83
i Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Rimpang Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton rubrum Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi oleh: ARIF ROMDHON HAKIM NIM. 105102003356 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI 1430 H/2009 M

Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

i

Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Rimpang Kecombrang (Nicolaia speciosa

Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton rubrum

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi

oleh:

ARIF ROMDHON HAKIM

NIM. 105102003356

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

1430 H/2009 M

Page 2: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : Arif Romdhon Hakim

NIM : 105102003356

JUDUL : Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Rimpang Kecombrang

(Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Trichophyton

mentagrophytes dan Trichophyton rubrum

Disetujui oleh :

Pembimbing I

Nurmeilis, M.Si, Apt

Tanggal:

Pembimbing II

Ir.Rini Widayati, MP

Tanggal:

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt

Tanggal:

Page 3: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

iii

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU HASIL KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Arif Romdhon Hakim

105102003356

Page 4: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

iv

Cahaya itu menuntunku dari gulitanya kegelapan Keluar dari sebuah lubang yang sangat dalam Kudapati senyuman yang sangat indah darimu Laksana mentari pagi, menentramkan jiwa yang sedang kalut Memekarkan bunga yang kuncup Sebuah pekerjaan apik yang dilakukan olehmu Sebagai awal keberlangsungan hidup sang makhluk

Engkau telah memberiku cinta

Namun kubalas dengan hampa Engkau telah ber-asa kepadaku

Namun ku menduakanmu

Ya Allah takdirkanlah bagiku kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat Sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.

Ya rabb, ketika mentari mulai merubah sinarnya dan mata ini mulai tertutup Maka maafkanlah jika masih ada tanggungan dosa dalam diriku. Ya rabb, maafkanlah jika diri ini tak sempurna mencintaimu…

Dalam kenangan

(Alm.) Panji Haekal Gamil 25 Nopember 1986 – 30 September 2009

Page 5: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

v

ABSTRAK

JUDUL : UJI POTENSI ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL RIMPANG

KECOMBRANG (Nicolaia speciosa HORAN) TERHADAP

TRICHOPHYTON MENTAGROPHYTES DAN TRICHOPHYTON

RUBRUM

Kecombrang merupakan salah satu tanaman yang banyak mempunyai

kegunaan. Diantaranya adalah sebagai penambah citarasa masakan, menghilangkan bau badan, bau mulut dan sebagai obat luka. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui aktifitas antifungi dari rimpang Kecombrang. Rimpang diekstrak dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%.

Pengujian antifungi dilakukan dengan metode difusi agar. Uji potensi ekstrak etanol rimpang Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) meliputi, uji aktifitas dan

uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan proses Scanning

Electron Microscope (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak uji memiliki aktifitas antifungi terhadap fungi Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes. Nilai KHM yang diperoleh yaitu masing-masing 100 ppm untuk Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes. Potensi antifungi ditentukan dengan menggunakan Klotrimazol sebagai antifungi pembanding. Potensi ekstrak etanol rimpang Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) setara dengan 11,61 ppm Klotrimazol untuk Trichophyton rubrum dan 10,27 ppm untuk Trichophyton mentagrophytes. Scanning Electron Microscope (SEM) dilakukan pada fungi Trichophyton rubrum untuk mengetahui mekanisme kerja antifungi. Kata kunci : Antifungi, kecombrang, Trichophyton rubrum, Trichophyton

mentagrophytes, Klotrimazol.

Page 6: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

vi

ABSTRACT

TITLE : ANTIFUNGAL POTENCY TEST OF EXTRACT ETANHOL

KECOMBRANG (Nicolaia speciosa HORAN) AGAINST TRICHOPHYTON

RUBRUM AND TRICHOPHYTON MENTAGROPHYTES

The research of antifungal potency had been performed from ethanol extract of Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) against fungi Trichophyton

rubrum and Trichophyton mentagrophytes using the filter paper disc diffusion method. Potency test of ethanol extract of Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan)

include. Activity and MIC (Minimum Inhibition Consentration) test of ethanol extract of Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan). Ethanol extract of

Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) used to showing antifungal activity from Trichophyton rubrum and Trichophyton mentagrophytes. The MIC of ethanol

extract of Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) was also determined with filter paper disc diffusion method. The MIC values ethanol extract of Kecombrang

(Nicolaia speciosa Horan) against Trichophyton rubrum and against Trichophyton mentagrophytes are 100 ppm. Antifungal potency was determined using klotrimazol as antifungal drug standar. The potency values for ethanol extract of Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) were 11,61 ppm to Trichophyton rubrum and 10,27 ppm to Trichophyton mentagrophytes. Mechanism of extract was determined using Scanning Electron Microscope (SEM). Keyword : Antifungal, Kecombrang, Trichophyton rubrum, Trichophyton

mentagrophytes, Chlotrimazol.

Page 7: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah Swt Rabb Yang Maha Kuasa dengan kasih

dan sayang-Nya, yang memberikan kemudahan dalam menyelesaikan penelitian

dengan judul “Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Rimpang Kecombrang

(Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan

Trichophyton rubrum.” Semoga Allah Swt selalu melimpahkan kepada Nabi

Muhammad Saw sejuta shalawat dan salam karena dengan risalah beliaulah

curahan rahmat tersebar di seluruh pelosok dunia ini.

Penyusunan skripsi ini dapat selesai karena tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan kali ini, dengan segala kerendahan

hati ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ayahanda dan bunda, tak lekang dimakan waktu segala pengorbananmu dan

juga kepada adik-adikku Fikri dan Ninda.

2. Bapak Yanis Musdja M.Sc, Apt yang memberikan kemudahan untuk

kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Nurmeilis M.Si Apt. dan Ibu Ir. Rini Widayati,MP Selaku Pembimbing

Akademik yang memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Titin Liztiana S,KH selaku Pembimbing Lab BKI Soekarno-Hatta yang

telah memberikan arahan teknis sehingga penulis banyak mendapatkan ilmu

yang tak terhingga. Tak lupa pula terucap salam dan senyum kepada Ibu Amy,

mba Riri, mba Adit, mba Nani, mba Siti, dan seluruh civitas BKI Soekarno-

Hatta.

5. Bapak, Ibu Dosen Program Studi Farmasi, yang memberikan dukungan,

sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh pengurus LDK periode ’08-’09 terima kasih atas dukungannya

7. Teman-teman seperjuangan Oky, Mail, Supriyatna, Lukky, Gifar, Yudha,

Agus, Aster, Dewa, Nurman, Irfan terima kasih untuk kesabaran kalian

memiliki teman seperti saya; Salman, Ebi, Asep Amri, Subhan, (Alm.) Panji

Haekal Gamil terima kasih atas persaudaraan yang telah engkau berikan

selama ini; Arditia Rahman terima kasih atas tumpangannya; Hutomo terima

kasih atas pinjamannya; Mutia dan Sri Handayani, semoga para bidadari di

Page 8: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

viii

surga belajar padamu tentang arti keikhlasan; mba Nurul, mba Dian, mba Ida,

dan Ka Eris, sungguh engkau memiliki salah satu senyuman terindah yang

pernah ada; Opik dan Anang terima kasih atas kunci labnya; Hafizah terima

kasih atas pulsanya; serta seluruh teman-teman angkatan ’04, ’05, ’06, ’07,

’08 Farmasi UIN Jakarta.

8. Adik-adikku di “kampung pemulung” Pisangan Ciputat. Terima kasih atas

keceriaanmu, engkau telah menunjukkan tentang satu arti kehidupan.

9. Pak Zam, darimulah sikap pantang menyerah ini terlahirkan.

10. Dan semua pihak yang telah mengontribusikan waktu dan tenaganya dalam

penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah Swt memberikan balasan kebaikan

yang berlipat ganda. Amin.

Saya menyadari bahwa hasil dari skripsi ini masih perlu dikembangkan. Namun

semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmu khususnya

untuk kemajuan bangsa.

Jakarta, September 2009

Penulis

Page 9: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii

LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah........................................................................ 3 1.3 Hipotesis ........................................................................................ 3 1.4 Tujuan Penelitian............................................................................ 3 1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5

2.1 Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) ........................................ 5

2.1.1 Klasifikasi ............................................................................ 5 2.1.2 Morfologi............................................................................. 5

2.1.3 Sinonim Kecombrang........................................................... 6 2.1.4 Nama-nama Daerah.............................................................. 6

2.1.5 Habitat ................................................................................. 7 2.1.6 Kandungan Kimia ................................................................ 7

2.1.7 Penggunaan.......................................................................... 7 2.2 Ekstraksi ...................................................................................... 8 2.3 Tinjauan Tentang Fungi ............................................................... 10

2.3.1 Morfologi Fungi ................................................................... 10 2.3.2 Pertumbuhan Fungi .............................................................. 12 2.3.3 Infeksi Jamur Pada Manusia ................................................. 13 2.3.4 Fungi yang Digunakan ....................................................... 16

2.4 Tinjauan Tentang Antifungi ......................................................... 18 2.4.1 Aktifitas Antifungi ............................................................... 18 2.4.2 Pembagian Obat Antifungi ................................................... 18 2.4.3 Mekanisme Kerja Antifungi ................................................. 19

2.5 Antifungi Pembanding yang Digunakan........................................ 20 2.6 Metode Pengujian Antifungi ......................................................... 21

2.6.1 Metode Difusi ..................................................................... 21

Page 10: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

x

2.6.2 Metode Dilusi ...................................................................... 23 BAB III KERANGKA KONSEP..................................................................... 25

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ......................................................... 26

4.1 Waktu dan tempat penelitian........................................................ 26 4.2 Alat dan Bahan............................................................................ 26

4.2.1 Alat-alat ............................................................................. 26 4.2.2 Bahan ................................................................................ 27

4.3 Cara kerja ................................................................................... 28

4.3.1 Penapisan kandungan kimia ................................................ 29 4.3.2 Sterilisasi Alat .................................................................... 30

4.3.3 Pembuatan Medium PDA (Potato Dextrose Agar)............... 31 4.3.4 Pembuatan Medium SDA (Sabouraud Dextrose Agar) ........ 31

4.3.5 Pembuatan Kultur Kerja ..................................................... 32 4.3.6 Pengujian Jamur Uji............................................................ 32

4.3.7 Pembuatan Suspensi Jamur ................................................. 32 4.3.8 Pengujian Aktifitas Antifungi ............................................. 33

4.3.9 Penetapan Potensi Bahan Uji .............................................. 33 4.3.10 Analisa Data ..................................................................... 34 4.3.11 Analisa Kerusakan Sel (Analisa SEM) .............................. 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHSAN ............................................................. 37

5.1 Hasil............................................................................................ 37 5.2 Pembahasan................................................................................. 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 45

6.1 Kesimpulan ................................................................................. 45 6.2 Saran ........................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 46

LAMPIRAN .................................................................................................... 49

Page 11: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman Kecombrang...................................... 49

Lampiran 2 Tanaman Kecombrang ................................................................ 50

Lampiran 3 Ekstraksi Serbuk rimpang Kecombrang....................................... 51

Lampiran 4 Ekstraksi dan Uji susut pengeringan............................................ 52

Lampiran 5 Uji aktivitas antifungi.................................................................. 54

Lampiran 6 Penetapan potensi ekstrak rimpang Kecombrang......................... 55

Lampiran 7 Hasil pengukuran diameter daerah hambat Kecombrang ............. 56

Lampiran 8 Hasil pengukuran diameter daerah hambat Klotrimazol............... 57

Lampiran 9 Penetapan potensi ekstrak rimpang Kecombrang......................... 59

Lampiran 10 Hasil pengamatan jamur uji......................................................... 61

Lampiran 11 Hasil uji aktifitas ekstrak rimpang Kecombrang .......................... 63

Lampiran 12 Alat yang digunakan dalam penelitian......................................... 64

Lampiran 13 Pengujian biokimia ..................................................................... 66

Lampiran 14 Analisa kerusakan sel dengan SEM............................................. 67

Page 12: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 a. Tanaman Kecombrang ................................................................ 50

Gambar 1 b. Bunga Kecombrang .................................................................... 50

Gambar 1 c. Rimpang Kecombrang ................................................................ 50

Gambar 2 a. Grafik Trichophyton rubrum ....................................................... 58

Gambar 2 b. Grafik Trichophyton mentagrophytes.......................................... 58

Gambar 3 Hasil mikroskop T. rubrum ......................................................... 61

Gambar 4 Hasil mikroskop T. mentagrophytes ............................................ 61

Gambar 5 Fungi uji T. mentagrophytes ....................................................... 61

Gambar 6 Fungi uji T. rubrum .................................................................... 62

Gambar 7 Reisolasi fungi uji....................................................................... 62

Gambar 8 a. Diameter daerah hambat Kecombrang......................................... 63

Gambar 8 b. Diameter daerah hambat Kecombrang ........................................ 63

Gambar 9 Diameter daerah hambat Klotrimazol.......................................... 63

Gambar 10 a Inkubator .................................................................................... 64

Gambar 10 b Rotary evaporator ....................................................................... 64

Gambar 10 c Spektrofotometer ........................................................................ 64

Gambar 10 d LAF............................................................................................ 65

Gambar 10 e Refrigerator ................................................................................ 65

Gambar 10 f Autoklaf ..................................................................................... 65

Gambar 11 Uji urease .................................................................................. 66

Gambar 12 a. Kontrol SEM ............................................................................. 67

Gambar 12 b. Kontrol SEM ............................................................................. 67

Gambar 13 a. Analisa SEM.............................................................................. 68

Gambar 13 b. Analisa SEM ............................................................................. 68

Page 13: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Hasil karakteristik ekstrak rimpang Kecombrang............................. 37

Tabel 5.2. Hasil penapisan kimia ..................................................................... 37

Tabel 5.3. Hasil uji aktifitas T. rubrum dan T. mentagrophytes........................ 38

Tabel 5.4. Hasil uji KHM T. rubrum ................................................................ 39

Tabel 5.5. Hasil uji KHM T. mentagrophytes ................................................... 39

Tabel 6. Hasil uji aktifitas terhadap Kecombrang .......................................... 56

Tabel 7. Hasil uji aktifitas terhadap Klotrimazol ........................................... 57

Page 14: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan tanaman untuk mengatasi penyakit kulit akibat jamur

telah lama dikenal oleh nenek moyang kita. Namun, jikalau dibandingkan

dengan obat-obat antibakteri, obat-obat antifungi relatif sedikit (Sundari dkk,

2001) . Sampai saat ini baru 36 tanaman yang dilaporkan mempunyai khasiat

sebagai antifungi (Sukandar dkk., 2004). Oleh karena itu, masih dibutuhkan

penelitian-penelitian mengenai aktifitas antifungi. Kondisi inilah yang

mendorong untuk meneliti tanaman-tanaman yang memiliki kandungan kimia

yang efektif terhadap jamur, diantaranya adalah kecombrang (Nicolaia

speciosa Horan). Kecombrang merupakan tanaman yang multiguna. Dari

rimpang sampai bunga, tanaman ini dapat digunakan. Secara tradisional bunga

Kecombrang dimanfaatkan sebagai penambah citarasa masakan seperti urab,

dan pecel. Sedangkan batangnya digunakan pada beberapa jenis masakan yang

mengandung daging (Naufalin R, 2005).

Studi awal mengenai bunga Kecombrang telah dilakukan dengan

menganalisa kandungan kimia bunga Kecombrang yang terdiri dari alkaloid,

flavonoid, polifenol, steroid, sapponin dan minyak atsiri (Naufalin R, 2005).

Penelitian mengenai rimpang Kecombrang juga telah dilakukan oleh Antoro

ES. (1995), dari hasil analisa ditemukan kandungan rimpang Kecombrang

adalah alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri.

Page 15: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xv

Selain sebagai penambah citarasa pada masakan, Kecombrang inipun

berguna dalam pelbagai penyakit diantaranya adalah penyakit yang

disebabkan oleh mikroba (E. Coli, S. aureus, Aspergillus flavus, R.

oligosporus) (Naufalin R, 2005). Berdasarkan informasi dari masyarakat,

perasan batangnya digunakan untuk menurunkan demam, ramuan obat luka,

penghilang bau badan, dan bau mulut (Desa Kadusirung Cisauk-Tangerang).

Studi mengenai aktifitasnya sebagai antitumor pernah dilaporkan oleh

Habsah et al., (2003;2005) dimana ekstrak MeOH rimpang Kecombrang

memiliki aktifitas yang tinggi sebagai antitumor demikian juga dengan

potensinya sebagai antioksidan juga memiliki aktifitas yang tinggi. Sejauh ini

penelitian baru dilakukan pada bunga Kecombrang yang memiliki efek

antibakteri baik terhadap bakteri gram negatif maupun positif (Naufalin R,

2005). Untuk mengetahui ekstrak rimpang Kecombrang memiliki efek

antifungi, maka diperlukan penelitian lebih lanjut tentang aktifitas antifungi

rimpang Kecombrang.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk

mendapatkan alternatif penyembuhan antifungi yang relatif aman dan

ekonomis dengan memanfaatkan ekstrak rimpang Kecombrang. Untuk

mengetahui aktifitas antifunginya digunakan fungi uji Trichophyton rubrum

dan Trichophyton mentagrophytes, karena kedua fungi ini sering

menyebabkan dermatofitosis pada manusia. Uji aktifitas antifungi dan

penentuan KHM (Konsentrasi Hambat Minumum) dilakukan menggunakan

metode difusi agar dengan memakai kertas cakram. Penelitian ini juga

Page 16: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xvi

menguji potensi ekstrak rimpang Kecombrang dengan membandingkannya

dengan antifungi pembanding yaitu Klotrimazol.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak rimpang Kecombrang dapat menghambat pertumbuhan

Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes

2. Bagaimanakah potensi ekstrak rimpang Kecombrang terhadap Trichophyton

rubrum dan Trichophyton mentagrophytes dibandingkan dengan

Klotrimazol.

1.3 Hipotesis

1. Ekstrak rimpang Kecombrang mempunyai aktifitas antifungi terhadap

Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes.

2. Ekstrak rimpang Kecombrang mempunyai aktifitas yang sama terhadap

Klotrimazol.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui aktifitas antifungi ekstrak rimpang Kecombrang terhadap

Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes.

2. Mengetahui potensi ekstrak rimpang Kecombrang terhadap Trichophyton

rubrum dan Trichophyton mentagrophytes yang akan dibandingkan

dengan Klotrimazol.

Page 17: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xvii

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memperolah informasi mengenai

aktivitas antifungi rimpang Kecombrang terhadap Trichophyton rubrum dan

Trichophyton mentagrophytes dalam rangka pemanfaatannya sebagai bahan

obat antifungi alami.

Page 18: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xviii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kecombrang

2.1.1 Klasifikasi

Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) merupakan tanaman yang

hidupnya tahunan dengan ketinggian 1-5 meter. Tanaman ini banyak

ditemukan di daerah pegunungan atau daerah-daerah rindang dekat air

dengan ketinggian 800 m diatas permukaan laut (Hidayat SS dan

Hutapea., 1991).

Kingdom : Plantae

Phylum : Tracheophyta

Divisi : Spermathophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Zingeberales

Suku : Zingeberaceae

Marga : Nicolaia

Species : Nicolaia speciosa Horan

2.1.2 Morfologi

Tumbuhan ini berbentuk herba yang tegak dan membentuk

rumpun yang tidak rapat, habitatnya di semak tingginya mencapai 5 m.

Page 19: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xix

Batangnya semu, tegak, berpelepah, membentuk rimpang hijau. Daun

tunggal, lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 20-30

cm, lebar 5-15 cm, pertulangan menyirip, warna hijau, permukaan daun

hijau licin mengkilat. Bunga terdapat di ujung batang warna merah

muda sampai merah terang, majemuk, bentuk bongkol, tangkai 40-80

cm, benang sari panjang ± 7,5 cm, kuning, putik kecil. putih, mahkota

bertaju, berbulu jarang. merah jambu. Buah seperti buah nanas kecil,

kalau sudah tua/masak rasanya enak (manis campur asam sedikit). Biji

kecil, coklat. Akar serabut, kuning kotor. (Hidayat SS dan Hutapea.,

1991).

2.1.3 Sinonim Kecombrang

Kecombrang memiliki beberapa nama latin, seperti Nicolaia

speciosa Horan, Nicolaia elatior Horan, Etlingera elatior, Phaeomeria

magnifica, Phaeomeria speciosa, P intermedia Valet (Naufalin R,

2005).

2.1.4 Nama-nama Daerah

Nama-nama daerah dimana tempat tanaman ini tumbuh yaitu kalo

(Gayo), puwa kijung (minangkabau), katinbung (makasar), salahawa

(Seram), petikala (Ternate) honje (Jawa Barat) (Hidayat SS dan

Hutapea., 1991), sedangkan diluar negeri dikenal dengan nama ginger

bud (Inggris), xiang bao jing (Cina), gingembre aromatique (Prancis),

kantan (Malaysia), boca de dragon (Spanyol), dan kaa laa (Thailand).

Page 20: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xx

2.1.5 Habitat

Tanaman ini tumbuh liar pada ketinggian 600 - 1200 m diatas

permukaan laut (Ibrahim, H. dan Setyowati, FM. 2009).

2.1.6 Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman kecombrang

diantaranya, bunga : alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid, sapponin

dan minyak atsiri (Naufalin R, 2005). Hidayat SS dan Hutapea(1991)

menyatakan bahwa daun, batang, bunga dan rirnpang kecombrang

mengandung saponin dan flavonoida di samping itu rimpangnya juga

mengandung polifenol dan minyak atsiri. Senyawa yang telah diisolasi

dari rimpang kecombrang (Habsah et al., 2005) Diantaranya adalah

golongan kurkumioid (diarilheptanoid) yaitu 1,7-Bis(4-hydroxyphenyl)-

2,4,6-heptatrienone; Demethoxycurcumin; 1,7-bis(4-hydroxyphenyl)-

1,4,6-heptatrien-3-one; 16-Hydroxylabda-8(17),11,13-trien-15,16-olide;

golongan steroid yang dibiosintesis melalui jalur asam mevalonat

sebagai hasil modifikasi dari senyawa triterpen yaitu Stigmast-4-en-3-

one; Stigmast-4-ene-3,6-dione; Stigmast-4-en-6b-ol-3-one; 5α,8β-

Epidioxyergosta-6,22-dien-3β-ol.

2.1.7 Penggunaan

Page 21: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxi

Disamping sebagai pemberi citarasa pada masakan, kecombrang

memiliki kegunaan lainnya diantaranya yaitu sebagai penghilang bau

badan dan bau mulut (Hidayat SS dan Hutapea., 1991).

2.2 Ekstraksi

Dalam buku Farmakofe Indonesia Edisi 4 disebutkan bahwa ekstrak

adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk

yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan

(Departemen Kesehatan RI 1995; Departemen Kesehatan RI 2000.).

Ada beberapa macam metode ekstraksi diantaranya:

1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut

a. Cara dingin

� Maserasi

Yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Cara ini dapat menarik zat-zat berkhasiat yang tahan

pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan.

� Perkolasi

Adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur

ruangan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak.

Page 22: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxii

b. Cara panas

� Refluks

Adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada

residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses

ekstraksi sempurna.

� Soxhlet

Adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.

� Digesti

Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur

yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50 oC.

� Infus

Adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur

96-98 oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

� Dekok

Adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik

didih air.

2. Destilasi uap

Page 23: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxiii

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak

atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan

peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap

air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan

kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut

terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang

memisah sempurna atau memisah sebagian.

3. Cara ekstraksi lainnya.

Ekstraksi Berkesinambungan, Superkritikal Karbondioksida,

Ekstraksi Ultrasonik, dan Ekstraksi Energi Listrik.

2.3 Tinjauan Tentang Fungi

2.3.1 Morfologi Fungi

Penyakit infeksi yang disebabkan fungi disebut mikosis dan

biasanya bersifat kronik. Untuk hidupnya, fungi memerlukan zat

organik untuk sumber energinya sehingga fungi disebut sebagai jasad

yang memiliki sifat heterotrop. Hal ini berbeda dengan tumbuhan yang

memiliki sifat autotrop karena tumbuhan memiliki klorofil sehingga

dapat menghasilkan energi sendiri dengan bantuan air, karbon dioksida

serta bantuan dari sinar matahari (Gandahusada SS dkk, 2004).

Fungi menggunakan enzim untuk mengubah zat organik untuk

pertumbuhannya sehingga fungi merupakan saprofit atau parasit.

Seperti pada kuman, sistem enzim fungi dapat mengubah selulosa,

Page 24: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxiv

karbohidrat dan zat organik lainnya yang berasal dari makhluk hidup.

Sifat inilah yang membuat fungi menimbulkan kerusakan pada sesuatu

benda, karena ketika fungi sudah masuk dan mengubah sistem yang ada

pada benda tersebut maka akan sulit untuk dikembalikan fungsinya

seperti semula. Dengan cara inilah fungi masuk ke dalam tubuh

manusia sehingga menimbulkan penyakit yang sulit untuk diobati.

Di alam bebas terdapat lebih dari 200.000-500.000 spesies jamur

(Gandahusada, SS, dkk, 2004). Dari sekian banyak, diperkirakan 100

spesies yang bersifat patogen terhadap manusia. Tidak seperti bakteri,

fungi biasanya merupakan sel eukariotik. Fungi memiliki dinding sel

kaku yang mengandung kitin dan juga polisakarida, dan membran

selnya terdiri dari ergosterol. Karena itu, infeksi fungi biasanya resisten

terhadap antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.

Begitu sebaliknya (Meyjek MJ., 2005).

Reproduksi dari fungi yaitu dengan seksual dan aseksual. Fungi

terbagi ke dalam 2 kelompok utama, yaitu khamir dan kapang.

a. Khamir (ragi)

Merupakan mikroorganisme bersel tunggal. khamir dapat

diidentifikasi dengan bentuk, ukuran dan warnanya. Bentuk dari sel

ini biasanya adalah lonjong, bulat atau memanjang yang

berkembangbiak dengan membentuk tunas dan membentuk koloni

yang basah atau berlendir (Gandahusada, SS, dkk 2004). Ukuran

lebar dari khamir berkisar antara 1-5 µm dan panjangnya berkisar 5-

Page 25: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxv

30 µm. warna yang terdapat pada khamir apabila dilihat secara

makroskopik yaitu seperti krem, pucat atau seperti buram.

b. Kapang

Merupakan mikroorganisme bersel banyak. Kapang dapat

diidentifikasi dari bentuk, ukuran, dan warnanya. Bentuk dari

kapang seperti serbuk dengan kapas atau seperti benang-benang

halus. Struktur kapang tersusun dari benang-benang sel panjang

yang dihubungkan bersama dari ujung ke ujung yang disebut hyfa.

Hyfa ada yang mempunyai dinding penyekat yang disebut hyfa

bersepta dan ada yang tidak mempunyai septa yang disebut hyfa

senosit. Hyfa dapat bersifat sebagai hyfa vegetative (berfungsi

mengambil makanan untuk pertumbuhan), hyfa reproduktif, yaitu

yang membentuk spora, dan hyfa udara, yaitu yang berfungsi

mengambil oksigen (Gandahusada, SS dkk., 2004). Untuk

menentukan dengan mudah suatu fungi yaitu dengan melihat

miseliumnya (hyfa yang saling membelit untuk membentuk suatu

massa benang).

2.3.2 Pertumbuhan Fungi

Pertumbuhan fungi merupakan peningkatan semua komponen dari

suatu organisme secara teratur. Bila suatu medium ditanam sel-sel fungi

Page 26: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxvi

maka pertumbuhannya dapat digambarkan dalam bentuk kurva

pertumbuhan.

1. Fase Lag (penyesuaian)

Tidak ada pertumbuhan populasi karena sel mengalami

perubahan komposisi kimiawi dan ukuran serta bertambahnya

substansi intraseluler sehingga siap untuk membelah diri.

2. Fase Logaritmik (Eksponensial)

Sel membelah diri dengan laju yang konstan, massa menjadi

dua kali lipat, keadaan pertumbuhan seimbang. Pertumbuhan sel-sel

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah media yang

digunakan, konsentrasi, kepadatan media, suhu, kadar oksigen,

volume dan lain-lain.

3. Fase Stasioner (tetap)

Terjadinya penumpukan racun akibat metabolisme sel dan

kandungan nutrien mulai habis, akibatnya terjadi kompetisi nutrisi

sehingga beberapa sel mati dan lainnya tetap tumbuh. Jumlah sel

menjadi konstan.

4. Fase Kematian

Sel menjadi mati akibat penumpukan racun dan habisnya

nutrisi, menyebabkan jumlah sel yang mati lebih banyak sehingga

mengalami penurunan jumlah sel secara eksponensial.

2.3.3 Infeksi Jamur Pada Manusia

Page 27: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxvii

Penyakit yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis. Sedangkan

mikosis terbagi kembali menjadi 2 kelas, mikosis superfisial dan

mikosis profunda (sistemik).

A. Mikosis superfisial

Penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan kulit, yaitu

stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superfisial dibagi

kembali dalam 2 kelompok : 1) yang disebabkan oleh jamur yang

bukan golongan dermatofita, seperti pitiriasis versikolor, piedra

hitam, piedra putih dan lain-lain. 2) yang disebabkan oleh jamur

golongan dermatofita dan disebut dermatofitosis. Contohnya

adalah tinea, herpes sirsinata, kurap (Gandahusada, SS, dkk.,

2004).

1. Mikosis superfisial nondermatofitosis

a. Pitiriasis versikolor (panu)

Disebabkan oleh Malassezia furfur (Pityrrosporum furfur).

Lesi dimulai dengan bercak kecil tipis yang kemudian

menjadi banyak dan menyebar, disertai dengan adanya

sisik. Kelainan kulit tersebut terutama pada bagian tubuh

bagian atas (leher, muka, lengan, dada, perut dan lain-lain).

Bila kulit panu disinari dengan sinar ultra violet, maka

nampak fluoresensi hijau kebiru-biruan. Reaksi ini disebut

Wood’s light positif (Anurogo, Dito. 2008)

b. Piedra hitam

Page 28: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxviii

Merupakan infeksi jamur pada kulit rambut kepala yang

disebabkan oleh Piedraia hortai. Kelainan berupa benjolan

keras berwarna coklat kehitaman. Penyakit ini tidak

menimbulkan keluhan kecuali rambut mudah patah bila

disisir. Karena adanya benjolan-benjolan ini maka

terdengar bunyi bila penderita menyisir rambutnya.

c. Piedra putih

Disebabkan oleh Trichosporum beigelli. Infeksi ini sering

ditemukan di rambut ketiak dan pubis, jarang sekali

ditemukan di rambut kepala. Berbeda dengan piedra hitam,

benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang dan

dan tidak padat pada kulit.

2. Mikosis superficial dermatofitosis

Dermatofitosis telah dikenal sejak zaman Yunani kuno.

Orang Yunani menamakannya “herpes” dikarenakan bentuk

kelainan merupakan lingkaran yang makin lama makin besar

(ring). Orang Romawi menghubungkan kelainan ini dengan

larva cacing, dan menamakannya “tinea”. Perpaduan antara

herpes (ring) dan tinea (worm) dalam bahasa Inggris

melahirkan istilah ring worm.

Mikosis ini biasanya menyerang jaringan yang

mempunyai zat tanduk (keratin) seperti kuku, rambut dan

Page 29: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxix

stratum korneum pada kulit. Jamur ini merupakan golongan

yang dapat mencernakan zar keratin. Berdasarkan

morfologinya dermatofita ini dikelompokkan ke dalam 3

kelompok genus : Trichophyton, Microsporum dan

Epidermophyton. Jamur golongan dermatofita membentuk

koloni filament pada biakan agar Sabouraud. Walaupun semua

spesies membentuk koloni filamen, tetapi masing-masing

filamen membentuk filament yang berbeda. Pada umumnya,

genus Trichophyton membentuk makrokonidia berbentuk

panjang menyerupai pensil dan semua dermatofita dapat

membentuk hifa spiral. Microsporum canis mempunyai

makrokonidia berbentuk kumparan yang berujung runcing dan

terdiri atas 6 sel atau lebih. Makrokonidia ini berdinding tebal.

Epidermophyton floccosum bentuk dari hifa lebar.

Makrokonidia berdinding tebal dan terdiri dari 2-4 sel.

Beberapa infeksi yang disebabkan oleh ketiga kelompok genus

ini adalah : tinea pedis, tinea kruris, tinea unguium, tinea

barbae, tinea kapitis, tinea korporis, tinea favosa, tinea

imbricate.

B. Mikosis profunda (sistemik)

Penyakit jamur yang mengenai alat dalam. Proses masuknya

jamur ke alat dalam ini yaitu melalui luka atau menyebar dari

permukaan kulit atau alat dalam lain. Penyebab mikosis ini adalah

Page 30: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxx

jamur patogen atau jamur saprofit yang menjadi pathogen karena

adanya faktor predisposisi, atau terdapat gangguan sistem imun

(Gandahusada SS dkk., 2004). Contoh dari mikosis dalam ini

adalah misetoma, kromomikosis, zigomikosis dan lain-lain.

2.3.4 Fungi yang Digunakan

Fungi yang digunakan adalah Trichophyton rubrum dan

Trichophyton mentagrophytes karena fungi ini merupakan fungi yang

sering menimbulkan dermatofitosis pada manusia (Anonim, 2009).

1. Trichophyton rubrum

Klasifikasi taksonomi

Kingdom : Fungi

Filum : Ascomycota

Kelas : Euascomycetes

Ordo : Onygenales

Familia : Arthrodermataceae

Genus : Trichophyton

Spesies : Trichophyton rubrum

Merupakan fungi yang sering menyebabkan infeksi kulit seperti,

tine pedis (athlete’s foot), tinea cruris, dan tinea unguium. Tekstur

dari fungi ini berminyak, dari atas berwarna kekuningan atau

merah violet, sedangkan dari bawah berwarna kekuningan, coklat

atau berwarna coklat kemerahan.

Page 31: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxxi

2. Trichophyton mentagrophytes

Klasifikasi taksonomi

Kingdom : Fungi

Filum : Ascomycota

Kelas : Euascomycetes

Ordo : Onygenales

Familia : Arthrodermataceae

Genus : Trichophyton

Spesies : Trichophyton mentagrophytes

Merupakan fungi filamentous yang menyerang kulit dengan

menggunakan keratin sebagai nutrisinya. Keratin adalah protein

utama dalam kulit, rambut dan kuku. Bentuk makroskopik

Trichophyton mentagrophytes seperti tenunan lilin, berwarna putih

sampai putih kekuningan sampai terang atau berwarna violet

merah. Kadang berwarna pucat kekuningan atau coklat (Anonim,

2007).

2.4 Tinjauan Tentang Antifungi

2.4.1 Aktifitas Antifungi

Aktifitas antifungi yang ideal memiliki sifat toksisitas selektif

yang berarti bahwa obat tersebut bahaya bagi mikroba namun tidak

membahayakan inangnya. Berdasarkan sifat toksisitasnya, antifungi

dapat bersifat fungistatik (menghambat) dan fungisid (membunuh).

Page 32: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxxii

2.4.2 Pembagian Obat Antifungi

Terdapat 2 kelas antifungi :

1. Obat-obat untuk mikosis superfisial

Jamur yang menyebabkan infeksi superfisial disebut dermatofit.

Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan mikosis superfisial

adalah Klotrimazol, Ekonazol, Gliseofulvin, Mikonazol, dan

Nistatin.

2. Obat-obat untuk mikosis profunda (sistemik)

Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan mikosis sistemik

adalah Amfoterisin B, Flukonazol, Flusitosin, Itrakonazol,

Ketokonazol.

2.4.3 Mekanisme Kerja Antifungi

Mekanisme penghambatan dan kerusakan mikroba oleh senyawa

antimikroba berbeda-beda. Penghambatan ini secara umum dapat

disebabkan oleh ;

1. Gangguan pada komponen penyusun sel, terutama pada komponen

penyusun dinding sel

Dinding sel fungi mengandung zat seperti kitin, glukosa

mannan yang merupakan polimer komplek dari polisakarida dan

Page 33: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxxiii

polipeptida. Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara

menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai

terbentuk.

2. Bereaksi dengan membran sel

Membran sel fungi mempunyai sterol (ergosterol) yang dapat

dirusak oleh zat tertentu tanpa merusak sel inangnya. Senyawa ini

berikatan kuat membentuk kompleks dengan ergosterol yang dapat

mengakibatkan perubahan permeabilitas dan kehilangan komponen

penyusun sel.

3. Penghambatan terhadap sintesa protein dan asam nukleat

Asam nukleat (DNA dan RNA) dan protein memegang

peranan penting dalam proses kehidupan normal sel. Jika terjadi

penghambatan pada zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan

pada sel. Contohnya adalah flusitosin.

2.5 Antifungi Pembanding yang Digunakan

Antifungi yang digunakan adalah Klotrimazol (Howarth W. H at all, 1982)

Rumus bangun

Rumus kimia : C22H17ClN2

Nama lain : 1-(O-kloro-α- α-difenil benzyl) imidazol [23593-75-1]

Page 34: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxxiv

Pemerian : Serbuk hablur, putih, ssampai kuning pucat, melebur pada

suhu ± 142 °C disertai peruraian

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam methanol,

aseton, kloroform dan dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Penggunaan :

Klotrimazol termasuk dalam golongan imidazol yang

mempunyai sifat fungistatika atau fungisida tergantung

pada dosis. Mekanisme kerja Klotrimazol sama dengan

Ketokonazol yaitu berinteraksi dengan C-14 α-demetilase

(enzim P-450 sitokrom) untuk menghambat demetilasi

lanosterol menjadi ergosterol yang merupakan sterol

penting untuk membrane jamur. (Myjeck, Mary J., 2005)

Secara topical klotrimazol digunakan untuk pengobatan

tinea pedis, tinea kruris, dan tinea korporis yang

disebabkan oleh Trichophyton rubrum, Trichophyton

mentagrophytes, E. floccosum, dan M. canis. Juga untuk

infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan oleh C.

albicans. Klotrimazol biasanya bersifat fungistatik. Akan

tetapi pada konsentrasi lebih dari 10 µg/ml dapat bersifat

fungisid . (Howarth W. H at all, 1982)

2.6 Metode Pengujian Antifungi

2.6.1 Metode Difusi

Page 35: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxxv

Merupakan metode yang paling umum digunakan di laboratorium-

laboratorium. Pada metode difusi ini dapat dilihat kepekaan suatu

organisme terhadap senyawa atau obat. Zat yang akan diuji aktivitasnya

akan berdifusi dari pencadang (reservoir) menuju medium agar yang

telah diinokulasi oleh mikroba penguji senyawa atau obat tersebut.

Diinkubasi selama waktu tertentu dan amati adanya perkembangan dari

penghambatan senyawa (obat) tersebut terhadap mikroba yang telah ada

pada medium agar. Prinsip penetapannya yaitu dengan mengukur luas

diameter daerah hambat pertumbuhan mikroba. Ukuran daerah

hambatan dapat dipengaruhi oleh beberapa tinjauan diantaranya adalah:

1. kepadatan atau viskositas dari medium agar

2. kecepatan senyawa (obat) dalam berdifusi kedalam medium agar

3. konsentrasi senyawa (obat) pada reservoir

4. sensitifitas mikroba terhadap senyawa (obat), dan

5. interaksi senyawa (obat) dengan media (Musdja MY.2006)

Sebagai pencadang (reservoir) dapat digunakan:

a. Silinder.

Terbuat dari besi tahan karat atau porselen dengan toleransi

ukuran masing-masing sekitar 0,1 mm, dengan diameter luar 8 mm

dan diameter dalam 6 mm, serta tinggi 10 mm. peletakan silinder

satu dengan yang lainnya perlu diperhatikan yaitu sekitar 20-25

mm. Keuntungan dari penggunaan silinder ini adalah jumlah

larutan uji dapat diperbanyak untuk menjamin ketersediaan larutan

uji dalam cadangan selama waktu inkubasi. Sedangkan kerugian

Page 36: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxxvi

dalam penggunaan silinder ini adalah ketidakakuratan dalam

mengukur kedalaman silinder secara manual (kasat mata).

b. Cakram kertas

Cakram kertas merupakan metode yang paling sering

digunakan. Merupakan kertas saring yang dibentuk menjadi bulat

dengan ukuran diameternya kurang lebih 1 cm yang akan

diletakkan pada cawan petri yang sudah diberikan medium agar

dengan mikroba yang sudah terinokulasi pada medium tersebut.

Hambatan akan terlihat jika pada daerah sekitar cakram tersebut

terdapat daerah bening yang menunjukkan bahwa tidak adanya

pertumbuhan mikroba pada daerah tersebut. Semakin lebar daerah

bening tersebut, semakin baik konsentrasi zat yang digunakan.

c. Cetak lubang

Dapat dilakukan dengan melubangi medium agar dengan alat

penghisap agar atau pelubang gabus. Keuntungannya yaitu jumlah

larutan yang berdifusi dapat terukur jumlahnya dan medium yang

digunakan tidak terlalu tebal, namun bila mencetak lubang kurang

sempurna akan mempengaruhi difusi zat uji ( Katz, 1974).

2.6.2 Metode Dilusi

Pada teknik ini zat antimikroba dicampur dengan medium yang

kemudian diinokulasi dengan kuman. Dasar-dasar pengamatannya

adalah dengan melihat tumbuh tidaknya kuman. Berdasarkan medium

yang digunakan dalam percobaan, metode ini terbagi atas :

Page 37: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxxvii

1. Pengenceran Secara Seri

Pelaksanaan metode ini menggunakan sejumlah tabung reaksi

yang mempunyai ukuran yang sama. Tiap tabung reaksi diisi zat

dengan bermacam-macam konsentrasi dalam medium cair.

Kemudian tambahkan suspensi mikroba uji dengan kekeruhan

tertentu. Sebagai kontrol dipakai satu tabung reaksi berisi medium

cair ditambah zat tanpa mikroba dan tabung reaksi lain berisi

medium cair ditambah mikroba uji tanpa zat dalam jumlah yang

sama. Setelah inkubasi selama waktu tertentu diamati pertumbuhan

mikroba secara visual.

2. Turbidimetri

Pada cara ini disiapkan beberapa tabung reaksi, lalu diisi

dengan larutan uji dan larutan pembanding dengan susunan dosis

tertentu dan tambahkan medium cair yang telah diinokulasi dengan

mikroba uji. Selanjutnya tabung diinkubasi pada suhu 37˚C dan

diaduk dengan shaker inkubator selam 3-4 jam. Setelah inkubasi

pertumbuhan mikroba uji dihentikan segera merendam tabung-

tabung tersebut kedalam penanggas air suhu 80˚C atau dengan

penambahan larutan formaldehid dalam masing-masing tabung.

Selanjutnya kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba

Page 38: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxxviii

uji diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

530-600 nm (Katz, 1974; Depkes, 1995).

3. Pengenceran Pada Lempeng Agar

Disediakan sederetan sampel dengan konsentrasi bervariasi, lalu

disiapkan lempengan agar dengan mencampur 18 ml medium padat

yang masih mencair dengan 2 ml larutan sampel, kemudian

dibiarkan mediumnya membeku. Selanjutnya suspensi mikroba uji

dibiakan pada permukaan lempeng medium tersebut dan diinkubasi

pada waktu dan suhu tertentu. Pengamatan daerah hambat diamati

secara visual.

Keuntungan cara ini adalah dapat pula digunakan untuk

menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM).

BAB III

KERANGKA KONSEP

Latar belakang

Manfaat: - Antioksidant - Antitumor - Antibakteri

Rimpang kecombrang memiliki komponen bioaktif yang dapat

dimanfaatkan sebagai antibakteri

Rimpang kecombrang Determinasi tanaman di Herbarium Bogoriensis

LIPI Puslit Biologi

Page 39: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xxxix

Esktraksi dengan etanol

Serbuk rimpang kecombrang

Ekstrak etanol Penapisan fitokimia

Uji aktivitas antifungi

Penentuan potensi

Penentuan KHM

Kultur jamur

Suspensi jamur uji 1 ml. A = 0,143 – 0, 187 λ = 530 nm

Uji susut pengeringan

Analisa kerusakan sel dengan Mikroskop

Elektron (SEM)

Uji pendahuluan :

• Mikroskop

• Urease

• Perbedaan media

Page 40: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xl

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan

September 2009, di Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Laboratorium Terpadu

UIN Jakarta, Laboratorium Kimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Laboratorium Fitokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Laboratorium Botani LIPI Cibinong dan Laboratorium Mikrobiologi Balai

Besar Karantina Ikan Soekarno-Hatta Depertemen Perikanan dan Kelautan

Jakarta.

4.2 Alat dan Bahan

4.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua

bagian yaitu: (1) alat untuk ekstraksi terdiri dari: timbangan kasar,

timbangan analitik, rotavaporator, desikator, pompa vakum, lemari

pendingin, penangas aquadest, pipet, pengering dan alat-alat gelas

standar Lab; (2) alat untuk uji antifungi meliputi: erlenmayer, gelas

ukur, jarum ose, spatel, mikropipet dan tube, tabung reaksi, rak tabung

reaksi, cawan petri, hot plate, vortex, shacker incubator,

spektrofotometer, autoklaf, mikroskop inverted, lampu spritus,

timbangan analitik, LAF (laminar air flow), coverglass dan objectglass,

scapel, lemari pendingin, (refrigator), kapas steril, dan inkubator.

Page 41: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xli

4.2.2 Bahan

Bahan utama dalam penelitian ini adalah rimpang Kecombrang

(Nicolaia spesiosa Horan) yang diperoleh dari Kebun Ilmiah Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Ballitro) Depertemen

Pertanian Bogor. Bahan kimia untuk ekstraksi dan uji aktifitas antifungi

komponen bioaktif adalah

1. Etanol 70 %

2. Baku pembanding Klotrimazol

3. Aquadest

4. Larutan NaCl fisiologis

5. Jamur uji yang yang diperoleh dari PLT UIN Jakarta

6. Larutan urease

7. Larutan lactophenol

8. Paraffin cair

9. Medium PDA (Potato Dextrose Agar)

Dengan komposisi :

Pottato 100 g

Dekstrosa 10 g

Agar 15 g

Aquadest 1000 ml

10. Medium SDA (Sabouraud Dextrose Agar)

Dengan komposisi:

Dekstrosa 40 g

Page 42: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xlii

Campuran sama banyak digesti peptik jaringan hewan 10 g

dan digesti pankreatik kasein

Agar 15 g

Aquadest 1000 ml

4.3 Cara Kerja

Persiapan bahan uji

Sampel rimpang diperoleh dari tanaman Kecombrang yang didapatkan di

Kebun Ilmiah Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Ballitro)

Depertemen Pertanian Bogor. Proses determinasi dilakukan di Laboratorium

Botani dan Mikrobiologi LIPI Cibinong dengan nama spesies Nicolaia

speciosa Horan.

Seperti yang tertera pada lampiran 3. Rimpang kecombrang yang

diperoleh dari Kebun Ilmiah Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

Depertemen Pertanian Bogor tersebut selanjutnya dibersihkan lalu dipotong

kecil-kecil, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan terlindung

dari sinar matahari selama 7 x 24 jam. Selanjutnya rimpang digiling sampai

diperoleh serbuk yang homogen.

Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi

dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Etanol digunakan sebagai pelarut

karena etanol merupakan pelarut polar, universal, mudah didapat dan tidak

toksik (Depkes RI, 2000).

a. Ditimbang serbuk simplisia 500 gr, kemudian dimasukkan kedalam

erlenmayer, ditambahkan pelarut etanol 70% sampai serbuk

simplisia terendam.

Page 43: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xliii

b. Proses ekstraksi dilakukan secara maserasi selama 3x24 jam sambil

sesekali diaduk dan diulang beberapa kali.

c. Filtrat yang didapatkan kemudian diuapkan pelarutnya dengan

evaporator pada suhu 50-60 oC hingga didapatkan ekstrak kental.

Untuk penetapan susut pengeringan dilakukan dengan cara :

Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 g sampai 2 g dan dimasukkan

kedalam botol timbang dangkal bertutup sebelumnya telah dipanaskan pada

suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak

diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol, hingga

merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. kemudian

dimasukkan ke dalam oven, keringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap

(Depkes RI, 1979).

4.3.1 Penapisan Kandungan Kimia

Penapisan dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia yang

terdapat pada ekstrak etanol rimpang kecombrang. Penapisan yang

dilakukan di laboratorium kimia UIN Jakarta ini meliputi penapisan

kandungan kimia alkaloid, flavanoid, saponin, dan tannin

Penapisan kandungan kimia ekstrak rimpang kecombrang berdasarkan

metode analisa tanaman obat yang dilakukan oleh (Guevara, 1985) dan

(Fransworth, 1969)

1. Alkaloid

Ekstrak sebanyak 5 mg digerus dengan penambahan kloroform hingga

larut. Ditambahkan 0,5 ml asam sulfat 1 M kemudian kocok perlahan.

Page 44: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xliv

Didiamkan beberapa saat sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas

yang jernih dibagi menjadi dua, 1 bagian ditambahkan 2-3 tetes pereaksi

dragendorf dan bagian yang lainnya ditambahkan 2-3 tetes pereaksi

meyer. Endapan merah bata yang terbentuk pada pereaksi dragendorf dan

endapan putih pada pereaksi meyer menunjukkan adanya senyawa

alkaloid (Guevara, 1985).

2. Flavonoida

Sebanyak 5 mg ekstrak dilarutkan dalam 5 ml air panas, didihkan selama

5 menit lalu disaring. Filtrate yang didapat ditambahkan serbuk Mg

secukupnya, 1 ml asam pekat dan 2 ml etanol. Dikocok kuat dan

dibiarkan terpisah. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada

lapisan etanol menunjukkan bahwa adanya senyawa flavonoid

(Fransworth, 1969).

3. Saponin

Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air

panas. Setelah dingin dikocok kuat secara vertical selama 10 detik.

Terbentuknya busa yang stabil menunjukkan adanya senyawa saponin,

bila ditambahkan 1 tetes HCL 1% busa tetap stabil (Fransworth, 1969).

4. Tanin

Ekstrak sebanyak 5 mg dilarutkan dalam etanol 80% sampai larut,

disaring. Dikeringkan diatas penangas air. Residu ditambahkan air panas

sampai larut dan 3 tetes NaCl 10 %. Ditambahkan 3 tetes FeCl3.

Terbentuknya warna biru, hijau atau hitam menunjukkan adanya

senyawa tannin (Guevara, 1985).

Page 45: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xlv

4.3.2 Sterilisasi Alat

Semua alat yang akan digunakan untuk uji mikrobiologi

diperlukan dalam kondisi steril supaya tidak terkontaminasi dengan

mikroba lain, sehingga semua alat yang digunakan terlebih dahulu

disterilkan melalui proses sterilisasi yang cocok untuk masing-masing

alat dan bahan. Untuk alat-alat gelas yang tahan panas tinggi seperti

seperti cawan petri, erlenmayer, tabung reaksi dilakukan sterilisasi

kering dengan oven pada suhu 160oC

selama 1-2 jam sebelumnya

dibungkus dengan aluminium foil. Untuk medium dan aquadest

disterilisasi dengan cara sterilisasi basah menggunakan autoklaf pada

suhu 121oC selama 15 menit. Untuk larutan uji disterilkan dengan cara

melakukan pengerjaannya di dalam laminar air flow yang sebelumnya

telah disterilisasi dengan alkohol 70 %, kemudian disterilkan dengan

lampu UV yang dinyalakan 1 jam sebelum digunakan.

4.3.3 Pembuatan Medium PDA (Potato Dextrose Agar)

Medium yang digunakan untuk membiakkan jamur uji adalah

medium PDA. Sebanyak 125 gram PDA dilarutkan dalam 1 liter

aquadest dan dipanaskan hingga semuanya menjadi larut. Disterilkan

dalam autoklaf pada suhu 121 °C selama ± 15 menit. Dimasukkan

dalam lemari es dalam keadaan sudah dingin.

4.3.4 Pembuatan Medium SDA (Sabouraud Dextrose Agar)

Page 46: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xlvi

Medium yang digunakan untuk membiakkan jamur uji adalah

medium SDA. Sebanyak 65 gram SDA dilarutkan dalam 1 liter

aquadest dan dipanaskan hingga semuanya menjadi larut. Disterilkan

dalam autoklaf pada suhu 121 °C selama ± 15 menit. Dimasukkan

dalam lemari es dalam keadaan sudah dingin dengan terlebih dahulu

dimasukkan ke dalam cawan petri untuk persiapan proses pengujian.

4.3.5 Pembuatan Kultur Kerja

Disiapkan agar miring SDA steril, diambil jamur standar dengan

menggunakan jarum ose yang telah dipijarkan pada api lalu ditanam

pada permukaan agar miring dan diinkubasikan pada suhu 35 °C selama

7 hari.

4.3.6 Pengujian Jamur Uji

Untuk memastikan bahwa jamur uji yang akan digunakan untuk

penelitian tidak ada kontaminasi dari organisme lain, maka dilakukan

pengujian jamur uji. Pengujian jamur uji yang dilakukan adalah tes

urease. Yaitu dengan cara koloni setiap jamur diambil dengan

menggunakan jarum ose yang telah dipijarkan terlebih dahulu. Setiap

koloni jamur yang telah diambil dimasukkan ke dalam botol steril yang

sudah terisi larutan urease. Dimasukkan kedalam inkubator dengan

suhu 37ºC. Setelah 2-3 hari, perubahan warna akan terjadi pada T.

mentagrophytes menjadi berwarna merah sedangkan pada T. rubrum

tidak mengalami perubahan.

Page 47: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xlvii

4.3.7 Pembuatan Suspensi Jamur

Jamur dari kultur kerja dibuat suspensi jamur dengan

menggunakan larutan NaCl fisiologis dengan cara koloni jamur diambil

dari kultur kerja dengan menggunakan jarum ose kemudian dimasukkan

NaCl fisiologis lalu dikocok dengan menggunakan vortex sampai

diperoleh kekeruhan dengan A : 0,143-0,187 diukur dengan

spektrofotometer pada λ = 530 nm

4.3.8 Pengujian Aktifitas Antifungi

Ekstrak etanol rimpang Kecombrang dibuat dalam beberapa

konsentrasi (0,1, 1, 10, 100, dan 1000 ppm). Selain pengujian aktifitas

antifungi dilakukan juga penentuan Konsentrasi Hambat Minimum

(KHM). Suspensi jamur diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan

mikropipet lalu diletakkan ditengah-tengah cawan petri berisi medium

SDA yang sudah memadat. Cawan petri diputar-putar dan disebar

dengan menggunakan spread glass sehingga suspensi jamur tersebar

merata. Dengan menggunakan pinset steril yang telah dipijarkan

ditanamkan kertas cakram yang masing-masing telah ditetesi larutan

sampel dengan konsentrasi yang telah dibuat dan aquadest sebagai

control negative sebanyak 10 µl. Dalam cawan tersebut ditanamkan 6

buah cakram dengan jarak minimal antar 28-30 mm, dan jarak minimal

cakram denga tepi cawan petri adalah 20-25 mm. lalu diinkubasikan

selama 4-7 hari pada suhu 35 °C. diamati dan diukur daerah hambatnya.

Page 48: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xlviii

Harga KHM dari masing-masing jamur uji dinyatakan dalam

konsentrasi terkecil yang masih memberikan daya hambat.

4.3.9 Penetapan Potensi Bahan Uji

Penetapan potensi bahan uji dilakukan dengan terlebih dahulu

membuat seri konsentrasi Klotrimazol (5, 10, 15, 20 dan 25 ppm)

dengan etanol 70 % sebagai pelarutnya. Suspensi jamur diambil

sebanyak 1 ml dengan menggunakan mikropipet lalu diletakkan

ditengah-tengah cawan petri berisi medium SDA yang sudah memadat.

Cawan petri diputar-putar dan disebar dengan menggunakan spread

glass sehingga suspensi jamur tersebar merata. Dengan menggunakan

pinset steril yang telah dipijarkan ditanamkan kertas cakram yang

masing-masing telah ditetesi larutan Klotrimazol dengan beberapa

konsentrasi dan etanol 70 % sebagai blanko sebanyak 10 µl. Dalam 1

cawan petri ditanamkan 6 cakram kertas dengan jarak minimal antar 28-

30 mm, dan jarak minimal cakram dengan tepi cawan petri adalah 20-

25 mm. lalu diinkubasikan selama 4-7 hari pada suhu 35 °C. diamati

dan diukur daerah hambatnya. Kemudian dari hasil pengukuran dibuat

kurva hubungan antara log konsentrasi dengan diameter daerah hambat.

Berdasarkan persamaan garis linear kurva tersebut dapat ditentukan

konsentrasi Klotrimazol yaitu dengan memplotkan diameter sampel

pada kurva standar Klotrimazol. Penetapan potensi dilakukan dengan

membandingkan konsentrasi sampel yang memberikan diameter daerah

Page 49: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

xlix

hambat yang sama dengan diameter daerah hambat yang diberikan oleh

baku pembanding.

4.3.10 Analisa Data

Untuk menentukan hubungan antara konsentrasi ekstrak etanol

rimpang Kecombrang dengan aktivitas antifungi yang ditunjukkan

dengan diameter daerah hambat pertumbuhan bakteri digunakan regresi

linier dengan konsentrasi ekstrak etanol rimpang Kecombrang sebagai

variabel x dan diameter daerah hambat pertumbuhan fungi sebagai

variabel y sehingga di dapat persamaan y = a + bx.

Pada penentuan KHM ekstrak etanol rimpang Kecombrang, nilai

KHM ditetapkan berdasarkan konsentrasi terkecil yang masih dapat

menghambat pertumbuhan bakteri uji pada medium.

Penetapan potensi bahan uji (ekstrak etanol rimpang kecombrang

Nicolaia speciosa Horan) ditentukan dengan menggunakan kurva

hubungan antara log konsentrasi (sumbu x) dengan diameter hambat

(sumbu y). Berdasarkan persamaan garis linier kurva tersebut (y = a +

bx) dapat ditentukan konsentrasi Klotrimazol yaitu dengan memplotkan

diameter sampel ektrak etanol rimpang kecombrang pada kurva standar

Klotrimazol. Penetapan potensi dilakukan dengan membandingkan

konsentrasi sampel yang memberikan diameter daerah hambat yang

sama dengan diameter daerah hambat baku pembanding (Klotrimazol).

Potensi bahan uji = Cu/Cs

Keterangan:

Page 50: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

l

Cu = konstentrasi hambat minimum ekstrak etanol rimpang

kecombrang (ppm)

Cs = konsentrasi klotrimazol dengan diameter daerah hambat yang

sama dengan KHM ekstrak etanol rimpang kecombrang (ppm)

4.3.11 Analisa Kerusakan Sel dengan SEM (Scanning Electron

Microscope)

Pengamatan dengan SEM adalah untuk kerusakan sel yaitu

perubahan morfologi dan struktur sel fungi yang disebabkan oleh

pengaruh ekstrak rimpang kecombrang. Perubahan yang diamati

meliputi penampakan secara umum, ukuran sel, dan ketebalan dinding

sel.

Tahap awal yang dilakukan adalah reisolasi fungi uji yaitu dengan

cara suspensi jamur uji diambil sebanyak 0,9 ml dengan menggunakan

mikropipet. Suspensi jamur diletakkan ditengah-tengah cawan petri

berisi medium SDA yang sudah memadat. disebar dengan

menggunakan spread glass sehingga suspensi jamur tersebar merata.

Setelah mencapai waktu 4 hari dengan asumsi bahwa jamur uji telah

menyebar ke seluruh media agar, dengan menggunakan mikropipet

ditambahkan sampel uji ekstrak rimpang Kecombrang sebanyak 0,1 ml

sesuai dengan KHM ekstrak tersebut (100 ppm) pada biakan jamur

uji.cawan petri yang sudah diberikan sampel uji didiamkan selama 1

hari dalam inkubator untuk mengetahui bahwa tidak ada kontaminan.

Penyimpanan dalam inkubatorpun bertujuan untuk mengamati daya

Page 51: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

li

hambat yang diberikan oleh ekstrak rimpang Kecombrang terhadap

jamur uji. Amati dengan menggunakan mikroskop elektron (seri JSM-

5310LV).

Page 52: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lii

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

1. Dari hasil identifikasi sampel rimpang Kecombrang yang dilakukan di

Laboratorium Botani dan Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) Cibinong didapat bahwa sampel yang digunakan adalah

(Nicolaia speciosa Horan) dengan hasil determinasi seperti yang tertera

pada lampiran 1.

2. Dari hasil pengujian kandungan kimia rimpang kecombrang didapat

bahwa yang terdapat pada rimpang Kecombrang adalah flavonoid dan

alkaloid.

Tabel 5.1. Hasil karakteristik ekstrak rimpang Kecombrang

Karakteristik

ekstrak Hasil Literatur

Rendemen

Susut pengeringan

Warna

Rasa

Bau

4%

0,89%

Coklat kehitaman

Getir, seperti jamu

Menyengat seperti

lengkuas

Tabel 5.2. Hasil penapisan fitokimia ekstrak rimpang Kecombrang

Penapisan fitokimia Hasil

Page 53: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

liii

Flavonoid

Alkaloid

Saponin

Tanin

Positif (+)

Positif (+)

Negatif (-)

Negatif (-)

3. Proses identifikasi fungi uji yang dilakukan adalah dengan pengujian

urease. Pada Trichophyton rubrum didapatkan hasil negatif (-).

Sedangkan untuk Trichophyton mentagrophytes didapatkan hasil positif

(+) dengan adanya perubahan warna menjadi warna merah pada larutan

urease. Hal ini menunjukkan bahwa jamur uji yang digunakan merupakan

jamur uji yang tidak terkontaminasi dengan mikroba lain. (lampiran 13)

4. Pada uji aktifitas antifungi ekstrak etanol rimpang Kecombrang yang

memiliki aktifitas antifungi yaitu pada konsentrasi 100 dan 1000 ppm.

Tabel 5.3. Hasil uji aktifitas fungi uji terhadap ekstrak etanol Kecombrang

Diameter daerah

hambat (mm)

Fungi Uji Konsentrasi ekstrak

kecombrang (ppm)

1 2 3

Diameter daerah

hambat rata-rata

(mm)

Harga KHM (Konsentrasi

Hambat Minimum)

1000 9 9.5 10 9.5

100 6.5 7 7.5 7

10 - - - 0

1 - - - 0

Trichophyton

rubrum

0.1 - - - 0

100 ppm

1000 7 10 7 8

100 7 7 7 7

10 - - - 0

1 - - - 0

Trichophyton

mentagrophytes

0.1 - - - 0

100 ppm

Page 54: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

liv

5. Pengujian KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) dilakukan dengan

membuat interval range konsentrasi yang lebih kecil yaitu 90; 80; 70; 60

ppm. Dari hasil pengujian tidak terdapat daerah hambat pada interval

range konsentrasi tersebut.

Tabel 5.4. Hasil uji KHM.T.rubrum ekstrak etanol rimpang kecombrang

Diameter hambat (mm) Konsentrasi Ekstrak

(ppm) T.rubrum

Blanko 0

60 0

70 0

80 0

90 0

100 7

Tabel 5.5.Hasil uji KHM T. mentagrophytes ekstrak rimpang Kecombrang

Diameter hambat (mm) Konsentrasi Ekstrak

(ppm) T. mentagrophytes

Blanko 0

60 0

70 0

80 0

90 0

100 7

6. Berdasarkan kurva standar klotrimazol diperoleh persamaan regresi y

=16.0579x – 10.1011 dengan r =0.9626 untuk Trichophyton rubrum, dan

untuk Trichophyton mentagrophytes diperoleh persamaan regresi

y=20.3693x – 13.6073 dengan r =0.9892.

7. Potensi ekstrak etanol rimpang Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan)

pada konsentrasi 100 ppm setara dengan 11,61 ppm Klotrimazol untuk

Trichophyton rubrum dan 10,27 ppm untuk Trichophyton mentagrophytes.

Page 55: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lv

8. Hasil Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan bahwa terdapat

Mekanisme kerja ekstrak etanol rimpang kecombrang adalah menghambat

pembentukan komponen penyusun sel terutama komponen penyusun

dinding sel yang mengandung zat kitin.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan informasi yang didapatkan, Kecombrang sering digunakan

penambah citarasa pada masakan seperti urab dan pecel. Bagian yang

digunakan untuk penambah citarasa adalah pada bunganya. Tidak hanya

sebagai penambah citarasa, ternyata telah dilakukan pula uji bahwa

Kecombrang berguna dalam pelbagai penyakit diantaranya adalah penyakit

yang disebabkan oleh mikroba (Naufalin R, 2005).

Berdasarkan informasi dari masyarakat, perasan batangnya digunakan

untuk menurunkan demam, ramuan obat luka, penghilang bau badan, pegal

linu bahkan untuk melunakkan mayat yang sudah kaku.

Dikarenakan kecombrang ini masih satu familia dengan tanaman jahe,

kunyit dan lengkuas (zingiberaceae), maka diharapkan tanaman ini

mempunyai aktifitas yang sama dengan tanaman satu familianya. Beberapa

literature pun menunjukkan bahwa kandungan kimia yang terdapat pada

tanaman kecombrang ini sama dengan Familia Zingiberaceae, seperti jahe

dan kunyit yang telah terlebih dahulu diketahui mempunyai aktifitas

antibakteri dan antifungi. Adapun kandungan yang ditemukan pada tanaman

Kecombrang ini adalah alkaloid, flavonoid (5,7,3’,4-tetrahidroksi flavonol)

dan minyak atsiri (Antoro ES. 1995), (Hidayat SS, Hutapea 1991)

Page 56: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lvi

Berdasarkan kandungan dan data empiris pada masyarakat, maka

diharapkan kecombrang memiliki aktifitas antifungi. Rimpang Kecombrang

yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang Kecombrang yang

diperoleh dari kebun ilmiah Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

Depertemen Pertanian, Bogor (Lampiran 2). Ekstrak etanol rimpang

Kecombrang merupakan hasil ekstraksi yang terlebih dahulu rimpang

Kecombrang dibersihkan lalu di potong kecil-kecil, kemudian dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan terlindung dari sinar matahari selama 7 x 24

jam. Selanjutnya rimpang digiling sampai diperoleh serbuk yang homogen.

Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi

dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Etanol digunakan sebagai pelarut

karena etanol merupakan pelarut polar, universal, mudah didapat dan tidak

toksik (Depkes RI, 2000).

Sebelum dilakukan uji aktifitas antifungi, hal-hal yang berkaitan dengan

bahan uji dilakukan uji terlebih dahulu untuk memastikan tidak adanya

kontaminasi yang tidak diinginkan ataupun untuk memastikan kandungan

kimia. Dilakukan uji penapisan kandungan kimia yang terdapat pada ekstrak

Kecombrang seperti yang tertera pada lampiran 4. Pengujian dilakukan

dengan cara mengamati hasil uji secara organoleptis. Untuk jamur uji yang

digunakan uji urease untuk mengetahui tidak adanya kontaminasi dari

organisme lain.

Pada pengujian aktifitas antifungi ekstrak etanol rimpang kecombrang

digunakan beberapa konsentrasi yaitu 0,1; 1; 10; 100; dan 1000 ppm. Dari

Page 57: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lvii

hasil yang didapat, ekstrak etanol rimpang Kecombrang yang memiliki

aktifitas antifungi yaitu pada konsentrasi 100 dan 1000 ppm.

Pada penentuan KHM ekstrak rimpang kecombrang digunakan

konsentrasi 1000 ppm dan dilakukan pengenceran 90, 80, 70, dan 60 ppm.

Namun setelah dilakukan pengujian ternyata tidak memberikan daya hambat.

Untuk penetapan potensi telah digunakan Klotrimazol sebagai antifungi

pembanding. Karena Klotrimazol merupakan golongan antifungi spektrum

luas dengan aktifitas yang mencakup hampir semua fungi pathogen untuk

manusia. Oleh karena itu, Klotimazol termasuk antifungi yang sering

digunakan untuk mengobati dermatofitosis yang sering terjadi pada kulit

manusia seperti tinea pedis, tinea kruris, dan tinea korporis yang disebabkan

oleh Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, E. floccosum, dan

M. canis.

Dari sisi kelarutannya, Klotrimazol mudah larut dalam pelarut polar

seperti etanol, sehingga stabilitas terjaga dan terhindar dari kontaminasi

organisme dapat diminimalisir. Ekstrak etanol rimpang kecombrang yang

memiliki viskositas tinggi diencerkan dengan aquadest steril, karena

berdasarkan hasil orientasi aquadest merupakan pelarut yang dapat

melarutkan ekstrak rimpang Kecombrang serta aquadest tidak memiliki

aktifitas antifungi terhadap dua fungi uji tersebut. Sedangkan Klotrimazol

yang digunakan sebagai baku pembanding dilarutkan dengan etanol 70%

dengan variasi pengenceran (5, 10, 15, 20 dan 25 ppm). Kemudian dari data

diameter hambat Klotrimazol yang didapat, dibuat kurva standar dengan

konsentrasi Klotrimazol sebagai sumbu X dan diameter daerah hambat

Page 58: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lviii

sebagai ekstrak rimpang Kecombrang sebagai sumbu Y. dari kurva standar

tersebut diperoleh persamaan regresi yang digunakan untuk mencari

konsentrasi klotrimazol yang memiliki derajat penghambatan (diameter

daerah hambat) yang sama dengan sampel ekstrak kecombrang yaitu dengan

memplotkan diameter daerah hambat minimum sampel ekstrak Kecombrang

pada kurva standar, karena berdasarkan Farmakope Edisi III dinyatakan

bahwa potensi adalah perbandingan dosis sediaan uji dengan dosis larutan

standar atau larutan pembanding yang menghasilkan derajat hambatan

pertumbuhan yang sama pada biakan jasad renik yang peka dan sesuai.

Adapun blanko yang digunakan adalah aquadest dan etanol 70%.

Pengujian aktifitas antifungi dilakukan dengan metode difusi agar yang

menggunakan kertas cakram sebagai medianya. Dasar pemilihan metode ini

adalah karena pengerjaannya yang sering dilakukan di laboratorium-

laboratorium mikrobiologi untuk menentukan kepekaan mikroba terhadap

bermacam-macam bahan uji. Kertas cakram yang digunakan adalah kertas

saring whatman No. 1 dengan diameter 5 mm. Jumlah larutan yang ditetesi di

kertas cakram tersebut adalah 10 µl. Umumnya, waktu inkubasi yang

dibutuhkan untuk jamur uji yang digunakan adalah 4-7 hari. Tetapi

berdasarkan orientasi yang berulang, waktu pengamatan yang dibutuhkan

adalah sekitar 4 hari, dikarenakan pada hari keempat, jamur sudah tumbuh

merata dan zona hambat ekstrak kecombrang sudah mulai terlihat.

Pada penetapan potensi ekstrak etanol rimpang kecombrang digunakan

diameter hambatan minimum untuk Trichophyton rubrum sebesar 7 mm yang

diplotkan pada kurva standar klotrimazol yang memiliki persamaan regresi y

Page 59: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lix

=16.0579x – 10.1011 dengan r =0.9626, sedangkan untuk diameter daerah

hambat Trichophyton mentagrophytes sebesar 7 mm yang diplotkan pada

kurva standar klotrimazol yang memiliki persamaan regresi y=20.3693x –

13.6073 dengan r =0.9892 sehingga didapat konsentrasi antifungi pembanding

Klotrimazol yang memiliki derajat penghambatan yang setara dengan ekstrak

rimpang Kecombrang yaitu 11,61 ppm untuk Trichophyton rubrum dan 10,27

ppm untuk Trichophyton mentagrophytes. Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa ekstrak etanol rimpang Kecombrang mempunyai aktifitas antifungi

terhadap kedua fungi uji. Namun berdasarkan hasil uji tersebut pula

menunjukkan bahwa potensi ekstrak rimpang kecombrang sebagai antifungi

alternatif terhadap kedua fungi uji masih kecil jika dibandingkan dengan baku

pembanding Klotrimazol. Hal ini disebabkan karena ekstrak rimpang

Kecombrang yang digunakan diambil langsung dari alam sehingga banyak

faktor yang mempengaruhi aktifitasnya sebagai antifungi. Diantaranya adalah

faktor kesuburan tanah, komposisi tanah, jenis tanah, ketinggian dataran,

lingkungan, dan temperature daerah tumbuh. Hal lain yang menyebabkan

aktifitas ekstrak rimpang kecombrang tidak lebih besar dari baku pembanding

Klotrimazol karena rimpang Kecombrang yang digunakan bukan senyawa

murni, sedangkan Klotrimazol merupakan zat aktif yang telah diuji secara

klinis mempunyai potensi sebagai antifungi. Hasil SEM menunjukkan bahwa

ekstrak etanol rimpang Kecombrang memiliki daya aktifitas terhadap fungi uji

Trichophyton rubrum yaitu dengan menghambat pembentukan komponen

penyusun sel terutama komponen penyusun dinding sel yang mengandung zat

kitin.

Page 60: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lx

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan :

1. Ekstrak etanol rimpang Kecombrang memiliki aktifitas antifungi terhadap

Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes.

2. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak rimpang Kecombrang

untuk Trichophyton rubrum dan untuk Trichophyton mentagrophytes

adalah 100 ppm.

3. Penetapan potensi ekstrak etanol rimpang kecombrang digunakan kurva

standar klotrimazol yang memiliki persamaan regresi y =16.0579x –

10.1011 dengan r =0.9626 untuk Trichophyton rubrum sedangkan untuk

Trichophyton mentagrophytes digunakan kurva standar klotrimazol yang

memiliki persamaan regresi y=20.3693x – 13.6073 dengan r =0.9892

didapat konsentrasi antifungi pembanding Klotrimazol yang memiliki

derajat penghambatan yang sama dengan ekstrak rimpang Kecombrang

pada konsentrasi 100 ppm yaitu 11,61 ppm untuk Trichophyton rubrum

dan 10,27 ppm untuk Trichophyton mentagrophytes.

6.2 Saran

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan :

1. Melakukan uji antifungi dari ekstrak rimpang kecombrang dengan metode

pengujian lain.

2. Melakukan uji antifungi dari ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi

uji lainnya.

Page 61: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxi

DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, Dito. 2008. Dermatofita Pada Manusia (Pitiriasis Versikolor). http://www.kabarindonesia.com/ Diakses pada tanggal 10 September 2009.

Anonim. 2007. Trichophyton mentagrophytes. Diakses dari

mikrobia.files.wordpress.com pada tanggal 9 Maret 2009

Anonim. 2007. Menggempur Jamur Sampai Kabur. Diakses dari

http//www.intisari-online.com pada tanggal 9 Maret 2009

Antoro, S.E. 1995. Skrining Fitokimia Rimpang Nicolaia speciosa Horan. Secara

Mikrokimiawi Kromatografi Lapis Tipis,dan Spektrofotmetri UV.

[Abstrak]. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia 1998.

Appendini P, Hotchkiss Jh. 2000. Antimicrobial activity of a 14 residue synthetic

peptide against foodborne microorganism. J Food Protect 63:889-893 Depkes RI. 1979. Farmakofe Indonesia, Edisi III. Direktorat Jendral Pengawasan

Obat dan Makanan: Jakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakofe Indonesia, Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan

Obat dan Makanan: Jakarta.

Depkes RI. 1995. Materi Medika Indonesia, Jilid VI.Jakarta

Depkes RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Dian Sundari, M. Wien Winarno.2001.Informasi Tumbuhan Obat Sebagai Anti

Jamur. Depkes RI. Jakarta Fransworth, M.R. 1969. Biological and Phytochemical Screening of Plants.

Journal Pharmaceutical Science; 255-265

Page 62: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxii

Gandahusada, SS, Pribadi W., Ilahude HD.2004. Parasitologi Kedokteran Edisi

III. Balai penerbit FKUI Jakarta. Ganiswarna SG.2005.Farmakologi Dan Terapi.Bagian farmakologi FKUI. Jakarta Gharmila.2008.Uji Potensi Antifungi Lendir Bekicot (Achatina Fullica) Terhadap

Fungi Trichophyton Rubrum Dan Trichophyton Mentagrophytes. [skripsi] FKIK UIN. Jakarta

Guevara, BQ., Recio, BV. 1985. Phytochemical, Microbiological and

Pharmacological Screening of Medicinal Plants. The University of Santo

Tomas Manila, Philippines.

Habsah, M., Ali, A.M., Lajis, N.H., Sukari, M.A., Yap, Y.H., Kikuzaki, H. dan

Nakatani, N. 2005. Antitumor-Promoting and Cytotoxic Constituents of

Etlingera Elatior. Malaysian Journal of Medical Sciences, Vol. 12, No. 1, Januari 2005 (6-12).

Habsah, M., Lajis, N.H., Abas, F., Ali, A.M., Sukari, M.A., Kikuzaki, H. dan

Nakatani, N.. 2003. Antioxidative Constituents of Etlingera elatior. [Abstrak]. J. Nat. Prod., 2005, 68 (2), pp 285–288.

Hidayat, SS dan Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi 1: 440-441. Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI

Hoan, Tan, T & Rahardja K. 2006. Obat-Obat Penting, Edisi VI. Elex Media Kompetindo : Jakarta

Howarth, W.H. at all, 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia 28th

edition. The Pharmaceutical Press. London. England

Ibrahim, H. dan Setyowati, FM. 2009. Detail data Etlingera elatior (Jack) R.M.

Smith. Diakses tanggal 03 maret 2009 dari www.kehati.or.id Katz, F.W. 1974. Microbiological Diffusion Assay, Operation Studied with

Cooper Equation. J. Pharm. Sci. hal 11,36.

Page 63: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxiii

Musdja, M Yanis.2006.Modul Farmakologi Panyakit Infeksi.UIN-Press. Jakarta. Myjeck, Mary J.,Harvey, Richard A., Champe, Pamela C.,2005. Farmakologi

Ulasan Bergambar Edisi II. Widya Medika. Jakarta Naufalin, Rifda. 2005. Kajian Sifat Antimikroba Ekstrak Bunga Kecombrang

(Nicolaia speciosa Horan) Terhadap berbagai Mikroba Patogen dan

Perusak Pangan.[Tesis] Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Petanian,

IPB. Bogor.

Pelczar, Michael J., Chan E.C.S. 1986. Dasar – Dasar Mikrobiologi. UI-Press.

Jakarta

Staf Pengajar FKUI.1993.Mikrobiologi Kedokteran.Edisi revisi.Binarupa Aksara.

Jakarta Sukandar E. Yulinah, Suganda AG, Pertiwi GU. 2004. Uji Aktivitas Antijamur

Salep Dan Krim Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia cattapa l.) Pada

Kulit Kelinci. Bandung Sundari, Dian, Wien Winarno, M, 2001. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Obat

Anti Jamur. Balitbangkes Depkes RI

Page 64: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxiv

Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman Kecombrang

Page 65: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxv

Lampiran 2 Tanaman Kecombrang

Gambar 1 a. Tanaman Kecombrang

Gambar 1 b. Bunga kecombrang

Gambar 1 c. Rimpang Kecombrang

Page 66: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxvi

Lampiran 3 Ekstraksi Serbuk Rimpang Kecombrang

Serbuk simplisia kering (500 g)

Filtrat

Ekstrak kental

Uji aktifitas antifungi

Rajangan Kecombrang (15 Kg)

Dikeringkan (diangin-anginkan)

Rajangan Kecombrang kering (3 Kg)

Dihaluskan

Maserasi dengan etanol 70%

( 3 x 24 jam)

Residu

Dirotary evaporator

Penapisan fitokimia

Uji karakteristik

Page 67: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxvii

Lampiran 4 Ekstraksi dan Uji Susut Pengeringan

1. Ekstraksi

Ekstraksi sampel 500 g dalam etanol 70% (1:6 b/v)3 L didapatkan ekstrak

cair 40,8 g dan dipekatkan hingga 20 g

Evaporator : Labu destilat + ekstrak = 106 g

Labu destilat = 86 g

Ekstrak=20g

Rendemen 20 g x 100 % = 4 % 500 g

2. Uji susut pengeringan

Dipanaskan 30 menit di Oven + 150 oC

Cawan penguap = 14,442 g

Cawan penguap+tutup (m1) = 25,940 g

Cawan penguap+tutup+Ekstrak (m2) = 26,944 g

(m2-m1) = 26,944 g - 25,940 g = 1,004 g

30 menit selanjutnya : Cawan penguap

+ tutup + Ekstrak

= 26,844 g

30 menit selanjutnya : Cawan penguap

+ tutup + Ekstrak

= 26,704 g

Didiamkan dalam eksikator 24 jam

Cawan penguap + tutup + Ekstrak

= 26,703 g

Jadi susut pengeringan dari ekstrak adalah bobot sampel awal dikurang

bobot sampel tetap.

= 26,944 g – 26,703 g

= 0,241 g 0,241 g x 100 % = 0,89% 26,944

Jadi susut pengeringan ekstrak etanol rimpang Kecombrang tersebut

adalah 0,89 %

Page 68: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxviii

3. Perhitungan pembuatan konsentrasi

Ditimbang beker glass = 42, 7072 g (kemudian ditara)

Ditimbang ekstrak kecombrang = 20 mg

Ditambahkan dengan aquadest = 20 ml

20 mg

/20ml = 1000 ppm

Dengan menggunakan rumus V1.N1 = V2.N2 maka untuk memperoleh

konsentrasi berikutnya adalah

100 ppm = X. 1000 ppm = 10 ml.100 ppm

X = 1000 ml.ppm = 1 ml 1000 ppm 10 ppm = X. 100 ppm = 10 ml.10 ppm

X = 100 ml.ppm = 1 ml 100 ppm

1 ppm = X. 10 ppm = 10 ml.10 ppm

X = 100 ml.ppm = 1 ml 100 ppm

0,1 ppm = X. 10 ppm = 10 ml. 0,1 ppm

X = 1 ml.ppm = 1 ml 1 ppm

Page 69: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxix

Lampiran 5 Uji aktivitas antifungi dengan metode difusi agar

Kekeruhan pada A= 0,143-0,187

λ= 530 nm

Biarkan memadat

Suspensi jamur uji 1 ml

Inokulasikan dalam 10 ml

medium SDA pada cawan

Penanaman kertas cakram yang

mengandung 10µl larutan

Inkubasikan pada suhu 35 ºC

selama 4 hari

Amati daerah hambat

dan ukur diameternya

Hitung KHM

Page 70: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxx

Lampiran 6 Penetapan Potensi Ekstrak Rimpang Kecombrang (Nicolaia

spesiosa Horan)

Kekeruhan pada A= 0,143-0,187

λ= 530 nm

\

Biarkan memadat

Pembuatan seri larutan klotrimazol 5; 10; 15; 20; 25 ppm

Suspensi jamur uji 1 ml

Inokulasikan dalam 10 ml

medium SDA pada cawan

Penanaman kertas cakram yang

mengandung 10µl larutan

Inkubasikan pada suhu 35 ºC selama 4 hari

Amati daerah hambat dan

ukur diameternya

Pembuatan kurva standar klotrimazol

Penetapan potensi rimpang kecombrang

Page 71: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxi

Lampiran 7 Hasil pengukuran diameter daerah hambat pertumbuhan fungi

uji terhadap ekstrak etanol rimpang kecombrang.

Tabel 6. Hasil pengukuran diameter daerah hambat pertumbuhan fungi uji terhadap ekstrak etanol rimpang kecombrang.

Fungi Uji

Konsentrasi ekstrak

rimpang kecombrang

(ppm)

Diameter daerah

hambat rata-rata

(mm)

Harga KHM

(Konsentrasi

Hambat Minimum)

1000 9.5

100 7

10 0

1 0

Trichophyton

rubrum

0.1 0

100 ppm

1000 8

100 7

10 0

1 0

Trichophyton

mentagrophytes

0.1 0

100 ppm

Page 72: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxii

Lampiran 8 Kurva standar antara diameter daerah hambat dengan

konsentrasi antifungi pembanding (Klotrimazol)

Tabel 7. Kurva standar antara diameter daerah hambat dengan konsentrasi antifungi pembanding (Klotrimazol)

Fungi Uji Konsentrasi

Klotrimazol (ppm)

Log konsentrasi

klotrimazol

Diameter daerah

hambat rata-rata (mm)

5 0.6989 0

10 1 8

15 1.1761 9

20 1.3010 10

Trichophyton

rubrum

25 1.3979 12

5 0.6989 0

10 1 8

15 1.1761 10.5

20 1.3010 12

Trichophyton

mentagrophytes

25 1.3979 15

Page 73: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxiii

Gambar 2 a. Grafik hubungan log konsentrasi antifungi pembanding dengan diameter daerah hambat Trichophyton rubrum

Gambar 2 b. Grafik hubungan log konsentrasi antifungi pembanding dengan diameter daerah hambat Trichophyton mentagrophytes.

Page 74: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxiv

Lampiran 9 Penetapan potensi ekstrak rimpang kecombrang terhadap

antifungi pembanding Klotrimazol

A. Fungi uji Trichophyton rubrum

- KHM ekstrak rimpang kecombrang 100 ppm

- Diameter daerah hambat = 7 mm

- Persamaan regresi kurva standar klotrimazol y=16.0579x – 10.1011

- Y= diameter daerah hambat

- X= log konsentrasi klotrimazol

Y=d=7 mm

Y=16.0579x – 10.1011

7 =16.0579x – 10.1011

X=7+10.1011 16.0579

X=1.0649

Konsentrasi Klotrimazol= antilog X

Antilog X= antilog 1.0649= 11.61 ppm

Potensi bahan uji = Cu Cs

= 100

11,61

= 8,6132 ppm

B. Fungi uji Trichophyton mentagrophytes

- KHM ekstrak rimpang kecombrang 100 ppm

- Diameter daerah hambat = 7 mm

- Persamaan regresi kurva standar klotrimazol y=20.3693x – 13.6073

Page 75: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxv

- Y= diameter daerah hambat

- X= log konsentrasi klotrimazol

Y=d=7 mm

Y=20.3693x – 13.6073

7 =20.3693x – 13.6073

X=7+13.6073 20.3693

X=1.0116

Konsentrasi Klotrimazol= antilog X

Antilog X= antilog 1.0116= 10.27 ppm

Potensi bahan uji = Cu Cs

= 100 10,27

= 9,737 ppm

Page 76: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxvi

Lampiran 10 Hasil pengamatan Jamur Trichophyton rubrum dan

Trichophyton mentagrophytes

Gambar 3. Mikroskop T. rubrum (perbesaran 400 x)

Gambar 4. Mikroskop T.mentagrophytes (perbesaran 400 x)

Gambar 5. fungi uji Trichophyton mentagrophytes

Page 77: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxvii

Gambar 6. fungi uji Trichophyton rubrum.

Gambar 7. Perbedaan medium membuat fungi uji menghasilkan warna yang berbeda (merah kehitaman : T.rubrum dalam medium PDA)

Page 78: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxviii

Lampiran 11 Hasil uji aktifitas ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi

uji.

Gambar 8 a. Hasil penelitian yang menunjukkan aktifitas ekstrak rimpang Kecombrang terhadap Trichophyton mentagrophytes.

Gambar 8 b. Hasil penelitian yang menunjukkan aktifitas ekstrak rimpang Kecombrang terhadap Trichophyton rubrum.

Gambar 9. Hasil penelitian yang menunjukkan aktifitas Klotrimazol terhadap fungi uji Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes.

Page 79: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxix

Lampiran 12 Alat yang digunakan dalam penelitian

Gambar 10 a. Lemari inkubator

Gambar 10 b. Rotary evaporator

Gambar 10 c. Spektrofotometer

Page 80: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxx

Gambar 10 d. Laminary air flow

Gambar 10 e. Refrigerator (lemari es).

Gambar 10 f. Autoklaf

Page 81: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxxi

Lampiran 13 Pengujian biokimia

Gambar 11. Hasil pengujian urease yang dilakukan. Tampak warna sebelum dilakukan uji urease dengan hasilnya setelah diamati selama 2-3 hari berikutnya. A) Trichophyton mentagrophytes; B) Trichophyton rubrum

Page 82: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxxii

Lampiran 14 Hasil analisa kerusakan sel dengan SEM

Gambar 12 a. Kontrol SEM fungi uji Trichophyton rubrum (perbesaran 1500 x)

Gambar 12 b. Kontrol SEM fungi uji Trichophyton rubrum. (perbesaran 5000 x)

Page 83: Horan) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan ... · uji KHM ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi uji dan dibandingkan dengan baku pembanding murni (Klotrimazol) serta dilakukan

lxxxiii

Gambar 13 a. Analisa ekstrak uji SEM fungi Trichophyton rubrum. (perbesaran 2000 x)

Gambar 13 b. Analisa ekstrak uji SEM fungi Trichophyton rubrum. (perbesaran

10000 x)