22
HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN INTENSI PINDAH KERJA MELALUI VARIABEL MEDIATOR PERILAKU EKSTRA PERAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana Oleh : ARDIAN NUR ROMADHAN S 300 160 063 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

  • Upload
    votuong

  • View
    235

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI

DAN KEPUASAN KERJA DENGAN INTENSI PINDAH

KERJA MELALUI VARIABEL MEDIATOR

PERILAKU EKSTRA PERAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada

Jurusan Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana

Oleh :

ARDIAN NUR ROMADHAN

S 300 160 063

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN

KERJA DENGAN INTENSI PINDAH KERJA MELALUI VARIABEL

MEDIATOR PERILAKU EKSTRA PERAN

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

ARDIAN NUR ROMADHAN

S 300 160 063

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Pembimbing,

Dr. Yudhi Satria Restu, M.Si

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN

KERJA DENGAN INTENSI PINDAH KERJA MELALUI VARIABEL

MEDIATOR PERILAKU EKSTRA PERAN

OLEH

ARDIAN NUR ROMADHAN

S 300 160 063

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Senin, 15 April 2019

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Yudhi Satria Restu, M.Si.

(Ketua Dewan Penguji)

(.........................................)

2. Dr. Daliman, SU.

(Anggota I Dewan Penguji)

(.........................................)

3. Dr. Eny Purwandari, M.Si.

(Anggota II Dewan Penguji)

(.........................................)

Direktur,

Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M.Pd

NIP. 19620514 198503 1 003

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 12 April 2019

Penulis Ardian Nur Romadhan

S 300 160 063

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

1

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN

KERJA DENGAN INTENSI PINDAH KERJA MELALUI VARIABEL

MEDIATOR PERILAKU EKSTRA PERAN

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi, kepuasan kerja dan perilaku ekstra peran dengan intensi pindah kerja. Juga hubungan antara komitmen organisasi dan kepuasan kerja dengan intensi pindah kerja melalui variabel mediator perilaku ekstra peran. Penelitian ini berimplikasi sebagai bahan evaluasi dan umpan balik terhadap upaya penanganan dan peningkatan karyawan, terutama penanganan terhadap intensi pindah kerja. Teknik pengampilan sampel dalam penelitian ini adalah cluster random sampling, dengan sampel penelitian sebanyak 200 karyawan garmen. Pengumpulan data dijaring dengan menggunakan skala komitmen organisasi, skala kepuasan kerja, skala perilaku ekstra peran dan skala intensi pindah kerja. Dari jumlah kuesioner yang disebar tingkat presentase pengembalian kuesioner responden sebesar 100%. Data dianalisis mengunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan AMOS. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi path koefisien diketahui bahwa komitmen organisasi, kepuasan kerja dan perilaku ekstra peran memiliki hubungan langsung terhadap intensi pindah kerja. Lebih lanjut, hasil analisis data menunjukan bahwa perilaku ekstra peran terbukti mampu sebagai mediator pada hubungan antara komitmen organisasi dan kepuasan kerja dengan intensi pindah kerja. Kata kunci: komitmen organisasi, kepuasan kerja, perilaku ekstra peran, intensi pindah kerja.

ABSTRACT

The research aims to see the correlation between organizational commitment, job satisfaction and organizational citizenship behavior with turnover intention. Also the correlation between organizational commitment and job satisfaction and turnover intention is through the organizational citizenship behavior mediator variable. This research has implications as material for evaluation and feedback on efforts to handle and improve employees, especially handling turnover intention. The sampling technique in this study was cluster random sampling, with a sample of 200 garment employees. Data collection is captured by using organizational commitment scale, job satisfaction scale, organizational citizenship behavior scale and turnover intention scale. From the number of questionnaires spread the rate of return of the respondents questionnaire percentage of 100%. Data were analyzed using the Structural Equation Modeling (SEM) method with AMOS. Based on the results of testing the path coefficient significance it is known that organizational commitment, job satisfaction and organizational citizenship behavior have a direct correlation to turnover intention. Furthermore, the results of data analysis show that organizational citizenship behavior is proven to be able as a mediator in the correlation between organizational commitment and job satisfaction with turnover intention. Keywords: organizational commitment, job satisfaction, organizational citizenship behavior, turnover intention.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

2

1. PENDAHULUAN

Salah satu kesuksesan sebuah organisasi adalah sejauhmana keterlibatan

sikap dan perilaku karyawan yang positif dalam mencapai tujuan organisasi.

Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena cara orang

mempersepsi dan menghayati pekerjaannya sering berubah seiring waktu

(Kaswan, 2017). Salah satu fenomena yang sering terjadi didalam organisasi

dalam bentuk sikap dan perilaku karyawan adalah intensi pindah kerja atau

keluarnya karyawan dari perusahaan. Fishbein & Ajzen (1975) menyatakan

bahwa intensi perilaku merupakan fungsi dari adanya keyakinan-keyakinan

tertentu yang berhubungan dengan perilakunya sendiri. Lebih lanjut (Ajzen, 1985,

1987) manyatakan bahwa intensi merupakan disposisi perilaku untuk

menerjemahkan niat menjadi tindakan, niat perilaku dapat diartikan sebagai niat

untuk mencoba melakukan perilaku tertentu. Zimmerman, (2008) menunjukkan

efek langsung pada intensi pindah kerja bahwa individu dengan keterbukaan yang

rendah dapat terlibat dalam intensi pindah kerja yang tidak direncanakan. Lambert

(2010) berpendapat bahwa intensi pindah kerja cenderung lebih berbahaya bagi

organisasi karena berdampak pada biaya langsung dan tidak langsung, karena

terjadi dengan tak terduga. Perputaran karyawan merupakan masalah yang

dihadapi oleh semua organisasi. Data turnover karyawan garmen 2015-2018

menunjukan bahwa angka turnover tertinggi terdapat ditahun 2016 sejumlah 985

karyawan, sedangkan pada tahun 2015 (875 karyawan), tahun 2017 (767

karyawan) dan tahun 2018 sejumlah 819 karyawan (Sumber: HRD). Fenomena

tersebut menggambarkan tingkat turnover karyawan pada salah satu industri

garmen di Jawa Tengah. Dari fakta tersebut entitas sikap kerja yang dimiliki oleh

karyawan belum menunjukan sikap dan perilaku karyawan yang positif terhadap

organisasi. Berkenaan dengan intensi pindah kerja (Mobley, 2000) menjelaskan

bahwa intensi pindah kerja dapat terjadi secara sukarela yang diprakasai oleh

karyawan sendiri dan secara terpaksa yang diprakasai oleh organisasi, selain itu

ditambah dengan kematian dan pengunduran diri atas desakan.

Salah satu faktor yang tidak mempengaruhi intensi pindah kerja adalah

komitmen organisasi. Pada penelitian (Gim, Desa, & Ramayah, 2015) terungkap

bahwa komitmen afektif berhubungan negatif dengan intensi pindah kerja. Selain

faktor komitmen organisasi, intensi pindah kerja juga berhubungan negatif oleh

faktor kepuasan kerja dan perilaku ekstra peran. Temuan pada penelitian

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

3

(Wombacher & Felfe, 2017) menunjukan bahwa komitmen organisasi dan

perilaku ekstra peran merupakan komponen yang tidak mempengaruhi intensi

pindah kerja. Penelitian (Trimble, 2006) terungkap bawa kepuasan kerja secara

positif memprediksi komitmen organisasional afektif dan berhubungan negatif

dengan intensi pindah kerja. Lebih lanjut hal serupa juga ditunjukan oleh (Meyer,

dkk., 2002) yang menemukan bahwa tiga bentuk komitmen organisasi berkorelasi

dengan kepuasan kerja secara keseluruhan dan ketiga bentuk komitmen organisasi

berhubungan negatif dengan turnover, sedangkan komitmen afektif memiliki

korelasi terkuat dengan ukuran perilaku yang relevan dan paling menguntungkan

dengan perilaku ekstra peran. Berdasarkan hasil penelitian empiris tersebut dapat

diartikan bahwa ketika karyawan memiliki komitmen organisasi, kepuasan kerja

dan perilaku ekstra peran terhadap organisasi, maka tingkat intensi pindah kerja di

organisasi negatif atau rendah.

Adapun manfaat dari penelitian ini memberikan informasi akan

pentingnya komitmen organisasi, kepuasan kerja dan perilaku ekstra peran yang

mempengaruhi intensi pindah kerja karyawannya, sehingga manajemen dapat

mencegah munculnya intensi pindah kerja yang dapat mengganggu

ketidakstabilan dan produktifitas organisasi.

Kajian tentang intensi telah banyak dilakukan oleh beberapa tokoh yang

salah satunya oleh (Fishbein & Ajzen, 1975) yang menyatakan bahwa intensi

merupakan perilaku yang timbul dari adanya fungsi keyakinan tertentu yang

berkaitan dengan perilakunya sendiri, dengan kata lain intensi merupakan niat

yang dimiliki oleh individu untuk melakukan perilaku dan dibarengi dengan

proses pembentukannya. Hal tersebut dikenal dengan theory of reasoned action,

teori ini memandang intensi dari dua aspek, yaitu : attitude toward behavior dan

subjective norms. Theory of reasoned action didasarkan pada asumsi bahwa

individu biasanya berperilaku dengan cara yang masuk akal dengan

mempertimbangkan informasi yang tersedia (Ajzen, 1985). Ajzen (1991)

berpendapat bahwa suatu perilaku selalu berada dalam kontrol individu, dimana

individu memiliki kontrol kehendak. Lebih lanjut (Ajzen, 1991) menjelaskan

bahwa sejauh individu memiliki kontrol perilaku diharapkan dapat termotivasi

dan mempengaruhi kinerja. Rancangan tentang persepsi kontrol perilaku juga

dikemukakan oleh (Bandura, 1977) yaitu tentang efiksasi diri (self-efficacy),

pengertian efikasi diri secara umum merupakan kepercayaan individu atas

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

4

ketrampilan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Ajzen (1991)

memandang theory of reasoned action memiliki kekurangan, karena teori tersebut

tidak mampu menjelaskan terkait dengan kontrol individu. Oleh sebab itu (Ajzen,

1991) menambahkan satu aspek yang ikut menentukan intensi, yaitu aspek

persepsi atas kontrol perilaku (perceived behavioral control). Teori ini dikenal

dengan nama "The theory of planned behavior". Faktor utama dalam teori tersebut

adalah niat individu untuk menangkap faktor motivasi yang berkaitan dengan

tingkah laku yang mempengaruhi perilaku. Rancangan persepsi atas kontrol

perilaku yang diajukan oleh (Ajzen, 1991) tersebut dipengaruhi oleh penelitian

yang dilakukan Bandura terkait dengan self-efficacy (Ajzen, 2002), meskipun self-

efficacy bukan merupakan teory of behavioral change, namun self-efficacy

memiliki pengaruh penting terhadap banyak teori termasuk theory of planned

behavior. Teori tersebut sangat sesuai digunakan untuk menjelaskan berbagai

intensi atau niat perilaku karyawan di dalam organisasi. Berdasarkan beberapa

teori-teori di atas, maka pada penelitian ini akan lebih mengacu kepada teori

intensi menurut (Ajzen, 1991) yaitu “theory of planned behavior”.

Intensi pindah kerja dapat diartikan sebagai keluar atau berpindahnya

tenaga kerja ke organisasi perseroan lain. Robbins (2001); Spector, (2008),

mendefinisikan turnover sebagai penarikan diri secara suka rela atau tidak suka

rela dari pekerjaannya yang menurunkan produktivitas organisasi. Lambert (2010)

mengatakan bahwa intensi pindah kerja merupakan perwujudan karyawan ketika

memilih untuk meninggalkan pekerjaan. Pengertian intensi dalam penelitian ini

digunakan teori dari Ajzen (1991), yaitu niat yang ada pada diri individu untuk

melakukan perilaku pindah atau berhenti bekerja dari organisasi, sesuai dengan

faktor-faktor motivasi yang dimilikinya. Untuk mengungkap niat dalam

melakukan perilaku dapat diprediksi dari sikap terhadap perilaku, norma subjektif,

dan kontrol perilaku yang dirasakan. Alasannya adalah karena teori tersebut sudah

mewakili teori-teori yang dikemukakan oleh tokoh lain yang bersifat

multidimensional tentang intensi dan dapat menjadi pijakan dalam mengungkap

keterkaitan antara variabel indikator dengan variabel laten pada penelitian ini

Onyishi (2010); Spector (2008); Mahembe, Engelbrecht, Chinyamurindi,

& Kandekande, (2015); Organ, Podaskoff, & MacKenzie, (2006), mendefinisikan

perilaku ekstra peran merupakan perilaku yang secara keseluruhan berkontribusi

pada efektivitas organisasi dilakukan dengan sukarela dan senang hati, secara

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

5

tidak langsung tanpa harus diperintah memberikan perilaku pelayanan proaktif

dengan baik, sehingga bermanfaat bagi organisasi dan dapat meningkatkan

efisiensi suatu organisasi. Penelitian ini menggunakan pengertian perilaku ekstra

peran dari Organ, dkk., (2006), yaitu perilaku sukarela yang secara tidak

langsung atau secara eksplisit memberikan pelayanan proaktif dengan baik

terhadap organisasi. Perilaku ekstra peran memiliki lima dimensi perilaku ekstra

peran yaitu: menolong (altruism), suka rela (conscientious-ness), kebaikan/rasa

hormat (courtesy), toleransi & sportifitas (sportsmanship), & bertanggung jawab

(civic virtue).

Sikap kerja yang dimiliki karyawan seperti komitmen organisasi

merupakan penilaian kognitif yang menggambarkan ikatan yang dimiliki oleh

karyawan terhadap atasannya dan mencerminkan karakteristik lingkungan kerja

(Irshad & Naz, 2011; Onuoha & Tolulope, 2013). Mowday, Porter, dan Steers

(disitasi Meyer, Allen, & Smith, 1993); Meyer & Allen, (1991); Allen & Meyer,

(1990), mendefinisikan komitmen organisasi sebagai keterikatan emosional atau

sifat hubungan seorang individu dengan organisasi. Penelitian ini menggunakan

pengertian komitmen organisasi dari (Meyer dkk., 1993), yaitu sebagai sifat

hubungan seorang individu terhadap organisasi tertentu yang terdiri dari tiga

komponen yang berbeda yaitu: (1). Komitmen afektif (affective commitment),

(2). Komitmen normatif (normative commitment), dan (3). Komitmen normatif

(normative commitment).

Kepuasan kerja merupakan variabel sikap yang merefleksikan keadaan

emosional yang menyenangkan terhadap pekerjaannya, dimana seseorang dengan

tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap

pekerjaannya, sedangkan yang tidak puas menunjukkan sikap negatif (Irshad &

Naz, 2011; Robbins, 2003; Spector, 2008; Wirawan, 2013). Penelitian ini

menggunakan pengertian kepuasan kerja dari (Robbins, 2003), yaitu suatu sikap

umum seorang individu terhadap pekerjaaannya. Lima aspek kepuasan kerja

yang dikembangkan oleh (Robbins, 2003), yaitu: (1). pekerjaan itu sendiri (work

it self), (2). supervisi (supervision), (3). teman sekerja (co-workers), (4). promosi

(promotion), dan (5). gaji atau upah (pay).

Adapun model konseptual dapat digambarkan secara menyeluruh dalam

suatu sistem yang merepresentasi hubungan teoritikal. Berdasarkan pada kajian

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

6

teori yang ada dan kebaruan penelitian sebelumnya, maka diajukan model

hubungan antar konstruk seperti yang digambarkan dalam bagan berikut :

Gambar 1. Model Kerangka Teoritis.

Penelitian ini ingin menguji hipotesis, yaitu: terdapat hubungan antara

komitmen organisasi dan kepuasan kerja dengan intensi pindah kerja melalui

variabel mediator perilaku ekstra peran pada karyawan garmen.

2. METODE

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random

sampling. Responden yang dipilih sebagai sampel penelitian, yaitu: (1). karyawan

garmen laki-laki dan perempuan, (2). masa kerja minimal satu tahun, (3). status

karyawan tetap non kontrak. dan (4). pendidikan minimal SMA/SMK atau

sederajat.

Tabel 1. Data demografi responden

No Demografi responden Kategori Frekuensi %

1.

Jenis Kelamin

Laki-laki 50 25%

Perempuan 150 75%

2.

Usia

20 - 25 Tahun 93 47%

26 - 30 Tahun 78 39%

31 - 35 Tahun 26 13%

≥ 36 Tahun 3 2%

3.

Status Perkawinan

Kawin 70 35%

Belum Kawin 130 65%

4. Status Karyawan Karyawan Tetap 200 100%

5.

Masa Kerja

3 Tahun 120 60%

≥ 4 Tahun 80 40%

6. Pendidikan Akhir SMA/SMK/Sederajat 200 100%

( M )

Perilaku Ekstra Peran

( Y ) Intensi Pindah

Kerja

( X1 )

Komitmen Organisasi

( X2 ) Kepuasan

Kerja

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

7

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah karyawan garmen dengan jumlah populasi

5.847 karyawan (Sumber: Human Resource Development). Subyek yang dipilih

sebagai sampel penelitian ini adalah karyawan yang bekerja pada unit garmen

dengan jumlah total sampel yang digunakan sebanyak 200 karyawan.

Metode dan Alat Pengumpul Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu skala ukur. Ada empat buah skala yang

digunakan yaitu : skala komitmen organisasi, skala kepuasan kerja, skala perilaku

ekstra peran dan skala intensi pindah kerja. Dalam pengumpulan data peneliti

dibantu oleh Staff HRD, dari 200 skala yang disebarkan tingkat pengembalian

skala sebesar 100% dengan data yang terkumpul dan dapat digunakam sebanyak

200 skala.

Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan

metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan program AMOS versi 23.

Syarat utama menggunakan SEM yakni membangun suatu model hipotesis yang

terdiri dari model pengukuran dan model struktural dalam bentuk diagram jalur

yang berdasarkan justifikasi teori.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil Pengujian Model Pengukuran (Measurement Model)

Uji validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan metode dua

tahap. Pertama, uji validitas isi dengan model pengukuran Content Validity

Index (CVI) hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Kedua, uji validitas konstruk

dengan model pengukuran Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang

diidentifikasi dengan koefisien bobot faktor (factor loadings). Suatu indikator

valid jika standardized factor loadings ≥ 0,50 (Ghozali, 2011). Selanjutnya

dilakukan uji unidimensionalitas masing-masing konstruk dengan CFA.

Uji reliabilitas instrumen, penelitian ini menggunakan construct

reliability > 0,70 dan variance extracted ≥ 0,50 (Ghozali, 2011). Berdasarkan

pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data dari hasil

penyebaran kuesioner adalah Valid. Selanjutnya berdasarkan uji reliabilitas

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

8

yang dilakukan diperoleh hasil bahwa semua konstruk yang diukur realibel.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan konstruk yang

digunakan dalam penelitian ini dapat diandalkan (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas

Konstruk Jml

aitem CVI CFA Factor

Loading C.R AVE

Valid Valid Kesahihan

KO 12

Butir 12

Valid

7 Valid

3 Faktor Sahih

KA1 0,908

0,861 0,674 KB3 0,765

KN2 0,783

KK 15

Butir 15

Valid

10

Valid

5 Faktor Sahih

PS1 0,794

0,884 0,709

SU3 0,718

TS2 0,731

PR1 0,842

GA2 0,799

PEP 15

Butir 15

Valid

10

Valid

5 Faktor Sahih

ME3 0,720

0,850 0,513

SR2 0,751

KE3 0,747

SP3 0,716

BJ1 0,708

IPK 12

Butir 11

Valid

6

Valid

3 Faktor Sahih

ST1 0,801

0,816 0,597 NS2 0,815

PK4 0,697

Hasil Pengujian Model Struktural (Structural Model)

Teknik estimasi yang digunakan adalah maximum likelihood (ML).

Kesesuaian model dievaluasi melalui penyesuaian terhadap kriteria goodness-

of-fit. Selain itu, tahapan dalam pengujian model struktural meliputi tahap uji

prasyarat analisis SEM, uji kesesuaian model dan uji signifikansi path

koefisien.

Uji Prasyarat Analisis SEM

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 200 responden. Jumlah

sampel tersebut telah memenuhi syarat ukuran sampel yang sesuai untuk SEM

minimum sebanyak 200 sampel (Loehlin, 1998). Pengujian data selanjutnya

dengan mengevaluasi tingkat normalitas data yang digunakan dalam penelitian

ini, diketahui bahwa hasil pengujian normalitas nilai C.R kurtosis untuk

multivariate yaitu sebesar ,537 dibawah 2,58; sehingga dapat dimaknai bahwa

distribusi data variable observed adalah normal. Deteksi multivariate outliers

dapat dilihat dari nilai chi-squares pada Degree of Freedom 16 yaitu jumlah

indikator pada signifikansi p<0,001. Nilai mahalanobis distance X2 (16;

0,001) = 39,25. Pada penelitian ini, tidak terdapat data yang memiliki

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

9

mahalanobis distance melebihi 39,25. Dapat diambil kesimpulan tidak

terdapat outliers sehingga tidak perlu melakukan penghapusan. Hasil uji

multikolinearitas menujukan bahwa korelasi antar variabel eksogen memiliki

nilai 0,315 jauh dibawah 0,9 yang berarti bahwa tidak terdapat masalah

multikolinieritas pada data yang dianalisis dalam model penelitian ini.

Uji Kesesuaian Model

Dapat dilihat pada Gambar 2. bahwa output kriteria sudah berada pada

kondisi baik (fit) dan sesuai dengan yang direkomendasikan. Dari hasil

tersebut dimaknai bahwa overall model telah memenuhi syarat kriteria cut-off-

value dan mempunyai fit yang baik, maka tidak perlu dilakukan modifikasi

model. Model dikatakan fit karena model konseptual yang dibangun secara

teoritis (theoritical meaning) pada penelitian ini didukung oleh model

statistikal dengan data empiris yang ada di lapangan. Hal ini dapat dimaknai

bahwa aktualisasinya relevan dengan kondisi yang sebenarnya, sehingga uji

kesesuaian model yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

Gambar 2. Full Model Struktural.

Uji Signifikansi Path Koefisien

Hasil signifikansi path koefisien pada Tabel 3. merupakan temuan

empiris yang menunjukan bahwa semua variabel berhubungan langsung

terhadap intensi pindah kerja.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

10

Tabel 3. Uji Signifikansi Path Koefisien

Signifikansi path koefisien Nilai C.R dan Nilai (P) Hasil Uji

Hubungan antara komitmen organisasi dan perilaku ekstra peran

C.R 3,707; (P) *** Diterima

Hubungan antara kepuasan kerja dan perilaku ekstra peran

C.R 6,752; (P) *** Diterima

Hubungan antara perilaku ekstra peran dan intensi pindah kerja

C.R 7,777; (P) *** Diterima

Hubungan antara komitmen organisasi dan intensi pindah kerja

C.R -3,311; (P) *** Diterima

Hubungan antara kepuasan kerja dan intensi pindah kerja

C.R -2,108; (P) ,035 Diterima

Keterangan: *** (P) yang berarti signifikan pada 0,001

Pengujian Hipotesis

Setelah didapatkan hasil signifikansi path koefisien, maka langkah terakhir

dilakukan interpretasi model atau pengujian hipotesis dengan melihat analisis

hubungan yaitu, analisis terhadap dirrect effect, indirect effect dan total effect

(Tabel 4). Untuk mengetahui mediasi penuh atau parsial dilakukan berdasarkan

prosedur (Baron & Kenny, 1986; MacKinnon, Fairchild, & Fritz, 2007; Preacher

& Hayes, 2008). Analysis of Moment Structures (AMOS) tidak mengeluarkan

output signifikan tidaknya efek tidak langsung (Widhiarso, 2011). Oleh karena

itu, untuk mengetahui tingkat signifikansi PEP sebagai variabel mediator, maka

harus dihitung dengan Sobel standard error (z-statistic) yang dikembangkan oleh

Sobel, (1982), dengan bantuan Sobel test online calculator www.danielsoper.com.

Tabel 4. Uji Hipotesis

Hipotesis Dirrect effect Indirect effect Total effect Sobel Z

KO PEP IPK -0,247*** 0,285 0,038 3,58***

KK PEP IPK -0,201*** 0,601 0,401 4,37***

Keterangan: ** (P) < 0,05; *** (P) < 0,001; N = 200.

3.2 Pembahasan

Hasil pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap variabel

komitmen organisasi dan intensi pindah kerja menunjukkan bahwa komitmen

organisasi memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap intensi

pindah kerja yang ditunjukkan oleh nilai (C.R -3,311 > 1,96) dan probability

(P) 0,001 (***) < 0,05 dengan efek langsung (direct effect) sebesar -0,247. Hal

tersebut membuktikan bahwa terdapat karyawan garmen yang memiliki

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

11

komitmen organisasi, tetap berniat untuk pindah kerja. Hubungan negatif

dalam penelitian ini mendukung hasil penemuan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh (Arshadi, 2011) dan (Zhang, Ling, Zhang, & Xie, 2015) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara komitmen organisasi

dan intensi pindah kerja. Hal yang sama juga ditunjukan oleh (W. Lam & Liu,

2014) dan (Chang, Chi, & Miao, 2007) dalam penelitiannya menunjukkan

bahwa komitmen normatif memiliki hubungan negatif dengan intensi pindah

kerja dan komitmen afektif juga memiliki hubungan negatif dengan intensi

pindah kerja. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa komitmen organisasi

juga berkorelasi lebih kuat secara tidak langsung (indirect effect) terhadap

intensi pindah kerja, yaitu sebesar 0,285. Berdasarkan pengujian (z-statistic)

menunjukan adanya efek tidak langsung antara variabel-variabel yang diteliti,

karena nilai Z1 = 3,58 < 1,96 dengan p-value ***, maka dapat disimpulkan

bahwa indirect effect signifikan. Artinya bahwa, variabel PEP merupakan

variabel mediator, dengan kata lain komitmen organisasi tidak serta merta

berkorelasi langsung terhadap intensi pindah kerja melainkan melalui perilaku

ekstra peran sebagai variabel mediator. Dengan demikian, hasil penelitian ini

juga membuktikan hipotesis bahwa terdapat hubungan antara komitmen

organisasi dengan intensi pindah kerja melalui variabel mediator perilaku

ekstra peran pada karyawan garmen.

Hasil pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap variabel

kepuasan kerja dan intensi pindah kerja menunjukkan bahwa kepuasan kerja

memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap intensi pindah kerja

yang ditunjukkan oleh nilai (C.R -2,108 > 1,96) dan probability (P) 0,035 <

0,05 dengan efek langsung (direct effect) sebesar -0,201. Hal tersebut

membuktikan bahwa terdapat karyawan garmen yang memiliki kepuasan

terhadap pekerjaannya, tetap berniat untuk pindah kerja. Hubungan negatif

dalam penelitian ini mendukung hasil penemuan penelitian sebelumnya yang

dilakukan (Bouckenooghe, Raja, & Butt, 2013; Choi & Chiu, 2017; Madera,

King, & Hebl, 2012) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki

pengaruh negatif pada intensi pindah kerja. Demikian pula dengan penelitian

(Chung, Jung, & Sohn, 2017) hasilnya menunjukkan bahwa stres kerja yang

tinggi terkait dengan kepuasan kerja yang rendah pada gilirannya

memprediksi intensi turnover yang lebih tinggi. Dengan demikian, hasil

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

12

penelitian ini juga memperkuat pendapat (Mobley, 2000) bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi terbentuknya intensi pindah kerja yaitu, kepuasan kerja

dan komitmen organisasi. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa kepuasan

kerja juga berkorelasi lebih kuat secara tidak langsung (indirect effect)

terhadap intensi pindah kerja, yaitu sebesar 0,601. Berdasarkan pengujian (z-

statistic) menunjukan adanya efek tidak langsung antara variabel-variabel

yang diteliti, karena nilai Z2 = 4,37 < 1,96 dengan p-value ***, maka dapat

disimpulkan bahwa indirect effect signifikan. Artinya bahwa, variabel PEP

merupakan variabel mediator, dengan kata lain kepuasan kerja tidak serta

merta berkorelasi langsung terhadap intensi pindah kerja melainkan melalui

perilaku ekstra peran sebagai variabel mediator. Dengan demikian, hasil

penelitian ini juga membuktikan hipotesis bahwa terdapat hubungan antara

kepuasan kerja dengan intensi pindah kerja melalui variabel mediator perilaku

ekstra peran pada karyawan garmen.

Secara umum hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara

komitmen organisasi dan kepuasan kerja dengan intensi pindah kerja melalui

variabel mediator perilaku ekstra peran pada karyawan garmen. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian (Ananda, 2017) yang menyatakan bahwa

kepuasan kerja berpengaruh terhadap turnover intention melalui organization

citizenship behavior dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap turnover

intention melalui organization citizenship behavior.

Model mediator menunjukan hubungan antara konstruk eksogen dan

endogen melalui variabel antara, dengan kata lain model ini menjelaskan

bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Baron & Kenny,

1986; James & Brett, 1984; Latan, 2013). Pada Tabel 4. menyajikan hasil

yang berkaitan dengan hipotesis dan dapat dilihat bahwa bahwa total effect

KO dengan IPK melalui variabel mediator PEP yaitu sebesar 0,038 hasil

tersebut diperoleh dari penjumlahan dirrect effect -0,247 dengan indirect effect

0,285. Sedangkan, total effect KK dengan IPK melalui variabel mediator PEP

yaitu sebesar 0,401 hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan dirrect effect -

0,201 dengan indirect effect 0,601. Lebih lanjut, diketahui pula bahwa kedua

variabel komitmen organisasi maupun kepuasan kerja memiliki dirrect effect

yang lebih kecil dibanding dengan indirect effect. Berdasarkan temuan

tersebut dapat diketahui bahwa, strong point hubungan mediasi lebih berada

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

13

pada indirect effect. Menurut (Baron & Kenny, 1986), secara umum sebuah

variabel merupakan mediator yang efisien ketika dalam total effect (efek

total), porsi jalur ab indirect effect (efek tidak langsung) diharapkan signifikan

dan lebih besar dibanding dengan direct effect (efek langsung). Oleh karena

itu dapat dimaknai bahwa, hasil analisis data pada penelitian ini dapat menjadi

penguatan (reinforcement) dalam mengungkap pernyataan yang menyatakan

bahwa hipotesis penelitian diterima. Teoritisasi dari penelitian ini menunjukan

bahwa KO, KK dan PEP memiliki peranan penting untuk menurunkan IPK

pada karyawan garmen. KO dan KK yang tinggi akan meningkatkan PEP pada

karyawan garmen yang selanjutnya memotivasi keterlibatan sikap dan

perilaku karyawan yang positif, sehingga hal tersebut dapat menurunkan

munculnya niat karyawan untuk melakukan perilaku pindah atau berhenti

bekerja dari organisasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi

maupun kepuasan kerja berhubungan signifikan terhadap intensi pindah kerja

melalui penguatan nilai-nilai perilaku ekstra peran.

Untuk mengetahui adanya complete mediation (mediasi sempurna)

atau partial mediation (mediasi parsial) dilakukan dengan melihat apakah

koefisien c' signifikan secara statistik (Baron & Kenny, 1986; MacKinnon

dkk., 2007; Preacher & Hayes, 2008). Setelah melihat persyaratan untuk

menentukan adanya pengaruh mediasi secara setatistik, maka dari Tabel 4.

dapat dilihat bahwa koefisien c' komitmen organisasi dan kepuasan kerja

secara statistik keduanya signifikan dan indirect effect lebih besar dibanding

dengan direct effect, sehingga dapat disimpulkan bahwa mediasi yang terjadi

antara komitmen organisasi dan kepuasan kerja dengan intensi pindah kerja

melalui variabel mediator perilaku ekstra peran keduanya adalah mediasi

parsial. Efek mediasi parsial juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan

oleh (Kim, Lee, & Choi, 2012) bahwa perilaku ekstra peran menunjukan efek

mediasi parsial antara job embeddedness dan intensi turnover. Secara

keseluruhan terbukti bahwa perilaku ekstra peran dapat sebagai variabel

mediator yang mampu melihat efek tidak langsung terhadap setiap variabel

yang ada dalam penelitian ini. Perilaku ekstra peran yang tinggi akan

meningkatkan komitmen organisasi dan kepuasan kerja pada karyawan

garmen yang selanjutnya memotivasi keterlibatan sikap dan perilaku

karyawan yang positif, sehingga hal tersebut dapat menurunkan munculnya

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

14

niat karyawan untuk melakukan perilaku pindah atau berhenti bekerja dari

organisasi. Jadi, dapat dimaknai bahwa komitmen organisasi maupun

kepuasan kerja berhubungan signifikan terhadap intensi pindah kerja melalui

penguatan nilai-nilai dari variabel mediator perilaku ekstra peran.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan diskusi dalam penelitian ini dapat

diperoleh kesimpulan bahwa secara empiris ada hubungan antara komitmen

organisasi, kepuasan kerja dan perilaku ekstra peran dengan intensi pindah

kerja. Lebih lanjut, diketahui bahwa perilaku ekstra peran terbukti mampu

sebagai mediator pada hubungan antara komitmen organisasi dan kepuasan

kerja dengan intensi pindah kerja. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa

hubungan mediasi yang terjadi melalui variabel mediator perilaku ekstra peran

merupakan mediasi parsial.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi pihak karyawan

Dari penelitian ini diharapkan dengan memiliki perilaku ekstra peran

yang tinggi akan mendorong karyawan garmen untuk bersikap dan berperilaku

positif dalam bekerja, misalnya: menolong rekan kerja yang kesulitan terhadap

masalah/tugas kerja dalam organisasi, suka rela menyelesaikan pekerjaan lebih

awal dari pada yang seharusnya, mencegah timbulnya masalah yang terkait

pekerjaan dengan rekan kerja maupun atasan, menjaga nama baik organisasi

dan selalu terlibat dalam kegiatan organisasi, sehingga hal ini akan

menyebabkan intensi pindah kerja karyawan akan berkurang.

4.2.2 Bagi pihak perusahaan

Melalui penelitian ini diharapkan membantu organisasi dalam

memahami keadaan psikologis karyawannya, sekaligus menjadi bahan

evaluasi dan umpan balik terhadap upaya penanganan dan peningkatan

karyawan, terutama penanganan terhadap tingkat pindah kerja (turnover).

Hasil penelitian menunjukan bahwa PEP termasuk dalam kategori tinggi. Oleh

karena itu, pihak organisasi dapat mempertahankan perilaku ekstra peran yang

dimiliki oleh karyawannya. Begitu pentingnya perilaku ekstra peran yang

dikelola dengan baik agar dapat mencegah intensi pindah kerja dan

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

15

meningkatkan komitmen organisasi maupun kepuasan kerja karyawan yang

bekerja di industri garmen. Karena apabila tingkat pindah kerja (turnover)

tinggi, maka organisasi perlu mengeluarkan cost perekrutan dan pelatihan

karyawan baru, hal tersebut dapat mengganggu ketidakstabilan dan

produktifitas organisasi.

Adapun alternatif yang dapat diberikan untuk menurunkan intensi

pindah kerja karyawan, antara lain :

a. Menumbuhkan perilaku altruisme (menolong), misalnya: menciptakan

budaya saling menolong atau membantu antar karyawan dalam konteks

masalah kerja dalam organisasi, sehingga akan menciptakan budaya kerja

yang produktif.

b. Menumbuhkan perilaku conscientious-ness (suka rela), misalnya:

menanamkan nilai-nilai organisasi yang melandasi atau mempengaruhi

sikap dan perilaku karyawan yang konsisten secara suka rela, sehingga

akan menciptakan kepatuhan pada peraturan organisasi.

c. Menumbuhkan perilaku courtesy (berbuat kebaikan/rasa hormat),

misalnya: membuka wadah khusus bagi karyawan untuk berinteraksi antar

sesama karyawan, maupun dengan level top manajemen agar terbina suatu

hubungan yang kuat antara atasan dengan karyawan, sehingga akan

menciptakan lingkungan kerja yang saling meringankan atau mencegah

terjadinya permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan baik terhadap

rekan kerja maupun pihak lain yang tidak terlibat dalam pekerjaan.

d. Menumbuhkan perilaku sportmanship (sportif), misalnya: menciptakan

iklim yang positif diantara karyawan dalam bekerja, sehingga akan

menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.

e. Menumbuhkan perilaku civic virtue (tanggung jawab), misalnya:

melibatkan karyawan dalam setiap kegiatan organisasi, baik kegiatan di

dalam maupun di luar organisasi dan memberikan kesempatan bagi

karyawan untuk beropini tentang permasalahan yang terjadi di organisasi.

4.2.3 Bagi peneliti berikutnya

Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menggunakan sampel baik

karyawan tetap maupun karyawan kontrak, sehingga dapat dibandingkan atau

diketahui tingkat intensi pindah kerja antara masing-masing karyawan tersebut

dan menggunakan variabel bebas usia maupun masa kerja kelompok subjek.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

16

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (2002). Perceived behavioral control, self-efficacy, locus of control, and the theory of planned behavior. Journal of Applied Social Psychology, 32, 665–683.

Ajzen, Icek. (1985). From Intentions to Actions: A Theory of Planned Behavior (eds. Action Control. SSSP Springer Series in Social Psychology). Springer, Berlin, Heidelberg.

Ajzen, Icek. (1987). Attitudes, Traits, And Actions: Dispositional Prediction Of Behavior In Personality And Social Psychology. Advances In Experimental Social Psychology, 20, 1–63.

Ajzen, Icek. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior And Human Decision Processes, 50, 179–211.

Allen, N. J., & Meyer, J. P. (1990). The measurement and antecedents of affective, continuance and normative commitment to the organization. Journal of Occupational Psychology banner, 63(1).

Ananda, W. (2017). Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi terhadap Organization Citizenship Behavior dan Turnover Intention pada Pegawai PT. Bank BNI Life Insurance Cabang Kota Pekanbaru. JOM, 4(1), 284–296.

Arshadi, N. (2011). The relationships of perceived organizational support (POS) with organizational commitment, in-role performance, and turnover intention: Mediating role of felt obligation. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 30, 1103–1108.

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological Review, 84(2), 191–215.

Baron, R. M., & Kenny, D. A. (1986). The moderator mediator variable distinction in social psychological research: Conceptual, strategic, and statistical considerations. Journal of Personality and Social Psychology, 51, 1173–1182.

Bouckenooghe, D., Raja, U., & Butt, A. N. (2013). Combined Effects of Positive and Negative Affectivity and Job Satisfaction on Job Performance and Turnover Intentions. The Journal of Psychology, 147(2), 105–123.

Chang, H.-T., Chi, N.-W., & Miao, M.-C. (2007). Testing the relationship between three-component organizational/occupational commitment and organizational/occupational turnover intention using a non-recursive model. Journal of Vocational Behavior, 70(2), 352–368.

Choi, H., & Chiu, W. (2017). Influence of the perceived organizational support, job satisfaction, and career commitment on football referees’ turnover intention. Journal of Physical Education and Sport, 17(3), 955–959.

Chung, E. K., Jung, Y., & Sohn, Y. W. (2017). A moderated mediation model of job stress, job satisfaction, and turnover intention for airport security screeners. Safety Science, 98, 89–97.

Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research. MA: Addison-Wesley.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

17

Ghozali, I. (2011). Model Persamaan Struktural Konsep Dan Aplikasi Dengan Program Amos 19.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gim, G. C. W., Desa, N. M., & Ramayah, T. (2015). Competitive Psychological Climate and Turnover Intention with the Mediating Role of Affective Commitment. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 172, 658–665.

Irshad, E., & Naz, S. (2011). Job Satisfaction, Organizational Commitment and Personality Traits: A relationship Study. The Journal of Humanities and Social Sciences; Peshawar, 19(2), 37–60.

James, L. R., & Brett, J. M. (1984). Mediators, Moderators, And Tests For Mediation. Journal of Applied Psychology, 69, 307–321.

Kaswan. (2017). Psikologi Industri & Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Kim, E. H., Lee, E., & Choi, H. J. (2012). Mediation Effect of Organizational Citizenship Behavior between Job Embeddedness and Turnover Intention in Hospital Nurses. Journal of Korean Academy of Nursing Administration, 18(4), 394–401.

Lambert, E. G. (2010). The relationship of organizational citizenship behavior with job satisfaction, turnover intent, life satisfaction, and burnout among correctional staff. Criminal Justice Studies, 23(4), 361–380.

Latan, H. (2013). Model Persamaan Struktural: Teori dan Implikasi AMOS 21.0. Bandung: Alfabeta.

Loehlin, J. C. (1998). Latent Variable Models: An Introduction to Factor, Path, and Structural Analysis. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Inc.

MacKinnon, D. P., Fairchild, A. J., & Fritz, M. S. (2007). Mediation Analysis. Annu. Rev. Psychol, 58, 593–614.

Madera, J. M., King, E. B., & Hebl, M. R. (2012). Bringing social identity to work: The influence of manifestation and suppression on perceived discrimination, job satisfaction, and turnover intentions. Cultural Diversity and Ethnic Minority Psychology, 18(2), 165–170.

Mahembe, B., Engelbrecht, A. S., Chinyamurindi, W., & Kandekande, L. R. (2015). A study to confirm the reliability and construct validity of an organisational citizenship behaviour measure on a South African sample. SA Journal of Industrial Psychology, 41(1), 1–8.

Meyer, J. P., & Allen, N. J. (1991). A three-component conceptualization of organizational commitment. Human resource management review, 1(1), 61–89.

Meyer, J. P., Allen, N. J., & Smith, C. A. (1993). Commitment Organizations and Occupations: Extension and Test of Three-Component Conceptualization. Journal of Applied Psychology, 78, 538–551.

Meyer, J. P., Stanley, D. J., Herscovitch, L., & Topolnytsky, L. (2002). Affective, Continuance, and Normative Commitment to the Organization: A Meta-analysis of Antecedents, Correlates, and Consequences. Journal of Vocational Behavior, 61(1), 20–52.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA ...eprints.ums.ac.id/72460/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Sikap lebih spesifik daripada nilai dan tidak bersifat permanen karena

18

Mobley, W. H. (2000). Pergantian Karyawan: Sebab Akibat dan Pengendaliannya. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Onuoha, U. C., & Tolulope, A. (2013). Perceived Organizational Support and Some Demographic Variables predicting Organizational Commitment of Non-teaching Employees in a State-owned Nigerian University. IFE PsychologIA: An International Journal, 21(1), 182–193.

Onyishi, I. E. (2010). The impact of contingent employment on organizational citizenship behaviour. IFE PsychologIA: An International Journal, 18(2), 303–323.

Organ, D. W., Podaskoff, P. M., & MacKenzie, S. B. (2006). Organizational Citizenship Behavior. Its Nature, Antecendents, and Consequences. California: Sage Publications, Inc.

Preacher, K. J., & Hayes, A. F. (2008). Asymptotic and resampling strategies for assessing and comparing indirect effects in multiple mediator models. Behavior Research Methods, 40(3), 879–891.

Robbins, P. S. (2001). Organizational Behavior: Concepts, Controversies and Application. (nineth edition). USA: Prentice - Hall Inc.

Robbins, P. S. (2003). Perilaku Organisasi: Konsep; Kontroversi, Aplikasi (Jilid I Terjemahan). Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Sobel, M. E. (1982). Asymptotic Confidence Intervals for Indirect Effects in Structural Equation Models. Sociological Methodology, 13, 290–312.

Spector, P. E. (2008). Industrial and Organizational Psychology (Fifth Edition). United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Trimble, D. E. (2006). Organizational Commitment, Job Satisfaction, And Turnover Intention Of Missionaries. Journal of Psychology and Theology, 34(4), 349–360.

W. Lam, L., & Liu, Y. (2014). The identity-based explanation of affective commitment. Journal of Managerial Psychology, 29(3), 321–340.

Widhiarso, W. (2011). Menghitung Signifikansi Peranan Tidak Langsung Program AMOS. Artikel Fakultas Psikologi UGM, 1–3.

Wirawan, M. S. L. (2013). Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi Dan Penelitian. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Wombacher, J. C., & Felfe, J. (2017). Dual commitment in the organization: Effects of the interplay of team and organizational commitment on employee citizenship behavior, efficacy beliefs, and turnover intentions. Journal of Vocational Behavior, 102, 1–14.

Zhang, J., Ling, W., Zhang, Z., & Xie, J. (2015). Organizational Commitment, Work Engagement, Person–Supervisor Fit, and Turnover Intention: A Total Effect Moderation Model. Social Behavior and Personality: An International Journal, 43(10), 1657–1666.

Zimmerman, R. D. (2008). Understanding The Impact Of Personality Traits On Individuals’ Turnover Decisions: A Meta-Analytic Path Model. Personnel Psychology, 61(2), 309–348.