6
Hubungan Asosiasi Hubungan asosiasi dalam bidang epidemiologi, adalah hubungan keterikatan atau saling pengaruh antara dua atau lebih variabel Hubungan tersebut dapat bersifat hubungan sebab akibat maupun yang bukan hubungan sebab akibat. Hubungan keterikatan (dependency assosiation) adalah hubungan antara variabel, dimana adanya perubahan pada variabel yange satu (independent) akan mempengaruhi variabel yang lain (dependent) Dalam menilai hubungan asosiasi, sering kali kita melakukan kesalahan dalam mengambil kesimpulan terutama dalam penelitian epidemiologi yang mencari/ menguji ada tidaknya hubungan sebab akibat. Hal ini dapat timbul karena tidak jarang kita menjumpai hubungan asosiasi yang kuat antara satu variabel dengan variabel lainnya, sehingga kita menyimpulkannya sebagai hubungan sebab akibat tetapi pada dasarnya, sebenarnya hubungan semu saja. Hubungan asosiasi dalam epidemiologi dapat dibagi dalam tiga jenis, yakni hubungan semu, hubungan non kausal (bukan kausal( dan hubungan kausal. A. Hubungan semu Adanya hubungan antara dua atau lebih variabel yang bersifat semu (tidak benar) atau palsu yang timbul karena faktor kebetulan atau karena adanya bias pada metode penelitian/ cara penilaian yang dilakukan 1. Hubungan semu karena faktor kebetulan Mengikuti hukum probability (hukum peluang), tampaknya seperti ada hubungan erat serta memenuhi kaidah/ perhitungan statistik. Epidemiologi6 1

Hubungan Asosiasi

Embed Size (px)

Citation preview

PERBEDAAN ANATARA CLINICAL DAN COMMUNITY ORIENTED

Hubungan Asosiasi

Hubungan asosiasi dalam bidang epidemiologi, adalah hubungan keterikatan atau saling pengaruh antara dua atau lebih variabel

Hubungan tersebut dapat bersifat hubungan sebab akibat maupun yang bukan hubungan sebab akibat.

Hubungan keterikatan (dependency assosiation) adalah hubungan antara variabel, dimana adanya perubahan pada variabel yange satu (independent) akan mempengaruhi variabel yang lain (dependent)

Dalam menilai hubungan asosiasi, sering kali kita melakukan kesalahan dalam mengambil kesimpulan terutama dalam penelitian epidemiologi yang mencari/ menguji ada tidaknya hubungan sebab akibat. Hal ini dapat timbul karena tidak jarang kita menjumpai hubungan asosiasi yang kuat antara satu variabel dengan variabel lainnya, sehingga kita menyimpulkannya sebagai hubungan sebab akibat tetapi pada dasarnya, sebenarnya hubungan semu saja.

Hubungan asosiasi dalam epidemiologi dapat dibagi dalam tiga jenis, yakni hubungan semu, hubungan non kausal (bukan kausal( dan hubungan kausal.

A. Hubungan semu

Adanya hubungan antara dua atau lebih variabel yang bersifat semu (tidak benar) atau palsu yang timbul karena faktor kebetulan atau karena adanya bias pada metode penelitian/ cara penilaian yang dilakukan

1. Hubungan semu karena faktor kebetulan

Mengikuti hukum probability (hukum peluang), tampaknya seperti ada hubungan erat serta memenuhi kaidah/ perhitungan statistik. Sering dijumpai pada penelitian dengan random sampel, dan bila ini timbul, maka haruslah dilakukan penelitian terpisah atau pengamatan berulang. Disamping itu harus menggunakan uji statistik yang sesuai.

2. Hubungan semu karena bias

Kesalahan yang mungkin timbul dalam penyusunan kerangka penelitian, pada perhitungan serta pada penilaian terhadap faktor yang berpengaruh dan faktor resiko yang mendorong proses terjandinya penyakit

Pemilihan kelompok yang akan diteliti, yang mungkin tidak mewakili populasi yang ingin diketahui. Umpanya memilih penderita rumah sakit umum untuk mewakili seluruh penderita dalam wilayah tertentu, padahal karakteristik atau latar belakang penderita antara RS pemerintah dan swasta berbeda.

Banyak anggota sampel yang drop out atau menolak berpartisipasi, sehingga kelompok yang tersisa dalam sampel mungkin berbeda sifatnya dengan kelompok yang drop out.

Akibat pengumpulan data, umpanya wawancara, baik karena kesalahan wawancara yang banyak memaksa atau mempengaruhi responden atau karfena daftar pertanyaan yang kurang jelas.

Akibat variabel pengganggu yang sering membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan.

B. Hubungan Asosiasi Bukan Kausal

Adalah hubungan asosiasi yang bukan bersifat sebab akibat, dimana variabel ketiga tampaknya mempunyai hubungan dengan salah satu variabel yang terlibat dalam hubungan kausal, tetapi unsur ketiga ini bukan sebagai faktor penyebab.

Kita dapat menjumpai berbagai bentuk hubungan yang dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan akibat yang timbul. Umpamanya hubungan berat badan ibu (A), Intake kalori (B) dan berat badan lahir (C)

Ketiga variabel dapat dikatagorikan sebagai berikut :

(A)(B)(C)

(B) sebagai variabel independen dan (C) sebagai variabel dependen dimana (B) dianggap mempunyai hubungan sebab akibat dengan (C). Adapun (A) sering ditempatkan sebagai variabel penyebab terhadap (B) bahkan (C). Namun demikian apabila keadaan ibu dengan gizi cukup dan berat badan normal, maka intake kalori tidak punya hubungan dengan berat badan lahir. Sebaliknya, pada ibu dengan gizi kurang, maka intake kalori akan mempengaruhi berat badan lahir, yang sebenarnya adalah karena berat badan ibu yang rendah.

Contoh lain dapat kita lihat adalah antara perokok (A), peminum kopi (B), dan carsinoma paru (C). Hubungan ketiga variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

(A)

(B)(C)

(A) dan (B) mempunyai hubungan yang erat sehingga hampir selalu dijumpai secara bersamaan, dan keduanya dapat dianggap sebagai variabel independent. Sedangkan (A) dijumpai mempunyai hubungan kausal terhadap (C). Apabila ketiga variabel tersebut dianalisis, maka akan tampak bahwa selain (A) mempunyai hubungan yang erat dengan (B) dan (C) maka dijumpai bahwa secara statistik maka (B) juga akan mempunyai hubungan yang erat dengan (C).

C. Hubungan asosiasi Kausal

Adalah hubungan anatara dua variabel atau lebih dimana salah satu atau lebih diantara variabel tersebut merupakan penyebab kausal (primer dan sekunder) terhadap terjadinya variabel lain sebagai hasil akhir dari suatu proses terjadinya penyakit.

Tiga faktor pen ting yang harus dijumpai pada hubungan asosiasi kausal :

1. faktor keterpaparan memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit

2. Setia perubahan pada variabel yang merupakan unsur penyebab akan diikuti oleh perubahan variabel lainnya, sebagai akibat/ hasil akhir proses

3. Hubungan antara timbulnya penyakit (hasil) akhir serta proses keterpaparan tidak tergantung atau tidak harus dipengaruhi oleh faktor lainnya diluar variabel hubungan tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menilai hubungan asosiasi dari suatu hasil pengamatan :

1. Perlu dianalisis secara cermat apakah hubungan asosiasi tersebut masuk akal atau tidak. Umpanya pada suatu penelitian dijumpai bahwa secara statistik ada hubungan yang erat antara panjang rambut dengan kanker payudara

2. Harus pula dianalisis apakah hubungan semua asosiasi yang dijumpai pada pengamatan cukup kuat, sehingga memiliki kemaknaan secara biologis. Dalam hal ini, nilai uji statistik tidak dapat digunakan sebagai pegangan tunggal. Seperti contoh diatas harus dipikirkan apakah panjang rambut mempunyai nilai biologis dalam hubungan dengan kanker payudara.

3. Secara mutlak hubungan asosiasi yang diamati harus didukung uji statistik yang sesuai.

4. Harus diperhatikan secara seksama apakah hubungan asosiasi dari suatu pengamatan epidemiologi tidak dipengaruhi oleh faktor kesalahan atau bias, ataukah timbul karena adanya hubungan asosiasi semu.

5. Harus dianalisis secara luas, apakah hubungan asosiasi dari hasil pengamatan tidak dipengaruhi oleh faktor lain.

Beberapa kreteria yang perlu dipertimbangkan setiap akan menentukan hubungan asosiasi kausal serta unsur penyebab penyakit :

1. Kuatnya hubunga asosiasi, yakni makin besar perbedaan antara dua kelompok katagori yang diamati dimana suatu kelomnpok terpapar (kelompok rsik) dan kelompok lainnya yang tidak terpapar (kelompok kontrol), makin kuat pula kemungkinan bahwa hubungan asosiasi yang dijumpai merupakan hubungan kausal. Dalam hal ini harus dihindari berbagai faktor yang dapat menimbulkan bias.

2. Adanya hubungan asosiasi berdasarkan derajat keterpapaparan atau dosis faktor penyebab, dimana hubungan asosiasi akan tampak mengalami perubahan pada setiap perubahan dosis unsur penyebab (perubahan pada derajat keterpaparan serta nilai risk), baik perubahan yang bersifat posistif dan negatif, maupun perubahan interaksi.

3. Adanya konsistensi berbagai hasil penelitian, dimana sejumlah penelitian dengan kerangka konseptual yang sma tetapi pada populasi yang berbeda, atau oleh peneliti dan dalam cara yang berbeda, dimana hasil penelitian penelitian tersebut tidak berbeda dalam menemukan hubungan sebab akibat, maka hubungan asosiasi yang dijumpai mengarah pada hubungan asosiasi kausal

4. Untuk menentukan suatu bentuk hubungan asosiasi dari suatu pengamatan harus pula dinalisa apakah hasil yang diperoleh pada pengamatan tersebut bersifat sementara saja, terutama bila diamati secara seksama pada periode antara keterpaparan dengan waktu timbulnya penyakit.

5. Hasil analisis tentang hubungan asosiasi, harus dibandingkan dengan teori yang sudah diakui, atau sudah diketahui secara jelas, demikian pula dengan berbagai teori yang relevan dan masih sedang dalam pengembangan.6. Khusus untuk beberapa jenis proses terjadinya penyakit tertentu, hubung asosiasi yang didapatkan pada berbagai pengamatan dapat pula dibandingkan dengan berbagai hasil percobaan dalam laboratorium terutama percobaab pada binatang.

D. Konsep penyebab jamak

Kejadian penyakit tidak dapat dianalisis hanya dengan melihat satu faktor saja sehingga usaha untuk mencari faktor penyebab dan hubungan sebab akibat terjadnya penyakit dalam masyarakat harus didasarkan pada penyebab jamak (multiple causation)

Contoh :

1. Mikro organisme penyebab

2. Pejamu

3. Lingkungan

PAGE 1Epidemiologi6