Upload
kicky-chaca
View
73
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
NAMA ANGGOTA KELOMPOK I :
1. Evi Sulastri (H51101002)2. Ida Adhayanti (H51101008)3. Aminullah (H51101010)4. Ririn Sutanti (H51101026)5. Agus Setiawan (H51101054)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tekanan darah tinggi atau hipertensi, merupakan kelompok penyakit
kardiovaskular yang paling banyak ditemui. Antara 10-15 % orang dewasa
mengalami kelainan ini. Hipertensi merupakan penyakit umum, yang timbul
sejalan dengan bertambahnya usia. Penyakit ini juga lebih banyak menyerang
kaum pria muda dan setengah baya daripada perempuan, meskipun pada usia 55-
64 tahun jumlah penderita pria dan perempuan sama banyak. Namun pada usia
65 tahun keatas, jumlah perempuan yang menderita hipertensi lebih tinggi
daripada pria.
Hipertensi seringkali disebut sebagai "Silent Killer", karena seringkali
tidak muncul gejala apapun sampai terjadi kerusakan organ vital cukup berat.
Pada kebanyakan orang, hipertensi tidak menimbulkan gejala, kecuali keluhan
tertentu yang tidak sengaja terjadi bersamaan dan diartikan secara luas sebagai
gejala hipertensi. Keluhan-keluhan itu adalah sakit kepala, perdarahan hidung,
kemerahan pada wajah dan kelelahan. Keluhan ini ditemukan sama banyaknya
antara orang hipertensi dan orang dengan tekanan darah yang normal.
Pada umumnya, orang akan dianggap menderita hipertensi apabila
memiliki tekanan darah secara konsisten 140/90 mm Hg, dengan catatan pasien-
pasien yang diukur tekanan darahnya tersebut tidak sedang mengkonsumsi obat
antihipertensi. Orang yang menderita hipertensi memiliki risiko besar untuk
terkena penyakit stroke, angina pektoris, infark miokard, gagal ginjal, dan gagal
jantung. Meskipun banyak orang telah mengetahui penyakit ikutan hipertensi
tersebut, namun sedikit yang menyadari penyakit itu sebagai momok bagi hidup
mereka di kemudian hari.
Diperkirakan 691 juta orang mengalami tekanan darah tinggi. Penyakit
Jantung merupakan penyebab kematian utama di dunia, tercatat 15 juta orang
meninggal akibat penyakit ini atau sama dengan 30 % dari total kematian di
seluruh dunia. Sebagian besar meninggal di bawah usia 65 tahun. Lebih dari 15
juta orang di dunia meninggal karena Penyakit Sirkulasi, yaitu 7,2 juta karena
penyakit jantung Koroner, 4,6 juta orang karena Stroke , 500 ribu karena demam
rematik dan penyakit jantung rematik dan 3 juta karena penyakit jantung lainnya.
Tembakau telah menyebabkan 3 juta orang meninggal setiap tahun akibat kanker
paru-paru dan penyakit Jantung.
Melihat angka-angka tersebut di atas maka perlu diberikan perhatian
khusus kepada penyakit ini. Kepedulian masyarakat yang kurang dan
ketidakpahaman mengenai penyakit ini merupakan salah satu faktor yang
memperbesar angka-angka tersebut. Disusunnya makalah merupakan salah satu
upaya untuk memberikan informasi tambahan mengenai hal-hal penting seputar
penyakit hipertensi dan pengobatannya.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
II.1 Gambaran Umum
Tekanan darah tinggi adalah suatu kelainan tanpa gejala dimana
tekanan darah yang tinggi dalam arteri dapat meningkatkan resiko stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Hipertensi
seringkali disebut sebagai "Silent Killer", karena seringkali tidak muncul
gejala apapun sampai terjadi kerusakan organ vital yang cukup berat.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi didapatkan pada saat jantung berkontraksi (sistol) , angka
yang lebih rendah didapatkan pada saat jantung berelaksasi (diastol).
Tekanan darah dikatakan tinggi bila dilakukan pengukuran
tekanan darah pada saat istirahat didapatkan tekanan sistolik 140 mm Hg atau
lebih, tekanan diastolik 90 mm Hg atau lebih atau keduanya. Pada hipertensi
biasanya kedua angka ini meningkat.
Dapat ditemukan hipertensi sistolik saja, sementara tekanan
diastolik dalam batas normal. Hal ini sering ditemukan pada orang-orang
lanjut usia.
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila
tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam tiga sampai enam bulan.
Kasus ini ditemui 1 diantara 200 penderita hipertensi.
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH PADA DEWASA
================================================
Kategori Tekanan Sistolik Tekanan diastolik
================================================
Normal < 130 mm Hg < 85 mm Hg
Normal tinggi 130 - 139 85 - 89
Hipertensi ringan 140 - 159 90 - 99
Hipertensi sedang 160 - 179 100 - 109
Hipertensi berat 180 - 200 110 - 119
Hipertensi sangat berat 210 atau lebih 20 atau lebih
Efek letal dari hipertensi terutama disebabkan oleh tiga hal
berikut :
1. Kelebihan beban kerja jantung yang menimbulkan perekambangan awal
dari penyakit jantun kongestif, penyakit jantung koroner yang sering
menyebabkan kematian
2. Tekanan yang tinggi, sering menyebabkan reptur pambuluh darah terutam
di otak (infark serebral) yang secara klinis disebut Stroke.
3. Tekanan yang tinggi, hampir selalu menyebabkan berbagai perdarahan
pada ginjal menyebabkan berbagai kerusakan pada ginjal.
Berbagai usaha untuk mengurangi resiko-resiko tersebut telah
mendorong para ilmuwan untuk melakukan penelitian penggunaan terapi obat
dan non obat. Pengobatan lintas pertama yang diberikan kepada pasien
hipertensi harus memenuhi tingkatan tujuan pengobatan hipertensi, yaitu :
1. Mengurangi angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan
hipertensi .
2. Mengurangi tekanan darah
3. Mengurangi efek yang dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita.
4. Pengobatan dengan biaya terjangkau.
II.3 Epidemiologi
Kajian morbiditi kebangsaan tahun 1986 mendapati bahwa
kejadian (prevalen) hipertensi bagi mereka yang berumur 25 tahun ke atas
ialah 14.4 peratus. Kejadian pada tahun 1997 pula ialah 4400 per 100 000
penduduk. Insiden yang tertinggi adalah di kalangan kaum Melayu dan diikuti
oleh kaum Cina dan kaum India.
Hipertensi pada usia lanjut sering ditemukan, pada NHANES
III (1998-1991) orang Amerika yang berusia di atas 60 tahun didapatkan
prevalensi hipertensi antara 60% (kulit putih non hispanik) sampai 71%
(African-American).1 Hipertensi telah terbukti meningkatkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular, dan penurunan tekanan darah dapat mengurangi
kejadian komplikasi ini.
Adalah didapati bahwa mereka yang tinggal di kawasan
pendalaman mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mendapat hipertensi
berbanding penduduk kawasan bandar. Lelaki pula mempunyai risiko lebih
tinggi berbanding wanita untuk mendapat hipertensi.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan
prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup
tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan
lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria.
Prevalensinya di daerah luar Jawa dan Bali lebih besar
dibandingkan di kedua pulau itu. Hal tersebut terkait erat dengan pola makan,
terutama konsumsi garam, yang umumnya lebih tinggi di luar Pulau Jawa dan
Bali.
II.2 Penyebab
Hipertensi seringkali disebut sebagai "Silent Killer", karena
seringkali tidak muncul gejala apapun sampai terjadi kerusakan organ vital
cukup berat. Pada penderita hipertensi, sebesar 90% diantaranya tidak
diketahui penyebabnya dan disebut hipertensi primer. Sedangkan hipertensi
yang penyebabnya diketahui biasa disebut hipertensi sekunder hanya
sebesar 10%.
5 - 10% kasus disebabkan oleh penyakit-penyakit ginjal. 1 - 2%
kasus penyebabnya adalah gangguan hormonal atau penggunaan obat-obat
tertentu seperti pil KB. Pada kasus yang jarang hipertensi timbul karena
pheochromocytoma, tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan
epinephrine (adrenaline) dan norepinephrine (noradrenaline).
1. Hipertensi Essensial (primer)
Kira-kira 90% dari semua orang yang mengalami hipertensi
dikatakan menderita “hipertensi esensial” yang berarti hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya sifat-sifat yang umum terdapat pada penderita
hipertensi esensial adalah riwayat hipertensi pada keluarga dan adanya
peningkatan reaktivitas vaskular atau dengan kata lain penyebab hipertensi ini
adalah multifaktorial. Yang terdiri dari faktor-faktor genetik dan lingkungan .
Perubahan-perubahan fisiologik yang menyertai peningkatan TD pada
hipertensi ini adalah :
1. Peningkatan aktivitas simpatis
2. Baroreseptor di set pada TD yang lebih tinggi
3. Mungkin juga peringatan kadar renin-angiotensin dan atau aldosteron.
2. Hipertensi Sekunder
Pravalensi hipertensi sekunder ini hanya sekitar 6-8 % dari
seluruh penderita hipertensi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit
ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat dan lain-
lain.
Hipertensi renal dapat berupa :
1. Hipertensi renovaskular yaitu akibat stenosis arteri ginjal.
2. Hipertensi akibat penyakit parenkim ginjal, dimana terjadi penyempitan
pembuluh darah ginjal yang kecil akibat inflamasi fibrosis.
Hipertensi endokrin terjadi misalnya akibat kelainan korteks,
adrenal, aldosteronisme primer, sindrom crushing, tumor di medula adrenal
(feokromositoma) akromegali, atau hiperparatiroidisme.
Beberapa obat, misalnya kontraseptif hormonal, hormon
adrenokortikotropik, kortikosteroid, simpatomimetik, penghambat MAO, atau
antidepresan trisiklik juga dapat menyebabkan hipertensi.
Penyebab krisis hipertensi masih belum jelas. Diduga
peninggian mendadak resistensi vaskuler sistemik, yang dapat terjadi pada
pasien yang tidak patuh minum obat antihipertensi, meningkatkan kadar zat
vasokonstriktor seperti norefinefrin, angiotensin II, dan hormon
antinatriuretik. Sebagai akibat peninggian tekanan darah yang mencolok
terjadi nekrosis fibrinoid arteriol yang akan menyebabkan kerusakan endotel,
pengendapan platelet dan fibrin, serta kehilangan fungsi autoregulasi, yang
akhirnya menimbulkan iskemia organ target. Iskemia akan merangsang
pengeluaran zat vasoaktif lebih lanjut sehingga terjadi proses sirkulus visiosa
vasokonstriksi dan proliferasi miointima. Jika tidak dikendalikan akan terjadi
ekstravasasi pada organ target dan atau terjadi infark.
Obesitas, pola hidup yang tidak aktif, stres, alkohol dan garam
dalam makanan bisa memicu hipertensi pada orang-orang yang mempunyai
sensitif secara genetik. Stres akan meningkatkan tekanan darah untuk
sementara waktu, tekanan darah akan kembali ke normal setelah stres hilang.
Hal ini bisa menjelaskan adanya "White Coat Hypertension", yaitu stres
karena kunjungan ke dokter mengakibatkan naiknya tekanan darah secara
signifikan sehingga didiagnosa hipertensi. Pada orang-orang tertentu,
kenaikan tekanan darah sesaat ini diduga mengakibatkan kerusakan tertentu
sehingga terjadi hipertensi permanen, namun teori ini belum bisa dibuktikan.
Tekanan darah dalam arteri dapat meningkat dengan beberapa
cara, misalnya jantung memompa dengan kekuatan lebih besar memompakan
volume cairan yang lebih banyak setiap detiknya atau dinding pembuluh
darah yang dilalui lebih kaku sehingga perlu kekuatan yang lebih besar untuk
melewati tempat yang lebih sempit. Kekakuan pembuluh darah terjadi pada
orang-orang tua karena dinding arteri menjadi lebih tebal dan kaku oleh
proses arteriosklerosis. Cara ketiga adalah meningkatnya jumlah cairan dalam
tubuh karena sebab tertentu. Ini terjadi bila fungsi ginjal terganggu sehingga
ginjal tidak dapat mengeluarkan jumlah natrium dan air dalam jumlah yang
cukup dari dalam tubuh.
Sistem saraf simpatik yang merupakan bagian dari saraf
otonom akan menaikkan tekanan darah sebagai reaksi fisik bila seseorang
mengalami ancaman (respons fight or flight). Sistem ini meningkatkan baik
kecepatan maupun kekkuatan denyut jantung, menyempitkan hampir semua
arteri kecil, kecuali ditempat tertentu seperti otot-otot kepala yang justru
diperlebar. Sistem simpatik juga menurunkan ekskresi garam dan air oleh
ginjal sehingga meninggikan volume cairan tubuh dan melepaskan hormon
epinefrin dan norepinefrin yang menstimulasi jantung dan pembuluh darah.
Ginjal mengatur tekanan darah dengan beberapa cara. Pada
saat tekanan darah meningkat, ginjal akan meningkatkan ekskresi garam dan
air untuk mengurangi volume cairan tubuh dan menurunkan kembali tekanan
darah ke angka normal. Ginjal dapat menaikkan tekanan darah dengan
mengeluarkan enzim yang disebut renin. Renin akan memicu produksi
hormon angiotensin yang pada gilirannya akan memicu pelepasan hormon
aldosteron.
Karena pentingnya peranan ginjal dalam mengatur tekanan
darah, penyakit-penyakit dan kelainan yang mengenai ginjal bisa
mengakibatkan hipertensi.
II.3 Gejala-gejala
Pada kebanyakan orang, hipertensi tidak menimbulkan gejala,
kecuali keluhan tertentu yang tidak sengaja terjadi bersamaan dan diartikan
secara luas sebagai gejala hipertensi. Keluhan-keluhan itu adalah sakit kepala,
perdarahan hidung, kemerahan pada wajah dan kelelahan. Keluhan ini
ditemukan sama banyaknya antara orang hipertensi dan orang dengan tekanan
darah yang normal.
Pada hipertensi hebat, lama atau tidak diobati, gejala-gejala seperti
sakit kepala, rasa lelah, mual, muntah, sesak, gelisah dan pandangan kabur
terjadi karena adanya kerusakan pada ginjal, jantung, otak dan hati. Kadang-
kadang timbul rasa ngantuk sampai koma, yang disebut sebagai ensefalopati
hipertensi dan membutuhkan penanganan dokter segera.
II.4 Pencegahan
Tindakan-tindakan yang umum dilakukan untuk mencegah
penyakit hipertensi ini adalah :
Menguruskan badan
Berat badan berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah
dan diperluasnya sistem sirkulasi sehingga dapat menyebabkan kenaikan TD.
Diit
Mengurangi pemasukan garam sampai maksimal 2 gram sehari
guna mencegah meningkatnya volume darah. Telah diketahui bahwa orang-
orang vegetarian, yakni yang pantang makan daging memiliki kolesterol yang
lebih rendah daripada orang-orang yang makan segala sesuatu (omnivor). Jadi
dilakukan pembatasan makanan berkolesterol tinggi.
Sebenarnya bila kita mau menerapkan gaya hidup sehat, maka
akan mampu menghindar dari hipertensi. Kita harus rajin berolahraga,
mengurangi konsumsi lemak, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol,
dan istirahat cukup. Mengurangi konsumsi garam mutlak diperlukan bila ingin
menghindari dan mencegah hipertensi menjadi lebih parah (2).
Tujuan dari pengobatan hipertensi untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian, serta meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Salah satunya dengan obat-obatan antihipertensi yang disesuaikan dengan
kondisi penderita. Biasanya untuk penderita hipertensi ringan, para dokter
belum menggunakan obat-obatan. Penderita disarankan untuk mengurangi
garam, diet rendah lemak, istirahat cukup, olahraga teratur (2).
Dengan begitu, diharapkan tekanan darahnya dapat terkontrol.
Namun bila hipertensi sudah agak berat, bahkan sudah terdapat komplikasi,
maka hal tersebut harus dikombinasikan dengan obat-obatan (2).
II.5 Diagnosa
Tekanan darah diukur setelah pasien duduk atau berbaring selama 5
menit. Angka 140/90 mm Hg dapat diartikan sebagai hipertensi. Tapi
diagnosa tidak dapat ditegakkan dengan hanya satu kali pengukuran. Kadang-
kadang beberapa kali pengukuran pun tidak cukup untuk menegakkan
diagnosa hipertensi. Bila ditemukan angka pengukuran yang tinggi, dilakukan
pengukuran sekali lagi kemudian diukur 2 kali lagi dalam waktu 2 hari untuk
memastikan hipertensinya menetap.
Setelah diagnosa dapat ditegakkan, harus dilakukan pemeriksaan
terhadap organ-organ lain seperti jantung, pembuluh darah, hati, otak dan
ginjal.
Kondisi pembuluh darah hanya dapat diperiksa melalui retina
dengan optalmoskop. Dengan melihat kerusakan retina, dapat ditentukan
tingkat keseriusan hipertensi.
Perubahan pada jantung biasanya berupa pembesaran karena
meningkatnya usaha yang diperlukan untuk memompa darah. Perubahan ini
dapat ditemukan dengan pemeriksaan EKG dan rontgen dada. Pada tahap
awal kerusakan hanya dapat dideteksi dengan echocardiography. Pada
pemeriksaan dengan stetoskop dapat ditemukan kelainan suara jantung yang
disebut suara jantung keempat yang merupakan perubahan jantung paling dini
karena hipertensi.
Kerusakan ginjal dicari mula-mula melalui pemeriksaan urin.
Adanya sel darah dan albumin menunjukkan adanya kerusakan tertentu.
Dokter juga biasanya akan mencari penyebab hipertensi terutama
pada penderita muda usia, walaupun biasanya penyebab ini hanya dapat
ditemukan pada 10 % dari kasus. Semakin tinggi tekanan darah dan semakin
muda usia penderita semakin ekstensif pencarian dilakukan. Evaluasi
meliputi rontgen dan pemeriksaan radioisotop pada ginjal, rontgen dada dan
pemeriksaan darah dan urin untuk hormon tertentu.
Untuk mendeteksi masalah ginjal, dokter akan menanyakan
riwayat kelainan ginjal sebelumnya. Kemudian dalam pemeriksaan daerah
perut sekitar ginjal akan dicari pembengkakan. Stetoskop di daerah perut
mencari suara bruit (suara yang disebabakan aliran darah melalui arteri ke
ginjal).
Bila hipertensi disebabkan feokromositoma, sisa buangan hormon
epinefrin dan norepinefrin akan tampak dalam urin. Biasanya hormon ini juga
akan menimbulkan gejala-gejala nyeri kepala, kecemasan, palpitasi (detak
jantung yang tidak beraturan), keringat berlebih, tremor dan pucat.
II.6 Pengobatan
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tapi dapat diberikan
pengobatan untuk mencegah komplikasi. Pengobatan awal biasanya dengan
merubah pola hidup penderita.
Pada penderita overweight dengan hipertensi dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya ke berat ideal. Konsumsi natrium dikurangi
sampai 2,3 gram atau natrium klorida (garam dapur) 6 gram per hari. Tetap
menjaga intake kalsium, magnesium dan kalium. Mengurangi konsumsi
alkohol dan olahraga aerobik ringan dapat membantu. Penderita hipertensi
esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya selalu
terkontrol. Perokok harus berhenti merokok.
Kadang-kadang dokter menganjurkan penderita untuk memeriksa
tekanan darahnya sendiri di rumah.
TERAPI OBAT
Tujuan dari pengobatan hipertensi adalah meningkatkan kualitas
hidup, dengan tetap mengindahkan target organ-organ sasaran, dan faktor-
faktor paralel terkait.
Hipertensi dapat dikontrol dengan banyak jenis obat, yang
disesuaikan untuk setiap pasien. Pengobatan paling efektif dapat dicapai bila
dokter dan pasien dapat bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik dalam
menentukan program pengobatan.
Belum ada kesepakatan berapa banyak tekanan darah harus
diturunkan selama terapi atau kapan dan bagaimana pemberian terapi pada
hipertensi ringan.
Karena adanya peningkatan resiko dengan semakin tingginya
tekanan darah maka setiap kenaikan tekanan darah sekecil apapun harus
diterapi, dan semakin rendah tekanan darah yang dicapai setelah terapi
semakin baik. Di lain pihak beberapa ahli mengatakan pemberian terapi pada
hipertensi yang berada di bawah angka tertentu akan meningkatkan resiko
serangan jantung dan sudden death daripada mencegahnya, terutama pada
orang-orang dengan penyakit arteri koroner.
Jenis obat yang berbeda menurunkan tekanan darah dengan
mekanisme yang berbeda juga. Beberapa dokter melakukan pendekatan
bertingkat, memulai dengan satu obat dan memberikan obat tambahan
tergantung kebutuhan. Dokter yang lain memberikan pengobatan sekuensial,
mula-mula diberikan satu jenis obat. Bila tidak efektif, obat ini dihentikan
dan diganti dengan obat jenis lain. Dalam pemilihan obat faktor-faktor yang
menjadi pertimbangan adalah usia, jenis kelamin, dan ras; derajat hipertensi;
adanya penyakit lain seperti diabetes, kolesterol darah yang tinggi; efek
samping yang mungkin timbul yang berbeda pada setiap jenis obat; dan harga
obat serta tes yang diperlukan untuk memonitor keamanannya.
Kebanyakan obat antihipertensi dapat ditoleransi dengan baik, tapi
semua obat antihipertensi dapat menimbulkan efek samping. Jadi bila timbul
keluhan setelah minum obat, penderita harus kembali ke dokter agar dosis
obat dapat disesuaikan atau diberi obat pengganti.
I. Diuretik Thiazide
Seringkali merupakan obat yang pertama diberikan. Diuretik
membantu ginjal mengeliminasi garam dan air, sehingga jumlah cairan yang
melalui tubuh akan berkurang dan mengurangi tekanan darah. Diuretik juga
membantu dilatasi pembuluh-pembuluh darah. Karena proses eliminasi air
dan garam ikut menghilangkan kalium, maka harus diberikan suplemen
kalium atau obat yang bersifat menahan kalium. Diuretik biasanya efektif
digunakan pada orang-orang dengan obesitas, orang tua dan orang-orang
dengan gagal jantung atau gagal ginjal kronis.
Obat : Klortiazid, hidroklortiazid, klortalidon, metozalon
Mekanisme kerja
Farmakokinetik
Penggunaan dalam
terapi
Efek samping
:
:
:
:
Tiazid menyebabkan eksresi Na, Cl dan air
sehingga mengurangi volume plasma dan cairan
ekstrasel. TD turun akibat berkurangnya curah
jantung.
Diuretik tiazid dapat diberikan oral. Memerlukan
waktu 1-3 minggu untuk mencapai penurunan TD
yang stabil. T ½ nya 40 jam. Disekresi oleh sistem
sekresi asam organik ginjal
berguna untuk pengobatan pada orang kulit hitam
dan lansia dan penderita gangguan fungsi ginjal
yang normal. Digunakan sebagai obat tunggal
pada penderita hipertensi ringan sampai sedang
dan pada hipertensi primer.
Hipokalemia dan hiperurekemi pada 70% pasien
hiperglikemi pada 10 % pasien. Diuretik harus
dihindari untuk pengobatan hipertensi penderita
diabetes atau pasien dengan hiperglikemi.
II. Adrenergik Bloker
Ini adalah kelompok obat yang meliputi alfa bloker, beta bloker dan
alfa-beta bloker labetalol. Jenis obat ini memblok efek sistem saraf simpatis,
yang langsung merespon stres dengan menaikkan tekanan darah. Beta bloker
adalah jenis yang paling sering dipakai dan pada umumnya efektif untuk usia
penderita yang lebih muda, pada penderita yang pernah terkena serangan
jantung, denyut jantung yang cepat, angina pektoris (nyeri dada) dan
migraine.
Obat
Mekanisme kerja
Farmakokinetik
Penggunaan dalam
terapi
:
:
:
:
Atenolol, labetolol, metoprolol, nadolol, propanolol,
timolol
Menurunkan TD terutama dengan mengurangi isi
sekuncup jantung obat ini juga menurunkan aliran
simpatik dari SSP dan menghambat pelepasan renin
dari ginjal, karena itu mengurangi pembentukan
angiotensin II dan sekresi aldosteron.
Aktif secara oral, metabolime lintas pertama
menurunkan bioavailabilitasnya menjadi 25 % waktu
paruhnya 4 jam.
Penyekat β lebih efektif mengobati hipertensi pada
kulit putih daripada pada kulit hitam dan orang muda
dibandingkan usia tua, mengobati penyakit yang
Efek samping :
terdapat bersama hipertensi seperti takikardi
supraventrikular, infark miokard, angina pektoris,
glaukoma dan sakit kepala migren.
Pada SSP seperti kelelahan. Letargi, insomnia dan
halusinasi menurunkan libido dan menyebabkan
impotensi, gangguan kadar lipid serum, penghentian
obat mendadak dapat menimbulkan rebound
hipertensi.
III. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors
Obat ini menurunkan tekanan darah dengan melebarkan arteri.
Efektif digunakan pada penderita muda, penderita dengan gagal jantung,
penderita dengan protein dalam urin karena gagal ginjal kronik atau penyakit
ginjal diabetik dan penderita pria yang impoten karena efek samping obat lain.
Obat
Mekanisme kerja
Farmakokinetik
:
:
:
Benazepril, kaptopril, enalapril, fosinopril, lisinopril,
moeksipril, quinapril, ramipril
*tiazid menyebabkan eksresi Na, Cl dan air sehingga
mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. TD
turun akibat berkurangnya curah jantung.
diuretik tiazid dapat diberikan oral. Memerlukan waktu
1-3 minggu untuk mencapai penurunan TD yang
Penggunaan dalam
terapi
Efek samping
:
:
stabil. T ½ nya 40 jam. Disekresi oleh sistem sekresi
asam organik ginjal
berguna untuk pengobatan pada orang kulit hitam dan
lansia dan penderita gangguan fungsi ginjal yang
normal. Digunakan sebagai obat tunggal pada
penderita hipertensi ringan sampai sedang dan pada
hipertensi primer.
Hipokalemia dan hiperurekemi pada 70% pasien
hiperglikemi pada 10 % pasien. Diuretik harus
dihindari untuk pengobatan hipertensi penderita
diabetes atau pasien dengan hiperglikemi.
IV.Angiotensin II Bloker
Cara kerjanya menyerupai angiotensin converting enzyme inhibitor
tapi lebih langsung. Karena cara kerjanya angiotensin II bloker memiliki
lebih sedikit efek samping
Obat
Mekanisme kerja
:
:
Canddesartan, Epsortan, Losartan, Libersatan,
Telinisartan
Obat ini mempengaruhi pengikatan Angiotensin II
dengan reseptornya. Mekanisme kerjanya hampir sama
dengan ACE- inhibitor dengan cara mencegah aktivasi
reseptor angiotensin
Farmakokinetik
Penggunaan dalam
terapi
Efek samping
:
:
:
Sama dengan ACE inhibitor
Sama dengan ACE inhibitor
Aritmia jantung, takikardi, perut diare, pusing kelelahan,
sakit kepala, nyeri punggung/kaki, pada umumnya efek
sampingnya lebih ringan dari pada ACE inhibitor.
V. Calcium Antagonis
Berfungsi melebarkan pembuluh darah. Efektif pada penderita tua,
angina pektoris (nyeri dada), jenis tertentu dari denyut jantung yang cepat dan
migraine. Penelitian terbaru menyebutkan penderita yang menggunakan
short-acting calcium antagonis mempunyai resiko meninggal karena serangan
jantung. Tapi efek ini tidak ditemukan pada long-acting calcium antagonis.
Obat
Mekanisme kerja
Farmakokinetik
Penggunaan dalam
terapi
Efek samping
:
:
:
:
:
Diltiazem, Felodipin, Nikardipin, Nifedipin,
Nisoldipin, Verapamil,
Menghambat refluk Ca2+ melalui calsium channel pada
membran sel jantung dan sel otot polos. Pada jantung
obat golongan ini menimbulkan efek langsung
inotropik negatif, kronotropik negatif dan perlambatan
konduksi AV. Sedangkan pada otot polos pembuluh
darah menyebabkanvasodilatasi. Sehingga meghambat
vasokontriksi yang ditimbulkan oleh norefinefrin,
glikosida jantung maupun angiotensin II inhibitor
Sebagian besar mempunyai waktu paruh 3-8 jam
setelah dosis oral pengobatan memerlukan 3 kali sehari
untuk mempertahankan kontrol hipertensi yang bagus,
preparat lepas lambat mengurangi dosis berulang
Pengobatan pasien hipertensi yangjuga menderita
asma, diabetes, angina dan atau penyakit vaskulas
perifer
Konstipasi pada 10 % pasien, pusing, sakit kepala dan
rasa lesu yang disebabkan penurunan tekanan darah
VI.Direct Vasodilators
Obat golongan ini tidak pernah digunakan tersendiri, biasanya
ditambahkan bila penggunaan tunggal obat lain tidak dapat menurunkan
tekanan darah.
Obat
Mekanisme kerja
Farmakokinetik
Penggunaan dalam
terapi
Efek samping
:
:
:
:
:
:
Hidralazin
Hidralazin merelaksasi secara langsung otot polos
arteriol dedengan mekanisme yang masih belum
dipastikan, salah satunya mungkin dengan melepaskan
nitrogen oksida yang mengaktifkan guanilat siklase
dengan hasil akhir defosforilasi berbagai protein,
termasuk protein kontraktil dalam sel otot polos.
Vasodilatasi yang terjadi menimbulkan reaksi
kompensasi yang kuat berupa peningkatan denyut dan
kontraktilitas jantun, peningkatan renin plasma dan
retensi cairan yang semuanya akan melawan efek
hipotensif obat.
Hidralazin oral biasanya ditambahkan sebagai obat ke
tiga kepada diuretik dan beta bloker. Retensi caian
akan dihambat oleh diuretik, sedangkan refleks
takikardi terhadap vasodilatasi akan dihambat oleh
beta bloker.
Retensi kalsium dan air, sakit kepala dan takikardi,
iskemmia miokard
Obat-obat Hipertensi Emergensi
Pada kasus seperti hipertensi maligna diperlukan obat yang dapat
menurunkan tekanan darah secara cepat. Kebanyakan obat seperti ini
diberikan dengan suntikan ke vena, di antaranya diazoxide, nitropusid,
nitrogliserin dan labelalol. Nifedipin yang masuk golongan calcium antagonis
bekerja sangat cepat dan dapat diberikan secara oral. Dengan adanya resiko
hipotensi penderita harus dimonitor secara ketat.
Pengelolaan hipertensi sekunder
Pengobatan hipertensi sekunder ditujukan pada faktor
penyebabnya. Misalnya hipertensi yang disebabkan penyakit ginjal, terapi
pada ginjal biasanya dapat menurunkan tekanan darah sehirngga obat untuk
hipertensinya sendiri dapat bekerja lebih efektif. Penyempitan arteri ke ginjal
dapat diatasi dengan memasukkan kateter yang diberi balon pada ujungnya
atau dengan bypass. Tumor seperti feokromositoma biasanya diangkat
dengan prosedur pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswarna, G. Sulistia, (1995), “Farmakologi dan Terapi”, Edisi IV, Bagian
Farmakologi Fakultas kedokteran, Universitas Indonesai, Jakarta
2. Rahardja, Kirana, (1991), “ Obat-Obat Penting”, Edisi IV, Direktur Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
3. Mycek, J. Mary, (2001), “Farmakologi Ulasan Bergambar”, Widya Medika ,
Jakarta
4.
5. http://www.kalbe.co.id
6. http://www.rad.net.id
7. http://www25.brinkster.com
8. http://www.medicastore.com
9. http://kardio-stroke.i-2.co.id
10. http://www.dnet.net.id/kardio
11. http://www.balichemist.com
12. http://www.klinikpria.com
13. http://www.dexa-medica.com
LAMPIRAN
]