Upload
bebzluv
View
272
Download
21
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Hemangioma merupakan tumor tumor yang terdiri atas pembuluh darah
(Jong, 2004). Hemangioma merupakan tumor jinak kongenital dari pembuluh
darah yang terdiri dari sel endothelial vaskular yang memiliki kapasitas untuk
berproliferasi secara berlebihan dan merupakan salah satu tanda lahir “birthmark”
yang paling sering terjadi pada bayi dan anak. Kejadian hemangioma sekitar 2-3%
pada bayi dan 10% pada semua bayi pada umur 12 bulan. (Smolinski, 2005).
Lebih sering mengenai bayi perempuan 3:1 dibanding bayi laki-laki, lebih sering
pada bayi kulit putih, lahir prematur, berat bayi lahir rendah, bayi lahir kembar,
atau pada bayi dengan ibu usia tua, plasenta previa, pre eklampsia (Chen, 2013).
Hemangioma dibagi menjadi hemangioma superfisial, hemangima dalam,
dan hemangioma campuran (Richter, 2012). Kebanyakan hemangioma tidak
diidentifikasi saat lahir tetapi sering muncul sebagai lesi yang berwarna kepucatan
atau keabu-abuan. Hemangioma memiliki tiga fase yaitu masa proliferative, masa
involunting, dan masa involusi (Marler, 2005). Menurut kecepatan
perkembangannya, hemangioma juga dibagi menjadi Rapid Involunting
Congenital Hemangioma (RICH) dan Non Ivolunting Congenital Hemangioma
(NICH). Hemangioma hampir 70% dapat mengalami regresi dengan sendirinya
(Richter, 2012). Masa proliferasi dimana sel endothelial berproliferasi dengan
sangat cepat sehingga tidak ada yang mampu memprediksi sampai ukuran berapa
hemangioma akan berhenti berpoliferasi. Sehingga dapat juga membutuhkan
pengobatan maupun operasi.
Kini, banyak sekali penerapan obat-obatan yang dapat digunakan untuk
terapi pada hemangioma sehingga dapat membuat terapi operatif pada
hemangioma menjadi terapi terakhir yang diandalkan. Namun, apabila
hemangioma tersebut dapat menyebabkan ancaman pada kehidupan dan
kerusakan maka terapi operasi sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Oleh karena
itu, jenis terapi pada hemangioma disesuaikan dengan letak, tipe dan
1
perkembangan dari hemangioma itu sendiri sehingga anamnesis tentang riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam penegakan
diagnosis hemangioma.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hemangioma merupakan tumor tumor yang terdiri atas pembuluh darah
(Jong, 2004). Hemangioma merupakan tumor jinak yang terbentuk secara
kongenital. Hemangioma merupakan tumor jinak kongenital dari pembuluh darah
yang terdiri dari sel endothelial vaskular yang memiliki kapasitas untuk
berproliferasi secara berlebihan dan merupakan salah satu tanda lahir “birthmark”
yang paling sering terjadi pada bayi dan anak (Smolinski, 2005). Hemangioma
merupakan tumor jinak pembuluh darah yang paling sering ditemui pada bayi dan
anak.
2.2 Epidemiologi
Hemangioma merupakan tumor yang paling sering terjadi pada bayi dan
anak. Kejadian hemangioma sekitar 2-3% pada bayi dan 10% pada semua bayi
pada umur 12 bulan (Smolinski, 2005). Kebanyakan hemangioma tidak terjadi
pada saat lahir namun dapat muncul dalam 2 minggu Beberapa data pendukung
menyebutkan bahwa hemangioma terjadi 3 kali lebih banyak pada wanita
dibanding pria. Lebih sering mengenai wanita kulit putih, lahir prematur, berat
bayi lahir rendah, bayi lahir kembar, atau pada bayi dengan ibu usia tua, plasenta
previa, pre eklampsia (Chen, 2013).
Hemangioma terjadi dalam 4%-10% pada bayi Kaukasia yaitu 1 dari 10
bayi Kaukasia, 1 dari 71 kelahiran bayi Africa-Amerika, dan 1 dari 125 kelahiran
bayi Asia. Pada bayi prematur, hemangioma dapat terjadi dari 1 dari 3 bayi
premature. Hemangioma terjadi pada 23% dari bayi dengan berat badan kurang
dari 1200 gram, sekitar 20% dan bayi prematur dengan berat lahir kurang dari
1000 gram (Smolinski, 2005).
3
Hemangioma juga terjadi lebih sering pada regio kraniofacial (60%),
diikuti dengan batang tubuh (25%), dan ekstremitas (15%) (Werner, 2001).
Sedangkan sekitar 80% hemangioma kutaneus merupakan hemangioma tunggal
dan 20% merupakan hemangioma multipel (Werner, 2001). Hemangioma
biasanya terjadi dalam 2 minggu setelah bayi lahir. Sekitar 70% hemangioma
umumnya akan mengalami regresi dengan sendirinya (Chen, 2013).
2.3 Klasifikasi
2.1 Klasifikasi hemangioma (Nafianti, 2009)
2.2 Klasifikasi hemangioma (Richter, 2012)
Nomenklatur lama Nomenklatur baru
Strawberry atau hemangioma kapiler Hemangioma superfisial
Hemangioma cavernosa Hemangioma dalam
Hemangioma kapiler kavernosa Hemangioma campuran
4
Hemangioma dapat dibagi menjadi kongenital dan infantil. Hemangioma
jenis kongenital dibagi lagi menjadi Rapid involuting congenital Hemangioma
(RICH) dan non ivolunting congenital hemangioma (NICH) (Richter, 2012).
2.4 Patogenesis
Patofisiologi terkait dengan keunikan dari lesi ini, dengan proliferasi cepat
awal diikuti oleh involusi bertahap dan regresi, belum sepenuhnya dapat
dijelaskan.
Beberapa pendapat yaitu (Chen, 2013) :
1. Teori plasenta
Adanya kesamaan histobiokimia dan kemiripan gen dari plasenta dan
infantile hemangioma dibanding dengan tumor vaskular lain. Di samping itu,
mungkin ini dapat menjelaskan “metastase jinak” dari hemangioma karena
hemangioma berasal dari plasenta.
2. Mutasi somatik
Teori ini menyampaikan bahwa adanya mutasi somatik dari gen yang
memediasi proliferasi sel endothelial (EPC). Hal ini berdasarkan bahwa sel
progenitor endothelial merupakan vascular stem sel yang memiliki kapasitas
untuk berkontribusi dengan pembentukan vascular saat postnatal sehingga EPC
memiliki peran dalam pembentukan infantile hemangioma
3. Hipoxia
Hipoksia telah diusulkan sebagai faktor pendorong bagi patogenesis
proliferasi pembuluh darah pada umumnya. IH (infantile hemangioma)
berproliferasi mungkin upaya homeostatis untuk menormalkan jaringan hipoksia.
Beberapa ahli berspekulasi bahwa hipoksia (insufisiensi dari plasenta) ataupun
perfusi jaringan yang buruk akan menstimulasi sel progenitor endotelial untuk
berproliferasi. Penemuan ini mendukung hipotesis ini, mengingat bahwa faktor-
faktor yang dianggap yang berhubungan dengan hipoksia, seperti berat lahir
rendah dan usia ibu lanjut menduduki populasi dari pasien IH. Temuan lain yang
5
mendukung adalah asosiasi IH dengan retinopati prematuritas, kondisi yang
dikenal dapat dihubungkan dengan iskemia. GLUT-1, hadir pada jaringan IH,
adalah transporter glukosa fasilitatif yang merupakan sensor penting bagi
hipoksia.
4. Kelainan genetic dalam reseptor growth factor juga dapat menyebabkan
pembentukan hemangioma.
2.5 Gambaran Klinik
1. Hemangioma kapiler
Jenis hemangioma ini terdiri atas nevus simpleks atau nevus buah arbei,
dan nevus flameus, nevus simpleks kalau sudah terbentuk tampak seperti buah
arbei menonjol, berwarna merah cerah dengan cekungan kecil (Jong, 2004).
Hemangioma kapiler disebut juga hemangioma superfisial berasal dari papiler
dermis dan sering disebut sebagai “strawberry” hemangioma (Werner, 2001)
Perkembangannya dimulai dengan titik kecil pada waktu lahir dan membesar
cepat kemudian menetap pada usia kira-kira delapan bulan. Kemudian mengalami
regresi spontan dan menjadi pucat Karena fibrosis setelah usia 1 tahun. Proses
regresi berjalan sampai usia 6-7 tahun. Nevus flammeus ada sejak lahir, menetap,
dan rata dengan permukaan kulit kecuali bila teriiritasi dapat menonjol di tempat
yang teriritasi tersebut (Jong, 2004). Hemangioma superfisial terdiri dari
kumpulan telengaktasis macula dan papula yang berlokasi di superfisial dermis,
well-defined, daerah sekelilingnya mungkin berwarna pucat selama masa
proliferasi.
2. Hemangioma kavernosum
Hemangioma jenis ini terdiri atas jalinan pembuluh darah yang
membentuk rongga. Hemangioma cavernosus berlokasi di di antara dermis
reticular atau subcutaneous tissue dan mungkin tampak lebih kebiruan atau pucat (
Werner, 2001). Dari luar tampak seperti tumor yang kebiruan dan dapat
dikempeskan dengan penekanan, tetapi menonjol kembali ketika tekanan
6
dilepaskan (Jong, 2004). Hemangioma ini tidak dapat mengalami regresi spontan,
malah sering progresif. Jenis kavernosum dapat meluas dan menyusup ke jaringan
sekitarnya. Jaringan di atasnya dapat mengalami iskemik sehingga mudah rusak
oleh iritasi, misalnya di daerah perineum dan dapat menimbulkan tukak yang sulit
sembuh dan kadang berdarah. Hemangioma dalam terdiri dari kumpulan dari
saluran vascular yang berdilatasi yang berlokasi di lapisan dermis dalam dan
sedikit melibatkan jaringan subkutaneus. Tipe ini tampak seperti lesi yang
compresibel (Marler, 2005).
3. Hemangioma kapiler kavernosum
Merupakan hemangioma gabungan antara kapiler dan kavernosum,
sehingga gejala klinik dari kedua hemangioma tersebut dapat muncul bersama-
sama. Hemangioma kapiler kavernosus bias berasal dari papiler dan reticular
dermis atau jaringan subkutan (Werner, 2001).
Klasifikasi lainnya dalam pembagian hemangioma yaitu (Chen, 2013) :
1. Fokal hemangioma
Tipe ini biasanya terlokalisasi, berupa lesi unilokular yang dapat
mengalami fase proliferasi sampai involusi
2. Multifocal hemangioma
Multifocal hemangioma dengan jumlah lesi > 5 patut dicurigai adanya
keterlibatan organ dalam (Richter, 2012).
3. Segmental hemangioma
Tipe ini biasanya lebih difus dan sering terjadi pada wajah dan punggung.
Apabila terjadi lesi pada wajah dan leher biasanya distribusinya akan mengikuti
nervus trigeminus. Pasien dengan
7
2.6 Perjalanan Penyakit
Hemangioma memiliki tiga tingkatan dalam siklusnya, yaitu (Marler, 2005):
1. Fase proliferasi (0-1 tahun dari umur)
2. Fase involunting (1-5 tahun dari umur)
3. Fase involusi ( >5 tahun dari umur)
Fase-fase ini dapat tampak secara klinik dan dapat dibedakan secara
mikroskopik dan imunohistochemical.
Tahap perkembangan hemangioma meliputi :
1. Fase proliferasi
Pada tahap proliferasi, hemangioma berkembang dengan cepat, sel endotel
terus bermitosis, peningkatan dari sel mast dan membran multilamina. Selama
fase proliferasi, pertumbuhan terjadi sangat cepat dan observasi rutin perlu
dilakukan untuk memantau pola dari pertumbuhan hemangioma (Werner, 2001).
Tingkat pertumbuhan hemangioma adalah tertinggi selama 3 sampai 6 bulan
pertama kehidupan (Smolinski, 2005). Pada 80% hemangioma, proliferasi terjadi
dalam 3 bulan atau dapat lebih lama. Selama masa proliferasi ini, pertumbuhan sel
yang sangat cepat akan memungkinkan terjadinya kekurangan suplai pembuluh
darah sehingga mengakibatkan iskemik, nekrosis, ulserasi dan perdarahan
(Marler, 2009).
2. Fase involunting
Dimana hemangioma memasuki fase lambat atau tidak terjadi pertumbuhan
sama sekali. Fase ini biasanya dari 9-12 bulan dari umur (Richter, 2012).
3. Fase involusi
Periode ini diikuti dengan perlambatan dari pertumbuhan dan pada morfologi
ditemukan karakteristik seperti lesi bertambah datar, inaktif dan nampak terdapat
“fibro fatic tissue”. Pada umur 5 tahun umumnya sekitar 50% lesi sudah
mengalami involusi, meningkat sekitar 70% pada umur 7 tahun dan 90% pada
umur 9 tahun (Smolinski, 2005).
Selama masa involusi selama lebih dari 1 tahun pertumbuhan hemangioma
menjadi lambat kemudian kulit mulai menjadi pucat yang dimulai dari tengah lesi
lalu ke sekitarnya, hemangioma juga menjadi lebih mengecil saat palpasi. Kulit
8
yang mengalami involusi kemungkinan akan menjadi anetoderma, sebagai hasil
dari destruksi jaringan elastis. Sangat penting diketahui bahwa meskipun lesi
subkutaneus hemangioma besar namun dapat teregresi total. Meskipun datar,
namun kutaneus hemangioma dapat menyebabkan perubahan pada tekstur kulit
menghasilkan atrophic patch.
Hemangioma dapat dibagi menjadi kongenital dan infantil. Hemangioma jenis
kongenital dibagi lagi menjadi Rapid involuting congenital Hemangioma (RICH)
dan non ivolunting congenital hemangioma (NICH). RICH akan muncul saat lahir
dan akan mengalami involusi dalam beberapa bulan setelah lahir, dan tidak
memerlukan tindakan apapun. NICH akan muncul saat lahir dan tidak mengalami
involusi sendiri sehingga mungkin diperlukan tindakan pembedahan saat masa
kanak-kanak (Richter, 2012).
2.7 Diagnosis
Kebanyakan hemangioma tidak diidentifikasi saat lahir tetapi sering muncul
sebagai lesi yang berwarna kepucatan atau keabu-abuan. Diagnosis paling baik
dari hemangioma yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanda yang
paling dini suatu hemangioma adalah terlihatnya warna pucat pada kulit yang
terkena. Hemangioma jarang menimbulkan rasa sakit kecuali jika terdapat
ulserasi. Kebanyakan, terutama yang berukuran ukuran besar hangat jika diraba,
bahkan kadang-kadang pada daerah yang banyak aliran darah bisa terdengar suara
(bruit). Kondisi seperti ini merupakan petunjuk bagi kita sedang terjadi fase
involusi.
Komponen yang paling penting ialah mengetahui riwayat munculnya
hemangioma serta perjalanan penyakitnya dan jangan lupa untuk
mendokumentasikan lesi hemangioma sehingga kita dapat mengetahui
perkembangan hemangioma (Marler, 2005).
Hal ini berguna untuk langkah penanganan selanjutnya, apakah membutuhkan
obat-obatan ataupun tindakan operasi.
9
Pada pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan ialah (Marler, 2005) :
1. Apakah itu melibatkan dermatomal, keterlibatan dengan
penglihatan,keterlibatan daerah mandibular (jenggot), atau stridor pada
kepala dan leher?
2. Apakah ada ulserasi?
3. Apakah ada lesi multiple superfisial?
4. Apakah melibatkan organ lumbosacral atau perineal?
a. Melibatkan kepala dan leher
Apabila terdapat distribusi lesi di V1/V2/V3, pikirkan adanya PHACES
syndrome (Malformasi fossa Posterior, Hemangioma, Arteri Malformation,
Coarcation of the aorta and cardiac defect, dan Eye abnormalities) sehingga
mungkin diperlukan pemeriksaan MRI.
b. Keterlibatan organ penglihatan
Pada bayi yang memiliki hemangioma yang beresiko mengganggu daerah
penglihatan maka sebaiknya dibawa ke ahli mata. Hemangioma periorbital
dapat menyebabkan memblok axis penglihatan sehingga dapat terjadi
amblyopia. Hemangioma kecil di daerah atas alis atau area supraorbital
akan dapat mendistorsi pertumbuhan dari kornea.
c. Keterlibatan Airway atau adanya stridor
Hemangioma subglottic seringkali mengancam nyawa (life threatening).
Gejala klinik seringkali adanya suara serak, bifasic stridor biasanya
diantara umur 4 dan 12 minggu. Hampir 50% bayi yang memiliki
kutaneus servikal hemangioma memiliki “beard distribution”. Bila
penanganan obat-obatan gagal, mungkin dapat dibutuhkan trakeostomi.
d. Ulserasi
Ulserasi dapat terjadi di mana saja di daerah tubuh, namun kebanyakan
terjadi pada daerah mulut, perineum, area anogenital dan ekstremitas.
e. Lesi multipel kutaneus
10
Multipel hemangioma yang terdapat pada satu pasien disebut
“disseminated hemangomatosis”. Pada bayi yang memiliki 5 atau lebih
kutaneus tumor sebaiknya dicurigai terdapat hemangioma visceral (pada
umumnya terdapat di liver, lalu otak, traktus gastrointestinal, dan lung)
dan sebaiknya diindikasikan untuk pemeriksaan MRI atau USG.
f. Penyakit lumbosakral
Hemangioma lumbosakral dikenali berhubungan dengan penyakit pada
jaras spinal. USG sangat penting untuk screening pada bayi kurang dari 4
bulan. Dapat dilakukan MRI untuk menemukan apakah ada kelainan pada
spinal cord. Terdapat hubungan antara hemangioma lumbosakral dengan
kelainan spinal seperti disrafisme spinal, lipomeningomyelocele.
Kriteria PHACES syndrome (Smolinski, 2005)
11
12
2.2 Residu dari jaringan fibrofatty setelah involusi dari hemangioma preaurikular pada anak umur 14 tahun (Werner, 2001)
2.3 Hemangioma dalam pada regio orbita kiri bayi umur 2 bulan. (Werner, 2001)
2.1 Hemangioma superfisial regio retroaurikular kiri pada bayi umur 3 bulan. (Werner, 2001)
2.4 Hemangioma dalam
2.5 Hemangioma campuran pada regio labialis atas pada bayi umur 5 bulan (Werner, 2001)
13
2.6 Hemangioma fokal
2.8 Hemangioma segmental pada region sakral
2.7 Hemangioma multifokal
2.9 Macam-macam variasi dari hemangioma (A-F) dimana pada pasien C terjadi PHACES syndrom dengan kelainan arkus aorta dan carotid-lihat pada sternun kiri.
Pemeriksaan Penunjang
1. USG
Ultrasonografi berguna untuk membedakan hemangioma dari struktur dermis yang dalam
ataupun subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe. USG secara umum mempunyai
keterbatasan untuk mengevaluasi ukuran dan penyebaran hemangioma. Dikatakan juga
bahwa USG doppler (2 kHz) dapat digunakan untuk densitas pembuluh darah yang tinggi
(lebih dari 5 pembuluh darah/ m2) dan perubahan puncak arteri (Smolinski, 2005).
Pemeriksaan menggunakan alat ini merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik
untuk mengenali suatu hemangioma infantil dan membedakannya dari massa jaringan
lunak lain.
2. MRI
MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui lokasi dan
penyebaran baik hemangioma kutan dan ekstrakutan. MRI juga dapat membantu
membedakan hemangioma yang sedang berproliferasi dari lesi vaskuler aliran tinggi yang
lain (misalnya malformasi arteriovenus). Hemangioma dalam fase involusi memberikan
gambaran seperti pada lesi vaskuler aliran rendah (misalnya malformasi vena)
3. CT scan
Pada sentra yang tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT scan walaupun
cara ini kurang mampu menggambarkan karakteristik atau aliran darah. Penggunaan
kontras dapat membantu membedakan hemangioma dari penyakit keganasan atau massa
lain yang menyerupai hemangioma.
4. Foto Polos
Pemeriksaan foto polos seperti foto sinar X, masih bisa dipakai untuk melihat apakah
hemangioma mengganggu jalan nafas.
5. Biopsi
Biopsi diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk menyingkirkan
hemangioendotelioma kaposiformis atau penyakit keganasan. Pemeriksaan
immunohistokimia dapat membantu menegakkan diagnosis. Komplikasi yang dapat
terjadi pada tindakan biopsi ialah perdarahan.
14
2.8 Komplikasi
1. Ulserasi
Ulserasi dapat terjadi sekitar 16 % dari semua tipe hemangioma (Gunawan, 2011).
Penghancuran spontan dari epitel, sehingga terbentuk krusta, ulserasi dan nekrosis terjadi 5%
dari hemangioma kutaneus. Ulserasi dapat timbul pada semua tempat pada tubuh tetapi
frekuensi paling banyak terdapat pada mulut, perineum, area anogenital, dan ekstremitas.
Bayi biasanya merasa sangat teriritasi dan kesakitan. Pembersihan sehari-hari dengan
petrolatum hydrated seperti Aquophor atau antibiotic topical yang mempan terhadap ulserasi
kecil dan ulserasi superfisial. Ulserasi superfisial biasanya mengalami penyembuhan dalam
beberapa hari atau minggu.
2.10 Ulserasi pada hemangioma. A) Ulserasi ektensif; B) Ulserasi fokal (Marler 2005)
2. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi sekitar 41% akibat adanya ulserasi pada daerah hemangioma.
3. Infeksi
Tempat yang mengalami ulserasi mungkin dapat mengalami infeksi sekunder dengan
kemungkinan sebesar 16%, seperti selulitis, septicemia, bahkan dapat meninggal.
4. Lainnya
Diperkirakan 20-50% akan meninggalkan area jaringan parut, sisa jaringan fibrofatty,
atrofi, hipopigmentasi, atau telangiectasias sisa, yang mungkin tampak mencolok
15
2.9 Diagnosis Banding
Hemangioma sering salah didiagnosis sebagai kelainan vascular ( Smolinski, 2005).
Karakteristik dari hemangioma dan malformasi vascular (Werner, 2001)
Hemangioma Vaskular Malformasi
Klasifikasi Klasifikasi dari Mulliken dan
Glowacki:
Hemangioma kapiler
Hemangioma kavernosus
Hemangioma campuran
“low flow” lesi :
Malformasi vena
Malformasi kapiler
Malformasi limfe
Klasifikasi Warner dan Suen:
Hemangioma superfisial
Hemangioma dalam
Hemangioma campuran
Lesi “high flow” :
Malformasi arterial
Malformasi arteri vena
Fistula AV
Penampakan klinis Tidak timbul saat lahir Biasanya terlihat saat lahir
Timbul dalam beberapa
minggu setelah lahir
Bukti sesuai jenis yaitu:
Malformasi kapiler terlihat
saat lahir
Malformasi limfe akan terlihat
saat lahir; 80% kasus biasanya
akan terlihat sekali dalam
umur 1 tahun
Malformasi vena : dapat
terlihat dari saat lahir sampai
saat dewasa
High flow (arteri, AV lesi, AV
fistula) biasanya akan terlihat
saat perubahan hormone
Biasanya terlihat pada anak
dengan pertumbuhan progresif
16
dari pembuluh darah yang
dikarenakan trauma, sepsis,
atau perubahan hormone
Klinik Proliferasi cepat dengan
adanya hyperplasia dari sel
endothelial disertai involusi
spontan
Datar, inaktif dan penampakan
normal dari sel endotelialdan
pembuluh darah
Histologi Perumbuhan cepat dari sel
endothelial dengan mitosis
dan jumlah besar dari sel mast
2.10 Bagan cara mendiagnosis hemangioma dan kelainan vascular lain (Werner, 2001)
17
2.11 Daftar diagnosis banding hemangioma (Nafianti, 2010)
2.10 Tatalaksana
1. Observasi atau “No Touch”, hemangioma hampir 70% dapat mengalami involusi dengan
sendirinya. Hemangioma jenis arbei sebaiknya dibiarkan karena dapat mengalami regresi
spontan. Jadi walaupun besar dan mencolok, jenis ini tidak memerlukan tindakan selain
pemasangan pembalut elastis dengan penekanan terus menerus. Tidakan ini mempercepat
proses regresi
2. Obat-obatan
Kortikosteroid, interferon, vinkristin telah terbukti sukses mengobati hemangioma. Obat-
obatan tersebut telah digunakan untuk multifocal dan segmental hemangioma, hemangioma
dengan keterlibatan organ viscera, hemangioma dengan obstruksi airway, hemangioma dengan
lesi di periorbita. Propanolol juga dapat digunakan, namun untuk mekanisme yang berhubungan
dengan penghambatan terhadap hemangioma masih belum jelas.
18
Obat-obatan yang dapat digunakan adalah :
a. Kortikosteroid
Umumnya para klinisi memilih steroid sebagai terapi medikamentosa pilihan utama
untuk mengobati hemangioma. Mekanisme yang jelas tentang peran steroid belum
diketahui secara pasti, walaupun ada dugaan bahwa steroid berpengaruh terhadap
hemangioma dengan cara (Nafianti, 2010):
1. Menghambat kapasitas proliferasi pericytes immature.
2. Intensifikasi efek vasokonstriksi epinefrin maupun norefinefrin pada pembuluh
darah otot polos.
3. Memblok reseptor estradiol pada hema- ngioma.
4. Menghambat angiogenesis.
Kortikosteroid dapa t d ibag i men ja d i (N af i a n t i , 2010 ) :
a ) Kor t ikos t e ro i d sistemik
Pengobatan dengan kortikosteroid sistemik telah dianggap sebagai terapi
medikamentosa yang paling efisien untuk cutaneous infantile hemangiomas tanpa
komplikasi. Pemberian steroid sebaiknya dilakukan pada masa proliferatif,
karena bila diberikan pada masa involusi kurang bermanfaat. Dosis yang
dianjurkan inisial prednison atau prednisolone 2 – 3 mg/kg/hari, satu kali sehari pada
pagi hari. Oral prednisolon lebih efektif daripada intravenous metiprednisolon.
Regimen oral kortikosteroid yaitu oral prednisolon 3.0-5.0 mg/kgBB setiap pagi
selama 6-8 minggu. Dosis dikurangi (tapered) setelah 2-3 minggu dan dapat diulangi
sampai 2-3 siklus dengan interval 4-6 minggu. Terapi obat diindikasikan untuk
mixed hemangioma,yang dalam proses proliferasi dan hemangioma yang berefek
pada organ vital (life threatening). Keefektifan dari terapi obat ini mencakup 84%
namun tergantung dosis dan keefektifan tiap orang. Hasil terbaik didapatkan apabila
pengobatan dilakukan saat usia 6 bulan dan lebih muda; lebih tua lebih buruk
outcomenya
b) Kortikosteroid intralesi.
Pada hemangioma local seperti orbita dan parotid lesion intralesional steroid
19
dapat lebih efektif. Dosis triamcinolon 1-2 mg/kgBB (maksimal pemakainan 60 mg)
dengan interval 1 bulan tergantung dengan usia pasien dan ukuran dari lesi.
Pingyangmicin (bleomicin A5) telah diberikan intralesi untuk hemangioma
berdasarkan efek sclerosing tinggi pada endotelium vaskular yang dimilikinya,
dengan keberhasilan lebih dari 90% dan 49% mengalami resolusi lengkap. Telah
terbukti bahwa penggunaannya mudah, aman, dan efektif terhadap terapi
hemangioma kutaneus yang telah mengalami komplikasi dan pada hemangioma
proliferatif yang tidak respon terhadap pemberian steroid dan terapi laser. Pada klinik,
Pingyangmicin hidroklorida (8mg/syringe) yang diencerkan dengan 2% lidokain yang
kemudian dicampur dengan cairan saline dan dexamethasone (5mg/1 ml) (Zheng,
2009).
Injeksi dimulai 1-2 cm dari titik lesi menuju pusat, diinfiltrasi merata dalam lesi
sambil merubah arah injeksi sampai permukaan lesi tampak pucat. Kemudian lesi
dikompresi/ditekan selama 15 sampai 30 menit setelah injeksi untuk mencegah efusi
dari solusi. Injeksi dapat diulang setiap 2 sampai 3 minggu, dosis masing-masing
tidak lebih dari 8 mg, dan berkurang sesuai untuk bayi (1/4-2/3 dosis). Untuk
hemangioma superfisial, konsentrasi Pingyangmicin adalah 1,0 mg / mL; untuk
hemangioma dalam/subkutan, konsentrasi Pingyangmycin adalah 1,5 hingga 2,0 mg /
mL (Zheng, 2009).
c ) Kor t ikos t e ro i d t op i c a l
Kor t ikos t e ro i d t op i ca l ( l angsung d i daerah lesi hemangioma) biasanya
efektif pada hemangioma tipe cutaneous.
20
2.12 Penggunaan kortikosteroid pada pasien hemangioma
b. “Second line” terapi yaitu vinkristin dan interferon alfa. Indikasi digunakan second
line terapi ini yaitu 1) gagal respon terhadap pengobatan kortikosteroid, 2)
Kontraindikasi untuk kortikosteroid sistemik dalam waktu lama, 3) terdapat
komplikasi saat penggunaan kortikosteroid, 4) Orang tua menolak menggunakan
kortikosteroid (Marler, 2005).
a) Vincristine
Untuk hemangioma yang tidak responsif terhadap steroid atau rebound setelah
steroid, vincristine bisa sangat efektif. Dosisnya adalah 0,5-1,0 mg/kgBB diberikan
secara intravena sekali seminggu selama 6 minggu dan kemudian dihentikan. Siklus ini
dapat diulang jika perlu. Bayi dengan sindrom Kasabach-Merritt, yang disebabkan oleh
Kaposiform hemangioendothelioma, memiliki kondisi mengancam jiwa dan sebaiknya
diobati dengan steroid dan / atau vincristine. Dalam kasus dengan marah mengancam
jiwa coagulapathy konsumtif platelet (jumlah trombosit di bawah 50/L) yang lebih
sering terjadi pada batang dan ekstremitas dari kepala dan leher, etanol diencerkan
embolotherapy dilaporkan sangat efektif (Marler, 2005).
b) Interferon alfa21
Alpha-interferon telah terbukti efektif tetapi dapat memiliki efek samping yang serius
dari kejang diplegia, yaitu permanen dan melumpuhkan. Obat ini tidak direkomendasikan
kecuali pada kasus yang tidak efektif terhadap pengobatan. Sewaktu pemberian interferon
alpha, status neurologis harus dimonitor secara ketat. Kedua jenis interferon alfa yaitu 2a
dan 2b pernah digunakan, biasanya diberikan melalui suntikan subkutan dengan dosis 3 juta
unit per m2 permukaan tubuh per hari diulang setiap minggu selama 6 bulan.
c. Propanolol
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan propranolol, 90% dapat
mereduksi ukuran dari hemangioma dalam 1-2 minggu setelah pemberian dosis pertama
dari propranolol. Dosis yang dianjurkan untuk pemakaian propranolol ialah 2-3 mg/kgbb
dibagi menjadi 2-3 regimen/hari. Dosis oral yang dapat ditoleransi dengan baik yaitu 3
mg/kgbb/hari (Gunawan, 2012). Efek samping dari propranolol sangat minimal. Efek
samping yang dapat terjadi ialah bradikardia, hipotensi, hipoglikemia, dan propranolol
dikontraindikasikan pada pasien asma dan tidak direkomendasikan selama pasien
menderita bronkiolitis (Marler, 2005). Propanolol dapat dijadikan pilihan dalam
mengobati hemangioma ulserasi. Namun perlu diwaspadai terjadinya hipoglikemia dan
kelamahan sehingga dalam pemberiannya disertai dengan pemberian makanan.
Propanolol hadir dengan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan steroid,
tetapi keefektifan bila dibandingkan dengan steroid masih tidak terlalu diketahui.
Mekanisme dari propranolol sendiri belum begitu jelas namun berhubungan dengan
regulasi dari factor pertumbuhan vascular dan sitokin hemodinamik. Propanolol dapat
memperkecil ukuran hemangioma melalui tiga mekanisme molukular yaitu vasokontriksi,
menurunkan kadar regulasi dari factor angiogenik seperti VEGF and basic fibroblast
growth factor (bFGF) dan meningkatkan regulasi dari apoptosis sel endothelial kapiler.
22
2.13 Gambar hemangioma setelah pemakaian propranolol A)Sebelum pemakaian, B) SElama pemakaian, C)
Setelah pemakaian (Chen, 2013).
3. Laser
Keuntungan dari terapi laser adalah mudah digunakan dan dapat diulang dengan interval
2-4 minggu. Pemilihan terapi laser dipilih berdasarkan lokasi, ukuran dan kedalaman dari
lesi hemangioma. Laser pulse dye menggunakan gelombang 585 nm atau 595 nm yang dapat
mendestruksi pembuluh darah tempat hemangioma tersebut. Terapi ini hanya berguna untuk
superficial hemangioma dan dalam fase involusi. Keefektifan laser terapi ini sekitar 77-100%
pada lesi yang kecil (Zheng, 2009). Terapi laser memiliki efek yang minimum hemangioma
tipe dalam karena keterbatasan penetrasi dari laser. Efek samping dari laser terapi ialah
nekrosis jaringan dan timbulnya scar.
Peranan terapi laser ini pada hemangioma ulseratif. Mereka menemukan bahwa rasa
sakit akibat hemangioma jenis ini akan menghilang setelah pengobatan awal pada 6 dari
10 kasus hemangioma. Dua kasus dinyatakan sembuh setelah tiga kali pengobatan.
4. Operasi
Untuk hemangioma kavernosum, terapi yaitu ekstirpasi. Pada jenis yang luas dapat
dibantu dengan embolisasi dengan panduan angiografi (Jong, 2004). Embolisasi membantu
23
A B
C
memperkecil tumor untuk memudahkan tindakan bedah. Kelainan ini dapat kambuh dari sisa
hemangioma yang sukar dicapai pada pembedahan.
Lokasi dari hemangioma sangat menentukan untuk keputusan akan dilakukan tindakan
operasi atau tidak. Regio yang paling banyak menimbulkan permasalahan ialah region
wajah. Lesi pada lipatan mata dapat membesar dan mengobstruksi sekitar sehingga pada bayi
dengan umur kurang dari satu tahun dapat terjadi kebutaan karena sedikitnya sensori visual
yang diterima oleh mata. Meskipun ada kemungkinan bahwa lesi dapat berinvolusi spontan
namun dalam hal ini harus dilakukan intervensi ketika lesi masih kecil dan lebih mudah
ditangani.
Hemangioma pada hidung dapat menyebabkan deformitas yang sering disebut “Cyrano
nose”, sehingga hal ini dapat dilakukan intervensi sedini mungkin karena bila menunggu
involusi spontan maka lesi akan membesar maka hidung akan lebih sulit saat di bentuk ulang.
Tidak ada yang mengetahui sampai ukuran berapa hemangioma akan berhenti membesar
(Richter, 2012). Pembedahan pada tahun pertama kehidupan bayi tidak sering dilakukan. Hal
ini dikarenakan terdapat persepsi bahwa operasi akan mengalami kesulitan dan berbahaya
karena peredaran vascular lebih banyak. Namun pada kebalikannya apabila menunggu fase
involusi maka hemangioma akan bergabung dengan jaringan fibrofatik dan vascular sehingga
akan lebih sulit mengidentifikasi hemangioma dengan jaringan normal. Akibatnya hal ini
akan membutuhkan reseksi yang lebih luas dari jaringan normal.
Reseksi hemangioma dilakukan pada saat masa proliferasi apabila 1) Hemangioma pada
daerah bibir dan hidung yang tidak merespon baik terhadap pengobatan, 2) Hemangioma
pada pelipatan mata sehingga mengganggu penglihatan dan estetik, 3) hemangioma pada
daerah dahi dan kulit kepala, 4)perdarahan berulang yang berasal dari hemangioma (Zheng,
2009).
Eksisi pada hemangioma dianjurkan pada lesi local yang telah teresidu atau pada
hemangioma yang telah mengalami involusi (Richter, 2012). Indikasi bedah eksisi (Nafianti,
2010) :
1. Hemangioma yang tumbuh secara progresif
2. Hemangioma yang mengalami infeksi berulang
3. Hemangioma yang permukaannya bergaung sehingga ditakutkan disertai keganasan
24
4. Mengganggu secara kosmetik
5. Hemangioma yang gagal dengan pengobatan
6. Hemangioma yang bertangkai
Hemangioma
Kapiler Kavernosum
Simpleks Flameus
Sifat
Penanggulangan
Regresi
Tunggu
Menetap
Eksisi
Perajahan
Laser
Meluas/Infiltrasi
Ekstirpasi
Embolisasi
Hemangioma (Jong, 2004)
Pendekatan spesifik Dosis Yang perlu diperhatikan
Aktif
(tanpa intervensi)
Jadwalkan kunjungan (visit)
berdasarkan kecepatan
pertumbuhan dari tumor
Monitor fungsi atau apakah
ada ancaman jiwa atau
komplikasi selama fase
proliferasi
25
Sistemic
propanolol
Kortikosteroid
Vinkristin
1-3 mg/kg/hari setelah makan
1-3 mg/kg/hari
Dosis bervariasi
Hipotensi, hipoglikemia,
overaktivitas bronkial, kejang,
konstipasim ekstremitas
dingin, kurang tidur
Tekanan darah tinggi,
menambah nafsu makan,
iritasi GI tract, kardiomiopati,
peningkatan dari infeksi
sistemik, nekrosis aseptic dari
tulang
Konstipasi, kehilangan reflex
tendon, neurotoksisitas
sensorik dan motoric
Interferon Dosis bervariasi “flulike” reaction,
transammonitis, neutropenia,
nekrosis kulit, diplegia spstic (
sekitar 20%)
Topical
Timolol 5% gel 1 tetes 2x/hari Hamper sama dengan
propranolol tetapi kurang jelas
karena jarang
didokumentasikan
26
Laser Standart: pulse dye laser 585-
595 nm
Digunakan setiap 2-3 minggu
Berguna pada lesi yang telah
ulserasi, eritema residual,
telangektasia.
Lesi refrakter: Yag atau
alexandrite laser
Scar residual : fraksi laser
CO2
Kemungkinan dapat
menyebabkan ulserasi
terutama pada daerah bibir
Topical
Kortikosteroid Digunakan 2x/hari Atrofi kutaneus dan
telengiektasis
Managemen untuk hemangioma (Chen, 2013)
2.11 Prognosis
Hampir 70% hemangioma dapat regresi secara spontan, terutama hemangioma superfisial
(Chen, 2013). Untuk jenis hemangioma cavernosum apabila jaringan tidak terambil seluruhnya
maka akan terjadi resiko kambuh kembali (Jong, 2004). Sekitar 90% hemangioma dapat teregresi
dengan penggunaan steroid (Marler, 2005). Pada umur 5 tahun umumnya sekitar 50% lesi sudah
mengalami involusi terutama tipe superfisial, meningkat sekitar 70% pada umur 7 tahun dan
90% pada umur 9 tahun (Smolinski, 2005).
27
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Chen, Tina and Eichenfield, Lawrence. 2013. Infantile Hemangioma: An Update on
Pathogenesis and Therapy. Official Journal of The American Academy of Pediatric: 98-108.
Gunawan, Stefanus and Mantik, Max. 2012. Treatment of Ulcerated Hemangioma with
Propanolol: an evidence based cased report. Paediatr Indones, vol 52, No. 4: 243-248.
Departement of Child Health. Sam Ratulangi University Medical School. Makassar.
Jong, de Wim and Sjamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Hal 330-331. EGC: Jakarta.
28
Marler, Jennifer and Mulliken,John. 2005. Current Management of Hemangiomas and Vaskular
Malformasions. Clinics Plastics Surgery 32: 99-116.
Nafianti, Selvi. 2010. Hemangioma Pada Anak. Sari Pediatri Vol 2 No 3 :2012, Oktober: 204-
210. Departemen Ilmu Kesehatan Anak: Universitas Sumatera Utara.
Richter, Gresham and Friedman, Adva. 2012. Review Article: Hemangiomas and Vascular
Malformation: Current Theory and Management. Division of Pediatric Otolaringology;
Departement of Otolaringology-Head and Neck Surgery. Arkansas
Smolinski, Kara and Yan, Albert. 2005. Hemangioma of infancy: Clinical and Biological
Characteristic. Pediatric Dermatology of Children’s Hospital. Philadelphia. Clin Pediatr; 747-
766.
Werner, Jochen. Et al. 2001. Current Concept in Classification, Diagnosis, and Treatment of
hemangiomas and Vascular Malformasion of the Head and Neck. Eur Arch Otorhinolaringology
(2001) 258: 141-149. University of Marburg. Germany.
Zheng, Jia Wei, et al. 2009. Treatment Guidelines for Hemangiomas and Vascular malformation
of Head and Neck. Review Article: 1088-1098. Editor: Eisele,J. David. Departement of Oral and
Maxillofacial Surgery. Shanghai: Cina.
29