Click here to load reader
Upload
nyanyun-pranata
View
85
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari dan mengetahui cara menentukan curah hujan wilayah dengan
menggunakan metode aritmatik, poligon thiessen, dan isohyet.
I.2 Dasar Teori
Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap,
tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada
tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Presipitasi (hujan) merupakan salah satu komponen hidrologi yang paling penting. Hujan adalah peristiwa
jatuhnya cairan (air) dari atmosfer ke permukaan bumi. Hujan merupakan salah satu komponen input dalam suatu
proses dan menjadi faktor pengontrol yang mudah diamati dalam siklus hidrologi pada suatu kawasan (DAS). Peran
hujan sangat menentukan proses yang akan terjadi dalam suatu kawasan dalam kerangka satu sistem hidrologi dan
mempengaruhi proses yang terjadi didalamnya. Mahasiswa akan belajar tentang bagaimana proses terjadinya hujan,
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, bagaimana karakteristik hujannya dan mempelajari cara menghitung
rata-rata hujan pada sutau kawasan dengan berbagai model penghitungan rata-rata hujan.
Presipitasi cair dapat berupa hujan dan embun dan presipitasi beku dapat berupa salju dan hujan es. Dalam
uraian selanjutnya yang dimaksud dengan presipitasi adalah hanya yang berupa hujan.
Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, alat pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat pengukur hujan
manual dan alat pengukur hujan otomatik.
BAB II. METODELOGI
II.1 Alat dan Bahan
1. Penggaris
2. Busur derajat
3. Planimeter
4. Kertas milimeter blok
5. Kalkulator
6. Alat tulis pensil dan bullpen.
II.2 Metode
1. Metode rata-rata aritmatik
1. Plot semua lokasi stasiun pengukuran dan tingi hujan yang ada di sekitar daerah aliran sungai yang akan
ditentukan curah hujan wilayahnya.
2. Tentukan berapa banyaknya stasiun pengukuran hujan yang terletak di dalam batas daerah aliran sungai
tersebut.
3. Jumlahkan tinggi hujan dari sejumlah stasiun pengukuran hujan yang telah ditentukan.
4. Curah hujan wilayah diperoleh dengan cara membagi jumlah tinggi hujan hasil tahap kerja c dengan
banyaknya stasiun pengukuran hujan hasil tahap kerja b.
5. Secara matematis dapat dirumuskan dengan, . R adalah curah hujan wilayah, Ri adalah curah
hujan stasiun ke-i, dan n adalah banyaknya stasiun pengukur hujan yang terletak di dalam daerah aliran
sungai.
2. Metode Poligon Thiessen
1. Plot semua lokasi stasiun pengukuran dan tinggi hujan yang ada di sekitar daerah aliran sungai
yang akan ditentukan curah hujan wilayahnya.
2. Sambungkan setiap stasiun pengukuran hujan dengan stasiun pengukuran terdekatnya terutama
untuk stasiun-stasiun pengukuran hujan yang berada dalam dan paling dekat dengan batas daerah
aliran sungai. Sambungkan antara stasiun akan membentuk deret segitiga yang tidak boleh saling
memotong satu sama lain.
3. Tentukan titik tengah dari setiap sisi segitiga kemudian buatlah sebuah garis tegak lurus terhadap
masing-masig sisi segiiga tersebut tepat di titik tengahnya.
4. Hubungkan setiap garis tegak lurus tersebut satu sama lain sehingga membentuk poligon-poligon
dimana setiap poligon hanya diwakili oleh satu stasiun pengukuran hujan yang berada di dalam
atau paling dekat dengan batas daerah aliran sungai.
5. Tentukan luas daerah masing-masing poligon dengan mengunakan planimeter atau kertas
milimeter blok. Jumlah dari luas daerah masing-masing poligon akan sama dengan total luas
daerah aliran sungai.
6. Tentukan presentase luas dari setiap poligon terhaap luas totaldaerah aliran sungai.
7. Kalikan presentase luas setiap poligon (hasil tahap kerja f) dengan tinggi hujan yang jatuh di
dalam poligon-poligon tersebut.
8. Curah hujan wilayah diperoleh dengan cara menjumlahkan perkalian persentase luas poligon
dengan tinggi hujan yang jatuh di dalam poligon tersebut (penjumlahan setiap perkalian pada
tahap kerja g).
9. Secara matematis dapat dirumuskan dengan . R adalah curah hujan wilayah, Ai
adala luas poligon ke-i, Ri adalah curah hujan stasiun yang ada di dalam poligon ke-i, dan n adalah
banyaknya poligon.
3. Metode Isohyet
1. Plot semua lokasi stasiun pengukuran dan tinggi hujan yang ada di sekitar darah aliran sungai yang akan
ditentukan curah hujan wilayahnya.
2. Tentukan interval curah hujan yang akan digunakan.
3. Gambar isohyet (garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang sama)
berdasarkan interval yang telah ditentukan, berturut-turut mulai dari interval yang paling besar samapai
inteval yang palinh kecil. Dalam beberapa hal isohyet merupakan hasil interpolasi linier antara curah hujan
pada pada dua stasiun pengukuran yang berdekatan.
4. Tentukan curah hujan rata-rata diantara setiap isohyet (isohyet rata-rata) dengan metode rata-rata hitung.
5. Tentukan total luas daerah yang dicakp oleh setiap isohyet dengan menggunakan planimeter atau kertas
milimeter blok.
6. Tentukan luas neto dari masing-masing daerah
7. Kalikan masing-masing isohyet rata-rata
8. Akumulasikan hasil dari masing-masing perkalian antara isohyet rata-ratadengan luas netto daerahnya
berturut-turut dari interval isohyet tinggi ke isohyet terendah.
9. Tentukan hujan ekivalen yang jatuh di setiap luasan netto isohyet dengan cara membagi akumulasi nilai
pada masing-masing interval isohyet.dengan total luas daerah yang dicakup oleh masing-masing interval
isohyet.
10. Curah hujan wilyah diperoleh dari hujan ekivalen yang jatuh pada luasan netto yang paling kecil.
11. Secara matematis dapat dinyatakan dengan . R adalah curah hujan wilayah, Ai adala luas
netto ke-i, Ri adalah isohyet rata-rata ke-i, dan n adalah banyaknya interval isohyet.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3. Hasil Pengamatan
1. Metode rata-rata aritmatik
Stasiun pengukuran
Curah hujan
1 172
2 158
3 130
4 118
5 96
6 80
7 78
8 76
9 70
10 62
11 55
Total 1095
Rata-rata 99.54
1. Metode poligon Thiessen
Stasiun pengukuran
CH (mm)Luas
Poligon% Luas Poligon
2x4
1 2 3 4 5
1 160 491 0.05 8.57
2 155 194 0.02 3.28
3 136 198 0.02 2.94
4 118 1634 0.18 21.04
5 90 501 0.05 4.92
6 80 693 0.08 6.25
7 77 1685 0.18 14.16
8 79 902 0.10 7.78
9 62 1146 0.13 7.75
10 55 1395 0.15 8.37
11 52 323 0.04 1.83
Total 9165 5.00 91.69
1. Metode Isohyet
Interval isohyet
Isohyet rata-rata
Luas Luas neto 2x4 5CH
ekuivalen (6:3)
1 2 3 4 5 6 7
>150 162.5 129 129 20962.5 20962.5 162.5
125-150 137.5 519 390 53625 74587.5 143.71
100-125 112.5 1470 1018 121500 227225 133.39
75-100 87.5 2805 1725 150937.5 469337.5 123.71
50-75 62.5 5250 3525 220312.5 788837.5 108.06
III.2. Pembahasan
Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan (dapat berbentuk cair atau beku) dari atmosphere ke permukaan
bumi. Presipitasi cair dapat berupa hujan dan embun dan presipitasi beku dapat berupa salju dan hujan es. Dalam
uraian selanjutnya yang dimaksud dengan presipitasi adalah hanya yang berupa hujan. Curah hujan wilayah disebut
juga dengan curah hujan terpusat dimana curah hujan yang didapat dari hasil pencatatan alat pengukur hujan atau
data curah hujan yang akan diolah berupa data kasar atau data mentah yang tidak dapat langsung dipakai. Dalam
suatu daerah terdapat stasiun pencatat curah hujan.
Curah hujan wilayah diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Cara menghitung curah hujan
wilayah dapat ditentukan dari pengamatan curah hujan di beberapa titik. Hasil pengukuran data hujan dari masing-
masing alat pengukuran hujan adalah merupakan data hujan suatu titik (point rainfall). Padahal untuk kepentingan
analisis yang diperlukan adalah data hujan suatu wilayah (areal rainfall). Ada beberapa cara untuk mendapatkan data
hujan wilayah yaitu :
1. Cara Rata-rata Aljabar
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu hanya dengan membagi rata pengukuran pada semua stasiun
hujan dengan jumlah stasiun dalam wilayah tersebut. Sesuai dengan kesederhanaannya maka cara ini hanya
disarankan digunakan untuk wilayah yang relatif mendatar dan memiliki sifat hujan yang relatif homogen dan tidak
terlalu kasar.
2.Cara Poligon Thiessen
Cara ini selain memperhatikan tebal hujan dan jumlah stasiun, juga memperkirakan luas wilayah yang diwakili oleh
masing-masing stasiun untuk digunakan sebagai salah satu faktor dalam menghitung hujan rata-rata daerah yang
bersangkutan. Poligon dibuat dengan cara menghubungkan garis-garis berat diagonal terpendek dari para stasiun
hujan yang ada.
3. Cara Isohiet
Isohiet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi hujan yang sama. Metode ini
menggunakan isohiet sebagai garis-garis yang membagi daerah aliran sungai menjadi daerah-daerah yang diwakili
oleh stasiun-stasiun yang bersangkutan, yang luasnya dipakai sebagai faktor koreksi dalam perhitungan hujan rata-
rata.
Stasiun pencatat curah hujan maka untuk mendapatkan curah hujan wilayah dapat dilakukan dengan mengambil
nilai rata-rata dengan menggunakan cara-cara yang ditentukan.
Dari data yang diperoleh dihasilkan banyak poligon yang didapat dalam suatu aliran sungai. Setiap poligon
memiliki luas yang berbeda-beda. Dalam 3 cara yang dilakukan untuk menentukan curah hujan wilayah memiliki
nilai yang berbeda-beda. Curah hujan wilayah dalam menggunakan cara aritmatik mendapat nilai sebesar 92.67 mm,
nilai curah hujan wilayah dengan menggunakan cara poligon thiessen sebesar 81.01, dan curah hujan wilayah
dengan menggunakan cara isohyet menghasilkan nilai sebesar 1.83.
Data hujan yang tidak konsisten biasanya disebabkan karena perubahab atau gangguan lingkungan di sekitar
tempat penakar hujan. Curah hujan tidak bersifat universal sehingga daerah yang mengalami curah hujan maksimum
pada saat aktivitas matahari maksimum mengalami kekeringan dan curah hujannya cenderung maksimum. Data
curah hujan dapat diperoleh pada stasiun klimatologi.