompok mahasiswa, pihak Pemerintah

Daerah Banten, Bupati Serang, DPRD Kabupaten Serang, pihak panitia DPLH (Dokumen

Pengelolaan Lingkungan Hidup), dan pihak-pihak lainnya. Selain keterlibatan, terlihat pula

keberpihakan beberapa pihak tersebut dalam permasalahan ini. Seperti misalnya pihak LSM

dan mahasiswa yang mendukung dan membantu masyarakat, berikut pula pihak pemerintah

yang berpihak kepada PT Tirta Investama tanpa memedulikan aspirasi masyarakat

Padarincang. Hal ini pula yang menambah ketegangan dalam permasalahan atau konflik

rencana pembangunan pabrik antara masyarakat dengan pihak AQUA

Kesimpulan dan Saran Dari pembahasan mengenai permasalahan masyarakat Padarincang dengan pihak AQUA,

dimana masyarakat harus membentuk gerakan sosial bernama GRAPPAD untuk

menggagalkan rencana pembangunan pabrik AQUA Danone, dapat disimpulkan bahwa:

⋅ Terdapat kejanggalan dalam agenda langkah pembangunan yang cenderung

“menggampangkan‟ masyarakat. Hal ini terlihat dari tidak adanya sosialisasi

pembangunan pabrik kepada masyarakat, pemerintah yang tidak melibatkan masyarakat

dalam pengambilan keputusan pemberian izin eksploitasi, serta tidak didengarkannya

penolakanpenolakan masyarakat.

⋅ Pihak perusahaan dan pemberi izin terkesan terlalu memaksakan realisasi dari rencana

pembangunan pabrik AQUA Padarincang. Meskipun mendapatkan penolakan dan protes

keras, mereka tetap berupaya untuk dapat melanjutkan pembangunan.

⋅ Pembentukan gerakan sosial bernama GRAPPAD adalah opsi atau pilihan masyarakat

yang tidak didengarkan aspirasinya. Sebagaimana masyarakat sudah melakukan penolakan

dalam jangka waktu yang cukup panjang, tetapi rencana pembangunan pabrik tetap tidak

dibatalkan.

⋅ Dalam permasalahan masyarakat Padarincang yang bersinggungan dengan kelompok

perusahaan AQUA, penolakan rencana pembangunan pabrik dan pembentukan gerakan

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 18: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

sosial ialah bentuk dari collective conscience yang memperjuangkan kepentingan

masyarakat, yakni pencegahan kejahatan lingkungan yang dapat ditimbulkan oleh pabrik

AQUA.

⋅ GRAPPAD ialah upaya konsensus yang lahir dari konflik masyarakat dengan korporasi,

dapat pula dilihat sebagai upaya perbaikan dan perjuangan, serta evaluasi dalam tatanan

kebijakan.

⋅ Tujuan masyarakat untuk mengusir AQUA bisa saja tidak tercapai tanpa GRAPPAD.

Karena GRAPPAD ialah identitas, yang membuat penolakan masyarakat Padarincang

menjadi lebih inheren dan tidak separatis.

⋅ Keberhasilan masyarakat Padarincang mengusir AQUA Danone dengan suatu gerakan

sosial, membuktikan tentang adanya kesadaran masyarakat akan bahaya kejahatan

lingkungan dan eksploitasi air. Selain itu, GRAPPAD ialah bukti bahwa masyarakat

memiliki kekuatan untuk dapat melindungi dan mempertahankan wilayah mereka dari

kejahatan lingkungan oleh korporasi.

Saran yang dapat penulis ajukan terkait dengan penelitian ini, adalah agar pihak

pemerintah selaku pemberi izin usaha dapat lebih memperhatikan kepentingan masyarakat.

Pemerintah perlu melakukan pertimbangan, dan menelusuri lebih dalam tentang kepentingan-

kepentingan dalam rencana pembangunan pabrik AQUA, seperti penjawaban dari pertanyaan

“untuk siapakah pembangunan pabrik AQUA ini sebenarnya”, apakah berkenaan dengan

kepentingan masyarakat, atau ternyata malah sebaliknya.

Sesungguhnyalah, pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi dan mendengarkan

aspirasi rakyat, sesuai dengan prinsip demokrasi, pemerintah merupakan representasi

masyarakat yang mengemban tugas demi kepentingan masyarakat. Secara lebih lanjut, sesuai

dengan UUD 1945 pemanfaatan sumber daya alam harus diatur dan dilaksanakan secara adil,

selaras dengan undangundang dan peraturan yang berlaku. Bahwa sumber daya air merupakan

kekayaan milik negara, yang penggunaannya wajib didasarkan kepada perwujudan

kesejahteraan masyarakat.

Saran berikutnya, diajukan kepada masyarakat di wilayah lain yang mungkin mengalami

permasalahan serupa. Bahwa mengutarakan pendapat, seperti penolakan dan protes adalah

hak dari setiap warga negara. Meskipun tidak selalu didengarkan, masyarakat juga harus

melakukan upaya untuk perlindungan lingkungan dari potensi perusakan.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 19: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

Berikut kepada mahasiswa dan masyarakat secara umum yang juga perlu melakukan

pengawasan kepada kondisi lingkungan, bahwa permasalahan lingkungan adalah

permasalahan bersama, dan menyangkut kepentingan banyak orang. Sudah sepantasnya kita

dapat lebih peka terhadap permasalahanpermasalahan lingkungan yang terjadi di sekeliling

kita, bukan hanya bereaksi jika terkena dampak langsung dari kerusakan lingkungan.

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 20: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

Daftar Referensi

Buku

Callanan, V. J. (2005). Feeding the fear of crime: Crime-related media and support for three

strikes. New York: LFB Scholarly Publishing LLC.

Coser, L. A. (1956). The functions of social conflict. New York: The Free Press.

Creswell, J. W. (2003). Research design qualitative, quantitative and mixed methods

approaches. New Delhi: Sage Publications.

Flick, U., Ernst V. K., & Ines S. (2004). What is qualitative research? An introduction to the

field. In Uwe Flick, Ernst Von Kardoff & Ines Steinke (Editors). A companion to

qualitative research. London: Sage Publications.

Ginneken, J. V. 2003. Collective behavior and public opinion: Rapid shifts in opinion and

communication. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Mayo, M. (2005). Global citizens: Social movements and the challenge of globalization.

London: Canadian Scholars’ Press Inc.

Neuman, W. L. (2014). Social research methods: Qualitative and quantitative approaches

seventh edition. Edinburgh: Parson Education Limited.

Smelser, N. J. (1965). Theory of collective behavior. New York: The Free Press.

Sunarto, K. (2004). Pengantar sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Jurnal

Mangoting, D., & Indro S. (2006). Pemantauan dampak eksploitasi AMDK AQUA terhadap

lingkungan dan penduduk sekitar pabrik (Kasus PT Tirta Investama di Kabupaten

Sukabumi). Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air.

Zain, Q. (2015). Collaboration strategy dalam implementasi corporate social responsibility

(CSR): Studi kasus Aqua Danone Klaten. Jurnal Hubungan Internasional Universitas

Airlangga, 2, 81-98.

Skripsi / Tesis / Disertasi

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 21: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

Hardiyanti, P. (2016). Analisis korban greenwash perusahaan air minum dalam kemasan

(AMDK) AQUA – Studi kasus: Terhadap masyarakat CidahuSukabumi. Skripsi

Universitas Indonesia, Departemen Kriminologi.

Artikel

Hartadi, D. (2010). Perlawanan Rakyat Padarincang membendung privatisasi, melawan

kekeringan air. Dalam Jurnal Tanah Air Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Edisi

II/ Tahun ke XXX/2010.

KRuHA. (n.d.). Runtuhnya mitos negara budiman kekuatan ekonomi politik asing berusaha

menyingkirkan kedaulatan rakyat (Kasus AMDK AQUA DANONE di Padarincang,

Banten). Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air.

Dokumen

Dokumen yang dibuat oleh perlawanan masyarakat Padarincang yaitu GRAPPAD (Gerakan

Rakyat Anti Pembangunan Pabrik AQUA Danone) dengan judul “Membendung

komersialisasi melawan kekeringan air”. Dokumen ini berisikan latar belakang dan

juga alasan mengapa masyarakat Padarincang menolak pembangunan AQUA di

wilayah mereka, terdapat pula kronologi protes masyarakat hingga lahirnya

GRAPPAD (Didapatkan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif

Nasional).

Dokumen kerangka acuan untuk pembangunan pabrik PT Tirta Investama dan eksploitasi air

tanah untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Desa Curug Goong, Kecamatan

Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Diterbitkan pada Januari 2008.

(Didapatkan dari arsip Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Nasional).

Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) pembangunan pabrik PT Tirta

Investama dan eksploitasi air tanah untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Diterbitkan pada Agustus 2008. (Didapatkan dari arsip Wahana Lingkungan Hidup

Indonesia Eksekutif Nasional).

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) pembangunan pabrik PT Tirta Investama

dan eksploitasi air tanah untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Desa Curug

Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Diterbitkan

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017

Page 22: Gerakan Sosial sebagai Upaya Melawan Kejahatan Lingkungan

pada Agustus 2008. (Didapatkan dari arsip Wahana Lingkungan Hidup Indonesia

Eksekutif Nasional).

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) pembangunan pabrik PT Tirta Investama

dan eksploitasi air tanah untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Desa Curug

Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Diterbitkan

pada Agustus 2008. (Didapatkan dari arsip Wahana Lingkungan Hidup Indonesia

Eksekutif Nasional).

Web site

AQUA Danone. (n.d.). Retrieved from AMDK AQUA Danone Web Site: www.aqua.com

AQUA Group. (2012). Sustainability Report 2011-2012. Retrieved from AMDK AQUA

Danone Web Site: www.aqua.com

AQUA Group. (2014). Sustainability Report 2013-2014. Retrieved from AMDK AQUA

Danone Web Site: www.aqua.com

Gerakan Sosial ..., Simatupang, Tiur Hermawaty, FISIP UI, 2017