20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM DENGAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PEMAIN WAYANG ORANG SRIWEDARI SURAKARTA THE RELATIONSHIP BETWEEN GENERATIVITY AND SELF ESTEEM WITH SUBJECTIVE WELL BEING ON WAYANG ORANG SRIWEDARI PLAYERS Tia Annisa Putri 1 , Hardjono 2 , Rini Setyowati 3 Universitas Sebelas Maret, Surakarta Abstract: This research aims to know the relation between generativity and self esteem with subjective well being on wayang orang sriwedari players. The instruments used are quality of subjective well being, generativity scale, and self esteem scale. The sample of this research was 40 players on more than 45 years old. The methods of data analysis were multiple regression. The results of research showed there was significant relationship between generativityand self esteem with subjective well being. Generativity and self esteem contributed amounting to 37,7% toward subjective well being. Keywords: subjective well being, job involvement, self esteem, job skill mismatch. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara generativitas dan self esteem dengan subjective well being pada pemain wayang orang sriwedari. Instrumen yang digunakan adalah skala subjective well being, skala generativitas, dan skala self esteem. Sampel pada penelitian ini adalah 40 pemain dengan usia diatas 45 tahun. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara generativitas dan self esteem dengan subjective well being. Generativitas dan self esteem berpengaruh sebesar 37,7% terhadap subjective well being. Kata Kunci: subjective well being, job involvement, self esteem, job skill mismatch.

HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM DENGAN

SUBJECTIVE WELL BEING PADA PEMAIN WAYANG ORANG SRIWEDARI

SURAKARTA

THE RELATIONSHIP BETWEEN GENERATIVITY AND SELF ESTEEM WITH

SUBJECTIVE WELL BEING ON WAYANG ORANG SRIWEDARI PLAYERS

Tia Annisa Putri1, Hardjono2, Rini Setyowati3

Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Abstract: This research aims to know the relation between generativity and self esteem with subjective well being on wayang orang sriwedari players. The instruments used are quality of subjective well being, generativity scale, and self esteem scale. The sample of this research was 40 players on more than 45 years old. The methods of data analysis were multiple regression. The results of research showed there was significant relationship between generativityand self esteem with subjective well being. Generativity and self esteem contributed amounting to 37,7% toward subjective well being.

Keywords: subjective well being, job involvement, self esteem, job skill mismatch.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara generativitas dan self esteem dengan subjective well being pada pemain wayang orang sriwedari. Instrumen yang digunakan adalah skala subjective well being, skala generativitas, dan skala self esteem. Sampel pada penelitian ini adalah 40 pemain dengan usia diatas 45 tahun. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara generativitas dan self esteem dengan subjective well being. Generativitas dan self esteem berpengaruh sebesar 37,7% terhadap subjective well being.

Kata Kunci: subjective well being, job involvement, self esteem, job skill mismatch.

Page 2: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya (Prameswarie &

Aditya, 2013). Budaya merupakan keseluruhan kompleks dari hal-hal yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan yang

diperoleh manusia sebagai suatu masyarakat (Kaplan & Manners, 2002). Budaya

merupakan cara hidup yang digunakan sekelompok masyarakat yang telah diturunkan

dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya. Budaya identik terhadap lokasi

suatu daerah dimana lokasi tersebut merupakan asal-muasal budaya lahir atau mulai

dikenal (Cahyo, 2017).

Budaya merupakan aset negara yang harus dijaga dan dilestarikan. Letak

geografis yang luas dan berbentuk kepulauan ini menjadikan Indonesia sebagai salah

satu negara kepulauan yang unik (Junaedy, 2017). Jawa Tengah merupakan suatu

provinsi yang memiliki keanekaragaman budaya yang terdiri dari ratusan kesenian

daerah. Beragam kesenian tradisional di Jawa Tengah diantaranya adalah tari

tradisional, geguritan, gamelan, langgam jawa, dan wayang. Beberapa kesenian

tersebut merupakan jenis kesenian tradisional yang populer di Jawa Tengah

(Hermawati, 2007). Menurut Laksana (2016), Wayang Orang merupakan bentuk

kolaborasi dari seni drama dengan dengan seni tari. Seni drama yang berkembang di

dunia bagian barat di elaborasikan dengan cerita wayang dari Jawa yang kemudian

menjadi pertunjukan teatrikal tradisional. Salah satu kesenian Wayang Orang yang

masih eksis di jaman modern ini adalah Wayang Orang Sriwedari.

Wayang Orang Sriwedari Surakarta merupakan kesenian tradisional yang

mengkolaborasikan antara seni tari, drama, dan koreografi (Hadiprayitno, 2009).

Wayang Orang Sriwedari adalah kesenian tradisional budaya Jawa yang dilindugi

dan dimiliki negara sesuai pasal 38 UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Dalam hal ini menjelaskan bahwa negara secara umum dan pemerintah kota secara

khusus memiliki peran yang besar dalam pelestarian kesenian Wayang Orang sebagai

budaya yang dimiliki negara (Kusharyani et al., 2016). Wayang Orang Sriwedari

merupakan kesenian tradisional yang terdiri dari beberapa pekerja seni dengan bekal

seni dan keahlian yang berbeda-beda. Keahlian yang dimiliki antara lain; menari,

memain gamelan, menyutradarai, nyinden, serta acting (Azhari, 2015).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara semi terstruktur secara langsung,

Wayang Orang Sriwedari diperankan oleh 74 orang. Seluruh pemain Wayang Orang

Sriwedari adalah orang dewasa dengan rentan usia 23 – 64 tahun. Pemain Wayang

Page 3: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Orang Sriwedari terbagi menjadi dua golongan yakni 24 orang dengan status Pegawai

Negeri Sipil (PNS) dan 50 orang dengan status tenaga kerja kontrak. Hal ini diinisiasi

oleh pemerintah kota Surakarta sebagai pengelola saat ini dengan tujuan untuk

mempertahankan eksistensi dan membuka lowongan kerja sebagai regenerasi pemain

Wayang Orang Sriwedari (Kusharyani dkk., 2016).

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan menunjukkan bahwa, peminat

Wayang Orang di Sriwedari mengalami penurunan. Hampir setiap hari pertunjukan

di gelar, jumlah penonton hanyalah belasan tidak mencapai angka puluhan. Pada hari

Sabtu, jumlah penonton mengalami kenaikan namun tidak signifikan. Setelah

dikonfirmasi mengenai kondisi tersebut kepada dua orang pemain, dijelaskan bahwa

penurunan penonton Wayang Orang mulai dirasakan kira-kira 4-5 tahun terakhir.

Pada awalnya para pemain merasakan sedih dan tidak puas jumlah penonton yang

sedikit, sehingga terkadang membuat pemain dalam memerankan wayang tidak

semangat dan tidak maksimal. Namun, lama-kelamaan para pemain sudah mulai

terbiasa dengan kondisi penonton yang sedikit, sehingga sekarang pemain mencoba

enjoy saja setiap pementasan dan menerima kondisi yang ada. Hal ini disebabkan

pemain ingin tetap profesional dengan profesinya sebagai pekerja seni tradisional.

Selama hampir lebih dari 107 tahun Wayang Orang Sriwedari berdiri dan

sudah beberapa kali berganti generasi kini eksistensinya mulai redup dan tergeser

oleh hiburan modern. Pada hasil wawancara pra-penelitian didapatkan bahwa dibalik

rasa profesional yang harus dijalankan oleh pemain Wayang Orang Sriwedari,

terdapat perasaan cemas dan hal-hal yang kurang enak yang terkadang dirasakan oleh

pemain. Salah satunya adalah kabar yang berkembang pada pertengahan tahun ini

mengenai akan ditutupnya Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari. Hal ini

memberikan dampak yang kurang baik kepada pemain, rasa was-was dirasakan

pemain apabila THR ditutup akan dapat memberikan dampak pada lokasi Wayang

Orang Sriwedari. Walaupun Wayang Orang Sriwedari merupakan kesenian yang

dikelola oleh pemerintah namun tidak menjamin bahwa setiap pagelaran akan ramai

oleh pengunjung. Dengan ditutupnya Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari

tentunya hal ini juga akan memberikan dampak yang negatif yakni semakin sepinya

arena Sriwedari sehingga, ditakutkan Wayang Orang akan semakin tenggelam.

Hal yang kurang enak yang dirasakan oleh pemain Wayang Orang Sriwedari

yang kedua adalah terkadang profesinya dianggap rendah oleh beberapa teman atau

Page 4: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

saudara. Pendapatan yang tidak banyak atau cukup menjadikan beberapa pemain juga

menjalan profesi lain seperti berjualan di rumah dan menjadi guru honorer di sekolah.

Hal ini dilakukan untuk memberikan tambahan pendapatan karena, jaman sekarang

biaya hidup sudah mulai tinggi bahkan di kota Surakarta sekalipun. Hal ini

menunjukan bahwa mereka memiliki rasa cemas akan profesinya sebagai pekerja seni

tradisional. Rasa cemas yang ada pada pemain Wayang Orang Sriwedari merupakan

bentuk dari afek negatif.

Pemain Wayang Orang Sriwedari tidak hanya merasakan afek negatif,

mereka juga merasakan beberapa afek positif. Afek positif dapat dilihat dari hasil

wawancara pendahuluan yang dilakukan kepada dua orang pemain Wayang Orang

Sriwedari, ketika diberikan pertanyaan mengenai profesinya yang dijalani saat ini

diketahui bahwa pemain Wayang Orang Sriwedari merasa senang terhadap

profesinya sebagai pekerja seni tradisional. Hal ini karena profesi yang dijalani sudah

sesuai dengan minat dan bakat para pemain sehingga pemain selain bekerja juga

dapat menyalurkan hobi yang dimiliki. Bertahan menjalani profesinya saat ini juga

dikarenakan adanya dukungan dari rekan kerja, kekompakan antar pemain Wayang

Orang yang selalu ada, saling membantu, dan saling memberikan semangat. Hal

itulah yang menjadikan pemain Wayang Orang bertahan, yakni merasakan

kehangatan keluarga dalam pekerjaannya. Bahagia atau senang akan profesi sebagai

pekerja seni dimanifestasikan para pemain dengan melakukan tugasnya semaksimal

mungkin.

“Yaa senenglah karena ini pekerjaan sudah sesuai apa yang saya inginkan.

Dalam artian sesuai dengan kemampuan saya, bahwa bakat dan keahlian

saya”. (W1,L,50)

“Pernah pekerjaan seni apalagi sebagai pemain Wayang Orang dulu

sempat dinilai sebelah matalah”. (W1,L,78)

“Cibiran maupun kres itu biasa dan saya gak ambil pusing. Namanya

orang seni tu jiwanya harus tahan banting dan tetap fokus menghibur

saja”. (W2,L,103)

“Kalau bukan orang-orang berbakat seperti kita-kita ini siapa lagi yang

mau menjaga dan melestarikan.” (W3,P,120)

Seorang pekerja seni akan membuat pertunjukan sukses dengan bermain

secara maksimal setiap kali pertunjukan sehingga penonton merasa puas melihat

Page 5: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pertunjukannya (Nawangsih & Kristiana, 2015). Sejatinya profesi sebagai pekerja

seni terutama pada seni tradisional tentunya profesi yang mulia karena dapat

memberikan manfaat yang besar yakni melestarikan kebudayaan (Azhari, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nawangsih dan Kristiana (2015),

menunjukkan bahwa penari di Semarang merasakan subjective well being tergambar

dengan rasa bangga yang dimiliki atas kesuksesannya melestarikan tari tradisional.

Para penari memaknai subjective well being sebagai afek positif dan kepuasan hidup.

Mereka merasa puas karena dapat ikut serta menjaga budaya dengan cara untuk

melestarikan tari tradisional.

Park, yang dikutip oleh Nisfiannor dan Rostiana (2004), mengatakan dalam

bahasa sehari-hari sinonim dari subjective well being adalah happiness atau

kebahagiaan. Subjective well being digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan

individu sesuai dengan evaluasi subjektif akan kehidupannya (Khairat & Adiyanti,

2015). Evaluasi dapat berupa dua bentuk yakni secara aspek afektif dan kognitif.

Bentuk dari evaluasi afektif adalah reaksi dan pengalaman seseorang dalam

merasakan suasana hati dan emosi baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan.

Evaluasi kognitif berupa suatu penilaian evaluatif mengenai kualitas hidup secara

menyeluruh (Diener, Lucas, Schimmack, & Helliwell, 2010). Menurut Imelda (2013),

Subjective well being atau kesejahteraan individu adalah saat individu mengevaluasi

perasaan baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan dan mengevaluasi

kepuasan dalam hidupnya.

Menurut Diener (2000), individu yang puas dan bahagia dengan kehidupan

yang dijalaninya adalah individu yang mampu menyelesaikan permasalahan dengan

baik, memiliki hubungan sosial yang baik, serta mempunyai prestasi kerja yang baik

pula. Individu dengan kriteria tersebut lebih tahan dan rentan terhadap stres serta

memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik (Nisfiannor & Rostiana, 2004).

Melihat hasil wawancara pendahuluan menunjukkan bahwa pemain Wayang Orang

Sriwedari memiliki ciri subjective well being, yaitu pemain dapat menyelesaikan

masalah dengan baik salah satunya adalah ketika masa penurunan penonton, pemain

yang awalnya merasa sedih dan kurang semangat akhirnya dapat melewati itu dengan

tetap enjoy dalam pentas untuk menjaga profesionalitas. Hubungan sosial yang baik

juga dirasakan pemain Wayang Orang, adanya dukungan dari rekan kerja ikatan antar

pemain yang saling memberikan semangat dan kompak menunjukan adanya

Page 6: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hubungan sosial yang baik. Bertahan sebagai pekerja seni tradisional di jaman yang

modern ini dengan tugas utama melestarikan budaya merupakan suatu pencapaian

prestasi kerja yang tidak mudah untuk didapatkan. Sehingga dapat disimpulkan

pemain Wayang Orang Sriwedari memiliki ciri sebagai individu yang memiliki rasa

subjective well being.

Penelitian yang dilakukan di negara-negara barat menunjukkan bahwa

individu dengan emosi positif akan berkaitan dengan beberapa karakteristik tingkah

laku yang khas seperti; rasa percaya diri yang tinggi dan energik, kemampuan

bersosialisasi yang baik, memiliki keterikatan dengan aktivitas yang dilakukan dan

memiliki kreativitas (Diener, 2002). Menurut hasil penelitian dari Imelda (2013),

menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi subjective well

being adalah adanya dukungan sosial dari orang lain. Penelitian yang dilakukan

Nawangsih (2014) mengungkapkan bahwa, subjective well being pada pekerja seni

khususnya penari memiliki afek yang positif serta dapat mencapai kepuasan hidup.

Beberapa faktor yang mempengaruhi subjective well being pada pekerja seni adalah

regulasi emosi, hubungan interpersonal, dan dukungan sosial (Nawangsih, 2015).

Angka tinggi rendahnya subjective well being pada individu akan mewakili

bagaimana pemenuhan kesejahteraannya dalam menjalani kehidupan. Hal tersebut

dapat ditinjau salah satunya dengan melihat status pekerjaan dari individu (Imelda,

2013). Menurut Nawangsih (2015), profesi sebagai pekerja seni bukanlah suatu hal

yang tidak mungkin untuk dapat memiliki rasa subjective well being. Hal ini akan

menjadikan para pekerja seni memiliki rasa optimisme terhadap diri sendiri, dapat

menerima kualitas dirinya, dan memiliki sikap yang positif terhadap hal-hal buruk

yang dialami dalam hidup. Hal positif lain yang dilakukan seorang pekerja seni

khususnya para pemain kesenian tradisional adalah melestarikan budaya dan

mewariskan budaya pada generasi selanjutnya. Menurut Santrock (2012), pewarisan

budaya atau menurunkan budaya yang dilakukan oleh individu yang sudah dewasa

disebut juga proses generativitas. Generativitas merupakan tahap ke tujuh dari teori

tahap perkembangan psikososial dari Erick Erickson (Indarwati, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Melo (2008) menunjukkan bahwa,

terdapat hubungan yang signifikan antara generativitas dengan subjective well being.

Semakin tinggi angka generativitas maka subjective well being pada individu akan

tinggi pula. Menurut Peterson (2002), generativitas merupakan kebutuhan orang

Page 7: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dewasa untuk dapat mewariskan sesuatu dari dalam dirinya kepada generasi

selanjutnya (Santrock, 2012). Ciri yang utama dari tahap ini adalah individu akan

perhatian pada apa yang dihasilkan dan memberikan pedoman untuk dapat

diturunkan pada generasi mendatang. Pada tahap ini individu dewasa telah

mempersiapkan generasinya yang akan datang dengan mewariskan apa yang ia punya

seperti ilmu, ide-ide, harta, maupun kebudayaan (Mar’at, 2009).

Individu dewasa melakukan proses generativitas dengan membimbing,

mengajar, dan mengarahkan generasi selanjutnya dengan mempromosikan hal-hal

yang menarik dalam bidang kontribusi di bidang politik, seni, budaya, dan komunitas

(Crandell, T. L., Crandell, C.H., dan Vander Zanden, 2009). Salah satu bentuk dari

regenerasi budaya adalah dengan menularkan nilai-nilai budaya dan mengajarkan

kebudayaan (Papalia, 2008). Pada generativitas kultural, objek dari generatif adalah

budaya yang mana individu dewasa menciptakkan, merenovasi, dan memelihara

kebudayaan sehingga dapat bertahan (Indarwati, 2010). Menurut penelitian Peterson

dan Stewart (1996) wanita karir atau wanita yang sedang bekerja akan memperoleh

kepuasan melalui pekerjaannya untuk digenerasikan kepada angkatan dibawahnya

(Santrock, 2012).

Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan, pemain Wayang Orang

Sriwedari merasa senang bisa membimbing pemain yang lain, berlatih bersama,

dan saling dapat berbagi pengalaman dalam menari maupun cerita-cerita mengenai

kehidupan mereka. Adanya hubungan yang kuat antar pemain menjadikan pemain

dekat satu sama lain, sehingga tidak jarang antar pemain bercerita kepada pemain lain

dan pemain lain memberikan masukan-masukan. Proses ini merupakan bentuk

generativitas yang dirasakan pemain Wayang Orang Sriwedari. Generativitas yang

dirasakan pemain juga memberikan rasa bahagia tersendiri, dengan dapat

memberikan masukan atau membantu sesama pemain.

Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi subjective well being

diantaranya adalah self esteem yang tinggi, rasa kendali, relasi hubungan sosial yang

positif, dan tujuan hidup (Indrayani, 2013). Faktor internal seperti; rasa optimisme,

regulasi emosi, pemaknaan hidup, dan self esteem atau kepercayaan diri (Khairat &

Adiyanti, 2015). Self esteem merupakan suatu keyakinan pada nilai diri sendiri yang

didasarkan pada evaluasi diri secara menyeluruh. Self esteem terbentuk oleh kondisi

individu masing-masing dan bagaimana perilaku antar individu (Engko, 2008).

Page 8: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Wibowo (2016) Self esteem adalah salah satu faktor penting dan utama dari

bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai konsep diri dan determinan

penting dalam perilakunya sehari-hari. Self esteem atau harga diri adalah bentuk

evaluasi diri dari individu secara menyeluruh berkaitan dengan apa yang dijalani

dalam hidup (Myers, 2014).

Menurut Michener dan Delameter (1999) faktor penting yang berkontribusi

dalam proses pembentukan self esteem adalah pengalaman dalam keluarga, reaksi

pada performance, dan perbandingan sosial (Dayakisni & Hudaniyah, 2009).

Penilaian harga diri bergantung dari persepsi dan sudut pandang masing-masing

individu. Hal ini karena setiap individu memiliki cara pandang dan penilaian

masing-masing terhadap harga diri dengan standar yang dibuat oleh setiap individu

(Myers, 2014). Secara umum bentuk individu melakukan evaluasi atau penilaian

terhadap diri, dilakukan dengan membandingnya dirinya dengan orang lain. Individu

yang memiliki harga diri positif akan cenderung untuk bahagia, sehat, dan dapat

dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Pada individu yang memiliki

harga diri negatif akan lebih rentan terhadap stres, cemas, peka terhadap penolakan,

menghindari tantangan, dan memiliki usaha yang kecil (Dayakisni & Hudaniyah,

2009).

Penelitian yang dilakukan Budiman (2015) menunjukkan adanya hubungan

positif yang erat antara self esteem dengan subjective well being pada model wanita.

Penilaian positif tersebut berhubungan dengan kesejahteraan hidup sesuai yang

didapatkan saat menjalani profesi sebagai seorang model. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Handayani (2011) yang mengungkapkan bahwa semakin tinggi nilai

self esteem pada individu maka, nilai subjective well being juga akan tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat kolerasi dan keterkaitan antara self esteem dengan

subjective well being.

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa pemain Wayang Orang Sriwedari

berpotensi memiliki subjective well being yang ditunjukan dengan adanya sikap kerja

profesional, adanya dukungan antar sesama pemain, dan adanya rasa senang dapat

melestarikan budaya. Ketiga hal tersebut diterapkan dalam diri pemain Wayang

Orang untuk dapat semangat dalam bekerja walaupun eksistensi Wayang Orang

Sriwedari sedikit mengalami penurunan. Terdapat faktor yang muncul mempengaruhi

subjective well being pada pemain Wayang Orang Sriwedari yakni mewariskan

Page 9: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

budaya dan menjalankan pekerjaan secara profesional. Kedua hal tersebut merupakan

manifestasi dari generativitas dan self esteem yang ada pada pemain Wayang Orang.

Generativitas ditunjukan dengan memberikan pembelajaran dan bimbingan kepada

tenaga kerja kontrak mengenai seni Wayang Orang. Baik dari sejarah, alur cerita,

lakon yang diperankan, tata rias dan koreografi dalam pertunjukan. Adapun self

esteem dapat dilihat dari sikap profesional yang dilakukan oleh pemain Wayang

Orang dalam setiap pertunjukan walaupun jumlah penonton yang datang sedikit. Hal

ini menunjukan bahwa jumlah penonton yang sedikit tidak menjadikan faktor

penghalang bagi para pemain Wayang Orang Sriwedari untuk memberikan

pertunjukan yang maksimal sehingga membuat penonton bahagia.

Metode

Variabel terikat dan dua variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari variabel

terikat yang berupa Subjective Well Being, dan dua variabel bebas yang terdiri dari

Generativitas dan juga Self Esteem. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pemain wayang orang Sriwedari Surakarta berjumlah 72 orang. Sampel penelitian ini

42 orang dengan kriteria pemain wayang orang Sriwedari Surakarta berusia lebih dari

45 tahun.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga alat ukur, yaitu

skala subjective well being, generativitas, dan self esteem. Model skala pada penelitian

ini adalah modifikasi dari skala Likert, setiap skala terdiri atas pernyataan yang

memiliki sifat favorable dan unfavorable yang memiliki empat ciri – ciri alternatif

jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai

(STS).

Subjective well being dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan adaptasi

dan modifikasi skala yang dibuat oleh Aysyah (2014). Skala subjective well being

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 20 aitem favorable dan 19 aitem

unfavorable. Generativitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala

yang disusun oleh peneliti berdasarkan pada aspek generativitas yang dikemukakan

oleh Mc Adams (1992). Skala generativitas yang digunakan terdiri atas 22 aitem

favorable dan 8 aitem unfavorable. Self esteem dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan skala yang dimodifikasi dari Khairat (2014). Skala self esteem yang

digunakan terdiri atas 15 favorable dan 15 unfavorable.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Teknik analisis data yang digunakan ialah analisis regresi linier berganda dan

korelasi parsial. Dalam melaksanakan uji hipotesis, peneliti harus memenuhi beberapa

syarat uji asumsi terlebih dahulu, syarat- syarat yang harus dipenuhi, yaitu melakukan

uji asumsi dasar yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas.

Hasil

Penelitian ini menggunakan One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test sebagai metode

uji normalitas dengan syarat jika nilai signifikansi lebih dari 0,05, yang berarti data

berdistribusi normal (Santoso, 2014). Data yang baik digunakan dalam penelitian

haruslah berdistibusi normal. Hasil perhitungan menunjukkan nilai signifikansi

ketiga variabel, yaitu subjective well being (0,495), generativitas (0,427) dan self esteem

(0,773) lebih dari 0,05, yang berarti bahwa ketiga variabel berdistribusi normal.

Kemudian, dilakukan uji linieritas untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

linier antara dua variabel penelitian. Dua variabel dikatakan linier apabila nilai

signifikansi kurang dari 0,05 (Santoso, 2014). Hasil perhitungan menunjukkan nilai

signifikansi antara subjective well being dengan generativitysebesar 0,000 dan nilai

signifikansi subjective well being dengan self esteem sebesar 0,000 (p < 0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linier antara subjective well being

dengan generativitydan subjective well being dengan self esteem.

Hasil uji simultan F pada tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikansi pada

penelitian ini sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05. Selain itu dari hasil uji simultan

diatas diketahui pula nilai Fhitung sebesar 11,186 sementara nilai Ftabel dengan taraf

signifikansi 0,05, adalah 3,23. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel, yaitu 11,186 > 3,23, sehingga dapat

dikatakan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima yaitu generativitas

dan self esteem secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap subjective well

being pada pemain wayang orang Sriwedari Surakarta.

Tabel 1

Ringkasan Hasil Uji Hipotesis

Variabel R R2 Fhitung Ftabel (5%) P value

Generativitas 0,614 0,377 11,186 3,23 0,000

Self esteem

Page 11: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Korelasi antara generativitas dengan subjective well being sebesar 0,572 dengan

signifikansi 0,002 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara generativitas dengan subjective well being dan arahnya adalah

positif. Sedangkan pada self esteem dengan subjective well being koefisien

menunjukkan 0,179 dengan signifikansi 0,573 (p < 0,05). Hal ini menjelaskan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara self esteem dengan subjective well being.

Diskusi

Berdasarkan uji analisis data, uji hipotesis menggunakan regresi linier berganda

atau uji simultan F menunjukkan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat

diterima yaitu terdapat hubungan antara generativitas dan self esteem dengan

subjective well being pada pemain Wayang Orang Sriwedari Surakarta. Pada hasil uji

simultan F menunjukkan nilai Fhitung sebesar 11,186 dan nilai Ftabel sebesar 3,23

dengan taraf signifikasi 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Fhitung >

Ftabel. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa variabel generativitas dan self

esteem secara bersama-sama memiliki hubungan positif dan signifikan dengan

subjective well being pada pemain Wayang Orang Sriwedari Surakarta. Kemudian

hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa nilai koefisien ganda (R) dalam penelitian

ini sebesar 0,614. Koefisien angka R mendekati angka 1 sehingga, dapat diketahui

bahwa korelasi yang dimiliki antara generativitas dan self esteem pada subjective well

being termasuk hubungan yang cukup kuat pada pemain Wayang Orang Sriwedari

Surakarta.

Pada data penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (R

Square) menunjukkan angka 0,377 atau 37,7% dalam bentuk persentase. Hal ini

dapat diartikan bahwa variabel generativitas dan self esteem secara bersama-sama

menyumbang sebesar 37,7% terhadap variabel subjective well being dengan sisanya

sebesar 62,3% dipengaruhi oleh variabel lain atau faktor lain yang tidak termasuk

dalam penelitian ini. Nilai R Square juga merupakan hasil penjumlahan dari

sumbangan efektif variabel generativitas dan self esteem terhadap variabel subjective

well being. Sumbangan efektif generativitas terhadap subjective well being pada

penelitian ini adalah 34,79% dan sumbangan efektif self esteem terhadap subjective

well being pada penelitian ini adalah 2,83%. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel

Page 12: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

generativitas memberi pengaruh yang lebih besar dibandingkan variabel self esteem

terhadap subjective well being pada pemain Wayang Orang di Sriwedari Surakarta.

Hasil analisis regresi linier berganda yang dilakukan telah sesuai dengan teori

dan penelitian, yang menyebutkan bahwa generativitas dan self esteem sebagai faktor

yang mempengaruhi subjective well being. Generativitas didefinisikan sebagai proses

mewariskan atau menurunkan sesuatu dalam kehidupannya yang dilakukan oleh

individu dewasa madya kepada generasi selanjutnya dan mempertahankan kepuasan

dalam karir karena kesadarannya akan waktu yang tersisa dalam hidup sudah mulai

berkurang (Santrock, 2002). Salah satu bentuk dari regenerasi budaya adalah dengan

menularkan nilai-nilai budaya dan mengajarkan kebudayaan (Papalia, 2008). Pada

generativitas kultural, objek dari generatif adalah budaya yang mana individu dewasa

menciptakan, merenovasi, dan memelihara kebudayaan sehingga dapat bertahan

(Indarwati, 2010). Hasil penelitian ini turut menguatkan penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya oleh Melo (2008) yang menyebutkan adanya korelasi positif

antara generativitas dengan subjective well being.

Selain generativitas, penelitian ini menunjukkan adanya self esteem yang secara

bersama-sama dengan generativitas mempengaruhi subjective well being. Self esteem

adalah evaluasi diri yang dilakukan oleh masing-masing individu, yang berupa sikap

terhadap diri sendiri secara positif maupun negatif. Evaluasi dilakukan dengan

membandingkan konsep diri (perceived self) dengan ideal self. Harga diri cenderung

tinggi apabila konsep diri dinilai lebih baik daripada ideal self. Harga diri cenderung

rendah apabila konsep diri dinilai lebih buruk daripada ideal self (Baron, 2013).

Individu dengan harga diri yang tinggi akan cenderung memiliki kepuasan dalam

hidup yang tinggi atau subjective well being yang tinggi (Branden, 1992).

Berdasarkan pemaparan yang telah dilakukan dapat terungkap adanya keterikatan

antara variabel generativitas dan self esteem secara bersama-sama dengan subjective

well being.

Uji hipotesis kedua menggunakan teknik korelasi parsial menunjukkan bahwa

hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat diterima yaitu adanya hubungan antara

generativitas dengan subjective well being pada pemain Wayang Orang Sriwedari

Surakarta. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi pada pada Significance (2-tailed)

sebesar 0,001 (p < 0,05) dan nilai korelasi 0,506 yang memiliki arti bahwa terdapat

hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara generativitas dengan subjective well

Page 13: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

being dengan arah hubungan searah yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi

yang bertanda positif. Hasil uji korelasi parsial yang dilakukan mendukung penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya oleh Melo (2008) yang menyatakan bahwa

generativitas berkorelasi positif dengan subjective well being. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa secara parsial generativitas berhubungan secara positif dan

signifikan dengan subjective well being.

Uji hipotesis ketiga menggunakan teknik korelasi parsial menunjukkan bahwa

hipotesis ketiga dalam penelitian ini tidak dapat diterima atau ditolak. Hal ini

disebabkan tidak terbuktinya hubungan yang signifikan antara self esteem dengan

subjective well being pada pemain Wayang Orang di Sriwedari Surakarta yang

ditunjukkan dengan nilai signifikansi pada pada Significance (2-tailed) sebesar 0,191

(p < 0,05) dan nilai korelasi 0,214. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang

sebelumnya dilakukan oleh Budiman (2015) dan Handayani (2011) yang melakukan

penelitian korelasi antara self esteem dengan subjective well being. Namun, hal ini

mendukung pada pernyataan Lucas, Diener, dan Suh yang mengatakan bahwa adanya

hubungan yang tidak cukup kuat antara self esteem dan kepuasan hidup pada

kebudayaan kolektif (Puspasari, 2004).

Tidak signifikannya self esteem dalam penelitian ini dapat disebabkan karena

pengalaman subjektif yang berbeda-beda pada pemain Wayang Orang Sriwedari.

Selain itu, tipe kepribadian juga dapat berpengaruh terhadap self esteem. Menurut

Diener (2009), pada individu dengan tipe ekstrovert akan lebih cenderung mengalami

afek positif. Untuk itu individu dengan tipe ekstrovert akan memiliki angka

subjective well being yang tinggi. Individu dewasa dengan tipe kepribadian ekstrovert

akan memiliki self esteem yang baik dan rasa optimisme.

Hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada penelitian ini telah

mampu menjawab tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian yaitu hubungan

generativitas dan self esteem dengan subjective well being pada pemain Wayang

Orang Sriwedari Surakarta. Namun terdapat satu hipotesis yang ditolak yaitu pada

hipotesis ketiga karena tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara self

esteem dengan subjective well being.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan

diantaranya, Terdapat hubungan yang signifikan antara generativitas dan self esteem

dengan subjective well being pada pemain Wayang Orang Sriwedari Surakarta.

Artinya, semakin tinggi generativitas dan self esteem pemain Wayang Orang, maka

akan semakin tinggi pula subjective well being yang dirasakan. Terdapat hubungan

yang signifikan antara generativitas dengan subjective well being pada pemain

Wayang Orang Sriwedari Surakarta. Artinya, semakin tinggi generativitas pemain

Wayang Orang, maka akan semakin tinggi pula subjective well being yang dirasakan.

Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara self esteem dengan subjective well

being pada pemain Wayang Orang Sriwedari Surakarta. Artinya, semakin tinggi self

esteem pemain Wayang Orang, belum tentu subjective well being yang dirasakan

akan semakin tinggi. Persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel

generativitas dan self esteem secara bersama-sama terhadap subjective well being

sebesar 37,7% yang ditunjukkan dengan koefisien determinasi (R Square) sebesar

0,377 sementara sisanya sebesar 62,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

terdapat dalam penelitian ini.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan

beberapa saran untuk berbagai pihak sebagai berikut:

1. Untuk pemain Wayang Orang Sriwedari

Berdasarkan hasil penelitian ini, pemain Wayang Orang Sriwedari harus

mempertahankan bahkan meningkatkan subjective well being yang dimiliki

saat ini. Agar dalam bekerja lebih bersemangat apa pun tantangannya dan

selalu bersyukur dengan hidup yang dijalani yakni profesinya saat ini. Pemain

Wayang Orang Sriwedari juga harus tetap menjaga atau mempertahankan

sikap generativitasnya. Hal tersebut sangatlah penting karena mewariskan

sesuatu terlebih budaya kepada generasi muda merupakan hal yang mulia dan

sangat berguna bagi kelestarian budaya tradisional.

Pemain Wayang Orang Sriwedari juga harus tetap mempertahankan self

esteem yang sudah baik. Dengan memiliki harga diri yang tinggi akan lebih

menjadikan individu sebagai orang yang percaya diri khususnya memiliki

profesi sebagai pekerja tradisional. Profesi sebagai pemain Wayang Orang

Page 15: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bukanlah profesi yang memalukan justru merupakan profesi yang

membanggakan karena memiliki peran penting terhadap budaya negara. Para

pemain Wayang Orang sudah memiliki andil dalam menjaga dan melestarikan

budaya Wayang Orang.

2. Untuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dapat meningkatkan subjective well

being pemain Wayang Orang dengan cara memberikan pelatihan atau

kegiatan training. Hal ini agar para pemain Wayang Orang lebih bersemangat

dalam bekerja dan dapat menjadikan suatu pengalaman yang baru pada

pemain Wayang Orang Sriwedari. Pelatihan maupun training tidak hanya

digunakan untuk meningkatkan subjective well being, namun dapat juga

untuk tetap menjaga generativitas dan self esteem para pemain Wayang Orang

Sriwedari.

Pihak dinas juga dapat lebih menggalakkan promosi terkait dengan

kesenian Wayang Orang, sehingga pengunjung dari Wayang Orang Sriwedari

semakin bertambah. Misalnya, dinas bekerja sama dengan beberapa sekolah

untuk dapat menyaksikan kesenian Wayang Orang sriwedari secara

bergantian, sehingga pemain Wayang Orang akan lebih semangat dengan

jumlah penonton yang banyak dan anak-anak sekolah mendapatkan ilmu

mengenai kesenian Wayang Orang. Selain itu, dapat menjaga dan

melestarikan kesenian tradisional di zaman modern kepada generasi-generasi

milenial. Dapat pula melakukan promosi dengan media online, cetak, maupun

elektronik agar masyarakat lebih paham bahwa kesenian Wayang Orang

Sriwedari hingga saat ini masih eksis.

3. Untuk masyarakat sekitar

Masyarakat sekitar diharapkan lebih peka dan sadar untuk turut

melestarikan budaya Indonesia, salah satunya dengan menyempatkan

menonton pertunjukan Wayang Orang Sriwedari Surakarta.

4. Untuk penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti yang akan

melaksanakan penelitian dengan topik dan tema yang serupa. Penelitian selanjutnya

diharapkan lebih memperluas variabel-variabel yang digunakan sehingga didapat

pengetahuan yang lebih bulat dan utuh mengenai bidang psikologi pemain Wayang

Page 16: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Orang Sriwedari Surakarta. Vaiabel yang digunakan contohnya regulasi emosi, tipe

kepribadian, dan self efficacy.

Daftar Pustaka

Agus, A. R. (2013). Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo.

Ahimsa, P. (2000). Ketika Orang Jawa Nyeni, Seni Dalam Beberapa Perspektif,

Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Galang Press.

Argyle, M. (2001). The Psychology Of Happiness. New York: Routledge.

Alfianika, N. (2016). Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: Deepublisher.Argyle, Michael. 2001. The Psychology Of

Happiness. New York: Routledge.

Azhari, D. M. (2015). Eksistensi Wayang Orang (Studi Deskriptif Eksistensi

Kelompok Wayang Orang Sriwedari Surakarta , di Surakarta ), (2), 175–

185.

Azwar, S. (2012)a. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012)b. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R. A., Donn. B. (2003). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Branden, N. (1992). The Psychology of Self Esteem. New York: Bartam Bools.

Brink, P., Wood, M. (2000). Langkah Dasar dalam Perencanaan Riset dan

Keperawatan. Jakarta: Kedokteran Egc.

Budiman, A. (2015). Hubungan Antara Subjective Well Being pada Model Wanita

Bandung. Skripsi: Universitas Islam Bandung.

Bungin, B. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

.

Burn, R. B. (1998). Konsep Diri; Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.

Alih Bahasa oleh Eddy. Jakarta : Arcan.

Cahyo, A. M. (2017, Juli 13). Pengertian Budaya, Ciri-ciri, Wujud Kebudayaan, Dan

Unsur. Baabun. Retrieved November 20 from

https://baabun.com/budaya-adalah/.

Cavanaugh, J. C. & Fredda, B. F. (2006). Adult Development and Aging (5th edition).

USA: Thomson Wadsworth.

Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Pt. Rajagrafindo Persada.

Corsini, R. J. (2002). The Dictionary of Psychology. New York: Bruner Routledge.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Crandell, T. L., Crandell, C.H. & Vander Zanden, J. W. (2009). Chapter 2: Theories

of Development. Human Development Ninth Edition, 35–61.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self-Esteem. San Francisco : Freeman

And Company.

Dayakisni, T., Hudaniyah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Pers.

Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. (1999). Subjective Well Being:

Three Descades of Progress. Psychological Bulleting, Vol 125, No 2,

276-302.

Diener, Ed. (2000). Subjective Well Being: The Science of Happiness and a Proposal

for a National Index. Vol. 55., No. 1. 34-43.

Diener, Ed. (2002). Findings On Subjective Well-Being and Their Implications for

Empowerment. Washington DC: University of Illinois.

Diener, E., Lucas, R., Schimmack, U., & Helliwell, J. (2003). Personality, Culture,

and Subjective Wellbeing: Emotional and Cognitive Evaluations of Life.

Annual Review of Psychology, 54, 403-425.

Diener, E. (2009). Assessing Well-Being; The Collected Works of Ed Diener. New

York: Springer Dordrecht Heidelberg London.

Diener, E., Lucas, R., Schimmack, U., & Helliwell, J. (2010). Well-Being for Public

Policy. Well-Being for Public Policy. New York: Oxford University.

Diener, E., Chan, M.Y. (2011). Happy People Live Longer : Subjective Well Being

Contributes to Health And Longevity. Journal Applied Psychology : Health

and Well Being, 3(1), 1-43.

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Eid, M dan Larsen, R. J. (2008). The Science Of Subjective Well-Being. New York:

The Guilford Press.

Engko, C. (2008). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Individual Dengan

Self Esteem dan Self Efficacy Sebagai Variabel Intervening. Bisnis Dan

Akuntansi, 10(1), 1–12.

Erikson, E., H. (1963). Childhood and Society. New York: Norton & Company.

Hadiprayitno, K. (2009). Perlunya Belajar Wayang Dalam Kehidupan Budaya Jawa.

Sejarah dan Budaya, 4, 1–15.

Hall, C. S., & Lindzey, G. (1985). Introduction to Personality Theory. New York: A

John Wiley & Sons Inc.

Handayani, S. (2011). Hubungan Antara Self Esteem dengan Subjective Well Being

Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi: Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hasan, I. (2012). Pokok-pokok Materi Statistik 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Hermawati, T. (2007). Budaya Jawa dan Kesetaraan Gender. Jurnal Komunikasi

Massa, 1(1), 18–24.

Hersapadi. (1999). Wayang Wong Sriwedari “Dari Seni Istana Menjadi Seni

Komersil”. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia.

Holt, C. (2000). Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Bandung: Pustaka

Utama.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang

Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Imelda, J. (2013). Perbedaan Subjective Well Being Ibu Ditinjau dari Status Bekerja

Ibu, 2(1), 1–16.

Indarwati, A. (2010). Perbedaan Generativitas Pada Gay Pria Pekerja Seks Dengan

Gay Bukan Pria Pekerja Seks. Skripsi: Universitas Sebelas Maret.

Indrayani, A. P. (2013). Model Pengembangan Subjective Well Being Pada Masa

Pensiun. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1).

Junaedy, D. (2017, Juli 4). Tourism Sector Indonesia: 15 Million Foreign Tourists In

2017. Indonesia-Investments. Retrieved November 20 from

https://www.indonesia-investments.com/id/culture/culture-columns/tourism-

in-indonesia-15-million-foreign-tourists-in-2017/item7949.

Kaplan, D., & Manners, R. A. (2002). Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khairat, M., & Adiyanti, M. G. (2015). Self esteem dan Prestasi Akademik sebagai

Prediktor Subjective Well-being Remaja Awal. Gadjah Mada Journal Of

Psychology, 1(3), 180–191.

Kusharyani, M., Santoso, B., & Wisnaeni, F. (2016). Eksistensi dan Perlindungan

Wayang Orang Sriwedari Surakarta Ditinjau Dari Aspek Hukum Hak Cipta,

12.

Mcadams, D. P., & De St Aubin, E. (1992). A Theory of Generativity and Its

Assessment Through Self-Report, Behavioral Acts, and Narrative Themes in

Autobiography. Journal of Personality and Social Psychology, 62(6),1003.

Melissa, N. (2015, Agustus 5). Menilik Kekayaan dan Keragaman Indonesia.

Inmetmining. Retrieved November 20 from

http://www.inmetmining.com/menilik-kekayaan-dan-keragaman-indonesia/.

Murk, C. J. (2006). Self Esteem Research, Theory, and Practice: Toward A Positive

Psychology of Self Esteem 3rd Edition. New York: Springer Publishing

Company Inc.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Myers, G.E dan Myers, M.T. (1992). The Dynamics of Human Communication: A

Laboratory Approach. Sixth Edition.New York: Mc Graw Hill.

Myers, D. G. (2004). In Press. American Paradox. New York: Worth Publishers

.Myers, D. G. (2014). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Nawangsih, N. A., & Kristiana, I. F. (2015). Subjective Well - Being Pada Penari

Studio Seni Amerta Laksita Semarang.

Nisfiannor, M., & Rostiana, T. (2004). Hubungan Antara Komitmen Beragama dan

Subjective Well-Being pada Remaja Akhir di Universitas Tarumanagara.

Jurnal Psikologi Vol, 2(1), 74–93. Retrieved from

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-4951-M.Nisfiannor,Rostia

na,TrianaPuspasari.pdf.

Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan Stastitika Modern Untuk Ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika.

Papalia, D., dkk. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). In

Cetakan ke-1, edisi ke-9. Jakarta: Kencana.

Perdana, A. I. (2014). Wayang Orang. Budayaindonesia. Retrieved Desember 15,

From Http://Budaya-Indonesia.Org/Wayang-Orang.

Prameswari, D., Aditya, C. (2013). Let's Go Around The World. Jakarta: Cerdas

Interaktif.

Puspasari, T., Rostiana., Nisfiannor, M. (2004). Hubungan Antara Komitmen

Beragama dan Subjective Well-Being Pada Remaja Akhir di Universitas

Tarumanagara. Jurnal Psikologi, 2(1), 74-93.

Oktakarianda, R. (2015). Subjective Well Being ditinjau dari Faktor Demografi

(Status Pernikahan, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Status Pekerjaan

Dan Jumlah Tanggungan) pada Petani Sawit. Tesis: Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Rosya, M. (2017, Januari 14). Kebudayaan Jawa Tengah. Kebudayaanindonesia.

Retrieved November 20, from

http://www.kebudayaanindonesia.com/2013/06/jawa-tengah.html.

Santoso, S. (2017). Statistik Multivariat dengan SPSS. Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (Edisi

Kelima). (Penerj. Achmad Chusairi, Juda Damanik; Ed. Herman Sinaga,

Yati Sumiharti). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. 2012. Life-Span Development. 13 Th Edition. University of Texas,

Dallas : Mc Graw-Hill

Sartini, N. W. (2009). Menggali Nilai Kearifan Lokal Budaya Jawa Lewat Ungkapan

Page 20: HUBUNGAN ANTARA GENERATIVITAS DAN SELF ESTEEM …

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Bebasan, Saloka, dan Paribasa). ILmiah Bahasa Dan Sastra, 5(1), 28.

Sedyawati, E. (2007). Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, Dan Sejarah.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sheldon, K. M. & Marko, L. H. (2001). Self-concordance, goal attaitment, and the

pursuit oh happiness: Can there be an upward spiral?. Journal of

Personality and Social Psychology, 80(1), 152-165. doi:

10.1037//0022-3514.80.1.152.

Simamora, B. (2008). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Situmorang, S. H. (2010). Analisis Data: Untuk Riset Manajemen dan Bisnis. Medan:

USU Press.

Soedarsono, R. M. (1997). Wayang Wong “Drama Tari Ritual Kenegaraan di

Keraton Yogyakarta”. Yogyakarta: Ugm Press.

Soedarsono, R., M. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.

Yogyakarta: Ugm Press.

Sugiyono. (2016). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Taylor, S. E., Peplau., L. A., Sears., D. O., (1997). Social Psychology Ninth Edition.

New Jersey: Prentice Hall.

Watson, D., Clark, L. A., dan Tellegen, A. (1988). Development and Validation Of

Brief Measure Of Positive And Negative Effect: The Panas Scales. Journal

Of Personality And Social Psychology, 54, 1063-1070.

Wibowo, S. B. (2016). Benarkah Self Esteem Mempengaruhi Prestasi Akademik?

Humanitas, 13(1), 72. https://doi.org/10.26555/humanitas.v13i1.3846.

Wulandari, T. (2013). Masa Kerja dan Subjective Well-Being (Studi Terhadap Guru

Slb Bagian B Dan C Bagaskara Sragen). Jurnal Aspirasi, 4(2), 119-131.

Zulfikar, S. P., & Budiantara, N. (2014). Manajemen Riset dengan Pendekatan

Komputasi Statistika. Yogyakarta: Deepublisher.