17

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA
Page 2: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

PADA FOTOGRAFER DI YOGYAKARTA

Destin Diaz Hakim

Ike Agustina

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah ada hubungan antara beban kerja dan stres kerja pada fotografer di Yogyakarta. Analisis ini menggunakan variabel independen yaitu beban kerja dan variabel dependen yaitu stres kerja. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan positif yang signifikan antara beban kerja dan stres kerja pada fotografer di Yogyakarta.

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di perusahaan fotografi X di Yogyakarta dengan jumlah subjek sebanyak 33 orang yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 12 orang perempuan dengan rentang usia 18-55 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan metode kuesioner. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu Skala Stres Kerja menggunakan General Work Stres Scale (GWSS) yang disusun oleh De Bruin (2006) dan Skala Beban Kerja menggunakan Quantitative Workload Inventory (QWI) yang disusun oleh Spector & Jex (1998).

Hasil analisis dengan menggunakan SPSS 18.0 for windows menunjukkan bahwa hipotesis ditolak, yaitu tidak ada hubungan yang sangat signifikan antara beban kerja dan stres kerja (r=0,056; p=0,379).

Kata Kunci: Stres Kerja, Beban Kerja, Fotografi

 

Page 3: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

A. PENGANTAR

Salah satu indikator keberlangsungan perusahaan dapat terlihat dari

bagaimana cara perusahaan memperlakukan serta mengelola tenaga kerja atau

sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya dengan baik. Sehingga, sebuah

perusahaan dapat dinilai berhasil mencapi tujuannya jika sistem yang berlangsung

di dalamnya sudah berlangsung efektif dalam mencapai tujuan perusahaan

(Setiawan, 2015). Hal ini menegaskan bahwa sumber daya manusia yang unggul

adalah salah satu aset terpenting dalam kemajuan perusahaan.

Apabila beban pekerjaan seorang fotografer melebihi batas kemampuan

maka akan timbul suatu tekanan yang dirasakan karyawan, hal tersebut dapat

memicu terjadinya stres kerja. Sehingga beban kerja berperan dalam memicu

munculnya stres kerja. Beban kerja yang berlebih serta adanya tekanan dalam

waktu penyelesaian pekerjaan yang berasal dari internal seperti dari atasan, hingga

yang berasal dari eksternal seperti dari konsumen, dapat mengakibatkan karyawan

mengalami stres kerja. Seiring perkembangannya, menurut Tashandra (2018), tren

berikutnya yang muncul adalah foto dan video prewedding yang tentunya akan

membuat tren jasa bisnis dokumentasi pernikahan menjadi kian populer dan

bersaing.

Hubungan antara beban kerja dan stres kerja dapat dilihat pada beberapa

perusahaan yang bersaing dengan mengikuti tren masa kini. Hal ini muncul dari

keinginan dari setiap perusahaan yang tampaknya ingin menarik minat konsumen

pada penawaran yang diberikan sehingga akhirnya pun dapat memberikan

Page 4: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

pelayanan yang baik bagi para konsumen. Fotografi dan videografi dapat

dikategorikan sebagai tren yang dimaksud. Sebuah kegiatan pendokumentasian

yang awalnya merupakan sebuah hobi mengalami perkembangan menjadi sebuah

bisnis yang tampak menjanjikan. Primus (Kompas, 2018) menuliskan bahwa

perkembangan bisnis fotografi terdongkrak lantaran perkembangan teknologi

digital yang semakin maju.

Beban kerja adalah suatu keadaan dari pekerjaan dengan beberapa rincian

tugasnya yang harus diselesaikan oleh karyawan dalam waktu tertentu (Munandar,

2008). Penelitian sebelumnya mengenai beban kerja dan stres kerja salah satunya

adalah penelitian Rizky dan Afrianty (2018) yang berjudul Pengaruh Beban Kerja

Terhadap Stres Kerja Dengan Work Life Balance Sebagai Variabel Intervening.

Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa beban kerja berpengaruh positif yang

signifikan terhadap stres kerja.

Karyawan yang mengalami stres kerja akan terlihat dari performansinya.

Seorang fotografer akan selalu menerima banyak order yang masuk. Jika project

satu orang klien belum terselesaikan, maka project selanjutnya akan bertumpuk.

Pekerjaan yang menumpuk akan membuat seorang fotografer mengalami

kecemasan ketika menjalankan pekerjaannya. Misalkan, pada proses editing yang

masih terus memiliki revisi dari klien, akan membuat perasaan cemas dan

khawatir ketika sedang melakukan proses shooting. Setelah kembali dari proses

shooting, pekerjaan editing tersebut masih harus diselesaikan hingga klien merasa

puas dengan hasilnya.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

Tahapan pertama yang harus dilakukan seorang fotografer adalah menerima

detail order yang masuk dari seorang klien seperti tanggal acara dan jenis paket

apa yang dipilih oleh klien. Selanjutnya, jika paket yang dipilih oleh klien adalah

paket yang memiliki spesifikasi fotografer yang lebih dari satu orang, maka

kemudian fotografer tersebut harus menghubungi fotografer lainnya dan

mengadakan pertemuan bersama klien. Kemudian hal yang akan dibahas adalah

penentuan konsep (untuk prewedding) seperti penentuan lokasi, model pakaian,

properti-properti yang dibutuhkan, serta mengurus surat ijin ke lokasi prewedding.

Dimulai dari penentuan lokasi dan pakaian, seorang fotografer harus dapat

menyesuaikan lokasi dan pakaian agar tidak salah konsep. Fotografer harus berani

untuk meminta klien pakaian apa yang mereka kenakan, namun tidak sedikit klien

yang merasa malas untuk mencari pakaian yang sesuai konsep sehingga

menjadikan foto yang diambil tidak sesuai dengan konsep awal yang diinginkan.

Permasalahan selanjutnya adalah ketika seorang fotografer tidak dapat membuat

mood klien menjadi bagus sehingga proses shooting berjalan dengan lancar.

Banyak klien yang pada akhirnya menyesal ketika mendapatkan hasil fotonya,

mimik wajah mereka tidak tampak bagus terlebih lagi jika mereka memiliki

permasalahan dengan pasangannya ketika hari shooting berlangsung. Klien yang

telah mendapatkan foto yang masih belum diedit kemudian hanya memiliki waktu

untuk merevisi fotonya sebanyak 3 kali, namun pada kenyataannya, revisi yang

diminta oleh klien dapat melebihinya.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan atasan di perusahaan

fotografi X, dalam rangkaian acara wedding, berbeda lagi dengan prewedding,

Page 6: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

shooting pada acara pernikahan akan dimulai pada pagi hari bahkan sebelum

adzan Subuh berkumandang dan selesai ketika hari sudah tengah malam bahkan

dapat mencapai pukul 12 malam jika acara tersebut masih memiliki rangkaian

kegiatan lainnya. Seperti pada acara pernikahan adat contohnya, adat Batak akan

memiliki waktu pendokumentasian acara yang dapat mencapai waktu satu minggu

lamanya sehingga seorang fotografer akan mengalami kelelahan dan kekurangan

stamina untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Setelah foto sudah sampai tahap

editing, klien juga hanya memiliki waktu untuk revisi adalah sebanyak 3 kali.

Namun seringkali permintaan klien yang beragam bahkan ada yang cenderung

aneh akan menjadi tuntutan klien. Sebelum itu, klien akan diberikan dua pilihan,

antara akan memilih sendiri foto yang akan diedit, atau dipilihkan oleh fotografer.

Seringkali jika klien memutuskan untuk memilih sendiri namun mereka tak

kunjung memiliki waktu untuk memilih sehingga melebihi batas waktu yang ada

di kontrak, seringkali fotografer yang akan disalahkan oleh pihak keluarga karena

dianggap proses yang dilakukan sangat lama. Berbeda dengan yang dipilih oleh

fotografer, setelah diedit, seringkali klien merasa tidak cocok dengan pilihan

fotografer sehingga fotografer harus mengedit kembali foto yang diinginkan klien

dan membuat waktu fotografer berkurang banyak sehingga tidak bisa

mengerjakan pekerjaan yang lainnya.

Yang menjadi hal yang sangat penting selanjutnya adalah mengenai

penyimpanan data. Setelah rangkaian acara sebuah pernikahan telah selesai,

seluruh foto harus segera di back up di 2 hardisk dan tidak boleh ditinggal pergi

atau bahkan ditinggal tidur. Fotografer harus memastikan bahwa seluruh foto

Page 7: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

telah di back up baru boleh menghapus foto yang berada di kartu memori. Jika

seorang fotografer lalai dalam memback up keseluruhan data sehingga

menyebabkan seluruh foto menjadi hilang, maka akan terjadi permasalahan besar.

Fenomena inilah yang kemudian memantik keinginan peneliti untuk

melakukan riset dalam melihat hubungan antara beban kerja dan stres kerja pada

karyawan perusahaan fotografi di Yogyakarta.

B. METODE PENELITIAN

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dilibatkan adalah karyawan yang bekerja

sebagai fotografer di perusahaan fotografi X yang berjumlah 33 orang yang

memiliki usia di antara 18 tahun hingga 55 tahun, berjenis kelamin pria

maupun wanita, dan memiliki waktu bekerja minimal 1 tahun di perusahaan

fotografi X.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah metode angket atau kuesioner dengan tujuan untuk

mendapatkan jenis data kuantitatif. Skala dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Skala stres kerja

Skala stres kerja merupakan skala yang digunakan sebagai alat

ukur untuk mengukur tingkat stres kerja fotografer. Skala ini

merupakan skala yang dibuat oleh peneliti sebelumnya yaitu De Bruin

(2006). Stres kerja menurut De Bruin (2006) adalah keadaan yang

Page 8: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

tidak nyaman dari tekanan psikologis yang dihasilkan dari penilaian

bahwa tuntutan yang dirasakan melebihi sumber daya individu untuk

berhasil memenuhi tuntutan.

Skala stres kerja yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan pada skala General Work Stres Scale (GWSS) yang

disusun oleh De Bruin (2006) dengan tiga aspek stres kerja, yaitu

motivasi, kognitif, dan afektif. Skala ini terdiri dari 9 aitem bersifat

favorable. Skala ini menggunakan model skala Likert dengan lima

alternatif jawaban, yaitu “Tidak Pernah”, “Jarang”, Kadang”, “Sering”,

dan “Selalu”. Skor aitem pada skala ini adalah Tidak Pernah = 1,

Jarang = 2, Kadang = 3, Sering = 4, dan Selalu = 5.

2. Skala Beban Kerja

Skala beban kerja merupakan skala yang digunakan sebagai alat

ukur unutk mengukur tingkat beban kerja fotografer. Skala ini

merupakan skala yang dibuat oleh peneliti sebelumnya yaitu Spector

dan Jex (1998). Menurut Spector dan Jex (1998), beban kerja adalah

volume atau jumlah pekerjaan yang dimiliki dari seorang karyawan.

Skala beban kerja yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan pada skala Quantitative Workload Inventory (QWI) yang

disusun oleh Spector & Jex (1998) yang mengukur beban kerja

berdasarkan volume dan kecepatan dalam bekerja. Skala ini terdiri dari

lima aitem yang semuanya bersifat favorable dan menggunakan model

skala Likert. Skala QWI memiliki lima alternatif jawaban dan skor,

Page 9: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

yaitu : “Tidak Pernah” = 1, “Sekali atau Dua Kali Dalam Satu Bulan”

= 2, “ Sekali atau Dua Kali Dalam Satu Minggu” = 3, “Sekali atau Dua

Kali Dalam Satu Hari” = 4, dan “ Beberapa Kali Dalam Satu Hari” = 5.

3. Metode Analisis Data

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan beban kerja

dan stres kerja pada karyawan perusahaan fotografi X di Yogyakarta. Untuk

membuktikan hipotesis, analisis data yang akan digunakan oleh peneliti

dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Uji normalitas dilakukan

dengan analisis statistik Saphiro-Wilk (p = > 0.05), uji linearitas dengan

melihat nilai p < 0.05. Uji hipotesis dilakukan melalui analisis statistik

Product Moment Spearman. Hipotesis diterima apabila hasil analisis data

menunjukkan nilai p < 0,01. Hubungan antara stres kerja dan beban kerja

digunakan uji korelasi product moment dengan Statistical Package for

Sosial Science (SPSS) 18.0 for windows.

C. HASIL PENELITIAN

1. Uji Asumsi

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data

variabel bebas dan variabel tergantung berdistribusi normal atau tidak.

Distribusi dikatakan normal apabila p = > 0.05, sedangkan apabila p =

< 0.05 maka distribusi dikatakan tidak normal. Teknik yang

digunakan untuk uji normalitas adalah teknik Shapiro-Wilk.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

Berdasarkan hasil pengolahan data pada variabel stres kerja, diperoleh

p = 0,167. Hasil pengolahan data pada variabel beban kerja p =

0,019. Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh adalah

normal.

b) Uji Linearitas

Uji linearitas ini dilakukan untuk mengetahui linearitas

hubungan antara variabel stres kerja dan beban kerja. Uji linearitas ini

bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara kedua variabel

adalah linear. Kedua variabel dapat dikatakan linear jika p < 0.05

sedangkan dapat dikatakan tidak linear apabila kedua variabel

memiliki nilai p > 0.05. Dari hasil pengolahan data menunjukkan

bahwa pada variabel stres kerja dan beban kerja nilai f = 0,010 dengan

p = 0,920. Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan antara stres kerja

dan beban kerja bersifat tidak linear.

c) Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang

diajukan dalam penelitian. Uji hipotesis dilakukan menggunakan

teknik korelasi Product Moment dari Spearman. Teknik korelasi ini

dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18.0 for

windows. Hipotesis diterima apabila hasil analisis data menunjukkan

nilai p < 0,01. Peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu

terdapat hubungan positif antara beban kerja dan stres kerja pada

karyawan perusahaan fotografi X di Yogyakarta.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel stres

kerja dan variabel beban kerja (r = 0,056 dengan p = 0,379). Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara

stres kerja dan beban kerja, sehingga hipotesis yang diajukan ditolak.

D. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dan stres

kerja pada karyawan di perusahaan fotografi X di Yogyakarta. Menurut Menurut

De Bruin (2006) aspek-aspek stres kerja adalah gangguan motivasi, kognitif, dan

afektif. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data guna

mengetahui hubungan ketiga aspek stres kerja tersebut dengan beban kerja.

Analisis dari hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS

(Statistical Program for Social Science) versi 18.0 for windows. Teknik analisis

yang dilakukan adalah korelasi Pearson One Tailde. Dari hasil analisis yang

dilakukan menunjukkan adanya hubunngan yang negatif antara beban kerja dan

stres kerja pada fotografer yang berarti hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Hal

ini terlihat dari hasil uji hipotesis bahwa semakin tinggi beban kerja belum tentu

semakin tinggi pula tingkat stres kerjanya. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan

adanya aspek-aspek lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres kerja selain

beban kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2011) yang

telah melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan

Stres Kerja Terhadap Karyawan Bagian Produksi PT Pertamina Refinery Unit V

Balikpapan”, menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan

Page 12: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

antara kecerdasan emosional dengan stres kerja yang terlihat dari koefisien

korelasi (r) = 0,917 dengan p = 0,000. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa

hipotesis penelitiannya diterima. Sehingga dapat terlihat bahwa selain beban

kerja, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres kerja. Selain itu,

dapat dilihat juga dari aspek yang digunakan peneliti adalah aspek berdasarkan

teori De Bruin (2006) yaitu motivasi, kognitif dan afektif. Sedangkan jika dilihat

dari aspek berdasarkan teori lainnya seperti teori dari Robbins & Judge (2011),

yang membagi aspek stres kerja menjadi aspek fisiologis, psikologis, dan

perilaku. Aspek fisiologis menurut Robbins dan Judge (2011), yaitu stres dapat

menyebabkan penyakit di dalam tubuh yang ditandai dengan perubahan

metabolisme tubuh seperti peningkatan tekanan darah, sakit kepala, jantung

berdebar, serta dapat menyebabkan penyakit jantung yang tidak terdapat pada

aspek-aspek yang dikemukakan oleh De Bruin (2006). Kemudian aspek kedua

yaitu aspek psikologis seperti mudah marah, kebosanan, sikap suka menunda

sehingga dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan dalam hidup. Yang ke tiga,

adalah aspek perilaku, seperi perubahan dalam produktivitas, meningkatnya

absensi, dan tingkat keluarnya karyawan. Terlihat dari 3 aspek yang dikemukakan

oleh Robbins dan Judge (2011), bahwa masih banyak pertanyaan dalam alat ukur

yang belum sepenuhnya membahas mengenai penyebab-penyebab stres kerja.

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu yang terlihat dari pertanyaan-

pertanyaan pada alat ukur stres kerja oleh De Bruin (2006) yang hanya berjumlah

9 aitem dan aitem beban kerja yang juga memiliki jumlah aitem yang sangat

sedikit yaitu hanya berjumlah 5 aitem. Subjek dalam penelitian ini pun hanya

Page 13: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

sedikit, yaitu berjumlah 33 orang. Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang

berpengaruh terhadap stres kerja seperti beberapa faktor internal seperti

kecerdasan emosi (Efendi & Noviati, 2011; Safrizal dan Noviati, 2012) dan modal

psikologis (Yudha & Noviati, 2013), serta faktor eksternal seperti dukungan social

(Handayani & Noviati, 2011). Sehingga dapat disimpulkan, masih terdapat

kemungkinan aspek-aspek lainnya yang dapat menyebabkan stres kerja menjadi

meningkat.

E. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa

saran yang dapat dikemukakan peneliti bagi pihak-pihak terkait dan penelitian

selanjutnya.

1. Bagi Subjek Penelitian

Subjek penelitian diharapkan mampu untuk dapat mengatasi beban

kerja yang berat sebagai sebuah tantangan untuk dapat menyelesaikan

pekerjaan tersebut sehingga tidak akan terjadi stres kerja.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti dapat menggali lebih

dalam lagi terkait teori-teori yang berkaitan dengan gaya mengemudi dan

perilaku mengemudi berisiko. Serta peneliti juga diharapkan mampu

menggunakan alat ukur yang lebih baik lagi, sehingga didapatkan hasil

yang lebih baik dan relevan. Selanjutnya, peneliti dalam penelitian

selanjutnya diharapkan dapat mengawasi responden selama pengisian

Page 14: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

kuisioner agar responden dapat mengisi dengan sungguh-sungguh sehingga

data yang didapatkan adalah data yang sesuai dengan keadaan sebenar-

benarnya.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, A. P. (2018). Rutinitas Kerja, Penyebab Stres yang Paling Umum. Diambil dari https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/22/182932320/rutinitas-kerja-penyebab stres yang-paling-umum

Bruin G. P. D. & Taylor N. (2006). The Job Demand-Control Model of Job Strain

Across Gender. Diambil dari https://www.researchgate.net/profile/Gideon_De_Bruin2

Efendi, A. N. & Noviati, N. P. (2011). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Stres

Kerja terhadap Karyawan Bagian Produksi PT Pertamina Refinery Unit V Balikpapan. Naskah Publikasi, tidak diterbitkan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Handayani, J., & Noviati, N. P. (2011). Modal Psikologis dan Stres Kerja pada

Karyawan CV Media Printika (Medprint Offset). Naskah Publikasi, Tidak Diterbitkan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Kreitner, R., & Kinicki, A. (2005). Perilaku Organisasi. Edisi 5. Jakarta: Salemba

Empat. Luthans, F. (2005). Organizational Behavior. New York. McGraw-Hill, Inc. Michie, S. (2002). Causes and Management of Stres at Work. Occupational &

Environmental Medicine. Diambil dari https://www.scirp.org/(S(351jmbntvnsjt1aadkposzje))/reference/ReferencesPapers.aspx?ReferenceID=1815769

Primus, J. (2018). Tawaran Bisnis Fotografi Mulai dari Ujung Jari. Diambil dari

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/20/194042326/tawaran-bisnis-fotografi-mulai-dari-ujung-jari.

Qureshi, M. L., dkk. (2013) Relationship between Job Stres, Workload,

Environment and Employees Turnover Intentions: What We Know, What Should We Know. World Applied Sciences Journal. 764-770.

Rizky, D. & Afrianty, T. W. (2018). Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja

dengan Work Life Balance Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Administrasi Bisnis. 47-53.

Robbins, S. P. (2006). Perilaku Organisasi. Edisi Lima. Terjemahan oleh Halida

dan Dewi Sartika. Jakarta: Erlangga.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

Safrizal, T., & Noviati, N. P. (2012). Stres Kerja Ditinjau dari Kecerdasan Emosi

pada Perawat Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta. Naskan Publikasi, Tidak Diterbitkan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Senja, A. M. M. P. (2016). Pernikahan Tradisional Masih Tren di Kalangan

Muda. Diambil dari https://lifestyle.kompas.com/read/2016/09/16/060600520/pernikahan.tradisional.masih.tren.di.kalangan.muda.

Setiawan, W. A. (2015). Sempat Jaminkan KTP, Kini Wahyu Sukses dengan Tas

Merek Sendiri. Diambil dari https://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/06/07/224700626/Sempat.Jaminkan.KTP.Kini.Wahyu.Sukses.dengan.Tas.Merek.Sendiri.

Spector, P. E. & Steve, M. J. (1998). Development of Four Self-Report Measures

of Job Stresors and Strain: Interpersonal Conflict at Work Scale, Organizational Constraints Scale, Quantitative Workload Inventory, and Physical Symptomps Inventory. Diambil dari http://paulspector.com/scales/our-assessments/quantitative-workload-inventory-qwi/

Tashandra, N. (2018). Cerita Darwis Triadi Soal Tren Pre-Wedding yang Hanya

Ada di Indonesia. Diambil dari https://lifestyle.kompas.com/read/2018/06/07/073124620/cerita-darwis-triadi-soal-tren-pre-wedding-yang-hanya-ada-di-indonesia.

Yudha, P. D. J., & Noviati, N. P. (2013). Stres Kerja Ditinjau Dari Kecerdasan

Emosi pada Perawat Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta. Naskah Publikasi, Tidak Diterbitkan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA

IDENTITAS PENULIS

Nama : Destin Diaz Hakim

Alamat Kampus : Universitas Islam Indonesia, Fakultas Psikologi dan

Ilmu Sosial Budaya, Program Studi Psikologi, Jl.

Kaliurang Km. 14,5 Besi, Sleman, Yogyakarta

Alamat Rumah : Jalan Sengkan Raya no. 30, Condong Catur, Depok,

Sleman, Yogyakarta

Alamat e-mail : [email protected]

No kontak : 081238880910