12
REFERAT HIPOKALEMIA Oleh: Sartika Riyandhini 030.08.219 Pembimbing: Dr. James Towoliu, Sp.PD BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TRISAKTI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO JAKARTA 2012

hipokalemia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: hipokalemia

REFERAT

HIPOKALEMIA

Oleh:

Sartika Riyandhini

030.08.219

Pembimbing:

Dr. James Towoliu, Sp.PD

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TRISAKTI

RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO

JAKARTA

2012

Page 2: hipokalemia

BAB I

PENDAHULUAN

Kalium adalah penting untuk fungsi normal dari otot, jantung, dan saraf. Hal ini

memainkan peran penting dalam mengontrol aktivitas otot polos, otot rangka, serta otot jantung.

Hal ini juga penting untuk transmisi normal sinyal listrik seluruh sistem saraf dalam tubuh. Kadar

normal kalium sangat penting untuk menjaga irama jantung normal listrik.

Hipokalemia adalah ketidakseimbangan elektrolit dan diindikasikan oleh tingkat rendah

kalium dalam darah. Nilai dewasa normal untuk kalium 3,5-5,3 mEq / L.

Walaupun kadar kalium dalam serum hanya sebesar 2% dari kalium total tubuh dan pada

banyak kasus tidak mencerminkan status kalium tubuh; hipokalemia perlu dipahami karena semua

intervensi medis untuk mengatasi hipokalemia berpatokan pada kadar kalium serum. (1)

Kalium biasanya dapat dengan mudah digantikan dengan mengkonsumsi makanan yang

banyak mengandung kalium atau dengan mengkonsumsi garam kalium per oral. Kalium dapat

mengiritasi saluran pencernaan, sehingga diberikan dalam dosis kecil, beberapa kali sehari.

Studi lebih lanjut di Amerika Serikat angka kejadian hipokalemia pasien rawat inap adalah

20%, walaupun hanya 4-5 % dari pasien hipokalemia tersebut yang gejala klinisnya terlihat. Pada

hipokalemia yang ringan ( Serum K+ : 3,0 – 3,5) gejala klinisnya asimptomatik. Namun, pada

hipokalemia yang berat (serum kalium sangat rendah) bisa sangat berbahaya, apalagi pada pasien

jantung.(2)

Page 3: hipokalemia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah

dibawah 3.5 mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total di tubuh

atau adanya gangguan perpindahan ion kalium ke sel-sel. Penyebab yang umum adalah

karena kehilangan kalium yang berlebihan dari ginjal atau jalur gastrointestinal.

B. Etiologi

Penyebab Hipokalemia diantaranya ialah:

1. Deplesi Kalium

Hipokalemia juga bisa merupakan manifestasi dari deplesi cadangan kalium tubuh.

Dalam keadaan normal, kalium total tubuh diperkirakan 50 mEq/kgBB dan kalium

plasma 3,5--5 mEq/L. Asupan K+ yang sangat kurang dalam diet menghasilkan deplesi

cadangan kalium tubuh. Walaupun ginjal memberi tanggapan yang sesuai dengan

mengurangi ekskresi K+, melalui mekanisme regulasi ini hanya cukup untuk mencegah

terjadinya deplesi kalium berat. Pada umumnya, jika asupan kalium yang berkurang,

derajat deplesi kalium bersifat moderat. Berkurangnya asupan sampai <10 mEq/hari

menghasilkan defisit kumulatif sebesar 250 s.d. 300 mEq (kira-kira 7-8% kalium total

tubuh) dalam 7—10 hari4. Setelah periode tersebut, kehilangan lebih lanjut dari ginjal

minimal. Orang dewasa muda bisa mengkonsumsi sampai 85 mmol kalium per hari,

sedangkan lansia yang tinggal sendirian atau lemah mungkin tidak mendapat cukup

kalium dalam diet mereka(3).

2. Disfungsi Ginjal

Page 4: hipokalemia

Ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut Asidosis

Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat yang

menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.

3. Kehilangan K+ Melalui Jalur Ekstra-renal

Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna. Pencahar dapat

menyebabkan kehilangan kalium berlebihan dari tinja. Ini perlu dicurigai pada pasien-

pasien yang ingin menurunkan berat badan. Beberapa keadaan lain yang bisa

mengakibatkan deplesi kalium adalah drainase lambung (suction), muntah-muntah,

fistula, dan transfusi eritrosit.

4. Kehilangan K+ Melalui Ginjal

Diuretik boros kalium dan aldosteron merupakan dua faktor yang bisa menguras

cadangan kalium tubuh. Tiazid dan furosemid adalah dua diuretik yang terbanyak

dilaporkan menyebabkan hipokalemia.

Page 5: hipokalemia

Obat-obat lain yang bisa menyebabkan hipokalemia dirangkum dalam tabel:

5. Endokrin atau Hormonal

Aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu dari sistem

endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan

kehilangan kalium. (3)

Page 6: hipokalemia

C. Patofisiologi Keseimbangan Elektrolit

Perpindahan Trans Selular

Hipokalemia bisa terjadi tanpa perubahan cadangan kalium sel. Ini disebabkan faktor-

faktor yang merangsang berpindahnya kalium dari intravaskular ke intraseluler, antara

lain beban glukosa, insulin, obat adrenergik, bikarbonat, dsb. Insulin dan obat

katekolamin simpatomimetik diketahui merangsang influks kalium ke dalam sel otot.

Sedangkan aldosteron merangsang pompa Na+/K+ ATP ase yang berfungsi sebagai

antiport di tubulus ginjal. Efek perangsangan ini adalah retensi natrium dan sekresi

kalium (1).

Pasien asma yang dinebulisasi dengan albuterol akan mengalami penurunan kadar K

serum sebesar 0,2—0,4 mmol/L2,3, sedangkan dosis kedua yang diberikan dalam

waktu satu jam akan mengurangi sampai 1 mmol/L3. Ritodrin dan terbutalin, yakni obat

penghambat kontraksi uterus bisa menurunkan kalium serum sampai serendah 2,5

mmol per liter setelah pemberian intravena selama 6 jam.

Teofilin dan kafein bukan merupakan obat simpatomimetik, tetapi bisa merangsang

pelepasan amina simpatomimetik serta meningkatkan aktivitas Na+/K+ ATP ase.

Hipokalemia berat hampir selalu merupakan gambaran khas dari keracunan akut

teofilin. Kafein dalam beberapa cangkir kopi bisa menurunkan kalium serum sebesar

0,4 mmol/L. Karena insulin mendorong kalium ke dalam sel, pemberian hormon ini

selalu menyebabkan penurunan sementara dari kalium serum. Namun, ini jarang

merupakan masalah klinik, kecuali pada kasus overdosis insulin atau selama

penatalaksanaan ketoasidosis diabetes.

D. Implikasi Klinik pada Pasien Penyakit Jantung (4)

Tidak mengherankan bahwa deplesi kalium sering terlihat pada pasien dengan CHF. Ini

membuat semakin bertambah bukti yang memberi kesan bahwa peningkatan asupan

kalium bisa menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke. Hipokalemia

terjadi pada pasien hipertensi non-komplikasi yang diberi diuretik, namun tidak

sesering pada pasien gagal jantung bendungan, sindrom nefrotik, atau sirosis hati. Efek

proteksi kalium terhadap tekanan darah juga dapat mengurangi risiko stroke.

Page 7: hipokalemia

Deplesi kalium telah dikaitkan dalam patogenesis dan menetapnya hipertensi esensial.

Sering terjadi salah tafsir tentang terapi ACE-inhibitor (misal Kaptopril). Karena obat

ini meningkatkan retensi kalium, dokter enggan menambah kalium atau diuretik hemat

kalium pada terapi ACE-inhibitor. Pada banyak kasus gagal jantung bendungan yang

diterapi dengan ACE-inhibitor, dosis obat tersebut tidak cukup untuk memberi

perlindungan terhadap kehilangan kalium.

Potensi digoksin untuk menyebabkan komplikasi aritmia jantung bertambah jika ada

hipokalemia pada pasien gagal jantung. Pada pasien ini dianjurkan untuk

mempertahankan kadar kalium dalam kisaran 4,5-5 mmol/L. Nolan dkk. mendapatkan

kadar kalium serum yang rendah berkaitan dengan kematian kardiak mendadak di

dalam uji klinik terhadap 433 pasien di UK.

Hipokalemia ringan bisa meningkatkan kecenderungan aritmia jantung pada pasien

iskemia jantung, gagal jantung, atau hipertrofi ventrikel kanan. Implikasinya,

seharusnya internist lebih "care" terhadap berbagai konsekuensi hipokalemia. Asupan

kalium harus dipikirkan untuk ditambah jika kadar serum antara 3,5--4 mmol/L. Jadi,

tidak menunggu sampai kadar < 3,5 mmol/L.

E. Derajat Hipokalemia

Hipokalemia moderat didefinisikan sebagai kadar serum antara 2,5--3 mEq/L,

sedangkan hipokalemia berat didefinisikan sebagai kadar serum < 2,5 mEq/L.

Hipokalemia yang < 2 mEq/L biasanya sudah disertai kelainan jantung dan mengancam

jiwa.

F. Gejala Klinis Hipokalemia(5)

a CNS dan neuromuskular

Lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang.

b Pernapasan

Otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)

c Saluran cerna

Menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual muntah.

d Kardiovaskuler

Page 8: hipokalemia

Hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.

e Ginjal

Poliuria,nokturia.

G. Penatalaksanaan Hipokalemia

Untuk bisa memperkirakan jumlah kalium pengganti yang bisa diberikan, perlu

disingkirkan dulu faktor-faktor selain deplesi kalium yang bisa menyebabkan

hipokalemia, misalnya insulin dan obat-obatan. Status asam-basa mempengaruhi kadar

kalium serum.

a. Jumlah Kalium

Walaupun perhitungan jumlah kalium yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan

tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk menghitung jumlah kalium yang dibutuhkan

pasien. Namun, 40—100 mmol K+ suplemen biasa diberikan pada hipokalemia moderat

dan berat.

Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) diberikan KCl oral 20 mmol per hari

dan pasien dianjurkan banyak makan makanan yang mengandung kalium. KCL oral

kurang ditoleransi pasien karena iritasi lambung. Makanan yang mengandung kalium

cukup banyak dan menyediakan 60 mmol kalium (6).

b. Kecepatan Pemberian Kalium Intravena

Kecepatan pemberian tidak boleh dikacaukan dengan dosis. Jika kadar serum > 2

mEq/L, maka kecepatan lazim pemberian kalium adalah 10 mEq/jam dan maksimal 20

mEq/jam untuk mencegah terjadinya hiperkalemia. Pada anak, 0,5—1 mEq/kg/dosis

dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.

Pada kadar < 2 mEq/L, bisa diberikan kecepatan 40 mEq/jam melalui vena sentral dan

monitoring ketat di ICU. Untuk koreksi cepat ini, KCl tidak boleh dilarutkan dalam

larutan dekstrosa karena justru mencetuskan hipokalemia lebih berat.

c. Koreksi Hipokalemia Perioperatif

Page 9: hipokalemia

• KCL biasa digunakan untuk menggantikan defisiensi K+, karena juga biasa

disertai defisiensi Cl-.

• Jika penyebabnya diare kronik, KHCO3 atau kalium sitrat mungkin lebih sesuai.

• Terapi oral dengan garam kalium sesuai jika ada waktu untuk koreksi dan tidak

ada gejala klinik.

• Penggantian 40—60 mmol K+ menghasilkan kenaikan 1—1,5 mmol/L dalam K+

serum, tetapi ini sifatnya sementara karena K+ akan berpindah kembali ke dalam

sel. Pemantauan teratur dari K+ serum diperlukan untuk memastikan bahwa defisit

terkoreksi.

d. Kalium iv

• KCl sebaiknya diberikan iv jika pasien tidak bisa makan dan mengalami

hipokalemia berat.

• Secara umum, jangan tambahkan KCl ke dalam botol infus. Gunakan

sediaan siap-pakai dari pabrik. Pada koreksi hipokalemia berat (< 2 mmol/L),

sebaiknya gunakan NaCl, bukan dekstrosa. Pemberian dekstrosa bisa menyebabkan

penurunan sementara K+ serum sebesar 0,2—1,4 mmol/L karena stimulasi

pelepasan insulin oleh glukosa.

• Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9% menyediakan 40 mmol

K+ /L. Ini harus menjadi standar dalam cairan pengganti K+.

• Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan beban cairan.

Jika ada aritmia jantung, dibutuhkan larutan K+ yang lebih pekat diberikan melalui

vena sentral dengan pemantauan EKG. Pemantauan teratur sangat penting. Pikirkan

masak-masak sebelum memberikan > 20 mmol K+/jam.

• Konsentrasi K+ > 60 mmol/L sebaiknya dihindari melalui vena perifer,

karena cenderung menyebabkan nyeri dan sklerosis vena.

e. Diet Kalium

Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari

(contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot, jeruk,

advokat, kacang-kacangan, dan kentang).

Page 10: hipokalemia

H. Prognosis

Dengan mengkonsumsi suplemen kalium biasanya dapat mengkoreksi hipokalemia.

Pada hipokalemia berat, tanpa penatalaksanaan yang tepat, penurunan kadar kalium

secara drastis dapat menyebabkan masalah jantung yang serius yang dapat berakibat

fatal. (7)

BAB III

KESIMPULAN

Page 11: hipokalemia

Hipokalemia merupakan kelainan elektrolit yang cukup sering dijumpai dalam

praktik klinik, dan bisa mengenai pasien dewasa dan anak. Berbagai faktor penyebab perlu

diidentifikasi sebagai awal dari manajemen. Pemberian kalium bukanlah sesuatu yang

perlu ditakuti oleh para klinisi, seandainya diketahui kecepatan pemberian yang aman

untuk setiap derajat hipokalemia. Pemberian kalium perlu dipertimbangkan pada pasien-

pasien penyakit jantung, hipertensi, stroke, atau pada keadaan-keadaan yang cenderung

menyebabkan deplesi kalium.

DAFTAR PUSTAKA

1. Zwanger M. Hypokalemia. Available at:

http://emedicine.com/emerg/topic273.html. Accessed on October 1st 2012.

Page 12: hipokalemia

2. Sriwaty A. Prevalensi dan Distribusi Gangguan Elektrolit Pada Lanjut Usia.

Available at: http://eprints.undip.ac.id/22684/1/Sriwaty.pdf. Accessed on October

2nd 2012.

3. Daryadi. Hiperkalemia dan Hipokalemia. Available at:

http://nsyadi.blogspot.com/2011/12/hiperkalemia-dan-hipokalemia.html. Accessed

on October 3rd 2012.

4. Cohn JN, Kowey PR, Whelton PK, Prisant LM. New Guidelines for potassium

Replacement in Clinical Practice. Arch Intern Med 2000;160:2429-2436.

5. Price & Wilson. Gangguan Cairan & Elektrolit. Patofisiologi Vol.1. 6th ed. Jakarta:

EGC; 2006; p. 344.

6. Halperin ML, Goldstein MB. Fluid Electrolyte and Acid-Base Physiology. A

problem-based approach. WB Saunders Co. 2nd ed., p 358

7. David C. Hypokalemia. Available at:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000479.htm. Accessed on

October 3rd 2012.