Upload
dangxuyen
View
239
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETERNAK
DOMBA DENGAN EFISIENSI USAHA DI DESA CIDOKOM
KECAMATAN RUMPIN KABUPATEN BOGOR
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
SUNARYA
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan
Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak Domba dengan Efisiensi Usaha di Desa
Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016
Sunarya
NIM D14120105
4
5
ABSTRAK
SUNARYA. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak Domba dengan
Efisiensi Usaha di Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh LUCIA CYRILLA dan SRI RAHAYU.
Usaha peternakan merupakan sub sektor penting yang mampu menopang
perekonomian masyarakat. Salah satu usaha peternakan yang banyak
dikembangkan masyarakat adalah peternakan domba. Permasalahan utama usaha
peternakan rakyat pada umumnya adalah peternak kurang efisien dalam
menjalankan usaha ternaknya, sehingga perlu diketahui karakter apa saja yang
mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik
sosial ekonomi peternak yang mampu mempengaruhi efisiensi usaha pada
peternakan domba. Penelitian ini menggunakan metode purposive random
sampling. Peubah yang diamati adalah karakteristik sosial ekonomi peternak dan
efisiensi usahanya. Metode analisis data menggunakan uji korelasi Rank
Spearman (rs). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara karakter
sosial ekonomi peternak dengan efisiensi usaha. Hubungan tersebut diantaranya
jumlah ternak berhubungan nyata dengan pengeluaran biaya produksi sebesar
0.255, pengalaman beternak berhubungan nyata dengan curahan tenaga kerja
sebesar -0.307 dan pengeluaran biaya produksi sebesar 0.395. Kepemilikan ternak
berhubungan nyata dengan pendapatan peternak yaitu sebesar 0.399.
Kata kunci: efisiensi usaha, karakter sosial ekonomi, usaha peternakan
ABSTRACT
SUNARYA. The Relations Socioeconomic Characteristic of Sheep Farmers with
Business Efficiency in the Cidokom Village, Rumpin Districk, Bogor Supervised
by LUCIA CYRILLA and SRI RAHAYU.
Animal husbandry is an important sub sector which able supporting national
economy. One farm that has been developed by the community is a sheep farm.
The main problems of traditional farm are less efficient of farmers in management
the business, so it is important to note any characters that influenced. This
research aimed to evaluate the socioeconomic characteristic of farmers which
could influence the efficiency of sheep farms business. This research used
purposive random sampling method. The parameters measured were social and
economic characteristics of farmers and business efficiency. The method of
analysis data was using rank correlation such as Rank Spearman. The results
showed that there was no correlation between social characters and economic
efficiency of sheep farms business. The relationship between amount of sheep and
production cost 0.255 were associated. Farming experience had correlation with
deals real labor -0.307 and cost production 0.395. Furthermore livestock
ownership were associated with farmers income 0.399.
Key words: animal husbandry, efficiency business, socioeconomic characteristic
6
7
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETERNAK
DOMBA DENGAN EFISIENSI USAHA DI DESA CIDOKOM
KECAMATAN RUMPIN KABUPATEN BOGOR
SUNARYA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
8
10
11
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta
alam yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Hubungan Karakteristik Sosial
Ekonomi Peternak Domba dengan Efisiensi Usaha di Desa Cidokom Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor” dengan baik. Shalawat dan salam penulis ucapkan
pada Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr Ir Lucia Cyrilla, MSi
selaku pembimbing utama dan Dr Ir Sri Rahayu, MSi selaku pembimbing kedua
yang dengan sabar telah membimbing, memberikan banyak masukan, kritik dan
sarannya dalam penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih juga kepada Dr Ir
Asnath Maria Fuah MS selaku dosen Pembimbing Akademik, Bapak Sigid
Prabowo SPt MSc selaku dosen pembahas seminar serta Dr Ir Didid Diapari, MSi
dan Muhamad Baihaqi SPt MSi selaku penguji sidang. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, Sumardi dan Ainah
atas doa–doanya yang tak pernah henti dipanjatkan, motivasi, dan dukungan
semangatnya untuk kesuksesan serta kemudahan penulis. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada teman-teman kelas Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan angkatan 49, keluarga besar Pondok Inspirasi. Penulis berharap karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak demi kemajuan ilmu
pengetahuan.
Bogor, Oktober 2016
Sunarya
12
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
PENDAHULUAN 1
Latar belakang 1
Tujuan 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Alat 2
Bahan 2
Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5
Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak Domba 7
Efisiensi Usaha Peternakan Domba Rakyat 10
Hubungan Karakter Sosial Ekonomi Peternak Domba dengan
Efisiensi Usaha pada Peternakan Rakyat 12
SIMPULAN DAN SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA 14
vi
DAFTAR TABEL
1 Data penggunaan lahan Desa Cidokom 5
2 Kondisi umum peternakan Desa Cidokom 5
3 Karakteristik sosial ekonomi peternak domba Desa Cidokom 7
4 Efisiensi usaha peternakan Desa Cidokom 10
5 Hubungan karakter sosial ekonomi peternak dengan efisien usaha 12
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Usaha peternakan merupakan sub sektor penting yang mampu menopang
perekonomian masyarakat. Usaha ini sangat potensial untuk memperoleh
pendapatan, baik perorangan maupun kelompok. Menurut BPS (2015), pertanian
dan peternakan menjadi sektor yang vital bagi masyarakat Indonesia karena
mampu menyerap tenaga kerja sebesar 15.29%. Usaha peternakan yang mudah
dan banyak dikembangkan oleh masyarakat saat ini adalah usaha peternakan
domba. Usaha ini banyak dikembangkan karena memiliki beberapa manfaat dan
sistem pemeliharaannya relatif mudah dilakukan. Beternak domba memiliki
beberapa keuntungan diantaranya adalah domba mudah beradaptasi dengan
lingkungan, domba memiliki sifat suka hidup berkelompok sehingga waktu
digembalakan tidak akan berpisah jauh dengan kelompoknya dan siklus
reproduksinya relatif singkat (Sugeng 1995).
Indonesia memiliki kekayaan ternak lokal yang cukup banyak. Badan Pusat
Statistik (2014) mencatat bahwa populasi ternak domba di Indonesia pada tahun
2013 sebanyak 14 926 000 ekor. Jumlah ini setiap tahunnya akan semakin
bertambah, seiring dengan kemajuan teknologi produksi peternakan yang semakin
berkembang. Salah satu daerah yang cukup potensial dalam mengembangkan
usaha peternakan domba adalah Kabupaten Bogor. Banyak masyarakat daerah ini
yang memilih beternak domba sebagai salah satu penghasilan usahanya, baik
sebagai pekerjaan utama ataupun hanya sekedar usaha sambilan. Populasi ternak
domba di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 adalah 203 373 ekor (Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat 2014).
Desa Cidokom merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor. Desa Cidokom termasuk wilayah dataran tinggi yang
desanya dikelilingi sebagian besar oleh hutan, sawah, dan ladang. Potensi
kekayaan alam di desa Cidokom masih alami dan belum dimanfaatkan dengan
optimal. Daerah ini termasuk daerah yang luasan ladangnya cukup luas, sehingga
menghasilkan pakan ternak yang tersedia setiap harinya. Berdasarkan letak
geografisnya, Desa Cidokom merupakan daerah yang cukup potensial dalam
mengembangkan usaha peternakan domba. Kondisi peternakan domba yang ada
di Desa Cidokom masih tergolong peternakan rakyat dengan jumlah ternak domba
rata-rata setiap rumahnya terdiri atas 3-5 ekor domba. Sistem peternakan yang
dilakukan di daerah ini masih tergolong ke dalam sistem konvensional, yaitu
sistem usaha yang dilakukan secara turun temurun dan pemeliharaannya
dilakukan secara sederhana. Selain itu pakan yang diberikan merupakan pakan
tradisional yakni pemberian pakan masih terbatas hijauan pakan ternak yang
tersedia berupa rumput-rumputan dan semak dengan sedikit atau tidak ada pakan
tambahan dan belum ada manajemen yang terarah (Sugeng 2000).
Usaha peternakan domba pada peternakan rakyat, belum terlalu
memperhatikan karakter sosial ekonomi untuk menghasilkan suatu usaha yang
lebih efisien, sehingga peternak menganggap bahwa usaha peternakan domba
masih merupakan usaha sampingan. Permasalahan utama yang ada pada
peternakan domba yaitu populasi induk produktif yang rendah, daya reproduksi,
2
dan produksi yang rendah (Kementrian Pertanian 2010). Oleh karena itu,
perhatian terhadap karakter sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap efisiensi
usaha, merupakan suatu hal yang penting untuk peternak dalam menjalankan
usahanya. Karakter sosial ekonomi ini akan mampu memberikan pemahaman
kepada peternak, sehingga usaha yang dilakukan bisa lebih efisien. Efisiensi usaha
ini terdiri atas curahan tenaga kerja, pendapatan peternak, dan pengeluaran biaya
produksi ternak.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara karakteristik
sosial ekonomi peternak domba dengan efisiensi usaha serta menganalisis
berbagai macam karakter sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi efisiensi
usahanya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini lebih difokuskan pada peternak domba rakyat yang terdapat di
Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, dan pihak-pihak yang
terkait dengan upaya peningkatan produktivitas peternakan domba rakyat.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Februari 2016
hingga April 2016 dengan tahapan persiapan selama 1 bulan dan pengumpulan
data selama 2 bulan berikutnya. Penelitian ini bertempat di Desa Cidokom
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
Alat
Alat yang digunakan antara lain kuesioner penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tentang kondisi peternakan, karakter sosial ekonomi, dan efisiensi
usahanya. Alat tulis menulis, papan jalan, dan kamera untuk dokumentasi.
Bahan
Responden
Populasi penelitian adalah seluruh peternak domba yang bertempat tinggal
di Desa Cidokom, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor yang berjumlah 190
orang. Adapun dari seluruh peternak domba tersebut, sebanyak 60 responden
3
dipilih sebagai sampel penelitian yang tersebar di Desa Cidokom Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor.
Data dan Instrumentasi Data yang diambil pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi faktor sosial ekonomi peternak domba yang terdiri
dari jumlah pemilikan ternak, pengalaman beternak, umur peternak, status
kepemilikan ternak, dan tingkat pendidikan peternak. Selain itu data primer
meliputi efisiensi usaha peternak yang terdiri dari curahan tenaga kerja,
pendapatan peternakan dan pengeluaran produksi ternak. Data primer ini diambil
melalui wawancara dan observasi langsung ke lokasi penelitian.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa kuesioner.
Adapun data sekunder diambil sebagai data pelengkap dari data primer. Data ini
diperoleh dari instansi yang berhubungan dengan penelitian. Instansi tersebut
meliputi Badan Pusat Statistik, Kantor Camat Rumpin, dan Kantor Desa Cidokom.
Prosedur
Penelitian ini dimulai dengan tahap persiapan dan pengumpulan data
sekunder tentang populasi peternak domba dan jumlah ternak domba yang ada di
Desa Cidokom. Tahap pengumpulan populasi domba ini dilakukan melalui data
monografi dan potensi desa yang terdapat di balai Desa Cidokom.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survey lapang (wawancara
dan isi kuisioner) kepada 60 warga desa yang memiliki ternak domba dengan
menggunakan metode purposive random sampling. Morissan (2012) menyatakan
bahwa metode purposive random sampling merupakan metode pemilihan sampel
yang diteliti berdasarkan pertimbangan peneliti. Metode ini dilakukan karena para
peternak tersebar merata di berbagai daerah dengan jarak yang cukup jauh,
sehingga pengambilan data menggunakan random sampling.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif diuraikan secara deskriptif melalui tabulasi frekuensi sederhana
berdasarkan jawaban dari peternak untuk menggambarkan dan menguraikan
faktor sosial ekonomi para peternak. Adapun analisis kuantitaif data primer
diuraikan melalui tabulasi data. Proses yang dilakukan adalah pemberian kode,
pemberian skor, kemudian dientri ke dalam software.
Analisis Deskriptif. Digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan
keadaan umum dari peternak domba berupa karakteristik peternak domba dan
penjelasan mengenai kondisi umum peternakan yang ada di Desa Cidokom berupa
pakan ternak, perkembangbiakan, penyakit ternak, manajemen peternakan.
Pengumpulan data dari analisis ini dilakukan melalui wawancara dengan bantuan
kuesioner. Informasi yang diperoleh dari kuesioner diolah dan disajikan dalam
bentuk tabel serta dikelompokan berdasarkan jawaban yang sama.
4
Analisis Lebar Interval. Kriteria penentuan skor pada masing-masing
variabel secara umum ditentukan dengan melihat selisih nilai minimum dan
maksimum lalu dibagi dengan jumlah kategori yang dipilih. Analisis lebar interval
digunakan untuk mencari efisiensi usaha pada peternakan domba. Efisiensi usaha
yang digunakan yaitu curahan tenaga kerja, pendapatan peternak, dan pengeluaran
atau biaya produksi. Curahan tenaga kerja dihitung berdasarkan hari orang kerja.
Semakin tinggi curahan tenaga kerja yang dilakukan maka efisiensi usaha
semakin rendah. Pendapatan peternak didapat dari nilai nominal yang diperoleh
oleh peternak. Semakin tinggi nilai nominal yang diperoleh oleh peternak, maka
efisiensi semakin tinggi dan semakin rendah nilai nominal yang didapat, maka
efisiensi usahanya semakin rendah. Pengeluaran atau biaya produksi diperoleh
dari biaya variabel yang dikeluarkan oleh peternak. Semakin tinggi biaya produksi
yang dikeluarkan, maka efisiensi usaha semakin rendah dan semakin rendah biaya
produksi yang dikeluarkan maka efisiensi usahanya semakin tinggi.
Teknik penentuan skor oleh nilai yang digunakan dalam penelitian ini
adalah memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner. Penentuan ini
dihitung berdasarkan alternatif jawaban yang akan diberikan skor sebagai berikut:
- Alternatif jawaban rendah diberi skor 1;
- Alternatif jawaban sedang diberi skor 2; dan
- Alternatif jawan tinggi diberi skor 3.
Analisis data untuk menghitung efisiensi usaha adalah menggunakan rumus
lebar interval dengan 3 kriteria yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. Menurut
Sugiyono (1999), rumus yang digunakan untuk menghitung efisiensi usaha
dengan lebar interval adalah:
ebar interval Skor tertinggi Skor terendah
umlah kelas
Analisis Korelasi. Hubungan yang diamati pada penelitian ini adalah antara
faktor sosial ekonomi peternak domba dengan efisiensi usahanya. Analisis yang
digunakan untuk mengukur hubungan antara dua jenis variabel yaitu analisis
korelasi (Nazir 2005). Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien
korelasi Rank Spearman adalah:
rs ∑ di
ni
n n
Keterangan : rs = Korelasi Rank Spearman;
n = Jumlah kasus atau sampel;
di = Selisih ranking antara variable x dan y untuk setiap subjek; dan
1 dan 6 = Angka konstan
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kondisi Umum Desa Cidokom
Desa Cidokom merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor. Batas-batas wilayah desa Cidokom antara lain di
sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cibodas, sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Ciaruten, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mekar Jaya dan sebelah
Barat berbatasan dengan Desa Gobang. Jarak Desa Cidokom ke pusat kecamatan
yaitu 11 km, ke pusat kota/kabupaten yaitu 30 km, ke pusat ibu kota provinsi yaitu
170 km dan ke Ibu Kota Negara yaitu 70 km.
Desa Cidokom merupakan daerah yang memiliki luasan wilayah yang luas.
Desa ini mengalami pemekaran menjadi dua desa yaitu Desa Cidokom dan Desa
Mekarjaya. Total luas wilayah Desa Cidokom yaitu 554 ha dan wilayah ini terbagi
dalam 7 kelompok berdasarkan status pemanfaatan dan penggunaan lahannya.
Data penggunaan lahan di wilayah Desa Cidokom disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Data penggunaan lahan Desa Cidokom
Keterangan Luas (Ha) Persentase (%)
Jalan 14 2.53
Sawah dan lading 295 53.25
Bangunan umum 3 0.54
Empang/kolam 15 2.71
Pemukiman dan perumahan 78 14.08
Pemakaman/TPU 6 1.08
Lain-lain 143 25.81
Jumlah 554 100.00 Sumber: monografi Desa Cidokom (2015)
Desa Cidokom merupakan dataran rendah dengan ketinggian 125-150 m di
atas permukaan air laut (mdpl). Suhu udara rata-rata 35 oC dengan curah hujan
sebesar 3 762 mm tahun-1
. Jumlah penduduk desa ini sebanyak 7 232 orang yang
terdiri dari 3 755 orang laki-laki dan 3 477 orang perempuan (Monografi Desa
Cidokom 2015). Jumlah masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai
peternak domba berjumlah 190 orang.
Kondisi Peternakan Domba Desa Cidokom
Peternakan yang ada di desa Cidokom Kecamatan Rumpin merupakan
peternakan rakyat yang sistem pemeliharaannya masih tergolong konvensional
dan dikembangbiakan secara turun temurun. Peternakan di desa ini termasuk
peternakan skala kecil yaitu 3-5 ekor per keluarga. Jenis domba yang dipelihara di
desa ini yaitu domba Garut. Tabel 2 merupakan gambaran umum kondisi
peternakan domba yang ada di Desa Cidokom berdasarkan penyakit,
perkembangbiakan, dan jenis pakan yang diberikan.
6
Tabel 2 Kondisi umum peternakan Desa Cidokom
Kategori Jumlah responden (orang) Persentase (%)
Penyakit
Kembung 4 6.67
Keracunan 8 13.33
Orf 1 1.67
Tidak sakit 47 78.33
Perkembangbiakan
Alami 60 100.00
Inseminasi buatan 0 0.00
Pakan
100% Rumput 49 81.67
100% Konsentrat 0 0.00
50% Rumput dan 50%
konsentrat
11 18.33
Kesehatan ternak berkaitan erat dengan manajemen pemeliharaan yang
dilakukan. Suatu peternakan yang menerapkan sistem manajemen pemeliharaan
sesuai dengan prosedur, akan menghasilkan ternak-ternak yang sehat dan
memiliki daya tahan tubuh yang kuat (Kurniawan 2010). Dalam manajemen
kesehatan ternak, upaya pencegahan merupakan tindakan terbaik, sedangkan
penanggulangan terhadap penyakit-penyakit tertentu juga diperlukan apabila
situasi dan kondisinya menuntut dilakukan tindakan tersebut.
Tingkat kesehatan ternak domba di Desa Cidokom cukup baik. Sebanyak
78.33% ternak tidak mengalami sakit. Hal ini terjadi karena sistem pemeliharaan
kandang yang baik, sehingga daya tahan tubuh ternak terhadap penyakit lebih kuat.
Penyakit timbul dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah. Menurut Blakely dan
Bade (1998) menyatakan bahwa domba mempunyai kecenderungan untuk cepat
menyerah terhadap tekanan yang dialaminya. Tekanan yang semakin tinggi
menyebabkan domba mengalami penurunan daya tahan tubuhnya. Penyakit yang
timbul pada peternakan domba di Desa Cidokom yaitu keracunan, kembung dan
orf. Keracunan sianida paling banyak terjadi diantara penyakit lainnya. Keracunan
sianida ini dikarenakan domba terlalu banyak memakan daun singkong, bahkan
kulit singkong. Kandungan sianida terdapat pada berbagai macam tanaman.
Menurut Ginting et al. (1980) Sianida merupakan racun yang terdapat pada
berbagai macam jenis tanaman, salah satunya adalah tanaman singkong. Petani di
desa ini banyak menanam singkong dan daun singkong yang ada tersebut biasanya
dijadikan sebagai pakan ternak, sehingga domba yang tidak kuat daya tahan
tubuhnya mudah terserang penyakit ini. Senyawa sianida dapat masuk dalam
tubuh melalui 3 cara yaitu lewat pernafasan, absorbsi kulit, dan saluran
pencernaan. Gejala yang ditimbulkan akibat keracunan sianida tersebut adalah
frekuensi pernafasan menjadi lebih cepat dan dalam (dyspnoe), otot-otot menjadi
gemetar dan terjadi kegagalan koordinasi otot (limbung/ataksia). Selanjutnya,
ternak meronta-ronta, jatuh dengan nafas terengah-engah yang diikuti kekejangan.
Penyakit lainnya yang diderita oleh ternak domba di Desa Cidokom yaitu
kembung sebanyak 4%. Perut kembung atau timpani adalah suatu keadaan
mengembangnya rumen akibat terisi oleh gas yang berlebihan. Hal ini terjadi
ketika esophagus mengalami sumbatan sehingga menghambat pengeluaran gas.
7
Beberapa hal yang dapat menyebabkan penyakit kembung domba adalah
memakan rumput muda atau tanaman leguminosa (kacang-kacangan), merumput
pada lahan yang baru dipupuk, makan buah terlalu banyak, memakan racun dan
ubi atau tanaman sejenis yang dapat menahan keluarnya gas dari perut
(Tomaszewska et al. 1993). Penyakit yang paling sedikit diderita oleh ternak di
Desa Cidokom yaitu orf sebanyak 1.67%.
Perkembangbiakan domba merupakan penentu keberhasilan dalam
menghasilkan keturunan selanjutnya. Perkembangbiakan domba lokal merupakan
perkembangbiakan sepanjang tahun, artinya setiap tahunnya domba dapat
menghasilkan keturunan. Menurut Williamson dan Payne (1993), bahwa domba
lokal di daerah tropik dapat kawin sepanjang tahun. Namun, hal ini memberikan
dampak pada persentase beranak cenderung rendah. Dewasa kelamin yang dicapai
domba di daerah tropik akan lebih lambat dibandingkan domba di daerah dingin.
Seiring dengan kemajuan teknologi, berbagai macam upaya dilakukan untuk
menghasilkan keturunan yang baik. Salah satunya adalah inseminasi buatan. Pada
peternakan rakyat khususnya Desa Cidokom cara perkembangbiakan seperti ini
belum banyak dilakukan. Perkembangbiakan yang dilakukan di desa ini sebanyak
100% melalui kawin alami.
Pakan merupakan faktor penting dalam usaha peternakan. Pakan memiliki
biaya yang relatif besar dari total produksi. Luasan geografis Desa Cidokom yang
sebagian besar merupakan wilayah hutan dan ladang mengakibatkan ketersediaan
rumput atau hijauan di desa ini cukup melimpah. Sebagian besar peternak di desa
ini menggunakan rumput saja sebagai pakan utama, hanya ada beberapa peternak
yang khusus memberikan rumput yang ditambah dengan konsentrat sebagai
suplemen. Sebanyak 81.67% peternak memberikan rumput tanpa tambahan pakan
lain sebagai pakan harian. Tidak adanya tambahan pakan suplemen atau
konsentrat, maka pertumbuhan bobot badan domba tidak sebaik ketika
menggunakan tambahan konsentrat. Pemberian rumput lapangan sebagai sumber
hijauan untuk domba tidak dapat meningkatkan produksi dan hanya menyokong
kebutuhan zat-zat pakan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sebanyak 18.33%
peternak memberikan pakan berupa rumput dan konsentrat. Hal ini dilakukan
karena faktor nutrisi sangat penting untuk diperhatikan serta dapat meningkatkan
pertumbuhan bobot badan secara optimal. Menurut Hadiningrum (2006) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa faktor nutrisi menjadi sangat penting dalam
peternakan artinya dalam usaha menghasilkan daging yang berkualitas baik perlu
memperhatikan faktor pakan yang baik pula.
Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak Domba
Karakteristik sosial ekonomi merupakan kondisi atau keadaan umum yang
ada pada peternak. Karakteristik sosial ini menjadi penting untuk mengukur
kemampuan peternak dalam menjalankan usahanya. Karakteristik sosial ekonomi
pada penelitian ini terdiri atas jumlah ternak, umur peternak, pengalaman beternak,
tingkat pendidikan peternak dan status kepemilikan ternak. Pada Tabel 3 disajikan
kondisi karakteristik sosial ekonomi peternak yang ada di Desa Cidokom
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
8
Tabel 3 Karakteristik sosial ekonomi peternak domba di Desa Cidokom
Karakteristik Jumlah responden Persentase (%)
Jumlah ternak
Sedikit (2-7 ekor) 50 83.33
Sedang (8-13 ekor) 8 13.33
Banyak (14-18 ekor) 2 3.33
Pengalaman beternak
Sebentar (1-3,5 tahun) 14 23.33
Sedang (3.6-10 tahun) 27 45.00
Lama (10.1-17.75 tahun) 9 15.00
Sangat lama (>17.75 tahun) 10 16.67
Umur peternak
Produktif (15-59 tahun) 49 81.67
Tidak produktif (>59 tahun) 11 18.33
Tingkat pendidikan
Tidak sekolah 9 15.00
SD 48 80.00
SMP 2 3.33
SMA 1 1.67
Status kepemilikan
Bagi hasil 24 40
Milik sendiri 36 60
Jumlah Ternak
Jumlah ternak merupakan faktor yang cukup penting dalam usaha ternak.
Pengelompokan jumlah ternak terbagi menjadi 3 kategori yaitu sedikit (2-7 ekor),
sedang (8-13 ekor) dan banyak (14-18 ekor). Kategori ini didapatkan dengan
menggunakan metode kuartil dari data yang didapatkan. Menurut Sudarmono dan
Sugeng (2000), beternak domba merupakan salah satu usaha yang dapat
diandalkan untuk meningkatkan kehidupan peternak karena keunggulannya.
Peternak yang termasuk dalam skala kecil yaitu peternak yang memiliki jumlah
ternak sebanyak 3-5 ekor per keluarga.
Jumlah ternak yang ada di Desa Cidokom masih didominasi dengan jumlah
yang masih sedikit. Peternak yang memiliki domba dengan jumlah 2-7 ekor
sebanyak 83.33%. Hal ini menunjukkan bahwa skala usaha ternak di Desa
Cidokom masih tergolong rendah karena jumlah ternaknya yang masih sedikit dan
hanya bersifat sampingan. Peternak yang memiliki jumlah ternak 8-13 ekor
sebanyak 13.33% dan peternak yang memiliki jumlah ternak 14-18 ekor sebanyak
3.33%.
Pengalaman Beternak
Pengalaman beternak merupakan lamanya waktu yang digunakan peternak
dalam mengelola peternakannya. Tingkat pengalaman beternak domba dapat
dijadikan indikator untuk melihat berapa besar kemampuan dan peluang
keberhasilan peternak dalam mengelola usaha ternak domba (Karyadi 2008).
Menurut penelitian Rahmah (2015) menyatakan bahwa pengalaman beternak
dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu sebentar (1-3.5 tahun), sedang (3.6-10
tahun), lama (10.1-17.75 tahun) dan sangat lama (>17.75 tahun).
9
Data yang dihasilkan menunjukkan bahwa kebanyakan peternak termasuk
dalam kategori berpengalaman sedang yaitu beternak selama 3.6-10 tahun.
Semakin lama pengalaman peternak dalam mengelola usahanya maka semakin
tinggi pula motivasi beternak. Motivasi sangat berpengaruh dalam meningkatkan
kinerja peternak, sehingga motivasi tersebut dapat mempengaruhi efisiensi usaha
pada peternakannya.
Umur Peternak
Umur peternak merupakan salah satu faktor penentu dalam menunjang
keberhasilan dalam usaha ternak. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2013 bahwa pengelompokan umur dibagi
menjadi 2 kategori yaitu kategori umur produktif dan kategori umur tidak
produktif. Pada negara berkembang umur produktif berkisar antara 15-59 tahun
dan umur tidak produktif yaitu lebih dari 59 tahun dan untuk negara maju umur
produktif berkisar antara 15-64 tahun.
Umur peternak yang ada di Desa Cidokom berkisar antara 23-75 tahun
dengan rata-rata 49 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 81.67%
umur peternak di desa ini masih tergolong umur produktif dalam bekerja sehingga
peternak tersebut cukup potensial untuk menjalankan usaha ternak dombanya dan
sebanyak 18.33% berada pada umur kurang produktif.
Tingkat Pendidikan Peternak
Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam proses efisiensi usaha.
Tanpa pendidikan yang memadai, maka informasi atau inovasi dunia peternakan
tidak terserap dengan baik. Tingkat pendidikan peternak diukur berdasarkan
tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh peternak sampai pada saat
penelitian dilakukan. Tingkat pendidikan diharapkan mampu meningkatkan
efisiensi usaha dalam beternak. Menurut penelitian Karyadi (2008) bahwa tingkat
pendidikan dibagi kedala 4 kategori yaitu tidak sekolah, Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tingkat
pendidikan peternak di Desa Cidokom masih tergolong rendah. Sebanyak 15%
peternak tidak pernah sekolah, sebanyak 80% peternak mengenyam pendidikan
hingga tingkat sekolah dasar dan sisanya sebanyak 5% peternak mengenyam
pendidikan pada tingkat SMP dan SMA. Tingkat pendidikan yang masih
tergolong rendah tersebut menyebabkan pengetahuan peternak juga rendah,
sehingga pengembangan usaha ternak relatif lambat. Kurangnya pendidikan atau
pengetahuan peternak juga dapat berpengaruh terhadap manajemen pemasaran,
sehingga pemasaran hasil produksinya pun sedikit.
Tingkat pendidikan formal tersebut harus diiringi dengan adanya pendidikan
non formal seperti penyuluhan dan diskusi peternakan sehingga pengetahuan
peternak semakin luas dan dapat terberdayakan dengan baik dalam mengelola
usahanya. Berdasarkan penelitian Sulistyati (2011), faktor pendidikan baik formal
maupun non formal menjadi sangat penting dalam pemberdayaaan masyarakat
pedesaan. Pemberdayaan peternak domba merupakan suatu usaha melakukan
perubahan perilaku menjadi lebih baik. Perubahan perilaku yang dilakukan
meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.
10
Status Kepemilikan Ternak
Status kepemilikan merupakan faktor penting dalam efisiensi usaha.
Kepemilikan ternak berkaitan dengan jumlah ternak dan penghasilan yang
didapatkan oleh peternak pasca panen. Kepemilikan ternak merupakan indikator
untuk melihat banyaknya ternak domba yang diusahakan oleh peternak sehingga
dapat menentukan skala usaha yang mereka lakukan (Karyadi 2008).
Kepemilikan ternak dibagi dalam 3 kategori yaitu milik sendiri, bagi hasil
atau paroan, dan milik perusahaan. Pengelompokan ini didapatkan dengan
menggunakan metode quartil dari data yang didapatkan. Berdasarkan data
penelitian didapatkan hasil yaitu sebanyak 60% ternak milik pribadi dan 40%
ternak bagi hasil. Desa Cidokom merupakan desa yang masih berkembang dalam
usaha ternaknya, sehingga belum ada ternak yang dimiliki oleh perusahaan besar.
Data tersebut menunjukkan bahwa sistem peternakan di desa ini merupakan
peternakan yang masih konvensional dan ternak yang dipelihara merupakan
turunan dari keluarganya.
Efisiensi Usaha Peternakan Domba Rakyat
Efisiensi mengacu pada bagaimana baiknya sumber daya digunakan untuk
menghasilkan suatu output. Suatu usaha dikatakan efisien apabila mampu
menghasilkan output maksimal dengan sumberdaya (input) tertentu atau
menghasilkan output tertentu dengan sumberdaya (input) minimal. Menurut
Anthony dan Govindarajan (2005), efisiensi usaha merupakan rasio output
terhadap input atau jumlah output per unit input. Efisiensi usaha ini terdiri atas
curahan tenaga kerja yang dikeluarkan, pendapatan peternak, dan jumlah biaya
produski yang dikeluarkan. Tabel 4 memperlihatkan efisiensi usaha yang ada di
Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
Tabel 4 Efisiensi usaha peternakan di Desa Cidokom
Katagori *) Jumlah responden (orang) Persentase (%)
Curahan tenaga kerja peternak
Rendah 1 1.66
Sedang 43 71.67
Tinggi 14 23.33
Pendapatan peternak
Rendah 56 93.33
Sedang 3 5.00
Tinggi 1 1.67
Pengeluaran produksi ternak
Rendah 8 13.33
Sedang 41 68.33
Tinggi 11 18.33 Keterangan: *) 0.0-1.0 = rendah, 1.1-2.0 = sedang, 2.1-3.0 = tinggi
Curahan Tenaga Kerja Peternak
Curahan tenaga kerja merupakan salah satu bagian penting dari efisiensi
usaha ternak. Curahan tenaga kerja perlu dihitung karena dapat mempengaruhi
faktor produksi ternak. Menurut penelitian Karyadi (2008) menyatakan bahwa
11
curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang
dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan. Efisiensi usaha digolongkan dalam 3 kategori yaitu rendah, sedang
dan tinggi berdasarkan perhitungan nilai kuartil. Semakin rendah curahan tenaga
kerja yang dikeluarkan maka dimasukkan dalam kategori efisien, sedangkan
semakin tinggi curahan tenaga kerja yang dikeluarkan maka usaha tersebut
termasuk usaha yang kurang efisien.
Curahan tenaga kerja di Desa Cidokom sebanyak 71.67% merupakan
curahan tenaga kerja sedang, sebanyak 23.33% merupakan curahan tenaga kerja
tinggi dan sebanyak 5% merupakan curahan tenaga kerja rendah. Data tersebut
menunjukan bahwa curahan tenaga kerja yang dikeluarkan masih belum efisien,
hanya 5% saja yang tergolong kategori efektif. Hal ini terjadi karena aktivitas
peternak cukup banyak. Aktifitas beternak biasanya dimulai sekitar jam 07.00
pagi. Aktifitas beternak yang rutin dilakukan oleh peternak antara lain mencari
pakan, memberi hijauan, sebagian memberi konsentrat, memberi air minum,
membersihkan kandang, memandikan domba, dan membersihkan kotoran domba.
Peternakan di Desa Cidokom merupakan peternakan yang konvensional yaitu
tenaga kerja yang dikeluarkan merupakan tenaga keluarga sendiri. Hasil penelitian
Kosasih (2001) menyatakan bahwa para peternak yang menjadi responden rata–
rata mempunyai 2 orang jumlah tenaga kerja yang dapat berperan dalam
pemeliharaan ternak domba, yaitu terdiri dari suami dan dibantu oleh istri dengan
rata–rata hari kerja per hari per peternak adalah selama 4–5 jam dengan waktu
paling lama adalah mencari makan.
Pendapatan Peternak
Pendapatan merupakan income atau pemasukan yang didapatkan oleh
peternak. Pendapatan usaha ternak sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak
yang dijual oleh peternak itu sendiri, sehingga semakin banyak jumlah ternak
yang dijual maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh. Usaha ternak
domba telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga peternak.
Pendapatan yang didapat oleh peternak berhubungan dengan faktor sosial
ekonomi peternaknya. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa peningkatan
pendapatan keluarga peternak domba tidak dapat dilepaskan dari cara mereka
menjalankan dan mengelola usaha ternaknya yang sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi.
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 93.33% peternak berpenghasilan
rendah yaitu kurang dari 1 juta per bulan, sebanyak 5% peternak berpenghasilan
sedang yaitu antara 1-2 juta per bulan dan hanya 1.67% peternak berpenghasilan
tinggi yaitu lebih dari 2 juta per bulan. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha
peternakan yang ada di Desa Cidokom menghasilkan pendapatan yang masih
tergolong rendah. Rendahnya pendapatan tersebut disebabkan oleh jumlah ternak
yang dipelihara masih sedikit.
Selain banyaknya jumlah ternak dalam menghasilkan pendapatan, faktor
pemasaran juga berpengaruh terhadap penghasilan yang didapat oleh peternak.
Sistem pemasaran domba yang ada di Desa Cidokom, masih menggunakan sistem
taksir yang dilakukan oleh sebagian besar tengkulak, sehingga pendapatan dari
hasil penjualan tersebut relatif rendah.
12
Pengeluaran/Biaya Produksi Ternak
Biaya produksi merupakan suatu yang dikorbankan atau dikeluarkan oleh
peternak untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Supriyono (2011)
membedakan biaya dalam 2 pengertian yang berbeda yaitu biaya dalam arti cost
yaitu jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam rangka pemilikan barang
dan jasa yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu maupun pada masa
yang akan datang dan biaya dalam arti expence yaitu biaya yang dikorbankan atau
dikonsumsi dalam rangka memperoleh pendapatan dalam suatu periode tertentu.
Zulkifli (2003) menyatakan bahwa berdasarkan volumenya, biaya dibedakan
menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Pada penelitian ini
biaya produksi yang digunakan yaitu hanya biaya variabel saja. Biaya variabel
adalah biaya yang jumlah totalnya berubah–ubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan namun biaya per unitnya tetap (Kasmir 2008). Biaya variabel
diantaranya yaitu biaya pakan, upah tenaga kerja, penyusutan kandang, obat-
obatan, vaksinasi, dan biaya-biaya lain (Siregar 2007).
Efisiensi usaha pada biaya produksi dibagi menjadi 3 kategori yaitu kategori
rendah, sedang, dan tinggi. Kategori rendah artinya biaya yang dikeluarkan oleh
peternak relatif rendah atau lebih efisien dan katagori tinggi artinya biaya
produksi yang dikeluarkan oleh peternak relatif tinggi atau kurang efisien
dibandingkan kategori lainnya. Data yang dihasilkan pada penelitian ini adalah
sebanyak 18.33% peternak mengeluarkan biaya produksi tinggi atau efisiensinya
yang rendah, sebanyak 68.33% peternak mengeluarkan biaya produksi sedang dan
sebanyak 13.33% peternak mengeluarkan biaya produksi yang rendah atau
efisiensinya yang tinggi. Data tersebut menunjukkan bahwa usaha ternak yang ada
di Desa Cidokom masih tergolong dalam skala rendah.
Hubungan Karakter Sosial Ekonomi Peternak Domba dengan
Efisiensi Usaha pada Peternakan Rakyat
Analisis Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara 2
jenis variabel, variabel tersebut yaitu karakteristik sosial ekonomi peternak domba
dengan efisiensi usaha. Hubungan karakter sosial ekonomi peternak domba
dengan efisiensi usaha akan dijelaskan pada Tabel 5.
Tabel 5 Hubungan karakter sosial ekonomi peternak dengan efisiensi usaha
Karakter sosial
ekonomi
peternak domba
Efisiensi usaha ternak
Curahan tenaga
kerja peternak
Pendapatan
peternak
Pengeluaran
biaya produksi
Total
efisiensi usaha
Rs T hit Rs T hit Rs T hit Rs T hit
Jumlah ternak 0.139 0.290 -0.119 0.365 0.255* 0.050 -0.149 0.257
Pengalaman -0.307* 0.017 0.180 0.169 0.395** 0.002 0.193 0.139
Umur 0.011 0.933 -0.043 0.743 -0.139 0.290 0.017 0.899
Pendidikan 0.089 0.501 0.084 0.523 0.036 0.784 -0.062 0.636
Kepemilikan
ternak
0.249 0.055 -0.399** 0.002 -0.229 0.079 -0.304* 0.018
Keterangan: *) berhubungan nyata (p<0.05)
**) berhubungan sangat nyata (p<0.01)
13
Karakter sosial ekonomi peternak merupakan hal yang penting dalam
pengelolaan usaha ternak domba. Dalam usaha ternak tersebut, perlu diperhatikan
efisiensi usahanya agar usaha yang dilakukan lebih efisien. Tabel 5 menunjukkan
terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi peternak dengan efisiensi usaha.
Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan jumlah ternak berhubungan nyata
dengan pengeluaran biaya produksi sebesar 0.255. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin banyak ternak yang dipelihara oleh peternak di Desa Cidokom maka
biaya produksi yang dikeluarkan semakin efisien. Wibowo et al. (2013)
menyatakan jumlah ternak yang dipelihara dapat mempengaruhi efisiensi usaha.
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 83.33% peternak memiliki domba 2-7 ekor,
artinya jumlah ternak yang ada di Desa Cidokom masih didominasi oleh peternak
dengan jumlah yang masih sedikit, sehingga biaya produksi yang dikeluarkan oleh
peternak relatif sedikit.
Pengalaman beternak domba dapat dijadikan indikator untuk melihat berapa
besar kemampuan dan peluang keberhasilan peternak dalam mengelola usaha
ternak domba (Karyadi 2008). Tabel 5 menunjukkan bahwa pengalaman beternak
berpengaruh nyata terhadap curahan tenaga kerja yang dilakukan. Uji korelasi
pada pengalaman beternak dan curahan tenaga kerja menghasilkan corelation
coefficient sebesar -0.307. Hal ini berarti peternak yang memiliki pengalaman
lebih, memiliki curahan tenaga kerja yang tidak selalu lebih efisien dibandingkan
dengan peternak yang memiliki pengalaman beternak rendah, terlihat dari tanda
negatif yang ada di depan koefisien korelasi Rank Spearman.
Pengalaman peternak juga berhubungan sangat nyata terhadap pengeluaran
biaya produksi. Hasil uji korelasi pada variabel ini sebesar 0.395 artinya terdapat
hubungan yang sangat nyata antara pengalaman beternak dengan pengeluaran
biaya produksi. Semakin tinggi tingkat pengalaman seorang peternak maka
pengeluaran atau biaya usaha ternak yang dikeluarkan semakin efisien.
Umur peternak tidak berpengaruh terhadap efisiensi usaha baik curahan
tenaga kerja, pendapatan maupun pengeluaran biaya produksi. Hal ini terjadi
karena umur yang semakin tinggi tidak mempengaruhi salah satu dari komponen
tersebut. Peternak yang usianya lebih muda bisa memiliki pengalaman beternak
lebih banyak daripada peternak yang memiliki usia tinggi, sehingga usia tersebut
tidak memiliki pengaruh terhadap efisiensi usaha ternak domba. Hal ini juga
terjadi pada tingkat pendidikan peternak. Tingkat pendidikan seorang peternak
tidak berpengaruh terhadap efisiensi usaha yang dilakukan. Pendidikan formal
yang didapatkan peternak waktu sekolah tidak memberikan dampak terhadap
usaha peternakan. Berbeda dengan pendidikan nonformal seperti pelatihan,
diskusi atau penyuluhan. Pendidikan nonformal tersebut lebih mengarah terhadap
pemberdayaan masyarakat. Menurut Rahmah (2015), pemberdayaan peternak
domba merupakan suatu usaha melakukan perubahan perilaku menjadi lebih baik.
Perubahan perilaku yang dilakukan meliputi aspek kognitif, yaitu peningkatan
pengetahuan mengenai teknis pemeliharaan domba, aspek afektif yaitu mengkaji
pemahaman bantuan domba serta aspek psikomotorik meliputi keterampilan
responden dalam beternak domba.
Kepemilikan ternak berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan peternak.
Hasil uji korelasi antara 2 variabel tersebut sebesar -0.399 artinya kedua variabel
tersebut memiliki hubungan yang negatif. Kepemilikan ternak tersebut meliputi
kepemilikan ternak pribadi, bagi hasil (maro) dan perusahaan. Hasil tersebut
14
menunjukkan bahwa kepemilikan ternak yang dimiliki sendiri maka pendapatan
yang dihasilkan tidak selalu semakin banyak, begitupun sebaliknya peternak yang
memiliki ternak dari hasil maro atau bekerja di perusahaan ternak milik orang lain
maka penghasilannya tidak lebih sedikit dari kepemilikan milik pribadi. Di Desa
Cidokom kepemilikan ternak milik pribadi hampir sama dengan kepemilikan bagi
hasil atau maro, sehingga pendapatan yang dihasilkan dari beternak domba sedikit.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sistem usaha peternakan yang ada di Desa Cidokom belum efisien. Faktor
sosial ekonomi peternak yang berhubungan nyata dengan efisiensi usaha adalah
jumlah ternak, pengalaman beternak, dan kepemilikan ternak. Faktor sosial
ekonomi yang tidak berhubungan dengan efisiensi usaha yaitu umur peternak dan
tingkat pendidikan peternak.
Saran
Efisiensi usaha dapat terbentuk dengan adanya kerjasama antara peternak,
pemerintah dan akademisi. Peternak yang ada di Desa Cidokom perlu
mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dalam hal modal dan pengembangan
usahanya. Pihak akademisi yang bekerjasama dengan pemerintah perlu
mengadakan penyuluhan atau pelatihan kepada peternak agar peternak lebih
mengetahui dan memahami tatacara beternak yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Govindarajan. 2005. Management Control System, Ed ke-11. F.X.
Kurniawan T, Krista, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat.
[BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2013.
Penduduk Usia Produktif dan Tenaga Kerja. Jakarta (ID): Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Blakely J, Bade DH. 1998. Ilmu Peternakan. Ed ke-4. Srigandono B, penerjemah.
Yogyakarta (ID): UGM Pr.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Data Sosial Ekonomi. Laporan Bulanan edisi 3
Agustus 2010. Jakarta (ID) : BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Populasi Domba di Indonesia tahun 2006-
2014. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.
[Disnak Jabar] Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2014. Statistik Peternakan.
[diunduh 2015 Juni 19] tersedia pada http:// jabar.bps.go.id/ new/ website/
pdf_publikasi/ Jawa–Barat–Dalam–Angka-2014.pdf
15
Ginting N, Indraningsih, Arifin Z. 1980. A survey the nitrate and cyanogenic of
certan Bogor West Java plant. Bull. LPPH. 12 (20): 21-49.
Hadiningrum V. 2006. Strategi pengembangan usaha ternak domba Tawakkal
farm, Dusun Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Karyadi D. 2008. Strategi pengembangan usaha peternakan domba rakyat [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta (ID):
Radjagrafindo Persada.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2010. Program Percepatan Swasembada
Daging 2014. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Peternakan.
Kosasih A. 2001. Formulasi model pengembangan agribisnis pembibitan ternak
domba di wilayah Kabupaten Sumedang [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Kurniawan D. 2010. Manajemen pemeliharaan domba ekor gemuk Di UPTD
aneka Usaha Ternak Sambirejo, Sragen [skripsi]. Surakarta (ID):
Universitas Sebelas Maret.
Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media
Group.
Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Rahmah FN. 2015. Motivasi peternak dalam meningkatkan produktivitas ternak
domba di desa lingkar kampus IPB [skripsi]. Bogor (ID: Institut Pertanian
Bogor.
Siregar. 2007. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta (Pr): UI Pr.
Sudarmono AS, Sugeng YB. 2003. Beternak Domba. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Sugeng YB. 1995. Beternak Domba. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sugeng YB. 2000. Sapi Potong. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sugiyono. 1999. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta.
Sulistyati M. 2011. Dampak proses pemberdayaan terhadap peternak domba. JIT.
11(2):92-97.
Supriyono R. 2011. Akuntasi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya serta
pengambilan keputusan. Yogyakarta (ID): BPFE.
Tomaszewska MW, Mastika IM, Djajanegara A, Gardiner S, Wiradarya TR. 1993.
Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surakarta (ID): Sebelas
Maret University Pr.
Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Ed
ke-3. Darmadja D, Djagra IB, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University Pr.
Wibowo D, Muatip K, Aunurohman H. 2013. Analisis efisiensi usaha dan
kontribusi pendapatan peternak kelinci di Kabupaten Banyumas. JIP. 1(3):
821-826
Zulkifli A. 2003. Manajemen Sistem Informasi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak pertama dari bapak Sumardi dan ibu Ainah. Penulis
memiliki 2 saudara yaitu Agung Cahyana dan Alam Firdaus. Penulis lahir di
Kuningan, 27 September 1992. Tahun 2012 penulis lulus dari MA Husnul
Khotimah dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Masuk IPB dan diterima di
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Institut Pertanian
Bogor.
Prestasi yang pernah diraih oleh penulis selama kuliah yaitu penerima
beasiswa Bidik Misi angkatan 2012, Penerima beasiswa asrama Yayasan Baitul
Maal BRI, Penerima PKM-M didanai dan Juara Favorit Bisnis Plan Nasional di
Universitas Hasanudin, Makasar. Selama kuliah penulis pernah mengikuti
organisasi kemahasiswaan sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa TPB
angkatan 2012-2013, ketua FAMM Al-An’aam 0 3-2014 dan 2014-2015. Selain
itu, penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Pendidikan Agama Islam, Asisten
Praktikum Mata Kuliah Ilmu Daging. Beberapa kepanitiaan yang pernah diikuti
oleh penulis antara lain, Ketua Komisi Penegak Kedisiplinan MPKMB 49,
Penanggungjawab TPB Cup, Badan Pengawas MPF tahun 2014 dan Koordinator
Desa Kuliah Kerja Nyata Profesi (KKN-P 2015).