Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
HUBUNGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DENGAN
SPINAL CORD INJURY DI INSTALASI RAWAT JALAN
RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO
SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
SAPTOJUNI
NIM : ST. 181047
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
2
Hubungan Kualitas Hidup Pasien Dengan Spinal Cord Injury
Di Instalasi Rawat Jalan RS. Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta
Saptojuni 1). Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep.2). Ns. Gatot Suparmanto, M.Sc.2)
1)Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
[email protected] 2)Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Abstrak
Kualitas hidup adalah persepsi seseorang dalam menghadapi kehidupan di
masyarakat. Spinal Cord Injury adalah semua cedera pada medula spinalis yang bisa
menyebabkan gangguan motorik dan sensorik bahkan menyebabkan kecacatan yang
permanen. Spinal cord injury merupakan cedera yang menimbulkan gangguan motorik
dan sensorik dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan merubah kualitas hidup pasien
maka rumusan masalahnya adalah: Adakah hubungan antara kualitas hidup dengan spinal
cord injury?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas hidup pasien
dengan Spinal Cord Injury. Penelitian deskriptif analitik pada 30 pasien yang kontrol di
Instalasi Rawat Jalan RS Ortopedi Surakarta, instrumen penelitian menggunakan
WHOQoL Breef, variabel yang diamati: kualitas hidup dan Spinal Cord Injury, analisa
data dengan koefisien korelasi Rank Spearman
Pada penelitian ini menghasilkan nilai kualitas hidup 86.6% buruk dengan 4
dimensi kualitas hidup juga buruk yaitu: dimensi kesehatan fisik 96.6% buruk, dimensi
psikologis 86.6% buruk, dimensi hubungan sosial 90% buruk dan dimensi lingkungan
86.6% buruk. Hasil penelitian untuk SCI derajat ASIA A 76.67%, derajat ASIA B
16.67%, derajat ASIA C 3.33% dan derajat ASIA D 3.33%. nilai koefisien korelasi Rank
Spearman 1.00 artinya ada hubungan sangat kuat, nilai Sig. (2–tailed) 0.025 < dari 0.05
artinya antara 2 variabel ada hubungan yang berarti, kesimpulannya adalah terdapat
hubungan antara kualitas hidup dengan Spinal Cord Injury dengan kualitas hubungan
sangat kuat.
Kata kunci: Kualitas hidup, spinal cord injury
Daftar Pustaka: 27 (2011-2019)
3
1
PENDAHULUAN
Cedera spinal atau Spinal Cord Injury
(SCI ) menurut Timothy at all (2017) adalah
semua bentuk cedera yang mengenai
medula spinalis baik yang menimbulkan
kelainan fungsi utamanya (motorik,
sensorik, otonom dan reflek) secara lengkap
atau sebagian. Berdasarkan data dari
National Spinal Cord Injury Statistical
Centre dari University of Alabama, insiden
cidera medulla spinalis diperkirakan sekitar
54 kasus per satu juta populasi di Amerika
Serikat atau 288.000 kasus per tahun.
Rumah Sakit Fatmawati Jakarta menurut
Tulaar et all (2017) angka kejadian spinal
cord injury yang tercatat dalam rekam
medis tahun 2017 adalah sejumlah 104
pasien dengan perincian 37 pasien
penyebabnya trauma dan 67 pasien dengan
penyebab non trauma.
Berdasar data rekam medis RS.
Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
pada tahun 2018 merawat pasien spinal
cord injury sejumlah 284 orang dengan
berbagai macam faktor penyebabnya.
Spinal cord injury bisa mengganggu
kualitas hidup pasien dikarenakan cedera
ini menyebabkan kelumpuhan anggota
gerak, gangguan itu biasanya berupa
gangguan pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari. Dalam penelitian Rofii dkk
(2015) menyatakan bahwa kualitas hidup
pasien dengan spinal cord injury adalah
rendah ini bisa dilihat dari nilai tiap
dimensinya, rata rata nilai kualitas hidup
untuk kesehatan unum adalah 47.55,
dimensi kesehatan fisik nilainya rata rata
11.41, dimensi psikologis nilainya rata rata
12.38, dimensi hubungan sosial sebesar
12.22 dan untuk dimensi lingkungan
sebesar 11.55.
METODOLOGI
Jenis penelitian yang akan
dilakukan merupakan penelitian deskriptif
analitik, hal ini dikarenakan penelitian ini
berusaha menganalisa hubungan antar
variabel. Rancangan penelitiannya adalah
cross sectional yaitu suatu penelitian untuk
mencari hubungan antar variabel bebas dan
variabel terikat dengan melakukan
pengukuran sesaat. Populasi adalah pasien
kontrol di Instalasi Rawat Jalan RS.
Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
Pada bulan Agustus sampai September
untuk kasus spinal cord injury sebanyak 45
kasus. Pada penelitian ini jumlah sample
30 responden yang diambil adalah pasien
spinal cord injury dengan tetraplegia dan
paraplegia .Alat pengumpul data dalam
penelitian ini adalah kuisioner World
Health Organization Quality of Life
(WHOQoL) yang dikeluarkan oleh WHO
dan checklist tentang Spinal Cord Injury
yang yang diambil dari American Spinal
Injury Association (ASIA). Analisa datanya
2
menggunakan teknik korelasi Rank
Spearman dengan tingkat kemaknaan 95%
dan taraf signifikansi p<0.05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini hasil penelitian ini:
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
1) Umur
Tabel 1.1. Karakteristik Umur
Umur Frekuensi Persentase
(%)
12-16 thn
17-25 thn
26-35 thn
36-45 thn
46-55 thn
56-65 thn
> 65 thn
Jumlah
1
4
4
4
4
10
1
30
3.3
13.3
3131
3131
3131
0232
131
322
Hasil penelitian ini didapatkan umur
56- 65 tahun sebanyak 10 orang
(33.3%). Hasil tersebut sesuai dengan
penelitian dari Middendorp dkk.
(2011) yang menyatakan bahwa dari
semua kelompok umur penduduk
angka tertinggi kasus TSCI adalah
kelompok umur tua. Sedangkan
peneliti berpendapat bahwa orang tua
lebih banyak terkena SCI dikarenakan
kelenturan persendian mengalami
kemunduran seperti berkurangnya
rentang gerak sendi.
2) Jenis Kelamin
Tabel 1. 2. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
(%)
Laki laki
Perempuan
Jumlah
19
11
30
63.3
36.6
322
Berdasarkan penelitian ini jenis
kelamin laki-laki, 56 orang (75.7%)
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang menyatakan jumlah pasien
fraktur vertebra yang berkunjung di
IGD RS.Dr.Soetomo Surabaya periode
2014-2017 , 341 pasien atau (77%)
adalah laki-laki (Widhiyanto, 2019).
Hal ini peneliti asumsikan bahwasanya
di Indonesia bahwa laki –laki adalah
menafkahi keluarganya, selain itu laki
laki mobilitas fisiknya lebih banyak
daripada wanita sehingga sering terjadi
trauma yang bisa menyebabkan
terjadinya SCI.
3) Pendidikan
Tabel 1. 3. Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase
(%)
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Pendidikan Tinggi
Jumlah
1
9
7
9
4
30
3.3
30.0
23.3
30.0
13.3
322
3
Berdasarkan hasil penelitian ini
responden yang berpendidikan SD
sebanyak 9 (30%), hal ini sesuai
dengan data dari badan pusat statistik
yang menyebutkan bahwa pada tahun
2018 tingkat pendidikan tertinggi
penduduk Indonesia usia maksimal 15
tahun keatas untuk pendidikan SD
adalah 25.63% (Badan Pusat Statistik,
2018). Peneliti berpendapat bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka semakin memiliki
pengertian tentang keselamatan
sehingga lebih hati hati dalam
beraktifitas, secara tidak langsung ini
bisa mengurangi kejadian SCI.
4) Pekerjaan
Tabel 1.4. Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase
(%)
Tidak bekerja
Buruh / tani
Wiraswasta
PNS
Jumlah
7
5
17
1
30
23.3
16.7
56.7
3.3
322
Berdasarkan hasil penelitian ini
pekerjaan wiraswasta sebanyak 17
responden (56.7%) hasil penelitian
tersebut kurang sesuai dengan data
dari Badan Pusat Statistik (2018) yang
menyampaikan data, dari seluruh
penduduk bekerja pada Februari 2018,
status pekerjaan utama yang terbanyak
adalah sebagai buruh/karyawan (38,11
persen), dari hal tersebut peneliti
berdapat bahwa wiraswasta dalam
bekerja terkadang tidak menggunakan
standar prosedur operasional sehingga
faktor keselamatan sering terabaikan,
makanya angka SCI lebih banyak pada
wiraswasta.
5) Status Pernikahan
Tabel 1.5. Status Pernikahan
Status
Pernikahan
Frekuensi Persentase
(%)
Tidak menikah
Menikah
Janda
Duda
Jumlah
7
20
2
1
30
23.3
66.7
6.7
3.3
322
Berdasarkan hasil penelitian ini status
menikah 20 responden atau (66.7%),
ini sesuai penelitian Astuti (2019) yang
menyatakan lansia yang memiliki
status perkawinan menikah atau
memiliki pasangan memiliki
kemungkinan dalam peningkatan
kualitas hidup. Pendapat peneliti dalam
hal ini bahwa pada pasien SCI
terbanyak pada orang yang sudah
menikah dikarenakan seorang yang
menikah memiliki lebih banyak
aktifitas untuk menghidupi
keluarganya.
4
6) Teman Tinggal
Tabel 1.6. Teman Tinggal
Teman
Tinggal
Frekuensi Persentase
(%)
Keluarga
Jumlah
30
30
100
322
Berdasarkan hasil penelitian ini
seluruh responden atau (100%) tinggal
bersama dengan keluarga, keluarga
adalah teman tinggal yang paling dekat
dan sangat mempengaruhi kualitas
hidup seseorang, seperti penelitian
Octaviani (2017) yang menyatakan
terdapat hubungan dukungan keluarga
dengan kualitas hidup lansia. Peneliti
mengasumsikan bahwa masyarakat
masih menganut faham makan tidak
makan asal kumpul, maka dari itu
semua yang sakit ditemani oleh
keluarga.
7) Orang yang Membantu Sehari-
hari
Tabel 1.7. Orang yang Membantu
Sehari-hari
Orang Yang
Membantu
Frekuensi Persentase
(%)
Keluarga
Jumlah
30
30
100
322
Berdasarkan hasil penelitian ini untuk
kegiatan sehari-hari, seluruh responden
atau (100%) dibantu kegiatannya oleh
keluarga, seperti penelitian Baroroh
(2012) yang menyatakan bahwa peran
keluarga sebagai care giver
memberikan pengaruh terhadap
pengelolan aktifitas pada lansia.
Peneliti berasumsi bahwa pada kasus
SCI semua masih tinggal bersama
keluarga sehingga peran keluarga
sangatlah penting untuk membantu
aktifitas hidup pasien dengan SCI.
8) Jenis Lesi Cedera
Tabel 1.8. Jenis Lesi Cedera
Jenis Lesi
Cedera
Frekuensi Persentase
(%)
Paraplegia
Tetraplegia
Jumlah
29
1
30
96.7
3.3
322
Berdasarkan hasil penelitian ini
paraplegia sebanyak 29 atau (96.7%).
Hasil tersebut tidak sesuai dengan
penelitian dari Middendorp dkk.
(2011) yang menyatakan bahwa angka
tertinggi untuk kasus TSCI adalah
incomplete tetraplegia yaitu sebesar
30.1%. Hal ini peneliti asumsikan
bahwa kasus paraplegi lebih banyak
daripada tetraplegia dikarenakan resiko
kematian lebih besar tetraplegia
sehingga hanya sedikit pasien
tetraplegia yang hidup dan kontrol di
Rumah Sakit.
9) Derajat Lesi Cedera
Tabel 1.9. Derajat Lesi Cedera
5
Derajat Lesi
Cedera
Frekuensi Persentase
(%)
Komplit
Inkomplit
Jumlah
23
7
30
33.96
32.08
322
Berdasarkan hasil penelitian ini cedera
komplit sebesar 23 responden atau
(76.7%) Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Middendorp dkk.
(2011) yang menyatakan bahwa lesi
komplit paraplegia sebesar (20.4%)
dan lesi inkomplit paraplegia sebesar
(18.5%). Hal ini peneliti asumsikan
bahwa derajat lesi komplit lebih
banyak dalam penelitian ini
dikarenakan tempat penelitian ini
adalah Rumah Sakit khusus ortopedi
sehingga apabila ada SCI yang tidak
bisa ditangani di daerah maka dirujuk
ke RS Ortopedi.
b. Kualitas Hidup
1) Kualitas Hidup
Tabel 1.10 kualitas Hidup
Quality of
Life
Frekuensi Persentase
(%)
Baik
Buruk
Jumlah
4
26
30
13.3
86.6
322
Quality of Life dalam penelitian ini 26
responden (86.6%) mempunyai
kualitas hidup yang buruk, hasil ini
sesuai dengan hasil penelitian di Nepal
menyampaikan hasil bahwa lebih dari
50% pasien cedera tulang belakang
memiliki kualitas hidup di bawah rata-
rata (Gautam dkk. 2019). Hal tersebut
dapat peneliti asumsikan bahwa
semakin buruk derajat SCI maka
semakin buruk pula kualitas hidupnya
dan SCI merupakan cedera fisik yang
paling nyata karena adanya plegia.
2) Dimensi Kesehatan Fisik
Tabel 1.11 Dimensi Kesehatan
Fisik
Dimensi
Kesehatan
Fisik
Frekuensi Persentase
(%)
Baik
Buruk
Jumlah
1
29
30
3.3
96.6
322
Berdasar penelitian ini 29 responden
(96.6%) mempunyai dimensi
kesehatan fisik buruk, hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian dari De Franca
(2013) yang menyatakan bahwa
kualitas hidup pasien dengan Spinal
Cord Injury adalah tidak memuaskan.
Peneliti berpendapat bahwa kerusakan
fisik adalah hal yang pertama kali
dirasakan oleh penderita SCI sehingga
dimensi kesehatan fisiknya menjadi
buruk.
6
3) Dimensi Psikologis
Tabel 1.12. Dimensi Psikologis
Dimensi
Psikologis
Frekuensi Persentase
(%)
Baik
Buruk
Jumlah
4
26
30
13.3
86.6
322
Berdasar penelitian ini 26 responden
(86.6%) memiliki dimensi psikologis
yang buruk, hasil ini sesuai dengan
hasil penelitian dari Rofi’i dkk (2019)
yang menyatakan bahwa rata rata nilai
Quality of Life untuk dimensi
psikologis adalah rendah. Sedangkan
menurut pendapat dari peneliti bahwa
dimensi psikologis yang buruk pada
pasien SCI lebih disebabkan koping
yang kurang efektif dalam menghadapi
keadaannya sehingga memandang
dirinya lebih buruk dari sebelum
cedera.
4) Dimensi Hubungan Sosial
Tabel 1.13. Dimensi Hubungan
Sosial
Dimensi
Hubungan
Sosial
Frekuensi Persentase
(%)
Baik
Buruk
Jumlah
3
27
30
10
90
322
Berdasar penelitian ini 27 responden
(90%) memiliki dimensi hubungan
sosial yang buruk, dimana responden
sebagian besar tidak puas dengan
hubungan orang lain, tidak puas dalam
hubungan intim dengan pasangan dan
tidak puas dengan dukungan teman-
temannya, hasil ini sesuai dengan
hasil penelitian dari Duggan (2016)
yang menyatakan bahwa mayoritas
responden dengan SCI merasakan diri
mereka kurang bahagia dan
menjelaskan penyesuaian diri mereka
terkait dengan kepribadian, hubungan
sosial yang kurang baik Asumsi dari
peneliti bahwa SCI menyebabkan
psikologis pasien terganggu karena
adanya cedera fisik yang menetap yang
mengganggu mobilitas fisiknya
sehingga pasien tidak mampu lagi
hadir dengan mudah untuk
berhubungan dengan orang lain,
hubungan sosial yang paling sering
adalah dari orang orang terdekat atau
keluarga yang selalu hadir menemani
dan memberi dukungan.
5) Dimensi Lingkungan
Tabel 1.14. Dimensi Lingkungan
Dimensi
Lingkungan
Frekuensi Persentase
(%)
Baik
Buruk
Jumlah
4
26
30
13.3
86.6
322
Berdasar penelitian ini 26 responden
(86.6%) memiliki dimensi lingkungan
7
yang buruk, dimana responden merasa
tidak aman, tidak puas dengan kondisi
lingkungan fisik tempat tinggalnya,
dan tidak puas dengan sarana
transportasi untuk beraktifitas, hasil
ini sesuai dengan hasil penelitian dari
Jan D (2016) yang menyatakan bahwa
dimensi lingkungan yang kurang baik.
Sedangkan analisa dari peneliti untuk
masalah dimensi lingkungan yang
buruk dikarenakan kondisi lingkungan
yang tidak disiapkan untuk
penyandang SCI, seperti tidak adanya
kendaraan untuk transportasi, jalan
maupun akses rekreasi. Selain itu SCI
menyebabkan mobilitas fisiknya
terganggu sehingga tidak mampu lagi
pergi dengan mudah dengan sarana
transportasi apapun sehingga
lingkungannya adalah rumahnya
sendiri.
6) Kesehatan Umum
Tabel 1.15. Kesehatan Umum
Kesehatan
umum
Frekuensi Persentase
(%)
Baik
Buruk
Jumlah
1
29
30
3.3
96.6
322
Berdasar penelitian ini 29 responden
(96.6%) mempunyai kesehatan umum
yang buruk, hasil ini sesuai dengan
hasil penelitian dari Rofi’i dkk (2019)
yang menyatakan bahwa rata rata nilai
Quality of Life untuk kesehatan umum
adalah rendah, asumsi dari peneliti
bahwa pada kesehatan umum
responden SCI nilainya buruk
dikarenakan adanya anggapan bahwa
sehat adalah mampu melakukan
kegiatan sehari hari seperti
kebanyakan orang normal, sedangkan
dalam penelitian ini respondennya
adalah pasien dengan tetraplegia dan
paraplegia yang mengalami
kelumpuhan.
c. Spinal Cord Injury
Tabel 1.16. Spinal Cord Injury
Spinal
Cord Injury
Frekuensi Persentase
(%)
Derajat A
Derajat B
Derajat C
Derajat D
Jumlah
23
5
1
1
30
76.67
16.67
3.33
3.33
322
SCI derajat ASIA A 23 responden
(76.6%), ini sesuai dengan penelitian
(Kumar, 2016). yang menyatakan
bahwa tingkat cedera yang paling
mempengaruhu kualitas hidup
seseorang adalah derajat A.Pendapat
dari peneliti bahwa semakin tinggi
derajat kerusakan SCI maka semakin
kuat hubungannya dengan kualitas
hidup seseorang karena semakin buruk
derajat SCI maka semakin besar
8
tingkat ketergantungan hidupnya
terhadap orang lain.
2. Analisis Bivariat
Tabel 2. Analisis Bivariat
Rank
Spearman
Hasil
SPSS
Tabel Ket
Koefisien
korelasi
Sig.(2tail
ed)
1.00
0.025
1.00
<0.05
Hubun
gan
sangat
kuat
Hubun
gan
signifi
kan
Berdasarkan hasil uji statistik dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan
yang sangat kuat antara Quality of Life
dengan Spinal Cord Injury, ini
dibuktikan dari hasil output SPSS uji
koefisien korelasi Rank Spearman
didapati hasil angka 1.00, artinya
hubungan antar variabel adalah sangat
kuat. Hasil ini menjawab
hipotesa penelitian bahwasanya Ho
ditolak karena nilai rs adalah (1.00 >
0), artinya bahwa ada hubungan antara
Quality of Life dengan Spinal Cord
Injury. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian dari Andersen dkk (2016)
yang menyatakan 77% dari 534
responden SCI memiliki kualitas hidup
yang buruk. Peneliti mempunyai
pendapat bahwa Quality of Life dengan
Spinal Cord Injury mempunyai
hubungan dan saling mempengaruhi
karena kualitas hidup seseorang
dikatakan baik apabila mampu
melakukan sesuatu untuk diri sendiri
dan orang lain, sedangkan pada SCI
tidak bisa melakukan sesuatu terhadap
diri sendiri karena semua fungsi gerak
tubuhnya terganggu.
SIMPULAN
1. Responden terbanyak dalam penelitian
ini adalah laki-laki dengan rentang
umur 56- 65 tahun, jenis pekerjaan
terbanyak adalah wirasuasta, status
pernikahan terbanyak responden
adalah menikah, teman tinggal dan
orang yang membantu kegiatan sehari
hari terbanyak adalah keluarga.
2. Untuk jenis lesi cedera terbanyak
adalah paraplegia dengan cedera
komplit.
3. Kualitas hidup responden yang diukur
menggunakan WHOQoL secara umum
hasilnya adalah kualitas hidup buruk.
4. Spinal Cord Injury responden
mayoritas adalah memiliki derajat
ASIA A.
5. Ada hubungan yang sangat kuat
antara kualitas hidup dengan Spinal
Cord Injury dimana korelasinya
bermakna positif yaitu apabila Spinal
Cord Injury derajatnya naik, maka
Quality of Life kualitasnya juga naik.
9
6. Dengan demikian berarti Ho ditolak,
artinya ada hubungan yang signifikan
antara kualitas hidup dengan Spinal
Cord Injury.
SARAN
1. Bagi Responden, semoga hasil
penelitian ini bisa digunakan sebagai
bahan bacaan dan referensi tentang
hubungan antara kualitas hidup dengan
Spinal Cord Injury untuk menembah
wawasan dan pengalaman tentang hal
tersebut.
2. Bagi Rumah Sakit semoga bisa
memfasilitasi pasien Spinal Cord
Injury terutama tetraplegia untuk di
antar jemput sewaktu kontrol ke
Instalasi Rawat Jalan RS. Ortopedi
Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
3. Bagi Institusi Pendidikan semoga hasil
penelitian ini bisa digunakan untuk
bahan bacaan dan referensi tentang
hubungan kualitas hidup dengan
Spinal Cord Injury.
4. Bagi Peneliti Lain, agar bisa
mengembangkan penelitian yang lebih
kompleks, penelitian lanjutan yang
berjenis korelatif, analitik ataupun
eksperimen sehingga bisa
menghasilkan suatu hasil penelitian
yang lebih variatif dan tentunya bisa
meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit pada umumnya dan mutu
pelayanan pendidikan pada khususnya.
5. Bagi Peneliti semoga bisa menjadi
awal untuk menghasilkan penelitian
yang lain dengan jenis yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aby Yazid Al Busthomy Rofi’i, Riri Maria,
Masfuri (2019) Quality of life after
spinal cord injury: An overview with
neurogenic bladder problem in
Indonesia INSC Vol 29: Enfemaria
Clinica
Agnes Dewi Astuti. 2019. Status
Perkawinan Meningkatkan Kualitas
Hidup Lansia di PSTW Sinta
Rangkang Kalimantan Tengah. Jurnal
Keperawatan dan Kesehatan
Masyarakat : Cendekia Utama.
Angela Bibiana Maria Tulaar, MD, PhD,
Muhammad Karyana, MD, MPH, Luh
Karunia Wahyuni, MD, Anitta
Florence Stans Paulus, MD,
Damayanti Tinduh, MD, Fitri
Anestherita, MD, and Grace Wangge,
MD, MSc, PhD. 2017 People with
Spinal Cord Injury in Indonesia
American Journal of Physical
Medicine & Rehabilitation
Bahrudin, M. 2016. Neurologi klinis.
Malang: UMM Press
Colette Duggan, Catherine Wilson, Lisa
DiPonio, Brad Trumpower, and
Michelle A. Meade (2016) Resilience
and Happiness After Spinal Cord
Injury: A Qualitative Study. Topics in
Spinal Cord Injury Rehabilitation:
Spring Cord Injury (SCI) in Western
10
Greece. Rehabilitation Science. Vol. 4:
Science PG.
Emma veronica hutagaol. 2016.
Peningkatan kualitas hidup pada
penderita gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa melalui
psicological intervention di unit
hemodialisa RS Royal Prima Medan
tahun 2016. Jurnal Ilmiah Peneliti
Kesehatan Vol 2. No. 1. Jakarta :
Jumantik
Fred HL. 2016. Epidemiology and Surgery
in Traumatic Cervical Spine Fractures
Faculty of Medicine University of
Oslo.
Gondowardaja, Yohanes dan Thomas
Eko Purwata. 2014. Trauma
Medula Spinalis: Patobiologi dan
Tata Laksana Medikamentosa.
Denpasar : CDK
Helmi ZN. 2011. Buku Ajar Gangguan
Muskulo Skeletal. Jakarta: Salemba
Hyeoncheol Hwang, MD. Optimal
stimulation parameters for
intraoperative bulbocavernosus reflex
in infants. Philadelphia: JNS Pediatric
Inacia Sátiro Xavier de França; Alexsandro
Silva Coura; Francisco Stélio de
Sousa; Paulo César de Almeida; Lorita
Marlena Freitag Pagliuca.. 2013.
Quality of Life (QoL) in Patients with
Spinal Cord Injury. Gaucha Enferm.
Ioannis-Alexandros Tzanos1, Athanasios
Kyriakides1, Evgenia Gkintoni2, Elias
Panagiotopoulos. 2019. Quality of Life
(QoL) of People with Spinal Cord
Injury in Western Greece.
Rehabilitation Science.
Lukas Widhiyanto, I Ketut Martiana,
Primadenny Ariesa Airlangga, Donny
Permana . 2019. Study Epidemologi
Fraktur Vertebra di RSUD DR
Soetomo Surabaya pada Tahun 3013-
2017. Surabaya: Qanun Medica
M.z.Arifin dan Jefry Henky, 2013.
Functional Independence Measure
Penderita Cedera Servikal. Bandung:
MKB.
Morgan N. Chen, Steven W. Thorpe, Joon
Y. Lee, Alexander R. Vaccaro. 2015.
Management of Traumatic Bilateral
Jumped Cervical Facet Joints in
a Patient with Incomplete Myelopathy.
US : Iknowledge
Muhammad, Nanda N, Shatri, Hamzah
Djoerban, Zubairi Abdullah, Murdani.
2017. Uji Kesahihan dan Keandalan
Kuesioner World Health Organization
Quality of Life-HIV Bref dalam
Bahasa Indonesia untuk Mengukur
Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia:
Portal Garuda.
Narinder Kumar. Bhawna Gupta. 2016.
Effect of Spinal Cord Injury on Quality
of Life of Affected Soldiers in India: A
Cross-Sectional Study. Asian
Spine Journal : PMC.
National Spinal Cord Injury Statistical
Cente. ,2017. Facts and Figures at a
Glance. Birmingham, AL: University
of Alabama.
Ning, G.Z., Yu, T.Q., Feng, S.Q, Zhow,
X.H., Ban, D.X., Liu Y. 2011.
11
Epidemiology of traumatic spinal cord
injury in Tianjin. China: Spinal Cord.
Pratiksha Gautam, Rosy Shrestha, Pratibha
Gautam, Laxmi Marasini. 2019.
Quality of Life in Patients with Spinal
Cord Injury Attending Selected
Rehabilitation Centers of Nepal.
Journal of Nepal Health Research.
Council Quality of life in patients with
spinal cord injury. Rev. Gaúcha
Enferm. vol.34 no.1 Porto Alegre
Reni Octaviani. 2017. Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Kualitas Hidup
Lansia Pasca Stroke di Wilayah Kerja
Puskesmas Gajahan Surakarta.
UMS : Skripsi.
S.R.Andersen, F Biering-Sorensen, EM
Hagen, JF Nielsen, FW Back & NB
Finnerup. 2016 Pain, spasticity and
quality of life in individuals with
traumatic spinal cord injury in
Denmark. Journal of Spine. BMC Medicin
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif.Yogyakarta:
Graha Ilmu
Sayed Zulfikar Ali Shah, Rafiullah, Syed
Mohammad Ilyas. 2017. Asseament of
the Quality of Life of Spinal Cord
Injury Patient in Peshawar. Pakistan:
JPMA.
Steven c. Crishblum MD. 2016. Patterns of
Sacral Sparing Components on
Neurologic Recovery in Newly Injured
Persons With Traumatic Spinal
CordInjury. US : American Congress
of Rehabilitation Medicin.
Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael.
2017. Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis . Edisi Kelima.
Jakarta: Sagung Seto
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta, CV
Timothy T. Robert, Garret R. Leonard,
Daniel J. Capella. 2017.
Classifications In Brief: American
Spinal Injury Association (ASIA)
Impairment Scale. US. Clinical
Orthopaedics and Related Research.