73
HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Medokteran Keluarga Minat Utama: Ilmu Biomedik Oleh: Novita Irawaty S.500109039 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

  • Upload
    dinhbao

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

1

HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA

PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Kesehatan

Program Studi Magister Medokteran Keluarga

Minat Utama: Ilmu Biomedik

Oleh:

Novita Irawaty

S.500109039

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

2

HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA

PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK

TESIS

Oleh

Novita Irawaty

S.500109039

Komisi

Pembimbing

Telah dinyatakan memenuhi syarat

pada tanggal..............2014

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga

Dr. H. Hari Wujoso, dr., Sp.F., M.M.

NIP 196210221995031 001

Jabatan Nama Tanda

Tangan

Tanggal

Pembimbing I

Dr. H. Hari Wujoso, dr., Sp.F., M.M.

NIP 196210221995031 001

..............

........2014

Pembimbing II

dr.S.Hendradewi,SpTHTKL,Msi.Med

NIP 19651121 201001 2 001

..............

........2014

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

4

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, peneliti :

Nama : Novita Irawaty

NIM : S.500109039

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Hubungan Gejala

Klinik Dengan Tes Cukit Kulit Pada Penderita Rinosinusitis Kronik” adalah

betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi

tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari

tesis tersebut.

Surakarta, September 2014

Yang Membuat Pernyataan

Novita Irawaty

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : dr. Novita Irawaty

NIM : S 500109039

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 19 November 1973

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Tugama – Medan : Tahun 1978 - 1980

2. SD Sutomo – Medan : Tahun 1980 - 1986

3. SMPN 1 – Medan : Tahun 1986 - 1989

4. SMAN 4 – Medan : Tahun 1989 - 1992

5. FK Universitas Yarsi – Jakarta : Tahun 1992 - 2002

6. PPDS I IK THT-KL FK UNS Surakarta : Januari 2009 - sekarang

7. Magister Kedokteran Keluarga Minat Biomedik

Pascasarjana UNS : Januari 2009 – sekarang

C. RIWAYAT KELUARGA

1. Nama Orangtua : H. ABD. Rahman

Hj. Lina Nurfaedah

v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

6

2. Nama Suami : dr. Kristanto Yuli Yarsa Sp.B (K) Onk

3. Nama Anak : 1. Danendra Rafi Noval Yarsa

2. Diandra Naifa Nova Yarsa

D. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Dokter PTT Puskesmas Rawat Jalan Depok I Sleman

kabupaten Jogjakarta, DIY

Tahun 2003-

2005

2. Dokter PNS Puskesmas Rawat Jalan Depok I Sleman

kabupaten Jogjakarta, DIY

Tahun 2005-

2008

vi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

7

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT Yang

Maha Kuasa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menjalani pendidikan sampai selesainya tesis ini, sebagai salah satu persyaratan

dalam memperoleh gelar Spesialis THT-KL dalam Program Pendidikan Dokter

Spesialis I Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret/ RSUD dr. Moewardi Surakarta dan mencapai

derajat Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs., MS,

selaku rektor UNS, Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus M.S, selaku Direktur Program Studi

Pascasarjana UNS dan Dr. Hari Wujoso, dr., SpF., M.M, selaku Ketua Program Studi

Kedokteran Keluarga yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mengikuti

pendidikan mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga di Program Pascasarjana

UNS Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga

kepada Direktur RSUD Dr. Moewardi, drg. Basuki Soetardjo, MMR dan Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Maret Surakarta Prof. Dr. Zaenal Arifin Adnan,

dr., SpPD KR-FINASIM, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk

menjalankan tugas sebagai residen THT-KL FK UNS di RSUD Dr Moewardi.

vii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

8

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Hari Wujoso, dr.,

SpF., M.M, selaku pembimbing yang telah memberikan banyak nasihat, dukungan

dan bimbingan pada penyusunan tesis ini.

Kepada dr. Sarwastuti Hendradewi, SpTHT-KL, Msi.Med, selaku

pembimbing dan Ketua Program Studi PPDS I Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret, penulis mengucapkan terima kasih atas semua

nasihat dan dukungan dan bimbingan pada penyusunan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada dr. Vicky Eko

Nurcahyo, SpTHT-KL, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi PPDS I Ilmu

Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah

banyak memberi nasihat dan bimbingan selama menjalani program ini.

Kepada dr. Made Setiamika, SpTHT-KL (K), selaku Kepala Bagian/ SMF

THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan dr. Hadi Sudrajad, SpTHT-KL, Msi.

Med, selaku Sekertaris Bagian/ SMF THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang

telah banyak memberi nasihat dan bimbingan selama menjalani program studi ini.

Kepada seluruh staf pengajar Ilmu Kesehatan THT-KL FK UNS: Prof. EM.

Dr. Muhardjo, dr., DHA, SpTHT-KL(K), dr. Djoko SS. SpTHT-KL(K), MBA,

MARS, Msi, dr. Sutomo Sudono, SpTHT-KL(K), Almarhum dr. Chairul Hamzah,

SpTHT-KL(K), dr. Sudargo, SpTHT-KL, dr. Bambang Suratman, SpTHT-KL(K), dr.

Sudarman, SpTHT-KL(K), dr. Imam Prabowo, SpTHT-KL, dr. Putu Wijaya Kandhi,

SpTHT-KL, dr. Novi Primadewi, SpTHT-KL, MKes, dr. Dewi Pratiwi, SpTHT-KL,

viii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

9

MKes. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala

bimbingan dan arahan selama proses pendidikan dan penyelesaian penelitian ini.

Terima kasih kepada teman sejawat residen THT-KL dan seluruh paramedis

RSUD Dr. Moewardi dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Kepada kedua orang tua, dr. H.ABD. Rahman dan Hj. Lina Nurfaedah yang

selalu mendoakan, memberikan dukungan, semangat serta biaya kepada penulis,

dengan penuh rasa hormat, cinta dan kasih sayang, gelar ini nanti akan ananda

persembahkan untuk papa mama. Tak lupa kepada kedua mertua alm.dr. Soejarsono

Sp.B Finacs dan Ibu Sri Mardjani Pudjiastuti SH.MKN, kakak dan adik yang selalu

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Khusus untuk suami tercinta : dr. Kristanto Yuli Yarsa Sp.B (K) Onk terima

kasih yang tidak terhingga atas segala keikhlasan, kesabaran, pengertian, dorongan

semangat, cinta, kasih sayang dan doa yang tulus sehingga penelitian ini dapat saya

selesaikan. Kepada anakku tercinta Danendra Rafi Noval Yarsa dan Diandra Naifa

Nova Yarsa, terimakasih mommy ucapkan atas pengertian dan kasih sayang ananda.

Dengan segala kerendahan hati disadari bahwa tanpa bimbingan semua staf

pendidik dan bantuan semua pihak yang terlibat, maka karya ilmiah ini tidak akan

bisa diselesaikan.

Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan maaf yang setulus-tulusnya

kepada semua dosen, teman sejawat, paramedis dan karyawan di lingkungan Bagian

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas

ix

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

10

Kedokteran Universitas Sebelas Maret, atas semua kesalahan dan kekhilafan selama

menempuh pendidikan dokter spesialis, dan magister kedokteran keluarga.

Semoga Allah SWT memberkati kita semua, Amien.

Surakarta, September 2014

Penulis

x

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

11

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..

DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………

ABSTRAK………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..

A. Latar Belakang………………………………………………………………

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….....

D. Manfaat……………………………………………………………………..

E. Originalitas Penelitian……………………………………………………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….

A. Rinosinusitis Kronik………………………………………………………

1. Definisi ……………………………………………………………

2. Gejala klinik……………………………………………………….

3. Etiologi ……………………………………………………………

4. Patofisiologi ……………………..………………………………..

A. Patogenesis Alergi…………………………………………………………

B. Tes Cukit Kulit……………………………………………………………..

C. Kerangka Teori…………………………………………………………..

D. Kerangka Konsep………………………………………………………..

E. Hipotesis………………………………………………………………..

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................

B. Jenis dan Rancangan Penelitian ..............................................................

C. Variabel Penelitian ..................................................................................

1. Variabel Bebas .............................................................................

i

ii

v

vii

viii

ix

x

1

1

3

3

3

4

5

5

5

5

9

10

12

15

20

21

21

22

22

22

23

23

i

ii

Iii

Iv

v

1

1

5

5

5

5

6

6

7

8

8

8

10

13

19

23

25

26

30

31

31

32

DAFTAR ISI

xi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

12

2. Variabel Tergantung ....................................................................

D. Populasi dan Sampel ..............................................................................

1. Populasi Target ...........................................................................

2. Populasi Terjangkau ....................................................................

3. Sampel ........................................................................................

4. Kriteria Inklusi ............................................................................

5. Kriteria Eksklusi ..........................................................................

E. Perkiraan Besar Sampel ...........................................................................

F. Definisi Operasional Variabel ................................................................

1. Rinosinusitis Kronik……………………………………………

2. Tes Cukit Kulit………………………………………………………….

G. Alur Penelitian………………………………………………………….

H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data……………………………..

I. Analisis Data……………………………………………………………..

BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………………….

A. Deskripsi Karakteristik Responden………………………………………

1. Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin………………………………

2. Distribusi Karakteristik Penderita Alergi hirupan, Alergi Ingestan

dan Banyaknya Tes Cukit Kulit Yang Positif……………………..

B. Hubungan Gejala Klinik Dengan Tes Cukit Kulit…………………………

BAB V PEMBAHASAN…………………………………………………………

A. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis

Kelamin…………………………………………………………………..

B. Distribusi Karakteristik Pasien Alergi Hirupan, Alergi Ingestan dan

Banyaknya Tes Cukit Kulit yang Positif………………………………

C. Hubungan Gejala Klinik Dengan Tes Cukit Kulit……………………….

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….

23

23

23

23

23

23

24

24

25

25

26

29

29

30

31

31

31

33

33

35

35

37

38

39

40

32

32

32

32

33

33

33

34

34

34

35

35

35

35

36

37

37

38

39

40

41

41

41

41

42

43

xii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

13

DAFTAR SINGKATAN

APC

CT scan

ECF-A

ECP

EDN

ELISA

GM-CSF

ICAM

IFN α

IFNγ

IgE

IL-13

IL-1α

IL-1β

IL-4

IL-5

IL-6

IL-8

KOM

MBP

= Antigen precenting Cell

= Computerized tomography scan

= Eosinophil chemotactic factor of anaphylaxis

= Eosinophil cationic protein

= Eosinophil derivat neurotoxin

= Enzyme-linked immunosorbent assay

= Granulocyte macrophage colony stimulating factor

= Intercelluler cell adhesion molecule

= Interferon alfa

= Interferon gamma

= Imunoglobulin E

= Interleukin-13

= Interleukin-1 alfa

= Interleukin-1 beta

= Interleukin-4

= Interleukin-5

= Interleukin-6

= Interleukin-8

= Kompleks ostiomeatal

= Major basic protein

xiii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

14

MHC

RA

RAFL

RAFS

RANTES

RSK

TGF-β

Th

THT-KL

TNF-α

VCAM

= Major Histocompatibility Complex

= Rinitis alergi

= Reaksi alergi fase lambat

= Reaksi alergi fase segera

= Regulated on activation normal T cell expressed and secreted

= Rinosinusitis kronik

= Transforming growth factor β

= T-Lymphocyte helper

= Telinga, hidung, tenggorok, bedah kepala dan leher

= Tumor necrosis factor-alfa

= Vascular cell adhesion molecule

xiv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Siklus Rinosinusitis………………………………………………… 11

Gambar 2.2 Skema Perubahan Sel Epitel Respiratorik Yang Terjadi Setelah

Terpapar Benda Asing, Diikuti Berbagai Proses Yang Melibatkan

Sel Limfosit TH1 dan TH2, Menghasilkan Pelepasan Sitokin dan

Mempengaruhi Sel-Sel Fagosit…………………………………….

12

Gambar 2.3 A. Sudut Melakukan Cukit Pada Kulit Dengan Lancet……………

B. Contoh reaksi hasil positif pada tes cukit………………………

17

17

xv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

16

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Obat-obatan yang dapat mempengaruhi tes kulit sehingga harus

dibebaskan beberapa hari sebelumnya............................................

19

Tabel 4.1 Deskripsi responden berdasarkan umur dan jenis kelamin………. 31

Tabel 4.2 Distribusi karakteristik pasien alergi hirupan, alergi ingestan dan

banyaknya hasil tes cukit kulit yang positip………………………

33

Tabel 4.3 Hubungan gejala klinik dengan tes cukit kulit……………………. 33

xvi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearence................................................................... 45

Lampiran 2. Formulir Persetujuan............................................................. 46

Lampiran 3. Status Penelitian.................................................................... 47

Lampiran 4. Data Dasar Penelitian........................................................... 49

Lampiran 5. Analisis Data........................................................................ 50

xvii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

18

ABSTRAK

Novita Irawaty. S.50010300039. 2014. HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN

HASIL TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK.

TESIS. Pembimbing I: Dr. H. Hari Wujoso, dr., Sp.F., M.M., dr. S. Hendradewi,

SpTHT-KL, MSi.Med. Tesis: Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Biomedik Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar Belakang : Rinosinusitis kronik merupakan peradangan kronik pada mukosa

hidung dan sinus paranasal. Rinosinusitis kronik dapat disebabkan karena alergi dan non

alergi. Diagnosis pasti ditegakkan dengan tes cukit kulit. Biaya dan ketersediaan alat

untuk tes alergi membuat sulit untuk menegakkan diagnosis pasti sehingga pada daerah

yang sulit untuk mendapatkan tes alergi hanya mengandalkan gejala klinik. Penelitian

ini untuk mengetahui hubungan gejala klinik dengan tes cukit kulit pada penderita

rinosinusitis kronik.

Bahan dan Cara : Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan desain cross

sectional di Departemen THT-KL FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel

diambil secara consecutive sampling mulai April 2014 sampai Mei 2014. Penderita

rinosinusitis kronik dilakukan anamnesis dan ditanyakan gejala penyakit dan penderita

dilakukan tes cukit kulit. Analisis statistik bivariat menggunakan uji chi square.

Hasil : Dari 30 subjek penelitian didapatkan 15 penderita dengan tes cukit kulit positif

dan 15 penderita dengan tes cukit negatif. Dari kedua kelompok ini didapatkan

perbedaan bermakna pada variabel umur sedangkan pada variabel jenis kelamin tidak

didapatkan perbedaan bermakna. Dari kedua kelompok ini dianalisis terhadap hubungan

gejala klinik alergi.Ternyata didapatkan hasil yang bermakna ini bisa diartikan

didapatkan hubungan gejala klinik alergi dengan hasil tes cukit.

Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna pada umur dan gejala klinik dengan hasil

tes cukit kulit penderita rinosinusitis kronik.

Kata Kunci : rinosinusitis kronik, gejala klinik, tes cukit kulit

xviii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

19

ABSTRACT

Novita Irawaty. S.50010300039. 2014. Correlation between Clinical Symptom with

Skin Prick Test in Chronic Rhinosinusitis Patients . Advisor I: Dr. H. Hari Wujoso,

dr., Sp.F., M.M. Advisor II: dr. S. Hendradewi, SpTHT-KL, MSi.Med. Thesis:

Family Medicine Master Program, Sebelas Maret University Surakarta.

Background: Chronic rhinosinusitis is an inflamation disease in nose and paranasal

sinuses. Chronic rhinosinusitis can be caused by allergic and non-allergic. The

diagnosis can be confirmed with skin prick test. The cost and availability of skin prick

test make it difficult to establish a definitive diagnosis so that the areas that are hard to

get allergy tests rely on clinical symptoms.This study was to determine the relationship

of clinical symptoms with skin prick test in patients with chronic rhinosinusitis .

Methods: This is an explorative study with cross sectional design in Departement

ORL-HNS Sebelas Maret University / Dr. Moewardi Hospital Surakarta. The samples

were selected with consequtive sampling method and collected from April 2014 untill

Mei 2014. Patients with chronic rhinosinusitis made history and symptoms of the

disease and asked skin prick tests. Statistic data were analyzed with Pearson chi

square.

Results: From 30 subjects obtained 15 patients with positive skin prick test and 15

patients with a negative test. From both groups were analyzed on the relationship

between clinical symptoms of allergy. From these two groups found significant

differences in the variables of age, while the gender variable was not found

significant differences. The results interpreted relationship between the clinical

symptoms of allergy with skin prick test.

Conclusion: There is a significant relation to the age and clinical symptoms with skin

prick test results of patients with chronic rhinosinusitis .

Keywords: chronic rhinosinusitis, clinical symptom, skin prick test

xix

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rinosinusitis kronik adalah inflamasi pada mukosa hidung dan sinus

paranasal dengan jangka waktu gejala lebih dari dua belas minggu yang ditandai oleh

dua atau lebih gejala, berupa hidung tersumbat atau obstruksi atau kongesti di sertai

sekret nasal (anterior, posterior nasal drip). Gejala lainnya yaitu nyeri wajah spontan

atau nyeri pada penekanan atau berkurangnya sensasi penghidu. Pemeriksaan

endoskopi ditemukan polip atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus media

dan atau edema atau obstruksi mukosa primer pada meatus media dan atau pada

pemeriksaan computed tomography (CT) scan berupa perubahan mukosa pada

kompleks osteomeatal dan atau sinus paranasal (Fokkens et al, 2012).

Rinosinusitis kronik di Amerika Serikat akan mempengaruhi lebih dari 30 juta

penduduk dan akan terus meningkat. Di Eropa, rinosinusitis diperkirakan mengenai

10% hingga 30% individu. Di poliklinik THT RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada

tahun 2012 tercatat sekitar 50% penderita dengan rinosinusitis kronik dari 200

penderita yang datang ke poli Rinologi. Rinosinusitis kronik secara signifikan dapat

menurunkan kualitas hidup penderitanya (Busquets dan Hwang, 2006 ; Fokkens et al,

2012)

Penderita dengan rinosinusitis kronik akibat alergi mempunyai prevalensi

sekitar 60-80% dibandingkan dengan penderita rinosinusitis kronik non alergi sekitar

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

2

30-40% (Donald dan Dennis, 2011). Penelitian yang lain menunjukkan juga bahwa

penderita dengan rinosinusitis mempunyai prevalensi hasil tes alergi pada kulit yang

lebih besar dibandingkan penderita non alergi (Gutman, 2004 ; Kirtsreesakul dan

Ruttanaphol, 2008).

Patofisiologi terjadinya rinosinusitis kronik karena dipengaruhi oleh patensi

ostium-ostium sinus di dalam kompleks osteomeatal (KOM). Gangguan pada KOM

dapat menyebabkan terjadinya gangguan ventilasi dan pembersihan mukosa. Mukosa

menjadi edema sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium sinus akan tersumbat.

Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus dan terjadi transudasi, sekret

yang terkumpul dalam sinus. (Nizar dan Wardani, 2000). Hal tersebut akan

bermanifestasi sebagai gejala klinis yang terjadi pada penderita rinosinusitis, gejala

yang ditimbulkan dapat mengganggu kualitas hidup penderita, oleh karenanya

diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat sangat diperlukan (Naclerio, 2004;

Baumann, 2010; Young et al., 2012). Gejala yang timbul akibat rinosinusitis kronik

merupakan salah satu hal penting dalam menegakkan diagnosis, di samping

pemeriksaan nasoendoskopi dan pencitraan CT scan. Gejala rinosinusitis kronik

menurut EPOS berupa hidung tersumbat, pilek, nyeri/ rasa tertekan di wajah dan

gangguan penghidu (Fokkens et al., 2012). Gejala ini mirip dengan gejala alergi yaitu

hidung meler, hidung tersumbat, bersin berulang dan hidung gatal. Untuk

membedakan gejala klinik alergi dan non alergi dibutuhkan pemeriksaan tes cukit

kulit (Sumarman, 2001 ; Kartikawati 2007).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

3

Biaya dan ketersediaan alat untuk tes alergi membuat sulit untuk menegakkan

diagnosa pasti terutama pada daerah yang sulit mendapatkan alat tes alergi hanya

mengandalkan gejala klinik. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan gejala klinik

dengan tes cukit kulit pada penderita rinosinusitis kronik.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara gejala klinik dengan tes cukit kulit pada penderita

rinosinusitis kronik ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gejala klinik

dengan hasil tes cukit kulit pada penderita rinosinusitis kronik.

D. Manfaat Penelitian

1. Dalam bidang akademik penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang hubungan antara gejala klinik dengan hasil tes cukit kulit pada penderita

rinosinusitis kronik.

2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna bagi

klinisi dalam penanganan pasien yang menderita rinosinusitis kronik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

4

E. Orisinalitas Penelitian

Penelitian lain yang terkait dengan judul penelitian ini adalah :

Peneliti

(Tahun)

Judul Variabel Hasil

Sudha,

2010

Hayriye,

2012

Sanli,

2006

Relationship of total IgE,

Spesific IgE, Skin test

Reactivity and eosinophils

in indian patients with

allergy

The relationship between

symptoms and the results of

skin prick test in patients

with allergic rhinitis.

Comparison of nasal smear

eosinophlia with skin prick

test positivity in patients

with allergic rhinitis

Penderita

alergi,total IgE,

Spesific IgE, tes

cukit kulit

Tes Tusuk Kulit

Symptom alergi

Eosinofil kerokan

hidung

Hasil tes tusuk

kulit

Adanya hubungan

peningkatan kadar

total IgE, IgE

spesifik dengan tes

cukit kulit

Tidak didapatkan

hubungan

bermakna antara

tes tusuk kulit

positip dengan

symptom alergi.

Adanya hubungan

antara hasil tes

tusuk kulit dan

kerokan mukosa

hidung dengan

gejala klinik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rinosinusitis Kronik

1. Definisi

European Position on Paper on Rinosinusitis and Nasal Polyps (EPOS) tahun

2012, rinosinusitis adalah peradangan pada mukosa hidung dan sinus paranasal

dengan jangka waktu gejala lebih dari dua belas minggu yang ditandai dengan dua

atau lebih dari gejala.

2. Gejala klinik

Gejala dapat berupa sumbatan hidung atau sekret nasal (anterior atau post

nasal drip) dengan disertai nyeri atau nyeri tekan daerah wajah dan atau disertai

berkurang atau hilangnya penghidu. Pemeriksaan nasoendoskopi ditemukan polip dan

atau terdapat sekret mukopurulen primer dari meatus media, dan atau edema atau

obstruksi mukosa primer pada meatus media. Pemeriksaan CT-scan didapatkan

perubahan mukosa pada kompleks osteomeatal dan atau sinus paranasal (Lee, 2004 ;

Fokkens et al, 2012).

Gejala klinik yang disebabkan oleh alergi yang khas ialah terdapatnya

serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama

pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini

merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning

process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan,

sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin patologis

3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

6

(Soepardi dan Iskandar, 2004). Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan

banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai

dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung,

mata, telinga, faring atau laring. Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang –

garis hitam melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung

ke atas menirukan pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema.

Gejala-gejala tersebut diakibatkan kinerja histamin dan berbagai mediator lain

dapat dijelaskan bahwa :

Bersin-bersin dimana histamin merupakan mediator utama terjadinya

bersin. Bersin umumnya merupakan gejala RAFC, berlangsung selama

1-2 menit pasca terkena pacuan alergen dihubungkan dengan

degranulasi mastosit (terlepasnya histamin), dan hanya kadang-kadang

terjadi pada RAFL. Bersin disebabkan stimulasi reseptor H1 pada

ujung saraf vidianus (C fiber nerve ending). Peptida endotelin-1 yang

dioleskan pada mukosa hidung menyebabkan bersin.

Gatal-gatal (pruritus) merupakan kondisi yang mekanismenya tidak

sepenuhnya diketahui dengan baik. Diduga berbagai mediator bekerja

pada serabut saraf halus C tak bermyelin (unmyelinated ) dekat

bagian basal, epidermis, atau mukosa, yang dapat menimbulkan rasa

gatal khusus, yang disalurkan secara lambat sepanjang neuronsensoris

yang kecil didalam nervus spinalis ke thalamus dan korteks sensoris.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

7

Gatal-gatal berlangsung terutama sepanjang RAFC dan pada rinitis

alergi secara khas menimbulkan gatal palatum. Gatal-gatal terjadi pada

saat histamin berikatan dengan reseptor-H1, pada ujung serabut saraf

trigeminal dan dapat terjadi langsung pasca provokasi histamin.

Mungkin juga prostaglandin berperan namun hanya kecil saja

disalurkan secara lambat.

Ingus (rhinorrhea) didefinisikan sebagai pengeluaran sekresi kelenjar

membran mukosa hidung yang berlebihan, dimulai dalam tiga menit

pasca acuan allergen dan berakhir pada sekitar 20-30 menit kemudian.

Beringus merupakan gejala dominan sepanjang RAFC tetapi juga

dapat sepanjang RAFL. Sekresi kelenjar tersebut merupakan akibat

terangsangnya saraf parasimpatis dan mengalirnya cairan plasma dan

molekul-molekul protein besar melewati dinding kapiler pembuluh

darah hidung. Histamin yang dilepas mastosit penyebab utama

beringus, yang diduga karena histamin meningkatkan permeabilitas

vaskuler melalui reaksi langsung pada reseptor H1. Dalam berespon

terhadap pacuan alergen, beringus dapat terjadi pada hidung

kontralateral. Hal ini disebabkan terjadinya reflex nasonasal dan

sepertinya diperantarai asetilkholin karena dapat dihambat oleh atropin

pretreatment. Jadi, beringus hasil induksi alergen merupakan akibat

kombinasi proses penurunan permeabilitas vaskuler, hipersekresi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

8

kelenjar mukosa hidung ipsilateral, dan akibat refleks kelenjar mukosa

hidung kontralateral. Pacuan hidung dengan leukotriene dan bradikinin

juga menyebabkan beringus melalui mekanisme peningkatan

permeabilitas vaskuler dan hipersekresi kelenjar. Mediator lain yang

juga berperan pada proses beringus (ECP, PAF, LTC4, Substance P

dan VIP).

Hidung Buntu (nasal congestion) pada rinitis alergi merupakan

kemacetan aliran udara yang tidak menetap, tetapi terjadi temporer

akibat kongesti sementara yang bersifat vasodilatasi vaskuler.

Mekanisme vasodilatasi ini diperantarai reseptor-H1, yang berakibat

pelebaran cavernous venous sinusoid dalam mukosa konka, sehingga

terjadi peningkatan tahanan udara dalam hidung. Timbunan sekret

dalam hidung juga menambah sumbatan hidung. Peningkatan aktivitas

parasimpatis juga menyebabkan vasodilatasi dengan akibat buntu

hidung, namun pengaruhnya kecil saja. Vasodilatasi vaskuler hidung

lebih dipengaruhi oleh sejumlah mediator antara lain histamin,

bradikinin, PGD2 ,LTC4, LTD4, PAF. Buntu hidung akibat histamin

sepanjang RAFC berlangsung singkat saja,tidak lebih dari 30 menit

setelah bersin-bersin. Sepanjang RAFL, peran histamin terhadap

vasodilatasi vaskuler juga kecil saja, namun peran leukotrien (LTC4,

LTD4) pada vasodilatasi adalah sepuluh kali lebih kuat dibanding

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

9

histamin. Provokasi hidung dengan LTD4 menyebabkan peningkatan

tahanan udara hidung, tanpa rasa gatal, tanpa bersin-bersin dan tanpa

beringus. PGD2 dan bradikinin juga jauh lebih kuat dalam

menimbulkan buntu hidung. Demikian juga neuropeptida substance P

dan calcitonin-gene related dapat menimbulkan vasodilatasi dan

karenanya turut dalam terjadinya buntu hidung.

3. Etiologi

Etiologi rinosinusitis kronik dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu; tipe

infeksi dan non infeksi. Rinosinusitis infeksi biasanya didahului dengan infeksi

saluran nafas atas akut yang disebabkan virus. Virus yang sering menjadi penyebab

adalah virus influenza, corona virus dan rinovirus. Infeksi virus sering diikuti infeksi

bakteri, terutama bakteri (streptococcus pneumonia dan staphilococcus aureus) dan

haemophilus influenza. Rinosinusitis kronik non infeksi bisa disebabkan alergi, faktor

lingkungan (misalnya polutan), rinitis vasomotor dan perubahan hormonal. Alergi

atau polutan lingkungan dapat memperburuk rinosinusitis virus atau bakteri demikian

pula sebaliknya (Lee, 2004).

Berbagai faktor lokal maupun sistemik dapat menyebabkan inflamasi atau

kondisi yang mengarah pada obstruksi ostium sinus, faktor tersebut meliputi infeksi

saluran napas atas, alergi, paparan bahan iritan, kelainan anatomi serta defisiensi

imun (Lee, 2004).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

10

Faktor kelainan atau variasi anatomi pada daerah kompleks osteomeatal

seperti sel Haller (sel agger nasi yang menonjol ke arah insersi antero-superior dari

konka media), konka media yang paradoks, bulla ethmoidalis yang mengadakan

kontak di bagian medial, deformitas prosesus unsinatus, pneumatisasi konka dan

septum deviasi dapat menyebabkan penyempitan ostiomeatal secara mekanik

(Clement, 2006).

Rinosinusitis kronik sebagian besar (84%) disebabkan alergi terutama rinitis

alergi. Penyebab non alergi yang mempunyai peran penting pada rinosinusitis kronik

antara lain rinitis vasomotor, drug induced rhinosinusitis, non alergy rhinitis with

eosinophilia syndrome (NARES) structural rhinitis, neutrophilic rhinosinusitis, dan

polip hidung (Lee, 2004). Etiologi dari rinosinusitis kronik tidak berdiri sendiri-

sendiri tapi alergi atau polutan lingkungan dapat memperburuk rinosinusitis (Lee,

2004).

4. Patofisiologi

Patofisiologi rinosinusitis kronik terkait 3 faktor: patensi ostium, fungsi silia

dan kualitas sekret. Rinosinusitis kronik dimulai dari blokade akibat udem (gambar

2.1). Apabila terjadi udem, mukosa yang berhadapan akan sering bertemu sehingga

silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan, Blokade daerah kompleks

ostiomeatal menyebabkan gangguan drainase dan ventilasi sinus-sinus anterior.

Sumbatan yang berlangsung terus menerus mengakibatkan hipoksia, retensi sekret

serta perubahan pH sekret, hal ini merupakan media yang baik untuk tumbuh kuman

patogen. Bakteri juga memproduksi toksin, toksin akan merusak silia. Hipertrofi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

11

mukosa akan memperberat blokade kompleks ostiomeatal. Siklus ini dapat dihentikan

dengan membuka sumbatan yang terjadi pada kompleks ostiomeatal sehingga

drainase dan aerasi sinus akan menjadi baik (Jackman dan Kennedy, 2006).

Gambar 2.1. Siklus Rinosinusitis Kronik (Fernandez, 2000)

Inflamasi memegang peranan penting dalam patogenesis rinosinusitis kronik

(Bhattacharya et al, 2001). Fase inisial yang paling penting untuk terjadinya

rinosinusitis kronik adalah iritasi mukosa (Bernstein, 2006). Gambaran skematik

(gambar 2.2) menunjukkan perubahan potensial pada mukosa nasal yang terjadi

setelah terpapar oleh virus,bakteri, alergen, polusi udara, superantigen maupun jamur.

Perubahan mukosaakan mengakibatkan peningkatan ICAM-1 (intercellullar adhesion

molecule 1) dan berbagai sitokin.Molekul HLA-DR (human leukocyte antigen DR)

pada permukaan epitelial ikut meningkat. HLA-DR berperan pada respon imun

spesifik melalui sel TH1 dan TH2, sel TH1 dan TH2 melepaskan sitokin spesifik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

12

GM-CSF (granulocyte-macrophage-colony stimulating factor), IL-8 dan TNF-α

(tumor necrosing factoralpha) ikut dilepaskan yang kemudian memberikan

peningkatan efek kepada sel makrofag, mastosit, eosinofil dan neutrofil. Interferon

gamma yang dilepaskan sel TH1 juga ikut meningkatkan produksi ICAM-1 pada

permukaan sel epitel respiratorik (Bernstein, 2006).

Gambar 2.2 Skema perubahan sel epitel respiratorik yang terjadi setelah terpapar

benda asing, diikuti berbagai proses yang melibatkan sel limfosit TH1 dan TH2,

menghasilkan pelepasan sitokin dan mempengaruhi sel-sel fagosit (Bernstein, 2006).

B. Patogenesis Alergi

Alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I, alergen yang masuk kedalam

tubuh menimbulkan respon imun dengan dibentuknya IgE. Berdasarkan waktu

berlangsungnya reaksi, reaksi alergi dibagi atas 2 fase, yaitu reaksi alergi fase cepat

(RAFC) dan reaksi alergi fase lambat (RAFL) (Bubnoff, Geiger dan Beiber, 2001).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

13

Dalam patogenesis alergi dibedakan ke dalam fase sensitisasi dan elisistasi

yang dapat dibedakan atas tahap aktifasi dan tahap efektor (Bubnoff, Geiger dan

Beiber, 2001).

1. Fase sensitisasi

Fase sensitisasi dimulai dengan adanya paparan alergen di mukosa hidung.

Alergen tersebut ditangkap oleh makrofag atau monosit yang berperan sebagai

Antigen Presenting Cell (APC) kemudian diproses. APC menjadi peptide pendek dan

dipresentasikan melalui kelompok major histocompatibility complex (MHC) klas II.

APC kemudian dipresentasikan pada sel Th0. Ikatan antara APC dan Th0 akan

memacu diffrensiasi Th0 menjadi Th1 dan Th2 dan melepaskan sitokin IL-3, IL-4,

IL-5, IL-9, IL-10, IL-13, granulocyte macrophage colony stimulating factor

(GMCSF) (Baraniuk, 2001 ; Bubnoff, Geiger dan Beiber, 2001)

Presentasi alergen oleh sel-sel APC kepada sel B dan pengaruh sitokin IL-4

serta IL-3 di permukaan sel limposit B, menyebabkan aktivasi sel limposit B untuk

memproduksi IgE, kemudian IgE dilepaskan ke sirkulasi darah serta jaringan sekitar.

Sel basofil, sel mast dan sebagian IgE berikatan dengan reseptornya (FcεRI)

dipermukaan. Pada keadaan ini seorang dikatakan sudah tersensitasi serta

memberikan hasil positif pada uji kulit (Baraniuk, 2001 ; Bubnoff, Geiger dan Beiber,

2001 ; Abbas, 2005).

2. Fase elisitasi

a. Tahap aktifasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

14

Paparan ulang alergen yang serupa pada penderita yang sudah sensitif akan

mengakibatkan terjadinya ikatan/bridging antara dua molekul IgE pada permukaan

sel mast/basofil dengan alergen tersebut. Interaksi antara IgE memicu aktifasi

guanosine triphospate (GTP) binding (G) protein, kemudian mengaktifkan enzim

phospolipase C yang akan mengkatalisis phosphatidyl monositol bihosphat (PIP2)

menjadi inositol triphosphate (IP3) dan diacyl glycerol (DAG) pada membrane PIP2.

Inositol triphosphate (IP3) mengakibatkan terlepasnya ion calcium intra sel (Ca++)

dari reticulum endoplasma. Ion Ca++ dalam sitoplasma langsung mengaktifkan

beberapa enzim seperti phospolipase-A dan komplek Ca++- calmodulin sehingga

mengaktifkan enzim myosin light chain kinase. Ca++ dan DAG bersama-sama

dengan membran phospolipid mengaktifkan protein kinase C. Pada akhirnya, aktifitas

ini akan membentuk mediator lipid yang tergolong dalam newly formed mediators

seperti prostaglandin D2 (PGD2), leukotrien C4 (LTC-4), platelet activakting factors

(PAF) dan eksositosis granula sel mast yang berisi mediator kimia yang disebut

sebagai preformed mediator seperti histamin, tryptase dan bradikinin. Mediator-

mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil akan berikatan dengan

reseptor di ujung saraf, endotel pembuluh darah dan kelenjar di mukosa hidung

sehingga menimbulkan gejala rhinitis alergi fase cepat (RAFC) (Baraniuk, 2001 ;

Abbas, 2005).

b. Tahap efektor

Tahap ini terjadi antara 4-6 jam setelah paparan alergen dan menetap selama

24-48 jam. Gambaran khas RAFL adalah tertariknya berbagai macam sel inflamasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

15

khususnya eosinofil ke lokasi reaksi alergi. Eosinofil dalam perjalanannya dari

sirkulasi darah sampai ke jaringan/lokasi alergi dipengaruhi faktor kemotaktik,

melalui beberapa tahap seperti migrasi (perpindahan) eosinofil dari tengah ke tepi

dinding pembuluh darah dan mulai berikatan secara reversibel dengan endotel yang

mengalami inflamasi (rolling), diikuti perlekatan pada dinding pembuluh darah yang

diperantarai oleh interaksi molekul adesi endotel seperti intercellular adhesion

molecule–1 (ICAM-1) dan vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) yang

bersifat spesifik terhadap perlekatan sel eosinofil karena sel eosinofil mengekpresikan

very late antigen-4 (VLA-4) yang akan berikatan dengan VCAM-1. ICAM-1 juga

diekspresikan oleh sel epitel mukosa hidung penderita rinitis alergi yang

mendapatkan paparan alergen spesifik terus menerus (Baraniuk, 2001 ; Lambrecht,

2001).

C. Tes cukit kulit

Tes cukit kulit sampai saat ini masih dilakukan secara luas untuk menunjang

diagnosis penyakit alergi. Tes cukit kulit dapat dilakukan secara massal dalam waktu

singkat dengan hasil cukup baik. Prinsip tes cukit kulit adalah adanya IgE spesifik

pada permukaan basofil atau sel matosit pada kulit, IgE merangsang pelepasan

histamin, leukotrien dan mediator lain bila IgE tersebut berikatan dengan alergen

yang digunakan pada uji kulit, sehingga menimbulkan reaksi positif berupa bentol

(wheal) dan kemerahan (flare) (Kresno, 2007 ; Kartikawati, 2007). Tetapi uji kulit

tidak selalu memberikan hasil positif walaupun pemeriksaan dengan cara lain berhasil

positif, terutama alergi terhadap obat (Kresno, 2007)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

16

Tes kulit dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu tes gores, tes cukit kulit

atau skin prick test, tes suntik intradermal dan skin endpoint titration (SET). Tes kulit

telah digunakan secara luas sebagai salah satu alat untuk mengaktifkan diagnosis

alergi terhadap alergen dan merupakan indikator yang aman, mudah dilakukan, hasil

cepat didapat, biaya yang relatif murah dengan sensitifitas tinggi serta dapat dipakai

sebagai pemeriksaan penyaring. Tes cukit kulit dapat mendiagnosis rinitis alergi

akibat alergen inhalan dari derajat sedang sampai berat, tetapi pada penderita dengan

sensitifitas rendah, kemungkinan tidak terdeteksi walaupun terdapat korelasi dengan

gejala klinik. Bila pada anamnesis terdapat kecurigaan adanya alergi, sedangkan tes

kulit negatif, tindakan yang perlu dilakukan adalah :

1. Periksa obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil tes

2. Periksa adakah penyebab hasil negatif palsu.

3. Observasi penderita selama adanya paparan alergen yang tinggi (Irawati,

2002).

Tes cukit kulit memiliki sensitifitas dan spesifitas tinggi. Puluhan alergen

dapat dikerjakan dalam satu kali tes. Tes dilakukan pada bagian volar lengan bawah

dengan penusukan sedalam epikutan sehingga tidak melewati membrane basalis yang

dapat menimbulkan pendarahan yang bias menyebabkan hasil tes menjadi tidak

akurat. Tes ini meggunakan jarum tuberculin no 26 G atau blood lancet. Tes cukit

kulit ini hampir tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga lebih disukai penderita. Hasil

tes dapat dievaluasi dalam waktu singkat (10-15 menit), serentak untuk 25-30

alergen. Alergen yang digunakan terdiri atas satu seri alergen hirup, satu seri alergen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

17

makanan, larutan histamin sebagai kontrol positif, serta larutan saline atau buffer

phospat sebagai kontrol negatif. Jumlah alergen sebaiknya terbatas sampai sekitar

enam alergen uatama saja (housedust mite 2-3 spesies, pollen, mold dan binatang

peliharaan). Tes kulit untuk alergen hirup memiliki nilai klinis yang lebih berharga

daripada alergen makanan (Sumarman, 2001 ; Pawarti, 2004).

A

B

Gambar 2.3.

A. Sudut melakukan cukit pada kulit dengan blood lancet

B. Contoh reaksi hasil positif pada tes cukit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

18

Beberapa metode yang dilakukan untuk menginterprestasikan hasil tes kulit cukit:

1. Mengukur diameter bentol (wheal) yang terjadi dengan menggunakan

planimeter. Respon positif dinyatakan apabila ditemukan setiap adanya bentol

yang mempunyai ukuran diameter ≥ 9 mm di atas kontrol negatif (saline)

(Jackola et al, 2003).

2. Membandingkan bentol yang terjadi pada masing-masing ekstrak alergen

yang diberikan dengan kontrol positif (histamin) dan kontrol negatif (saline).

Metode ini disebut metode pepys dengan penilaian sebagai berikut :

(Sumarman, 2001).

a. - (negatif) : apabila sama dengan kontrol negatif.

b. +1 (ringan) : apabila bentol lebih besar dari kontrol negatif dan atau terdapat

eritema.

c. + 2 (sedang) : apabila bentol lebih kecil dari kontrol positif tetapi lebih besar

dari kontrol negatif.

d. + 3 (kuat) : apabila bentol sama besar dengan kontrol positif

e. +4 (sangat kuat) : apabila bentol lebih besar dari kontrol positif

3. Menurut GLORIA (Global Resources in Allergy), 2003, bentol yang terjadi

dengan diameter > 3 mm menunjukan bahwa penderita menghasilkan antibodi

IgE terhadap alergen yang spesifik (Kaplan et al, 2003).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

19

Tabel 2.1. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi tes kulit sehingga harus

dibebaskan beberapa hari sebelumnya (Lucie et al, 2013):

Obat-obatan Dibebaskan sebelum pemeriksaan

Anti histamin generasi 1

Anti histamin generasi 2

Ketotifen

Kortikosteroid jangka pendek (≤10 hari)

<50 mg/hari prednisolon-equivalent

>50 mg/hari prednisolon-equivalent

Kortikosteroid jangka panjang (>10 hari)

<10 mg/hari prednisolon-equivalent

>10 mg/hari prednisolon-equivalent

Omalizumab

Antidepresant

Doxepin

Desipramine

>2 hari

7 hari

>5 hari

>3 hari

>1 minggu

>3 minggu

>1 minggu

>4 minggu

7 hari

3 hari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

20

D. KERANGKA TEORI

Faktor Etiologi:

- Odontogen

- Infeksi (bakteri,

virus)

- Alergi

- Patensi ostium

- Fungsi silia yang

terganggu

- Produksi sekret

Faktor

etiologi:

-variasi

anatomi

-kelainan Obstruksi ostiomeatal

kompleks

RINOSINUSITIS KRONIK

Gejala klinik : hidung tersumbat,

hidung meler, nyeri kepala atau nyeri

wajah, penurunan penciuman, bersin-

bersin, gatal pada hidung atau mata

APC

TH1

- IL-2

- IFN-γ

- TNF-α

TH2

Sel B

IgE

- IL-4

- IL-13

- IL-5

Ig E pada sel mast dan

basofil dan degranulasi

Eosinofil

Mediator inflamasi

Tes cukit

kulit

Mediator

proinflamasi

Keterangan :

yang diteliti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

21

F. Kerangka konsep

G. Hipotesis

Adanya hubungan gejala klinik dengan tes cukit kulit pada penderita rinosinusitis

kronik.

Tes cukit

kulit Rinosinusitis

kronik

Gejala

klinik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMF IK THT-KL, RSUP Dr. Moewardi

Surakarta sejak April – Juni 2014

B. Jenis dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini untuk

menilai apakah gejala klinik berhubungan dengan tes cukit kulit pada penderita

rinosinusitis kronik. Dari penderita yang datang ke bagian THT RS Muwardi dengan

gejala rinosinusitis kronik yang telah ditegakkan dari anamnesis menurut kriteria

European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps (EPOS), 2012 dan

dengan tes cukit kulit positif. Pada penderita tersebut di kumpulkan data pelengkap

meliputi umur, jenis kelamin, dan riwayat atopi ditentukan apakah penderita tersebut

masuk kriteria inklusi atau eksklusi. Pada penderita yang masuk kriteria inklusi

dilakukan pemeriksaan alergi dengan menggunakan tes cukit kulit dan dilakukan

pencatatan mengenai gejala klinik. Selain itu juga dilakukan pendataan terhadap

variabel pengganggu.

Kemudian pada penderita ini dilakukan analisis variabel bebas dengan

variabel tergantung untuk mengetahui adanya hubungan antara gejala alergi dengan

tes cukit kulit. Juga akan dilakukan analisis berganda untuk variabel-variabel lain

yang diduga mempengaruhi hasil penelitian.

22

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

23

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah tes cukit kulit.

2. Variabel tergantung adalah gejala klinik.

D. Populasi dan Penderita

1. Populasi target

Populasi target adalah penderita rinosinusitis kronik dengan tes cukit kulit.

2. Populasi terjangkau

Populasi terjangkau adalah penderita rinosinusitis kronik yang berobat ke RS dr

Moewardi.

3. Penderita

Penderita penelitian ini adalah penderita rinosinusitis kronik di RS dr Moewardi

tahun 2014 yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.

4. Kriteria inklusi

a. Penderita yang datang ke RS dr Moewardi menderita rinosinusitis kronik

ditegakan dengam kriteria EPOS.

b. Usia antara 18-65tahun.

c. Penderita setuju untuk ikut dalam penelitian ini dan diminta persetujuan

secara tertulis (inform consent) setelah mendapatkan keterangan yang

cukup tentang keuntungan dan hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat

terjadi selama mengikuti penelitian.

d. Bebas obat kortikosteroid oral dan topikal, β-blocker serta antihistamin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

24

5. Kriteria eksklusi

a. Riwayat pernah menjalani operasi daerah sinus atau hidung.

b. Riwayat obstruksi mekanik (massa tumor atau hidung).

c. Menderita penyakit sistemik.

E. Perkiraan Besar Penderita

Perhitungan penderita untuk penelitian cross sectional untuk mengetahui

hubungan pada dua kelompok yang dilakukan dengan menggunakan program

perhitungan jumlah penderita. Penelitian merupakan cross sectional untuk menguji uji

hipotesis dari suatu variabel sebagai independent dan nominal dikotom.

Berdasarkan rumus berikut:

• Studi = studi cross sectional, pemilihan jumlah penderita akan mengikuti

besar penderita untuk studi cross sectional 2 proprosi kelompok

• α = 0,05 β = 0,20

• Zα = derivat baku normal untuk α = 0,05 (1 arah), adalah 1,96

• Zβ = power 80%, adalah 0,842

• P1 = proporsi penderita yang tes cukit kulit tinggi pada penderita dengan

gejala klinik yang rendah dari penelitian sebelumnya (Ahmadiafshar, 2012)

sebesar 0,1.

• P2 = proporsi penderita yang tes cukit kulit tinggi pada penderita dengan

gejala klinik yang tinggi dari penelitian sebelumnya (Ahmadiafshar, 2012)

sebesar 0,7.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

25

• P = (P1+P2)/2 = 0,5

Rumus

(Dikutip dari Casagrande, et al. 1978)

Dari perhitungan besar penderita untuk tiap kelompok = 12 orang. Ditambah

antisipasi perkiraan drop out 10% maka jumlah penderita tiap kelompok adalah 14

orang.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Rinosinusitis kronik

Definisi: Rinosinusitis kronik adalah inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal

dengan jangka waktu gejala >12 minggu yang ditandai oleh ≥2 gejala yang salah

satunya berupa hidung tersumbat/obstruksi/kongesti atau sekret nasal (anterior,

posteriornasal drip) ditambah nyeri wajah spontan atau pada penekanan, atau

berkurangnya/kehilangan sensasi penghidu serta temuan endoskopi berupa polip atau

sekret mukopurulen yang berasal dari meatus media dan atau edema/obstruksi

mukosa primer pada meatus media dan atau temuan computed tomography (CT-scan)

berupa perubahan mukosa pada kompleks osteomeatal dan atau sinus paranasal

(Fokkens et al, 2012).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

26

Gejala klinik rinitis alergi dapat merupakan kelainan hidung yang disebabkan oleh

proses inflamasi mukosa hidung yang diperantarai oleh reaksi hipersensitivitas/ alergi

tipe I dari Gell dan Comb setelah mukosa hidung terpapar alergen. Gejala klinik dari

alergi dapat berupa hidung tersumbat, rhinorea, bersin-bersin dan gatal (ARIA, 2007).

Alat ukur: Anamnesis dan kuesioner

Cara ukur:Secara subjektif, anamnesis diperoleh dari keluhan penderita

Skala ukur: Kategorik-Nominal

Hasil ukur: gejala yang dinilai meliputi :

1. Hidung tersumbat ada atau tidak

2. Sekret nasal anterior atau posterior ada atau tidak

3. Nyeri wajah spontan atau dengan penekanan ada atau tidak

4. Berkurangnya penciuman ada atau tidak

5. Bersin-bersin ada atau tidak

6. Gatal pada mata atau hidung ada atau tidak

7. Keluar air mata ada atau tidak

2. Tes cukit kulit

Definisi: Tes cukit kulit adalah salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yang

banyak digunakan oleh para klinisi untuk membuktikan IgE spesifik yang terikat

pada sel mastosit kulit.Terikatnya IgE pada mastosit ini menyebabkan keluarnya

histamin dan mediator lainnya yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan

permeabilitas pembuluh darah akibatnya timbul flare atau kemerahan dan wheal atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

27

bentol pada kulit sesuai metode The Standardization Committee of Northern

(Scandinavian Society of Allergology).

Pemeriksaan ini dilakukan setelah ditegakan diagnosis rinosinusitis kronik.

Alat ukur: besar bentol >3mm/positip 3.

Alat dan bahan :

a. Alergen makanan dan alergen hirup dr Indrayana

b. Jarum Marrow Brow

c. Pulpen

Adapun ekstrak alergen yang dipakai adalah buatan dr Indrayana, sebagai berikut:

Alergen Hirup Alergen Ingestan

1. Debu rumah (house dust) 1. Gandum (wheat flour)

2. Campuran debu rumah (house

dander)

2. Coklat (chocolate)

3. Tungau (mite culture) 3. Kacang mete

4. Serpihan kulit manusia (human

dander)

4. Kopi (coffee)

5. Serbuk sari rumput (grass pollen) 5. Teh (tea)

6. Serbuk sari padi (rice pollen) 6. Kedelai (soybean)

7. Serbuk sari jagung (corn pollen) 7. Terigu (wheat)

8. Jamur (mixed fungi) 8. Tomat (tomato)

9. Kecoa (cockroach) 9. Wortel (carrot)

10. Bulu ayam (chicken feathers) 10. Nanas (pineapple)

11. Bulu anjing (dog dander) 11. Kacang tanah (bean)

12. Bulu kucing (cat dander) 12. Susu sapi(milk)

13. Putih telur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

28

14. Kuning telur

15. Tongkol

16. Ayam

17. Cumi

18. Bandeng

19. Udang (shrimp)

20. Kakap

21. Kepiting (crab)

22. Kerang (cockle)

Prosedur pemeriksaan tes cukit kulit

1. Tandai area yang akan kita tetesi ekstrak alergen dengan bolpoin.

2. Histamin dan kontrol negatif (larutan buffer) diteteskan pada daerah yang

berseberangan. Kemudian teteskan ekstrak alergen lainnya

3. Tusuk kulit yang telah ditetesi histamin, buffer kontrol, dan ekstrak alergen dengan

menggunakan jarum marrow brow. Tusukan dilakukan dengan pelan menembus

lapisan epidermis.

4. Ukur diameter bentol pada kulit yang ditetesi histamin dan larutan buffer harus

negatif.

5. Tes dibaca setelah 15-20 menit dengan mengukur bentol yang timbul.

6. Mengukur setiap diameter lingkaran pada selotip. Dinyatakan +1 bila ukuran

bentol lebih besar dari kontrol, +2 bila ukuran bentol 50% dari diameter histamin dan

+3 bila ukuran bentol sama besar dengan histamin, +4 bila ukuran bentol lebih besar

dari histamin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

29

Hasil ukur : dinyatakan positip bila bentol lebih dari atau sama dengan +3 atau +4

pada satu atau lebih alergen

Skala ukur: Kategorik-Nominal

G.Alur Penelitian

H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

1. Penderita yang terdiagnosis rinosinusitis kronik yang memenuhi kriteria inklusi

serta menandatangani lembar persetujuan.

Penderita Rinosinusitis Kronik

Kriteria inklusi/ eksklusi

Informed consent

Pengisian kuesioner

Tes cukit kulit

Gejala klinik

ANALISIS DATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

30

2.Terhadap seluruh subjek penelitian dilakukan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan nasoendoskopi untuk diagnosis pasti rinosinusitis kronik.

3. Dilakukan tes cukit kulit dengan alergen dr. Indrayana.

4. Setelah semua penderita terkumpul dan memenuhi jumlah minimal

penderita/subjek penelitian (n) kemudian dilakukan pengumpulan data dan dilakukan

analisis statistik serta penyusunan dan penelitian karya ilmiah.

I. ANALISIS DATA

Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel dan atau grafik yang

disertai dengan penjelasannya. Kemudian kelompok penderita dengan tes cukit kulit

positif dan kelompok penderita tes cukit kulit negatif dilakukan uji komparasi

terhadap variabel pengganggu. Variabel pengganggu bersama dengan variabel

tergantung dianalisis menggunakan regresi logistik untuk mengetahui variabel yang

paling berpengaruh.

Data yang dianalisis adalah rekam medik yang mempunyai data cukup

lengkap baik mengenai anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil tes cukit kulit,

kemudian data diolah dengan menggunakan SPSS 13.0 for windows. Analisis data

menggunakan uji hipotesis chi-square.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penderita penelitian ini adalah penderita rinosinusitis kronik yang bersedia

menjadi subjek penelitian dan menandatangani informed consent. Pengambilan

penderita menggunakan cara non-probability sampling, yaitu dengan teknik

consecutive sampling sehingga didapat jumlah penderita sebesar 30 penderita dengan

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan umur responden. Penelitian ini

dilakukan di bulan April 2014 hingga Juni 2014 di Poliklinik THT-KL RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

A. Deskripsi Karakteristik Responden

1. Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin

Data dasar dalam penelitian ini adalah umur dan jenis kelamin yang

kemudian di anamnesis dan diberikan kuesioner dan diperiksa tes cukit kulit.

Tabel 4.1. Deskripsi responden berdasarkan umur dan jenis kelamin

Karakteristik Hasil Tes Cukit Kulit

p Positif (n = 15) Negatif (n = 15)

Umur (th) 31,27 11,69 40,53 11,52 0,037*

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

9 (60,0%)

6 (40,0%)

7 (46,7%)

8 (53,3%)

0,464

31

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

32

Tabel diatas menjelaskan bahwa umur kedua kelompok penderita

berdistribusi normal. Deskripsi dinyatakan dengan mean SD sedangkan uji beda

secara statistik dilakukan dengan independent samples t test. Jenis kelamin

merupakan variabel kategorik. Deskripsi dinyatakan dengan frekuensi (persentase)

sedangkan uji beda secara statistik dilakukan dengan chi square test.* p < 0,05

artinya uji statistik signifikan pada = 5%

Tabel di atas memperlihatkan deskripsi karakteristik penderita pada masing-

masing kelompok dan hasil uji beda secara statistik antara kedua kelompok tersebut.

Pada tabel dapat dilihat bahwa rata-rata umur penderita dengan hasil tes cukit kulit

positif adalah 31,27 tahun (SD = 11,69) dan rata-rata umur penderita dengan hasil tes

cukit kulit negatif adalah 40,53 tahun (SD = 11,52). Pengujian statistik menunjukkan

bahwa perbedaan tersebut signifikan (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

umur penderita dengan hasil tes positif lebih muda dibandingkan umur penderita

dengan hasil tes negatif.

Distribusi jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 15 penderita dengan hasil

tes cukit kulit positif, ada 9 orang (60,0%) laki-laki dan 6 orang (40,0%) perempuan.

Adapun dari 15 penderita dengan hasil tes cukit kulit negatif, ada 7 orang (46,7%)

laki-laki dan 8 orang (53,3%) perempuan. Pengujian statistik menunjukkan bahwa

perbedaan tersebut tidak signifikan (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

distribusi jenis kelamin pada kedua kelompok homogen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

33

b. Distribusi karakteristik penderita alergi hirupan, alergi ingestan dan

banyaknya hasil tes cukit kulit yang positip

Dilakukan pendataan yang berhubungan dengan banyaknya penderita yang

menderita alergi hirupan, alergi ingestan dan jumlah penderita yang menderita ekstrak

alergen lebih dari 1.

Tabel 4.2 Distribusi karakteristik penderita alergi hirupan, alergi ingestan dan

banyaknya hasil tes cukit kulit yang positip

Karakteristik f (%)

Alergi hirupan 14 (93,3%)

Alergi ingestan 12 (80,0%)

Hasil tes cukit kulit (≥ 1) 14 (93,3%)

Tabel di atas memperlihatkan karakteristik penderita alergi. Dapat dilihat

bahwa dari 15 penderita yang hasil tes cukit kulitnya positif, yang mengalami alergi

bersifat alergi hirupan ada 14 orang (93,3%), yang mengalami alergi ingestan ada 12

orang (80,0%), dan ada 14 orang (93,3%) yang hasil tes cukit kulitnya positip ≥ 1.

2. Hubungan gejala klinik dengan tes cukit kulit

Tabel 4.3 Hubungan gejala klinik dengan tes cukit kulit

Gejala Klinis Hasil Tes Cukit Kulit

OR p Positif (n = 15) Negatif (n = 15)

Positif

Negatif

14 (93,3%)

1 (6,7%)

7 (46,7%)

8 (53,3%) 16,000 0,005*

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

34

Tabel diatas menjelaskan diagnosis berdasarkan gejala klinis merupakan

variabel kategorik. Deskripsi dinyatakan dengan frekuensi (persentase) sedangkan uji

beda secara statistik dilakukan dengan chi square test.* p < 0,05 artinya uji statistik

signifikan pada = 5%

Tabel di atas memperlihatkan distribusi berdasarkan gejala klinis dan

perbandingannya antara kedua kelompok penderita. Dapat dilihat bahwa dari 15

penderita dengan hasil tes cukit kulit positif, ada 14 orang (93,3%) dengan gejala

klinisnya positif dan ada 1 orang (6,7%) dengan gejala klinisnya negatif. Dari 15

penderita dengan hasil tes cukit kulit negatif, ada 7 orang (46,7%) yang diagnosis

gejala klinisnya positif dan ada 8 orang (53,3%) yang diagnosis gejala klinisnya

negatif. Secara statistik perbedaan distribusi tersebut signifikan (p < 0,05). Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan gejala klinis dengan hasil tes cukit

kulit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

35

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional untuk

mengetahui hubungan antara gejala klinik dengan hasil tes cukit kulit pada penderita

rinosinusitis kronik di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.

1. Deskripsi Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini didapatkan rata-rata umur penderita dengan hasil tes cukit

kulit positif adalah 31,27 tahun (SD = 11,69) dan rata-rata umur penderita dengan

hasil tes cukit kulit negatif adalah 40,53 tahun (SD = 11,52) dan perbedaan tersebut

signifikan (p < 0,05) dapat disimpulkan bahwa umur penderita dengan hasil tes cukit

kulit yang positif lebih muda dibandingkan umur penderita dengan hasil tes cukit

kulit yang negatif. Hal ini sesuai dengan studi Saisawat (2009) didapatkan bahwa

rata-rata umur lebih muda pada hasil tes cukit kulit positif dibandingkan hasil tes

cukit kulit negatif (p<0,5).

Menurut Bachert dan kawan-kawan (2006) bahwa umur pada penderita alergi

lebih muda daripada non alergi <35 tahun 32,6% dibanding non alergi 6,7%, 35-54

tahun alergi 30,4% dan non alergi 8,9%, umur >54 alergi 26,7% dan non alergi

12,6%. (Bachert, 2006). Studi Shusterman (2006) menyatakan bahwa pada strata

umur pertengahan lebih banyak (35-51 tahun;n=24) dibanding strata umur yang lebih

35

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

36

muda atau lebih tua (masing-masing n=18). Sedangkan studi Rondon et al (2007)

mengatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam umur yang ditemukan antara penderita

alergi dan penderita non alergi. Pada studi Pallasoho et al (2006) didapatkan bahwa

sensitasi kulit lebih rendah pada umur lebih tua, dimana yaitu umur 26-39 tahun

(56,8%) dengan umur 50-60 tahun (35,6%). Namun hasil penelitian ini agak berbeda

dengan beberapa penelitian terdahulu, yang mana pada studi Olsson (2003) bahwa

tidak ditemukannya peningkatan yang signifikan pada prevalensi gejala non alergi

dengan bertambahnya umur.

Kecenderungan umur pada usia produktif dapat dijelaskan bahwa pada umur

tersebut lebih banyak berada di lingkungan dengan suhu dan kelembaban yang

memungkinkan lebih mudah terpapar allergen seperti lingkungan pekerjaan, area

sekolah ataupun tempat belajar atau bekerja yang berdebu dengan venilasi ruangan

yang kurang baik.

Pada penelitian ini dengan pengujian statistik menunjukkan bahwa pada jenis

kelamin dengan hasil tes cukit kulit positif dengan tes cukit kulit negatif tidak ada

perbedaan yang signifikan (p > 0,05) sehingga disimpulkan bahwa distribusi jenis

kelamin pada kedua kelompok homogen. Hal ini sesuai dengan studi Saisawat (2009)

bahwa secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin laki-

laki dengan perempuan. Pada studi Shusterman (2006) didapatkan bahwa tidak ada

perbedaan signifikan antara rinitis alergi dengan non alergi pada jenis kelamin laki-

laki dengan perempuan. Penelitian Olsson (2003) juga menunjukkan bahwa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

37

prevalensi laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan. Hal ini berbeda dengan studi

Carmen et al (2007) didapatkan bahwa didapatkan perempuan lebih banyak pada

rinitis alergi dibandingkan rinitis non alergi dan kontrol. Pada studi Olivieri (2002)

didapatkan bahwa rinitis alergi lebih sering terjadi pada laki-laki dibawah 35 tahun

dan pada perempuan diatas umur tersebut (p=0.006).

2. Distribusi karakteristik penderita alergi hirupan, alergi ingestan dan banyaknya

hasil tes cukit kulit yang positip.

Pada penelitian ini hasil tes cukit kulit positif, yang mengalami alergi hirupan

ada 14 orang (93,3%), yang mengalami alergi ingestan ada 12 orang (80,0%), dan ada

14 orang (93,3%) yang hasil tes cukit kulitnya yang positip ≥ 1. Hal ini sesuai

dengan peneltian bahwa penderita rinosinusitis kronik alergi penyebab terbanyak

adalah karena alergi hirupan. Subjek pada penelitian ini sebagian besar memiliki

lebih dari satu alergen positif pada pemeriksaan tes cukit kulit hal ini sesuai dengan

penelitian Denny (2010) yang mana sebagian besar penderita dengan hasil tes cukit

kulit positif terhadap lebih dari satu alergi hirupan adalah rinitis alergi persisten

(47,3%). Penelitian Anthony (2007) didapatkan penderita rinitis kronik dengan hasil

tes cukit kulit positif 67% dan hasil tes cukit kulit positip lebih dari satu alergi

hirupan (95%) pada rinitis kronik.

Pada penelitian Sanli (2006) menemukan bahwa 73,2% dari penderita dalam

kelompok studi memiliki reaksi positif terhadap satu alergen atau lebih. Hasil ini

ditemukan mirip dengan yang diperoleh Takwoingi (2003) yakni 90%. Ini mungkin

karena kenaikan prevalensi alergi penyakit di seluruh dunia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

38

Hasil tes cukit positif mengindikasikan bahwa di dalam tubuh penderita sudah

dihasilkan antibody IgE terhadap allergen spesifik yang berarti sudah terjadi

pengenalan antara antigen spesifik dengan antibodi (sudah terjadi proses sensitisasi).

Hasil tes cukit kulit yang negatif pada penelitian ini menunjukan kemungkinan

alergen yang tersensitisasi pada tubuh penderita, tetapi juga menunjukkan

kemungkinan alergen yang tersensitasi pada tubuh penderita bukanlah alergen yang

berasal dari 33 jenis alergen yang digunakan pada tes cukit kulit pada penelitian ini.

3. Hubungan gejala klinik dengan tes cukit kulit

Pada penelitian ini memperlihatkan gejala klinik dan perbandingan antara

hasil tes cukit kulit positif (93,3%) dan negatif (53,3%). Secara statistik perbedaan

distribusi tersebut signifikan (p < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara gejala klinis dengan hasil tes cukit kulit. Hal ini sesuai dengan

penelitian Dottorini (2007) bahwa ada peningkatan yang signifikan antara gejala

alergi dengan tes cukit kulit positif.

Penelitian ini berbeda dengan studi Saisawat (2009) bahwa tidak ada

perbedaan antara gejala klinik pada tes culit kulit positif maupun negatif. Dan

penelitian Carmen (2007) yang menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan

anatara gejala klinik pada rinitis alergi persisten (mean 7.88±2.7) dengan rinitis non

alergi persisten (mean 7.75±2.8).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

39

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Terdapat hubungan yang bermakna dari penelitian ini antara gejala klinik

dengan tes cukit kulit pada penderita rinosinusitis kronik.

B. SARAN

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai gejala klinik berdasarkan

beratnya gejala masing-masing dengan tes cukit kulit pada penderita rinosinusitis

kronik.

39

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

40

DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, Lichman AH. 2005. Cellular and mollecular immunology, fifth edition.

Philadelphia: Elsevier Daunders: 391–410

Alexander D. Karatzanis, George Fragiadakis, Joanna Moshandrea,Johannes Zenk,

Heinrich Iro, George A. Velegrakis.2009. Septoplasty outcome in patients

with and withoutallergic rhinitis DOI:10.4193/Rhin08.126 Rhinology, 47,

444-449.

Anthony PW Yuen et al. 2007. The skin prick test results of 977 patients suffering.

13;131-6.

Arif SANLI, M.D., Sedat AYDIN, M.D., Günay ATEfi, M.D., Mehmet EKEN,

M.D., Özlem ÇELEB, M.D. 2006. Comparison of nasal smear eosinophilia

with skin prick testpositivity in patients with allergic rhinitis. Kulak Burun

Bogaz Ihtis Derg;16(2):60-63

Bachert C, P. van Cauwenberge, J. Olbrecht, J. van Schoor. 2006. Prevalence,

classification and perception of allergic and nonallergicrhinitis in Belgium

Allergydoi: 10.1111/j.1398-9995.2006.1054.x

Baraniuk JN. 2001. Pathogenesis of allergic rhinitis. J Allergy Clin Immunol.; 99: S

763-7672.

Bernstein JM. 2006. Chronic rhinosinusitis with and without nasal polyposis. In

brook I, eds. Sinusitis from microbiology to management. New York: Taylor

& Francis;371-398

Bhattacharyya N, Vyas DK, Fechner FP, Gliklich RE, Metson R. 2001; Tissue

esoinophilia in chronic sinusitis. Arch Otol Head Neck Surg. 127: 1102-5.

Bubnoff D, Geiger E, Beiber T. 2001 Antigen presenting Cells in allergy. J. Allergy

Clin Immunol; 108: 329- 39.

Busquets JM, Hwang PH. 2005. Nonpolypoid rhinosinusitis: Classification,

diagnosis and treatment. In Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD, eds. Head

& Neck Surgery – Otolaryngology. 4th

ed. Vol 1. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins, 406-416.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

41

Carmen Rondon et al.2007.Local IgE production and positive nasalprovocation test in

patients with persistentnonallergic rhinitis American Academy of Allergy,

Asthma & Immunologydoi:10.1016/j.jaci.01.006

Carmen Rondon, MD, PhD, Inmaculada Don, MD, Maria J. Torres, MD, PhD,

Paloma Campo, MD, andMiguel Blanca, MD, PhD. 2009. Evolution of

patients with nonallergic rhinitis supportsconversion to allergic rhinitis J

Allergy Clin Immunol.;123:1098-102.

Carmen Rondon, MD, Jose J. Romero, BS, Soledad Lopez, PhD, Cristina Antu

nez,PhD, Enrique MartınCasanez, MD, PhD, Maria J. Torres, MD, PhD,

CristobalinaMayorga, PhD, Rebeca R Pena, MD, PhD, and Miguel Blanca,

MD, PhD.2007. Local IgE production and positive nasalprovocation test in

patients with persistent nonallergic rhinitis. American Academy of Allergy,

Asthma & Immunologydoi:10.1016/j.jaci.01.006

Casagrande, J. T., Pike, M. C. and Smith P. G. 1978. The power function of the

"exact" test for comparing two binomial distributions. Appi. Statist., 27, 176

-180.

Clement PAR. 2006. Classification of rhinosinusitis. In Brook I, eds. Sinusitis from

microbiology to management. New York: Taylor & Francis, 15-34.

Dottorini ML, Bruni B, Peccini F, Bottini P, Pini L, Donato F, Casucci G, Tantucci

C. 2007. Skin prick-test reactivity to aeroallergens and allergic symptoms in

an urban population of central Italy: a longitudinal study. Clin Exp Allergy.

Feb;37(2):188-96.

Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C, Alobid I, Baroody F, dkk. 2012.

European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps. A summary for

otorhinolaryngologists. Rhinology. 50(1):1−12.

Gutman M, Torres A, Keen KJ, et al. 2004. Prevalence of allergy in patients with

chronic rhinosinusitis. Otolaryngol Head Neck Surg, 130:545–52.

Henny Kartikawati, 2007. Tes Cukit (Tes cukit kulit) Pada Diagnosis Penyakit

Alergi, Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan – Bedah

Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro RS. Kariadi

Semarang, http://hennykartika.wordpress.com/2007/03/08/skin-test/

Herrick C, Xu L, McKenzie A, Tigelaar. 2003. IL-13 Is Necessary, Not Simply

Sufficient, for Epicutaneously Induced Th2 Responses to Soluable Protein

Antigen.Journl of Immunology,170: 2488-95.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

42

Irawati N, 2002, Panduan Penatalaksanaan Terkini Rinitis Aleri, Dalam Kumpulan

Makalah Simposium “Current Opinion In Allergy and Clinical

Immunology”, Divisi Alergi-Imunologi Klinik FK UI/RSUPN-CM, Jakarta

Jackman AH, Kennedy DW. 2006; Pathophysiology of sinusitis.In Brook I, eds.

Sinusitis from microbiology to management. New York: Taylor & Francis,

109-129.

Kaplan AP dan Cauwenberge PV, 2003. Allergic Rhinitis In : GLORIA Global

Resources in Allergy Allergic Rhinitis and Allergic Conjunctivitis, Revised

Guidelines, Milwaukee, USA,P,12

Krouse JH, Marbry RL. 2003. Skin testing for Inhalant Allergy: current strategies.

Otolaryngolo Head and Neck Surgary; 129 No 4 : 34-9.

Lambrecht BN, 2001, Allergen uptake and presentation by dendritic cells. Curr Opin

Allergy Clin immunol.; 1: 51-9.

Lee KJ. 2004: Essential otolaryngology head and neck surgery. 8th ed. New York:

McGraw-Hill; p 686-8.

M. Olivieri, G. Verlato,A. Corsico, V. Lo Cascio,M. Bugiani, A. Marinoni,R. de

Marco.2002. Prevalence and features of allergic rhinitis in Italy Allergy: 57:

600–606

Matthias F. Kramer, MD; Peter Ostertag, MD; Elisabeth Pfrogner; Gerd Rasp, MD.

2000. Nasal Interleukin-5, Immunoglobulin E, Eosinophilic Cationic Protein,

and SolubleIntercellular Adhesion Molecule-1 in Chronic Sinusitis, Allergic

Rhinitis, and Nasal Polyposis,The Laryngoscope, Lippincott Williams &

Wilkins, Inc., Philadelphia, 110:1056–1062

Pallasaho P, Rönmark E, Haahtela T, Sovijärvi AR, Lundbäck B. 2006. Degree and

clinical relevance of sensitization to common allergens among adults: a

population study in Helsinki, Finland. Clin Exp Allergy. Apr;36(4):503-9

Pawarti DR. 2004. Tes Kulit dalam Diagnosis Rinitis Alergi, Media Perhati. Volume

10; no 3 :18-23

Pinheiro AD, Facer GW, Kern EB. 2001, Rinosinusitis: current concept and

management. In: Bailey BJ, Calhoun KH, Healy GB, Pillsbury HC, Johnson

JT, Tardy ME, Jackler RK eds. Head and neck surgeryotolaryngology. 3rded.

Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins: p 345-57

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

43

Pujo Hendriyanto. 2003. Hubungan antara tes tusuk kulit dengan kadar

immunoglobulin E total dan eosinofil absolute pada penderita asma bronkial

alergi di poli penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi. Semarang.

S.Fernandes. 2000. Sinusitis: Understanding the current rationale of treatment.

Medicine today;1:22-31.

Saisawat Chaiyasate MD, Kannika Roongrotwattanasiri MD, Supranee Fooanant

MD, Yupa Sumitsawan MD.2009.Key Nasal Symptoms Predicting a Positive

Skin Test inAllergic Rhinitis and Patient Characteristics According to ARIA

Classification.J Med Assoc Thai; 92 (3): 377-81 Full text. e-Journal:

http://www.mat.or.th/journal

Shusterman D, Murphy MA. 2007. Nasal hyperreactivity in allergic and non-allergic

rhinitis: a potential risk factor for non-specific building-related illness.Indoor

Air. Aug;17(4):328-33.

Siti Boedina Kresno. 2007. Penyakit Alergi dalam IMUNOLOGI : Diagnosis dan

Prosedur Laboratorium, Edisi Keempat, Cetakan ke – 3 Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Hal : 315 – 338.

Sugita, Minoru Kuribayashi, Kozo; Nakagomi, Takayuki; Miyata, Shigera;

Matsuyama, Tomohiro; Kitada, Osamu, 2003: Allergic bronchial asthma:

Airway inflammation and hyperresponsiveness. Internal Medicine (Tokyo)

42(8): 636-643

Sumarman I, 2001, patofisiologi dan prosedur diagnostic rhinitis alergi dalam :

kumpulan makalah symposium “current and approach in treatment of allergic

rhinitis” kerjasama PERHATI Jya-Bgaian THT FK UI / RSCM, Jakarta, pp.

14-18

Sutedja E, Sudigdoadi, Soebono H, Idjradinata P. 2005. Ketidakseimbangan Th-2 dan

Th-1 pada Dermatitis Atopik.Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK

UNPAD.

Takwoingi Y, Akang E, Nwaorgu G, Nwawolo C.2003. Comparing nasal secretion

eosinophil count with skinsensitivity test in allergic rhinitis in Ibadan,

Nigeria.Acta Otolaryngol;123:1070-4.

Virat Kirtsreesakul and Suwalee Ruttanaphol, 2008. The relationship between allergy

and rhinosinusitis, Rhinology, 46, 204-208

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

44

Lampiran 2

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK

RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Pernyataan Persetujuan

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Nama orangtua / wali :

Telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan dr. Novita Irawaty dan bersedia menjadi

peserta pada penelitian ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

HUBUNGAN ANTARA GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA

PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK

Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran sepenuhnya untuk turut serta dalam

penelitian tersebut.

Surakarta,..................................2014

Peserta penelitian

(.............................................)

Novita Irawaty

Peneliti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

45

Lampiran 3

STATUS PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT

PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK

di RSUD dr. Moewardi Surakarta

dr. Novita Irawaty

Nama : .................................................................................

Usia / Jenis kelamin : .................................................................................

No. rekam medis : .................................................................................

No. subjek penelitian : .................................................................................

Alamat : .................................................................................

Anamnesis

1. Keluhan yang menyebabkan penderita datang ke rumah sakit :

........................................................................................................................

2. Gejala yang dikeluhkan penderita

□ hidung tersumbat □ hidung meler

□ hidung berbau □ nyeri wajah

□ penurunan penghidu □ lendir di tenggorokan

□ hidung gatal □ bersin-bersin

□ mata gatal □ mata berair

□ sakit kepala □ batuk

□ demam □ bau mulut

□ nyeri gigi □ nyeri telinga

3. Diantara gejala-gejala tersebut yang paling berat / mengganggu?

........................................................................................................................

4. Sudah berapa lama gejala penyakit tersebut diderita?

□ > 12 bulan □ < 12 bulan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

46

5. Apakah terdapat gigi atas yang lubang?

□ ya □ tidak

6. Apakah penderita mempunyai riwayat alergi?

□ ya □ tidak

7. Apakah di keluarga penderita ada yang mempunyai riwayat alergi?

□ ya □ tidak

8. Apakah penderita saat ini sebagai perokok aktif?

□ ya □ tidak

9. Apakah penderita mempunyai riwayat darah tinggi (hipertensi)?

□ ya □ tidak

10. Apakah pasien mempunyai riwayat kencing manis (diabetes mellitus)?

□ ya □ tidak

13. Riwayat Alergi keluarga :

1. Ayah

2. Ibu

3. Ayah dan ibu

4. Saudara kandung

5. Kakek / nenek

6. Saudara ayah/ ibu

7. Tidak ada

Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah : ........ Nadi : ........

RR : ........ Suhu : ........

Pemeriksaan THT

Kanan Kiri

Telinga: Liang Telinga :

Membran timpani :

Hidung: Kavum nasi :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

47

Mukosa :

Sekret :

Konka inferior :

Konka media :

Septum nasi :

Polip :

Tenggorok :Tonsil :

Uvula :

Dinding faring :

Kavum oris :

Caries dentis :

Hasil pemeriksaan nasoendoskopi :

Hasil Pemeriksaan Radiologi Sinus Paranasal :

CT Scan ( kalau ada) Tanggal : hasil :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

48

Tes cukit kulit

Reagen dan ekstrak alergen Hasil

1.histamin

2.buffer saline

Alergen Inhalant

13. Debu rumah (house dust)

14. Campuran debu rumah (house

dander)

15. Tungau (mite culture)

16. Serpihan kulit manusia (human

dander)

17. Serbuk sari rumput (grass pollen)

18. Serbuk sari padi (rice pollen)

19. Serbuk sari jagung (corn pollen)

20. Jamur (mixed fungi)

21. Kecoa (cockroach)

22. Bulu ayam (chicken feathers)

23. Bulu anjing (dog dander)

Alergen Ingestan

1. Gandum (wheat flour)

2. Coklat (chocolate)

3. Kacang mete

4. Kopi (coffee)

5. Teh (tea)

6. Kedelai (soybean)

7. Terigu (wheat)

8. Tomat (tomato)

9. Wortel (carrot)

10. Nanas (pineapple)

11. Kacang tanah (bean)

12. Susu sapi (milk)

13. Putih telur

14. Kuning telur

15. Tongkol

16. Ayam

17. Cumi

18. Bandeng

19. Udang (shrimp)

20. Kakap

21. Kepiting (crab)

22. Kerang (cockle)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

49

Lampiran 4

Hasil Perhitungan Deskripsi Umur

Explore

Tes Cukit Kulit

Case Processing Summary

15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%

15 100,0% 0 ,0% 15 100,0%

Tes Cukit Kulit

Positif

Negatif

Umur (th)

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

50

Descriptives

31,27 3,018

24,79

37,74

30,35

31,00

136,638

11,689

18

61

43

16

1,079 ,580

1,560 1,121

40,53 2,974

34,15

46,91

40,37

40,00

132,695

11,519

22

62

40

11

,308 ,580

,066 1,121

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% Conf idence

Interv al for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Dev iation

Minimum

Maximum

Range

Interquart ile Range

Skewness

Kurtosis

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% Conf idence

Interv al for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Dev iation

Minimum

Maximum

Range

Interquart ile Range

Skewness

Kurtosis

Tes Cukit Kulit

Positif

Negatif

Umur (th)

Stat ist ic Std. Error

Tests of Normality

,160 15 ,200* ,902 15 ,102

,125 15 ,200* ,946 15 ,470

Tes Cukit Kulit

Positif

Negatif

Umur (th)

Stat ist ic df Sig. Stat ist ic df Sig.

Kolmogorov -Smirnova

Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true signif icance.*.

Lillief ors Signif icance Correctiona.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

51

T-Test

Group Statistics

15 31,27 11,689 3,018

15 40,53 11,519 2,974

Tes Cukit Kulit

Positif

Negatif

Umur (th)

N Mean Std. Dev iation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

,021

,886

-2,187 -2,187

28 27,994

,037 ,037

-9,267 -9,267

4,237 4,237

-17,947 -17,947

-,587 -,587

F

Sig.

Levene's Test f or

Equality of Variances

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean Dif ference

Std. Error Dif ference

Lower

Upper

95% Conf idence Interv al

of the Dif ference

t-test for Equality of

Means

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

Umur (th)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

52

Hasil Perhitungan Deskripsi Jenis Kelamin

Crosstabs

Case Processing Summary

30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%Jenis Kelamin *

Tes Cukit Kulit

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Jenis Kelamin * Tes Cukit Kulit Crosstabulation

9 7 16

60,0% 46,7% 53,3%

6 8 14

40,0% 53,3% 46,7%

15 15 30

100,0% 100,0% 100,0%

Count

% within Tes Cukit Kulit

Count

% within Tes Cukit Kulit

Count

% within Tes Cukit Kulit

Laki-laki

Perempuan

Jenis Kelamin

Total

Positif Negat if

Tes Cukit Kulit

Total

Chi-Square Tests

,536b 1 ,464

,134 1 ,714

,537 1 ,464

,715 ,358

,518 1 ,472

30

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

0 cells (,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00.b.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

53

Hasil Perhitungan Deskripsi Karakteristik Alergi

Crosstabs

Case Processing Summary

30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%

30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%

30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%

Aero * Tes Cukit Kulit

Non Aero * Tes Cukit Kulit

Bany ak Tes Positif * Tes Cukit Kulit

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Aero * Tes Cukit Kuli t Crosstabulation

14 0 14

93,3% ,0% 46,7%

1 15 16

6,7% 100,0% 53,3%

15 15 30

100,0% 100,0% 100,0%

Count

% within Tes Cukit Kulit

Count

% within Tes Cukit Kulit

Count

% within Tes Cukit Kulit

Positif

Negatif

Aero

Total

Positif Negatif

Tes Cukit Kulit

Total

Non Aero * Tes Cukit Kulit Crosstabulation

12 0 12

80,0% ,0% 40,0%

3 15 18

20,0% 100,0% 60,0%

15 15 30

100,0% 100,0% 100,0%

Count

% within Tes Cukit Kulit

Count

% within Tes Cukit Kulit

Count

% within Tes Cukit Kulit

Positif

Negatif

Non Aero

Total

Positif Negatif

Tes Cukit Kulit

Total

Banyak Tes Positif * Tes Cukit Kulit Crosstabulation

14 0 14

93,3% ,0% 46,7%

1 15 16

6,7% 100,0% 53,3%

15 15 30

100,0% 100,0% 100,0%

Count

% within Tes Cukit Kulit

Count

% within Tes Cukit Kulit

Count

% within Tes Cukit Kulit

>=1

0

Banyak Tes

Positif

Total

Positif Negat if

Tes Cukit Kulit

Total

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT … · 1 HUBUNGAN GEJALA KLINIK DENGAN TES CUKIT KULIT PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIK TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

54

Hasil Perhitungan Hubungan Gejala Klinis dengan Hasil Tes Cukit Kulit

Crosstabs

Case Processing Summary

30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%Diagnosis Gejala

Klinik * Tes Cukit Kulit

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Diagnosis Gejala Klinik * Tes Cukit Kulit Crosstabulation

14 7 21

93,3% 46,7% 70,0%

1 8 9

6,7% 53,3% 30,0%

15 15 30

100,0% 100,0% 100,0%

Count

% within Tes Cukit Kulit

Count

% within Tes Cukit Kulit

Count

% within Tes Cukit Kulit

Positif

Negatif

Diagnosis Gejala

Klinik

Total

Positif Negatif

Tes Cukit Kulit

Total

Chi-Square Tests

7,778b 1 ,005

5,714 1 ,017

8,576 1 ,003

,014 ,007

7,519 1 ,006

30

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,50.b.

Risk Estimate

16,000 1,656 154,595

6,000 ,922 39,026

,375 ,196 ,717

30

Odds Rat io f or Diagnosis Gejala Klinik (Posit if / Negatif )

For cohort Tes Cukit Kulit = Positif

For cohort Tes Cukit Kulit = Negatif

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Conf idence Interv al

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user