Upload
hakhue
View
254
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMA
SANTO BERNARDUS PEKALONGAN
OLEH
DESTALIA PUTRI
80 2012 707
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
Abstrak
Prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah
gaya belajar atau learning style. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris
hubungan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI di SMA Santo
Bernardus Pekalongan. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Santo
Bernardus Pekalongan yang berjumlah 95 siswa. Pengumpulan data menggunakan
instrumen berupa angket KLSI (Kolb Learning Style Inventory) untuk mengukur
variabel gaya belajar siswa, sedangkan prestasi belajar matematika diukur berdasarkan
studi dokumentasi yang diambil dari nilai asli hasil tes sub sumatif Tahun Ajaran 2013-
2014 mata pelajaran matematika. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara gaya belajar keseluruhan yang terdiri dari diverger,
assimilator, converger, maupun accomodator dengan prestasi belajar matematika pada
kelas XI SMA Santo Bernardus dengan koefisien hubungan sebesar 0,594 dengan p =
0,000 (p < 0,05). Gaya belajar converger merupakan gaya belajar paling berperan
terhadap prestasi belajar matematika di Kelas XI SMA Santo Bernardus.
Kata Kunci: Gaya belajar, Prestasi belajar, Siswa
ii
Abstract
Learning achievement is influenced by many factors, one of which is included learning
style. The objective of this study was to test empirically the relationship between
learning style with mathematics achievement in student grade XI SMA Santo Bernadus
Pekalongan. Samples were numbered 95 students grade XI from SMA Santo Bernadus
Pekalongan. Collecting data was using measuring instrument KLSI (Kolb Learning
Style Inventory) to measure the student’s learning style, whereas the student’s
mathemathics achievement measured by documental study taken from mathemathics
sub-summative test resut 2013-2014 school year. The results showed a positive and
significant relationship between the overall learning styles comprising diverger,
assimilator, Converger, nor accomodator with mathematics achievement in grade XI
SMA Santo Bernadus with a coefficient of correlation of 0.594. Converger learning style
is the most instrumental learning styles to mathematics achievement in grade XI SMA
Santo Bernadus Pekalongan.
Keywords: Learning Style, Academic Achievement, Student
1
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting
dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar pada
hakekatnya merupakan cermin dari usaha belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang
telah dicapai setelah siswa mendapat pengajaran dalam waktu tertentu. Semakin baik
usaha belajar semakin baik pula prestasi yang dicapai. Dengan kata lain, prestasi siswa
merupakan cerminan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran.
Menurut Slameto (2003) bahwa prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan sejauhmana
pengetahuan anak terhadap materi yang diterima. Dari pengertian tersebut, dapat
dikatakan bahwa prestasi merupakan hal yang penting dalam pendidikan karena menjadi
salah satu alat ukur sejauhmana tingkat pemahaman siswa dalam memahami suatu
materi. Selain itu, tinggi rendahnya prestasi belajar sering pula dikaitkan dengan baik
buruknya mutu pendidikan. Prestasi belajar yang baik pasti ditentukan oleh bagaimana
proses belajar, proses atau gaya belajar pasti berbeda-beda dan masing-masing gaya
belajar memiliki nilai positif dan negatif. Tetapi yang paling mempengaruhi pola belajar
terhadap prestasi belajar adalah murid itu sendiri. Jika dia punya motivasi yang tinggi
untuk mengembangkan pola belajar maka pola belajar tersebut akan membaik dan hasil
prestasinya pun juga akan membaik (Sularso, 2006).
Prestasi belajar matematika adalah prestasi belajar yang berkaitan dengan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan lambang bilangan atau simbol-
simbol, ketajaman penalaran atau pembuktian, dan menggunakan konsep untuk
menganalisa dan menyelesaikan masalah-masalah matematis atau non matematis
(Gunartomo, 2003). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil
belajar atau prestasi belajar yaitu: faktor dari dalam diri dan faktor dari lingkungan.
Faktor dari dalam diri meliputi : kesehatan, intelegensi, minat, motivasi, dan gaya
2
belajar. Sedangkan faktor dari lingkungan meliputi : keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan sekitar (Djaali, 2007). Kossay (2005), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempunyai hubungan dengan prestasi belajar matematika antara lain: keteraturan
belajar, jarak tempat tinggal, dan cita-cita. Keteraturan belajar adalah kadar konsistensi
kegiatan belajar harian di luar jam sekolah pada hari sekolah. Sedangkan jarak tempat
tinggal adalah jarak tempuh yang dilakukan siswa dalam mencapai lokasi sekolah.
Prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah satunya
adalah gaya belajar atau learning style. Learning style atau gaya belajar adalah suatu
karakteristik afektif, kognitif dan psikomotoris. Gaya belajar merupakan indikator
supaya pembelajar merasa paling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan
belajar pembelajar (NASSP dalam Widiyanti, 2011). Handayani (dalam Ramlah dkk.,
2014) juga mengungkapkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan orang tua agar
anaknya memiliki prestasi yang baik adalah dengan menemukan gaya belajar anak dan
menerima anak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Ardi (2007) menyatakan bahwa hasil belajar optimal akan diperoleh apabila
beragam perbedaan seperti kebiasaan, minat, dan gaya belajar pada siswa lebih
ditekankan oleh guru melalui pilihan metoda mengajar dan materi ajar yang sesuai
dengan gaya belajar peserta didik. Di kalangan pendidik telah dipahami bahwa setiap
peserta didik memiliki berbagai macam cara dalam belajar. Dua individu yang tumbuh
dalam lingkungan yang sama, mendapat perlakuan yang sama, belum tentu mempunyai
pemahaman, pemikiran dan pandangan yang sama terhadap lingkungan sekitar. Masing-
masing mempunyai cara sendiri terhadap setiap peristiwa yang dibuat dan dialami
(Suradi, 2007). Sama halnya setiap siswa mempunyai cara sendiri yang disukai dalam
menyusun apa yang dilihat, diingat, dan dipikirkannya. Siswa mempunyai cara yang
3
berbeda dalam mengolah informasi berkaitan dengan proses belajar.
Menurut Kolb (1984), gaya belajar melibatkan pengalaman baru siswa,
mengembangkan observasi atau merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan
teori untuk memecahkan masalah. Batasan pengertian gaya belajar model Kolb, terdapat
dua aspek, yaitu: pengalaman konkret pada suatu pihak dan konseptual abstrak pada
pihak lain, serta eksperimentasi aktif pada suatu pihak dan observasi reflektif pada
pihak lain. Gaya belajar model Kolb terdiri dari empat kutub kecenderungan yaitu:
Kutub perasaan atau Concrete Experience (CE) adalah belajar melalui perasaan, dengan
menekankan segi-segi pengalaman konkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama
dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Kutub pengamatan atau Reflection
Observation (RO) adalah belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati
sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu
menyimak makna dari hal-hal yang diamati.
Kutub pemikiran atau Abstract Conceptualization (AC) adalah belajar melalui
pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis,
dan pemahaman intelektual dari situasi yang dihadapi, dan kutub tindakan atau Active
Experimentation (AE) adalah belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi
kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang
lain lewat perbuatannya. Keempat kutub tersebut membentuk empat kombinasi gaya
belajar, yaitu: gaya belajar Diverger perpaduan antara Concrete Experience (CE)
dan Reflective Observation (RO), gaya belajar Assimillator perpaduan antara Abstract
Conceptualization (AC) dan Reflective Observation (RO), gaya belajar Converger
perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Reflective Observation (RO),
dan gaya belajar Accomodator perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Active
4
Experimentation (AE).
Kolb (1984), mengemukakan bahwa tidak ada individu yang gaya belajarnya
secara mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub tersebut. Biasanya yang terjadi
adalah kombinasi dari dua kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi
belajar. Dari dua kutub membentuk empat kombinasi gaya belajar, yaitu:
1. Gaya belajar divergen merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling
and watching), yaitu gaya belajar individu yang membentuk pengalaman belajar
melalui menghayati sendiri secara konkret, kemudian mentransformasikan ke dalam
pengamatan reflektif. Individu dengan gaya belajar divergen unggul dalam melihat
situasi konkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap
situasi adalah "mengamati" dan bukan "bertindak". Individu seperti ini menyukai
tugas belajar yang menuntutnya untuk curah ide-ide (brainstorming), biasanya juga
menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.
2. Gaya belajar assimillator merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati
(thinking and watching), yaitu gaya belajar individu yang menangani pengalaman
melalui konseptualisasi abstrak dan mentransformasi ke dalam pengamatan reflektif.
Individu dengan gaya belajar asimilasi memiliki kelebihan dalam memahami
berbagai sajian informasi serta merangkumnya dalam suatu format yang logik,
singkat, dan jelas. Biasanya individu dengan gaya belajar ini kurang perhatian
kepada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga
cenderung lebih teoritik.
3. Gaya belajar convergen merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking
and doing), yaitu gaya belajar dengan membentuk pengalaman melalui
konseptualisasi abstrak dan mentransformasi ke dalam eksperimentasi aktif.
5
Individu dengan tipe konvergen unggul dalam menemukan fungsi praktis dari
berbagai ide dan teori. Individu biasanya mempunyai kemampuan yang baik dalam
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, cenderung lebih menyukai tugas-tugas
teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi.
4. Gaya belajar accomodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan
(feeling and doing), yaitu gaya belajar yang menafsirkan pengalaman melalui
menghayati sendiri secara konkret dan mentransformasi pengalamannya ke
eksperimentasi aktif. Individu dengan gaya belajar akomodasi memiliki kemampuan
belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Individu
membuat rencana dan melibatkan diri dalam berbagai pengalaman baru yang
menantang. Individu cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati
daripada berdasarkan analisis logik. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka
biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan/
informasi) dibanding analisis teknis.
Gaya belajar diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar. Terbukti dari
penelitian yang dilakukan oleh Sadwika (2005), yang menemukan bahwa semua gaya
belajar berhubungan positif dengan prestasi belajar bidang kognitif pada 127 siswa
kelas X di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Begitu pula dengan hasil penelitian
Missa (2005) juga menemukan hal serupa bahwa ada hubungan yang positif antara gaya
belajar Asimilator dengan prestasi belajar siswa pada 68 siswa kelas 1 di SMKN 2 Soe.
Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Utami (2008) bahwa ada hubungan yang
positif antara gaya belajar dengan hasil belajar pada 60 mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Prof. DR. Moestopo. Selanjutnya hasil penelitian Kolb (dalam
Setyowati, 2006) pada Undergraduate College Major menunjukkan adanya kecocokan
6
gaya belajar dengan spesialisasi pendekatan tertentu, misalnya gaya belajar Diverger
dengan bidang sejarah atau psikologi, gaya belajar Assimilator dengan kimia,
matematika, sosiologi, dan ekonomi. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Aoetpah
(2005) mendapati hasil penelitiannya yaitu tidak ada hubungan yang positif antara gaya
belajar dengan prestasi belajar pada 61 siswa kelas II Pekerjaan Sosial SMK N 2 Soe.
Supeno (2003) juga menemukan bahwa tidak mendapati korelasi yang signifikan antara
gaya belajar dengan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar yang baik pasti ditentukan oleh bagaimana proses belajar
individu untuk menuju hasil prestasi yang baik tadi. Proses atau gaya belajar pasti
berbeda-beda dan masing-masing memiliki gaya belajar sendiri-sendiri. Gaya belajar
memiliki nilai positif dan negatif begitu juga dengan dampaknya kepada orang tersebut
dan di sekelilingnya. Memang betul ada pola belajar yang tidak baik dan karena itu
menghasilkan prestasi belajar yang buruk tetapi kalau pola belajar baik sudah dijamin
mendapat hasil yang memuaskan (Sularso, 2006).
Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara pada tanggal 29 Oktober 2011
terhadap salah satu staf pengajar matematika di SMA Santo Bernardus Pekalongan yaitu
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran yang pada akhirnya
berdampak pada hasil belajar mereka khususnya pada Mata Pelajaran Matematika.
Siswa juga kerap kesulitan menyesuaikan cara belajar mereka dengan cara mengajar
guru di sekolah. Demikian juga di rumah, siswa kadang harus belajar dengan aturan
yang sudah ditetapkan oleh orang tua.
Proses pembelajaran yang dilakukan siswa kelas XI SMA Santo Bernardus
Pekalongan dalam penilaiannya khususnya pada pelajaran matematika, penilaian yang
dilakukan oleh guru dapat dijadikan sebagai analisis dan evaluasi terhadap nilai yang
7
dihasilkan oleh para siswa. Apabila tingkat keberhasilan masih berada di bawah rata-
rata, maka mata pelajaran yang telah diberikan guru belum diserap baik oleh kelas.
Untuk itu perlu dikaji kembali apakah soalnya terlalu sulit, atau soalnya sudah benar-
benar sesuai dengan indikator, atau cara pembelajarannya kurang baik sehingga siswa
kurang memahami materi pelajaran. Jika soalnya tidak terlalu sulit maka perlu
memperbaiki kegiatan pembelajarannya termasuk metodenya, media atau strategi
pembelajarannya. Adapun harapan yang ingin dicapai pihak sekolah adalah dengan
menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dapat meningkatkan nilai dan tingkat
pemahaman siswa dalam pelajaran matematika sehingga nilai yang diperoleh dan
prestasi yang didapatkan dapat meningkat. Keadaan tersebut menjadi perhatian bagi
semua guru matematika di SMA Santo Bernardus Pekalongan untuk berusaha mencari
jalan keluar agar hasil belajar siwa dapat ditingkatkan.
Gaya belajar merupakan faktor internal yang terdapat dalam diri siswa yang dapat
mendukung prestasi belajarnya. Gaya belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah
Gaya belajar dalam kegiatan pembelajaran matematika. Apabila guru menyesuaikan
metode belajarnya dengan gaya belajar siswa, kemungkinan siswa akan mendapatkan
prestasi belajar matematika yang optimal. Siswa akan dengan mudah menyerap,
memahami dan mengolah segala informasi dalam pembelajaran matematika dengan
baik. Uraian di atas dapat digunakan sebagai arahan berpikir, bahwa gaya belajar
matematika siswa secara bersama-sama terdapat hubungan yang positif dengan prestasi
belajar matematikanya (Handayani dalam Ramlah dkk., 2014).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian ini adalah:
adakah hubungan yang signifikan antara jenis gaya belajar dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas XI di SMA Santo Bernardus Pekalongan. Penelitian ini
8
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara jenis gaya belajar
dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI di SMA Santo Bernardus
Pekalongan.
Hipotesis
Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: “Ada hubungan positif
antara gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI di SMA Santo
Bernardus Pekalongan”
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pada
penelitian ini terdapat dua variabel, gaya belajar sebagai variabel bebas dan prestasi
belajar matematika sebagai variabel terikat.
Partisipan
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Santo Bernardus
Pekalongan yang berjumlah 95 siswa. Subjek dari kelas IPA berjumlah 29 terdiri dari
subjek perempuan sebesar 17 orang (17,9%) dan subjek laki-laki sebesar 12 orang
(12,6%). Kemudian subjek dari kelas IPS berjumlah 66 terdiri dari subjek perempuan
sebesar 41 orang (25,3%) subjek laki-laki sebesar 42 orang (44,2%).
Prosedur Sampling
9
Teknik sampel menggunakan sampling jenuh atau studi populasi karena
mengambil semua populasi sebagai sampel.
Pengukuran
Gaya belajar diukur menggunakan instrumen berupa angket KLSI (Kolb Learning
Style Inventory) 1985 yang diadaptasi dari Sulistyaningrum (2011), sedangkan prestasi
belajar matematika diukur berdasarkan studi dokumentasi yang diambil dari nilai asli
dari hasil tes sub sumatif Tahun Ajaran 2013-2014 mata pelajaran matematika. Nilai
diperoleh dari guru mata pelajaran matematika dari kelas XI.
Sebelum pengambilan data penelitian, instrumen berupa angket KLSI (Kolb
Learning Style Inventory) terlebih dahulu dilakukan seleksi item dan reliabilitas. Hasil
seleksi item dari masing-masing kelompok model belajar baik CE, AE, AC dan RO
mempunyai r hitung yang ditunjukkan oleh nilai Corrected Item Total Correlation
masing-masing itemnya lebih besar dari 0,3. Diperoleh kisaran r hitung model belajar
CE antara 0,341 – 0,578; kisaran r hitung model belajar AE antara 0,313 – 0,658;
kisaran r hitung model belajar AC antara 0,336 – 0,704; dan kisaran r hitung model
belajar RO antara 0,327 – 0,578. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa
semua item pada penelitian ini valid dan semua dapat digunakan untuk penelitian.
Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan batas nilai 0,6.
Instrument model gaya belajar dikatakan Reliabel apabila nilai Alpha Cronbach lebih
besar dari 0,6 dan instrument model gaya belajar dikatakan tidak Reliabel apabila nilai
Alpha Cronbach lebih kecil dari 0,6. Hasil uji reliabilitas instrument model gaya belajar
diperoleh nilai Alpha pada CE sebesar 0,837; AE sebesar 0,804; AC sebesar 0,845; dan
RO sebesar 0,838. Seluruh instrumen berada pada tingkat reliabilitas yang
10
dipersyaratkan, yang berarti seluruh instrumen dapat digunakan untuk penelitian. Teknik
analisis yang digunakan untuk uji hipotesis adalah analisis korelasi dengan bantuan
komputer.
HASIL
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara
normal atau tidak. Uji normalitas sebaran data penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit Test. Hasil selengkapnya dari uji normalitas
Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov
Smirnov (Z)
P
(p>0,05)
Bentuk
Prestasi belajar 1,377 0,451 Normal
Gaya belajar 1,084 0,532 Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas prestasi belajar menunjukkan skor Kolmogorov
Smirnov Z adalah 0,451 dengan p = 0,451 (p > 0,05) yang berarti data berdistribusi
normal, dan hasil uji normalitas gaya belajar menunjukkan skor Kolmogorov Smirnov Z
adalah 1,084 dengan p = 0,532 (p > 0,05) yang berarti data berdistribusi normal.
Uji Liniearitas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang linier
antara kedua variabel. Hasil uji linearitas pada kedua variabel dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Hasil Uji Linearitas Variabel Gaya Belajar
11
dengan Prestasi Belajar Matematika
Nilai F Signifikansi
(p<0,05)
Keterangan
50,744 0,000 Linear
Uji linieritas hubungan antara variabel gaya belajar dengan prestasi belajar
menghasilkan Flin = 50,744 dengan nilai signifikan 0,000 (p<0.05). Keterangan tersebut
menunjukkan adanya hubungan linier antara gaya belajar dengan prestasi belajar.
Analisis Deskriptif
Gaya Belajar
Gaya belajar siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tidak didominasi
oleh keempat model gaya belajar, tetapi perpaduan keempatnya. Kemudian membentuk
empat kuadran, yaitu Diverger, Assimillator, Converger, dan Accomodator. Distribusi
klasifikasi model belajar sebagai berikut:
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Klasifikasi Model Belajar Kelas IPA dan IPS
Klasifikasi Gaya
Belajar
Kelas IPA Kelas IPS Total
F % F % F %
Diverger 5 5,3 24 25,3 29 30,5
Assimillator 5 5,3 11 11,6 16 16,8
Converger 5 5,3 7 7,4 12 12,6
Accommodator 14 14,7 24 25,3 38 40,0
Jumlah 29 30,5 66 69,5 95 100,0
Model belajar siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan pada kelas IPA,
dari 29 orang siswa (30,5%), sebagian besar mempunyai gaya belajar accommodator
sebesar 14 orang (14,7%), disusul gaya belajar assimilator, gaya belajar converger dan
gaya belajar diverger masing-masing sebesar 5 orang (5,3%). Selanjutnya pada kelas
IPS, dari 66 orang siswa (69,5%), sebagian besar mempunyai gaya belajar diverger dan
accommodator masing-masing sebesar 24 orang (25,3%), disusul gaya belajar
12
assimilator sebesar 11 orang (11,6%), kemudian gaya belajar converger sebesar 7 orang
(7,4%).
Prestasi Belajar
Gambaran mengenai prestasi belajar berdasarkan gaya belajar, nampak pada tabel
berikut ini.
Tabel 4
Deskripsi prestasi belajar berdasarkan gaya belajar
siswa Kelas IPA dan IPS
Kategori Prestasi
Belajar
Kelas IPA Kelas IPS Total
F % F % F %
Rendah (69-77) 13 13,7 50 52,6 63 66,3
Sedang (78-85) 13 13,7 14 14,7 27 28,4
Tinggi (86-93) 3 3,2 2 2,1 5 5,3
Jumlah 29 30,5 66 69,5 95 100,0
Berdasarkan tabel 4, kategori prestasi belajar di kelas IPA, sebagian besar masuk
kategori rendah dan sedang masing-masing sebesar 13 orang (13,7%). Pada kelas IPS,
sebagian besar masuk kategori rendah sebesar 50 orang (52,6%). Secara keseluruhan
kategori prestasi belajar masuk kategori rendah sebesar 63 orang (66,3%).
Uji Korelasi
Hubungan antara gaya belajar dan prestasi belajar matematika pada siswa-siswi
kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan diketahui melalui uji korelasi, selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Hasil Uji Korelasi Antara Gaya Belajar
dengan Prestasi Belajar Matematika
Nilai r Hitung Signifikansi
(p<0,05)
Kesimpulan
0,594 0,000 Ada hubungan
Dari tabel di atas diketahui bahwa besarnya r hitung sebesar 0,594 dan nilai
13
signifikansi sebesar 0,000 jauh lebih kecil dari 5%, yang berarti ada hubungan positif
antara gaya belajar dengan prestasi belajar matematika pada siswa-siswi kelas XI SMA
Santo Bernardus Pekalongan.
Hasil uji korelasi masing-masing gaya belajar dengan prestasi belajar matematika
pada siswa-siswi kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan diketahui pada tabel
berikut:
Tabel 6
Hasil Uji Korelasi Antara Masing-masing Gaya Belajar
dengan Prestasi Belajar Matematika
Jenis gaya
belajar
N Nilai r Hitung Signifikansi
(p<0,05)
Kesimpulan
Diverger 29 0,127 0,511 Tidak ada hubungan
Assimillator 16 0,282 0,291 Tidak ada hubungan
Converger 12 0,902 0,000 Ada hubungan
Accommodator 38 0,337 0,039 Ada hubungan
Berdasarkan hasil uji korelasi masing-masing gaya belajar dengan prestasi belajar
matematika, diketahui gaya yang mempunyai hubungan paling kuat adalah gaya belajar
converger dengan r sebesar 0,902 yang masuk kategori hubungan yang sangat kuat,
kemudian gaya belajar accomodator dengan nilai sebesar 0,337 masuk kategori
hubungan lemah.
PEMBAHASAN
Hasil uji korelasi didapatkan ada hubungan positif antara gaya belajar dengan
prestasi belajar matematika (r = 0,594; p < 0,05). Jadi hipotesis yang mengatakan bahwa
ada hubungan positif antara gaya belajar dengan prestasi belajar matematika pada
siswa-siswi kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan diterima. Hal tersebut
membuktikan bahwa gaya belajar berperan pada prestasi belajar matematika siswa-siswi
14
kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan.
Menurut Slameto (2003), penggunaan gaya belajar yang tepat dan maksimal
akan membuat siswa lebih mudah dalam mempelajari suatu ilmu dengan cara sendiri.
Windura (2009) mengatakan bahwa mengetahui gaya belajar peserta didik adalah suatu
cara jitu untuk dapat meningkatkan prestasinya di sekolah atau menumbuhkan
kecintaannya dalam belajar. Arifin (1990) menyebutkan bahwa penggunaan cara yang
tepat sesuai dengan gaya belajarnya akan membantu siswa dalam menyerap informasi
secara baik, optimal, dan efektif sehingga akan membantu peningkatan prestasi belajar
siswa.
Pada penelitian ini ditemukan kecenderungan gaya belajar di SMA Santo
Bernardus Pekalongan adalah acomodator dan faktor yang paling kuat berhubungan
dengan prestasi belajar matematika adalah gaya belajar converger. Menurut Kolb
(1984), gaya belajar converger merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking
and doing), yaitu gaya belajar dengan membentuk pengalaman melalui konseptualisasi
abstrak dan mentransformasi ke dalam eksperimentasi aktif. Individu dengan tipe
converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Individu
biasanya mempunyai kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah
sosial atau hubungan antar pribadi.
Orang-orang yang memiliki gaya belajar Converger lebih menyukai hal-hal yang
sifatnya teknis dan aplikatif, walaupun kurang suka menyukai hal-hal yang sifatnya
konsep. Matematika pada dasarnya adalah sebuah pelajaran yang dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa dengan gaya belajar converger sangat
tertantang untuk melihatnya dengan pendekatan Matematika (Ramlah dkk., 2014).
15
Individu dengan gaya belajar converger sangat baik dalam menemukan kegunaan
praktis dari suatu ide dan teori (Kolb, et al.,2000). Dalam situasi belajar formal, siswa
dengan gaya belajar converger lebih suka bereksperimen dengan gagasan baru,
simulasi, tugas laboratorium, dan aplikasi praktik (Kolb dan Kolb, 2005). Individu
dengan gaya belajar converger merespon suatu tantangan sebagai sebuah kesempatan
apa yang akan diperbuatnya tetap melalui suatu pemikiran yang logis, runtut, matang,
objektif, analitis. Dalam melakukan sesuatu atau mengaplikasikan suatu teori akan
mencoba mengadaptasikan dan mengintegrasikan apa yang diamatinya terlebih dahulu
ke dalam sebuah teori (Ghufron dan Risnawita, 2012).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ramlah, Firmansyah dan Zubair
(2014) yang menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap
prestasi belajar matematika, hal ini ditunjukkan dengan nilai sig = 0,001 < 0,05.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
positif antara gaya belajar keseluruhan yang terdiri dari diverger, assimilator,
converger, maupun accomodator dengan prestasi belajar matematika (r = 0,594; p <
0,05). Kecenderungan gaya belajar siswa kelas XI di SMA Santo Bernardus adalah
accomodator. Gaya belajar converger merupakan gaya belajar paling berperan terhadap
prestasi belajar matematika di Kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan.
SARAN
16
Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan yang positif antara gaya
belajar dengan prestasi belajar matematika dan gaya belajar yang berhubungan paling
kuat adalah gaya belajar converger, oleh karena itu saran pada penelitian ini sebagai
berikut:
a. Kepada siswa-siswi kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan agar mengubah
gaya belajarnya yang selama ini accommodator dengan gaya belajar converger.
Tujuannya adalah untuk membantu mempermudah memahami mata pelajaran yang
diterima siswa, khususnya mata pelajaran matematika sehingga prestasi matematika
siswa lebih meningkat lagi. Cara mengubah gaya belajar siswa menjadi gaya belajar
converger adalah agar siswa menghindari gaya belajar yang semata-mata teoritis.
Siswa harus menyeimbangkan gaya belajar antara teoritis dan praktis.
b. Disarankan kepada Guru perlu mengenali jenis gaya belajar para siswanya sehingga
dapat mengarahkan siswanya untuk menggunakan gaya belajar yang lebih tepat dan
guru dapat menerapkan metode mengajar yang tepat melalui strategi pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran matematika. Tujuannya adalah
untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa-siswi.
c. Kepada peneliti selanjutnya, karena penelitian ini terbatas pada siswa kelas XI IPA
dan kelas XI IPS, maka perlu dilakukan penelitian pada tingkatan kelas yang lain.
d. Selain itu perlu dilakukan penelitian pada variabel lain yang berperan pada prestasi
belajar matematika selain gaya belajar.
DAFTAR PUSTAKA
17
Ardi, H. (2007). Profil Gaya Belajar Bahasa Inggris Siswa SMA Negeri 7 Kota Padang.
Jurnal Bahasa dan Sastra dan Seni Vol 1. Edisi Januari-April.
Arifin, Z. (1990). Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Aoetpah, D. (2005). Hubungan Motif Berafiliasi dan Gaya Belajar dengan Prestasi
Belajar Siswa Kelas II Pekerjaan Sosial SMK N 2 Soe Tahun Pelajaran 2004-
2005. Tesis. Salatiga. Pps MP. UKSW Salatiga.
Djaali. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Gunartomo. (2003). Pengaruh Kreatifitas Kognitif, Motivasi Berprestasi, Dan
Kecemasan Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa MTsN Grabag
Magelang. Tesis PPs UKSW Salatiga (Tidak dipublikasikan)
Kolb, D.A. (1984). Experiential learning: experience as the source of learning and
development .Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Kolb, Alice. Y., Kolb, David. A. (2005). The Kolb Learning Style Inventory-version 3.1
Technical Specifications. Case Western Reserve University. HayGroup.
Kossay, U. (2004). Prestasi Belajar Matematika SMU Negeri 3 Salatiga Semester
Tahun Pendidikan Tahun Ajaran 2003-2004. Skripsi Ekonomi. UKSW
Salatiga.
Missa, S.P.A. (2005). Hubungan antara Gaya Belajar dan Minat Pekerjaan Belajar
dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas I SMK Negeri 2 Soe. Tesis. Salatiga. Pps
MP. UKSW Salatiga.
Ramlah, Firmansyah, D., & Zubair, H., (2014). Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan
Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika (Survey Pada SMP Negeri di
Kecamatan Klari Kabupaten Karawang). Jurnal Ilmiah Solusi Vol.1 No. 3.
Sadwika, D. (2005). Hubungan Antara Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Bidang
Kognitif pada Siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Skripsi. Fakultas
Psikologi. UKSW Salatiga.
Setyowati. (2006). Hubungan antara Disiplin Belajar dan Gaya Belajar dengan Prestasi
Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 9 Semarang. Tesis. Salatiga. Pps
MP. UKSw Salatiga
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sularso, B. (2006). Prestasi Belajar Mahasiswa dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Supeno. (2003). Korelasi Gaya Belajar dan Kecerdasan Majemuk dengan Prestasi
Belajar Kimia Siswa SMU Masehi 1 PSAK Semarang. Tesis. Salatiga. Pps M
UKSW Salatiga.
Suradi. (2007). Gaya Berpikir Siswa SMP dalam Belajar Matematika. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan No.67 ke-13. Badan Penelitian dan
Pengembangan Depdiknas.
Sulistyaningrum, H. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
18
Matematika. Jurnal Pendidikan UNIROW. 10(2):206-215
Utami, E.D. (2008). Hubungan Motivasi Belajar dan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar
Mata Ajar Periodonsia pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof DR.
Moestopo. Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. UNS Surakarta
Windura., (2009), Mind Map: Langkah Demi Langkah, Penerbit PT Elex Media
Komputindo, Jakarta