Upload
phungtram
View
244
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA ANEMIA, USIA IBU, DAN
RIWAYAT KEHAMILAN MULTIPARA DENGAN
KEJADIAN PERSALINAN PRETERM
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Oleh :
GRAVIDYAN KUSUMANINGTYAS
J 500 140 052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA ANEMIA, USIA IBU, DAN RIWAYAT
KEHAMILAN MULTIPARA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN
PRETERM
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
GRAVIDYAN KUSUMANINGTYAS
J 500 140 052
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Pembimbing
dr. Safari Wahyu Jatmiko, M.Si.Med.
NIP/NIK: 1362
ii
HALAMANA PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA ANEMIA, USIA IBU, DAN RIWAYAT
KEHAMILAN MULTIPARA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN
PRETERM
OLEH:
GRAVIDYAN KUSUMANINGTYAS
J 500 140 052
Telah dipertahankan di depn Dewan Penguji
dan Pembimbing Utama Skripsi
Fakultas Kedokteran Universita Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Januari 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
Dewan Penguji:
1. dr. Anika Candrasari, M.Kes. (...........................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. dr. Nur Mahmudah, M.Sc. (...........................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. dr. Safari Wahyu Jatmiko, M.Si.Med. (...........................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Prof. DR. Dr. EM Sutrisna, M.Kes.
NIK: 919
iii
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka saya akan mempertanggung jawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 10 Januari 2018
Penulis,
GRAVIDYAN KUSUMANINGTYAS
J 500 140 052
1
HUBUNGAN ANTARA ANEMIA, USIA IBU, DAN RIWAYAT
KEHAMILAN MULTIPARA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN
PRETERM
Abstrak
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin <11 gr% pada
trimester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5 gr% pada trimester 2. Usia reproduksi sehat
adalah usia antara 20 – 35 tahun. persalian preterm meningkat pada usia < 20
tahun dan >35 tahun. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara anemia, usia ibu, riwayat kehamilan multipara dengan kejadian persalinan
preterm. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain
penelitian cross sectional dan dilakukan pada bulan Desember 2018 di RSUD dr.
Soeselo Kabupaten Tegal. Sampel dalam penelitian sebesar 106 responden yang
diperoleh menggunakan teknik non probability sampling dengan teknik
consecutive sampling. Data yang digunakan dalam adalah data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari hasil rekap medis pada tanggal 1 Januari 2016 – 31 Desember
2017. Data dianalisi dengan uji univariat, bivariat, multivariat. Hasil uji Chi
square didapatkan terdapat hubungan antara anemia dengan kejadian persalinanan
preterm di RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal dengan nilai p-value sebesar
0.047. Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian persalinan preterm di
RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal dengan nilai p-value sebesar 0.035. Ada
hubungan antara riwayat kehamilan multipara dengan kejadian persalinanan
preterm di RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal dengan nilai p-value sebesar
0.028. Kesimpulan dari penelitian ini ada ada hubungan yang signifikan antara
usia ibu dengan kejadian persalinan preterm.
Kata Kunci: anemia, usia, kehamilan multipara, persalinan preterm
Abstract
Anemia in pregnancy is a condition with hemoglobin levels <11 gr% in the 1st
and 3rd trimesters or Hb levels <10.5 gr% in the second trimester. Healthy
reproduction age is between 20 - 35 years of age. Preterm increases at <20 years
and> 35 years. The purpose of this study was to determine the relationship
between anemia, maternal age, history of multipara pregnancy with the incidence
of preterm labor. The method used in this study used a cross-sectional study
design and was conducted in December 2018 at the RSUD dr. Soeselo, Tegal
Regency. The sample in the study amounted to 106 respondents obtained using
non probability sampling techniques with consecutive sampling technique. The
data used in the secondary data is the data obtained from the results of the medical
recap on January 1, 2016 - December 31, 2017. Data were analyzed by univariate,
bivariate, multivariate tests. The Chi square test results showed that there was a
relationship between anemia and the incidence of preterm delivery in dr. Soeselo
Tegal Regency with a p-value of 0.047. There is a relationship between the age of
the mother and the incidence of preterm labor in RSUD dr. Soeselo Tegal
Regency with a p-value of 0.035. There is a relationship between the history of
multiparous pregnancy and the incidence of preterm delivery in the RSUD dr.
2
Soeselo Tegal Regency with a p-value of 0.028. The conclusion of this study is
that there is a significant relationship between the age of the mother and the
incidence of preterm labor.
Keywords: anemia, age, multiparous pregnancy, preterm labor
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk
yang sangat tinggi. Di Kabupaten Tegal AKB dalam kurun lima tahun cenderung
naik dengan angka kematian bayi tahun 2015 sebesar 9,6 per 1000 kelahiran hidup
atau 299 kematian bayi dari 27.270 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2016).
Sedangkan angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Tegal termasuk dalam
kategori lima besar kematian ibu tertinggi di Jawa Tengah sebesar 33 kasus.
Persalinan preterm merupakan kelahiran janin dengan usia kehamilan belum
mencapai 37 minggu dengan berat lahir dibawah 2500 gram (Cunningham, 2013).
Persalinan preterm berkisar 6-10% dari seluruh kehamilan, menyumbang 34%
dari kematian neonatal dan 75% morbiditas neonatal. Di Indonesia, angka
persalinan preterm tinggi 14% dari 4 juta kelahiran (Kemenkes, 2016). Menurut
Prawirohardjo (2014), penyebab utama dari persalinan preterm belum diketahui
secara pasti namun ada beberapa keadaan medis yang dapat mempengaruhi
persalinan preterm.
Menurut Saifuddin (2010), anemia dalam kehamilan adalah kondisi
dengan kadar hemoglobin <11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5
gr% pada trimester 2. Anemia adalah salah satu penyebab 40% kematian ibu di
negara berkembang (Rukiyah, 2010). Adapun beberpa Faktor resiko yang dapat
mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi,
infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan haemoglobin. Selain itu, anemia
dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan
dan nifas.
Usia ibu merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
persalinan preterm. Karena persalian preterm meningkat pada usia < 20 tahun dan
>35 tahun. Hal ini disebabkan karena pada usia < 20 tahun sistem organ belum
matang untuk menerima proses kehamilan dan persalinan sehingga dapat
3
merugikan kesehatan ibu dan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
janin. Sedangkan pada usia > 35 tahun juga dapat menyebabkan persalinan
persalinan preterm karena sistem reproduksinya sudah menurun (Suririnah, 2008).
Paritas merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan persalinan
preterm. Ibu dengan paritas tinggi cenderung akan mengalami komplikasi
kehamilan yang dapat berpengaruh pada hasil persalinan, karena paritas tinggi
rawan dengan kejadian obstetri patologi yang bersumber pada paritas tinggi,
antara lain perdarahan antenatal, atonia uteri, preeklampsia.hal ini disebabkan
pada ibu yang lebih dari satu kali mengalami kehamilan dan persalinan sehingga
fungsi reproduksinya telah mengalami penurunan (Sunitri, 2008).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui
seberapa besar hubungan antara anemia, usia, dan riwayat kehamilan multipara
dengan kejadian persalinan preterm di RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal.
2. METODE
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional untuk mempelajari hubungan antara anemia, usia, dan riwayat
kehamilan multipara dengan kejadian persalinan preterm. Sampel dari penelitian
ini menggunakan data rekam medis sesuai dengan kriteria inklusi. Cara
pengambilan sampel dengan menggunakan consecutive sampling. Berdasarkan
rumus besar sampel didapatkan 106 sampel. Instrumen pada penelitian ini adalah
dengan melihat data sekunder yaitu catatan medis pasien yang masuk bagian
Obstetri dan Ginekologi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik subjek penelitian
Tabel 1 Karakteristik subjek penelitian
Variabel Persalinan preterm
p-value Preterm Tidak preterm Total
Kejadian
Anemia
Anemia 19 (48.7%) 20 (51.3%) 39
0.047 Tidak
Anemia 47 (70.1%)
20(29.9%) 67
4
Total 66 (62.3%) 40 (37.7%) 106
Usia
< 20 dan >
35 tahun 35 (74.5%)
35 (74.5%) 47
0.035 20-35 tahun 31 (52.5%) 28 (47.5%) 59
Total 66 (62.5%) 40 (37.7%) 106
Riwayat
Kehamilan
Multipara
Multipara 39 (73.6%) 14 (26.4%) 53
0.028 Primipara 27 (50.9%) 27 (50.9%) 53
Total 66 (62.3%) 40 (37.7%) 106
Sumber: Data Primer
3.2 Hasil Uji Multivariat
Tabel 2. Hasil Regresi Logistik
Variabel B OR
(exp.B)
IK 95% p-
value Min Max
Anemia
Usia
Riwayat Kehamilan Multipara
Constant
-.794
-
1.028
-.978
.872
0.452
0.358
0.376
2.392
0.190
0.149
0.159
1.075
1.857
1.887
.072
.021
.026
.044
Sumber: Data Primer
Dari hasil uji regresik logistik, didapatkan hasil bahwa:
Nilai OR (exp. B) Constant benilai positif, sehingga variabel Anemia,
Usia dan riwayat kehamilan multipara terhadap terjadinya persalinan preterm.
Sehingga ibu yang anemia, usia <20 tahun / > 35 tahun serta ibu yang mempunyai
riwayat kehamilan multipara mempunyai resiko 2.392 kali lipat beresiko
mengalami persalinan preterm dibandingkan ibu yang tidak anemia, usia
reproduksi (20-35 tahun) dan ibu yang mengalmi riwayat kehamilan primipara.
Nilai OR (exp. B) variabel anemia sebesar 0.452, sehingga responden yang
anemia mempunyai resiko 0.452 kali lipat lebih besar mengalami perasalinan
preterm dibandingkan ibu yang tidak anemia.
Nilai OR (exp. B) variabel usia sebesar 0.358, sehingga ibu yang usianya <
20 tahun dan > 35 tahun mempunyai resiko mengalami persalinan preterm 0.358
kali lipat dibandingkan ibu yang usianya reproduktif (20 tahun – 35 tahun).
5
Nilai OR (exp. B) variabel riwayat kehamilan multipara sebesar 0.376,
sehingga ibu yang mempunyai riwayat kehamilan multipara mempunyai resiko
persalinan preterm 0.376 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang primipara.
3.3 Pembahasan
Penelitian ini menggunakan 106 sampel ibu yang melahirkan di RSUD dr.
Soeselo Kabupaten Tegal yang diambil berdasarkan kriteria inklusi saja yang
diambil, yaitu Ibu melahirkan secara preterm, ibu yang melahirkan dengan
anemia, usia ibu berisiko < 20 tahun dan > 35 tahun, dan riwayat kehamilan
multipara. Selain itu sampel yang memenuhi kriteria ekslusi dikeluarkan dari
penelitian, yaitu kehamilan hidramnion, kehamilan polihidramnion, ketuban pecah
dini, gemelli , preeklampsia – eklampsia, serotinus, fetal distress. Pengelompokan
kriteria ini berfungsi supaya data yang diambil dapat bersifat homogen dan untuk
menghilangkan kemungkinan penyebab lain terjadinya persalinan preterm
sehingga dapat meningkatkan keakuratan hasil penelitian.
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara anemia dengan
persalinan preterm hasil Chi Square didapatkan p-value 0.047 < 0.05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara anemia
dengan terjadinya persalinan preterm di RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal,
karena Pada ibu hamil terjadi perubahan hamatologi Karena perubahan sirkulasi
yang makin meningkat terhadap plasenta. Volume plasma meningkat 45-65%
dimulai pada trimester II kehamilan dan maksimal pada bulan ke-9 dan meningkat
sekitar 1000 ml. Anemia pada ibu hamil paling banyak karena kekurangan zat besi
(Rukiyah, 2010).
Jika zat besi rendah di dalam tubuh maka pembentukan eritrosit akan
terganggu sehingga produksi sel darah merah akan berkurang. Sel darah merah
yang berkurang akan mengakibatkan hemoglobin menurun sehingga transportasi
oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, sehingga metabolism tubuh
akan menurun sehingga dapat menyebabkan stress dan hipoksia pada janin yang
dapat berakibat pengaktifan HPA maternal-fetus kemudian merangsang
peningkatan CRH plasenta yang dapat menyebabkan persalinan preterm
(Manuaba, 2012).
6
Penelitian ini juga didukung berdasarkan penelitian Sudiat (2015)
didapatkan pengaruh anemia pada ibu hamil terhadap persalinan preterm di RSUD
Tugurejo Semarang periode Januari 2014 – September 2015 dengan hasil uji
statistik diperoleh nilap p= 0,041 (<0,05), artinya anemia merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya persalinan preterm. Ibu yang mengalami anemia akan
menyebabkan asupan makanan dan oksigen ke rahim menjadi berkurang,
sehingga menyebabkan janin tidak dapat bertumbuh dengan optimal. Hal ini akan
memicu terjadinya persalinan preterm (Prawirohardjo, 2014).
Menurut penelitian Wahyuni (2010) ibu yang mengalami anemia
mempunyai resiko 2,667 kali lipat mengalami persalinan preterm dibanding
dengan ibu yang tidak mengalami anemia. Dalam penelitian tersebut jelas bahwa
ada hubungan antara anemia dengan kejadian persalinan preterm.
Penelitian menurut Nasyidah (2011) anemia yang dialami oleh ibu
multigravida sebanyak 52,6% karena tingkat pendidikan sanagat berpengaruh
terhadap anemia. Semakin tinggi tingkat pendidikan, jumlah anemia pada ibu
hamil menurun dan semakin rendah pendidikan maka jumlah anemia meningkat.
Bahaya anemia selama proses kehamilan dapat terjadi seperti abortus, hambatan
tumbuh kembang janin, mudah terkena infeksi, hiperemis gravidarum, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini (Rabson, 2011).
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara usia ibu dengan
persalinan preterm hasil Chi Square didapatkan p-value 0.035 < 0.05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan
terjadinya persalinan preterm di RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal, karena
Persalinan preterm lebih banyak terjadi pada usia beresiko, yaitu usia kurang dari
20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Cunningham, 2013), pada usia kurang 20 tahun
secara gizi dan alat reproduksi belum matang menerima kehamilan dan belum
siap untuk melahirkan janin, sehingga peredaran darah ke uterus kurang sempurna
sehingga pemberian nutrisi pada janin akan berkurang dan dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin dan ibu akan terhambat,
sedangkan pada ibu hamil usia lebih dari 35 tahun juga dapat menyebabkan
persalinan preterm karena kemampuan sistem reproduksi sudah mengalami
7
penurunan sehingga dapat mempengaruhi pada proses kehamilanya karena umur
ibu yang sudah berisiko tinggi (Kristiyanasari, 2010). Ada beberapa faktor risiko
yang dapat mempengaruhi kehamilan diatas usian 35 tahun yang berdampak pada
morbiditas dan mortalitas bayi yang akan dilahirkanya, yaitu : Kesuburan
menurun, diabetes mellitus, cacat bawan janin, eklampsia atau preeklampsia,
kelainan kromosom, keguguran, perdarahan antepartum, operasi sesar, plasenta
previa, malformasi meningkat.
Pada penelitian Ningrum (2017) nilai OR (odd ratio) didapatkan sebesar
2,515, yang artinya usia merupakan faktor resiko terjadinya persalinan preterm.
Hal tersebut ditunjukan bahwa usia berisiko (<20 dan >35) memiliki
kemungkinan 2,515 kali lebih berisiko mengalami persalinan preterm
dibandingkan dengan ibu yang tidak termasuk usia tidak berisiko (20-35).
Menurut hasil penilitian Idaningsih (2015) didapatkan ibu dengan usia
lebih muda mempunyai peluang 2,6 kali lebih besar akan mengalami persalinan
preterm dibandingkan dengan ibu dengan usia normal. Dalam penelitian tersebut
jelas terdapat hubungan usia dengan kejadian persalinan preterm karena berkaitan
dengan keadaan system organ reproduksi yang belum matang. Secara fisik dan
mental usia yang baik untuk hamil berkisar 20-35 tahun. Pada usia tersebut alat
reproduksi sudah siap dan berfungsi secara maksimal, sehingga mengurangi
berbagai faktor resiko selama proses kehamilan.
Selain itu dalam penelitian Pantiawati (2013) hasil analisis dengn uji chi-
square p-value 0,004, yang berarti ibu dengan usia berisiko mengalami persalinan
preterm lebih besar disbanding dengan usia tidak berisiko.
penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Rahmawati (2013)
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan preterm di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian persalinan preterm.
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara riwayat kehamilan
multipara dengan persalinan preterm hasil Chi Square didapatkan p-value 0.028 <
0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
riwayat kehamilan multipara dengan terjadinya persalinan preterm di RSUD dr.
8
Soeselo Kabupaten Tegal, karena . Ibu dengan paritas tinggi cenderung akan
mengalami komplikasi kehamilan yang dapat berpengaruh pada hasil persalinan,
karena paritas tinggi rawan dengan kejadian obstetri patologi yang bersumber
pada paritas tinggi, antara lain perdarahan antenatal, atonia uteri, preeklampsia.hal
ini disebabkan pada ibu yang lebih dari satu kali mengalami kehamilan dan
persalinan sehingga fungsi reproduksinya telah mengalami penurunan sehingga
dapat menyebabkan persalinan preterm.
Penelitian ini didukung berdasarkan hasil penelitian Saifuddin (2009)
menyatakan bahwa wanita yang pernah melahirkan lebih dari satu kali atau yang
termasuk paritas tinggi mempuyai faktor resiko yang lebih tinggi mengalami
persalinan preterm karena menurunya fungsi alat reproduksi dan meningkatnya
faktor resiko.
Hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian Wijayanti (2015)
menyatakan resiko kesehatan ibu dan anak meningkat pada persalinan pertama,
keempat, dan seterusnya. Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan resiko
kesehatan yang timbul karena ibu belum pernah mengalami kehamilan
sebelumnya, selain itu jalan lahir baru akan dicoba dilalui janin. Sebaliknya jika
terlalu sering melahirkan rahim akan menjadi semakin lemah karena jaringan
parut uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini menyebabkan tidak
adekuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta tidak mendapat aliran
darah yang cukup untuk menyalurkan nutrisi ke janin akibatnya pertumbuhan
janin terganggu sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya persalinan
preterm.
Hasi penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Paembonan
(2013) meneliti tentang resiko kejadian kelahiran prematur di RSIA Siti fatimah
Makassar yang menunjukan bahwa paritas bukanlah merupakan faktor risiko
kejadian persalinan preterm. Jumlah responden dengan paritas yang berisiko atau
paritas 1 atau ≥ 4 yang cukup banyak yaitu 43,5% pada kelompok ibu hamil yang
mengalami persalinan preterm menyebabkan hasil analisis yang menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara variabel paritas dengan kejadian
persalinan preterm. Pada paritas 1 atau primigravida resiko ibu mengalami
9
komplikasi preeklampsia dan eklampsia lebih tinggi, sedangkan preeklampsia-
eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang berdampak pada
morbiditas dan mortalitas dari ibu maupun bayi yang yang akan dilahirkan.
Komplikasi yang dialami oleh ibu seperti preeklampsia maupun eklampsia
cenderung menyebabkan kehamilan harus diterminasi sehingga meningkatkan
risiko untuk terjadinya persalinan preterm.
Penelitian ini anemia sebagai faktor yang paling dominan mempengaruhi
persalinan preterm di RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal. Hal ini ditinjau dari
nilai explanatory B (exp B), variabel anemia sebesar 0,452 lebih besar daripada
nilai exp B variabel riwayat kehamilan multipara sebesar 0,378. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian Nadhifah (2012) yaitu faktor yang paling
mempengaruhi seorang bayi lahir preterm adalah kadar hemoglobin ibu.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD dr. Soeselo Kabupaten
Tegal disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara anemia, usia ibu, dan riwayat
kehamilan multipara dengan kejadian persalinan preterm.
DAFTAR PUSTAKA
American College of Obstetricans and Gynecologist. 2016. Management Of
Preterm Labor. (Online) Available at: https://www.obstetrics-
gynaecology-journal.com/article/S1751-7214(15)00193-1/pdf (Diakses
20 Agustus 2018)
Anasari, Tri, Pantiawati, Ika. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Persalinan Preterm Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Tahun 2013. Jurnal Kebidanan. Vol. VIII. pp.1-126.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 2014. Panduan Praktis Administrasi Klaim
Fasilitas Kesehatan. Jakarta.
Badan Pusat Statistis. 2016. Data Statistik Indonesia. Jumlah Penduduk menurut
Kelompok umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
Benson, R.,C., Pernoll, M.,L. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Edisi 9.
Jakarta: EGC. pp: 463-465.
10
Canhaco, E., E., Bergamo, A., M., Lippi, U., G. 2015. Perinatal Out Comes in
Women Over 40 Years of Age Compared to Those of Other Gestations.
Journal Einstein. 13 (1): 58-64
Cuningham, F., Lenovo, & Bloom. 2013. Williams Obstetic. Edisi 24. Jakarta:
EGC. pp: 180-187.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2016. Profil Kesehatain Jawa Tengah.
Depkes RI. 2010. Pusat Data dan Intermasi Kementerian RI.
Dorland, Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.
pp: 89.
Gravett, M., G., Rubens, C., E., Nunes, T., M. 2010. Global Report On Preterm
Birth And Stillbirth (3 Of 7) : Discovery Science. Biomed Central
Pregnancy And Childbirth. 2010; 10(1): S2.
Idaningsih, Ayu. 2015. Faktor - faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan
Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Jurnal
Kampus Stikes YPIB Majalengka. Vol IV. pp. 3458 - 3521
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pusat Data dan Informasi
Kementrian RI.
Koniyo, M., A., Arsunan, Arsin. 2013. Determinan Kejadian Kelahiran Prematur
di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei. Saboe Kota
Gorontalo. Jurnal Masyarakat Epidemiologi. 2(2): pp.6-9.
Krans, E., E., Davis, M., M. 2012. Preventing Low Assosiated with Preterm Birth
in Gaza Strip: Hospital-Based Case-Control Study. AJOG.206(5). pp:
1132-41.
Krisnadi, S., R., Effendi, J., S. 2011. Panduan Pengelolaan Persalinan Preterm
Nasional. Bandung: Himpunan Kedokteran Fetomaternal Pagi. pp: 7.
Kristiyanasari, W. 2012. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika
Manuaba, I., G., B. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. 2 ed. Jakarta : EGC. pp: 164-6.
Muhihi, A. 2016. Risk factors for small for gestational age and preterm births
among 19,269 Tanzanian newborns. (Online) Available at:
https://bmcpregnancychildbirth.biomedcentral.com//artocles/10.1186/5/2
884-016-0900-5. (Diakses 21 Agustus 2018)
Nadhifah, dkk. 2012. Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Bayi Lahir
Prematur Dengan Model Regresi Logistik Biner Menggunakan Metode
Bayes. Jurnal Gaussian.
11
Nasyidah. 2011. Hubungan Anemia dan Karakteristik Ibu Hamil Di Puskesmas
Alianyang Pontianak. Thesis. Universitas Tanjungpura Pontianak.
Norwitz, E., Schorge, J., O. 2008. At A Glance Obstetri & Ginekologi. Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Erlangga. pp: 118-9.
Notoatmodjo, S. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rienaka Cipta.
pp: 27, 37.
Offiah, I., Donoghue, K., O., Kenny, L. 2012.Clinical risk factors for preterm
birth. Preterm birth: mother and child. BMJ Open. pp: 74-94.
Oroh, S., Eddy, S., Hermie, M., M., Tendean, 2015. Karakteristik Persalinan
Prematur di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal E-Clinic. 3(2):
pp 6-7.
Oxorn, H., Forte, William, R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan. Jakarta: Essentia Medica. pp: 74-92.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp: 139-147.
Rakhma, Dwi, Yuslianti. 2013. Hubungan Usia Ibu Hamil Resiko Tinggi Dengan
Persalinan Premature Di RSUD Bangil Tahun 2013. Jurnal Kebidanan. Vol. VII .
pp.274-386.
Rahmawati, Dian. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Persalinan Preterm di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan.
Robson. 2011. Maternal Stress and Preterm Birth. Journal Epidemiology. Vol.
159.
Rukiyah, A., Yulianti, L. & Liana, M. 2010. Asuhan Kebidanan (Patologi
Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media. pp: 22-24.
Rustam, Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Edisi ketiga. Jakarta: EGC
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh. 2015. Rekam Medik . Banjarmasin: RSUD Dr.
H. Moch. Ansari Saleh
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Edisi 1. Cetakan 5.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. pp: 57-61.
Schuyler Center for Analysis and Advocay (SCAA). 2008. Teenege Births:
Outcomes for Young parents and Their Children. Albany. pp: 6-17.
12
Sudiat. 2015. Pengaruh Anemia Pada Ibu Hamil Terhadap Kejadian Persalinan
Premature Di RSUD Tugurejo Semarang Periode Januari 2014-
September 2015. Jurnal Kebidanan. Vol 4. pp. 364-497.
Sukrat, B., Wilasrusmee, C., Siribumrungwong, B., McEvoy, M., Okascharoen,
C., Attia, J., Thakkinstian, A. 2013. Hemoglobin Concentration and
Pregnancy Outcomes: A Systematic Review and Meta-Analysis. BioMed
Research International: Hindawi Publishing Corporation. pp: 1285
Suririnah. 2008. Buku Pintar Kehamilan & Persalinan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. pp: 48-9
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2015. Badan kependudukan dan
keluarga berencana nasional. badan statistik. Jakarta
Taufan, Nugroho. 2011. Buku Ajar Obsterti Ginekologi & Obstertri Ginekologi
Sosial untuk Bidan. Jakarta: EGC. pp: 45-47.
Undang - undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
Wahyuni, S., Wulandari. 2011. Hubungan Anemia Dengan Kejadian Persalinan
Prematur Di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tahun 2010. Involusi
Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal Of Midwifery Science). Vol 1. pp.2089-
1474
Wijayanti, M., D., Widjanarko, B., Ratnaningsih E. 2011. Hubungan Usia dan
Paritas dengan Kejadian Partus Prematurus di Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang Tahun 2010. Jurnal Kebidanan Panti Wilasa. 2(1).
pp: 1-56.
World Health Organization. 2012. Preterm Birth. pp: 1-4. (online) Available at:
Http://www.who.int/mediacentre/factsheets/f5363/en/ (Diakses 22
Agustus 2018)
Winkjosastro, Hanifa. 2012. Plasenta dan cairan amnion. Dalam: prawirohardjo,
S. Ilmu Kandungan. Edisi 4.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.pp 148-156.
Zhang, Y., P., Liu, X., H., Wang, J., M. 2012. Maternal Anemia and Preterm
Birth: a Prospective cohort study. Vol. 38. IMJ Epidemiology. Oxford
Journals. Org. pp: 1-7 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/
19578127/ (Diakses 15 Agustus 2018)