10
A. PENDAHULUAN B. DEFINISI Hipertensi diartikan tekanan darah lebih tinggi dari keadaan normal. Tekanan darah dibedakan menjadi 2, yaitu : - Sistolik: - Diastolik: Menurut WHO, 1978, nilai normal tekanan darah: - Sistolik : di bawah 140 mm Hg - Diastolik : di bawah 90 mm Hg (Sitepu, 1992). ETIOLOGI Pada lebih dari 90% kasus tidak ditemukan penyebab tertentu dan hipertensi disebut hipertensi esensial. Yang termasuk faktor penyebab di antaranya: - bertambahnya usia - obesitas - asupan alkohol berlebihan (Rubenstein, 2007). Hipertensi bisa timbul sekunder akibat: - penyakit ginjal - penyakit endokrin (Sindrom Cushing, sindrom Conn, feokromositoma, akromegali) - pil kontrasepsi oral - eklampsia - koarktasio aorta (Rubenstein, 2007). Faktor-faktor resiko hipertensi: 1. Faktor genetik.

hipertensi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: hipertensi

A. PENDAHULUAN

B. DEFINISI

Hipertensi diartikan tekanan darah lebih tinggi dari keadaan normal. Tekanan darah dibedakan

menjadi 2, yaitu :

- Sistolik:

- Diastolik:

Menurut WHO, 1978, nilai normal tekanan darah:

- Sistolik : di bawah 140 mm Hg

- Diastolik : di bawah 90 mm Hg (Sitepu, 1992).

ETIOLOGI

Pada lebih dari 90% kasus tidak ditemukan penyebab tertentu dan hipertensi disebut

hipertensi esensial. Yang termasuk faktor penyebab di antaranya:

- bertambahnya usia

- obesitas

- asupan alkohol berlebihan (Rubenstein, 2007).

Hipertensi bisa timbul sekunder akibat:

- penyakit ginjal

- penyakit endokrin (Sindrom Cushing, sindrom Conn, feokromositoma, akromegali)

- pil kontrasepsi oral

- eklampsia

- koarktasio aorta (Rubenstein, 2007).

Faktor-faktor resiko hipertensi:

1. Faktor genetik.

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai

resiko menderita hipertensi. Hal ini berkaitan peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Seserang dengan orangtua penderita

hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada

orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Anonim, 2008).

2. Umur.

Page 2: hipertensi

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Seseorang yang

berumur diatas 60 tahun, 50 - 60 % diantaranya mempunyai tekanan darah lebih besar

atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi

sejalan dengan pertambahan usia (Anonim, 2008).

3. Jenis Kelamin.

Lelaki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Lelaki juga

mempunyai resiko lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas cardiovaskuler.

Sedangkan diatas umur limapuluh tahun, hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan

(Anonim, 2008).

4. Etnis.

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang berkulit hitam daripada orang yang

berkulit putih. Belum diketahui penyebabnya secara pasti, namun pada orang kulit hitam

ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sentifitas terhadap vasopresin lebih besar

(Anonim, 2008).

5. Stress.

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung. Sehingga

akan menstimulasi aktifitas saraf simpatetik. Adapun stress ini dapat berhubungan

dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal (Anonim, 2008).

6. Obesitas.

Penelitian epidemilogi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan

tekanan darah, baik pada pasoen hipertensi maupun pada normotensi. Pada populasi yang

tidak ada peningkatan berat badan seiring pengkatan umur, tidak dijumpai peningkatan

tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas pada tubuh bagian atas, berhubungan

dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut (Anonim, 2008).

7. Nutrisi.

Sodium adalah penyebab dari hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan

menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak

langsung akan meningkatkan tekanan darah. Sodium secara eksperimental menunjukkan

kemampuan untuk menstimulasi mekanisme vasopressor pada susunan syaraf pusat.

Defisiensi potasium akan berimplikasiterhadap terjadinya hipertensi (Anonim, 2008).

Orang-orang yang berisiko terkena hipertensi adalah mereka yang ada riwayat hipertensi

dalam keluarganya, Kegemukan atau obesitas, merokok, mempunyai penyakit diabetes

melitus atau ekncing manis, dan mempunyai penyakit ginjal (Anonim, 2008).

Page 3: hipertensi

C. PATOGENESIS

1. Sistem renin-angiotensin-aldosteron

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran

fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung

angiotensinogen yang diproduksi di hati (Anonim, 2003).

Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi

angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi

angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan

tekanan darah melalui dua aksi utama (Anonim, 2003).

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa

haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal

untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat

sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat

dan tinggi osmolalitasnya (Anonim, 2003).

Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan

cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,

yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal (Anonim,

2003).

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada

ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi

ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya

konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah

(Anonim, 2003).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, natrium memegang peranan penting

terhadap timbulnya hipertensi. Natrium dan klorida merupakan ion utama cairan

ekstraseluler (Anonim, 2003).

Page 4: hipertensi

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam

cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke

luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan

ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga

berdampak kepada timbulnya hipertensi (Anonim, 2003).

Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber

natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap

masakan (monosodium glutamat = MSG), dan sodium karbonat (Anonim, 2003).

Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6

gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi

berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros

menggunakan garam (Anonim, 2003).

Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang

batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan

yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa

mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain)

(Anonim, 2003).

Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai adalah yang berasal dari penyedap

masakan (MSG). Budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf yang sangat

mengkhawatirkan. Hampir semua ibu rumah tangga, penjual makanan, dan penyedia

jasa katering selalu menggunakannya. Penggunaan MSG di Indonesia sudah begitu

bebasnya, sehingga penjual bakso, bubur ayam, soto, dan lain-lain, dengan seenaknya

menambahkannya ke dalam mangkok tanpa takaran yang jelas (Anonim, 2003).

Kalium

Berbeda halnya dengan natrium, kalium (potassium) merupakan ion utama di

dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi

kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler,

sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan

tekanan darah (Anonim, 2003).

Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio

konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik

Page 5: hipertensi

adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain. Secara alami, banyak bahan

pangan yang memiliki kandungan kalium dengan rasio lebih tinggi dibandingkan

dengan natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan

yang banyak menambahkan garam ke dalamnya (Anonim, 2003).

Sebagai contoh, rasio kalium terhadap natrium pada tomat segar adalah 100:1,

menjadi 10:6 pada tomat kaleng dan 1:28 pada saus tomat. Contoh lain adalah rasio

kalium terhadap natrium pada kentang bakar 100:1, menjadi 10:9 pada keripik, dan

1:1,7 salad kentang. Dari data tersebut tampak bahwa proses pengolahan

menyebabkan tingginya kadar natrium di dalam bahan, sehingga cenderung

menaikkan tekanan darah (Anonim, 2003).

D. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

E. GEJALA DAN TANDA

Selalunya, hipertensi tidak menunjukan sebarang tanda dan gejala.

Hipertensi dapat muncul setelah setahun atau ditemukan saat sudah terjadi komplikasi.

Ketika terjadi kenaikan darah yang berarti maka penderita dapat merasakan gejala sakit

kepala, mengntuk, keletihan, sulit tidur, gemetaran, mimisan, atau penglihatan yang

kabur.

Pada hipertensi maligna dapat ditemukan penderita yang mengalami sakit kepala,

kerusakan penglihatan, kejang, bahkan bisa sampai koma (Anonim, 2008).

Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan

pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan

(Anonim,2011).

Tekanan dalam mmHg Tingkatan tekanan darah Gejala-gejala yang dapat menyertainya

Sistolik Diastolik

Kurang

dari 90

Kurang

dari 60

Rendah (Hipotensi) Pusing, rasa lemah, mata gelap

terutama jika cepat berdiri dari duduk,

jongkok, atau berbaring.

Page 6: hipertensi

90-140 60-90 Normal Tidak ada

140-160 90-95 Hipertensi perbatasan Seharusnya tidak ada, tetapi jika ada

kemungkinan ada sebab lain atau

komplikasi dari hipertensi

160-200 95-110 Hipertensi ringan (mild) Tekanan darah kadang-kadang labil,

belum ada komplikasi hipertensi

200-230 110-120 Hipertensi sedang

(moderate)

Gejala/keluhan belum pasti ada, ginjal

seharusnya masih berfungsi baik

230-280 120-140 Hipertensi berat Biasanya disertai dengan kelainan

jantung, ginjal, atau otak

Meningkat dengan cepat

sekali sampai

Hipertensi accelerate

(maligna)

Mendadak sakit keras dengan

gangguan berat pada fungsi ginjal

karena adanya papil edema230 130

(Gunawan, 2001).

Gunawan, Lany, Hipertensi, 13, Penerbit Kanisius,Yogyakarta

Rubenstein, dkk, 2007, Kedokteran Klinis ed VI, Erlangga, Jakarta

http://www.pdfchaser.com/Hipertensi Tekanan Darah Tinggi.html diakses tanggal 24 Februari

2011

http://www.rsbk-batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25 diakses tanggal 24

Februari 2011

Page 7: hipertensi

http://www.indomp3z.us/showthread.php/74506-Faktor-Resiko-dan-Gejala-Hipertensi diakses

tanggal 24 Februari 2011

http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/gizi/0301/23/gizi.htm diakses tanggal 24

Februari 2011