Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI
KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM KAWASAN RUMAH
PANGAN LESTARI DI KELURAHAN REJOMULYO KOTA KEDIRI
SKRIPSI
Oleh
APRILIA DIANSETYA
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
HUBUNGAN ANTARA MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI
KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM KAWASAN RUMAH
PANGAN LESTARI DI KELURAHAN REJOMULYO KOTA KEDIRI
SKRIPSI
Oleh
APRILIA DIANSETYA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini merupakan hasil karya
saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan didalamnya tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi
manapun. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas
ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Oktober 2017
Aprilia Diansetya
RIWAYAT HIDUP
Aprilia Diansetya dilahirkan di Kediri pada tanggal 4 April 1995, anak
kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Adi Murdijanto dan Ibu Tutik
Setyawati. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Kemala
Bhayangkari 41 pada tahun 2000-2001. Pada tahun 2001-2007 penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Mojoroto VI Kediri, kemudian Sekolah
menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Kediri pada tahun 2007-2010 dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Kediri pada tahun 2010-2013.
Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa, penulis juga turut berpartisipasi pada kegiatan kepanitiaan PLA I,
PLA II, dan POSTER tahun 2014-2016. Penulis juga pernah menjadi asiten
praktikum mata kuliah Manajemen Agribisnis pada tahun 2015-2016.
Skripsi ini kupersembahkan untuk Kedua orangtuaku, Bapak Adi Murdijanto dan Ibu Tutik Setyawati. Terimakasih untuk segala cinta, dukungan, kepercayaan, dan do’a yang tak terputus hingga detik ini.
Kakakku, Mas Anton Setyadi yang selalu memberikan nasehat dan semangat.
Serta untuk sahabatku, Alivia, Diesna, Fauzan dan Riza. Terimakasih banyak untuk do’a dan dukungannya selama ini.
i
RINGKASAN
APRILIA DIANSETYA (135040101111104). Hubungan Antara Modal Sosial
dengan Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam Program Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri. Dibawah Bimbingan
Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S. dan Mas Ayu Ambayoen, S.P., M.Si.
Pangan adalah kebutuhan dasar yang utama bagi kelangsungan hidup
manusia. Kebutuhan akan pangan terus mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1996,
untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah
dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman
dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang aktivitasnya sehari-hari sepanjang
waktu. Produksi pangan yang tidak menentu akibat perubahan iklim dan ekonomi
global menuntut peran aktif masyarakat untuk turut serta meningkatkan ketahanan
pangan secara mandiri. Salah satu peluang yang masih terbuka untuk meningkatkan
peran masyarakat dalam ketahanan pangan rumah tangga yaitu melalui optimalisasi
lahan pekarangan. Gerakan Percepatan Optimalisasi Pekarangan dan Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan penerapan program ketahanan pangan
yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian. Adanya kegiatan tersebut
diharapkan setiap rumah tangga mampu mencukupi kebutuhan pangannya sendiri
tanpa harus membeli dengan cara memanfaatkan pekarangan untuk memproduksi
berbagai komoditas pangan.
Kelurahan Rejomulyo merupakan salah satu daerah yang menerapkan
program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kota Kediri. Pada awalnya seluruh
kegiatan program berjalan dengan baik, namun seiring berjalannya waktu kegiatan
tersebut mengalami kemunduran. Hal tersebut disebabkan karena masih belum
terwujudnya partisipasi yang tinggi pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Modal sosial tersebut berdampak pada tingkat pastisipasi masyarakat. Modal sosial
dan partisipasi merupakan hal yang sangat penting dan salah satu faktor dari
berhasil atau tidaknya pelaksanaan program.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Mendeskripsikan kondisi modal sosial
kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari, 2).
Mendeskripsikan tingkat partisipasi kelompok wanita tani dalam program Kawasan
Rumah Pangan Lestari, 3). Menganalisis hubungan antara modal sosial dan
partisipasi kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari
di Kelurahan Rejomulyo. Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja atau purposive di Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri. Metode penentuan
responden dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah
sampel 35 orang yang tergabung dalam kelompok wanita tani Melati. Variabel yang
terdapat pada penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert, kemudian
data tersebut diolah menggunakan software SPSS dengan analisis korelasi Rank
Spearman.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1). Modal sosial kelompok
wanita tani di Kelurahan Rejomulyo yang terdiri dari kepercayaan, norma dan
jaringan sosial termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase 82%. Hal ini
ii
dibuktikan dengan adanya hubungan dan kerjasama yang baik antar sesama anggota
kelompok maupun dengan pihak diluar anggota. 2).Tingkat partisipasi kelompok
wanita tani menurut hasil analisis data yaitu 73%. Persentase tersebut termasuk
dalam kategori sedang, karena masih banyak anggota yang berpartisipasi pasif.
3).Terdapat hubungan antara modal sosial dengan partisipasi dalam program
Kawasan Rumah Pangan lestari. Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank Spearman
diperoleh 0,806. Hal ini menujukkan bahwa terdapat keeratan hubungan positif
(dua arah) yang tergolong sangat kuat, sehingga semakin tinggi angka pada variabel
modal sosial maka semakin tinggi juga angka pada variabel partisipasi.
Saran yang bisa diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1). Modal sosial yang dimiliki oleh kelompok wanita tani perlu ditingkatkan agar
tidak menurun atau bahkan hilang.; 2) Kelompok wanita tani perlu meningkatkan
partisipasinya, terutama pada perencanaan dan evaluasi program
iii
SUMMARY
Aprilia Diansetya (135040101111104). The Relationship Between Social
Capital and Participation of Woman Farmers Group on Sustainable Food
Houses Region Program in Rejomulyo Village Kediri. Under the guidance of
Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S. and Mas Ayu Ambayoen, S.P., M.Si.
Food is a human basic need. The demand for food continues to increase as
the population increases. According to Law no. 7 to 1996, to achieve food security
required the availability of food in sufficient quantities and quality, distributed at
affordable and safe prices consumed for every citizen to sustain his daily activities
all the time. Uncertain food production due to climate change and the global
economy demands an active role of the community to participate in improving food
security independently. One opportunity that is still open to improving the role of
rural and urban communities in household food security is through the optimization
of the yard. Movement to Accelerate Optimization of Household and Sustainable
Food Houses (KRPL) is the implementation of food security program implemented
by the Ministry of Agriculture. The existence of these activities is expected every
household can meet its own food needs without having to buy by way of using the
yard to produce various food commodities.
Rejomulyo Village is one of the areas that implement the program of
Sustainable Food Houses in Kediri. Initially all the activities of the program went
well, but over time the activities decline. This is because there is still not high
realization of participation in the program of Sustainable Food Houses. Social
capital has an impact on the level of community participation. Social capital and
participation are very important and one of the factors of success or failure of
program implementation.
This research purpose are: 1). Describe the social capital of women farmer
group in Sustainable Food Houses Region Program, 2). Describe the participation
of women farmer group in Sustainable Food Houses Region Program, 3). Analyzing
the relationship between social capital and participation of women farmer groups
in Sustainable Food Houses Region Program at Rejomulyo Village. This research
type is Explanatory Research by using quantitative approach. Determination of
location of research by purposive in Rejomulyo Village Kediri City. The method of
determining the respondents using simple random sampling, with a sample size of
35 people who are members of the Melati farmer group. Data analysis method used
Rank Spearman correlation analysis. Determining the location of the study was
conducted purposively in Rejomulyo Village, Kediri. The method of determining
the respondents by using purposive sampling method, with the number of samples
35 people who are members of the Melati farmer group. Variables contained in this
research were measured using Likert scale, then the data is processed using SPSS
software with Rank Spearman correlation analysis.
The results obtained from this research are are: 1). The social capital of
women farmer group in Rejomulyo Village is in the high category with 82%
percentage. This is evidenced by the existence of good relationships and
cooperation between fellow members of the group and with parties outside the
members. 2) .The participation of women farmer group according to data analysis
is 74%. The percentages are included in the medium category, because there are
iv
still many passive participating members. 3). There is a relationship between social
capital and participation in the Sustainable Food House program. Based on the
result of Spearman Rank correlation analysis obtained 0,806. This indicates that
there is a close relationship of positive (two-way) is classified as very strong, so the
higher the number of social capital in the higher the number of participation
variables.
Suggestions can be presented based on the research is as follows: 1). Social
capital owned by women farmer groups should be increased so as not to decrease
or even disappear.; 2) Women farmer groups need to increase their participation,
especially on program planning and evaluation
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Modal Sosial dengan Partisipasi
Kelompok Wanita Tani dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri” dengan tepat pada waktunya, tanpa halangan
suatu apapun.
Judul ini membahas tentang hubungan antara kondisi modal sosial yang
berkaitan dengan tingkat partisipasi kelompok wanita tani dalam implementasi
program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Penulis melakukan wawancara langsung
kepada anggota kelompok wanita tani dan juga menganalisis menggunakan teknik
analisis kuantitatif dengan uji korelasi.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Mas Ayu Ambayoen, SP., M.Si dan Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S. selaku
dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan motivasi yang diberikan
dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Yulianto selaku Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan program
Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo.
3. Kelompok Wanita Tani Melati selaku pelaksana program Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo.
4. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Malang,
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................... i SUMMARY ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Malasah ..................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 4 1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.5 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................................... 6 2.2 Tinjauan Tentang Modal Sosial ................................................................. 9
2.2.1 Pengertian Modal Sosial .................................................................. 9 2.2.2 Komponen Modal Sosial ................................................................ 10
2.3 Tinjauan Tentang Partisipasi .................................................................... 11 2.3.1 Pengertian Partisipasi ..................................................................... 11
2.3.2 Bentuk Partisipasi .......................................................................... 11 2.3.3 Proses Partisipasi ........................................................................... 12
2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi .......................................... 13 2.4 Tinjauan Tentang Program Kawasan Rumah Pangan Lestari ................... 15
2.4.1 Pengertian Program Kawasan Rumah Pangan Lestari..................... 15 2.4.2 Tujuan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari .......................... 15
2.4.3 Pelaksanaan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari .................. 16
III. KERANGKA TEORITIS .......................................................................... 18
3.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 18 3.2 Hipotesis ................................................................................................. 20
3.3 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ....................................... 21 3.3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 21
3.3.2 Pengukuran Variabel ...................................................................... 22
IV. METODE PENELITIAN .......................................................................... 27
4.1 Pendekatan Penelitian .............................................................................. 27 4.2 Penentuan Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................. 27
4.3 Teknik Penentuan Sampel........................................................................ 27 4.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 28
4.5 Teknik Analisis Data ............................................................................... 29 4.5.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ...................................................... 29
4.5.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif .................................................... 30
vii
4.6 Uji Instrumen Penelitian .......................................................................... 32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 35 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 35
5.1.1 Gambaran Geografis Kelurahan Rejomulyo ................................... 35 5.1.2 Kondisi Penduduk Kelurahan Rejomulyo ....................................... 35
5.1.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Kelurahan Rejomulyo ..................... 36 5.2 Gambaran Umum Program Kawasan Rumah Pangan Lestari Di
Kelurahan Rejomulyo ............................................................................. 37 5.2.1 Karakteristik Responden ................................................................ 39
5.3 Modal Sosial Anggota Kelompok Wanita Tani Melati ............................. 41 5.3.1 Kepercayaan Anggota Kelompok Wanita Tani Melati .................... 42
5.3.2 Norma Anggota Kelompok Wanita Tani Melati ............................. 45 5.3.3 Jaringan Sosial Anggota Kelompok Wanita Tani Melati ................ 47
5.4 Partisipasi Kelompok Wanita Tani Melati Dalam Program Kawasan
Rumah Pangan Lestari ............................................................................ 50
5.4.1 Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam Perencanaan Program
Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kelurahan Rejomulyo ............ 50
5.4.2 Partisipasi Kelompok Wanita Tani Dalam Pelaksanaan Program
Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kelurahan Rejomulyo ............ 54
5.4.3 Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam Evaluasi Program
Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo ............. 57
5.5 Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi Kelompok Wanita
Tani Melati dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari ................. 61
VI. PENUTUP .................................................................................................. 65 6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 65
6.2 Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67
LAMPIRAN ..................................................................................................... 69
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Pengukuran Variabel Modal Sosial ......................................................... 22
2. Pengukuran Variabel Partisipasi ............................................................. 24
3. Perhitungan Kategori Variabel Modal Sosial .......................................... 30
4. Perhitungan Kategori Partisipasi ............................................................. 30
5. Uji Validitas Modal Sosial...................................................................... 33
6. Uji Validitas Partisipasi .......................................................................... 33
7. Hasil Uji Reliabilitas .............................................................................. 34
8. Luas Wilayah Rejomulyo Berdasarkan Jenis Pengunaan Lahan .............. 35
9. Jumlah Penduduk Kelurahan Rejomulyo Bedasarkan Jenis Pekerjaan..... 36
10. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................................ 39
11. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................... 40
12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ............................ 41
13. Kategori Kepercayaan Anggota KWT .................................................... 43
14. Kategori Norma Anggota KWT .............................................................. 45
15. Kategori Jaringan Sosial Anggota KWT ................................................. 48
16. Modal Sosial Kelompok Wanita Tani ..................................................... 49
17. Partisipasi KWT dalam Perencanaan Program KRPL ............................. 51
18. Partisipasi KWT dalam Pelaksanaan Program KRPL .............................. 55
19. Partisipasi KWT dalam Evaluasi Program KRPL ................................... 58
20. Tingkat Partisipasi KWT dalam Program KRPL ..................................... 60
21. Hubungan Modal Sosial Dengan Tingkat Partisipasi............................... 62
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 20
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Kuesioner Penelitian............................................................................... 69
2. Daftar Responden Penelitian .................................................................. 76
3. Hasil Korelasi Modal Sosial dan Tingkat Partisipasi ............................... 77
4. Dokumentasi Penelitian .......................................................................... 78
5. Skor Yang Dicapai Pada Variabel Modal Sosial ..................................... 79
6. Skor Yang Dicapai Pada Indikator Kepercayaan ..................................... 80
7. Skor yang Dicapai pada Indikator Norma ............................................... 81
8. Skor yang Dicapai pada Indikator Jaringan Sosial .................................. 82
9. Skor yang Dicapai pada Variabel Partisipasi ........................................... 83
10. Skor yang Dicapai pada Partisipasi dalam Perencanaan .......................... 84
11. Skor yang Dicapai pada Partisipasi dalam Pelaksanaan........................... 85
12. Skor yang Dicapai pada Partisipasi dalam Evaluasi ................................ 86
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang utama bagi kelangsungan hidup
manusia. Kebutuhan akan pangan terus mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Produksi pangan di suatu wilayah akan
berpengaruh pada ketersediaan pangan yang ada di wilayah tersebut. Ketersediaan
pangan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar terbentuk ketahanan
pangan yang baik. Menurut undang-undang no. 7 tahun 1996, untuk mencapai
ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang
cukup, terdistribusi dengan harga yang terjangkau dan aman dikonsumsi untuk
setiap warga untuk menopang aktivitasnya sehari-hari sepanjang waktu.
Berdasarkan definisi tersebut ketahanan pangan tidak hanya cukup pada penyediaan
dan konsumsi pangan di tingkat global, nasional maupun regional saja tetapi harus
sampai di tingkat rumah tangga dan individu. Menurut Ariani (2006), persediaan
pangan yang cukup untuk seluruh penduduk secara nasional maupun regional
belum menjamin terhindarinya penduduk dari masalah pangan dan gizi. Pola
konsumsi jenis pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga juga perlu diperhatikan,
sehingga dapat memenuhi standar gizi yang dianjurkan.
Produksi pangan yang tidak menentu akibat perubahan iklim dan ekonomi
global menuntut peran aktif dari masyarakat untuk turut serta meningkatkan
ketahanan pangan secara mandiri. Salah satu upaya yang masih terbuka untuk
meningkatkan peran masyarakat dalam ketahanan pangan yaitu dengan cara
memanfaatkan sumberdaya daya yang tersedia seperti optimalisasi lahan
pekarangan. Gerakan Percepatan Optimalisasi Pekarangan dan Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) merupakan penerapan program ketahanan pangan yang
dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian. Program Kawasan Rumah Pangan
Lestari pertama kali dilaksanan pada Bulan Nopember 2010 di Dusun Jelok, Desa
Kayen, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan yang diresmikan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kawasan Rumah Pangan Lestari
dibangun dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta untuk peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Hermawan, 2012). Adanya kegiatan
2
optimalisasi lahan pekarangan tersebut diharapkan setiap rumah tangga mampu
mencukupi kebutuhan pangannya sendiri tanpa harus membeli dengan cara
memanfaatkan pekarangan untuk memproduksi berbagai komoditas pangan.
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan melalui pendampingan penyuluh dengan
pendekatan kelompok khususnya kelompok wanita tani.
Pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari sebagai salah satu
upaya pemberdayaan dilaksanakan dengan melibatkan semua elemen masyarakat
dan instansi baik ditingkat pusat maupun daerah. Semua elemen tersebut
bertanggung jawab terhadap keberhasilan kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam
kelompok wanita tani sebagai pelaksana program sangat penting dalam mencapai
keberhasilan program tersebut. Partisipasi akan menumbuhkan kesadaran untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Penumbuhan partisipasi dapat
dilakukan dengan cara penguatan modal sosial dalam masyarakat. Ketersediaan
modal sosial sangat penting karena dengan adanya modal sosial akan mendorong
percepatan pembangunan. Tanpa adanya modal sosial, kegiatan dalam suatu
kelompok akan sulit untuk diwujudkan. Fukuyama (2002) menyatakan bahwa
modal sosial yang tumbuh pada suatu komunitas akan sangat membantu dalam
memperkuat entitas masyarakat tersebut dalam bentuk kemampuan untuk
menciptakan dan mentransfer ide, pemikiran yang membuat suatu organisasi
(kelompok) menjadi efektif. Putnam (2002) menyatakan bahwa modal sosial yang
tinggi juga akan berdampak pada tingginya partisipasi masyarakat dalam berbagai
bentuk kegiatan pembangunan. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari pada
dasarnya merupakan kegiatan pemberdayaan yang mengutamakan pastisipasi
masyarakat, sejak proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. Berbagai
program pembangunan yang dilaksanakan akan jauh lebih efektif jika dilakukan
pada masyarakat yang memiliki modal sosial yang kuat.
Pada beberapa kasus di berbagai daerah, program Kawasan Rumah Pangan
Lestari mempu membawa pengaruh yang positif terhadap ketahanan pangan yaitu
peningkatan gizi keluarga dan peningkatan pendapatan anggota kelompok wanita
tani. Sedangkan pada beberapa kasus lain, program mengalami kendala seperti
rendahnya produktivitas kelompok wanita tani. Seperti yang terjadi di Kelurahan
Rejomulyo Kota Kediri, Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan
3
Rejomulyo pertama kali dilaksanakan pada tahun 2012 dengan melibatkan seluruh
elemen masyarakat terutama kelompok wanita tani. Awalnya seluruh kegiatan
program berjalan dengan baik, namun seiring berjalannya waktu kegiatan tersebut
mengalami kemunduran. Hal tersebut disebabkan karena masih belum terwujudnya
partisipasi yang tinggi pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari sehingga
partisipasi sangat dibutuhkan pada setiap tahapan program pembangunan. Modal
sosial dan partisipasi dari masyarakat merupakan sayarat dalam suatu program
pembangunan, diharapkan program Kawasan Rumah Pangan Lestari ini dapat
memberikan peningkatan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu perlu diketahui
hubungan modal sosial dengan partisipasi kelompok wanita tani pada program
Kawasan Rumah Pangan Lestari.
1.2 Rumusan Malasah
Modal sosial mengacu pada esensi dari organisasi sosial, seperti
kepercayaan, norma dan jaringan sosial yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan
lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama
secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan bersama, dan mempengaruhi
produktivitas secara individual maupun berkelompok (Putnam, 2000). Hasil dari
tindakan dari modal sosial dalam pembangunan akan memberikan dampak pada
kelancaran dan kemudahan dalam suatu program pembangunan seperti program
Kawasan Rumah Pangan Lestari. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak
masyarakat yang belum memperhatikan modal sosial. Padahal modal sosial tersebut
akan mampu memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung pada
implementasi program dan akan menumbuhkan partisipasi masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana kondisi modal sosial Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati di
Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri?
2. Bagaimana tingkat partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati dalam
program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan Rejomulyo
Kota Kediri?
4
3. Bagaimana hubungan modal sosial dengan tingkat partisipasi kelompok wanita
tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan
Rejomulyo Kota Kediri?
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pokok bahasan dalam penelitian ini, maka
perlu diberikan batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
yang sedang dijalankan di Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri.
2. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tergabung dalam
Kelompok Wanita Tani Melati yang mengikuti program Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri.
3. Modal sosial yang akan diteliti yaitu mengenai kepercayaan, norma, jaringan
dan hubungannya terhadap tingkat partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam
program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan kondisi modal sosial anggota Kelompok Wanita Tani (KWT)
Melati di Kelurahan Rejomulyo Kota Kediri.
2. Mendeskripsikan tingkat partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati
dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan
Rejomulyo Kota Kediri.
3. Menganalisis hubungan antara modal sosial dengan partisipasi Kelompok
Wanita Tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di
Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri.
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, dapat berguna untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman tentang upaya peningkatan ketahanan pangan melalui melalui
program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
5
2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengambilan
kebijakan, bahan pertimbangan dan evaluasi dalam rangka peningkatan
ketahanan pangan di daerah melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL).
3. Bagi Kelompok Wanita Tani Melati Kelurahan Rejomulyo, penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk lebih berpartisipasi
secara aktif dalam pengembangan dan keberlanjutan program Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL).
4. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan
penelitian yang sama atau lebih lanjut mengenai hubungan modal sosial dengan
tingkat partisipasi kelompok guna keberlanjutan suatu program.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti menggunakan beberapa acuan penelitian terdahulu guna
memperkaya wawasan, referensi pengetahuan, dan sumber pustaka. Berikut ini
adalah beberapa pustaka dari penelitian terdahulu:
Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2016) dengan judul “Partisipasi
Kelompok Wanita Tani dalam Menerapkan Modal Sosial Guna Keberlanjutan
Program KRPL di Desa Grogol, Kabupaten Kediri”. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat bagaimana partisipasi wanita tani dalam implementasi program KRPL
berdampak pada keberlanjutan program dan kesejahteraan masyarakat. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode gabungan atau mixed method
antara metode kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dengan populasi seluruh anggota KWT Jelita sebanyak 51
orang. Hasil dari penelitian ini adalah implementasi program KRPL di Desa Grogol
berjalan dengan baik terutama pada kegiatan sosialisasi yang memiliki pengaruh
partisipasi tinggi. Faktor internal yang mempengaruhi implementasi program
KRPL adalah pada tingkat usia >40 tahun sebesar 50%, dan faktor eksternal pada
peran kepala desa sebesar 55,88%. Tingkat partisipasi yang paling tinggi adalah
pada tahap pelaksanaan dengan persentase sebesar 55,88%. Elemen modal sosial
yang memiliki pengaruh tertinggi terhadap partisipasi KWT pada program KRPL
adalah elemen kepercayaan, dan kegiatan program KRPL di Desa Grogol dapat
dikatakan berlanjut.
Penelitian yang dilakukan oleh Puspitawati (2016) berjudul “Partisipasi
Perempuan dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan
Dadaprejo Kota Batu”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
implementasi program KRPL di Kelurahan Dadaprejo dan tingkat parisipasi
perempuan terhadap program KRPL di Kelurahan Dadaprejo. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di
Kelurahan Dadaprejo memiliki potensi untuk dilakukannya program Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL). Selain itu, kelurahan Dadaprejo juga merupakan
salah satu lokasi yang menjadi binaan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) kecamatan
Junrejo dalam program KRPL. Metode analisis data yang digunakan dalam
7
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan dibantu skala
likert. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program KRPL meliputi tiga
tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil penelitian bahwa partisipasi
perempuan dalam program KRPL termasuk dalam kategori tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmansyah,dkk (2015) dengan judul
“Analisis Modal Sosial Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Program Model
Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Desa Tualang Kecamatan Tualang
Kabupaten Siak” bertujuan untuk mengidentifikasi modal sosial dan permasalahan
yang dihadapi oleh anggota kelompok wanita tani pada pelaksanaan program
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Desa Tualang Kecamatan
Tualang Kabupaten Siak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode survei. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 28 orang
yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Penelitian ini menggunakan
metode analisis deskriptif dengan menggunakan kuisioner dalam bentuk skala
likert. Modal sosial dalam penelitian ini terdiri dari beberapa unsur, yaitu partisipasi
dalam jaringan sosial, timbal balik, kepercayaan, ketaatan terhadap norma, nilai-
nilai, dan tindakan proaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial
anggota KWT di Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak dalam
program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) termasuk dalam
kategori yang tinggi. Selain itu juga terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi
anggota KWT dalam pelaksanaan program program Model Kawasan Rumah
Pangan Lestari (M-KRPL) antara lain permasalahan sarana produksi, permasalahan
air, dan permasalahan keterbukaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2015) dengan judul “Partisipasi
Anggota Kelompok Wanita Tani pada Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
(Studi kasus di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar
Utara, Kota Denpasar)” bertujuan menganalisis tingkat partisipasi anggota
Kelompok Wanita Tani Pangan Sari di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan
Kangin dalam melaksanakan program Kawasan Rumah Pangan Lestari dan
mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi anggota Kelompok Wanita Tani
Pangan Sari di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin dalam mengikuti
8
program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Seluruh populasi berjumlah 20 orang
digunakan sebagai responden yang ditetapkan dengan metode sensus. Penelitian ini
menggunakan dua variabel, yaitu partisipasi dan kendala KWT Pangan Sari dalam
melaksanakan Program KRPL. Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggunakan skala ordinal (Likert).
Hasil penelitian ini adalah tingkat partisipasi KWT Pangan Sari di Dusun
Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara dalam
melaksanakan program KRPL tergolong dalam kategori sangat tinggi dan kendala
yang dihadapi dalam mengembangkan program KRPL yaitu aspek teknis:
ketersediaan lahan tetap KBD, aspek ekonomi: kekurangan modal untuk
mengembangkan program KRPL dalam memenuhi sarana produksi tanaman dan
penyediaan lahan tetap KBD.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) dengan judul “Analisis Persepsi
Modal Sosial (Social Capital) dan Hubungannya dengan Eksistensi Kelompok Tani
(Kasus Pada Kelompok Tani Wanita “Sri Sejati 2” Desa Junrejo, Kecamatan
Junrejo, Kota Batu)” bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi persepsi modal
sosial (social capital) yang dimiliki kelompok tani wanita “Sri Sejati 2”,
mendeskripsikan eksistensi kelompok wanita tani “Sri Sejati 2”, serta menganalisis
hubungan antara modal sosial (social capital) dengan eksistensi kelompok wanita
tani “Sri Sejati 2”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskript if
(descriptive research). Metode yang digunakan adalah metode sensus dimana data
dikumpulkan dari seluruh anggota populasi kelompok wanita tani “Sri Sejati 2”
yang berjumlah 23 orang. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kelompok
wanita tani “Sri Sejati 2” memiliki modal sosial (social capital) yang tinggi
dikarenakan adanya tingkat partisipasi yang tinggi dalam mengikuti kegiatan
kelompok, rasa bertoleransi, timbal balik dan rasa percaya yang tinggi antar
anggota. Sistem nilai dan norma, adanya kerja sama serta terarahnya jaringan
kerjasama yang mereka miliki menunjang keberadaan kelompok ini. Aspek
eksistensi yang dimiliki oleh kelompok wanita tani “Sri Sejati 2” juga tergolong
tinggi dikarenakan kelompok memiliki kegiatan yang sifatnya berkelanjutan serta
memiliki prestasi yang diraih di tingkat lokal maupun nasional. Aspek modal sosial
(social capital) memiliki hubungan dengan eksistensi kelompok. Dengan adanya
9
modal sosial (social capital) yang baik, maka keberlanjutan kelompok tetap terjaga
dan dapat diakui oleh masyarakat luas serta prestasi kelompok cenderung mudah
diraih.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu adalah
variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel modal sosial
dan variabel partisipasi. Variabel modal sosial yang digunakan adalah kepercayaan,
jaringan sosial, dan norma sosial, sedangkan variabel untuk partisipasi adalah tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perbedaan selanjutnya dan yang paling
mendasar adalah waktu penelitian dan objek penelitian yang berbeda dari penelitian
yang sudah dilakukan sebelumnya.
2.2 Tinjauan Tentang Modal Sosial
2.2.1 Pengertian Modal Sosial
Menurut Bourdieu dan Wacquant (1992), modal sosial adalah jumlah
sumberdaya, aktual atau maya, yang berkumpul pada seorang individu atau
kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik,
perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalisasikan. Modal
sosial merupakan wujud nyata (sumberdaya) dari suatu interaksi kelompok. Modal
sosial merupakan jaringan kerja yang bersifat dinamis dan bukan alamiah. Modal
sosial merupakan investasi strategis baik secara individu maupun kelompok. Sadar
ataupun tidak sadar bahwa modal sosial dapat menghasilkan hubungan sosial secara
langsung dan tidak langsung dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Putnam (2000) menyatakan bahwa modal sosial mengacu pada esensi dari
organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma dan jaringan sosial yang
memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat
dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan bersama, dan mempengaruhi produktivitas secara individual maupun
berkelompok. Sedangkan menurut Francis Fukuyama (2000) Modal sosial dapat
didefinisikan sebagai serangkaian nilai dan norma informal yang dimilki bersama
diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjadinya
kerjasama diantara mereka. Inayah (2012) menyebutkan bahwa modal sosial adalah
sumberdaya yang muncul dari hasil interaksi dalam suatu komunitas, baik antar
individu maupun institusi yang melahirkan ikatan emosional berupa kepercayaan,
10
hubungan-hubungan timbal balik, dan jaringan-jaringan sosial, nilai-nilai dan
norma-norma yang membentuk struktur masyarakat yang berguna untuk koordinasi
dan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dari berbagai definisi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa modal sosial adalah keseluruhan sumberdaya sosial yang
dimiliki masyarakat yang berguna untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
dalam melakukan tindakan-tindakan kolektif yang produktif dan bermanfaat bagi
kehidupan mereka.
2.2.2 Komponen Modal Sosial
Ridell (1997), menjelaskan terdapat tiga parameter modal sosial yang
meliputi kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan
(networks).
a. Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang
ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan
norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan
terhadap pemahaman ini. Masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan
tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga
bersifat kerjasama. Adanya kapital sosial yang baik ditandai oleh adanya
lembaga-lembaga sosial yang kokoh. Modal sosial melahirkan kehidupan sosial
yang harmonis (Putnam 1995). Rasa percaya diri (trust) adalah suatu bentuk
keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang
didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti
yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang
saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri
dan kelompoknya.
b. Norma-norma (norms) dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-
harapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok
orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun
standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma
dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan
diterapkan untuk mendukung iklim kerja sama. Norma-norma dapat merupakan
pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.
11
c. Jaringan-jaringan (networks). Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud
jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi
terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan
dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki
jaringan-jaringan sosial yang kokoh.
2.3 Tinjauan Tentang Partisipasi
2.3.1 Pengertian Partisipasi
Nasdian (2006) memandang partisipasi adalah proses aktif inisiatif diambil
oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan
menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat
menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan:
pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau
dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi
merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka
sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka
merefleksikan tindakan tersebut pada subjek yang sadar.
Berbeda dengan Nasdian, Mardikanto (2010) berpendapat bahwa partisipasi
jika dilihat dalam kamus sosiologi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam
kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar
pekerjaan atau profesinya sendiri. Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi
masyarakat merupakan perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung
jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk
memperbaiki mutu hidup mereka. Artinya, melalui partisipasi yang diberikan,
berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar
kewajiban yang dilaksanakan oleh aparat pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut
keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki hidupnya.
2.3.2 Bentuk Partisipasi
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat diwujudkan dalam bentuk partisipasi
fisik dan non fisik. Bentuk partisipasi fisik masyarakat yaitu berupa sumbangan
tenaga, dana, fasilitas, dan jasa. Bentuk partisipasi non fisik masyarakat yaitu
berupa sumbangan ide pemikiran, baik berupa masukan, saran, kritik maupun
12
penolakan terhadap keputusan program kegiatan. Sastropoetro (1988)
mengemukakan bentuk-bentuk partisipasi sebagai berikut:
1. Pikiran (psychological participation)
Partisipasi buah pikiran merupakan kemampuan menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk mencapai mufakat atas berbagai masalah melalui
musyawarah untuk mengawasi perencanaan dan penyelenggaraan
pembangunan.
2. Tenaga (physical participation)
Partisipasi tenaga yang merupakan kemampuan masyarakat untuk
menyumbangkan tenaganya khususnya tenaga kasar yang bersifat hastawi bagi
proyek pembangunan seperti gotong royong, kerja bakti dan lain sebagainaya.
3. Barang (material participation)
Partisipasi harta benda yang merupakan kemampuan masyarakat untuk
memberikan atau menyumbangkan harta benda terhadap usaha-usaha yang
diserahkan oleh masyarakat akan meringankan beban hidup Bersama dan
sesamanya seperti membuat jalan, jembatan dan lain sebagainya.
4. Uang (money participation)
Partisipasi uang yaitu kemampuan masyarakat untuk memberikan swadaya
gotong royong dalam pelaksanaan proyek pembangunan.
2.3.3 Proses Partisipasi
Pada dasarnya proses partisipasi terdiri dari tiga tahap. Menurut Cohen dan
Uphoff (1977) proses partisipasi yaitu:
1. Partisipasi dalam Perencanaan/ Pengambilan Keputusan
Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan
masyarakat yang berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan
bersama. Partisipasi dalam perencanaan ini menuntut masyarakat untuk ikut
menentukan arah danorientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain
seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan
terhadap program yang ditawarkan. Selain itu, merencanakan kegiatan merupakan
proses menetapkan tujuan dan alternatif kegiatan yang akan dikerjakan serta
bagaimana melakukan kegiatan itu. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan
akan menimbulkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab terhadap program dan
13
proyek yang dilaksanakan. Secara moral masyarakat desa merasa memiliki
pembangunan itu, sebab mereka berpartisipasi dalam menetapkannya.
2. Partisipasi dalam Pelaksanaan
Partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi: menggerakkan sumber
daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Tahap
pelaksnanaan ini kegiatannya berupa menyumbang uang, sumbangan tenaga,
sumbangan benda atau alat dan waktu. Pada tahap ini yang dimaksud adalah
partisipasi dalam memikul beban program dan pertanggungjawaban pelaksanaan
program.
3. Partisipasi dalam Evaluasi
Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah
pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk
mengetahui ketercapaian program yang telah direncanakan sebelumnya.
2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan
program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program.
Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan. Angell (1967) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan
seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
1. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah
ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih
mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari
kelompok usia lainnya.
2. Jenis Kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa
dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus
rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah
14
bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang
semakin baik.
3. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan
dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya,
suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
4. Pekerjaan dan Penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan
menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan
penghasilan yang baik dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, serta mendorong
seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya
bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang
mapan perekonomian.
Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program juga
dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut Holil (1980) ada 4 poin yang
dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan,
yaitu:
1. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga
masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial didalam masyarakat
dengan sistem di luarnya.
2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga,
pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang
menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi
masyarakat.
3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur
sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong
terjadinya partisipasi sosial.
4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan di dalam keluarga
masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan
mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, gagasan, perseorangan atau
kelompok.
15
2.4 Tinjauan Tentang Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
2.4.1 Pengertian Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
Kawasan Rumah Pangan Lestari (Rumah Hijau) adalah konsep kawasan
pengembangan aneka tanaman, ternak (unggas), ikan/belut secara terpadu
diusahaakan secara insentif di pekarangan, fasilitas umum milik desa, kanan kiri
jalan desa untuk dimanfaatkan sumber pangan secara berkelanjutan dengan
pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dalam suatu kawasan, untuk
pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, peningkatan pendapatan keluarga,
meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Kementerian
Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan dalam upaya
diversifikasi pangan dan peningkatan ketahanan pangan nasional melalui program
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Konsepnya adalah mengusahakan
pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal
secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah
tangga yang berkualitas dan beragam. Menurut Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian (2015) untuk menjamin keberlanjutan usaha
pemanfataan pekarangan, kawasan juga harus dilengkapi dengan kebun bibit yang
dikelola oleh masyarakat secara partisipatif. Prinsip utama pengembangan KRPL
adalah:
a. Pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk
ketahanan dan kemandirian pangan keluarga,
b. Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal,
c. Konservasi/pelestarian tanaman pangan, ternak, tanaman obat untuk masa
depan,
d. Menjaga kelestariannya melalui kebun bibit,
e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
2.4.2 Tujuan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
Kementerian Pertanian (2011) menyatakan bahwa tujuan pengembangan
KRPL yang tercantum dalam Pedoman Umum KRPL adalah:
a. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan
pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan,
16
buah, sayuran dan TOGA, pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta
pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.
b. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari
dalam suatu kawasan
c. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur (2012) menyatakan bahwa
tujuan utama pengembangan KRPL adalah:
a. Meningkatkan ketersediaan dan cadangan pangan keluarga.
b. Meningkatkan penganekaragaman pangan.
c. Meningkatkan kualitas gizi keluarga.
d. Meningkatkan pendapatan keluarga
e. Menumbuh kembangkan ekonomi kreatif di setiap desa.
2.4.3 Pelaksanaan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2015)
kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan konsep KRPL
dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu:
1. Tahap Penumbuhan
Pada tahap I (penumbuhan) optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dengan
konsep KRPL minimal beranggotakan 15 rumah tangga akan mendapatkan bantuan
dan pendampingan oleh pendamping desa P2KP dengan kegiatannya meliputi:
a. Sosialisasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan oleh pendamping kepada
kelompok dan pelatihan.
b. Pembuatan demplot kelompok sebagai laboratorium lapanganPembuatan
demplot pekarangan sebagai Laboratorium Lapangan (LL) sekaligus
berperan sebagai pekarangan percontohan.
c. Pembuatan kebun bibit.
d. Pengembangan pekarangan anggota
e. Penyuluhan tentang pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman
untuk hidup sehat, aktif, dan produktif.
17
2. Tahap Pengembangan
Pada tahap II (pengembangan) optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan
dengan konsep KRPL jumlah anggota telah bertambah atau lebih dari 15 rumah
tangga yang kegiatannya meliputi:
a. Pengembangan demplot kelompok.
b. Pengembangan kebun bibit.
c. Pengembangan pekarangan anggota sebagai sumber pangan dan gizi
keluarga.
d. Praktek/demonstrasi penyediaan pangan dan penyiapan menu makanan
yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.
e. Pengolahan hasil KRPL.
3. Tahap Mandiri
Pada tahap ini kelompok masih mendapatkan bantuan dan pendampingan dari
pendamping desa P2KP. Diharapkan kegiatan sudah eksis dan berlanjut dengan
harapan kebun bibit sudah eksis dan terkelola dengan baik, demplot sudah
berkembang, serta pekarangan anggota sudah berkembang secara berkelanjutan.
Selain itu, diharapkan pada tahap ini jumlah anggota kelompok telah bertambah
menjadi lebih dari 35 rumah tangga. Setiap pekarangan rumah anggota kelompok
diharapkan dilengkapi dengan sarana pembuatan pupuk kompos dari sisa-sisa
tanaman dan kotoran ternak dan sisa-sisa limbah dapur untuk digunakan sendiri
Untuk dapat melanjutkan kegiatan dari tahap penumbuhan ke tahap pengembangan,
akan dilakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dengan kriteria yang akan dievaluasi
adalah sebagai berikut:
a. Sudah membangun fisik kebun bibit sesuai pedoman.
b. Sudah membuat demplot.
c. Sudah mengembangkan lahan pekarangan minimal di 15 rumah anggota.
d. Sudah ada penambahan jumlah anggota.
e. Kelompok sudah melaksanakan manajemen kegiatan dengan baik
(pembukuan, laporan penggunaan dana, dokumentasi, dll).
18
III. KERANGKA TEORITIS
3.1 Kerangka Pemikiran
Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan suatu
program yang diluncurkan oleh Kementerian Pertanian dalam rangka mewujudkan
kemandirian dan ketahanan pangan masyarakat yang berkelanjutan. Pelaksanaan
program Kawasan Rumah Pangan Lestari melibatkan ibu-ibu rumah tangga yang
tergabung dalam kelompok wanita tani dengan bimbingan dari penyuluh
pendamping untuk memanfaatkan lahan pekarangannya ditanami tanaman sayuran,
umbi-umbian, beternak dan memelihara ikan, sehingga dapat mencukupi kebutuhan
pangan dan gizi keluarga secara mandiri yang beragam, bergizi, seimbang, dan
aman sesuai dengan pola pangan harapan. Anggota kelompok wanita tani harus
memiliki rasa kepedulian terhadap program tersebut serta memiliki rasa bahwa
program tersebut memberikan manfaat terhadap hidupnya. Kondisi kepedulian
terhadap program akan tumbuh pada masyarakat melalui hubungan-hubungan
sosial, serta nilai dan aturan yang dianut bersama yang biasa disebut dengan modal
sosial.
Menurut Putnam (1993) modal sosial adalah bagaimana kemampuan
kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan guna mencapai tujuan
bersama. Modal sosial dalam sebuah hubungan sosial akan menyebabkan rasa
kepedulian terhadap program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang meliputi rasa
kepercayaan, norma, dan jaringan sosial. Kepercayaan berhubungan dengan
harapan masyarakat terhadap program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Norma
merupakan nilai yang diyakini dan dijalani oleh masyarakat pada program Kawasan
Rumah Pangan Lestari. Kemudian jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan
pada masyarakat yang dapat mempermudah pertukaraan informasi dalam
implentasi program. Adanya modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat akan
meningkatkan kepedulian masyarakat khususnya anggota kelompok wanita tani
sehingga akan berpengaruh pada partisipasi anggota pada implementasi program
Kawasan Rumah Pangan Lestari.
19
Menurut Kadji (2016) partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam
suatu kegiatan yang diadakan oleh pihak lain (kelompok, asosiasi, organisasi
pemerintahan, dan sebagainya), dimana keikutsertaannya diwujudkan dalam
bentuk pencurahan pikiran, pencurahan materiil (dana) dan pencurahan tenaga,
sesuai dengan harapan kegiatan itu. Keikutsertaan anggota kelompok wanita tani
pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari sangat diperlukan untuk
keberlangsungan program tersebut. Partisipasi yang baik harus mampu melibatkan
keikutsertaan seluruh anggota kelompok pada setiap tahapan pelaksanaan program
mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Melalui
partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut masyarakat akan
menyampaikan pendapat mereka, melaksanakan kegiatan, menikmati hasil dan
merasakan manfaat dari program.
Apabila modal sosial dan partisipasi dalam kondisi yang baik maka dapat
diasumsikan bahwa program tersebut dapat berlanjut. Berdasarkan uraian diatas,
peneliti ingin menganalisis hubungan antara modal sosial dengan partisipasi
kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lesatri. Alat
analisis yang digunakan untuk mencari hubungan antara modal sosial dengan
partisipasi kelompok wanita tani adalah korelasi Rank Spearman. Alur kerangka
pemikiran secara rinci terdapat pada gambar 1 sebagai berikut:
20
Keterangan : Alur
Hubungan
Kesatuan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
3.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat maka hipotesis yang
diajukan adalah diduga terdapat hubungan antara modal sosial dengan partisipasi
kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri.
Evaluasi
Pelaksanaan Perencanaan
Program KRPL
Modal Sosial
- Kepercayaan
- Norma sosial
- Jaringan
Partisipasi KWT
- Pikiran
- Tenaga
- Material
- Uang
Keberlanjutan
Program KRPL
Tahapan Program KRPL
21
3.3 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
3.3.1 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel berisikan indikator-indikator dari suatu
variabel, yang memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang relevan untuk
variabel tersebut. Definisi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah salah satu program
yang dicanangkan oleh pemerintah dan kementerian terkait dalam mewujudkan
ketahanan pangan berskala rumah tangga, regional, dan nasional.
2. Modal sosial adalah salah satu pendorong anggota kelompok wanita tani agar
memiliki kepedulian terhadap pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan
Lestari, sehingga menimbulkan partisipasi aktif pada program tersebut. Modal
sosial dalam penelitian ini meliputi kepercayaan, norma dan jaringan sosial.
a. Kepercayaan adalah sikap saling percaya antara anggota kelompok wanita
tani dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam kegiatan
program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
b. Norma adalah kesepakatan atau aturan yang dibuat oleh kelompok wanita
tani dalam implementasi program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang
dijadikan sebagai penduan dalam bertingkah laku.
c. Jaringan sosial adalah sarana komunikasi, interaksi antara sesama anggota
kelompok maupun pihak diluar kelompok dalam program Kawasan Rumah
Pangan Lestari.
3. Partisipasi adalah keterlibatan dan keikutsertaan anggota kelompok wanita tani
dalam keseluruhan program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang mencakup
perencanaan program, pelaksanaan program, dan evaluasi program yang
disertai dengan wujud partisipasinya berupa sumbangan ide/pikiran, tenaga,
materi, uang. Tahap partisipasi yaitu:
a. Partisipasi dalam perencanaan adalah keterlibatan anggota kelompok wanita
tani dalam tahap awal perencanaan program Kawasan Rumah Pangan
Lestari.
b. Tahap pelaksanaan adalah keterlibatan anggota kelompok wanita tani
dalam pelaksanaan kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan perencanaan selesai dilakukan.
22
c. Tahap evaluasi adalah keterlibatan anggota kelompok wanita tani dalam
menilai pelaksanaan dan hasil program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Hal ini berguna untuk mengetahui perkembangan dari program Kawasan
Rumah Pangan Lestari.
3.3.2 Pengukuran Variabel
Variabel modal sosial dan partisipasi anggota kelompok wanita tani pada
penelitian ini diukur dengan menggunakan bantuan alat kuantitatif yaitu skoring
yang terdiri atas 3, 2 dan 1. Pengukuran variabel modal sosial pada tabel 1 akan
dibagi menjadi 3 yaitu kepercayaan, norma dan jaringan sosial. Sedangkan pada
tabel 2, variabel partisipasi anggota kelompok wanita tani dalam program Kawasan
Rumah Pangan Lestari dilihat dalam 3 aspek kegiatan yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Berikut ini merupakan tabel pengukuran
variabel modal sosial dan variabel partisipasi kelompok wanita tani.
Tabel 1. Pengukuran Variabel Modal Sosial
No Indikator Skor
1. Kepercayaan
1.1 Kepercayaan terhadap sesama anggota kelompok wanita tani
a. Tinggi (adanya keterbukaan dalam mengemukakan pendapat,
adanya pembagian tugas yang jelas, dan adanya transfer
informasi)
b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)
c. Rendah (tidak ada keterbukaan dalam mengemukakan
pendapat, tidak ada pembagian tugas yang jelas, dan tidak ada
transfer informasi)
3
2
1
1.2 Kepercayaan anggota terhadap ketua kelompok wanita tani
a. Tinggi (adanya keterbukaan dalam mengemukakan pendapat,
adanya pembagian tugas yang jelas, dan adanya transfer
informasi)
b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)
c. Rendah (tidak ada keterbukaan dalam mengemukakan
pendapat, tidak ada pembagian tugas yang jelas, dan tidak ada
transfer informasi)
3
2
1
1.3 Kepercayaan anggota kelompok terhadap pengurus kelompok
wanita tani
a. Tinggi (adanya keterbukaan dalam mengemukakan pendapat,
adanya pembagian tugas yang jelas, dan adanya transfer
informasi)
b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)
c. Rendah (tidak ada keterbukaan dalam mengemukakan
pendapat, tidak ada pembagian tugas yang jelas, dan tidak ada
transfer informasi)
3
2
1
23
Tabel 1. (Lanjutan)
No Indikator Skor
1.4 Hubungan ketua dan pengurus kelompok wanita tani dengan
anggota
a. Tinggi (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani
saling mendukung dan terbuka demi kemajuan bersama)
b. Sedang (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani
saling mendukung namun hubungannya saling tertutup)
c. Rendah (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani
tidak saling mendukung dan terbuka)
3
2
1
1.5 Kepuasan anggota terhadap kinerja ketua dan pengurus kelompok
wanita tani
a. Tinggi (puas)
b. Sedang (biasa saja)
c. Rendah (tidak puas)
3
2
1
Skor Minimal 15
Skor Maksimal 5
2. Norma Sosial
2.1 Peraturan yang dibuat oleh kelompok wanita tani
a. Tinggi (ada peraturan dan berjalan)
b. Sedang (ada peraturan namun tidak dijalankan)
c. Rendah (tidak ada peraturan)
3
2
1
2.2 Pandangan (persepsi) terhadap peraturan yang telah dibuat
a. Tinggi (peraturan yang dibuat menguntungkan semua pihak)
b. Sedang (peraturan yang dibuat hanya menguntungkan
sebagian pihak)
c. Rendah (peraturan yang dibuat tidak menguntungkan semua
pihak)
3
2
1
2.3 Ketaatan ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani
terhadap peraturan yang ada
a. Tinggi (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani
mengetahui dan mentaati peraturan yang ada)
b. Sedang (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani
mengetahui namun tidak mentaati peraturan yang ada)
c. Rendah (ketua, pengurus dan anggota kelompok wanita tani
tidak mengetahui peraturan yang ada)
3
2
1
2.4 Sanksi terhadap pelanggaran peraturan yang ada
a. Tinggi (adanya sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan
berlaku bagi semua pihak)
b. Sedang (adanya sanksi terhadap pelanggaran peraturan
namun tidak dijalankan/hanya berlaku bagi sebagian pihak)
c. Rendah (tidak ada sanksi terhadap pelanggaran peraturan)
3
2
1
Skor Maksimal 12
Skor Minimal 4
24
Tabel 1. (Lanjutan)
No Indikator Skor
3. Jaringan
3.1 Kerjasama antar angota KWT
a. Tinggi (adanya kerjasama dan dukungan antar anggota
kelompok wanita tani)
b. Sedang (adanya kerjasama antar anggota kelompok wanita
tani namun tidak saling mendukung)
c. Rendah (tidak ada kerjasama dan dukungan antar anggota
kelompok wanita tani)
3
2
1
3.2 Kerjasama dengan Petugas Penyuluh Lapang (PPL)
a. Tinggi (adanya kerjasama dan dukungan dari PPL)
b. Sedang (adanya kerjasama dengan PPL namun tidak saling
mendukung)
c. Rendah (tidak ada kerjasama dan dukungan dari PPL)
3
2
1
3.3 Kerjasama dengan aparat desa dan pemimpin formal lainnya
untuk program Kawasan Rumah Pangan Lestari
a. Tinggi (adanya kerjasama dan dukungan aparat desa dan
pemimpin formal)
b. Sedang (adanya kerjasama dengan aparat desa dan pemimpin
formal namun tidak saling mendukung)
c. Rendah (tidak ada kerjasama dan dukungan dari aparat desa
dan pemimpin formal lainnya)
3
2
1
3.4 Kerjasama dengan pemerintah pusat atau daerah
a. Tinggi (ada bantuan dan kerjasama dari pemerintah pusat
maupun daerah)
b. Sedang (ada bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah
namun tidak ada kerjasama)
c. Rendah (tidak ada bantuan dan kerjasama dari pemerintah
pusat maupun daerah)
3
2
1
Skor Maksimal 12
Skor Minimal 4
Skor Maksimal Modal Sosial 39
Skor Minimal Modal Sosial 13
Tabel 2. Pengukuran Variabel Partisipasi
No Indikator Skor
Pikiran, tenaga, material, uang
1. Partisipasi Tahap Perencanaan
1.1 Keikutsertaan anggota KWT dalam kegiatan sosialisasi, diskusi
dengan dinas terkait untuk rencana kegiatan program KRPL
a. Tinggi (anggota KWT hadir, aktif memberikan ide, dan
sumbangan materi)
b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)
c. Rendah (anggota KWT tidak hadir)
3
2
1
25
Tabel 2. (Lanjutan)
No Indikator Skor
Pikiran, tenaga, material, uang
1.2 Keikutsertaan anggota KWT dalam pertemuan untuk
pembuatan aturan kegiatan program KRPL
a. Tinggi (anggota KWT hadir, aktif memberikan ide, dan
sumbangan materi)
b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)
c. Rendah (anggota KWT tidak hadir)
3
2
1
1.3 Keikutsertaan anggota KWT dalam penentuan jenis tanaman
yang akan dibudidayakan
a. Tinggi (anggota KWT hadir, aktif memberikan ide, dan
sumbangan materi)
b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)
c. Rendah (anggota KWT tidak hadir)
3
2
1
1.4 Keikutsertaan anggota KWT dalam penyusunan penggunaan
dana program KRPL
a. Tinggi (anggota KWT terlibat langsung, aktif memberikan
ide, sumbangan materi, dan mengikuti kesepakatan
bersama)
b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)
c. Rendah (anggota KWT tidak terlibat)
3
2
1
Skor Maksimal 12
Skor Minimal 4
2. Partisipasi Tahap Pelaksanaan
2.1 Keikutsertaan anggota KWT dalam kegiatan budidaya tanaman
(pembuatan media tanam, pembibitan, dan penanaman)
a. Tinggi (anggota KWT hadir >3 kali kegiatan, aktif
memberikan sumbangan materi, uang)
b. Sedang (anggota KWT hadir 1-3 kali, aktif memberikan
sumbangan materi, uang)
c. Rendah (anggota KWT hadir < 3 kali, tidak aktif
memberikan sumbangan materi, uang)
3
2
1
2.2 Keikutsertaan anggota KWT dalam merawat tanaman di
pekarangan
a. Tinggi (anggota KWT selalu melaksanakan piket rutin)
b. Sedang (anggota KWT jarang melaksanakan piket rutin)
c. Rendah (anggota KWT tidak pernah melaksanakan piket
rutin)
3
2
1
2.3 Keikutsertaan anggota KWT dalam kegiatan pemanenan
tanaman di pekarangan
a. Tinggi (anggota KWT hadir >3 kali kegiatan, aktif
memberikan sumbangan materi, uang)
b. Sedang (anggota KWT hadir 1-3 kali, aktif memberikan
sumbangan materi, uang)
c. Rendah (anggota KWT hadir <3 kali, tidak aktif
memberikan sumbangan materi, uang)
3
2
1
26
Tabel 2. (Lanjutan)
No Indikator Skor
Pikiran, tenaga, material, uang
2.4 Keikutsertaan anggota KWT dalam kegiatan pemasaran hasil panen
a. Tinggi (anggota KWT aktif dalam kegiatan pemasaran hasil
panen)
b. Sedang (anggota KWT kurang aktif dalam kegiatan pemasaran hasil panen)
c. Rendah (anggota KWT tidak aktif dalam kegiatan pemasaran
hasil panen)
3
2
1
2.5 Kehadiran anggota KWT dalam setiap pertemuan rutin kelompok
a. Tinggi (anggota KWT hadir >3 kali pertemuan rutin, aktif
memberikan sumbangan ide, materi, uang) b. Sedang (Setuju dengan 2/1 jawaban diatas)
c. Rendah (anggota KWT hadir < 3 kali pertemuan rutin, tidak
aktif memberikan sumbangan ide, materi, uang)
3
2
1
Skor Maksimal 15
Skor Minimal 5
3. Partisipasi Tahap Evaluasi
3.1 Keikutsertaan anggota KWT dalam pembuatan laporan kegiatan a. Tinggi (anggota KWT ikut serta dan terlibat dalam pembuatan
laporan kegiatan)
b. Sedang (anggota KWT ikut serta namun tidak terlibat dalam
pembuatan laporan kegiatan) c. Rendah (anggota KWT tidak ikut serta)
3.2 Keterlibatan anggota KWT dalam identifikasi masalah pada
pelaksanaan KRPL a. Tinggi (anggota KWT terlibat dan aktif dalam mengidentifikasi
masalah)
b. Sedang (anggota KWT terlibat namun tidak aktif dalam mengidentifikasi masalah)
c. Rendah (anggota KWT tidak terlibat)
3
2
1
3.3 Keikutsertaan anggota KWT dalam memberikan kritik dan saran
untuk keberlanjutan program KRPL a. Tinggi (anggota KWT ikut serta dan memberikan kritik dan
saran)
b. Sedang (anggota KWT ikut serta namun tidak memberikan kritik dan saran)
c. Rendah (anggota KWT tidak ikut serta)
3
2
1
3.4 Manfaat yang diperoleh dari kegiatan KRPL a. Tinggi (Kegiatan KRPL memberikan manfaat bagi anggota
KWT)
b. Sedang (Kegiatan KRPL kurang begitu memberikan manfaat bagi
anggota KWT) c. Rendah (Kegiatan KRPL tidak memberikan manfaat bagi anggota
KWT)
3
2
1
Skor Maksimal 12
Skor Minimal 4
Skor Maksimal Partisipasi 39
Skor Minimal Partisipasi 13
27
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
eksplanasi (eksplanatory) dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Kriyantono
(2012), penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua
atau lebih variabel dan menggambarkan kondisi yang terjadi di lokasi penelitian.
Alasan pemilihan jenis penelitian eksplanatory ini adalah untuk menguji hipotesis
yang diajukan agar dapat menjelaskan hubungan antara variabel modal sosial
dengan variabel partisipasi kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri. Sementara itu, pendekatan
kuantitatif digunakan untuk menganalisis hubungan kedua variabel tersebut dengan
menggunakan alat analisis rank spearman.
4.2 Penentuan Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di
Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan
karena Kelurahan Rejomulyo merupakan salah satu daerah pelaksana program
Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kota Kediri sejak tahun 2013, dan letak wilayah
Kelurahan Rejomulyo berada di daerah perkotaan dimana lahan pekarangan yang
dimiliki oleh anggotanya cenderung sempit. Selain itu, Kawasan Rumah Pangan
Lestari di Kelurahan Rejomulyo merupakan salah satu yang berprestasi di Kota
Kediri, yang mana pada tahun 2013 pernah mendapatkan penghargaan sebagai juara
lomba program Kawasan Rumah Pangan Lestari tingkat Provinsi Jawa Timur, serta
juara 2 lomba program Kawasan Rumah Pangan Lestari tingkat Kota Kediri pada
dan 2017. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu pada
bulan Mei hingga Juni 2017.
4.3 Teknik Penentuan Sampel
Berdasarkan penelitian penelitian pendahuluan yang dilakukan, diketahui
populasi atau jumlah anggota kelompok wanita tani Melati sebanyak 52 orang.
Peneliti menggunakan rumus Slovin dalam penentuan jumlah sampel sebagai
berikut:
28
𝑛 = 𝑁
𝑁(𝑑)2 + 1
Keterangan:
n = Jumlah sampel kelompok wanita tani Melati
N = Jumlah populasi kelompok wanita tani Melati
d = batas toleransi kesalahan (10%)
𝑛 = 52
52. (0,1)2 + 1
𝑛 = 52
1,53
𝑛 = 34,21
Berdasarkan dari hasil perhitungan rumus Slovin diperoleh hasil jumlah
sampel yang terpilih pada anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati adalah
sebanyak 35 orang. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling (sengaja). Purposive sampling
digunakan dengan pertimbangan bahwa sampel yang diambil adalah ibu rumah
tangga yang tinggal dan aktif mengikuti kegiatan program kawasan Rumah Pangan
Lestari Kelurahan Rejomulyo, ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok
wanita tani Melati.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan melalui kegiatan penelitian
langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui
pencatatan hasil wawancara terstruktur secara terencana pada responden dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan dan kategori jawaban yang telah disiapkan
dalam kuisioner. Sementara itu, data sekunder adalah data yang digunakan untuk
melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dengan cara mencatat dan
meminta dokumen-dokumen seperti laporan kegiatan KRPL, dan foto kegiatan
selama penelitian.
29
4.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data digunakan untuk menjawab semua tujuan dari penelitian
ini, yaitu mendeskripsikan kondisi modal sosial dan tingkat partisipasi kelompok
wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari, serta menganalisis
hubungan antara modal sosial dengan tingkat partisipasi kelompok wanita tani guna
keberlanjutan program. Tujuan penelitian pertama dan kedua mengunakan Teknik
analisis kualitatif berdasarkan pada pendapat dan pemikiran responden yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan kuesioner yang disajikan dalam bentuk
deskriptif sebagai hasil dari pengukuran skala likert. Selanjutnya untuk tujuan
penelitian ketiga menggunakan teknik analisis kuantitatif dengan uji korelasi rank
spearman untuk mengetahui hubungan antara modal sosial dengan tingkat
partisipasi kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
4.5.1 Teknik Analisis Data Kualitatif
Modal sosial yang dimiliki oleh kelompok wanita tani dan tingkat partisipasi
kelompok wanita tani dalam kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari
berdasarkan hasil wawancara dinilai dengan menggunakan skoring. Selanjutnya
jumlah skor dihitung dengan menggunakan bantuan skala likert yang meliputi
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Menentukan banyaknya kelas
Pada penelitian ini ditetapkan 3 kelas dalam perhitungan variabel yaitu: (1)
rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi.
2. Menentukan kisaran
Kisaran adalah selisih nilai pengamatan tertinggi dan terendah dengan rumus:
𝑅 = 𝑋𝑡 − 𝑋𝑟
Keterangan:
R : Kisaran
Xt : Nilai pengamatan tertinggi
Xr : Nilai pengamatan terendah
3. Menentukan selang dalam kelas
Selang kelas adalah jangkauan atau jarak antar kelas yang satu dengan yang
lainnya secara berurutan dengan rumus:
𝐼 = 𝑅
𝐾
30
Keterangan:
I : Selang dalam kelas
R : Kisaran
K : Banyaknya kelompok kelas
Kondisi modal sosial dapat ditentukan dengan menggunakan skoring,
sehingga dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu: tinggi, sedang dan rendah.
Tabel 3. Perhitungan Kategori Variabel Modal Sosial
No Variabel Selang Kelas Kategori
1. Kepercayaan 3,3
Tinggi: 11,7-15 (78% - 100%)
Sedang: 8,3-11,6, (56% - 77%)
Rendah: 5,0-8,2 (33% - 55%)
2. Norma 3,3 Tinggi: 11,7-15 (78% - 100%) Sedang: 8,3-11,6, (56% - 77%)
Rendah: 5,0-8,2 (33% - 55%)
3. Jaringan Sosial 2,7 Tinggi: 9,3-12 (78% - 100%) Sedang: 6,7-9,2 (56% - 77%)
Rendah: 4,0-6,5 (33% - 56%)
Total 9,3
Tinggi: 32,7-42 (78%-100%)
Sedang: 23,3-32,5 (56%-77%) Rendah: 14-23,2 (33%-55%)
Tingkat partisipasi juga ditentukan dengan menggunakan skoring, sehingga
dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu: tinggi, sedang dan rendah.
Tabel 4. Perhitungan Kategori Partisipasi
No Variabel Selang Kelas Kategori
1. Tahap Perencanaan 2,7
Tinggi: 9,3-12 (78% - 100%)
Sedang: 6,7-9,2 (56% - 77%)
Rendah: 4,0-6,5 (33% - 56%)
2. Tahap Pelaksanaan 3,3
Tinggi: 11,7-15 (78% - 100%)
Sedang: 8,3-11,6, (56% - 77%)
Rendah: 5,0-8,2 (33% - 55%)
3. Evaluasi 3,3
Tinggi: 11,7-15 (78% - 100%)
Sedang: 8,3-11,6, (56% - 77%)
Rendah: 5,0-8,2 (33% - 55%)
Keseluruhan 9,3
Tinggi: 32,7-422 (78%-100%)
Sedang: 23,3-32,6 (56%-77%)
Rendah: 14-23,2 (33%-55%)
4.5.2 Teknik Analisis Data Kuantitatif
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rumus korelasi rank spearman. Perhitungan ini digunakan untuk menguji adanya
hubungan antara modal sosial dengan tingkat partisipasi kelompok wanita tani
dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Menurut Sugiyono (2015),
31
korelasi rank spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji
signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan
berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama. Rumus yang
dapat dipakai adalah:
𝑅𝑠 = 1 − 6 ∑ 𝑑𝑖2𝑛
𝑖−1
𝑛 (𝑛2 − 1)
Keterangan:
Rs = Koefisien Rank Spearman
di = Selisih peringkat variabel
n = banyaknya sampel
Bilamana ada banyak nilai rank spearman yang sama maka menggunakan
faktor koreksi. Rumus faktor koreksi menurut Siegel (1992), sebagai berikut:
𝑇 =𝑡3 − 𝑡
12
Dimana t merupakan banyaknya observasi yang berangka sama pada suatu
ranking tertentu. Apabila proporsi angka sama besar maka harus digunakan faktor
perhitungan koreksi dalam perhitungan rank spearman.
𝑅𝑠 =∑ 𝑥2 + ∑ 𝑦2 − ∑ 𝑑2
√∑ 𝑥2 ∑ 𝑦22
Dimana
∑ 𝑥2 =𝑁3 − 𝑁
12− ∑ 𝑇𝑋
∑ 𝑦2 =𝑁3 − 𝑁
12− ∑ 𝑇𝑦
Dengan ΣT menunjukkan jumlah berbagai harga T untuk semua kelompok
yang berlainan yang memiliki obeservasi berangka sama. Jika harga N>0 maka uji
signifikansi terhadap nilai rank spearman yang diperoleh dapat diujikan dengan
menghitung besarnya nilai t terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut:
𝑡ℎ𝑖𝑡 = 𝑟𝑠√𝑛 − 2
1 − 𝑟𝑠2
Uji 𝑡ℎ𝑖𝑡 dilakukan dengan melihat asumsi tingkat kesalahan α = 0,005, derajat
kebebasan = n-2, dan dilihat dari hasil 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .
a. Hipotesis
32
1. H0 : ρS = 0 berarti tidak terdapat hubungan atau korelasi positif antara modal
sosial dengan tingkat partisipasi kelompok wanita tani dalam keberlanjutan
program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo, Kota
Kediri.
2. H1 : ρS ≠ 0 berarti terdapat hubungan atau korelasi positif antara modal sosial
dengan tingkat partisipasi kelompok wanita tani dalam keberlanjutan
program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo, Kota
Kediri.
b. Kaidah pengujian
1. Jika nilai thitung > ttabel pada α = 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima hal ini
berarti bahwa ada hubungan antara modal sosial dengan tingkat partisipasi
kelompok wanita tani dalam keberlanjutan program Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri.
2. Jika nilai thitung < ttabel pada α = 5% maka Ho diterima dan H1 ditolak hal ini
berarti bahwa tidak ada hubungan antara modal sosial dengan tingkat
partisipasi kelompok wanita tani dalam keberlanjutan program Kawasan
Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri.
4.6 Uji Instrumen Penelitian
Uji instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang
telah disusun merupakan instrumen yang baik untuk penelitian. Instrumen dapat
dikatakan baik jika memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
Apabila sudah dilakukan uji validitas dan reabilitasnya, maka akan diketahui butir-
butir yang sah untuk mengumpulkan data dalam penelitian, dan instrumen yang
tidak valid dan tidak reliabel akan digugurkan.
1. Uji Validitas
Arikunto (2009) menjelaskan bahwa suatu instrumen dapat dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas menggunakan rumus korelasi
Product Moment dari Pearson. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui suatu
pertanyaan valid atau tidak valid yaitu jika rxy > 0,30 maka pertanyaan valid, dan
33
jika rxy < 0,30 maka pertanyaan tidak valid. Pengujian validitas dilakukan dengan
bantuan Software SPSS, dari pengujian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Uji Validitas Modal Sosial No R hitung R tabel Keterangan
1 0,686 0,30 Valid
2 0,806 0,30 Valid 3 0,716 0,30 Valid
4 0,806 0,30 Valid
5 0,806 0,30 Valid 6 0,668 0,30 Valid
7 0,819 0,30 Valid
8 0,703 0,30 Valid
9 0,118 0,30 Tidak Valid 10 0,561 0,30 Valid
11 0,350 0,30 Valid
12 0,461 0,30 Valid 13 0,744 0,30 Valid
Sumber: Analis Data Primer (2017)
Hasil uji validitas modal sosial, dari 13 item pertanyaan yang dinyatakan valid
sebanyak 12 item, sedangkan yang tidak valid sebanyak 1 item, yakni pertanyaan
nomor 9 karena nilai r hitung kurang dari 0,3.
Tabel 6. Uji Validitas Partisipasi
No R hitung R tabel Keterangan
1 0,778 0,30 Valid
2 0,589 0,30 Valid
3 0,663 0,30 Valid
4 0,796 0,30 Valid 5 0,893 0,30 Valid
6 0,876 0,30 Valid
7 0,895 0,30 Valid 8 0,584 0,30 Valid
9 0,774 0,30 Valid
10 0,453 0,30 Valid
11 0,443 0,30 Valid 12 0,476 0,30 Valid
13 0,476 0,30 Valid
14 0,662 0,30 Valid
Sumber: Analis Data Primer (2017)
Hasil uji validitas menunjukkan semua pertanyaan sebanyak 14 item
pertanyaan dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk penelitian karena nilai r
hitung lebih dari 0,3. Langkah berikutnya adalah dilakukan uji reabilitas terhadap
item pertanyaan yang dinyatakan valid.
2. Uji Reabilitas
34
Uji reablilitas untuk mengetahui sejauh mana alat ukur memberikan hasil yang
relatif tidak berbeda apabila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala atau
kondisi yang sama pada saat yang berbeda. Menurut Arikunto (2009), reabilias
menunjuk pada suatu instrument bahwa istrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data Karena instrument tersebut sudah baik.
penelitian ini menggunakan rumus Alpha dari Cronbach. Instrumen dikatakan
reliabel jika memiliki koefisien Alpha Cronbach’s lebih dari 0,600. Jika koefisien
Aplha Cronbach’s kurang dari 0,600 maka instrument tersebut tidak reliabel.
Perhitungan reablitas dilakukan dengan bantuan Software SPSS. Berdasarkan hasil
uji intrumen diperoleh hasil perhitungan reabilitas sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Koefisien Alpha
Cronbach Keterangan
1 Kepercayaan 0,795 Reliabel
2 Norma 0,733 Reliabel
3 Jaringan Sosial 0,800 Reliabel
4 Perencanaan 0,781 Reliabel
5 Pelaksanaan 0,805 Reliabel
6 Evaluasi 0,773 Reliabel
Sumber: Analis Data Primer (2017)
Berdasarkan tabel 7, hasil perhitungan menujukkan nilai koefisien Alpha
Cronbach lebih besar dari nilai rtabel, jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen
dinyatakan reliabel untuk digunakan dalam penelitian ini.
35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Gambaran Geografis Kelurahan Rejomulyo
Kelurahan Rejomulyo merupakan salah satu kelurahan yang berada di
wilayah Kota Kediri, termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Kota.
Kelurahan Rejomulyo merupakan daerah dengan ketinggian tempat 67 meter diatas
permukaan laut. Curah hujan sebesar 3000-4000 mm/tahun dengan jumlah bulan
hujan 5 bulan. Suhu rata-rata harian mencapai 29o celsius. Secara geografis
Kelurahan Rejomulyo letaknya berada 5 km disebelah selatan pusat pemerintahan
Kota Kediri dengan jarak tempuh sekitar 15 menit perjalanan menggunakan
kendaraan roda dua maupun roda empat.
Kelurahan Rejomulyo memiliki luas wilayah sebesar 158 Ha. Berdasarkan
luasan tersebut 72 Ha merupakan lahan sawah, 2 Ha merupakan tegal, ladang dan
kolam, sedangkan pemukiman dan pekarangan seluas 87 Ha. Secara rinci jenis
penggunaan lahan di Kelurahan Rejomulyo adalah sebagai berikut.
Tabel 8. Luas Wilayah Rejomulyo Berdasarkan Jenis Pengunaan Lahan
No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Perumahan dan Pemukiman 73 46,5
2 Pertanian 72 45,5
3 Industri 2 1,3
4 Perdagangan, Jasa, Sekolah
dan Jalan 11 6,7
Total 158 100
Sumber: BPS, 2016
5.1.2 Kondisi Penduduk Kelurahan Rejomulyo
Saat ini jumlah penduduk yang tercatat di Kelurahan Rejomulyo mencapai
6.101 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 3.095 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 3.006 jiwa. Jumlah kepala keluarga yang ada di Kelurahan
Rejomulyo sebanyak 2.170 kepala keluarga. Kelurahan Rejomulyo terdiri dari 6
Rukun Wilayah/RW dan 22 Rukun Tetangga/RT. Seperti masyarakat perkotaan
pada umumnya, sebagian besar mata pencaharian penduduk kelurahan Rejomulyo
adalah wiraswasta dan pegawai. Jumlah penduduk Kelurahan Rejomulyo
berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
36
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kelurahan Rejomulyo Bedasarkan Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)
1 Karyawan 226
2 Wiraswasta 693
3 Tani 49
4 Pertukangan 6
5 Buruh Tani 31
6 Pensiunan 54
7 Jasa 28
Sumber: BPS, 2016
Tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan penduduk Kelurahan
Rejomulyo adalah wiraswasta sebanyak 693 orang diabandingkan dengan
pekerjaan yang lain. Pekerjaan sebagai karyawan juga memiliki kategori yang
cukup tinggi yakni berjumlah 226 orang. Hal ini terlihat bahwa masyarakat secara
umum bekerja sebagai wirausaha dan karyawan.
5.1.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Kelurahan Rejomulyo
Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Rejomulyo sudah cukup
tersedia dengan baik, yaitu sarana pendidikan berupa 3 unit PAUD, 1 unit TK, 3
unit SD/MI, 1 unit SMP/MTS, dan 2 unit SMU. Sarana kesehatan terdiri dari 1 unit
puskesmas, 6 unit posyandu. Sedangkan sarana tempat ibadah berupa 5 unit masjid
dan 13 unit musholla. Adanya sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan
tempat ibadah dapat semakin menunjang sumberdaya yang ada di Kelurahan
Rejomulyo, sehingga Kelurahan ini dapat semakin berkembang menjadi lebih baik
sesuai dengan potensi yang dimiliknya.
Keadaan geografis dan administrasi Kelurahan Rejomulyo bisa berpengaruh
pada kondisi modal sosial yang ada di masyarakatnya. Kelurahan Rejomulyo
merupakan kelurahan yang mengalami perkembangan wilayah relatif cepat. Hal
tersebut karena di Kelurahan Rejomulyo ini terdapat beberapa sekolah-sekolah
besar dan perumahan-perumahan serta berbagai fasilitas yang memadai. Keadaaan
tersebut bisa mempengaruhi kondisi modal sosial, karena masyarakat memiliki
kemudahan dalam mengakses informasi sehingga bisa menambah pengetahuan dan
wawasan. Hal tersebut bisa juga menghambat kondisi modal sosial jika penduduk
Kelurahan Rejomulyo terpengaruh dengan kehidupan masyarakat perkotaan yang
cenderung individual dan kurang peduli terhadap lingkungan yang ada di
37
sekitarnya. Sehingga masyarakat harus tetap selektif dalam mengadopsi ilmu
pengetahuan dan teknologi baru tanpa menghilangkan budaya gotong-royong yang
tercermin melalui kondisi modal sosial masyarakat.
5.2 Gambaran Umum Program Kawasan Rumah Pangan Lestari Di
Kelurahan Rejomulyo
Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan Rejomulyo
dimulai sejak tahun 2012, merupakan program P2KP (Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan) yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan
Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kota Kediri. Pelaksanaan program
diawali dengan adanya sosialisasi program yang berisi tentang penyampaian
informasi mengenai program pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari yang
akan dilaksanakan di Kelurahan Rejomulyo. Kegiatan tersebut dihadiri oleh ibu-ibu
pelaksana program. Pada pelaksanaan kegiatan Program Kawasan Rumah Pangan
Lestari dilakukan pembentukan kelompok wanita tani yang bertujuan untuk
mempermudah dalam koordinasi kegiatan.
Pelaksana program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo
pada tahun 2012 adalah Kelompok Wanita Tani Barokah yang diketuai oleh Ibu
Juwariyah. Saat itu program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang dilaksanan oleh
Kelompok Wanita Tani Barokah berjalan dengan baik dan berprestasi di Kota
Kediri. Pada tahun 2013 Kelurahan Rejomulyo menjadi Kawasan Rumah Pangan
Lestari terbaik di Kota Kediri dan peringkat terbaik ke-6 di Provinsi Jawa Timur.
Awalnya semua kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari Rejomulyo berjalan
dengan baik, namun seiring berjalannya waktu, kelompok tersebut mengalami
kemunduran. Hal tersebut yang disebabkan oleh kurangnya motivasi anggota
kelompok wanita tani serta adanya bencana letusan gunung Kelud. Bencana ini
menyebabkan semua tanaman budidaya mati dan bangunan kebun bibit desa rusak
akibat hujan pasir. Sejak saat itu semua anggota sudah tidak aktif lagi dalam
kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Tahun 2016 ada sosialisasi program Kawasan Rumah Pangan Lestari periode
baru, dan generasi penerus dari anggota Kelompok Wanita Tani Barokah
berinisiatif untuk mendirikan ulang kelompok tersebut dengan susunan
kepengurusan yang baru yaitu Kelompok Wanita Tani Melati yang terbentuk pada
38
tanggal 27 April 2017 melalui musawarah bersama yang dibimbing oleh penyuluh
pendamping yaitu bapak Yulianto. Jumlah anggota Kelompok Wanita Tani Melati
sebanyak 52 orang. Adapun struktur kepengurusan Kelompok Wanita Tani Melati
saat ini adalah sebagai berikut:
Ketua : Siti Malikah
Sekretaris : Sriani Choirunnisak
Bendahara : Nur Hidayati
Seksi Tanaman Hortikultura : Umi Nadziroh
Seksi Peternakan : Amin
Seksi Perikanan : Nunuk Sunarsih
Seksi Pemasaran : Fitri
Seksi Pengolaham Hasil : Sutimah
Pada awal penerapan kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Kelurahan Rejomulyo diberikan bantuan berupa peralatan dan bahan untuk
budidaya, diantaranya adalah kompos, polybag dan berbagai macam bibit sayuran
seperti cabai, tomat, terong, kemangi, seledri, dan daun bawang. Tanaman Obat
Keluarga (TOGA) antar lain jahe, serai, kunyit, kencur. Dokumentasi kebun TOGA
di Kawasan Rumah Pangan Lestari Rejomulyo terdapat pada gambar 5 di lampiran
4. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Melati selain
budidaya tanaman sayuran dalam polybag, juga melakukan pengembangan
budidaya ayam buras, budidaya ikan lele dan nila, serta pengembangan bibit
sayuran serta penjualan hasil panen sayuran yang dibudidayakan. Kondisi Kawasan
Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo saat ini memiliki demplot tanaman
sayuran di lahan, kebun Tanaman Obat Keluarga (TOGA), taman Kawasan Rumah
Pangan Lestari, serta green house untuk pembibitan.
Setiap satu bulan sekali anggota Kelompok Wanita Tani Melati mengadakan
pertemuan rutin kelompok yang dibimbing oleh penyuluh pendamping, kegiatan
tersebut biasa dilaksanakan pada hari minggu malam bersamaan dengan kegiatan
arisan ibu-ibu. Perawatan tanaman dan ternak dalam program Kawasan Rumah
Pangan Lestari di kelurahan Rejomulyo dilakukan dengan cara membuat jadwal
piket bagi anggota Kelompok Wanita Tani setiap harinya. Selain itu juga rutin
39
diadakan kegiatan kerja bakti setiap hari minggu pagi oleh anggota Kelompok
Wanita Tani Melati yang dibantu oleh bapak-bapak.
5.2.1 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang mengikuti
program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo dan ikut
tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Melati. Kelompok Wanita Tani Melati
beranggotakan 52 orang, namun dalam penelitian ini hanya diambil sampel
sebanyak 35 orang agar penelitian lebih efisien. Karakteristik responden yang akan
dijelaskan meliputi usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia
Berdasarkan data yang didapatkan di lapang, kisaran usia responden terbagi
dalam 4 kelompok yakni usia lebih dari 50 tahun, usia 41-51 tahun, usia 30-40 tahun
dan usia kurang dari 30 tahun. Responden dengan kisaran usia diatas 50 tahun
dengan jumlah 12 orang atau sebesar 34%. Responden yang terbanyak ada di
kisaran usia 41-51 tahun berjumlah 15 orang atau 43%. Kisaran usia 30-40 tahun
dengan jumlah 7 orang atau sebesar 20%, dan diikuti oleh kisaran umur urang dari
30 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 3%. Karakteristik responden
berdasarkan usia secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini:
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Kelompok Usia
(tahun)
Jumlah Responden
(orang) Persentase (%)
1 >50 12 34
2 41-51 15 43
3 30-40 07 20
4 <30 01 03
Total 35 100
Sumber: Analis Data Primer (2017)
Berdasarkan tabel 10, menunjukkan bahwa seluruh responden yang ada di
lokasi penelitian tergolong pada kelompok usia produktif dalam bekerja. Menurut
BPS (2017) penduduk yang berusia dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun termasuk
pada kategori usia tidak produktif, sedangkan penduduk yang berusia 15 sampai 65
tahun termasuk kategori usia produktif. Kisaran usia 41-51 tahun adalah persentase
tertinggi dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam
penelitian ini sudah memasuki usia dewasa yang memiliki kematangan mental
40
dengan pola pikir yang baik dalam bertindak. Kondisi tersebut juga diharapkan
anggota kelompok wanita tani dapat memberikan sumbangan tenaga kerja yang
lebih besar dalam melakukan kegiatan pada program Kawasan Rumah Pangan
Lestari.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada penelitian ini tingkat pendidikan responden dibagi dalam empat
kelompok yaitu Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Dasar (SD). Berdasarakan data yang
didapatakan terdapat 4 orang responden atau sebesar 11% yang memiliki tingkat
pendidikan perguruan tinggi. 14 orang responden dengan tingkat pendidikan tamat
SMA atau sebesar 40%. Responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 6
orang atau 17%, dan 11 orang responden dengan tingkat pendidikan SD atau
sebesar 31%. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan secara lebih
rinci dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini:
Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
(orang) Persentase (%)
1 Perguruan Tinggi 04 11
2 SMA 14 40
3 SMP 06 17
4 SD 11 31
Total 35 100
Sumber: Analis Data Primer (2017)
Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa responden di lokasi penelitian
memliki tingkat pendidikan yang cukup baik, dimana sebagian besar responden
telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA. Jumlahnya hampir setengah
dari total jumlah responden. Golongan tamat SD pada urutan kedua menunjukkan
bahwa mereka telah mengecap pendidikan meskipun hingga tingkat SD saja.
Golongan tamat SMP pada urutan ketiga menujukkan bahwa sebagian responden
telah menuntaskan kewajiban belajar 9 tahun sesuai dengan anjuran pemerintah.
Tingkat pendidikan responden yang pendidikannya sampai perguruan tinggi kecil,
hal tersebut dikarenakan kurang adanya kesadaran masyarakat untuk meneruskan
jenjang pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Tidak terdapat golongan yang
41
tidak bersekolah atau buta huruf dari keseluruhan responden karena responden
sudah menyadari arti pendidikan bagi kehidupan.
Dikaitkan dengan topik penelitian, maka tingkat pendidikan responden yang
rata-rata tergolong tinggi ini berpengaruh terhadap besar kecilnya partisipasi
kelompok wanita tani dalam suatu kegiatan. Tinggi atau rendahnya responden akan
menentukan bagaimana kualitas sumberdaya manusia yang ada di wilayah tersebut.
Selain itu, luas atau tidaknya jaringan kerjasama yang dimiliki kelompok juga bisa
ditunjang oleh faktor tingkat pendidikan yang dimiliki.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan
maksud memperoleh pendapatan atau membantu memperoleh pendapatan atau
keuntungan. Jenis pekerjaaan responden dalam penelitian ini dibagi menjadi
beberapa kelompok yaitu ibu rumah tangga, wirausaha, dan pegawai. Karakteristik
responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini:
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden
(orang) Persentase (%)
1 Ibu Rumah Tangga 18 51
2 Wirausaha 12 34
3 Pegawai 05 14
Total 35 100
Sumber: Analis Data Primer (2017)
Tabel 12 menunjukkan responden dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga
berjumlah 28 orang dengan persentase sebesar 51%. Jenis pekerjaan wirausaha
berjumlah 12 orang atau sebesar 34%, dan responden yang bekerja sebagai pegawai
berjumlah 5 orang atau sebesar 5%. Jenis pekerjaan mayoritas respoden dalam
penelitian ini adalah ibu rumah tangga. Sebagian besar anggota KWT merupakan
ibu rumah tangga karena sasaran utama dari program KRPL adalah ibu-ibu rumah
tangga.
5.3 Modal Sosial Anggota Kelompok Wanita Tani Melati
Pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan
Rejomulyo bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan, penganekaragaman
pangan dan meningkatkan kualitas gizi keluarga. Program kawasan Rumah Pangan
42
Lestari mengutamakan agar warga lebih bisa memanfaatkan lahan pekarangannya
dengan cara menanam tanaman pangan berbasis sumberdaya lokal, seperti tanaman
sayuran, buah dan umbu-umbian. Program tersebut mulai dilaksanakan di
Kelurahan Rejomulyo pada tahun 2012.
Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo
dilaksanakan oleh kelompok wanita tani yang bertujuan untuk kelancaran dan
keberhasilan dari implementasi program tersebut. Adanya kelompok wanita tani
dalam implementasi program dapat memunculkan interaksi antar anggota
didalamnya, dan diharapkan kelompok wanita tani bisa menjadi wadah untuk saling
bertukar pikiran antar anggota untuk keberhasilan program Kawasan Rumah
Pangan Lestari dalam hal kemandirian pangan. Interaksi yang terjadi dalam
kelompok wanita tani tersebut akan muncul ikatan emosional antara warga dengan
institusi penyelenggara program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Ikatan emosional
tersebut berupa kepercayaan, nilai-nilai dan norma yang berguna untuk koordinasi
dan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama, serta jaringan-jaringan sosial.
Interaksi yang terjadi didalam kelompok wanita tani diharapkan akan menghasilkan
partisipasi dalam jaringan sosial masyarakat, saling menguntungkan, saling
percaya, dan ketaatan terhadap nilai-nilai dan norma. Faktor tersebut yang dapat
menimbulkan modal sosial dalam diri masyarakat Kelurahan Rejomulyo untuk
kelancaran dan keberhasilan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di tahun-
tahun selanjutnya. Berikut ini merupakan penjelasan dari modal sosial yang ada:
5.3.1 Kepercayaan Anggota Kelompok Wanita Tani Melati
Kepercayaan merupakan unsur yang sangat penting dalam kelompok wanita
tani Melati, adanya kepercyaan akan menimbulkan solidaritas terhadap anggota
lainnya dan memungkinkan pencapaian tujuan bersama. Kepercayaan dalam
penelitian ini diukur berdasarkan tingkat kepercayaan yang ada pada anggota
Kelompok Wanita Tani Melati. Kepercayaan responden dalam penelitian disajikan
dalam tabel 13.
43
Tabel 13. Kategori Kepercayaan Anggota KWT
Kepercayaan Skor
Maksimal
Skor
Lapang
Persentase
(%) Kategori
Frekuensi Persentase (%)
R S T Total R S T Total
1. Kepercayaan terhadap sesama aggota KWT
3 2,9 95 Tinggi 0 5 30 35 0 14 86 100
2. Kepercayaan anggota kepada ketua KWT
3 2,8 93 Tinggi 0 7 28 35 0 20 80 100
3. Kepercayaan anggota kepada pengurus KWT
3 2,8 93 Tinggi 0 7 28 35 0 20 80 100
4. Hubungan antar ketua, penggurus
dengan anggota KWT
3 2,8 93 Tinggi 0 7 28 35 0 20 80 100
5. Kepuasan dengan kinerja ketua dan pengurus KWT
3 2,8 94 Tinggi 0 6 29 35 0 17 83 100
Rata-rata 3 2,8 94 Tinggi 0 6,4 28,6 35 0 18 82 100
Sumber: Analisis Data Pimer, 2017 (Diolah)
Keterangan:
78% - 100% : Kepercayaan anggota kelompok wanita tani kategori tinggi
55% - 77% : Kepercayaan anggota kelompok wanita tani kategori sedang
33% - 54% : Kepercayaan anggota kelompok wanita tani kategori rendah
Berdasarkan tabel 13, dapat diketahui bahwa rata-rata skor yang dicapai
anggota Kelompok Wanita Tani Melati dalam kepercayaan yaitu sebesar 2,8 atau
94% dari skor maksimal dan termasuk dalam kategori tinggi. Data pada tabel diatas
untuk lebih jelasnya bisa dilihat di lampiran 7. Hal tersebut ditunjukkan dengan
adanya hubungan baik dan rasa saling percaya diantara anggota kelompok sudah
terbentuk dengan baik.
Tingkat kepercayaan antar sesama anggota kelompok wanita tani Melati
termasuk dalam kategori tinggi dengan skor sebesar 2,9 atau 95% dari skor
maksimal. Hal tersebut dikarenakan semua responden berasal dari satu kawasan
yang sama yaitu RT 04, RW 04, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota, Kota
Kediri, sehinga rasa saling mempercayai, menghargai dan tolong-menolong secara
umum sudah dimiliki oleh responden. Indikatornya diukur dari ada atau tidaknya
transfer informasi, adanya pembagian tugas yang jelas, serta keterbukaan dalam
44
menyampaikan pendapat. Sebagian besar responden menyatakan bahwa transfer
informasi dalam kelompok berjalan dengan baik dan lancar. Semua anggota
memiliki kesadaran yang baik dalam meneruskan informasi yang diterima kepada
anggota kelompok yang lain. Dalam kelompok, setiap anggota diberikan
kesempatan yang sama dalam menyampaiakan ide dan masukan pada setiap
pertemuan kelompok. Keterbukaan dalam menyampaiakan pendapat yang ada pada
kelompok wanita tani Melati cukup baik. Namun meskipun diberikan kebebasan
untuk menyampaiakan pendapat, tidak semua anggota kelompok mau menyuarakan
ide atau pemikirannya dalam pertemuan kelompok, salah satu penyebabnya adalah
adanya perasaan malu dan tidak percaya diri. Sedangkan untuk pembagian tugas,
sebagian besar responden menyatakan bahwa pembagian tugas didalam kelompo
masih belum jelas, kecuali bagi ketua dan pengurus kelompok, sedangkan bagi
anggota sendiri belum mengetahui secara pasti tugas yang dibebankan kepadanya.
Indikator selanjutnya adalah kepercayaan anggota kepada ketua dan pengurus
kelompok wanita tani juga termasuk pada kategori tinggi dengan memproleh skor
sebesar 2,8 atau 93% dari skor total. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota
sudah sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada ketua dan pengurus, dan
sebaliknya ketua kelompok juga memberikan kepercayaan yang tinggi kepada
pengurus dan anggota kelompok. Sama dengan tingkat kepercayaan diantara
sesame anggota kelompok, indikator diukur dari adanya transfer informasi,
keterbukaan dalam mengemukakan pendapat dan adanya pembagian tugas yang
jelas. Sesuai dengan hasil penelitian di lapang, terdapat transfer informasi dan
keterbukaan dalam mengemukakan pendapat didalam kelompok. Ketua dan
pengurus kelompok wanita tani juga sudah melakasanakan tugas sesuai dengan
baik.
Ketua kelompok merupakan sesorang yang menjadi bagian dari kelompok
dan dipercaya untuk memimpin kelompok wanita tani. Pemilihan ketua dan
pengurus kelompok wanita tani didasari ada berbagai pertimbangan, antara lain
wawasan atau pengetahuan yang dimiliki, kemampuan yang dimiliki, serta sifat
kharismatik yang dimiliki oleh seseorang. Hal tersebut juga didukung oleh adanya
kepercayaan dari semua anggota terhadap kualitas dan kapasitas seseorang tersebut
untuk memimpin kelompok wanita tani. Kepuasan anggota terhadap kinerja ketua
45
dan pengurus Kelompok Wanita Tani Melati juga termasuk dalam kategori tinggi
dengan skor sebesar 2,8 atau 94% dari skor total. Adanya keterbukaan antara ketua
kelompok dan pengurus dalam pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan
Lestari. Selain itu kinerja dari ketua kelompok juga dianggap baik oleh responden.
5.3.2 Norma Anggota Kelompok Wanita Tani Melati
Norma adalah nilai, pemahan, tujuan tujuan yang diyakini dan dijalankan
Bersama oleh sekelompok orang. Norma di masyarakat memiliki sanksi yang
berbeda-beda, norma tersebut biasanya berupa norma tertulis maupun tidak tertulis
tetapi dipahami dan dipatuhi oleh masyarakat. Norma pada penelitian ini dilihat dari
aturan-aturan yang dibuat oleh kelompok wanita tani dalam program Kawasan
Rumah Pangan Lestari, bagaimana tanggapan anggota kelompok wanita tani
terhadap peraturan-peraturan, bagaimana pelaksanaannya, serta bagaimana
ketaatan dari anggota kelompok wanita tani terhadap peraturan yang telah dibuat.
Norma responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 14 berikut.
Tabel 14. Kategori Norma Anggota KWT
Norma Skor
Maksimal
Skor
Lapang
Persentase
(%) Kategori
Frekuensi Persentase (%)
R S T Total R S T Total
1. Adanya peraturan yang dibuat oleh KWT
3 2,5 84 Tinggi 3 11 21 35 9 31 60 100
2. Persepsi
terhadap peraturan yang ada
3 2,3 78 Tinggi 4 15 16 35 11 43 46 100
3. Ketaatan ketua, pengurus, dan anggota terhadap
peraturan yang ada
3 2,3 76 Sedang 9 7 19 35 26 20 54 100
4. Adanya sanksi terhadap pelanggaran peraturan
3 1,1 36 Rendah 32 3 0 35 91 9 0 100
Rata-rata 3 1,8 69 Sedang 12 9 14 35 34 26 40 100
Sumber: Analisis Data Pimer, 2017 (Diolah)
Keterangan:
78% - 100% : Norma anggota kelompok wanita tani kategori tinggi
55% - 77% : Norma anggota kelompok wanita tani kategori sedang
33% - 54% : Norma anggota kelompok wanita tani kategori rendah
46
Berdasarkan tabel 14, skor rata-rata yang dicapai untuk indikator norma yang
dimiliki oleh Kelompok Wanita Tani Melati adalah sebesar 1,8 atau sama dengan
69% dari skor maksimal, sehingga masuk dalam kategori sedang yang berarti
norma yang ada dalam kelompok masih belum berjalan dengan baik. Data pada
tabel diatas untuk lebih jelasnya bisa dilihat di lampiran 8. Norma dengan skor
tertinggi pada indikator pengetahuan peraturan yang dibuat oleh kelompok, dan
skor terendah pada sanksi terhadap pelanggaran peraturan.
Pada penelitian ini, pengetahuan terhadap peraturan yang dibuat oleh
kelompok berada pada kategori tinggi dengan skor sebesar 2,5 atau 84% dari skor
maksimal. Sebagian besar anggota Kelompok Wanita Tani Melati mengetahui
adanya peraturan yang dibuat oleh kelompok dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan
Rumah Pangan Lestari di kelurahan Rejomulyo, yaitu adanya piket rutin merawat
tanaman yang sudah dibuat setiap harinya, pertemuan kelompok setiap satu bulan
sekali, dan juga kegiatan kerja bakti yang diadakan setiap hari minggu. Peraturan
tersebut merupakan kesepakatan bersama yang telah dibuat saat awal program
Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Persepsi terhadap peraturan yang ada juga berada pada kategori tinggi dengan
2,3 atau sebesar 78% dari skor maksimal. Sebagian besar responden menganggap
peraturan ini menguntungkan karena adanya piket akan mempermudah anggota
dalam merawat tanaman, karena nantinya hasil panen yang diperoleh juga akan
dikonsumsi oleh anggota kelompok sendiri.
Ketaatan ketua, pengurus, dan anggota terhadap peraturan yang ada terhadap
peraturan yang ada termasuk dalam kategori sedang dengan skor sebesar 2,3 atau
76% dari skor maksimal. Secara umum anggota kelompok mengetahui adanya
peraturan yang dibuat, namun masih banyak yang melanggar. Salah satu contohnya
adalah masih banyak anggota yang tidak melakukan piket merawat tanaman dan
ternak yang sudah terjadwal setiap harinya. Hal ini dikarenakan kurangnya ketaatan
anggota KWT dalam melaksanakan aturan-aturan yang berlaku maupun kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Peraturan yang telah dibuat oleh kelompok wanita tani Melati dalam
pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari belum disertai dengan
adanya sanksi bagi anggota yang melakukan pelanggaran peraturan. Menurut
47
beberapa responden, jika ada anggota kelompok yang melakukan pelanggaran
maka sanksi yang diberikan berupa teguran dari anggota lain atau dari ketua
kelompok sebagai upaya pengontrolan. Sehingga skor yang diperoleh pada
indikator sanksi terhadap pelanggaran peraturan memperoleh skor terendah yaitu
sebesar 1,1 atau sama dengan 36% dari skor maksimal dan termasuk pada kategori
sedang. Hal tersebut sesuai dengan penuturan dari salah satu responden yaitu ibu
Inayah (42). Dokumentasi pada saat wawancara terdapat gambar 1 pada lampiran
4. Penuturan dari Ibu Inayah adalah sebagai berikut:
”Ya ada yang melanggar peraturan, malah banyak. Kalo
sanksi memang enggak ada. Dulu saya pernah usul sama
bu ketua tapi katanya bu ketua kalo dikasih sanksi nanti
malah jadi takut terus ga ada yang datang mbak.”
(Wawancara bulan Juni, 2017)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa peraturan yang
telah disepakati tidak berjalan dengan baik ditambah dengan tidak adanya sanksi
terhadap pelanggar peraturan. Sebaiknya perlu diberikan sanksi kepada anggota
yang melanggar peraturan sehingga semua anggota bisa bertanggung jawab pada
tugasnya masing-masing dan tidak ada yang merasa dirugikan.
5.3.3 Jaringan Sosial Anggota Kelompok Wanita Tani Melati
Modal sosial tidak hanya dibangun oleh suatu individu, melainkan akan
terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk
bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal sosial
akan kuat tergantung pada kapasitas yang ada dalam kelompok masyarakat untuk
membangun sejumlah asosiasi serta membangun jaringannya. Kunci keberhasilan
modal sosial salah satunya adalah kemampuan kelompok untuk melibatkan diri
dalam suatu jaringan sosial.
48
Tabel 15. Kategori Jaringan Sosial Anggota KWT
Jaringan
Sosial
Skor
Maksimal
Skor
Lapang
Persentase
(%) Kategori
Frekuensi Persentase (%)
R S T Total R S T Total
1. Kerjasama antar anggota KWT
3 2,5 83 Tinggi 7 4 24 35 20 11 69 100
2. Kerjasama dengan PPL
3 2,5 82 Tinggi 5 9 21 35 14 26 60 100
3. Dukungan
dari aparat desa dan pemimpin formal lainnya
3 2,3 75 Sedang 7 12 16 35 20 34 46 100
4. Jaringan kerjasama dengan
pemerintah pusat atau daerah
3 2,2 74 Sedang 6 15 14 35 17 43 40 100
Rata-rata 3 2,4 79 Tinggi 6,3 10 8,8 35 18 29 54 100
Sumber: Analisis Data Pimer, 2017 (Diolah)
Keterangan:
78% - 100% : Jaringan sosial anggota kelompok wanita tani kategori tinggi
56% - 77% : Jaringan sosial anggota kelompok wanita tani kategori sedang
33% - 55% : Jaringan sosial anggota kelompok wanita tani kategori rendah
Berdasarkan tabel 15, dapat dilihat bahwa jaringan sosial pada Kelompok
Wanita Tani Melati berada dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata sebesar 2,4
atau 79% dari skor maksimal. Data pada tabel diatas untuk lebih jelasnya bisa
dilihat di lampiran 9. Tingkat jaringan sosial tinggi terjadi karena tingginya
jaringan sosial antar anggota kelompok wanita tani dan tingkat jaringan sosial
dengan petugas penyuluh lapangan, dukungan dari aparat desa dan pemimpin
formal lainnya, serta adanya jaringan kerjasama dengan pihak luar yang
berhubungan dengan program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang dicirikan
dengan adanya hubungan baik yang tercipta.
Kerjasama antar anggota Kelompok Wanita Tani Melati termasuk dalam
kategori tinggi dengan skor sebesar 2,5 atau 83% dari skor maksimal. Sebagian
besar responden menyatakan bahwa mereka aktif mendukung satu sama lain dan
berkerjasama dengan baik. Selain itu, kerjasama anggota Kelompok Wanita Tani
Melati dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) juga termasuk dalam kategori
tinggi dengan skor sebesar 2,5 atau 82% dari skor maksimal. Petugas Penyuluh
Lapangan yang bertugas di Kelurahan Rejomulyo dijadikan sebagai sumber untuk
49
mengakses informasi mengenai informasi dibidang pertanian yang berhubungan
dengan program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Hubungan kedekatan antara
anggota kelompok Wanita Tani dengan Petugas Penyuluh Lapangan terjalin
dengan baik, melalui lancarnya komunikasi dan kerjasma yang terjalin sehingga
menghasilkan tingginya skor yang diperoleh.
Adanya dukungan dari aparat desa dan pemimpin formal lainnya dalam hal
ini tokoh desa termasuk dalam kategori sedang dengan skor sebesar 2,3 atau 75%
dari skor maksimal. Aparat desa dan pemimpin formal lainnya menunjang modal
sosial dalam kelompok. Sebagian besar responden menjawab bahwa aparat desa
memberikan dukungan terhadap pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan
Lestari. Bentuk dukungan yang diberikan lebih kepada dukungan moril antara lain
berupa pemberian semangat atau dorongan pada anggota kelompok wanita tani,
kehadiran kepala desa dalam kegiatan Lomba Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Kelurahan Rejomulyo. Selain itu ketua RT juga selalu aktif membantu dalam
setiap kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Sedangkan pada indikator jaringan atau kerjasama dengan lembaga lain juga
termasuk dalam kategori sedang dengan skor 2,2 atau sebesar 74% dari skor
maksimal. Ketiga indikator modal sosial tesebut dapat disimpulkan pada tabel
berikut, yaitu hasil dari tingkat partisipasi secara keseluruhan:
Tabel 16. Modal Sosial Kelompok Wanita Tani
No Tahapan Skor
Maksimal
Skor
Lapang
Persentase
(%) Kategori
1 Kepercayaan 15 14,09 94 Tinggi
2 Norma 12 08,23 69 Sedang
3 Jaringan Sosial 12 09,43 79 Tinggi
Total 39 31,75 80 Tinggi
Sumber: Analisis Data Pimer, 2017 (Diolah)
Keterangan:
78% - 100% : Modal sosial kelompok wanita tani kategori tinggi
56% - 77% : Modal sosial kelompok wanita tani kategori sedang
33% - 55% : Modal sosial kelompok wanita tani kategori rendah
Berdasarkan tabel 16, modal sosial yang dimiliki oleh anggota Kelompok
Wanita Tani Melati secara keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi dengan skor
31,75 atau 80% dari skor maksimal. Modal sosial yang tinggi pada anggota
50
Kelompok Wanita Tani Melati didukung dengan indikator-indikator yang sebagian
besar juga dalam kategori tinggi.
5.4 Partisipasi Kelompok Wanita Tani Melati Dalam Program Kawasan
Rumah Pangan Lestari
Partisipasi anggota kelompok wanita tani dan masyarakat pada program
Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo dapat dilihat dari
keikutsertaan dalam kegiatan sosialisasi, rapat, gotong-royong di kebun bibit desa,
pembibitan tanaman, kegiatan piket di kebun bibit desa, dan keikutsertaan yang lain
dari anggota kelompok wanita tani didalam kelompok. Pada penelitian ini
partisipasi dilihat dalam setiap tahapan program mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Kelurahan Rejomulyo. Tahap perencanaan dapat diartikan sebagai keikutsertaan
anggota kelompok wanita tani untuk mengambil bagian dalam kegiatan sosialisasi,
kegiatan diskusi perencanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan yang merupakan keikutsertaan anggota
kelompok wanita tani dalam memberikan kontribusi baik berupa tenaga kerja,
penyampaian ide, serta materi dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Terakhir adalah tahap evaluasi, yaitu kehadiran dan keterlibatan anggota kelompok
wanita tani dalam pembuatan laporan kegiatan, serta memberikan kritik dan saran
agar tujuan program dapat tercapai seperti yang diharapkan. Untuk mengetahui
lebih rinci mengenai uraian masing-masing indikator dalam tahapan partisipasi
petani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo
dapat dilihat dari penjelasan berikut ini.
5.4.1 Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam Perencanaan Program
Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kelurahan Rejomulyo
Perencanaan merupakan tahap awal yang akan menjadi pedoman bagi
keberlangsungan pelaksanaan suatu kegiatan. Dengan adanya perencanaan,
pelaksanaan kegiatan akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
bersama oleh kelompok. Partisipasi dalam perencanaan yang dibahas dalam
penelitian ini meliputi kehadiran dan keikutsertaan anggota kelompok wanita tani
dalam diskusi rencana kegiatan program, peranan dalam memberikan sumbangan
51
materi, peranan dalam penyampaiakan ide dalam pembuatan aturan kegiatan,
penentuan jenis tanaman, dan penyusunan anggaran dana, sehingga anggota
kelompok wanita tani yang mengikuti program Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Kelurahan Rejomulyo mengetahui segala hal mengenai rencana pelaksanaan
program ini.
Pada perencanaan program terjadi 4 kali pertemuan yang meliputi 1 kali
pertemuan untuk kegiatan sosialisasi pengembangan program, 1 kali pertemuan
untuk pembentukan kelompok wanita tani, serta 2 kali pertemuan untuk
musyawarah kegiatan program. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan,
sebagian besar anggota kelompok wanita tani mengikuti kegiatan tersebut,
partisipasi dalam bentuk ide-ide dan pemikiran banyak dikeluarkan oleh pengurus
kelompok, sedangkan anggota lain berpartisipasi dalam bentuk uang maupun
barang. Partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani Melati dalam perencanaan
diidentifikasi dari beberapa indikator yang dapat dilihat dalam tabel 17 berikut:
Tabel 17. Partisipasi KWT dalam Perencanaan Program KRPL
Tahap
Perencanaan
Skor
Maksimal
Skor
Lapang
Persentase
(%) Kategori
Frekuensi Persentase (%)
R S T Total R S T Total
1. Keikutsertaan dalam sosialisasi program KRPL
3 2,2 72 Sedang 6 17 12 35 17 49 34 100
2. Keikutsertaan dalam pembentukan KWT untuk program KRPL
3 2,3 78 Tinggi 2 19 14 35 6 54 40 100
3. Keikutsertaan dalam
perencanaan kegiatan KRPL
3 2,4 79 Tinggi 5 12 18 35 14 34 51 100
4. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran dana
3 1,6 53 Sedang 22 6 7 35 63 17 20 100
Rata-rata 3 2,1 70,5 Sedang 8,8 13,5 12,8 35 25 39 36 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)
Keterangan:
78%-100% : Partisipasi dalam perencanaan program KRPL kategori tinggi
56%-77% : Partisipasi dalam perencanaan program KRPL kategori sedang
33%-55% : Partisipasi dalam perencanaan program KRPL kategori rendah
52
Tabel 17 diatas menjelaskan bagaimana tingkat partisipasi anggota kelompok
wanita tani Melati dalam perencanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Kelurahan Rejomulyo. Diketahui tingkat partisipasi pada perencanaan program
termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 70,5%, jumlah rata-rata skor
lapang yang diperoleh 2,1. Bentuk partisipasi dalam perencanaan program lebih
banyak berupa keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam
menyumbangkan ide atau pikiran untuk program yang akan dilaksananakan. Data
pada tabel diatas untuk lebih jelasnya bisa dilihat di lampiran 10.
Perencanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan
Rejomulyo diawali dengan kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan pada bulan maret
2016. Kegiatan sosialisasi program Kawasan Rumah Pangan Lestari dilakukan oleh
penyuluh pendamping dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri.
Sosialisasi membahas tentang informasi mengenai program Kawasan Rumah
Pangan Lestari dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di Kelurahan
Rejomulyo. Sosialisasi dilakukan agar program yang direncanakan dapat berjalan
dengan baik. Peserta sosialisasi adalah ibu-ibu pelaksana program Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
bahwa indikator keikutsertaan dalam sosialisasi program termasuk dalam kategori
tinggi dengan memperoleh skor lapang 2,2 atau 72% dari skor maksimal. Hal
tersebut dapat dinyatakan bahwa anggota kelompok wanita tani cukup antusias
terhadap awal perencanaan program, dimana program Kawasan Rumah Pangan
Lestari di Kelurahan Rejomulyo memasuki periode baru dengan struktur
kepengurusan dan lokasi yang berbeda dari periode sebelumnya.
Setelah kegiatan sosialisasi program, dilanjutkan dengan pembentukan
kelompok wanita tani sebagai pelaksana program Kawasan Rumah Pangan Lesatri
di Kelurahan Rejomulyo. Pembentukan kelompok wanita tani berdasarkan
musyawarah bersama, dan disepakati susunan pengurus dari Kelompok Wanita
Tani Melati. Ketua kelompok yang terpilih yaitu ibu Malikah sebagai pengerak dan
pengkoordinir warga RT 04, RW 04 dalam kegiatan Kawasan Rumah Pangan
Lestari. Ibu Malikah dipilih karena beliau selalu aktif dalam kegiatan kerjasama dan
dipercaya oleh para anggota kelompok. Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan
bahwa keikutsertaan dalam pembentukan Kelompok Wanita Tani untuk program
53
Kawasan Rumah Pangan Lestari memperoleh skor 2,3 atau 78% dari skor
maksimal, termasuk dalam kategori tinggi.
Setelah terbentuknya kelompok wanita tani Melati sebagai pelaksana
program, kemudian dilakukan musyawarah tentang kegiatan program Kawasan
Rumah Pangan Lestari. Hasil dari musyawarah tersebut disepakati adanya
pertemuan rutin antara anggota Kelompok Wanita Tani setiap bulan sekali yaitu
pada minggu pertama setip bulannya, serta dilakukan kegiatan kerja bakti rutin
setiap hari minggu. Berdasarakan tabel diatas, keikutsertaan dalam perencanaan
kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari memperoleh skor lapang yang
sama yaitu 2,4 atau 79% dari skor maksimal dan termasuk dalam kategori tinggi.
Sedangkan keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam penyusunan
anggaran dana termasuk pada kategori sedang dengan perolehan skor lapang
sebesar 1,6 atau 53% dari skor maksimal. Hal ini disebabkan karena yang terlibat
dalam penyusunan dana adalah ketua dan pengurus kelompok, namun tetap
diketahui oleh semua anggota. Ketua dan pengurus kelompok juga merencanakan
kebutuhan yang dibutuhkan dalam satu periode, sehingga kelompok akan menerima
anggaran dana tersebut berupa sarana produksi, seperti benih, kompos dan ternak.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu Amin
(50) sebagai anggota Kelompok Wanita Tani Melati. Dokumentasi pada saat
wawancara terdapat pada gambar 2 di lampiran 4. Penuturan dari ibu Amin adalah
sebagai berikut:
“Saya enggak ikut nyusun anggaran dana mbak. Yang
ngurusi anggaran dana itu ya pengurus, tapi semuanya
terbuka jadi kita ya percaya aja sama ketua, pengurus. Ada
buku catetannya juga” (Wawancara bulan Mei, 2017)
Hasil analisis data diatas dapat dijelaskan, pada perencanaan program tidak
semua anggota kelompok wanita tani hadir dalam sosialisasi proram Kawasan
Rumah Pangan Lestari dikarenakan berhalangan hadir dan tidak semua anggota
kelompok wanita tani terlibat langsung dalam perencanaan, hanya ketua dan
pengurus kelompok wanita tani yang ikut dan terlibat aktif dalam pembuatan
rencana kegiatan program Kawasan Rumah Pangan Lestari di kelurahan
Rejomulyo. Selain itu masih banyak anggota yang kurang aktif dalam penyampaian
54
ide dalam kegiatan diskusi, sebagian anggota hanya menunggu keputusan dari
pengurus kelompok dan penuluh pendamping.
5.4.2 Partisipasi Kelompok Wanita Tani Dalam Pelaksanaan Program
Kawasan Rumah Pangan Lestari Di Kelurahan Rejomulyo
Partisipasi dalam pelaksanaan dapat diartikan sebagai partisipasi masyarakat
banyak untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya didalam kegiatan
pembangunan. Pada penelitian ini, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi
keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam kegiatan Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo. Partisipasi pada tahap pelaksanaan
melihat sejauh mana keterlibatan responden dalam keberlangsungan Kawasan
Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo. Indikator partisipasi dalam
pelaskanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari meliputi kegiatan
keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam memberikan sumbangan materi,
sumbangan tenaga, dan peranan dalam menyampaiakan ide dalam kegiatan
pembuatan media tanam, pembibitan, budidaya, perawatan, panen serta pemasaran
hasil.
Pada pelaksanaan program rata-rata terjadi pertemuan rutin kelompok
sebanyak 12 kali pertemuan dalam satu periode program yang diadakan setiap satu
bulan sekali. Frekuensi pertemuan rutin kelompok bisa bertambah sesuai dengan
kebutuhan kelompok, misalnya saat akan ada lomba maka kelompok akan lebih
sering melakukan pertemuan kelompok untuk persiapan lomba. Kegiatan piket
untuk merawat tanaman dilakukan rutin setiap hari sesuai dengan jadwal piket
anggota yang telah dibuat sebelumnya. Sedangkan jadwal untuk budidaya tanaman
dan pemanenan hasil dilakukan sesuai dengan kebutuhan, biasanya dalam saru
periode program dilakukan kegiatan budidaya setiap 3 bulan sekali. Berdasarkan
hasil observasi dapat diketahui sebagian besar responden ikut berpartisipasi dalam
pelaksanaan program. Semua anggota kelompok lebih banyak berpartisipasi dalam
bentuk tenaga, uang maupun barang. Jumlah dan persentase responden anggota
KWT Melati menurut tahap pelaksanaan disajikan dalam tabel 18.
55
Tabel 18. Partisipasi KWT dalam Pelaksanaan Program KRPL
Tahap
Pelaksanaan
Skor
Maksimal
Skor
Lapang
Persentase
(%) Kategori
Frekuensi Persentase (%)
R S T Total R S T Total
1. Keikutsertaan dalam
budidaya tanaman
3 2,4 79 Tinggi 7 8 20 35 20 23 57 100
2. Keikutsertaan dalam merawat tanaman
3 2,5 84 Tinggi 4 9 22 35 11 26 63 100
3. Keikutsertaan dalam
memanen hasil budidaya
3 2,6 88 Tinggi 3 7 25 35 9 20 71 100
4. Keikutsertaan dalam pemasaran hasil panen
3 1,4 47 Sedang 27 2 6 35 77 6 17 100
5. Keikutsertaan dalam
pertemuan rutin kelompok
3 2,7 90 Tinggi 2 6 27 35 6 17 77 100
Rata-rata 3 2,3 78 Tinggi 8,6 6,4 20 35 25 18 57 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)
Keterangan:
77%-100% : Partisipasi dalam pelaksanaan program KRPL kategori tinggi
56%-76% : Partisipasi dalam pelaksanaan program KRPL kategori sedang
33%-55% : Partisipasi dalam pelaksanaan program KRPL kategori rendah
Berdasarkan tabel 18 diatas, partisipasi anggota kelompok wanita tani dalam
pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari dapat diketahui bahwa
keseluruah tingkat partisipasi dalam pelaksanaan ternasuk dalam kategori tinggi
dengan rata-rata skor lapang sebesar 2,3 atau 78% dari skor maksimal. Bentuk
partisipasi dalam pelaksanaan program lebih banyak berupa keikutsertaan anggota
kelompok wanita tani dalam menyumbangkan tenaga, materi atau barang, serta
uang. Data yang terdapat pada tabel dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 11.
Pelaksanan kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan
Rejomulyo diawali dengan penerimaan bantuan berupa kompos, polybag dan
berbagai macam bibit tanaman sayuran, toga, dan ternak. Jenis tanaman yang
dibudidayakan antara lain tomat, prei, seledri, selada, cabai, sawi, terong, jehe,
kencur, dan ternak yang dibudidayakan adalah ayam, ikan lele dan nila. Kegiatan
56
budidaya tanaman dilakukan pada saat kerja bakti yang dibantu oleh para bapak-
bapak. Pembuatan media tanaman dilakukan dengan cara mencampurkan tanah dan
kompos setelah itu dimasukkan ke dalam polybag. Kemudian polybag tersebut
ditanami dengan bibit sayuran dan toga yang siap tanam. Polybag yang sudah berisi
bibit dibagikan kepada ibu-ibu anggota kelompok wanita tani Melati, setiap anggota
30 polybag untuk dibudidayakan di lahan pekarangan yang dimiliki. Berdasarkan
data yang terdapat dalam tabel, keikutsertaan anggota pada budidaya tanaman
temasuk dalam kategori tinggi dengan skor 2,4 atau 79% dari skor maksimal. Skor
yang tinggi dikarenakan kehadiran dan gotong-royong dari anggota kelompok
cukup tinggi dalam kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya tanaman tidak dilakukan
secara rutin oleh anggota kelompok wanita tani, namun disesuaikan dengan
kebutuhan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan
ibu Nur (47) sebagai anggota Kelompok Wanita Tani Melati yang mengatakan
bahwa:
“Pembuatan media tanam itu enggak rutin tiap minggu, tapi
disesuaikan sama kebutuhan aja. Biasanya kalau ada bantuan
kompos, sekam, atau bibit datang dari dinas gitu ya baru kerja
bakti buat nanem. Kalau ga ada ya kerja bakti, bersih-bersih
setiap hari minggu pagi dibantu sama bapak-bapak juga,
semuanya gotong-royong.” (Wawancara bulan Mei, 2017)
Kegiatan perawatan tanaman rutin dilakukan setiap hari, baik tanaman yang
ada di kebun bibit desa maupun tanaman yang ada di pekarangan rumah. Kegiatan
perawatan untuk tanaman yang ada di kebun bibit desa dibuat jadwal piket setiap
harinya, dan dalam sehari biasa terdapat 3 sampai 4 orang anggota yang
melaksanakan piket. Anggota kelompok yang mendapatkan piket bertugas untuk
menyirami tanaman, memberi makan ternak, ikan dan membersikan kebun bibit
desa, sedangkan untuk tanaman yang ada di pekarangan rumah merupakan
tanggung jawab dari masing-masing anggota. Berdasarkan tabel diatas,
keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam merawat tanaman mendapatkan
skor lapang sebesar 2,5 atau 84% dari skor maksimal dan termasuk dalam kategori
tinggi. Dokumentasi Kebun Bibit Desa Kawasan Rumah Pangan Lestari Kelurahan
Rejomulyo terdapat pada gambar 3 di lampiran 4.
57
Tanaman sayuran dapat dipanen setelah tanaman berusia sekitar 3 bulan
tergantung dari jenis tanaman tersebut. Kegiatan panen yang ada di pekarangan
rumah dilakukan sesuai dengan kebutuhan anggota., sedangkan untuk pemanenan
yang ada di demplot dilakukan secara bersama oleh para anggota dan hasil dari
panen tersebut akan dibagikan kepda anggota. Berdasarkan data diatas,
keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam memanen hasil budidaya
mendapatkan skor lapang sebesar 2,6 atau 88% dari skor maksimal, termasuk dalam
kategori tinggi.
Selama ini sebagian besar hasil panen hanya dikonsumsi sendiri oleh anggota
kelompok wanita tani. Apabila hasil panen melipah dan kebutuhan anggota
kelompok sudah terpenuhi, hasil panen akan dibeli oleh anggota kelompok atau
dijual kepada pedagang sayur keliling dan hasil dari penjualan tersebut tidak
seberapa besar. Uang yang diperoleh dari hasil penjualan akan masuk kedalam kas
kelompok. Berdasarkan tabel diatas, keikutsertaan anggota dalam pemasaran hasil
panen termasuk dalam kategori rendah dengan skor lapang sebesar 1,4 atau 47%
dari skor maksimal.
Kegiatan pertemuan kelompok rutin diadakan setiap satu bulan sekali di hari
minggu, pada minggu pertama setiap bulan bersamaan dengan kegiatan arisan ibu-
ibu. Waktu pertemuan rutin biasa dilaksanakan pada malam atau sore hari antara
jam 16.00 sampai menjelang maghrib. Untuk tempat pelaksanaan pertemuan rutin
dilakukan secara bergiliran dirumah anggota kelompok wanita tani. Kegiatan yang
dilakukan saat pertemuan rutin diantaranya adalah penyampaian informasi dari
pengurus mengenai agenda yang akan dilakukan oleh kelompok wanita tani serta
kegiatan penyuluhan program Kawasan Rumah Pangan Lesatri dari penyuluh
pendamping. Berdasarkan tabel diatas, keikutsertaan anggota kelompok wanita tani
dalam pertemuan rutin kelompok termasuk kategori tinggi dengan skor 2,7 atau
90% dari skor maksimal.
5.4.3 Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam Evaluasi Program Kawasan
Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo
Kegiatan evaluasi dilakukan untuk melihat apakah hasil pelaksanaan kegiatan
sudah berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Pada penelitian
58
ini partisipasi dalam evaluasi adalah keterlibatan anggota kelompok wanita tani
dalam pembuatan laporan, memberikan saran yang dapat digunakan sebagai umpan
balik dalam memberi masukan demi perbaikan dan perkembangan Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo. Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi
dilihat dari kehadiran dan keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam
kegiatan evaluasi, pembuatan laporan, identifikasi masalah, peranan dalam
memberikan kritik dan saran bagi keberlanjutan program. Kegiatan evaluasi dalam
program Kawasan Rumah Pangan Lestari juga untuk melihat apakah semua anggita
kelompok wanita tani menerima manfaat dari program tersebut.
Pada evaluasi rata-rata terjadi 2 kali pertemuan untuk membahas laporan
kegiatan program. Berdasarkan hasil observasi, ketua dan pengurus lebih banyak
menyumbangkan ide-ide dan pemikiran dalam pembuatan laporan kegiatan,
sedangkan anggota lain berpartisipasi dalam bentuk sumbangan uang maupun
baran. Jumlah dan persentase responden anggota Kelompok Wanita Tani Melati
menurut tingkat partisipasi dalam evaluasi disajikan dalam tabel 19.
Tabel 19. Partisipasi KWT dalam Evaluasi Program KRPL
Tahap Evaluasi Skor
Maks
Skor
Lapang
Persentase
(%) Kategori
Frekuensi Persentase (%)
R S T Total R S T Total
1. Keikutsertaan dalam pembuatan
laporan kegiatan
3 1,6 53 Rendah 22 5 8 35 63 14 23 100
2. Keikutsertaan dalam identifikasi masalah pada implementasi KRPL
3 1,6 52 Rendah 22 6 7 35 63 17 20 100
3. Keikutsertaan dalam memberi kritik dan saran
3 1,6 54 Rendah 21 6 8 35 60 17 23 100
4. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan
KRPL
3 2,6 88 Tinggi 2 9 24 35 6 26 69 100
5. Penggunaan alokasi dana kegiatan KRPL
3 2,3 78 Tinggi 10 3 22 35 29 9 63 100
Rata-rata 3 2,0 65 Sedang 15,4 5,8 13,8 35 44 17 39 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)
59
Keterangan:
77%-100% : Partisipasi dalam evaluasi program KRPL kategori tinggi
56%-76% : Partisipasi dalam evaluasi program KRPL kategori sedang
33%-55% : Partisipasi dalam evaluasi program KRPL kategori rendah
Berdasarkan tabel 19, diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggota
kelompok wanita tani dalam evaluasi program Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Kelurahan Rejomulyo tergolong sedang dengan persentase 65%, rata-rata skor
lapang yang dicapai 2,0. Bentuk partisipasi anggota kelompok wanita tani dalam
evaluasi program berupa keikutsertaan dalam menyumbangkan ide atau pikiran
untuk keberlanjutan program. Data yang terdapat pada tabel dapat dilihat secara
lengkap pada lampiran 12.
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dalam program Kawasan
Rumah Paangan Lestari dicatat dan disimpan sebagai dokumen kelompok.
Kegiatan pembuatan laporan tidak dilakukan oleh semua anggota kelompok wanita
tani, namun hanya dilakukan oleh pengurus dan kemudian hasilnya akan
diumumkan pada pertemuan rutin kelompok. Berdasarkan tabel diatas,
keikutsertaan anggota kelompok wanita tani dalam pembuatan laporan kegiatan
yang memperoleh skor sebesar 1,6 atau 53% dari skor maksimal dan termasuk
dalam kategori rendah. Keikutsertaan anggota kelompok tani dalam memberikan
kritik dan saran juga termasuk dalam kategori rendah dengan skor lapang sebesar
1,6 atau 54%, hal tersebut karena sebagian besar anggota kelompok kurang aktif
dalam memberikan kritik dan saran untuk program Kawasan Rumah Pangan Lestari
yang telah dijalankan.
Program Kawasan Rumah Pangan Lestari memberikan manfaat kepada
seluruh anggota kelompok wanit tani. Hasil panen berupa sayur-sayuran dapat
menambah jumlah ketersediaan pangan dan meningkatkan ketahanan pangan
rumah tangga. Selain itu hasil dari menanam sayuran di pekarangan juga bisa
mengurangi pengeluaran untuk belanja sayuran karean sudah dapat memproduksi
sendiri di pekrangan. Berdasarkan tabel diatas, manfaat yang diperoleh dari
kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari memperoleh skor sebesar 2,6 atau 88%
dari skor maksimal dan termasuk dalam kategori tinggi. Sebagian besar responden
merasakan manfaat dari adanya progam Kawasan Rumah Pangan Lestari dan mau
melanjutkan terebut. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang
60
dilakukan dengan ibu Nunuk (50) sebagai anggota Kelompok Wanita Tani Melati
yang mengatakan bahwa:
“Manfaatnya KRPL ini banyak, bisa nanem sayuran sendiri,
mengurangi pengeluaran buat belanja sayur. Kalo panennya
banyak bisa dijual juga. Saya selama bulan puasa ini neggak
pernah beli cabe mbak, cuma ngambil dari samping rumah aja
sudah cukup. Sama bisa buat hiburan juga soalnya saya seneng
kalo disuruh ngerawat tanaman.” (Wawancara bulan Mei, 2017)
Seluruh biaya yang dikeluarkan untukkegiatan Kawasan Rumah Pangan
Lestari di Kelurahan Rejomulyo merupakan dana yang berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pemerintah. Sebagain besar responden
menjawab anggaran dana untuk kegiatan sudah sesuai dengan perencanaan.
Penggunaan alokasi dana kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari memperoleh
skor lapang sebesar 2,3 atau 78% dari skor lapang dan termasuk pada kategori
tinggi.
Penjelasan masing-masing tahap partisipasi pada program Kawasan Rumah
Pangan Lestari di kelurahan Rejomulyo dapat disimpulkan pada tabel berikut, yaitu
hasil dari tingkat partisipasi secara keseluruhan:
Tabel 20. Tingkat Partisipasi KWT dalam Program KRPL
No Tahapan Skor
Maksimal
Skor
Lapang
Persentase
(%) Kategori
1 Perencanaan 12 9,0 75 Sedang
2 Pelaksanaan 15 11,6 78 Tinggi
3 Evaluasi 15 9,8 65 Sedang
Total 42 30,4 73 Sedang
Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)
Keterangan:
77%-100% : Tingkat partisipasi KWT dalam program KRPL kategori tinggi
56%-76% : Tingkat partisipasi KWT dalam program KRPL kategori sedang
33%-55% : Tingkat partisipasi KWT dalam program KRPL kategori rendah
Berdasarkan tabel 20, dapat dilihat bahwa skor partisipasi anggota kelompok
wanita tani Melati dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan
Rejomulyo adalah 30,4 atau 73% dengan skor maksimal 42 dan termasuk dalam
kategori sedang. Partisipasi yang dibahas dalam penelitian ini meliputi 3 tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Partisipasi yang dilakukan anggota
61
kelompok wanita tani dalam perencanaan dan evaluasi program Kawasan Rumah
Pangan Lestari lebih pada keikutsertaan dalam bentuk ide atau pikiran, karena
dalam tahap perencanaan dan evaluasi lebih berkontribusi untuk memberikan
sumbangan ide dan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan rencana dan
evaluasi program. Sedangkan dalam pelaksanaan partisipasinya lebih pada
keikutsertaan dalam bentuk tenaga dan material berupa barang ataupun uang.
Dapat dilihat dari hasil penelitian di lapang, bahwa walaupun kondisi modal
sosial dalam kategori tinggi namun dalam proses partisipasi anggota kelompok
wanita tani dalam program kawasan rumah pangan lestari tidak mencapai kategori
tinggi. Hal tersebut dikarenakan anggota kelompok wanita tani masih kurang aktif
berpartisipasi dalam setiap kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari.
5.5 Hubungan Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi Kelompok Wanita
Tani Melati dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
Modal sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu, melainkan akan
terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk
bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal sosial
akan kuat tergantung pada kapasitas yang ada dalam kelompok masyarakat untuk
membangun sejumlah asosiasi berikut membangun jaringannya (Hasbullah, 2006).
Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan hipotesis
mengenai adanya hubungan antara modal sosial dengan tingkat partisipasi anggota
Kelompok Wanita Tani Melati dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Kelurahan Rejomulyo. Bagian ini membahas mengenai pengujian hubungan modal
sosial dan tingkat partisipasi responden anggota KWT Melati. Hubungan tersebut
diuji dengan korelasi statistik dengan menggunakan pengujian Rank Spearman.
Aturan nilai dalam menentukan nilai uji korelasi Rank Spearman adalah jika ρ <
0,01 atau nilai ρ < 0,05 maka hasil uji menunjukkan hubungan yang signifikan, dan
aturan selanjutnya apabila 0,00 (tidak ada hubungan), 0,01-0,09 (hubungan kurang
berarti), 0,10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan sedang, 0,50-0,69
(hubungan kuat), 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat), >0,90 (hubungan mendekati
sempurna). Hasil korelasi hubungan modal sosial dengan tingkat partisipasi
disajikan dalam tabel 21.
62
Cara mengetahui hubungan antara modal sosial dengan tingkat partisipasi
kelompok wanita tani dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Kelurahan Rejomulyo digunakan alat analisis korelasi rank spearman. Tahapan
dari partisipasi adalah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Masing-masing dari
tahapan tersebut akan dihubungkan dengan modal sosial kelompok wanita tani,
sehingga dapat diketahui indikator yang memiliki hubungan paling besar berarti
modal sosial tersebut memiliki hubungan dengan partisipasi kelompok wanita tani
dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Hasil perhitungan antara modal
sosial dengan partisipasi kelompok wanita tani menggunakan korelasi rank
spearman dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini
Tabel 21. Hubungan Modal Sosial Dengan Tingkat Partisipasi
Modal Sosial
Partisipasi KWT Total
Partisipasi
KWT Rs
tabel Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
rs rs rs rs
Kepercayaan 0,434** 0,508** 0,392** 0,513**
0,3338
Norma 0,414* 0,593** 0,357* 0,519**
Jaringan Sosial 0,467** 0,650** 0,493** 0,663**
Total Modal
Sosial 0,614** 0,805** 0,624** 0,806 **
Sumber: Analisis Data Primer, 2017 (Diolah)
Keterangan :
* : korelasi signifikan pada level 0,05 atau taraf 5%
** : korelasi signifikan pada level 0,01 atau taraf 1%
Tabel 21 diatas menjelaskan bagaimana hubungan modal sosial dengan
tingkat partisipasi pada setiap tahapan. Modal sosial yang dimiliki seseorang sangat
berpengaruh terhadap langkah awal perencanaan suatu program Kawasan Rumah
Pangan Lestari hingga tahap akhir yaitu evaluasi dari program tersebut. Hubungan
antara modal sosial dengan partisipasi akan mempengaruhi keberlanjutan dari
program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara modal sosial dengan partisipasi
dalam perencanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari yang diperoleh dari
koefisien korelasi rank spearman yaitu 0,614. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat keeratan hubungan positif (dua arah) yang tergolong kuat, sehingga
semakin tinggi angka pada variabel modal sosial maka semakin tinggi juga angka
pada variabel tingkat partisipasi dan sebaliknya. Hasil dari korelasi tersebut juga
menunjukkan nilai ρ ≠ 0 sehingga dapat disimpulkan hasil analisis menerima H1
63
artinya terdapat hubungan antara modal sosial dengan partisipasi anggota kelompok
wanita tani dalam perencanaan program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Kondisi
ini membukitikan bahwa modal sosial yang dimiliki oleh kelompok wanita tani
dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari mempengaruhi anggota kelompok
dalam berpartisipasi. Semakin tinggi modal sosial kelompok wanita tani maka
semakin tinggi pula tingkat partisipasinya pada kegiatan perencanaan program.
Kenyataan dilapang menunjukkan modal sosial yang dimiliki anggota kelompok
wanita tani dapat dilihat dari antusiasnya mengikuti kegiatan seperti hadir dan
terlibat aktif dalam diskusi perencanaan program.
Tahap partisipasi dalam pelaksanaan program Kawasan Rumah Pangan
Lestari di Kelurahan Rejomulyo diperoleh korelasi rank spearman antara variabel
modal sosial dengan partisipasi dalam pelaksanaan program yaitu 0,805. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat keeratan hubungan positif (dua arah) yang tergolong
sangat kuat, sehingga semakin tinggi angka pada variabel modal sosial maka
semakin tinggi pula angka pada variabel partisipasi pada pelaksanaan program.
Hasil korelasi tesebut juga menunjukkan bahwa nilai ρ ≠ 0 sehingga dapat
disimpulkan hasil analisis menerima H1 artinya terdapat hubungan antara modal
sosial dengan partisipasi dalam pelaksanaan program, Kawasan Rumah Pangan
Lestari. Dengan demikian membuktikan bahwa tingginya modal sosial akan
semakin tinggi pula partisipasi pada pelaksanaan kegiatan.
Tahap terakhir dari partisipasi adalah tahap evaluasi dalam program Kawasan
Rumah Pangan Lestari. Pada tabel 21 diatas dapat dijelaskan bahwa hasil analisis
korelasi rank spearman pada variabel modal sosial partisipasi dalam evaluasi
program yaitu 0,624. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat keeratan hubungan
positif (dua arah) yang tergolong kuat, sehingga semakin tinggi angka pada variabel
modal sosial maka semakin tinggi pula angka pada variabel partisipasi dalam
evaluasi program dan sebaliknya. Hasil korelasi tesebut juga menunjukkan bahwa
nilai ρ ≠ 0 sehingga dapat disimpulkan hasil analisis menerima H1 artinya terdapat
hubungan antara modal sosial dengan partisipasi dalam evaluasi program Kawasan
Rumah Pangan Lestari.
64
Pada tahap ini dibuktikan dengan keadaan di lapang bahwa tingkat kehadiran
ketiga tahap partisipasi yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
disimpulkan bahwa hasil korelasi rank spearman dari modal sosial dan partisipasi
yaitu 0,806. Hal ini menujukkan bahwa terdapat keeratan hubungan positif (dua
arah) yang tergolong sangat kuat, sehingga semakin tinggi angka pada variabel
modal sosial maka semakin tinggi juga angka pada variabel partisipasi dan
sebaliknya. Hasil korelasi tesebut juga menunjukkan bahwa nilai ρ ≠ 0 sehingga
dapat disimpulkan hasil analisis menerima H1 artinya terdapat hubungan antara
modal sosial dengan partisipasi dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari data dan pembahasan dalam penelitian ini
maka dapat ditarik kesipulan sebagai berikut:
1. Modal sosial yang dimiliki oleh anggota Kelompok Wanita Tani Melati di
keluarah Rejomulyo mendapat skor 32,40 atau 82% dari skor maksimal yang
temasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut juga terlihat dari ketiga indikator
modal sosial yang secara umum berada pada kategori tinggi, dengan persentase
tertinggi pada parameter kepercayaan, diikuti oleh parameter jaringan sosial dan
norma. Mereka memiliki modal sosial yang tinggi karena kelompok wanita tani
memiliki hubungan yang baik dan kerjasama yang tinggi baik dengan sesama
anggota kelompok maupun dengan pihak diluar anggota.
2. Partisipasi anggota kelompok wanita tani Melati dalam program Kawasan
Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo mendapat skor sebesar 31,00
atau 74% dari skor maksimal yang termasuk dalam kategori sedang. Partisipasi
anggota Kelompok Wanita Tani Melati yang menjadi responden dalam
penelitian ini cenderung lebih berpartisipasi aktif pada tahap pelaksanaan, yaitu
partisipasi dalam bentuk fisik. Sedangkan partisipasi cenderung rendah pada
saat tahap perencanaan dan evaluasi, karena pada tahap perencanaan dan
evaluasi tersebut bentuk partisipasinya lebih banyak pada aspek non fisik dan
sebagian besar anggota kurang aktif dalam memberikan sumbangan ide.
3. Hasil pengujian koefisien korelasi rank spearman sebesar 0,806 ditemukan
hubungan yang kuat antara variabel modal sosial dengan partisipasi kelompok
wanita tani. Hubungan yang kuat ini dibuktikan dengan adanya keterhubungan
antara indikator modal sosial yaitu tingkat kepercayaan, norma, dan jaringan
sosial antara sesama anggota kelompok dan kemauan untuk berpartisipasi
melalui keikutsertaan dalam tahap perencanaan hingga evaluasi program
Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kelurahan Rejomulyo.
66
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat
dijadikan saran yaitu:
1. Modal sosial yang dimiliki oleh kelompok wanita tani di Kelurahan Rejomulyo
sudah baik, maka selanjutnya modal sosial tersebut perlu dipertahankan dengan
cara tetap menjaga kekompakan dan meningkatkan jaringan kerjasama agar
modal sosial tidak menurun atau bahkan hilang.
2. Kelompok wanita tani sebagai pelaksana program Kawasan Rumah Pangan
Lestari diharapkan dapat meningkatkan partisipasinya, terutama pada
perencanaan dan evaluasi program. Intensitas pertemuan kelompok di setiap
awal kegiatan perlu ditingkatkan untuk menampung aspirasi berupa ide dan
saran dari setiap anggota kelompok wanita tani.
67
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Mewa dan Purwantini. 2006. Analisis Konsumsi Pangan Rumah Tangga
Pasca Krisis Ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Peneliti Puslitbang Sosial
Ekonomi Pertanian.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jawa Timur. 2012.
Pedman Umum Pelaksanaan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2015. Petunjuk
Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Bogor.
Bourdieu, Pierre and Loїc J.D. Wacquant. 1992. An Invitation to Reflexive
Sociology. Chicago: The University of Chicago Press.
Cohen dan Uphoff. 1977. Rural Development Participation: Concepts and
Measures for Project Design, Implementation and Evaluation. New York:
Cornell University.
Damayanti, Yesi Lusia. 2016. Partisipasi Kelompok Wanita Tani dalam
Menerapkan Modal Sosial Guna Keberlanjutan Program KRPL di Desa
Grogol, Kabupaten Kediri. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian.
Universitas Brwaijaya Malang.
Dewi, Ni Luh Putu Candra, dkk. 2015. Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani
pada Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (Studi kasus di Dusun
Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota
Denpasar). Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas
Udayana.
Fukuyama, Francis. 2000. Social Capital and Civil Society.The Institute of Public
Policy, George Mason University.
Hermawan, Agus. 2012. Faktor Pendorong Keberhasilan dan Permasalahan
dalam Implementasi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Jawa
Tengah. Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Pekarangan. UPT Undip
press. Semarang.
Holil Soelaiman. 1980. Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.
Bandung.
Inayah. (2012). Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Ragam Jurnal
Pengembangan Humaniora.
Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari. Jakarta.
Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Mardikanto, Totok. 2010. Komunikasi Pembangunan (Acuan Bagi Akademisi,
Praktisi dan Peminat Komunikasi Pembangunan). Surakarta: UNS Press.
68
Nasdian, F. T. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development).
Bagian Sosiologi pedesaan dan Pengembangan Masyarakat Departemen
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian. Bogor.
Peraturan Menteri Pertanian No. 43 Tahun 2009: Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.
Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009: Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.
Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). 2015. Buku Pedoman
Umum P2KP.
Puspitawati, Deppi. 2016. Partisipasi Perempuan dalam Program Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) di Kelurahan Dadaprejo Kota Batu. Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas Brwaijaya Malang.
Putnam, Robert. 2000. The Prosperous Community: Social capital and public life.
The American Prospect.
Putri, Ica Febrianti. 2011. Analisis Persepsi Modal Sosial (Social Capital) dan
Hubungannya dengan Eksistensi Kelompok Tani (Kasus Pada Kelompok
Tani Wanita “Sri Sejati 2” Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu)”
bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi persepsi modal sosial (social
capital) yang dimiliki kelompok tani wanita “Sri Sejati 2”. Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas Brwaijaya Malang.
Rahmansyah, Farid, dkk. 2015. Analisis Modal Sosial Anggota Kelompok Wanita
Tani dalam Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di
Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian. Universitas Riau.
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pangan, UU No. 7 Tahun 1996.
Ridell, M., 1997. Modal Sosial dan Kebijakan Pembangunan. Institut Kebijakan
Studi. Wellington.
Sastropoetro. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam
Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Wicaksono, Tri Nigroho. 2016. Hubungan Modal Sosial dan Partisipasi
Kepengurusan dengan Taraf Hidup Anggota Program Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan (Kasus Petani Penerima Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Desa Ngetuk, Kecamatan
Nalumsari, Kabupaten Jepara). Departemen Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian
Bogor.