Upload
ali-rumi
View
41
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
biologi reproduksi
Citation preview
HIPERPIGMENTASI POST INFLAMASI
I. Pendahuluan
Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai pigmen. Yang berperan
pada penentuan warna kulit adalah karoten, melanin, oksihemoglobin dan
hemoglobin dalam bentuk tereduksi. Pigmen yang paling berperan dalam warna
kulit adalah melanin.
Kelainan pigmentasi pada kulit terjadi karena jumlah melanin pada
epidermis kulit.1,2,3
Hiperpigmentasi kulit adalah masalah yang sering terjadi di masyarakat
sehingga banyak pasien mencari terapi untuk memperbaiki penampilan mereka.4
Hiperpigmentasi kulit sering terjadi karena peningkatan deposisi melanin kulit
baik oleh sintetis melanin yang meningkat atau jumlah melanosit yang bertambah.
Perubahan warna kulit tergantung pada lokasi pengendapan melanin. Fitzpatrick
membagi hipermelanosis berdasarkan distribusi melanin dalam klit yaitu
hipermelanosis coklat bila pigmen melanin terletak di dalam epidermis dan
hipermelanosis abu-abu bila pigmen melanin terletak di dalam dermis.5,6
Kebanyakan pigmen kulit manusia terdapat dalam keratinosit setelah
dibuat dalam melanosit dan ditransfer dalam melanosom. Ada perbedaan antar ras
tentang produksi, distribusi, dan degradasi melanosom, tetapi tidak dalam jumlah
melanosit. Penyebab hiperpigmentasi yang paling sering adalah sebagai berikut : 2,3
1. Kongenital
Sebagai contoh diantaranya adalah : neurofibromatosis, sindrom Peutz-Jeghers,
sindrom leopard, dan inkontinensi pigmen.
2. Didapat
Sebagai contoh diantaranya adalah : urtikaria pigmentosam penyakit Addison,
gagal ginjal, hemokromatosis, penyakit hati, karotenemia, akantosis nigrikan,
kloasma, hiperpigmentasi post inflamasi.
1
Hiperpigmentasi post inflamasi sering terjadi pada individu yang berkulit
gelap.7 Selain melasma, HPI adalah salah satu kondisi yang menebabkan pasien
datang kepada dokter untuk mendapatkan perawatan. Pasien lebih banyak datang
karena kelainan pigmentasi daripada penyebab timbulnya masalah kulit ini.5
Penyebab timbulnya HPI adalah karena kelebihan pigmen yang terjadi dalam
berbagai proses penyakit sebelumnya yang mempengaruhi kulit seperti infeksi,
reaksi alergi terhadap obat, trauma misalnya luka bakar, dan penyakit inflamasi
misalnya, liken planus, lupus eritomatosus, dan dermatitis atopik.4,5,6
Hiperpigmentasi post inflamasi adalah kelainan pigmen yang terjadi akibat
akumulasi pigmen setelah terjadinya proses peradangan akut atau kronik. Keadaan
ini disebabkan oleh meningkatnya sintesis melanin sebagai respon peradangan dan
inkontinensia pigmen yaitu terperangkapnya pigmen melanin di dalam makrofag
di bagian atas dermis.6,7
Semua tipe kulit terutama tipe kulit gelap baik pria maupun wanita segala
usia dapat mengalami HPI. Kelainan ini ditandai dengan timbul bercak kecoklatan
hingga hitam yang asimtomatik, berbatas tidak tegas dan sedikit berambut.
Pemeriksaan dengan lampu Wood dapat membedakan akumulasi melanin pada
epidermis dan dermis. Penatalaksanaan yang utama adalah mengobati penyebab
peradangan, edukasi pasien agar menghindari pemakaian kosmetik rias dan
melindungi kulit dari sinar matahari dengan tabir surya, dan dapat digunakan
pengobatan agen topikal pencerah kulit yang efektif tetapi memberikan efek
samping ringan.8,9
II. Definisi
Hiperpigmentasi post inflamasi adalah kelainan pigmentasi kulit yang
disebabkan oleh peningkatan melanin akibat oleh proses inflamasi.
Hipermelanosis ini dapat terjadi pada epidermis, dermis, atau kedua-duanya.5
Hiperpigmentasi post inflamasi adalah kelainan kulit yang sangat umum
terjadi. Sebagian besar dermatosis dapat menyebabkan HPI termasuk psoriasis,
2
infeksi kulit seboroik, infeksi kulit atopi, sarcoidosis, ptiriasis likenoides
kronik.8,10
III. Epidemiologi
Semua ras rentan terhadap HPI tetapi insiden kelainan kulit ini lebih tinggi
pada orang berkulit hitam. Dalam sebuah survey diagnostic terhadap 2000 pasien
Afrika-Amerika yang mencari perawatan dermatologi, diagnosis ketiga yang
paling sering adalah gangguan pigmen dimana HPI merupakan diagnosis paling
banyak.7
Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa HPI cenderung
terjadi pada pasien berkulit hitam daripada pasien berkulit putih.2,4,6,7
IV. Etiologi
Ada banyak jenis peradangan pada kulit yang dapat menyebabkan
perubahan pigmen namun beberapa penyakit menunjukkan kecenderungan untuk
menyebabkan HPI daripada hipopigmentasi. Etiologi HPI adalah infeksi seperti
dermatofitosis atau eksema virus, reaksi alergi seperti gigitan serangga atau
dermatitis kontak, penyakit papuloskuamous seperti psoriasis atau liken planus,
akibat induksi obat seperti reaksi hipersensitivitas, cedera kulit karena iritasi dan
luka bakar akibat prosedur kosmetik. Namun penyebab umum HPI di kulit adalah
akne vulgaris, dermatitis atopi, dan impetigo. Bahkan hiperpigmentasi post
inflamasi merupakan gejala sisa yang sering pada akne pasien berkulit gelap.7,8,10
Hiperpigmentasi post inflamasi dapat terjadi karena proses berbagai
penyakit yang mempengaruhi kulit misalnya alergi, infeksi, dan trauma.
Photothermolysis laser fractional kadang-kadang menyebabkan HPI. Penyakit
peradangan yang menyebabkan HPI adalah akne, liken planus, Sistemik Lupus
Eritematous (SLE), dermatitis kronis, dan kutaneus T-cell limfoma terutama
varian eritroderma. Paparan sinar UV dan berbagai bahan kimia dan obat-obatan
seperti tetrasiklin, doxorubicin, bleomycin, 5-flourourasil, busulfan, arsenik,
perak, emas, obat antimalaria, hormone, dan klofazimin dapat menyebabkan
HPI.4,7
3
V. Patogenesis
Hiperpigmentasi post inflamasi terjadi akibat kelebihan produksi melanin
atau tidak teraturnya produksi melanin setelah proses inflamasi. Jika HPI terbatas
pada epidermis, terjadi peningkatan produksi dan transfer melanin ke keratinosit
sekitarnya. Meskipun mekanisme yang tepat belum diketahui, peningkatan
produksi dan transfer melanin dirangsang oleh prostanoids, sitokin, kemokin, dan
mediator inflamasi serta oksigen reaktif yang dilepaskan selama inflamasi.
Beberapa studi menunjukkan difat terangsang melanosit diakibatkan oleh
leukotrien (LT), seperti LT-C4 dan LT-D4, prostaglandin E2 dan D2,
tromboksan-2, interleukin-1 (IL-1), IL-6, Tumor Nekrosis Faktor-α (TNF-α),
faktor pertumbuhan epidermal, dan spesi oksigen reaktif seperti Nitrit Oksida.
HPI pada dermis terjadi akibat inflamasi yang disebabkan kerusakan keratinosit
basal yang melepaskan sejumlah besar melanin. Melanin tersebut ditangkap oleh
makrofag sehingga dinamakan melanofag. Melanofag pada dermis bagian atas
pada kulit yang cedera memberikan gambaran biru abu-abu.4,7
VI. Gejala Klinis
Proses inflamasi awal pada HPI biasanya bermanifestasi sebagai makula
atau bercak yang tersebar merata. Tempat kelebihan pigmen pada lapisan kulit
akan menentukan warnanya. Hipermelanosis pada epidermis memberikan warna
coklat dan dapat hilang berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tanpa pengobatan.
Sedangkan hipermelanosis pada dermis memberikan warna abu-abu dan biru
permanen atau hilang selama periode waktu yang berkepanjangan jika dibiarkan
tidak diobati.6,7
Distribusi lesi hipermelanosit tergantung pada lokasi inflamasi. Warna lesi
berkisar antara warna coklat muda sampai hitam dengan penampakan warna
coklat lebih ringan jika pigmen dalam epidermis dan penampakan warna abu-abu
gelap jika pigmen dalam dermis.7
4
VII. Diagnosis
Diagnosis HPI berdasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan
gambaran klinis yang akurat. Anamnesis yang cermat dapat membantu
menegakkan diagnosis. Anamnesis yang dapat mendukung penegakan diagnosis
HPI adalah riwayat penyakit sebelumnya yang mempengaruhi kulit seperti
infeksi, reaksi alergi, luka mekanis, reaksi obat, trauma (misalnya luka bakar), dan
penyakit inflamasi seperti akne vulgaris, liken planus, dan dermatitis atopi.6
Pemeriksaan lampu Wood dapat digunakan untuk membedakan HPI pada
epidermis dan HPI pada dermis. Lesi pada epidermis cenderung memberikan
batas tegas di bawah pemeriksaan lampu Wood. Sedangkan lesi pada dermis tidak
menonjol pada pemeriksaan lampu Wood. Jika sebelum inflamasi, dermatosis
tidak jelas atau tidak ada, biopsi kulit dapat dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab lain hiperpigmentasi. Pewarnaan pada spesimen biopsy dengan
menggunakan perak Fontana-Masson memudahkan penentuan lokasi melanin
pada epidermis atau dermis.4
VIII. Diagnosis Banding
Diagnosis banding HPI yang terutama adalah :
1. Melasma
Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umumnya simetris berupa
makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua. Dapat
mengenai area yang terpajan sinar ultra violet dengan tempat predileksi pada pipi,
dahi, daerah atas bibir, hidung dan dagu. Namun kadang-kadang dapat dijumpai
pada leher dan lengan atas.7
5
2. Lentiginosis
Lentigo adalah makula coklat atau coklat kehitaman berbentuk bulat atau
polisiklik. Lentiginosis adalah keadaan timbunya lentigo dalam jumlah yang
banyak atau dengan distribusi tertentu. Lentiginosis disebabkan karena jumlah
melanosit pada hubungan dermo-epidermal tanpa adanya proliferasi lokal.7
3. Efelid
Efelid berupa makula hiperpigmentasi berwarna coklat terang yang timbul
pada kulit yang sering terkena sinar matahari. Pada musim panas jumlahnya akan
bertambah lebih besar dan gelap.7
6
IX. Pengobatan
Terapi HPI cenderung menjadi proses yang sulit dan sering memakan
waktu 6-12 bulan untuk mencapai hasil yang diinginkan, masing-masing pilihan
pengobatan berpotensi meningkatkan hipermelanosis epidermis. Tetapi tidak ada
yang terbukti efektif untuk hipermelanosis dermal. Penggunaan faktor
perlindungan matahari-15 (SPF-15) spektrum luas atau lebih merupakan bagian
penting dari setiap regimen terapi.11,12
Terapi HPI harus dimulai dengan mengatasi peradangan pada kulit yang
mendasrinya. Memulai pengobatan dini untuk HPI dapat membantu mempercepat
resolusi dan mencegah hiperpigmentasi lebih lanjut. Namun sangat penting untuk
memperhatikan dan mengevaluasi pengobatan yang telah diberikan karena jika
tidak berhati-hati dapat menyebabkan iritasi sehingga memperburuk HPI. Ada
berbagai obat dan prosedur di samping fotoproteksi yang dapat secara aman dan
efektif mengobati HPI pada pasien berkulit gelap. Agen topikal depigmentasi
seperti hidrokuinon, asam azelat, kojic acid, ekstrak licorice, dan retinoic 0,1-
0,4% dapat dgunakan bersamaan dengan salep hidrokuinon-asam laktat.
Kombinasi dari berbagai agen terapi topikal telah terbukti bermanfaat terutama
pada wajah. Prosedur seperti chemexfoliation dan terapi laser juga dapat
dimasukkan ke dalam manajemen terapi jika diperlukan.11
1. Fotoproteksi
Fotoproteksi merupakan terapi HPI yang tidak dapat diabaikan dan
penting untuk mencegah memberatnya HPI. Edukasi pasien tentang penggunaan
tabir surya spektrum luas dalam kehidupan sehari-hari dengan faktor perlindungan
7
matahari-30 (SPF-30) sambil menghindari paparan sinar matahari secara langsung
karena efek sinar UV merupakan faktor penting penyebab hiperpigmentasi.1
Studi klinis telah menunjukkan bahwa kadar vitamin D dalam serum
berkurang pada pengguna tabir surya dibandingkan dengan yang tidak
menggunakannya tetapi kadarnya masih dalam batas normal. Hal ini tidak begitu
penting bagi individu berkulit gelap yang berisiko untuk kekurangan vitamin D
karena konsentrasi melanin inheren lebih tinggi dalam kulit. The American
Academy of Dermatology telah menyatakan bahwa kelompok-kelompok yang
beresiko kekurangan vitamin D termasuk individu berkulit helap memerlukan
vitamin D total dosis harian 1000 IU yang dapat diperoleh melalui diet dan
suplemen. Oleh karena itu, konseling dan pendidikan amat penting dilakukan
untuk menganjurkan penggunaan tabir surya spetrum luas sehari-hari dengan SPF
30, menghindari paparan sinar matahari secara langsung dan asupan makanan
kaya vitamin D seperti salmon dan minyak hati ikan.1
2. Terapi Medis
Hidrokuinon (HQ) merupakan yang utama dalam terapi HPI. Ini adalah
senyawa fenolik yang menghalangi konversi dihydroxyphenylalanine (dopa)
untuk menghambat melanin oleh tirosinase. Mekanisme kerjanya melibatkan
inhibisi, sintesis asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA)
secara selektif tergadap sitotoksisitas melanosit dan degradasi melanosom.
Hidrokuinon umumnya digunakan pada konsentrasi dari 2 sampai 4 %.1
Monoterapi hidrokuinon efektif dalam terapi HPI, tetapi saat ini HQ telah
dikombinasikan dengan agen lainnya, seperti retinoid, antioksidan, asam glikolat,
tabir surya, dan kortikosteroid untuk meningkatkan efektifitasnya. Cook-Bolden et
al menyatakan kombinasi HQ 4% dan retinol 0,15% dengan antioksidan selama
12 minggu pada 21 pasien menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dalam
ukuran lesi, pigmentasi, dan tingkat keparahan penyakit pada minggu ke-
4.Analisis dengan spektofotometer reflektansi statisik menunjukkan hasil yang
sama. Terjadi penurunan yang signifikan kadar melanin pada minggu ke-4.
Sebuah penelitian yang sama dilakukan pada mayoritas pasien berkulit gelap yang
8
diberi terapi HQ 4%, retinol 0,15% dan tabir surya. Hasilnya adalah agen ini aman
dan efektif untuk HPI dan melasma.1
Penggunaan jangka panjang hidrokuinon 4% yang dikombinasikan dengan
retinoid dapat menyebabkan iritasi. Namun penggunaan bersama kortikosteroid
topikal dapat mengurangi iritasi sehingga mengurangi resiko hiperpigmentasi
lebih lanjut. Formulasi awal formula Kligman yang berisi 5% HQ, 0,1% tretinoin,
dan 0,1 deksametason adalah salah satu kombinasi yang efektif. Agen kombinasi
dengan efek yang mengandung 4% HQ, tretinoin 0,05% dan 0,01% asetonid
fluokinolone. Kombinasi ini telah terbukti aman dan efektif dalam pengobatan
melasma, photoaging dan sukses dalam praktek klinis untuk mengobati HPI.
Namun studi klinis masih diperlukan untuk mengevaluasi penggunaan pada terapi
HPI.1
Asam topikal azelat, yang telah disetujui untuk pengobatan jerawat
vulgaris, juga berguna untuk HPI. Ini mungkin digunakan untuk mengobati akne
dengan HPI yang cenderung untuk berkembang. Manfaat krim tazarotene 0,1%
untuk pengobatan akne vulgaris mungkin bermanfaat terutama pada orang dengan
kulit gelap untuk membantu meminimalkan abnormalitas pigmen. Modalitas
pengobatan lain termasuk penggunaan asam trikloroasetat dan cryotherapy lembut
dengan nitrogen cair. Setiap metode harus digunakan dengan sangat hati-hati
untuk menghindari nekrosis. Metode pengobatan ini harus berhati-hati pada
pasien berkulit gelap karena risiko depigmentasi permanen dan jaringan parut.1
Retinaldehid (RAL) telah menunjukkan aktivitas depigmentasi, sedangkan
Glicolic Acid (GA) mengurangi kelebihan pigmen dan berperan pada proses
repithelisasi. Kombinasi RAL 0,1% dan GA 6% RALGA (Diacneal) dalam
pengobatan akne vulgaris dan HPI telah terbukti berhasil.1
X. Prognosis
Hiperpigmentasi Post Inflamasi cenderung memudar seiring waktu dan
terapi. Sisa-sisa hiperpigmentasi epidermal dapat bertahan untuk jangka waktu
yang lama, biasanya 6-12 bulan setelah penyembuhan proses awal inflamasi.1
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Davis EC, Callender VD. Postinflammatory Hyperpigmentation; The
Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. 2011
2. Woolery Heather., Lloyd MD., Kammer., N. Jenna., BA. Treathment of
Hyperpigmentation. 2011
3. Wolff, Klaus., Johnson RA. Pigmentary Disorder. Fitzpatrick Color Atlas
& Synopsis of Clinical Dermatology. 6th Ed. San Fransisco. 2009. P334-
48
4. Hilde Lapeere, Boone Barbara. Disorders of Melanocyts : Hypermelanosis
and Hypomelanosis. Dalam: Klaus Wolff and Richard Allen Johnson,
Fitzpatrick Dermatology in General Medicine. 7th Ed. San Fransisco.
2006. P622-40
5. Burns Tony, Breathnatt Stephen. Disorders of Skin Colour. Dalam :
Rook’s Textbook of Dermatology. 8th Ed. Wiley-Blackwell Publishing.
Oxford. 2010. P2952-3
6. James WD, Berger TG. Disturbances of Pigmentation. Dalam : Andrew’s
Diseases of the Skin, Clinical Dermatology. 10th Ed. Ssan Francisco.
2000. P854
7. Soepardiman Lily. Kelainan Pigmen. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi V. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. hal.
289-302
10