Upload
lia-lia-lagi
View
49
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PEMBERIAN PERASAN RIMPANG
TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)
TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI SEL
HEPATOSIT HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus
norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR YANG
DIINDUKSI ETANOL 50% PERORAL
Oleh
Septian Ary Lestyanto
08310281
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
• Hewan coba Tikus putih. Alasan(jumlah banyak, respon yang cepat, gambaran hasil miripmanusia dan harganya relatif murah).
• Temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)
Antioksidan yang berfungsimenangkal radikal bebas.
Hepatoprotektor.
Lanjutan…
• Etanol Tubuh Toksik Sal.
Pencernaan, Hati, Jantung,
Sistem Saraf.
RUMUSAN MASALAH
• Pemberian perasan rimpang temu putih
(Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)
dengan dosis berbeda diduga dapat
memproteksi sel hepatosit hepar tikus
putih (Rattus norvegicus) jantan galur
wistar yang telah diinduksi etanol 50%.
TUJUAN PENELITIAN
• Menilai pengaruh dari pemberian perasan
rimpang temu putih (Curcuma zedoaria
(Berg.) Roscoe) dengan peningkatan
dosis terhadap gambaran histopatologi
hepar tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan galur wistar yang diinduksi etanol
50% peroral.
MANFAAT PENELITIAN
• Manfaat teoritis
• Manfaat aplikatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Temu Putih
• TaksonomiKingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe
Etil Alkohol
• Deskripsi
• Farmakokinetik
• Penyakit Hati Alkoholik
– Perlemakan Hati
– Hepatitis Alkoholik Akut
– Penyakit Hati Alkoholik Kronis
• Sirosis Alkoholik
Anatomi Hepar
Fisiologi Hepar
Histologi Hepar
Sel Kupffer
Sinusoid
Sel Hepar
Patologi Hepar
• Kerusakan Hepar Akibat Bahan Kimia
– Mikroskopis
• Radang (sel Monisit/Polimorfonuklear)
• Fibrosis (Atrofi/Hipertrofi)
• Degenerasi
– Degenerasi sitoplasma (Perlemakan, Hidrofik, Hialin,
Amiloid)
– Degenerasi Inti (Vakuolisasi, Inclusion Boddies)
• Nekrosis
– Berdasarkan lokasi dan luas (Fokal, Zonal, Masif)
– Berdasarkan bentuk (Koagulativa, likuefaktif,
kasseosa)
KERANGKA TEORI
Perasan rimpang temu
putih dosis bertingkat
Metabolisme di
hepar
Kurkuminoid
Kurkumin
Antioksidaan
penghambat
peroksidase lipid
Sitokrom P-
450
Etanol
50%
Jalur alkohol
dehidrogenase NADH
NAD NADH
berlebihan
Peroksidase lipid
Menghambat lipid peroksidase
oksigenase
Kerusakan sitosol dan
mitokondria pada sel hepar
Peroksidase lipid berkurang
Peroksidase lipid menurun
Fungsi membran tetep
terjaga Nekrosis
Degenerasi sel
Membran sel rusak
Kerusakan sel hati dapat dikurangi
Lanjutan…
KERANGKA KONSEP
Perasan rimpang temu putih(Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) dengan dosis 0,65 mg/kgBB dan 1,95 mg/kgBB
Gambaran histopatologihepar tikus putih (Rattusnorvegicus) jantan galur
wistar yang telah di induksietanol 50%.
Independent Dependent
HIPOTESA
• Ada pengaruh positif pemberian perasan
rimpang temu putih (Curcuma zedoaria
(Berg.) Roscoe) dengan dosis berbeda
terhadap gambaran histopatologi hepar
tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur
wistar yang telah diinduksi etanol 50%.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
JENIS PENELITIAN
• Jenis eksperimental laboratorik
• Rancangan post test only controled
group design
Rancangan Penelitian
• Kontrol ( - ) T → T
• Kontrol ( + ) T → Z → Tc
• Kontrol ( + ) T → Y → Te
• Perlakuan I T → Y → X → T”
• Perlakuan II T → Y → Z → T”
WAKTU DAN LOKASI
• Waktu 5 sampai 22 Januari 2012
• Tempat
– Lab. Pat Klin, Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati Bandar Lampung
– Lab. PA Balai Penyidik dan Pengujian
Veteriner (BPPV) Regional III Bandar
Lampung.
SUBYEK PENELITIAN
• Populasi Tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur wistar usia 8-10
minggu, berat badan 180-220 gram di
UPHP (IPB) Jawa Barat.
• Sampel 25 ekor tikus putih dengan
syarat sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi.
Kriteria inklusi :
1. Berusia 8-10 minggu
2. Berat badan 180 – 220 gram
3. Jenis kelamin jantan
3. Sehat dan lincah.
Kriteria eksklusi:
1. Tikus mati pada saat perlakuan
2. Perilaku berubah (tidak mau makan, lemas,
tidak lincah) selama penelitian.
3. Terdapat penurunan berar badan lebih dari
10% setelah masa aklimatisasi di laboratorium.
Jumlah Sampel
• Rumus Federer
(k – 1) (n – 1) ≥ 15
• Keterangan :
k = adalah Jumlah perlakuan
n = adalah Jumlah hewan coba tiap
kelompok perlakuan.
(5-1)(n-1) ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4,75 berarti n ≥ 5.
• Desain penelitian ini menggunakan
metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
karena percobaan yang dilakukan bersifat
homogen
1. Pengaturan Randomisasi Tikus Putih
1C 2A 3D 4B 5E
6D 7E 8B 9C 10A
11A 12C 13E 14D 15B
16E 17D 18A 19B 20C
21B 22A 23C 24E 25D
2. Penempatan Perlakuan pada Setiap Kandang
Kandang Nomor Tikus
Putih
A 2 10 11 18 22
B 4 8 15 19 21
C 1 9 12 20 23
D 3 6 14 17 25
E 5 7 13 16 24
VARIABEL PENELITIAN
• Variabel Bebas perasan rimpang temu putih
(Curcuma zedoaria).
• Variabel Terikat derajat kerusakan histologis
hepar tikus putih.
• Variabel Luar
• Variabel luar yang dapat dikendalikan
• Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan
DEFINISI OPERASIONAL
• Variabel Bebas Perasan rimpang temu
putih (skala nominal).
• Variabel Terikat Gambaran derajat
kerusakan histopatologis hepar
ALAT DAN BAHAN
• Alat– Kandang tikus
– Sonde lambung
– Alat untuk mengambil organ (bedah minor)/ (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja lilin)
– Spuit 1cc
– Neraca analitik
– Gelas ukur
– Alat untuk membuat preparat histologi (mikrotom, oven, cetakan parafin)
– Alat untuk melihat histologis hepar (deck glass, object glass, mikroskop cahaya)
– Botol-botol
• Bahan– Tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan galur wistar
– Etanol 50%
– Perasan rimpang temu putih(Curcuma zedoaria)
– Bahan-bahan untuk metode baku histologi pemeriksaan jaringan yaitu :
– i. Larutan formalin 10%
– ii. Parafin
– iii.Albumin
– iv.Hematoksilin eosin
– v. Larutan xylol
– vi.Alkohol bertingkat 30%, 40%, 50%, 70%, 80%, 90%, 96%
– vii.Aquades
– Makanan dan minuman tikus
PROSEDUR PENELITIAN
Lanjutan Pembuatan perasan rimpang
• Pembuatan perasan rimpang temu putih parut rimpang temu putih timbangsesuai dosis diperas air perasanmurni.
• Proses pembuatan tidak menggunakan penambahan air maupun zat-zat lainnya.
• Rimpang temu putih dipilih secara homogen bentuk, ukuran yang hampir sama menyeragamkan.
Lanjutan Pelaksanaan penelitian
• Kelompok A kontrol negatif hanya diberi diet
standar selama 10 hari berturut-turut.
• Kelompok B kontrol positif 1 diberi diet
standar dan perasan rimpang temu putih
dosis tunggal 1,95 mg/200gBB selama 10
hari berturut-turut.
• Kelompok C kontrol positif diberi diet standar
dan etanol 50% dosis tunggal 1,3 ml/hari
peroral selama 10 hari berturut-turut.
Lanjutan…
• Kelompok D perlakuan 1 diberi diet
standar dan perasan rimpang temu putih
peroral sebanyak 0,65 mg/200gBB dan
diberikan dosis tunggal etanol 50%
sebesar 1,3 ml/hari peroral tikus putih
selama 10 hari pada pagi hari selang
pemberian selama 1 jam.
Lanjutan…
• Kelompok E perlakuan 2 diberi diet
standar dan perasan rimpang temu putih
peroral sebanyak 1,95 mg/200gBB dan
diberikan dosis tunggal etanol 50%
sebesar 1,3 ml/hari peroral tikus putih
selama 10 hari pada pagi hari selang
pemberian selama 1 jam.
Lanjutan Pengambilan organ
• Pada hari ke-11 setelah perlakuan di anestesilalu neck dislocation (dekapitasi).
• Ambil organ hepar lobus dextra/kanan fiksasimenggunakan formalin 10%.
• Buat preparat histologi dengan metode blok paraffin dan pengecatan HE.
• Irisan dilakukan pada bagian tengah dari heparlobus dextra/kanan dengan ketebalan irisan 5 μm.
• Pengambilan hepar bagian lobus dextra/kanan hanya untuk penyeragaman sampel.
Perubahan
ultrastruktur
Jejas sel
Reversibel
Jejas sel
Ireversibel
Perubahan
morfologik
makroskopik
Perubahan
mikroskopik
cahaya
Kematian selFungsi sel
Lanjutan Pengamatan
preparat• Pengamatan preparat dilakukan dengan
mengamati perubahan histologis hepar
dengan derajat degenerasi yaitu :
– Degenerasi parenkimatosa,
– Degenerasi hidropik, dan
– Nekrosis
Skor Penilaian Tingkat Kerusakan Hepatosit
Kriteria Manja Roenigk
Tingkat Kerusakan Skor
Normal 1
Degenerasi
Parenkimatosa
2
Degenerasi Hidropik 3
Nekrosis 4
TEKNIK PENGOLAHAN DATA
• Data dalam penelitian ini dianalisis secara
kualitatif. Analisis secara kualitatif
dilakukan dengan cara melihat,
membandingkan dan mendeskriptifkan
gambaran histologis organ hepar dari
setiap dosis dengan kontrol
ANALISIS DATA
• Data yang diperoleh akan dianalisis
menggunakan uji Shapiro-Wilk
• Jika data normal uji parametrik ANOVA
Jika berbeda uji Post Hock
• Jika data tidak normal uji non
parametrik Kruskal Wallis Jika berbeda
uji Mann-Whitney
Ketentuan
1. Jika p ≤ 0,05, maka ada perbedaan yang
bermakna.
2. Jika p > 0,05, maka tidak ada perbedaan
yang bermakna.
ALUR PENELITIAN
Dekapitasi pada hari ke-11
Aklimatisasi tikus
putih 7 hari dibagi
dalam 5 kandang
(A) K
(-)
(E) P II Dosis
(Curcuma
zedoaria)
1,95mg/200gBB
+ etanol 50% 1,3
ml/hari
(B) K (+)
(Curcuma
zedoaria)
(C) K (+)
(Etanol
50%)
(D) P I Dosis
(Curcuma
zedoaria) 0,65
mg/200gBB +
etanol 50% 1,3
ml/hari
25 ekor tikus putih jantan galur wistar
Randomisasi
Pemeriksaan struktur histopatologis hepar tikus
Wistar
Pengambilan jaringan hepar dan pengecatan jaringan
dengan metode baku histologi pemeriksaan jaringan
Analisa data
BAB IV
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Histopatologi Sel Hepatosit Hepar Tikus Kelompok Kontrol (-)
dengan Pembesaran 10x
Hasil Penelitian
Histopatologi Sel Hepatosit Hepar Tikus Kelompok Kontrol (+) dengan
Pembesaran 10x
Hasil Penelitian
Histopatologi Sel Hepatosit Hepar Tikus Kelompok Kontrol (++) dengan
Pembesaran 10x
Hasil Penelitian
Histopatologi Sel Hepatosit Hepar Tikus Kelompok Perlakuan 1 dengan
Pembesaran 10x
Hasil Penelitian
Histopatologi Sel Hepatosit Hepar Tikus Kelompok Perlakuan 2 dengan
Pembesaran 10x
Analisis Data
Uji Normalitas Data Uji Shapiro-Wilk didapatkan hasil
(p<0.05) berarti distribusi data tidak normal.
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kerusakan Kontrol Negatif .473 5 .001 .552 5 .000
Kontrol Positif 1 .473 5 .001 .552 5 .000
Kontrol Positif 2 .367 5 .026 .684 5 .006
Perlakuan 1 .473 5 .001 .552 5 .000
Perlakuan 2 .367 5 .026 .684 5 .006
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Kruskal-WallisRanks
Kelompok N Mean Rank
Kerusakan Kontrol Negatif 5 7.00
Kontrol Positif 1 5 5.70
Kontrol Positif 2 5 20.90
Perlakuan 1 5 18.30
Perlakuan 2 5 13.10
Total 25Test Statisticsa,b
Kerusakan
Chi-Square 18.162
Df 4
Asymp. Sig. .001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Uji Kruskal-Wallis, diperoleh nilai p=0.001
(p<0,05) berarti terdapat perbedaan
bermakna
Uji Mann-WhitneyKelompok
Perlakuan
N Kontrol
negatif
Kontrol
positif 1
Kontrol
positif 2
Perlakuan
1
Perlakuan
2
Kontrol negatif 5 - 0,881 0,011 0,015 0,060
Kontrol positif 1 5 0,881 - 0,006 0,005 0,014
Kontrol positif 2 5 0,011 0,006 - 0,221 0,020
Perlakuan 1 5 0,015 0,005 0,221 - 0,042
Perlakuan 2 5 0,060 0,014 0,020 0,042 -
K(-) dan K(++) p=0,011 (p<0.05),
K(-) dan P1 p=0,015 (p<0.05),
K(+) dan K(++) p=0,006 (p<0.05),
K(+) dan P1 p=0,005 (p<0.05),
K(+) dan P2 p=0,014 (p<0.05),
K(++) dan P2 p=0,020 (p<0.05),
P1 dan P2 p=0,042 (p<0.05),
K(++) dan P2 p=0,020 (p<0.05),
P1 dan P2 p=0,042 (p<0.05),
K(-) dan K(+) p=0,881 (p>0.05)
K(-) dan P2 p=0,060 (p>0.05)
K(++) dan P1 p=0,221 (p>0.05)
Terdapat perbedaan bermakna
Tidak terdapat perbedaan
Kelebihan NADH menyebabkan
asidosis, penururnan ekskresi
asam urat, menghambat
glukoneogenesis, dan
menghambat oksidasi asam
lemak sehingga terjadi efek
sekunder di hati berupa
perlemakan atau penimbunan
lemak (peroksidasi lipid) pada
parenkim hati (Robbins dan
Cotran, 2007)
PEMBAHASAN
Peroksidasi lipid ini dapat
menyebabkan terjadinya
kerentanan membran dan dapat
menyebabkan kerusakan membran
dan terjadi nekrosis, inaktifasi
enzim, meningkatkan permeabilitas
kapiler, meningkatkan agregasi
trombosit membentuk tautan silang
dengan protein, menurunkan
sintesa DNA, serta menurunkan
aktifitas enzim (Lu, 1995)
PEMBAHASAN
Setiap sel dalam
tubuh akan selalu
mengalami penuaan
yang diakhiri
kematian sel dan
digantikan oleh sel-
sel baru melalui
proses regenerasi
(Iber dan Latham,
1994).
PEMBAHASAN
curcumin menghambat lipid
peroksidase (LPO) aktivitas yang
baik sebagai penangkap
superoksid, serta menunjukkan
bahwa gugus fenolik sebagai
penangkap superoksid, dan
keberadaan gugus metoksi
terhadap gugus fenolik akan
menaikkan aktivitas penangkap
radikal superoksid (Dio, 2011)
PEMBAHASAN
Kurkumin berkhasiat sebagai
anti radang dan antioksidan
yang dapat mencegah
kerusakan gen (Novalina,
2003).
Antioksidan berperan mengikat
berbagai jenis oksidan dan
secara biologis bersifat reaktif
karena bersifat mencegah
pembentukan radikal bebas dan
memperbaiki kerusakan yang
diakibatkannya (Widjaja, 1997).
PEMBAHASAN
Kesimpulan Dan Saran
• Kesimpulan
– perasan rimpang temu putih (Curcuma
zedoaria (Berg.) Roscoe) mempunyai efek
mengurangi kerusakan sel hepatosit hepar
tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur
Wistar yang diinduksi dengan etil alkohol
(etanol)
Lanjutan…
• Saran
– Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh pemberian (Curcuma zedoaria (Berg.)
Roscoe) terhadap gambaran histopatologi sel
hepatosit hepar tikus putih jantan galur wistar yang
diinduksi etanol 50% dengan jumlah lapangan
pandang atau preparat yang lebih banyak.
– Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis
yang berbeda untuk mencari dosis dengan efek
terapeutik yang lebih baik.
Lanjutan…
– Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh pemberian temu putih (Curcuma
zedoaria (Berg.) Roscoe) terhadap gambaran
histopatologi sel hepatosit hepar tikus putih
jantan galur wistar yang diinduksi etanol 50%
dengan waktu yang lebih lama supaya data
yang dihasilkan lebih baik.
TERIMA KASIH