13
LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN HIPOSPADIA HIPOSPADIA 1. 1. DEFINISI DEFINISI HIPOSPADIA HIPOSPADIA Kelainan congenital pada penis, yang terjadi Kelainan congenital pada penis, yang terjadi akibat adanya striktura, fistula ataupun proses infeksi akibat adanya striktura, fistula ataupun proses infeksi pada gland penis, terjadi pada anak laki-laki usia <10 pada gland penis, terjadi pada anak laki-laki usia <10 tahun tahun (www.medicastore.com) (www.medicastore.com) 2. 2. INSIDENSI INSIDENSI 1 : 300 / kelahiran bayi laki-laki 1 : 300 / kelahiran bayi laki-laki ( Sweet , et.all.; 1974 ) ( Sweet , et.all.; 1974 ) Perlu penanganan Perlu penangananCermat Cermat Tepat Tepat Sehingga Komplikasi di minimalisir Sehingga Komplikasi di minimalisir 3. 3. PENYEBAB PENYEBAB Kausa pasti Kausa pasti belum diketahui belum diketahui multifaktor multifaktor Faktor : Faktor : 1. Genetik 1. Genetik sangat berperan sangat berperan 2. Etnik & Geografis 2. Etnik & Geografis 3. Hormonal 3. Hormonal 4. Pencemaran Lingkungan 4. Pencemaran Lingkungan 4. 4. KLASIFIKASI KLASIFIKASI

hipospadia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

HIPOSPADIA

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOSPADIA

1. DEFINISI

HIPOSPADIAKelainan congenital pada penis, yang terjadi akibat adanya striktura, fistula ataupun proses infeksi pada gland penis, terjadi pada anak laki-laki usia 0,05).

Kejadian komplikasi pasca repair hipospadia yang paling banyak yaitu fistula urethrocutaneus(12,69%).

Kepecayaan diri dan pengalaman operator menentukan tentang tahap dan keberhasilan operasi.

Di sarankan penanganan hipospadia dilakukan dengan operasi satu tahap.

10. PROSES KEPERAWATAN1. Pengkajian

a. Pengkajian Keperawatan PraOperatif

i. Mengkaji keadaan umumii. Mata: anemis, ikterik?

iii. Muskuluskeletal: untuk penilaian status gizi dan aktivitas

iv. Genitalia: banyaknya dan frekuansi berkemih

v. Status internus: abdomen, thorax

vi. Status emosional

b. Pengkajian Keperawatan PascaOperatif

i. Sama seperti diatas, sebagai tambahan kaji keadaan luka post operasi

2. Diagnosa

a. Diagnosa Keperawatan PraOperatif

i. Kecemasan/ansietas b/d kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatanii. Gangguan eliminasi urine b.d penyumbatan/striktura uretraiii. Gangguan body image b/d kondisi penyakitnyab. Diagnosa Keperawatan PascaOperatif

i. Tidak efektif pola nafas b/d neuromuscular, ketidakseimbangan perceptual/kognitifii. Gangguan rasa nyaman,nyeri akut b/d gangguan integritas kulit jaringaniii. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal(perdarahan, muntah, dll)iv. Resiko tinggi b.d port de entry kuman3. Intervensi a. Intervensi Keperawatan PraOperatif

i. Kecemasan/ansietas b/d kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan Kaji tingkat pemahaman pasien

Gunakan sumber-sumber pengajaran, sesuai keadaan

Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual

Informasikan pasien/orang terdekat mengenai rencana perjalanan, komunikasi dokter/orang terdekat

ii. Gangguan eliminasi urine b.d penyumbatan/striktura uretra Kaji pola, frekuensi dan volume eliminasi urine Memantau adanya penahanan nyeri

Membantu dalam proses BAKiii. Gangguan body image b/d kondisi penyakitnya

Kaji tingkat emosional pasien sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya Informasikan tentang keadaan dan proses pengobatan yang sedang dijalankan

Beri terapi bermain yang sesuai denga tahapan tumbuh kembang

Gunakan sumber-sumber pengajaran, sesuai keadaanb. Intervensi Keperawatan PascaOperatifi. Tidak efektif pola nafas b/d neuromuscular, ketidakseimbangan perceptual/kognitif Kaji pola nafas klien

Pertahankan jalan udara klien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral

Lakukan latihan gerak sesegera mungkin pada pasien yang reaktif dan lanjutkan pada periode pasca operasi

Kolaborasi untuk pemberian O2

ii. Gangguan rasa nyaman,nyeri akut b/d gangguan integritas kulit jaringan Kaji persepsi nyeri PQRST

Evaluasi rasa sakut secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensitas.

Dorong penggunaan tehnik relaksasi

Lakukan reposisi sesuai petunjuk Kolaborasi untuk pemberian anlgetik yang sesuai dosisiii. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal(perdarahan, muntah, dll) Berikan bantuan pengukuran berkemih sesuai kebutuhan

Periksa pembalut, alat drein pada interval regular Pantau suhu kulit,palpasi denyut perifer

iv. Resiko tinggi infeksi b.d port de entry kuman Kaji tanda-tanda vital

Kaji kondisi luka post operasi

Rawat luka post operasi dengan prinsip steril Kolaborasi pemberian antibiotic yang sesuai4. Evaluasi

klien tidak cemas lagi dalam menjalani proses pengobatan dan mengerti tentang penyakitnya klien mengetahui tentang proses viksi yang tidak normal yang terjadi pada dirinya klien dapat menerima kondisi dirinya dan dapat menjelaskan kondisi dirinya pada teman sebayanya dalam proses perawatan

pola napas efektif dengan criteria hasil: klien dapat bernapas dengan normal, tidak ada tahanan napas dan activity daily living terpenuhi

nyeri berkurang sampai hilang

kebutuhan cairan terpenuhi tidak terjadi infeksi dengan indikasi tidak adanya tanda-tanda infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Barlow, Sheilla dan Weller, Barbara F.(1985) Pediatric Nursing. Jakarta : Engish Langue Book Society

Carpenito, Linda Juall.(2001).Buku saku diagnosa keperawatan,Jakarta :EGC

Drice, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M.(1995) Pathofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Jakarta : EGC

Rekso Prodjo, Soelarto.(1995) Ilmu Bedah.Jakarta :FKUI

Suriadi dan Yuliani,Rita.(2001).Askep Pada Anak,edisi 1. Jakarta : Fajar Interpretama

Smelzer, Suzane. (2002). Keperawatan Medikal Bedak,edisi 8.Jakarta : EGC

www.medicastore.ko.org LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TINDAKAN URETHROPLASTY

DI RUANG DEVISI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG

Disusun oleh :

Bintara Bayu Aji

1.1.20350

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG

POLITAKNIK KESEHATAN SEMARANG

2005

Proses Keperawatan

5. Pengkajian

a. Pengkajian Keperawatan PraOperatif

b. Pengkajian Keperawatan PascaOperatif

6. Diagnosa

a. Diagnosa Keperawatan PraOperatif

b. Diagnosa Keperawatan PascaOperatif

7. Intervensi

a. Intervensi Keperawatan PraOperatif

b. Intervensi Keperawatan PascaOperatif

8. Evaluasi

EMBED Word.Picture.8

Ada 3 tipe rekonstruksi hipospadia

a.Methode Duplay

- Untuk tipe penil

- Kulit penil / scrotum untuk flap

b.Methode Ombredane

- untuk tipe coronal dan distal penil

c.Methode Nove Josserand

- untuk berbagai tipe hipospadia

- memakai Free Graft

63 Kasus hipospadia yang telah dilakukan repair

21 kasus satu tahap

42 kasus dua tahap

17 Kasus (26,98%) terjadi komplikasi

Usia antara 6 bulan 13 tahun,

rata-rata usia 7 tahun

Usia terbanyak : a. lebih dari 5 tahun

b. 28 kasus ( 44,44 %)

Tipe hipospadia terbanyak

a.tipe penil

b.25 kasus ( 39,68 % )

Komplikasi terbanyak

Usia antara 1 5 tahun

11 kasus ( 17,46 % )

terdiri dari :

Infeksi3 kasus ( 4,76 % )

Fistula5 kasus ( 7,94 % )

Striktur3 kasus ( 4,76 % )

Kejadian komplikasi yang paling banyak pada hipospadia tipe penil dan penoscrotal

Fistula urethrocutaneus yang paling banyak( 8 kasus (12,69%)

Kejadian komplikasi baik pada repair hipospadia satu tahap dan dua tahap yang paling banyak yaitu fistula urethrocutaneus 8 kasus (12,68%).

Satu tahap ( 7 kasus (11,11%) dari 21 kasus

Dua tahap ( 10 kasus (15,87%) dari 42 kasus

HASIL :

63 Kasus 17 kasus ( 28,98 % ) terjadi komplikasi

Satu Tahap:7 kasus (11,11 %)

Infeksi 1 kasus

Fistula 4 kasus

Striktura 2 kasus

Dua tahap:10 kasus ( 15,87 % )

Infeksi4 kasus

Fistula4 kasus

Striktura2 kasus

Kejadian komplikasi antara satu tahap& dua tahap peluangnya hampir sama (p>0.05)

Usia :( 1 tahun

1 5 tahun11 kasus (17,46 %)

> 5 tahun6 kasus (9,52 %)

Ternyata usia 1 5 tahun merupakan usia yang sukar dikendalikan emosionalnya sedangkan usia ( 1 tahun masih dalam asuhan ibunya karena belum bisa jalan sedangkan usia > 5 tahun merupakan usia yang sudah bisa diberi pengertian ( usia sekolah dasar ).

KomplikasiPenoscrotal10 kasus (15,87 %)

Penil7 kasus(11,11 %)

Semakin ke proksimal kelainan hipospadianya semakin sukar tehnik operasinya dan semakin besar kejadian komplikasinya.

_1178666359.doc