Upload
elisabetanita1486
View
92
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hernia dispepsia dan apendis
Citation preview
HERNIA
A. Pengertian
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan
isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau
kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut
letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral. Adapun pada
hernia insisional defek dinding abdomen terjadi pada bekas luka sayatan
prosedur operasi yang tidak menyatu dengan sempurna.
Dinding abdominal membatasi secara langsung rongga abdomen,
rongga dimana terdapat organ abdominal. Bagian dorsal, lateral, dan
ventral dinding abdominal disusun oleh otot abdominis eksterna, interna,
dan transversa. Otot abdominis eksterna terdapat mulai dari rusuk ke-5
hingga ke-12 dengan arah medio-caudal. Otot interna terdapat pada
bagian atas tulang sacroiliac dengan arah medio-proksimal. Otot
transversa terdapat pada bagian bawah rusuk ke-6, lumbodorsal fascia,
dan tulang sacroiliac. Serabut dari otot-otot ini tersusun horizontal.
Gabungan ketiga otot ini selanjutnya membentuk lapisan rectus yang
melapisi otot rectus abdominis. Rectus abdominis memasuki celah tulang
rusuk bagian suferior dan tulang pubis bagian inferior. Serabutnya
tersusun secara vertikal dan diselang-selingi oleh tiga atau empat
perpotongan tendon. Lapisan yang melapisi otot rectus abdominis juga
berhubungan langsung dengan otot contralateral rectus abdominis. Kedua
otot ini membentuk struktur avaskular yang dinamakan linea alba.
Tekanan dalam rongga abdomen dipertahankan dalam rentang nilai
positif 2-20 mmHg (dalam posisi berbaring atau berdiri). Tekanan ini dapat
meningkat hingga melebihi 150 mmHg pada saat batuk dan muntah. Pada
kondisi peningkatan tekanan rongga abdomen, jaringan dan otot
abdominal akan menegang.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi
hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi
kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan
usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya
terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase
atau vaskularisasi. Secara klinis, hernia inkarserata lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan
sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan
dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai
nekrosis.
Bagian-bagian hernia yaitu :
1. Kantong hernia: pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis;
2. Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong
hernia. Pada hernia abdominalis berupa usus;
3. Locus Minoris Resistence (LMR);
4. Cincin hernia: Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui
kantong hernia;
5. Leher hernia: Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan
kantong hernia.
B. Klasifikasi Hernia Berdasarkan Arah Herniasi
1. Hernia Interna, bila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya
cavum thorax, cavum abdomen :
a. Hernia Epiploici Winslowi : Herniasi viscera abdomen melalui
foramen omentale
b. Hernia Bursa Omentalis
c. Hernia Mesenterica
d. Hernia Retroperitonealis
e. Hernia Diafragmatic
2. Hernia Eksterna, penonjolannya dapat dilihat dari luar :
a. Hernia Inguinalis Medialis dan Lateralis
b. Hernia Femoralis
c. Hernia Umbilicus
d. Hernia Epigastrica
e. Hernia Lumbalis
f. Hernia Obturatoria
g. Hernia Semilunaris
h. Hernia Perinealis
i. HerniaIschiadica
a. Hernia Inguinalis
Hernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia
abdominalis) adalah hernia inguinalis. Hernia inguinalis dibagi
menjadi: hernia inguinalis indirek (lateralis), di mana isi hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui locus minoris resistence
(annulus inguinalis internus); dan hernia inguinalis direk (medialis),
di mana isi hernia masuk melalui titik yang lemah pada dinding
belakang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis lebih banyak terjadi
pada pria daripada wanita, sementara hernia femoralis lebih sering
terjadi pada wanita.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital
atau karena sebab yang didapat. Faktor yang dipandang berperan
kausal adalah prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan
di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena
usia. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti
batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai
hernia inguinalis.
Hernia juga mudah terjadi pada individu yang kelebihan
berat badan, sering mengangkat benda berat, atau mengedan. Jika
kantong hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum maka disebut
hernia skrotalis. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau
elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai
pegangan untuk membedakannya.
b. Hernia Femoralis
Male Inguinal hernia Female Inguinal hernia
Lokasi : medial dari vena femoralis, didalam lacuna vasorum dorsal
dari ligamentum inguinal. Sering dijumpai pada wanita usia lanjut.
Sering mengalami inkarserasi
c. Hernia Umbilikal
Merupakan hernia congenital yang disebabkan oleh kelemahan pada
daerah umbilicus yang hanya ditutup peritoneum dan kulit
d. Hernia Paraumbilikal
Berada pada tepi umbilicus, seringkali sukar dibedakan dari hernia
umbilical.
e. Hernia Epigastrika
Keluar dari defek di linea alba (antara umbilicus dan prosesus
xyphoideus)
f. Hernia Spiegel
Muncul dari daerah lemah antara m. rektus dengan linea semisirkuralis
g. Nernia Insisionalis
Hernia yang terjadi pada bekas sayatan operasi pada dinding
abdomen. Diakibat adanya saraf tersayat sehingga timbul paralisis otot
pada daerah yang dipersarafi oleh serabut saraf tersebut serta
penyatuan fascia yang tidak menyatu dengan sempurna
h. Hernia Obturatoria
Hernia interna yang melalui foramen obturator.
C. Pemeriksaan Hernia
Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap
penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya, melalui lubang
normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di daerah
inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.
Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk
atau mengejan. Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral
untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang
dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak,
mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan
impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali.
Pemeriksaan Hernia Inguinalis
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari
pemeriksa di dalam skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit
skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak
untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan
dengan kuku menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam. Tangan
kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk
sokongan yang lebih baik.
Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika
di lateral masuk ke dalam kanalis inguinalis sejajar dengan
ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke arah cincin
inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum
pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari
tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di
dalam kanalis inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke
samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa
impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari penderita. Jika ada
hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah
hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus
pada massa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-
lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan nyeri.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai
jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih
suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan
jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini
dan lihatlah cara mana yang anda rasakan lebih nyaman. Jika ada massa
skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal
indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai
untuk menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda
yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek.
Transluminasi Massa Skrotum
Jika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi.
Di dalam suatu ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis
normal tidak dapat ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan
merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel atau spermatokel.
Tabel 1. Diagnosis Banding Pembesaran Skrotum yang Lazim Dijumpai
Diagnosis
Umur Lazim
(Tahun)
Transiluminasi
EritemaSkrotum
Nyeri
Epididimitis Semua
umur
Tidak Ya Berat
Torsio testis < 35 Tidak Ya Berat
Tumor testis < 35 Tidak Tidak Minimal
Hidrokel Semua
umur
Ya Tidak Tidak ada
Spermatokel Semua
umur
Ya Tidak Tidak ada
Hernia Semua
umur
Tidak Tidak Tidak ada
sampai
sedang*
Varikokel > 15 Tidak Tidak Tidak ada
* Kecuali kalau mengalami inkarserasi, di mana nyerinya mungkin berat
D. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan
reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan
hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu
diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah
hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan
jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m.
oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon
ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus
internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila
defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk
menutup defek.
E. Pencegahan
Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang
tidak dapat dicegah, namun langkah-langkah berikut ini dapat
mengurangi tekanan pada otot-otot dan jaringan abdomen:
a. Menjaga berat badan ideal. Jika anda merasa kelebihan berat badan,
konsultasikan dengan dokter mengenai program latihan dan diet yang
sesuai.
b. Konsumsi makanan berserat tinggi. Buah-buahan segar, sayur-
sayuran dan gandum baik untuk kesehatan. Makanan-makanan
tersebut kaya akan serat yang dapat mencegah konstipasi.
c. Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari
mengangkat benda berat. Jika harus mengangkat benda berat,
biasakan untuk selalu menekuk lutut dan jangan membungkuk dengan
bertumpu pada pinggang.
d. Berhenti merokok. Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-
penyakit serius seperti kanker dan penyakit jantung, merokok
seringkali menyebabkan batuk kronik yang dapat menyebabkan
hernia inguinalis.
DISPEPSIA
A. Pengertian
Dyspepsia merupakan gangguan saluran cerna pada bagian
epigastrium, kadang kala disertai dengan keluhan gastrointestinal
lainnya. dyspepsia merupakan gejala dan bukan diagnosis.
Dyspepsia mencakup gejala heterogen pada saluran cerna dengan
patofisiologi yang belum diketahui dengan jelas. Beberapa studi
menunjukkan perubahan dan dismotilitas lambung (misalnya pada
gastroparesis, disritmia lambung, akumulasi fundus abnormal,
disfungsi spingter pilori) pada 80 % penderita dyspepsia. Derajat
dismotilitas yang ditemukan tidak mempengaruhi gejala yang
dirasakan oleh pasien.
Kriteria Rome digunakan pada dyspepsia dan disusun serta
dimodifikasi secara berkala oleh komite khusus. Kriteria ini meliputi
Rome I, Rome II, dan Rome III. Dalam kriteria Rome III, dispepsia
ditandai oleh beberapa gejala berikut:
1. Post-prandial fullness yaitu sensasi penuh dan tidak menyenangkan
pada saluran cerna seolah-olah makanan tertahan pada saluran cerna.
2. Early satiety yaitu perasaan kenyang (overfilled) yang berlebihan
sesaat setelah memulai makan. Perasaan kenyang yang timbul tidak
sesuai dengan jumlah makanan yang dikonsumsi.
3. Epigastric pain yaitu nyeri antara umbilikus dan bagian bawah sternum
(diantara midclavukular). Nyeri yang timbul sangat tidak
menyenangkan dan terkadang sulit dideskripsikan oleh penderita.
4. Epigastric burn yaitu nyeri yang berada pada epigastrum yang terasa
membakar.
Meskipun dahulu gejala dispepsia juga termasuk heartburn
(nyeri terbakar pada retrosternal), saat ini gejala ini sudah tidak
termasuk dalam kriteria diagnostik dan gejala spesifik dispepsia
serta GERD tetapi gejala ini seringkali ditemukan pada pasien
dengan dispepsia fungsional.
Pasien dengan gejala dyspepsia yang belum menjalani
pemeriksaan apapun dinamakan “univestigated dyspepsia”.
Investigasi diagnostik (upper gastrointestinal endoscopy,
pemeriksaan laboratorium, dan sinar-X) memberikan hasil normal
pada sekitar40-60 % penderita (dyspepsia fungsonal), dan pada
penderita lain penyebab organic atau structural dapat ditemukan.
Dyspepsia Organik atau Struktural
Pada pasien dengan dyspepsia ini penyebab utamanya yaitu
gangguan refluks esophageal (dengan atau tanpa esofagitis),
penyakit ulkus peptic kronik, dan tumor atau kanker pada saluran
cerna. Prevalensi gangguan refluks esophageal (GERD) pada
dyspepsia sekitar 25 %. Esofagitis yang erosif yang terlihat pada
pemeriksaan endoskopi ditemukan pada 5-15 % penderita
dyspepsia. Gejala umum dari GERD, heartburn, bukan indicator
yang dapat digunakan dalam membedakan GERD atau dyspepsia.
Ulkus peptic ditemukan pada sekitar 5-15 % pasien dengan
dyspepsia. Adenokarsinoma lambung atau esophageal ditemukan
< 2 % penderita.
Penyebab dyspepsia organic lainnya jarang ditemukan.
Nyeri klasik pada saluran empedu dapat dibedakan dengan
dyspepsia dengan mengkaji temuan klinis penyakit. Pada nyeri
saluran empedu terjadi nyeri akut dan hebat pada daerah abdomen
bagian atas, biasanya pada epigastrium, dan bertahan selama
kurang lebih 1 jam (kadang beberapa jam). Nyeri dapat terasa
hingga punggung dengan keluhan lain berupa kegelisahan,
berkeringat, atau muntah. Batu empedu biasanya merupakan
sumber timbulnya gejala dyspepsia. Obat-obatan AINS juga dapat
menyebabkan dyspepsia dan penggunaan obat-obatan ini
sebaiknya dihentikan. Beberapa obat yang juga menyebabkan
dyspepsia antara lain calcium chanel blocker (CCB), metilxantin,
alendronate, orlistat, suplemen potassium, akarbose, dan beberapa
antibiotic meliputi eritromisin dan metronidazol. Gastroparesis
timbul sebagai akibat adanya gangguan motilitas, muscular, atau
neural pada saluran cerna. Hal ini lebih sering ditemukan pada
wanita dan pada pasien dengan diabetes. Pankreaititis kronis dan
intoleransi laktosa juga dapat ditemukan pada penderita dyspepsia,
serta dapat menjadi salah satu penyebab dyspepsia. Penyebab
lainnya yaitu gastritis eosinofilik, sarkoidosis, serta gangguan
metabolism (hiperkalsemia, hiperkalemia), angina
intestinal,parasites intestinal, dan kanker pancreas.
Dyspepsia Fungsional
Dyspepsia fungsional merupakan dyspepsia yang terjadi
selama kurang lebih 3 bulan tanpa ditemukan adanya gangguan
metabolism atau sistemik. Patofisiologi dyspepsia fungsional belum
diketahui dengan jelas. Sekitar 25-45 % pasien mengalami
panundaan waktu pengosongan lambung, 40 % mengalami
gangguan akomodasi fundus, dan sepertiga penderita mengalami
hipersensitivitas visceral.Tidak ada gejala spesifik pada dyspepsia
jenis ini.
Rome I dan II mendefinisikan dyspepsia fungsional sebagai
adanya nyeri dan perasaan tidak nyaman pada abdomen bagian
atas tanpa adanya penyakit yang mencetuskannya.
Rome II membagi pasien dengan dyspepsia dalam tiga grup
yaitu :
1. Ulcer-like dyspepsia, gejala utamanya yaitu nyeri dirasakan pada
abdomen bagian atas (uluhati)
2. Dysmotility-like dyspepsia, sensasi yang tidak menyenangkan dan
mengganggu yang berpusat pada abdomen bagian atas merupakan
gejala yang dominan, sensasi ini dapat dirasakan sebagai perasaan
penuh pada abdomen, mual, dan bengkak pada abdomen dan
kandung kemih.
3. Unspecified dyspepsia, yaitu dyspepsia yang tidak memenuhi criteria
diagnostic untuk ulcer-like dyspepsia dan dysmotility-like dyspepsia
Rome III kemudian memodifikasi gejala fungsional dyspepsia
menjadi empat gejala utama, yaitu :
1. Postprandial fullness
2. Early satiety
3. Epigastric pain
4. Epigastric burning
Setidaknya salah satu dari gejala timbul sekitar 3 bulan.
Gejala lainnya juga dapat timbul seperti bengkak pada abdomen,
mual, muntah, sendawa, dan heartburn.
Rome III menggolongkan dyspepsia fungsional kedalam 2
kategori yaitu :
1. Meal-induced postprandial distress syndrome (PDS) ditandai oleh
adanya gejala postprandial fullness dan early satiety
2. Epigastricpain syndrome (EPS) ditandai oleh adanya gejala nyeri dan
perasaan terbakar pada epigastrik.
Kriteria diagnostic untuk PDS, gejala-gejala yang dirasakan berupa:
1. Postprandial fullness yang terjadi setelah makan dengan porsi biasa
yang dirasakan beberapa kali dalam seminggu
2. Early satiety
Kriteria suportif :
1. Bengkak pada abdomen bagian atas dan mual
2. Timbulnya EPS
Kriteria diagnostic untuk EPS :
1. Nyeri dan rasa terbakar pada epigastrium
2. Nyeri intermiten pada abdomen
3. Nyeri berada pada bagian abdominal atau bagian dada
4. Nyeri tidak berhenti setelah defekasi
Kriteria suportif :
1. Nyeri dapat berupa perassan terbakar tetapi tidak mencapai daerah
retrosternal
2. Nyeri dapat berhenti setelah makan dan dapat terjadi pada saat puasa
3. Dapat disertai PDS
B. Penyebab Penyakit
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya
dispepsia, yaitu pengleuaran asam lambung berlebih, pertahanan
dindins lambung yang lemah, infeksi Helicobacter pylori (sejenis
bakteri yang hidup di dalam lambung dalam jumlah kecil, gangguan
gerakan saluran pencernaan, dan stress psikologis. Terkadang
dispepsia dapat menjadi tanda dari masalah serius, contohnya
penyakit ulkus lambung yang parah. Tak jarang, dispepsia
disebabkan karena kanker lambung, sehingga harus diatasi dengan
serius. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan bila
terdapat salah satu dari tanda ini, yaitu:
1. Usia 50 tahun keatas
2. Kehilangan berat badan tanpa disengaja
3. Kesulitan menelan
4. Terkadang mual-muntah
5. Buang air besar tidak lancar
6. Merasa penuh di daerah perut
Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
10. Infeksi Helicobacter pylory
C. Penatalaksanaan Pengobatan
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah
yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil
pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda
infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak
mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi.
Seseorang yang diduga menderita dispepsia tukak,
sebaiknya diperiksa asam lambung Pada karsinoma saluran
pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan
karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas
perlu diperiksa CA
2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus
halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan
atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang
membaik atau memburuk bila penderita makan.
3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung
atau usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi
dari lapisan lambung.Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah
mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh
Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas,
selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.
4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD
dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath
test (belum tersedia di Indonesia). Pemeriksaan radiologis dilakukan
terhadap saluranDapat menutup gejala malignant ulcers Kemungkinan
besar untuk menyediakan jaminan pasien paling kurang. Jarang, efek
samping yang serius
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
1. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan
menetralisir sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na
bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid
jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi
rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga
berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun
dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk
senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang
dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin
juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia
organic atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk
golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin,
ranitidin, dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir
dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan
PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh
sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin
endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan
produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta
membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa
dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance). Kadang kala
juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan
cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang
keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti
cemas dan depresi
USUS BUNTU
A. Pengertian
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta")
dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada
usus halus serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Usus buntu atau yang dalam bahasa kedokteran adalah
appendix vermiformis merupakan organ bagian dari usus, besarnya
kira-kira sejari kelingking, terhubung dengan usus besar dan
terletak pada perut kanan bawah.
Fungsi dari usus buntu adalah untuk menyekresikan IgA
yang sangat efektif untuk perlindungan terhadap infeksi. Tetapi
perlu diketahui bahwa pengangkatan usus buntu hanya akan
sedikit mempengaruhi system pertahanan tubuh karena IgA yang
disekresi disini sangat sedikit sekali.
Seperti organ-organ tubuh yang lain, appendiks atau usus
buntu ini dapat mengalami kerusakan ataupun gangguan serangan
penyakit. Hal ini yang sering kali kita kenal dengan nama Penyakit
Radang Usus Buntu (Appendicitis).
Apabila gejala menyerupai gangguan maag Anda kumat,
hati-hati bisa jadi Anda sedang terserang peradangan usus buntu
yang akut. Pada penderita yang memiliki riwayat gangguan
lambung sebelumnya, sering disangka karena kesalahan makan
sebagai penyebab utama serangan ini. Akan dirasakan tidak
nyaman di uluhati, mual bahkan muntah, perut terasa kembung
serta tidak dapat menentukan secara pasti di perut bagian mana
nyeri itu berasal. Tanda-tanda ini merupakan perjalanan khas
seseorang terkena apendecitis acut atau infeksi usus buntu yang
akut.
Beberapa jam setelah itu barulah dirasakan nyeri yang lebih
menetap di perut bagian kanan bawah, lokasi dimana appendik
atau usus buntu itu berada. Lebih sering disertai juga dengan
gangguan buang air besar. Mengalami diare sesaat atau mungkin
saja sembelit dan badan sedikit terasa meriang. Seiring dengan itu
nyeri di perut kanan bawah akan semakin parah. Sampai di situ,
jika perjalanan khas keluhan dirasakan semuanya seperti di atas
bisa dikatakan ketepatan diagnosa ke arah peradangan usus buntu
sudah mendekati 50%. Ditambah lagi dengan pemeriksaan fisik
yang dilakukan oleh dokter serta pemeriksaan penunjang yang
mendukung, maka kecurigaan penyakit ini semakin mendekati
kebenaran. Pemeriksaan penunjang yang menyokong apabila
didapatkan peningkatan jumlah leukosit atau sel darah putih
sebagai petanda infeksi pada test darah dan bila perlu dilakukan
pemeriksaan USG atau CT scan sebagai pelengkap lainnya.
Usus buntu atau appendik adalah salah satu nama organ
bagian dari usus yang letaknya di bagian kanan bawah perut
merupakan tonjolan usus yang ukurannya kurang lebih sepanjang
dan sebesar jari telunjuk orang bersangkutan. Sesuai namanya,
usus yang relatif kecil dan sempit ini pada ujungnya membuntu dan
karena anatominya yang seperti itu maka organ ini begitu rentan
terhadap kejadian infeksi. Dengan pangkal saluran yang kecil ini
relatif mudah terjadi sumbatan, baik oleh karena sisa makanan,
faeces yang membantu, cacing atau lendir. Tekanan ini lalu
menghambat pula aliran darah menuju ke organ tersebut sehingga
sedikit saja ada bakteri yang terjangkit akan sulit ditoleransi tubuh.
Dan terjadilah pembengkakan pada dinding, terbentuk pernanahan
hingga mengakibatkan kebocoran atau perforasi. Peradangan usus
buntu hampir dapat mengenai semua kelompok umur sekalipun
didapatkan kaum laki hampir satu setengah kali terjangkit dibanding
wanita. Kasusnya di Amerika cukup tinggi hampir 17% dari
populasi. Dan ternyata diagnostik pada golongan anak – anak serta
bayi jauh lebih sulit dibanding dewasa. Appendicitis Acut
merupakan penyakit infeksi di dalam rongga perut yang
membutuhkan pembedahan hampir pada sebagian besar kasus.
Peradangan usus buntu yang akut dapat berkembang menjadi
radang kronis dan kebanyakan jika tidak mendapat penanganan
yang optimal bisa berakibat fatal, bisa menjadi abses (pernanahan),
kebocoran pada dindingnya dan penyebaran infeksi ke bagian
rongga perut yang lain hingga ke seluruh tubuh. Sehingga penyakit
ini membutuhkan pembedahan emergensi untuk mencegah
kejadian yang tidak diinginkan.
Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh
infeksi bakteri, maupun faktor pencetusnya ada beberapa
kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara
pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan
saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feses yang keras
(fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit
cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan
striktur.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering
ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyebab adalah faktor
penyumbatan oleh tinja/feses dan hyperplasia jaringan limfoid.
Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media
bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam
tinja/feses manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh
bakteri/kuman Escherichia coli, inilah yang sering kali
mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus
buntu.
Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta
bijinya seringkali tak tercerna dalam tinja dan menyelinap ke
saluran appendiks sebagai benda asing. Seseorang yang
mengalami penyakit cacing (cacingan), apabila cacing yang
beternak di dalam usus besar lalu tersasar memasuki usus buntu
maka dapat menimbulkan penyakit radang usus buntu.
Radang usus buntu atau istilah medisnya appendicitis
merupakan proses peradangan dari usus buntu yang disebabkan
penyumbatan pada saluran usus buntu oleh karena adanya
timbunan tinja yang keras (fekalit) atau pembesaran jaringan limfoid
atau karena penyakit cacingan atau parasit atau akibat adanya
benda asing yang menyumbat atau karena tumor. Radang usus
buntu (appendicitis), bisa terjadi pada segala usia. Kasus terbanyak
pada usia delapan tahun sampai 25 tahun. Radang usus buntu
jarang terjadi pada anak di bawah dua tahun. Operasi dilakukan
untuk penyembuhan radang usus yang membengkak, operasi ini
membutuhkan perawatan terlebih dahulu kira-kira 3 bulan yang
tentunya akan sangat memakan banyak biaya. Bila terjadi gejala
usus buntu dalam waktu tiga hari berturut-turut, penderita harap
segera menghubungi dokter atau dating ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan medis sehingga bisa langsung dioperasi,
akan tetapi jika gejala usus buntu dibiarkan lebih dari satu minggu,
maka perawatan medis serius sangat diperlukan untuk meredakan
radang usus yan terjadi sebelum penderita melakukan operasi
penyembuhan.
Sumbatan ini mengakibatkan peningkatan tekanan dalam
saluran usus buntu dan pertumbuhan kuman sehingga usus buntu
membengkak. Inilah yang dikenal sebagai akut atau fokal
appendicitis. Bila dibiarkan terus menerus, akan terjadi
penyumbatan pada vena dan memperparah membengkakan pada
usus buntu dan menyebabkan terjadinya iskemia (jaringan
kekurangan O2) pada usus buntu. Ujung-ujungnya, terjadi
pecahnya (perforasi) dari usus buntu, yang dapat menyebabkan
terjadinya peritonitis atau radang rongga perut dan segala
akibatnya.
B. Gejala penyakit
Gejala radang usus buntu sangat bervariasi. Gejala awal
umumnya nyeri atau merasa tidak enak di bagian tengah perut.
Gejala ini datang dan pergi sehingga sering dikira sakit perut biasa.
Setelah beberapa saat, nyeri makin terasa dan menetap di perut
kanan bawah. Rasa nyeri meningkat jika bergerak atau batuk.
Sering kali disertai kehilangan nafsu makan, tidak enak badan,
muntah, demam dan kulit memerah, nafas uga menjadi bau.
Karena gejala tidak terlalu khas, diagnosis penyakit juga
tidak mudah. Umumnya, dokter akan menanyakan sejarah
kesehatan serta sejarah keluarga. Orang yang ada di dalam
keluarga ada penderita radang usus buntu cenderung mengalami
gangguan serupa. Dokter akan menekan perut bagian kanan
bawah untuk mengatasi sumber nyeri. Kadangkala dokter
melakukan pemeriksaan dalam dengan memasukkan jari ke anus
atau vagina. Juga dilakukan pemeriksaan darah dan urine untuk
mengetahui ada tidaknya infeksi. Jika dokter mau lebih pasti, bisa
dilakukan pemeriksaan tambahan berupa rontgen perut,
ultrasonografi usus buntu atau pemeriksaan computed tomography
(CT-scan). Sering kali pemeriksaan tambahan dianggap berlebihan
dan mahal. Jika dugaan kuat ada radang usus buntu, biasanya
dokter langsung menyarankan operasi. Karena gejalanya mirip
dengan sejumlah gangguan perut lain, tak heran tiga diantara 10
operasi terjadi pada usus buntu normal.
Beberapa ilmuwan Kanada menemukan bahwa polusi udara
mungkin menyebabkan peradangan usus buntu, demikian satu
studi baru yang disiarkan di dalam “Canadian Medical Association
Journal”.
Ahli gastroenterologi Dr Gilaad G Kaplan dari University of
Calgary dan timnnya mengkaji 5.191 orang dewasa yang di rawat
di rumah sakit di Calgary, antara 1999 dan 2006. Mereka
mendapati bahwa makin banyak orang di rawat di rumah sakit
karena menderita radang usus buntu selama beberapa bulan
musim yang lebih hangat antara april dan September ketika orang
lebih mungkin berada di luar rumah dan terpajan (exposed)
terhadap polusi udara. Tim itu memeriksa silang data pendaftaran
rumah sakit dengan analisis bahan pencemar polusi udara satu
pecan sebelum mereka di rawat. Mereka mencapai pendaftaran
mencapai angka tertinggi pada hari-hari konsentrasi paling tinggi
ozon dan nitrogen dioksida.
Pria tampaknya lebih mungkin terpengaruh oleh radang usus
buntu selama pajanan terhadap polusi udara, tapi tidak jelas
apakah perbedaan jenis kelamin itu memang ada, kata para peneliti
tersebut sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi Cina, Xinhua.
Tak seorang pun mengetahui apa penyebab radang usus buntu,
yang merupakan radang pada bagian tubuh yang mirip kantung
dan menempel pada usus yang lebih besar.
Sebagian ahli telah menyatakan bahwa makanan rendah
serat menjadi cirri khas negara industri mungkin mengakibatkan
kotoran mengganggu pembukaan usus buntu sehingga terjadi
infeksi. Namun, Kaplan menyatakan bahwa belum ada peningkatan
besar dalam kandungan serat dalam makanan orang Kanada
selama 20 tahun belakangan, tapi telah terjadi penurunan yang
sangat besar dalam peristiwa radang usus buntu dalam setengah
abad belakangan. Kasus radang usus buntu meningkat secara
tajam di Negara industri pada abad XIXdan awal abad XX, tapi
kemudian turun lagi pada pertengahan dan penghujung abad XX,
kata Kaplan dan penulis lain.
Penurunan itu terjadi bersama dengan adanya peraturan
guna mengurangi kemerosotan kualitas udara. Sementara itu,
peristiwa radang usus buntu di negara berkembang telah
meningkat sewaktu mereka menjadi lebih industrialis.
Kaplan mengakui timnya baru mengetahui hubungan antara
pajanan terhadap polusi udara dn radang usus buntu yang lebih
tinggi, mereka belum membuktikan sebab akibat tersebut.
Gejala usus buntu berdasarkan stadiumnya :
1. Penyakit Radang Usus Buntu akut.
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi,
mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit
sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan
menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau
mual-muntah saja.
2. Penyakit Radang Usus Buntu kronik.
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag
dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan
terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa
mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke
perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis
akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney. Penyebaran rasa nyeri akan
bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri terhadap usus
besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter,
nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan
mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke
belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk
vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak
spesifik begitu. Dapat pula diuji radang usus buntu atau peradangan
selaput perut (peritonitis) dengan cara tekanlah pelan-pelan dinding
perut diatas lipat paha kiri sampai terasa sedikit sakit.Kemudian
angkatlah tangan anda dengan cepat. Jika timbul rasa sakit yang
menusuk ketika tangan dilepas (sakit lepas tekan), maka kemungkinan
penyakitnya adlah radang usus buntu atau peradangan selaput perut.
Jika tidak terasa sakit ketika tangan dilepas, cobalah hal yang sama di
atas lipat paha kanan.
Tindakan yang perlu dilakukan pada penderita radang usus buntu
atau radang selaput perut :
1. Mintalah pertolongan dokter segera. Kalau mungkin, bawalah
penderita ke tempat dimana dapat dilakukan operasi.
2. Jangan berikan apapun melalui mulut dan jangan berikan larutan
perangsang buang air besar pada dubur (enema). Pemberian
beberapa teguk air atau minuman rehidrasi hanya kalau penderita
memperlihatkan tanda-tanda kehabisan cairan (dehidrasi)-tapi harus
diingat: jangan diberi makanan atau minuman lainnya.
3. Penderita harus berbaring setengah duduk dengan tenang. Jika
peradangan selaput perut sudah lanjut, dinding perut menjadi keras
seperti papan. Penderita merasa sakit hebat ketika perutnya disentuh
meskipun secara ringan. Jiwanya dalam keadaan bahaya. Bawalah
penderita secepatnya ke rumah sakit dan dalam perjalanan, berikan
obat-obatan.
C. Penatalaksanaan Pengobatan
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh Tim
Kesehatan untuk menentukan dan mendiagnosa adanya penyakit
radang usus buntu (Appendicitis) oleh Pasiennya. Diantaranya
adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiology :
Pemeriksaan fisik.
Pada appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak
adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding
perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi)
didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa
nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg
sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di
angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah.
Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah
bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri
juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla),
lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat
ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga
sekitar 10.000 ?18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih
dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi
(pecah).
Pemeriksaan radiologi.
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan
diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu
dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %), terutama
untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling
tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan
CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.
Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar
untuk penyakit radang usus buntu (appendicitis) adalah operasi.
Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa
kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan,
namun demikian tingkat kekambuhannya mencapai 35%.
Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup
(laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan
antibiotika selama 7 – 10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka
operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder
dari alat yang terkontaminasi dll.
Tak ada kontraindikasi untuk melakukan pembedahan pada
penderita appendicitis, tapi pada penderita yang telah terjadi abses
akibat perforasi mungkin perlu di terapi dengan drainase cairan dan
antibiotic infuse dan dioperasi setelahnya jika kondisinya sudah
cukup stabil.
Setelah mendapat terapi bedah, diharapkan kontrol 1 s/d 2
minggu untuk merawat luka dan penerangan sebab terjadinya
radang usus buntu. Penderita dapat kembali beraktivitas seperti
biasa 2 s/d 6 minggu setelah operasi, tergantung keadaan
penderita sebelum operasi dan cara operasi yang dipilih.
Obat tradisional yang digunakan untuk mengobati radang
usus buntu :
1. 15 gram sambiloto kering + 90 daun lidah buaya secukupnya (dikupas
kulit luarnya dan dipotong-potong) + 30 gram rumput lidah ular atau
rumput mutiara kering, masukan dalam wadah dan ditutup, lalu direbus
dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc, disaring, kemudian airnya
diminum untuk 2 kali sehari.
2. 60 gram jombang + 60 gram krokot, dicuci dan direbus dengan 800 cc
air hingga tersisa 400 cc, disaring, airnya diminum untuk 2 kali sehari.
3. 100 gram umbi bidara upas + 60 gram krokot + 60 gram gendola,
dicuci sampai bersih lalu dijus, airnya diminum. Lakukan 2 kali sehari.
4. Daun belimbing sayur dapat dipakai sebagai obat usus buntu. Ambil
daun belimbing, cuci bersih dengan air hangat lalu tumbuk hingga
halus. Beri sedikit air, kemudian peras sehingga mendapatkan ramuan
yang kental. Seduhlah ramuan ini dengan menggunakan setengah
cangkir air panas. Minumlah dua kali sehari, pagi dan malam hingga
Anda sembuh.