27
HISTAMIN HISTAMIN L. P. MIRAH KUSUMA DEWI, S.F., Apt

HISTAMIN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HISTAMIN

HISTAMIN HISTAMIN

L. P. MIRAH KUSUMA DEWI, S.F., Apt

Page 2: HISTAMIN

PENDAHULUANPENDAHULUAN

Histamin ditemukan pada berbagai jaringan dan memiliki efek patologis dan fisiologis melalui berbagai tipe reseptor dan pelepasannya sering terjadi bersifat lokal / setempat.

Mengingat efek histamin yang luas namun lebih banyak tidak diinginkan menyebabkan histamin tidak memiliki aplikasi klinis dalam pengobatan penyakit.

Histamin pada manusia adalah merupakan mediator penting untuk reaksi alergi dan reaksi inflamasi, berperanan dalam sekresi asam lambung dan berfungsi sebagai neurotransmitter dan neuromodulator.

Page 3: HISTAMIN

MEKANISME PELEPASAN MEKANISME PELEPASAN HISTAMINHISTAMIN

PELEPASAN IMUNOLOGIS Mekanisme penting pelepasan histamin dari sel mast dan

basofil adalah imunologis. Sel tersebut saat tersensitisasi akan menyebabkan

pelepasan histamin. Dengan mekanisme kontrol umpan balik melalui reseptor

H2, histamin diduga mengatur pelepasannya sendiri. Histamin endogen diduga berperan dalam modulasi

berbagai inflamasi dan respons imun. Pada jejas jaringan, pelepasan histamin mengakibatkan

vasodilatasi lokal dan kebocoran plasma yang mengandung mediator inflamasi akut, antibodi dan sel inflamasi (neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit).

Page 4: HISTAMIN

PELEPASAN KIMIAWI

Morfin diketahui dapat menggeser histamin dari kompleks heparin – protein di dalam sel.

Pelepasan yang terjadi karena hal tersebut tidak berhubungan dengan jejas pada jaringan

Page 5: HISTAMIN

FARMAKODINAMIKA HISTAMINFARMAKODINAMIKA HISTAMIN Histamin mempunyai efek biologis dengan

cara menggabungkan reseptor spesifik yang berada di dalam permukaan membran.

Terdapat 3 reseptor histamin yang berbeda sebagai H1, H2 dan H3.

Histamin mempunyai efek yang kuat pada otot polos dan jantung, sel endotel dan saraf tertentu serta sel sekretorik di lambung.

Sensitivitas terhadap histamin bervariasi antar spesies.

Page 6: HISTAMIN

JARINGAN / ORGAN YANG JARINGAN / ORGAN YANG DIPENGARUHI HISTAMINDIPENGARUHI HISTAMIN

–Sistem Saraf Histamin merupakan stimulan yang kuat bagi ujung saraf sensoris, khususnya yang menimbulkan rasa gatal dan nyeri. Efek melalui reseptor H1 adalah komponen penting dalam respons urtikaria dan reaksi pada sengatan serangga.

Page 7: HISTAMIN

–Sistem Kardiovaskular Injeksi dan infus histamin pada

manusia menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik serta peningkatan denyut jantung.

Penurunan tekanan darah tersebut disebabkan oleh efek vasodilator langsung histamin pada arteriol dan otot pembuluh darah.

Peningkatan denyut jantung disebabkan oleh efek stimulasi histamin pada jantung dan suatu refleks takikardi.

Page 8: HISTAMIN

Terkait dengan efek vasodilatornya, rasa panas dan sakit kepala pernah dilaporkan terjadi pada pemberian histamin.

Edema yang disebabkan histamin terjadi karena efek pada reseptor H1 pada pembuluh darah pascakapiler.

Efek yang muncul tersebut dihubungkan dengan pemisahan sel endotel yang memungkinkan molekul kecil masuk kedalam jaringan perivaskular.

Efek inilah yang bertanggungjawab atas timbulnya urtikaria pada kulit.

Efek langsung pada jantung termasuk peningkatan kontraktilitas jantung yang terjadi terutama melalui reseptor H2.

Page 9: HISTAMIN

–Otot Polos BronkiolerPada manusia, histamin dapat

menyebabkan bronkokontriksi yang terjadi melalui reseptor H1.

Pasien dengan riwayat asma sangat sensitif terhadap histamin, sehingga bronkokontriksi yang terjadi dapat dikarenakan juga oleh respons hiperaktif akibat berbagai rangsangan lain.

Page 10: HISTAMIN

–Otot Polos Saluran CernaHistamin dapat meningkatkan

kontraksi otot polos usus yang terjadi melalui reseptor H1 sehingga pemberian histamin pada dosis besar dapat menyebabkan diare.

–Organ Otot Polos Lain Sensitivitas uterus terhadap histamin

meningkat pada wanita hamil.

Page 11: HISTAMIN

–Jaringan Sekretori Histamin diketahui stimulan sekresi asam

lambung yang kuat. Efek tersebut muncul sebagai akibat

aktivasi reseptor H2 pada sel parietal lambung.

Histamin juga menstimulasi juga sekresi pada usus besar dan kecil.

Pemberian agonis histamin selektif reseptor H3 menghambat sekresi asam yang distimulasi oleh makanan.

Histamin tidak mempunyai efek bermakna pada aktivitas kelenjar lain pada dosis lazim.

Page 12: HISTAMIN

PENGGUNAAN KLINIK PENGGUNAAN KLINIK HISTAMIN HISTAMIN

Tes Fungsi Paru : Aerosol histamin digunakan dalam tes hiperaktivitas fungsi paru

Tes Sekresi Asam Lambung : Histamin digunakan dalam agen diagnostik untuk mengetahui kemampuan sekresi asam lambung

Diagnosis Pheochromocytoma : histamin dapat mengakibatkan pelepasan catecholamin dari sel medular adrenal. Efek tersebut pada manusia normal tidak terlalu besar namun pada manusia dengan pheocromocytoma, pelepasan histamin menjadi sangat besar.

Page 13: HISTAMIN

TOKSISITAS DAN TOKSISITAS DAN KONTRAINDIKASI HISTAMINKONTRAINDIKASI HISTAMIN Efek yang tidak diinginkan akibat pelepasan

histamin bergantung pada dosis. Efek tidak diinginkan tersebut dapat berupa :

flushing, hipotensi, takikardi, sakit kepala, bronkokontriksi serta rasa tidak enak pada saluran cerna.

Oleh sebab itu pemberian histamin pada pasien yang menderita asma, pasien dengan tukak peptik dan perdarahan saluran cerna perlu pengawasan ketat.

Page 14: HISTAMIN

ANTAGONIS HISTAMIN ANTAGONIS HISTAMIN

Efek tidak diinginkan dari histamin dapat Efek tidak diinginkan dari histamin dapat dikurangi dengan beberapa cara yaitu :dikurangi dengan beberapa cara yaitu :

Antagonis FisiologisAntagonis FisiologisAntagonis fisiologis seperti epinefrin Antagonis fisiologis seperti epinefrin memiliki efek pada otot polos yang memiliki efek pada otot polos yang berlawanan dengan histamin tetapi berlawanan dengan histamin tetapi mekanisme kerjanya pada reseptor yang mekanisme kerjanya pada reseptor yang berbeda. berbeda.

Sehingga epinefrin dapat diberikan pada Sehingga epinefrin dapat diberikan pada anafilaksis sistemik yang terjadi yang anafilaksis sistemik yang terjadi yang disebabkan oleh pelepasan histamin. disebabkan oleh pelepasan histamin.

Page 15: HISTAMIN

Antagonis Reseptor Antagonis Reseptor

Terdapat senyawa yang diketahui Terdapat senyawa yang diketahui memiliki efek berlawanan dengan memiliki efek berlawanan dengan histamin dengan berikatan secara histamin dengan berikatan secara kompetitif dengan reseptor histamin.kompetitif dengan reseptor histamin.

Antagonis Reseptor HAntagonis Reseptor H11 dan Antagonis dan Antagonis Reseptor HReseptor H22

Page 16: HISTAMIN

ANTAGONIS RESEPTOR H1

Farmakodinamika 1. Efek penghambat reseptor histamin yang

diberikan antagonis kompetitif reseptor H1 secara reversibel.

2. Efek yang tidak disebabkan penghambatan reseptor histamin.

- Efek sedasi yang bervariasi antar individu - Efek anti mual dan muntah - Efek anti parkinsonisme yang diduga

disebabkan oleh efek antikolinergik. - Efek penghambatan adrenoseptor alfa. - Efek anestetik lokal

Page 17: HISTAMIN

Penggunaan Klinis

–Reaksi Alergi Obat anti histamin H1 sering digunakan sebagai

obat pilihan pertama dalam mengatasi alergi seperti pada rhinitis dan urtikaria.

Pada dermatitis, anti histamin seperti difenhidramin dapat digunakan untuk mengurangi rasa gatal selain juga efeknya sebagai sedatif.

–Motion Sickness Obat antihistamin dengan efek paling besar untuk

mengatasi motion sickness adalah difenhidramin dan promethazin.

Page 18: HISTAMIN

Toksisitas Beberapa efek samping antagonis histamin

(sedatif) telah digunakan untuk tujuan terapi. Namun terdapat efek toksis lain yang perlu

mendapat perhatian yaitu eksitasi dan kejang pada anak, hipotensi postural dan alergi yang relatif terjadi pada penggunaan antagonis H1.

Selain itu efek teratogenik pernah dilaporkan pada penggunaan antihistamin H1 seperti doxilamine.

Interaksi Obat Pemberian terfenadine atau astemizole dalam

kombinasi dengan ketokonazol dan antibiotik eritromicin dapat menyebabkan toksis pada jantung dan aritmia ventrikuler.

Page 19: HISTAMIN

ANTAGONIS RESEPTOR H2

Perkembangan antagonis reseptor H2 berdasar pada kenyataan bahwa efek sekresi asam lambung akibat induksi histamin tidak bisa diatasi oleh antagonis H1.

Farmakokinetika Penggunaan burinamida dan metiamida adalah

obat antagonis reseptor H2 yang saat ini tidak lagi digunakan mengingat efek toksisnya.

Antagonis reseptor H2 yang sampai saat ini masih digunakan adalah simetidin, ranitidin, famotidin dan nizatidin.

Page 20: HISTAMIN

Farmakodinamika Mekanisme kerja antagonis reseptor H2 adalah

dengan berkompetisi secara reversibel dengan histamin pada reseptor H2 namun tidak mempengaruhi reseptor H1 dan H3

Efek paling penting pada penggunaan antagonis reseptor H2 adalah menurunkan sekresi asam lambung dimana penurunan sekresi tersebut terjadi dengan menghambat stimulasi histamin, gastrin yang bertanggungjawab pada sekresi asam lambung.

Selain itu juga berpengaruh pada penurunan volume sekresi lambung dan konsentrasi pepsin.

Page 21: HISTAMIN

Pada dosis yang menghambat sekresi asam lambung, simetidin dan ranitidin mempunyai efek pada jantung dan tekanan darah.

Nizatidin dilaporkan menurunkan kecepatan denyut jantung dan curah jantung. Hal tersebut disebabkan oleh histamin endogen yang tidak memberikan pengaruh terhadap pengaturan normal kardiovaskuler.

Simetidin dan ranitidin dapat menghambat sistem metabolisme obat oleh enzim sitokrom P450 sehingga pemberian bersama obat yang termetabolisme oleh enzim tersebut harus hati – hati.

Famotidin dan nizatidin tidak menghambat sitokrom P450.

Page 22: HISTAMIN

Penggunaan Klinik

–Tukak Peptik Duodenum Efektivitas antagonis H2 dalam menurunkan

derajat keasaman lambung bersama efek toksiknya yang rendah sangat bermanfaat dalam pengobatan tukak duodenum.

Eliminasi antihistamin golongan ini yang melalui ginjal memerlukan penyesuaian dosis pada pasien dengan gagal ginjal.

Selain untuk penyembuhan, pemberian simetidin, ranitidin, famotidin dan nizatidin bermanfaat untuk terapi pemeliharaan yang efektif untuk mencegah kekambuhan.

Page 23: HISTAMIN

–Tukak Lambung–Esofagitis Erosif

Penyembuhan esofagitis erosif memerlukan dosis yang lebih sering daripada tukak peptikum.

–HipersekresiSekresi asam yang berlebihan akibat

tumor dapat menggunaan antagonis reseptor H2 ini.

Page 24: HISTAMIN

Toksisitas Efek samping yang pernah dilaporkan

adalah diare, pening, sakit kepala dan ruam

Efek samping yang lebih berat namun jarang terjadi adalah :

1. Disfungsi SSP Umumnya terjadi pada penggunaan

simetidin. Gejalanya berupa delirium dab bingung

serta bicara yang kurang jelas.

Page 25: HISTAMIN

2. Efek EndokrinSimetidin diketahui mampu berikatan

dengan reseptor androgen yang berakibat pada pengurangan jumlah sperma dan impotensi yang reversibel pada pasien pria yang mengunakan simetidin dosis tinggi dalam jangka waktu lebih dari 8 minggu.

3. Diskrasia DarahTerapi simetidin dihubungkan dengan

terjadinya granulositopenia, trombositopenia dan anemia aplastika.

Page 26: HISTAMIN

4. Toksisitas Hati Efek kolestatis pernah dilaporkan pada

penggunaan simetidin. Hepatitis yang reversibel dapat terjadi pada

pemakaian ranitidinInteraksi Obat Antagonis reseptor H2 dapat menghambat obat

oleh enzim sitokrom P450, menurunkan aliran darah hepatik sehingga pemberian bersama obat lain yang mengalami metabolisme di hati dapat berbahaya.

Mengingat toksisitas obat yang dimetabolisme di hati akan meningkat seperti warfarin, fenitoin, propanolol, cafein, lidokain, carbamazepin, metronidazol, diazepam, teofilin. Interaksi obat tidak terjadi pada penggunaan famotidin.

Page 27: HISTAMIN