Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HAMA PENYAKIT UTAMATanaman Bawang Putih
Wahyu Handayati
Produksi menurun
Kualitas menurun (mutu rendah
shg sulit dipasarkan)
Harga produk MEROSOT
Biaya produksi NAIK (utk
pengendalian HP)
RUGI secara ekonomik (biaya lebih
besar daripada pendapatan)
Akibatnya
(KERUGIAN)KENALI
(TAHU/PAHAM JENIS HPT,
BIOEKOLOGI/PERILAKU dan GEJALA
SERANGAN)
PENGENDALIAN- EFEKTIF- EFISIEN- EKONOMIS- RAMAH
LINGKUNGAN
SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT
SALAH SATU KENDALA UTAMA DALAM
BUDIDAYA TANAMAN (BAWANG PUTIH)
3
LINGKUNGAN
TANAMANOPT (Hama Penyakit)
1. Pengaruh faktor fisik thd
OPT (suhu, RH, cahaya)
2. Pengaruh faktor biotik thd
OPT (musuh alami, tan
inang lain)
3. Pengaruh faktor edafik thd
OPT (kondisi tanah, pH)
• Bagian tan. yg dpt diserang HPT
• Gejala serangan HPT
• Mekanisme ketahanan tan thd HPT
• Organisme yg berpotensi menjadi HPT
• Ciri-ciri biologi HPT yang mendasari
tindakan pengendalian
MANUSIA
A.Input berupa :
1.Pupuk buatan
2.Pestisida
3.Irigasi
B. Berbagai tindakan
pengendalian
CARA PENGENDALIAN
Pengendalian secara fisik
Pengendalian secara mekanis
Pengendalian secara kultur teknis
Pengendalian secara hayati
Pengendalian secara undang-undang
Pengendalian secara varietas tahan
Pengendalian secara kimia
4
Hama dan penyakit utama pada tan. bawang putih
Hama Thrips (Thrips sp.
.
H A M A U T A M A
Trips menyerang tanaman
sepanjang tahun, dan serangan
berat terjadi pada musim kemarau.
Serangga dewasa bersayap seperti
jumbai sisir bersisi dua sedangkan
nimfa tidak bersayap.
Warna tubuh nimfa kuning pucat
sedangkan serangga dewasa
berwarna kuning sampai coklat
kehitaman. Panjang badannya
sekitar 0,8 – 0,9 mm.
6
Merusak jaringan bawah daun
dengan cara menggaruk dan
mengisap cairan sel tanaman
Gejala serangan daun yg
terserang terlihat bercak-
bercak tidak beraturan,
berwarna putih keperak-
perakan dan berkilau seperti
perunggu pada permukaaan
bawah daun.
Daun berubah menjadi
berkerut/ keriting karena
cairan tanaman dihisap.
Serangan berat terjadi pd
musim kemarau, menyebabkan
pertumbuhan tanaman
terhambat (kerdil) 80 %
Berperan sbg vektor penyakit
virus
Ulat tentara(Spodopthera exigua)
• Ngengat memiliki sayapberwarna coklat tuadengan garis-garis yang kurang tegas dan terdapatbintik-bintik hitam. Sayapbelakang berwarnakeputih-putihan dengangaris-garis hitam pada tepinya.
• Seekor ngengat betinabertelur sekitar 500 – 600 butir menetas dlm 2 hari
• Telur berwarna putihmutiara, berkelompok, ditutupi oleh rambut-rambut sutra berwarnaputih kecoklatan.
7
8
Larva instar ke-1, 2 dan 3
(panjang 2-15 mm),
mempunyai kalung berwarna
hitam pada abdomen ruas
ketiga. Warna larva bervariasi
dari hijau kehitaman, coklat
kehitaman dan putih
kehitaman.
Pada instar selanjutnya kalung
berubah menjadi bercak
hitam. Larva instar ke-3 dan
4 sangat merusak.
Pupa warna coklat gelap,
terbentuk dlm tanah.
9
Gejala adanya lubang pada
daun, mulai dari tepi daun
permukaan atas atau bawah.
Gejala serangan pada masa
instar muda berupa epidermis
yang putih menerawang.
Serangan tertinggi setelah
umur 5 – 8 mst
Pengorok daun
Liriomyza sp.
• Serangga dewasa berupa lalatkecil ukuran 2 mm.
• Fase imago betina 10 hari dan jantan 6 hari.
• Telur berukuran 0,1-0,2 mm, berbentuk ginjal, diletakkanpada bagian epidermis daun.
• Larva atau belatung berwarnaputih bening berbentuk silinderberukuran 2,5 mm, tidakmempunyai kepala/kaki.
• Pupa berwarna kuningkecoklatan & terbentuk dalamtanah
Intensistas kerusakan bervariasi,
tergantung populasi, mencapai 36,5 %
Serangga dewasa merusak tanaman
dengan tusukan ovipositor saat
meletakkan telur dengan menusuk dan
mengisap cairan daun.
Gejala awal serangan pada daun bintik
putih akibat tusukan ovipositor imago betina
saat meletakkan telur.
Setelah telur menetas, larva akan memakan
bagian dalam jaringan daun dan akan
menimbulkan gejala serangan berupa
korokan dari larva yang berkelok-kelok
Serangan terjadi sejak awal pertumbuhan
dan berlanjut hingga fase pematangan.
12
Telur berbentuk bulat, mengkilat, berwarna seperti
jerami, menetas dalam 3 hari. Diletakkan sendiri-
sendiri di bagian bawah permukaan daun atau
ditempelkan pada jaring sutra yang dipintal oleh
tungau dewasa.
Larva berukuran sedikit lebih besar dari telur,
berwarna merah muda, dan memiliki tiga pasang
kaki. Tahap ini berlangsung dalam waktu singkat,
sekitar sehari.
Betina dewasa memiliki panjang sekitar 0,5 mm,
kemerahan, dan lebih elips. Jantan sedikit lebih kecil
dan berbentuk baji, memiliki bintik hitam di kedua
sisi tubuhnya yang relatif tidak berwarna.
Tungau betina dewasa dapat hidup hingga 24 hari
dan bertelur 200 butir telur
Hama tungau
13
Hama dewasa dan nimfa
ditemukan di bagian bawah
pelepah daun dan merusak sel-
sel mesofil dan mengisap isi sel,
termasuk klorofil. Daun terluka
akibat serangan tungau merah
mempunyai laju fotosintesis yang
rendah, transpirasi meningkat,
dan kadar klorofil rendah.
Gejala permukaan bagian atas
daun menjadi kaku dengan titik-
titik kecil tempat menusuk untuk
makan. Nampak anyaman seperti
sutra yang diproduksi oleh
tungau. Daun akhirnya menjadi
pucat dan berubah warna
menjadi coklat dan kemungkinan
rontok.
14
Hama Gudang (Ephestia cautella) Hama utama di daerah tropik dan beriklim panas.
Tan inang : ulat E. cautella menyerang umbi
bawang merah/putih, biji kacang panjang, biji
buncis, kurma, biji kakao & buah2an yg
dikeringkan
Ngengat berwarna abu-abu, panjang tubuh sekitar
6 mm. Panjang rentang kedua sayap 17 mm, sisi
atas sayap depan mempunyai semacam pita.
Larva berwarna cokelat agak kotor atau cokelat
kemerahan dgn bintik-bintik berwarna agak gelap
Pupa berwarna putih, dgn panjang 7,5 mm
Ngengat betina meletakkan telurnya di permukaan
umbi. Jumlah telur yang dihasilkan selama
hidupnya lebih kurang 340 butir (waktu 31–47 hari)
Pada suhu 30°C telur akan menetas setelah 3 hari.
Siklus hidup dari telur spi dewasa pada lingkungan
ideal (suhu 32,5°C dan kelembaban 70%) selama
29–31 hari.
15
Setelah menetas
larva memakan
umbi, membuat
terowongan dan
meninggalkan
kotoran di umbi.
Gejala serangan
umbi bawang putih
menjadi keropos,
jika dibelah
ditemukan larva
atau kotorannya.
16
Penyebab cendawan Fusarium.
Tanaman inang antara lain buncis, cabai,
kentang, kacang panjang, labu, mentimun,
oyong, paria, seledri, semangka, tomat dan
terung.
Penyakit tular tanah dapat tersebar
melalui pengairan dari tanah terkontaminasi
Gejala daun yang terinfeksi mati dari
ujung, menjalar ke bagian bawah dgn cepat,
yg berakhir dgn kematian tanaman
Pd pangkal tan. akar-akar membusuk dan
pada bagian umbi yg membusuk terlihat
jamur berwarna keputih2an
Penyakit layu fusarium/moler
PENYAKIT UTAMA
• Infeksi fusarium juga terjadi pada umbi umbi membusukwarna kuningkecokelatan dan basah
• Jika umbi dipotongmembujur permukaan berair, ygmeluas ke sampingdan ke pangkal umbi
18
Menyerang tanaman pada segala umur,
tetapi lebih banyak pd tanaman yang telah
memasuki fase pembentukan umbi.
Menular lewat udara & umbi bibit
Kondisi yang membantu tumbuh dan
berkembangnya cendawan A. porri cuaca
mendung, hujan rintik-rintik, kelembaban
udara yang tinggi, suhu udara sekitar 30-32
ºC, drainase lahan yang kurang baik dan
pemupukan yang tidak berimbang karena
dosis N-nya terlalu tinggi
Patogen mampu bertahan dari musim ke
musim berikutnya dalam bentuk miselia
pada sisa-sisa tanaman inang dan segera
membentuk kondiofora dan konidia jika
kondisi memungkinkan
Penyakit bercak ungu/trotol jamur Alternaria porii
• Gejala serangan Infeksi awal pada daunmenimbulkan bercak berukuran kecil, melekuk ke dalam, berwarna putih denganpusat yang berwarna ungu (kelabu).
• Jika cuaca lembab, serangan berlanjutdengan cepat, bercak berkembang hinggamenyerupai cincin dengan bagian tengahyang berwarna ungu dengan tepi yang keputihan dikelilingi warna kuning yang dapat meluas ke bagian atas maupunbawah bercak.
• Ujung daun mengering, sehingga daunpatah. Permukaan bercak tersebut akhirnyaberwarna coklat kehitaman
• Serangan dapat berlanjut ke umbi, yang menyebabkan umbi membusuk, berwarnakuning lalu putih kecoklatan.
• Umbi tersebut dapat menjadi sumber infeksiuntuk tanaman generasi berikutnya jikadigunakan sebagai bibit.
19
20
Penyakit embun bulu atau tepung
• Penyebab : cendawan Peronospora destructor (Berk.) Casp.
• Miselia dan oospora mampu bertahan baik
pada sisa-sisa tanaman inang maupun
berkecambah dengan cepat dan
menghasilkan massa spora yang sangat
banyak jumlahnya.
• Penyakit ini bersifat tular udara, tular
bibit, maupun tular tanah, khususnya jika
lahan basah dan drainasenya buruk.
• Keberhasilan infeksi oleh spora yang
disebarkan oleh angin sangat didukung
oleh kondisi udara lembab dan suhu
malam hari yang relatif rendah.
• Kondisi optimum untuk perkembangan
penyakit ini ialah pada suhu 15 oC dan
kelembaban tinggi terjadi selama 6-12
jam.
Gejala serangan
Pada kondisi yang lembab, berkabut ataucurah hujan tinggi, cendawan akanmembentuk masa spora yang sangatbanyak, yang terlihatsebagai bulu-buluhalus berwarna ungu(violet) yang menutupidaun bagian luar dan batang (umbi).
Bila udara kering daunyang terserang akanmenunjukkan bintik-bintik putih.
Gejala kelihatan lebihjelas jika daun basahterkena embun
22
Gejala akibat infeksicendawan ini dapatbersifat sistemik dan local
Bercak infeksi pada daunmampu menyebar kebawah hingga mencapaiumbi lapis, kemudianmenjalar ke seluruhlapisan, Akibatnya, umbimenjadi berwarna coklat.
Gejala lokal biasanyamerupakan akibat infeksisekunder, yang mengakibatkan bercakpada daun yang berwarna pucat dan berbentuk lonjong, yang mampu menimbulkangejala sistemik
23
Penyebab cendawan Botrytis allii
Tanaman inangnya bawang merah,
bawang putih, bawang daun, dan
tanaman bawang-bawangan
Cepat menyebar melalui
penanaman siung bawang putih
yang terinfeksi.
Patogen ditularkan melalui udara.
Berkembang dengan cepat pada
kondisi kelembaban tinggi dan
suhu udara rata-rata di atas 15-
20oC, lahan yang senantiasa becek
dan lembab
Penyakit busuk leher (Botrytis allii)
Gejala serangan
Ditandai dengan distorsi daun tanaman,
pertumbuhan terhambat, dan daun
terbelah di sekitar area leher.
Sporulasi jamur keabu-abuan dapat
diamati di antara sisik daun di dekat
area leher
Leher tanaman dekat permukaan tanah
melunak kemudian membusuk dan
ditutupi dengan sklerotia.
Penyakit virus kompleks
• dapat disebabkan oleh berbagaijenis virus, seperti virus mosaik, virus daun menggulung, virus Y, dll.
• Infeksi yang dominan bawang putihialah SLV (Shallot latent virus) pada umbi di tempat penyimpanan dan infeksi ganda GCLV (Garlic common latent virus) dan Potyvirus pada tanaman di lapangan.
• Pada umumnya penyakit virus ditularkan oleh serangga vektorseperti kutu daun, thrips, lalatpenggorok daun atau oleh tangan, peralatan pertanian, dll.
• Tanaman inanga antara lain tomat, kentang, cabai, kacang-kacangan, mentimun dan bawang-bawangan
25
26
Gejala serangan virus kompleks sangat bervariasi. Namun demikian gejala umumyang tampak pada daun-daunmuda terdapat gambaranmosaik yang mempunyaibeberapa corak.
Bagian daun yang klorosisdapat berwarna hijau mudasampai kuning, bahkanmendekati putih.
Seringkali permukaan daunmenjadi tidak rata atautampak mempunyai lekuk-lekuk hijau tua.
Foto : Kadwati dan Hidayat, 2015)
27
Infeksi virus dapat
menyebabkan kehilangan
hasil umbi sampai 50 %,
ukuran dan berat umbi
berkurang hingga 40%, dan
merusak benih dalam
penyimpanan (Conci et al.,
2003; Elnagar et al., 2011)
Hasil panen umbi (berat total)
dari penggunaan benih bebas
virus (bersertifikat) pada
berbagai kultivar lebih tinggi
32 – 216 % dibanding benih
asalan (Conci, 1997;Conci et
al. 2003;Melo Filho et al. 2006)
PENGENDALIAN HPT BAWANG PUTIH
Secara preventif(sebelum ada serangan)
Secara kuratif(setelah ada serangan)
Berdasarkan
konsep
Pengendalian
Hama Terpadu
(PHT)
PENGENDALIAN OPT SECARA PREVENTIF
1. Modifikasi lingkungan
• Pengaturan pola tanam
• Pengaturan sistem tanam
• Pemilihan varietas• Pengolahan tanah
• Modifikasi iklim mikro• Penggunan mulsa• Penyiraman tanaman
• Pemupukan
PENGENDALIAN OPT SECARA PREVENTIF
2. Perlakuan benih
3. Perlakuan tanah
4. Penyemprotan pestisida (nabati, hayati, kimia)
1. Modifikasi lingkungan
a. Pengaturan pola tanam untuk memutus siklus
hidup penyakit dengan pergiliran tanaman yang
tidak berasal dari satu keluarga/ famili
Jan - April Mei -Agustus Sept - Des
Padi Bawang putih Cabai
1. Modifikasi lingkungan
b. Pengaturan sistem tanam : tumpangsari, tumpanggilir,
menanam tanaman perangkap, menanam tanaman
penghadang, atau menanam di dalam rumah kasa
untuk menekan serangan OPT
1. Modifikasi lingkungan
c. Pemilihan varietas : sampai saat ini belum ada varietas
bawang putih yang tahan terhadap OPT.
Perlu dipilih varietas yang potensi hasilnya tinggi
1. Modifikasi lingkungan
• Pengolahan tanah : dilakukan minimal 1 bulan
agar patogen dan sisa-sisa pupa dari hama di
dalam tanah akan terjemur oleh sinar matahari
sehingga akan mati.
1. Modifikasi lingkungan
Pengapuran pH tanah
yg ideal untuk tanaman
bawang putih 5,5 - 6,5
tan sehat lebih
tahan serangan HPT
Jika pH tanah kurang dari
kisaran angka tsb dpt
dilakukan pengapuran
dgn dolomit atau kaptan
minimal 1 bulan sblum
tanam
1. Modifikasi lingkungan
Daftar kebutuhan kapur, jika pH tanah < 6
Kebutuhan kapurNo. pH tanah asal
(ton/ha)
1. 5,50 5,80
2. 5,00 7,80
3. 4,50 10,70
4. 4,00 13,00
37
1. Modifikasi lingkungan
Modifikasi iklim mikro
1. pengaturan jarak tanam bawang putih
• Musim kemarau : 15 cm x 20 cm
• Musim hujan : 20 cm x 20 cm
2. Penggunaan mulsa (plastic/jerami)
1. Modifikasi lingkungan
Pemupukan : Tanaman yang kelebihanatau kekurangan
unsur hara akan rentan terhadap serangan OPT
Penggunaan pupuk N yang berlebih dapat mengakibatkan
tanaman menjadi sukulen karena bertambahnya ukuran
sel dengan dinding sel yang tipis, sehingga mudah
terserang OPT
39
Pada daerah endemic penyakit yang
disebabkan oleh fungi benih dapat
diperlakuan dengan Trikoderma dan PF
atau dengan fungisida anjuran dengan
dosis 100 g/100 kg benih
PERLAKUAN BENIH
2. Pemanfaatan Biopestisida Agen Hayati
3. Pemanfaatan Biopestisida bahan nabati
Beberapa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
biopestisida dan efektif mengendalikan OPT bawang putih al :
Sereh wangi
Mindi
Tagetes
Babadotan
Gamal
Legundi
KipaitBintaro
BrenukMengkudu
NISELA 866 nimba sebanyak 8
bagian, serai wangi sebanyak 6
bagian dan laos sebanyak 6 bagian.
Bahan baku :
1 ha pertanaman daun nimba 8
kg, daun serai wangi 6 kg dan
rimpang laos 6 kg.
BISELA 866 kacang babi
sebanyak 8 bagian, serai wangi 6
bagian dan laos 6 bagian.
KISELA 866 kipahit 8
bagian, serai wangi 6 bagian dan
laos 6 bagian.
Contoh pembuatan insektisida nabati utkpengendalian S. exigua
Sumber : Udiarto dkk, 2005.. Buku Monograf no.35 “Pengenalan Hama dan
Penyakit pada Tanaman Bawang Merah dan Pengendaliannya”
Cara meracik dan cara aplikasi
Semua bahan
dicacah,
dicampur dan
digiling sampai
halus
+ 20 l air bersih &
diaduk 5 menit
diendapkan 24
jam suspensi
disaring
Larutan ektrak
diencerkan 30 X
+ air bersih
580 l menjadi
600 l
Tambah bahan perata
0,1 g sabun atau
deterjen per 1 l
ekstrak (60 g per 600 l
ekstrak)
Pestisida nabati
disemprotkan ke seluruh
bagian tanaman pada sore
hari, dengan interval
penyemprotan 4 hari
4. Penyemprotan fungisida secara preventif
Pengendalian penyakit tanaman : berdasarkan prinsippencegahan atau preventif, bukan menunggu sampaitimbulnya gejala serangan atau kuratif
Strategi ini tampak agak berbeda dengan prinsippengendalian hama yang menganjurkan agar dilakukanpengamatan terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakanpengendalian menggunakan pestisida
Strategi ini juga terbukti memperkecil risiko kegagalan panen
4. Penyemprotan fungisida secara preventif
• Interval penyemprotan : musim hujan 3-4 hari, musim kemarau 5-7 hari• Waktu penyemprotan : sore hari (jam 16.00)•Tidak boleh dicampur dengan pupuk daun
Contoh kode cara kerja fungsida menurut FRAC (Fungicide
Resistance Action Committee) Contoh cara kerja fungisida menurut
Ambang Kendali OPT Bawang Putih
• Musim kemarau, AP S. exigua adalah paket telursebesar 0,1 per tanaman contoh atau kerusakan daunsebesar 5% per tanaman contoh.
• Pada musim hujan, nilai AP S. exigua adalah pakettelur sebesar 0,3 per tanaman contoh atau kerusakandaun sebesar 10% per tanaman contoh
• AP lalat pengorok daun adalah kerusakan daunsebesar 10 %
• AP penyakit bercak ungu atau trotol adalah intensitasserangan sebesar 5% per tanaman contoh
• AP penyakit antraknose atau otomatis adalahintensitas serangan sebesar 5% per tanaman contoh
• AP penyakit embun tepung adalah intensitas serangansebesar 5% per tanaman contoh
Pengendalian Thrips
• Secara mekanis
merompes daun terserangdan telah menjadi sarangnimfa dan imago dibakar
• Perangkap kuningberperekat thrips sangatmenyenangi warna kuning
• Secara kimia insektisidadgn bahan aktif abamektin, asefat, klorfenafir, deltametrin, sipermetrin, kartap hidroklorida dll
Pengendaliansecara mekanis
merompes daunyang menjaditempat telur dan atau telahterserang ulat
dibakar
49
PENGENDALIAN ULAT BAWANG
• Perangkap feromonseks populasiserangga jantanberkurang, shgtidak terjadiperkawinan 1 ha dibutuhkan 12 – 24 buah.
50
Pengendalian fisik
mengatur faktor-faktorfisik yang dapatmempengaruhiperkembangan hamadengan memberi kondisitertentu yang menyebabkan hama sulituntuk hidup.
Lampuperangkap/light trap ngengatberaktiftas malamhari dan tertarikcahaya waktunyala yang efektifdan efisien jam 18.00-24.00 WIB
satu hektardibutuhkan 25-30 unit perangkaplampu
51
Pengendalian hayati dengan patogen serangga
• dengan virus Se-NPV (Spodoptera exigua-Nuclear polyhedrosis Virus).
• Virus Se-NPV dapat dibuat dari larva S. exigua yang telahterinveksi oleh Se-NPV insektisida biologis
• Ciri-ciri ulat yang terinfeksi Se-NPV
berkurangnya kemampuanmakan, gerakannya lambat dan tubuh membengkak, akibatreplikasi atau perbanyakanpartikel-partikel virus Se-NPV.
Integumen larva biasanyamenjadi lunak dan rapuh sertamudah sobek.
Apabila tubuh larva tersebutpecah, akan keluar cairankental berwarna coklat susu yang merupakan cairan Se-NPV dengan bau sangat menyengat
53
• Persistensi Se-NPV berkisar antara 0 – 72 jam pada konsentrasi 8,0 x 1013PIBs/ml (Sutarya 1996).
• Mortalitas sebesar 100% terjadi pada hari ke sembilansetelah perlakuan.
• Penggunaan ekstrak kasar 15 larva S. exigua terinfeksiSeNPV/l air yang mengandung virus sebanyak 4,45 x 1010) PiBs/ml efektif terhadap S. exigua
• Kimiawi insektisida dgnbahan aktif abamektin, asefat, klorfenafir, deltametrin, sipermetrin, triazofos, profenofos, fentoat dll
55
Pengendalian secara Biologi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan musuh alami (predator) yang ada di alam
(Amblyseius, Metaseiulus, Phytoseiulus; Stethorus; Orius).
Pengendalian secara kultur teknis
Selain memilih bahan tanam, pengairan juga merupakan
salah satu cara untuk mengendalikan populasi tungau
merah.
Tanaman yang disemprot dengan air menggunakan tekanan
yang kuat dapat mengendalikan populasi tungau merah.
Tanaman terserang dicabut dan dibakar untuk menghindari
penyebaran tungau yang lebih luas.
Pengendalian secara kimiawi (akarisida) bahan aktif
abamectin, diafentiuron, piridaben
PENGENDALIAN HAMA TUNGAU
56
Pengendalian lalat penggorok daun• Budidaya tanaman sehat :
pergiliran tanaman, pemupukanberimbang, tanaman perangkap
• Mekanis : merompes dauntanaman terserang
• Fisik : pemasangan perangkapkuning berperekat
Secara kimia : isektisida dgn bahan
aktif abamectin, fipronil, siromazin,
kartap hidroklorida, klorpirifos dll
57
Tindakan preventif (pencegahan) Di daerah endemis, perlu perlindungan benih.
Caranya benih ditaburi fungisida sistemik dengan
dosis 100 gram/100 kg, dua-tiga hari sebelum tanam
atau benih direndam dalam larutan Trichoderma 10-
20 ml/liter air selama 15 menit
Bekas lubang tanam yang terserang penyakit layu
fusarium dapat disemprot dengan fungisida
Klorotalonil (2 g/l)
Menggunakan pupuk organik plus agensia hayati
Pencegahan Trichoderma sp atau Gliocladium sp
sebanyak 10-15 kg/ha yang ditaburkan pada
bedengan sebelum tanam.
Menjaga kebersihan peralatan
Mulsa untuk meningkatkan suhu tanah
Hati-hati saat pendangiran, penyiangan dan panen
tidak menimbulkan luka.
Pengendalian penyakit layu fusarium/moler
58
Pengendalian penyakit layu
fusarium/moler
Tanaman yang terserang segera dicabut dan
dimusnahkan
Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang
bukan inangnya
Drainase dan kebersihan lingkungan di jaga sebaik
mungkin
Pengendalian kimia : fungisida dengan bahan
aktif tabukonazol, azoksistrobin, mancozeb,
tebukonazol, metiram + piraklostrobin dll
59
Pencegahan
Perlakuan terhadap bibit dengan fungisida yang
dianjurkan dengan takaran 100 gr/100 kg umbi.
Rotasi/pergiliran tanaman dengan bukan inangnya
Merompes bagian tanaman yg terserang kemudian
dibakar untuk mematikan spora, agar tidak
menyebar ke tanaman lain.
Pengendalian penyakit bercak ungu/trotol
Pengendalian penyakit bercak ungu/trotol
Setelah turun hujan atau kabut pada pagi harilangsung dilakukan penyiraman. Tujuannya
untuk mencuci sisa-sisa air hujan dan percikantanah yang menempel pada daun. Sisa-sisa airhujan dan embun yang menempel di daun tan.merupakan media yang sangat baik untuktumbuhnya spora cendawan A. porii.
Percikan tanah yang mengering akanmenimbulkan luka yang memudahkan masuknyaspora cendawan tersebut ke dalam jaringantanaman.
Pengendalian kimiawi fungisida dengan bahan
aktif Difenokonazol (2 ml/l), Klorotalonil (2 g/l),
Difenokonazol + Azoxistrobin (0,5 -1 ml/l),
Klorotalonil (2 g/l), atau Mankozeb (2 g/l)
61
Waktu tanam yang tepat pada musim kemarau
dapat menekan serangan penyakit embun bulu
Pergiliran tanaman dengan bukan tanaman bawang2an
Sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanaman sakit
Penanaman bibit umbi yang sehat dan bersertifikat
Memperbaiki aerasi dan drainasi agar tidak ada air yang
tergenang dan kelembaban pertanaman tidak terlalu
tinggi.
Memperlebar jarak tanam terutama pada musim
penghujan
Penambahan agens antagonis Trichoderma pada pupuk
kompos sebanyak 100 gram untuk 25 kg pupuk kompos
yang didiamkan 1-2 minggu dan disebarkan ke lahan
sebagai pupuk dasar sebanyak 2-2,5 ton/ha.
PENGENDALIAN PENYAKIT EMBUN BULU
62
Melakukan perendaman bibit bawang putih sebelum
ditanam dengan agens hayati selama maksimal 3 menit
dalam larutan PF dengan dosis 5 ml/l air atau dengan
ditabuti fungisida anjuran 100 gr/100 kg benih pada
daerah endemik embun tepung
Pemupukan berimbang pupuk N yang berlebih dapat
mengakibatkan tanaman menjadi sukulen karena
bertambahnya ukuran sel dengan dinding sel yang tipis,
sehingga mudah terserang OPT
Penyiraman dengan air (bersih) setelah turun hujan pada
siang hari atau turun kabut pada dini/pagi hari dilakukan
untuk membersihkan konidia yang menempel pada
tanaman bawang putih
PENGENDALIAN PENYAKIT EMBUN BULU
Pengendalian Kimia : fungisida dgn bahan aktif
azoksistrobin, difenokonazol, tebukonazol, asam fosfit,
klorotalonil, dimetomorf, tiram, propamocarb
hidroklorida dll
63
Pemusnahan total bagian tanaman yang
terinfeksi.
Rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili
bawang-bawangan
Perlakuan terhadap bibit dengan fungisida yang
dianjurkan dengan takaran 10 gr/10kg umbi.
Untuk menghindari menempelnya konidia
patogen di daun, dianjurkan untuk menyemprot/
menyiram/ mencuci daun dengan air bersih saat
setelah turun hujan.
Menggunakan fungisida efektif
Pengendalian penyakit busuk leher
Pengendalian penyakit virus
Sedapat mungkin menggunakanbenih bersertifikat dan menghindari benih asalan
Bila menggunakan benih sendiri, harus berasal dari tanaman yang sehat dan tidak menunjukkangejala terinfeksi penyakit virus
Melakukan monitoring secararutin dan mencabut/ memusnahkan tanamanterindikasi terserang virus dengancara dibakar
Mewaspadai dan mengendalikanhama vektor sejak awal tanam
64
Fungisida untuk tindakan secara preventif/kuratif
No. Nama Penyakit Fungisida
1 Layu Fusarium/
Moler
Cabrio Top, Folicur, Nativo, Regio, Saolin,
Detazeb, Flasher, Amistar Top
2. Bercak ungu/
Alternaria
Klorotalonil (Daconil) , Defolatan, Mankozeb
(Dithane), Dimetomorf + Mankozeb, Metalaksyl
+ Mankozeb (Retro), Metalaksyl (Rampart,
Saromyl, Starmyl), Probineb, Propamocarb HCl,
Propamocarb HCL +klorothalonil
3. Antraknos Daconil, Defolatan, Dithane, Cabrio Top, Folicur,
Nativo, Regio, Saolin, Detazeb, Flasher, (Retro),
Amistar Top
5 Embun tepung Daconil, Defolatan, Dithane, Folicur
Ucapan terima kasih disampaikan kepada :
Dr. Laksminiwati P. - Peneliti Balitsa Lembang
Petani koperator penelitian perbenihan bawang putih BPTP Jawa Timur
di Malang Raya