3
Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Ulee Kareng BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk dunia merupakan permasalahan global yang menghambat pembangunan. Jumlah kelahiran yang terus meningkat serta distribusi penduduk yang tidak merata sudah menjadi isu nasional terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah sudah mencanangkan program keluarga berencana (KB) untuk mengatasi masalah kependudukan ini. Di antara tugas program KB adalah mengatur jumlah anak ideal, jarak kelahiran anak yang ideal, dan usia ideal untuk melahirkan (Hernawati, 2010). Pengaturan ini juga meminimalisasi kehamilan yang tidak diinginkan seingga mengurangi angka pengguguran secara ilegal (widiyaningrum, 2010). Pengenalan metode KB berimplikasi pada maraknya penggunaan alat kontrasepsi. Pasangan yang ingin membatasi kehamilan dapat memilih berbagai macam alat kontrasepsi yang disediakan dalam program KB meliputi metode sederhana (kondom, spermisida, koitus interuptus, pantang berkala), metode efektif dengan hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk) dan metode mekanis dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (Manuaba, 2010). Prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan sperma dengan sel telur, baik dengan cara menekan

Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Kadar Gula Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Ulee Kareng

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Kadar Gula Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Ulee Kareng

Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Wanita

Usia Subur Di Puskesmas Ulee Kareng

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pertambahan penduduk dunia merupakan permasalahan global yang menghambat

pembangunan. Jumlah kelahiran yang terus meningkat serta distribusi penduduk yang tidak

merata sudah menjadi isu nasional terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

Pemerintah sudah mencanangkan program keluarga berencana (KB) untuk mengatasi

masalah kependudukan ini. Di antara tugas program KB adalah mengatur jumlah anak ideal,

jarak kelahiran anak yang ideal, dan usia ideal untuk melahirkan (Hernawati, 2010).

Pengaturan ini juga meminimalisasi kehamilan yang tidak diinginkan seingga mengurangi

angka pengguguran secara ilegal (widiyaningrum, 2010).

Pengenalan metode KB berimplikasi pada maraknya penggunaan alat kontrasepsi.

Pasangan yang ingin membatasi kehamilan dapat memilih berbagai macam alat kontrasepsi

yang disediakan dalam program KB meliputi metode sederhana (kondom, spermisida, koitus

interuptus, pantang berkala), metode efektif dengan hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk)

dan metode mekanis dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (Manuaba, 2010). Prinsip

kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan sperma dengan sel telur, baik dengan cara

menekan ovulasi, menahan masuknya sperma kedalam saluran kelamin wanita hingga

bertemu ovum, atau menghalangi nidasi (widiyaningrum, 2010).

Dalam memilih alat kontrasepsi, perlu diperhatikan kenyamanan serta pengaruhnya

terhadap kesehatan reproduksi. Salah satu hal yang menyebabkan pemakai alat kontrasepsi

menghentikan pemakaian adalah karena efek samping yang tidak menyenangkan. Meski

begitu, hingga sekarang belum ada alat kontrasepsi yang betul-betul bebas dari kegagalan,

efek samping, dan komplikasi (Qistiruqoyah, 2011).

Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan

wanita terutama di negara-negara maju. Kombinasi estrogen dan progesteron menjadi pilihan

karena estrogen saja dapat meningkatkan risiko hiperplasia endometrium (Milawati, 2012).

Namun, jenis kontrasepsi ini lebih banyak menimbulkan masalah kesehatan dibandingkan

Page 2: Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Kadar Gula Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Ulee Kareng

jenis kontrasepsi non hormonal. Efek samping yang paling sering terjadi adalah sakit kepala,

haid yang tidak teratur, serta kenaikan berat badan (Hernawati, 2010). Kandungan steroid

dalam kontrasepsi hormonal juga dapat menurunkan kadar HDL, menginduksi

hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa, serta dapat meningkatkan tekanan darah (Perseghin

et al, 2001).

Glukosa merupakan salah satu produk akhir pencernaan karbohidrat dan mewakili

sekitar 80% dari seluruh produk akhir tersebut di dalam sirkulasi darah. (Guyton, 2007).

Kadar glukosa darah diatur oleh hati dengan cara mengekstraksi glukosa, menyintesis

glikogen, dan melakukan glikogenolisis. Fungsi hati dalam pengambilan dan pelepasan

glukosa ini bergantung pada keseimbangan hormon-hormon yang dapat meningkatkan

ataupun mengurangi kadar glukosa darah (Price, 2005).

Insulin berfungsi menurunkan kadar gula darah (Price, 2005). Hormon ini membantu

pengangkutan glukosa ke dalam sel hingga 10 kali lebih cepat. Tanpa adanya insulin, jumlah

glukosa yang dapat diangkut ke dalam sel sangat sedikit sehingga tidak cukup untuk

menyediakan energi yang dibutuhkan tubuh. Kelebihan karbohidrat juga akan disimpan di

dalam hati dan otot dengan bantuan insulin. Berkurangnya sekresi insulin ataupun

menurunnya sensitivitas jaringan terhadap insulin akan meningkatkan kadar glukosa darah

dan menurunkan penggunaan glukosa oleh sel (Guyton, 2007).