76
HUBUNGAN POLA FAKULTA A ASUH OTORITATIF TERHADAP KEMA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Skripsi) Oleh SITI ROHIMAH AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019 ANDIRIAN N

HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP KEMANDIRIAN

ANAK USIA 5-6 TAHUN

(Skripsi)

Oleh

SITI ROHIMAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP KEMANDIRIAN

ANAK USIA 5-6 TAHUN

(Skripsi)

Oleh

SITI ROHIMAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP KEMANDIRIAN

ANAK USIA 5-6 TAHUN

(Skripsi)

Oleh

SITI ROHIMAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAPKEMANDIRIAN ANAK USIA 5-6 TAHUN

Oleh

SITI ROHIMAH

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemandirian anak usia 5-6

tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh

otoritatif terhadap kemandirian anak usia 5-6 tahun di pekon Sukamarga

dengan menggunakan metode kuantitatif dengan analisis data korelasi.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 51 orang tua yang mempunyai anak

usia 5-6 tahun di pekon Sukamarga, dengan menggunakan teknik

Purposive Random Sampling. Pengumpulan data pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknik kuesioner pola asuh otoritatif dan

koesioner kemandirian anak. Hasil penelitian menggunaka teknik korelasi

spearman rank menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat

antara pola asuh otoritatif terhadap kemandirian anak usia 5-6 tahun.

Kata Kunci : anak usia dini, kemandirian anak, pola asuh otoritatif.

Page 3: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

ABSTRACT

CORRELATION OF AUTORITATIVE PARENTING STYLES TO EARLYCHILD’S AUTONOMY (5-6 YEARS OLD)

By

SITI ROHIMAH

The problem in this research was the low of autonomy of children aged 5-6years old. The objectives of this research is to determine the relationship ofauthoritative parenting to early child’s autonomy(5-6 years old) in PekonSukamarga by using quantitative methods with correlation data analysis.The sample in this research amounted to 51 parents who had children aged5-6 years old in pekon sukamarga by using purposive random samplingtechnique. Data collection in this study was conducted by authoritativeparenting questionares and child’s autonomy questionares. The data wasproceed by spearman rank correlation techniques and showed that there wasa very close relationship between authoritative parenting to the autonomy ofchildren aged 5-6 years old.

Keywords: authoritative parenting, child’s autonomy, early childhood.

Page 4: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP KEMANDIRIANANAK USIA 5-6 TAHUN

Oleh

SITI ROHIMAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu PendidikanFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP KEMANDIRIANANAK USIA 5-6 TAHUN

Oleh

SITI ROHIMAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu PendidikanFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP KEMANDIRIANANAK USIA 5-6 TAHUN

Oleh

SITI ROHIMAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu PendidikanFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut
Page 6: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut
Page 7: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut
Page 8: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Siti Rohimah dilahirkan di Desa Sukamarga, Kabupaten

Lampung barat, pada 20 Desember 1997. Penulis merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Alidan dan ibu Aliya.

Penulis mengawali pendidikan di SD Negri 01 Sukamarga pada tahun

2004-2009.

Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 01 Sukamarga pada tahun 2010-

2012. Kemudian melanjutkan di Madarasah Aliyah Ringin Sari pada tahun 2013-2015.

Pada bulan September tahun 2015 sampai dengan sekarang penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD), Jurusan Ilmu

Pendidikan FKIP Universitas Lampung melalui jalur MANDIRI. Peneliti melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur dan

melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di TK Pertiwi Taman Bogo pada bulan

Juli-Agustus 2018.

Page 9: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

MOTTO

“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia

ialah menundukan diri sendiri”

( Ibu Kartini)

“Kesuksesan bukan dilihat dari hasilnya, tetapi dilihat dari prosesnya, karena hasil bisa

direkayasa dan dibeli sedangkan proses selalu jujur menggambarkan siapa diri kita sebenarnya”

(Albert Einstein)

“Cinta seorang ibu menghadirkan kedamaian dan kenyamanan sedangkan cinta seorang ayah

akan memberimu kekuatan”

(Siti Rohima)

Page 10: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim…

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada ALLAH SAW beserta

Nabi

junjungan kami Muhammad SAW dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku

kepada:

Ibuku tercinta (Aliya)

Yang menyayangi dan mencintaiku sejak aku dalam kandungannya,, memberi dukungan dan

motivasi untuk setiap langkahku untuk meraih masa depan yang lebih baik, yang selalu

mengajariku keikhlasan,ketulusan, kesederhanaan dan kerendahan hati.

Ayahku tersayang (Alidan)

Yang telah menjadi sosok seorang superhiro hebat dan kuat dalam hidupku, selalu menasehati

ketika aku melakukan kesalahan, memberi dukungan dan kasih sayang di setiap

langkahku yang mencintai dan menyayangiku sepenuh hatinya.

Adikku Tercinta (Muhamad Ari Wibowo dan Azi Santoso)

Yang selalu memberikan do’a, kasih sayang dan kebahagian, saling

mendukung.

Almamater tercinta Universitas Lampung

Sebagai tempat dalam menggali ilmu dan pengalaman,

serta menjadikanku sosok yang lebih mandiri.

Page 11: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Terhadap Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun di Pekon Sukamarga Kecamatan Suoh

Kabupaten Lampung Timur”, penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Riswandi M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas

Lampung.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Universitas

Lampung selaku dosen penguji yang telah memberikan perbaikan, pengarahan serta

saran yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

4. Ibu Ari Sofia, S. Psi., M. A., Psi., selaku Plt Ketua Program Studi S-1 PAUD FKIP

Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Akademik dan Pembimbing I, yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan kepercayaan dalam membimbing

penulis menyusun skripsi ini.

Page 12: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

iii

5. Ibu Susanthi Pradini, S. Psi., M. Psi., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, motivasi dan kepercayaan dalam membimbing penulis

menyusun skripsi ini.

6. Dosen-dosen PG-PAUD yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan dosen

FKIP Universitas Lampung, yang telah memberikan ilmu dalam membantu proses

penyelesaian skripsi ini.

7. Tomi Ari Wibowo yang selalu memberikan dukungan dan bantuan, serta dengan penuh

kesabaran mendengarkan segala keluh kesah disaat penulis merasa jenuh dan lelah

selama penyusunan skripsi.

8. Sahabat-sahabatku Nur, Wewen, Wirda, Alfi, Eka, terima kasih atas bantuan, dukungan

serta semangat dan motivasi yang kalian berikan.

9. Teman-teman seperjuangan PG-PAUD angkatan 2015 terimakasih telah membantu

menuliskan cerita selama di perkuliahan semoga kita tetap menjalin silaturahmi yang

baik.

10. Almamater tercinta yang telah memberikan kebanggaan dan semangat bagi penulis.

Bandar Lampung, 26 Juni 2019

Penulis,

Siti Rohimah

NPM 1513054028

Page 13: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viDAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viiDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. viii

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang........................................................................................... 11.2 Indentifikasi Masalah................................................................................ 91.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 91.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 91.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 91.6 Manfaat Penilitian..................................................................................... 10

II. KAJIAN PUSTAKA2.1 Anak Usia Dini.......................................................................................... 122.2 Pola Asuh Orang Tua................................................................................ 13

2.2.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua .................................................. 132.2.2 Jenis – Jenis Pola Asuh Orang Tua ............................................... 152.2.3 Pola Asuh Otoritatif........................................................................ 172.2.4 Dimensi Pola Asuh......................................................................... 192.2.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh .......................... 20

2.3 Kemandirian Anak Usia Dini................................................................... 222.3.1 Pengertian Kemandirian Anak....................................................... 222.3.2 Ciri – Ciri Kemandirian Anak ....................................................... 252.3.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak ............. 282.3.4 Menanamkan Kemandirian Pada Anak......................................... 292.3.5 Peran Orang Tua Dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak...... 302.3.6 Faktor Penghambat Kemandirian Anak........................................ 31

2.4 Penelitian Relevan .................................................................................... 332.5 Kerangka Pikir .......................................................................................... 342.6 Hipotesis penelitian................................................................................... 37

Page 14: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

v

III. METODE PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian...................................................................................... 383.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 383.3 Prosedur Penelitian ................................................................................... 393.4 Populasi Dan Sampel ................................................................................ 39

3.4.1 Populasi ........................................................................................... 393.4.2 Sampel............................................................................................. 40

3.5 Definisi Variabel ....................................................................................... 423.5.1 Definisi Konseptual Variabel X .................................................... 423.5.2 Definisi Konseptual Variable Y .................................................... 43

3.6 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 443.6.1 Kuesioner/Angket .......................................................................... 44

3.7 Instrument Penelitian ................................................................................ 453.8 Uji Instrumen ............................................................................................ 47

3.8.1 UjiValiditas ..................................................................................... 473.8.2 Uji Reliabilitas ................................................................................ 50

3.9 Teknik Analisis Data ................................................................................ 523.9.1 Interval Kategori ............................................................................ 523.9.2 Uji Hipotesis ................................................................................... 53

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1Hasil Penelitian ....................................................................................... 54

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 544.1.2 Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................... 554.1.3 Deskripsi Data Penelitian ............................................................ 564.1.4 Analisis Uji Hipotesis ................................................................. 594.1.5 Hasil Pembahasan......................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 66LAMPIRAN.............................................................................................................. 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 645.2 Saran ....................................................................................................... 64

Page 15: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Observasi Prapenelitian Di Dusun Sukamarga............................. 8

3.1 Jumlah Dusun di Pekon Sukamarga Kecamatan Suoh .......................... 40

3.2 Jumlah Dusun Yang Menjadi Sampel Penelitian ................................... 41

3.3 Kisi Instrumen Pola Asuh Otoritatif dan kemandirian ......................... 46

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Pola Asuh Otoritatif.............................. 48

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemandirian.......................................... 49

3.6 Pedoman memberikan interprestasi koefisien korelasi ....................... 53

4.1 Frekuensi Pola Asuh Otoritatif .............................................................. 57

4.2 Frekuensi Kemandirian Anak ................................................................ 58

Page 16: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir Penelitian........................................................................ 37

3.1 Rumus Korelasi Product Moment.......................................................... 47

3.2 Rumus Alfa Cronbach............................................................................. 51

3.3 Rumus Interval ....................................................................................... 52

3.4 Rumus Korelasi Spreman Rank ............................................................. 53

Page 17: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Prapenelitian..................................................................................... 70

2. Data Keluarga Berencana Pekon Sukamarga ........................................... 71

3. Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Otoritatif .................................................. 72

4. Kisi-kisi Instrumen Kemandirian.............................................................. 75

5. Kuesioner Uji Coba Penelitian.................................................................. 78

6. Rekapitulasi Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen Pola

Asuh Otoritatif ........................................................................................... 83

7. Rekapitulasi Uji Validitasdan Realibilitas Instrumen

Kemandirian Anak .................................................................................... 85

8. Kuesioner Penelitian.................................................................................. 88

9. Hasil Rekapitulasi Penelitian ................................................................... 93

10. Surat Validasi Instrumen ........................................................................ 97

11. Surat Izin Penelitian ................................................................................ 99

12. Surat Izin Prapenelitian ........................................................................... 100

13. Surat Balasan Penelitian.......................................................................... 101

Page 18: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia dini merupkan anak usia 5-6 tahun masa tersebut merupakan

proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek dalam rangka

kehidupan anak. Anak usia dini memiliki rentang usia yang sangat berharga

dibanding usia-usia selanjutnya. Periode usia dini dalam perjalanan

kehidupan manusia merupakan periode penting bagi pertumbuhan otak,

intelegensi, kepribadian, aspek perkembangannya lainnya. Artinya

terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini maka dapat

mengakibatkan terhambatnya pada masa-masa selanjutnya.

Pendidikan anak usia dini merupakan bagian dari pencapaian tujuan

pendidikan nasional. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang

menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi

kehidupan selanjutnya. Menurut Nurmalitasari (2015) menyebutkan bahwa

usia dini disebut juga sebagai tahap perkembangan kritis atau usia emas

(golden ages). Pada tahap ini sebagian besar jaringan sel-sel otak berfungsi

sebagai pengendali setiap aktivitas dan kualitas manusia.

Page 19: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

2

Menurut Musyarofah (2017) mengemukakan:

Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa peka yaitu masa

terjadinya fungsi-fungsi pematangan fisik dan psikis yang siap

merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini adalah

masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan

kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri,

disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama

Perkembangan aspek tersebut dapat disimpulkan yaitu aspek moral agama,

kognitif atau intelektual, fisik motorik, bahasa, dan sosialemosional. Semua

aspek tersebut harus dikembangkan secara berdampingan, dan memiliki

kedudukan yang sama penting dalam perkembangan anak. Apabila ada salah

satu aspek perkembangan yang tidak berkembang secara optimal maka akan

berdampak negatif bagi anak. Menurut Jahja (2011:49) salah satu yang

sangat penting dalam perkembangan anak usia dini adalah perkembangan

sosial emosional karena perkembangan sosial emosional merupakan aktivitas

yang berhubungan dengan orang lain baik teman sebaya, guru, orang tua

maupun saudara. Ketika anak berhubungan dengan orang lain terjadi

peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupannya yang dapat

membantu pembentukan kepribadianya salah satunya kemandirian.

Sofia, Vivi dan Eska (2016) juga menyebutkan dalam penelitiannya bahwa

pendapatan orang tua dan gaya pengasuhan orang tua berpengaruh terhadap

perkembangan sosial emosional anak. Gaya pengasuhan orang tua didominasi

oleh gaya pengasuhan otoritatif.

Kemandirian anak merupakan kemampuan anak dalam memenuhi

kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain, kemandirian anak sangat

Page 20: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

3

penting dikemabangkan sejak dini. Kemandirian merupakan hal yang penting

didalam kehidupan seorang anak agar nantinya dia tidak terlalu bergantung

kepada orang tuanya ataupun orang dewasa lainnya. Menurut Komala (2015)

kemandirian anak adalah suatu pembiasaan perilaku yang tercakup dalam

kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung jawab, dapat memecahkan

masalahnya sendiri, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi, mampu

mengendalikan emosi. Anak yang mandiri yakin, bila ada resiko, ia mampu

untuk menyelesaikannya tanpa bantuan dari orang lain. Pribadi yang mandiri

adalah kemampuan hidup yang utama dan salah satu kebutuhan setiap

manusia di awal usianya.

Anak meskipun usianya masih sangat muda namun diharuskan memiliki

pribadi yang mandiri. Hal ini diperlukan karena ketika anak terjun ke

lingkungan di luar rumah sudah tidak tergantung kepada orangtua. Secara

umum kemandirian bisa dilihat dari tingkah laku. Tetapi kemandirian tidak

selalu berbentuk fisik yang ditampilkan dalam tingkah laku, tetapi juga ada

dalam bentuk emosional dan sosialnya. Menurut Akhmad (2015) anak yang

mandiri akan cenderung berprestasi karena dalam menyelesaikan tugas-

tugasnya anak tidak lagi tergantung pada orang lain dan anak akan mampu

menyelesaikan masalahnya, anak akan tumbuh menjadi orang yang mampu

berpikir serius dan berusaha untuk menyelesaikan sesuatu yang menjadi

tanggung jawabnya, serta lebih percaya diri. Anak yang tidak mandiri

cenderung akan menjadi anak yang pemalu dan tidak bisa melakukan

kegiatan dengan sendiri misalnya mengerjakan tugas sekolah anak harus

Page 21: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

4

dibantu oleh orang tua dan anak masih belum bisa terlepas oleh

ketergantungan lingkungannya.

Usia dini merupakan dasar awal pembentukan perilaku. Apabila kemandirian

ditanamkan sejak dini maka anak akan dengan mudah terbiasa dan

kemandirian tersebut akan dibawa anak hingga anak dewasa kelak.

Sebaliknya jika kemandirian tidak ditanamkan oleh anak sejak usia dini maka

akan sulit bagi anak untuk mandiri di usia selanjutnya. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kemandirian menurut Cahniyo (2016) yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari emosi (Kemampuan

mengontrol emosi yang ada dalam diri nya) dan intelektual (Berhubungan

dengan kemampuan mengatasi masalah). Adapun faktor eksternal terdiri dari

lingkungan, kasih sayang, interaksi sosial, pola asuh, gen dan keturunan,

pendidikan orang tua, sistem pendidikan disekolah, jenis kelamin dan urutan

anak dalam keluarga. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

kemandirian adalah pola asuh karena di dalam pengasuhan terdapat

pembiasaan - pembiasaan yang di lakukan orang tua komunikasi/interaksi

antara orang tua dan anak dan kasih sayang.

Pola asuh orang tua sangat menentukan perkembangan anak baik dalam aspek

fisik, mental, sosial, maupun sepiritual, pada usia ini mulai di bentuk dan

diperluas perkembangan kompetensi baik kognitif, emosi maupun sosial

yang penting pada kepribadian anak selanjutnya. Pemberian stimulasi dan

pola asuh yang memadai memberikan peranan yang sangat besar pada masa

Page 22: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

5

ini. Akan tetapi apabila terjadi kesalahan dalam memberikan pola asuh

maka akan berdampak negatif bagi anak dalam perkembangan selanjutnya.

Menurut Kordi & Rozumah (2010:218) mengemukakan,

“Parenting is one of the complex tasks every parent hopes to succeed

in. For all social and educational development, the family and

parenting style plays an important role”.

Mengasuh anak adalah salah satu tugas kompleks yang diharapkan setiap

orang tua untuk keberhasilan semua perkembangan sosial dan pendidikan

anaknya. Gaya keluarga dan pola asuh memainkan peran penting bagi

perkembangan anak. Selain itu, mengasuh anak menjadi dasar sebuah

lingkungan keluarga karena tanpa pendidikan orang tua, anak tidak mungkin

untuk bisa memenuhi peran dan tugas mereka dilingkungan keluarga dan

masyarkat.

Pola asuh orangtua dapat diartikan sebagai perlakuan orangtua terhadap anak

dalam bentuk merawat, memelihara, mengajar, mendidik, membimbing,

melatih, yang terwujud dalam bentuk pendisiplinan, pemberian tauladan,

kasih sayang, hukuman, ganjaran, dan kepemimpinan dalam keluarga melalui

ucapan - ucapan dan tindakan - tindakan orang tua. Keluarga merupakan

lingkungan pertama bagi seorang anak ketika dilahirkan ke dunia karena

orang tua merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan

anaknya. Ada beberapa macam pola asuh yang digunakan orang tua dalam

mengasuh anaknya salah satunya adalah pola asuh otoritatif.

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh dimana orang tua memberikan

kebebasan kepada anak, kasih sayang dan perhatian kepada anak namun

Page 23: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

6

orang tua masih menempatkan batasan dan control atas tindakan anak.

Akhmad (2015) berpendapat dengan pola asuh demokratis/otoritatif, anak

akan mampu mengembangkan kontrol terhadap perilakunya sendiri dengan

hal-hal yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini mendorong anak untuk

mampu berdiri sendiri, bertanggung jawab dan yakin terhadap diri sendiri.

Daya kreativitasnya berkembang baik karena orang tua selalu merangsang

anaknya untuk mampu berinisiatif. Orang tua merencanakan kegiatan

keluarga untuk mempertimbangkan kebutuhan anak agar tumbuh dan

berkembang sebagai individu dan bahwa orang tua memberinya kesempatan

berbicara.

Menurut Juwariyah, Achmad & Kustiono (2019) berpendapat bahwa:

“The family is the first place for children to learn. Every parent hopes

that their children have a good attitude so that in the process of

spiritual quotient form, a child must be given good parenting since in

the early age. It is because the first education who has received the

children is from their parents”.

Keluarga adalah tempat pertama bagi anak-anak untuk mendapatkan

pengetahuan. Konsep pendidikan anak usia dini dalam keluarga adalah

pendidikan pertama anak-anak. Karena itu keluarga harus bertindak sebagai

tutor mereka untuk menjadikan mereka orang yang berkualitas tinggi dan

tumbuh pada tahap usia mereka. Keluarga merupakan lingkungan utama

dalam pembentukan kepribadian anak usia dini. Masa - masa awal

pertumbuhannya lebih banyak dihabiskan di dalam lingkungan keluarga

terutama kedua orang tua. Maka di dalam keluargalah seorang anak

mengalami proses pendidikan yang pertama dan utama. Pendidikan anak usia

dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh

Page 24: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

7

pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, pembiasaan dan

pendidikan pada anak dengan menciptakan lingkungan dimana anak dapat

mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk

mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari

lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang

berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan

kecerdasan anak. Sehingga peran orang dalam lingkungan sekitarnya

termasuk teman sebaya merupakan tempat yang ikut andil dalam

pembentukan kepribadian anak.

Kenyataannya masih banyak orang tua kurang memberikan dorongan agar

anaknya mandiri, orang tua membantu kegiatan anak-anaknya dalam

kegiatan sehari - hari misal dalam kegiatan makan, memakai sepatu, orang tua

masih mengambilkan makan untuk anaknya, orang tua yang mengerjakan

tugas sekolah, membereskan mainannya, memakaikan baju, mandi walaupun

terkadang anak sudah bisa melakukannya sendiri, sehingga membuat anak

selalu tergantung kepada orang tua dalam kegiatannya. Oleh karena itu,

orangtua harus mampu menanamkan pendidikan yang baik dan benar kepada

anak sejak usia dini, agar perkembangan perilaku anak selanjutnya dapat

mencerminkan kepribadian yang diharapakan dan dibiasakan dalam

kehidupan sehari - hari, dan anak dapat bertanggung jawab atas tugasnya

sendiri tanpa bantuan orang lain.

Page 25: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

8

Tabel 1.1 Hasil Observasi Prapenelitian Di Dusun Sukamarga Kec. Suoh

Lampung Barat

Usia anak :5-6 tahun

Dimensi Kemandirian

Presentase Tingkat

Kemandirian (%)

BB MB BSH BSB

Kemampuan anak dalam memenuhi

kebutuhannya sendiri 20 70 10 0

Kemampuan anak dalam menunjukan

rasa keyakinan pada dirinya 10 30 60 0

Kemampuan anak dalam mengikuti

peraturan 20 50 20 10

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 25 September - 3

Oktober kepada orang tua dan anak mayoritas di kedua dusun yang telah di

observasi yaitu di dusun Sukamarga dan Sugimukti masih banyak anak yang

kurang mandiri, anak tidak bisa mengerjakan sesuatunya sendiri tanpa

bantuan ibunya, misalnya anak tidak mau membereskan mainanya sendiri,

anak kurang percaya diri, anak kurang bisa menentukan pilihanya, anak di

ambilkan makananya saat hendak makan, anak selalu meminta bantuan saat

mengerjakan tugas dan masih banyak anak yang tidak mau mandi jika tidak

di mandikan ibunya dan masih ada beberapa orang tua yang menghukum

anak dan menggunakan nada tinggi.

Sehubungan dengan masalah di atas, pengasuhan menjadi suatu hal yang

sangat penting bagi kemandirian seorang anak karena lingkungan yang

pertama bagi seorang anak adalah keluarga terutama kedua orang tua.

Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui “ Hubungan pola asuh otoritatif

terhadap kemandirian anak usia 5-6 ”.

Page 26: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

9

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Masih banyak orang tua yang menerapkan pola asuh yang tidak

membiasakan anak untuk mandiri.

2. Orang tua seringkali membantu bahkan selalu mengambil alih tugas-tugas

yang seharusnya di lakukan oleh anak.

3. Masih ditemukannya anak yang sangat tergantung kepada orang tuanya

dalam menyelesaikan tugas sehari hari misal memakai baju, mandi,

makan dll.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dan meluas makan peneliti membatasi

masalah yaitu :

1. Pola asuh otoritatif.

2. Kemandirian anak usia 5-6 tahun

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah di paparkan maka di

dapatkan rumusan masalah yaitu : Adakah hubungan antara pola asuh

otoritatif terhadap kemandirian anak usia 5-6 tahun?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan

pola asuh otoritatif terhadap kemandirian anak usia 5-6 tahun.

Page 27: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

10

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini terdiri dari:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu:

a. Hasil penelitian ini diharapakan mampu memberian informasi

mengenai hubungan pola asuh otoritatif terhadap kemandirian anak

usia 5 - 6 tahun.

b. Sebagai tambahan pengetahuan keilmuan tentang bagaimana pola

asuh yang baik bagi anak dalam mengembangkan kemandirian.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu:

a. Peneliti Lain

Data dan informasi dari penelitian tentang gambaran mengenai

hubungan pola asuh otoritatif terhadap kemandirian anak usia 5 - 6

tahun ini diharapkan dapat memperoleh informasi yang bermanfaat

bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

b. Orang tua

Penelitian ini diharapkan orang tua dapat memberikan pola asuh yang

tepat untuk meningkatkan kemandirian seorang anak. Selain itu

penelitian ini diharapakan memberikan wawasan kepada orang tua

untuk mempertimbangkan dalam menentukan langkah - langkah

inovatif dalam mengembangkan kemandirian anak.

Page 28: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

11

c. Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pedoman sekolah

dalam mengelola pembelajaran dilembaga pendidikan yang

dipimpinnya.

Page 29: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Anak Usia Dini

Usia dini merupakan pembentukan awal anak. Pada masa perkembangan

yang berkembang sangat pesat dibandingkan dengan usia-usia selanjutnya.

Pengertian anak usia dini itu sendiri menurut NAEYC (nasional Association

for the education of young children) dalam Nuraini (2010:3) adalah sebagai

berikut:

Anak yang berusia 0 - 8 tahun yang mendapatkan layanan pendidikan di

taman penitipan anak, penitipan anak dalam keluarga (family chaild

care home) pendidikan prasekolah baik negeri maupun swasta (TK) dan

sekolah dasar (SD).

Sedangkan Musthafa (2007:35) Anak usia dini merupakan anak yang berada

pada rentang usia antara satu hingga lima tahun.

Pengertian ini di dasarkan pada batasan pada psikologi perkembangan

yang meliputi bayi (infancy atau babyhood) berusia 0 - 1 tahun, usia

dini (early childhood) berusia 1 - 5 tahun, masa anak-anak akhir (late

childhood), berusia 6 - 12 tahun.

Berbeda halnya dengan Subdirektorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

yang membatasi pengertian istilah usia dini pada anak uisa 0 - 6 tahun, yakni

hingga anak menyelesaikan masa taman kanak-kanak dalam Susanto (2017:1)

sebagai berikut:

Page 30: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

13

Hal ini berarti menunjukan bahwa anak-anak yang masih dalam

pengasuhan orang tua, anak-anak yang berada dalam Taman Penitipan

Anak (TPA), Kelompok Bermain (Play Group), dan Taman Kanak-

kanak (TK) merupakan cakupan definisi tersebut.

Menurut Mulyasa (2014:16) berpendapat bahwa :

Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan

sebagai lompatan perkembangan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah di sampaikan dapat disimpulkn

bahwa anak usia dini adalah anak usia nol sampai delapan tahun dan

merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini

memiliki retang usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya,

karena perkembangan kecerdasannya sangat luar biasa. Usia tersebut

merupakan fase kehidupan yang unik dan berada pada masa proses perubahan

berupa pertumbuhan, perkembangan, pematangan, dan penyempurnaan baik

aspek jasmani maupun rohaninya yang berlangsung seumur hidup bertahap

dan berkesinambungan.

2.2 Pola Asuh Orang Tua

2.2.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua merupakan bagaimana orang tua memperlakukan

anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi

anak dalam mencapai proses kedewasaan. Menurut Ebi (2017:51-52)

pola asuh menurut kamus besar Bahasa Indonesia merupakan suatu

bentuk struktur sistem dalam menjaga, merawat, mendidik, dan

membimbing anak. Dilihat dari segi bahasa terdiri dari kata “pola“ dan

“asuh”. ”Pola” berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang

Page 31: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

14

tetap). Sedangkan kata ”asuh” mengandung arti menjaga, merawat,

mendidik anak agar dapat berdiri sendiri.

Menurut Baumrind dalam Santrock (2011:101) pola asuh orang tua

merupakan sebuah pengasuhan dimana orang tua tidak boleh

menghukum anak atau menjauhi anak secara fisik, melainkan mereka

harus mengembangkan peraturan untuk anak-anak dan memberikan

kasih sayang terhadap mereka. Menurut Baumrind gaya pengasuhan

yang memadukan penghargaan terhadap individu seorang anak akan

membentuk nilai sosial anak secara perlahan dan ia membagi 4 jenis

pengasuhan yaitu pengasuhan Otoriter (authoritarian parenting),

pengasuhan Otoritatif (authoritative parenting), pengasuhan lalai

(neglectful parenting), pengasuhan permisif (Indulgent parenting).

Pola asuh orang tua sangat memiliki pengaruh yang sangat besar bagi

perkembangan dan pertumbuhan anak. Bahkan pola asuh dapat

menentukan apakah perkembangan dan pertumbuhan anak berjalan

dengan baik atau tidak. Apakah kelak anak menjadi pribadi yang manja,

kasar, mandiri, egois, pintar, ataupun memilki sikap empati tergantung

pada bagaimana pola asuh orangtuanya. Secara garis besar pola asuh

adalah suatu proses kegiatan yang menunjukkan terjadinya interaksi

antara anak dan pengasuh, dalam proses tersebut terdapat kegiatan

membimbing, mendidik, menjaga serta merawat anak untuk menjadi

sosok dewasa yang diharapkan oleh orangtua.

Page 32: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

15

2.2.2 Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua

Orang tua adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya sehingga orang

tua harus memberikan control dan menerapkan aturan-aturan kepada

anak orang tua juga harus memberikan anak kasih sayang dan

perhatian. Dalam pola asuh sendiri ada beberapa jenis pola asuh yang

dipakai orang tua dalam penerapannya dikehidupan sehari-hari.

Baumrind dalam Santrock (2011:102-103) menggambarkan empat jenis

gaya pengasuhan yaitu:

1. Pengasuhan Otoriter (authoritarian parenting) adalah gaya

pengasuhan yang membatasi dan menghukum ketika orang tua

memaksa anak - anak untuk mengikuti arahan mereka dan

menghormati pekerjaan serta upaya mereka. Orang tua otoriter

menempatkan batasan - batasan dan kontrol yang tegas pada anak

dan memungkinkan sedikit pertukaran verbal. Anak - anak dari

orang tua yang otoriter sering tidak bahagia, takut, dan ingin

membandingkan dirnya dengan orang lain; gagal, memiliki

kemampuan komunikasi lemah dan agresif.

2. Pengasuhan Otoritatif (authoritative parenting) pola asuh ini

mendorong anak-anak untuk menjadi mandiri, tetapi masih

menempatkan batasan-batasan dan control atas tindakan mereka.

Mereka tetap memberi kehangatan, bimbingan dan komunikasi dua

arah. Orang tua yang otoritatif dapat memeluk anak dengan cara

menghibur. Anak - anak yang orangtuanya otoritatif sering gembira,

Page 33: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

16

terkendali dan mandiri, serta berorientasi pada prestasi, mereka

cenderung memelihara hubungan yang bersahabat dengan teman

sebaya, bekerjasama dengan orang dewasa, dan dapat menangani

stres dengan baik.

3. Pengasuhan lalai (neglectful parenting) merupakan gaya pengasuhan

orang tua yang sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-

anak tersebut cenderung tidak kompeten secara rasional, kurang

mandiri. Mereka sering memiliki harga diri yang rendah, tidak

matang setra mungkin terasing dari keluarga. Pada masa remaja,

mereka mungkin menunjukan pola pembolosan dan kenakalan.

4. Pengasuhan permisif (Indulgent parenting) merupakan gaya

pengasuhan ketika orang tua sangat terlibat dengan anak-anak

mereka, tetapi menempatkan beberapa tuntutan atau control atas

mereka. Orang tua seperti ini membiarkan anak-anak mereka

melakukan apa yang mereka inginkan. Hasilnya adalah bahwa anak-

anak tidak pernah belajar untuk mengendalikan prilaku mereka

sendiri dan selalu mengharapkan untuk mendapatkan keinginan

mereka. Beberapa orang tua sengaja membesarkan anak-anak

mereka dengan cara ini karena mereka percaya kombinasi dari

keterlibatan hangat dan beberapa batasan akan menghasilkan anak

yang kreatif dan percaya diri. Namun anak-anak yang orang tuanya

permisif jarang belajar untuk menghormati orang lain dan

mengalami kesulitan mengendalikan prilaku mereka. Mereka

Page 34: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

17

cenderung egoisentrime, patuh dan kesulitan dalam hubungan teman

sebaya.

Berdasarkan penjelasan jenis - jenis pola asuh diatas dapat

disimpulkan bahwa menurut baumrind pengasuhan yang dapat

mengembangkan kemandirian pada anak adalah pegasuhan otoritatif

karena didalam pengasuhan ini komunikasi orang tua dan anak

terjadi dua arah dan orang tua mendorong anaknya untuk mandiri

dengan kehangatan yang diberikan orang tua. Anak-anak dengan

pengasuhan otoritatif cenderung percaya diri, bertanggung jawab dan

memiliki kemandirian berbeda halnya dengan pengasuhan yang

otoriter dan permisif, anak-anak cenderung merasa takut, pemalu dan

memiliki tingkat kemandirian dan tanggung jawab sosial yang

rendah.

2.2.3 Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh otoritatif yaitu pola asuh dimana orang tua sangat terbuka

dalam mendengarkan pendapat anak, keinginan dan harapan anak.

Peraturan yang ada didalam keluarga biasanya dibentuk sesuai

kesepakatan bersama antara orang tua dan anak. Menurut Baumrind

dalam Santrock (2011:102-103) Pengasuhan Otoritatif (authoritative

parenting) merupakan pola asuh yang mendorong anak-anak untuk

menjadi mandiri, tetapi masih menempatkan batasan - batasan dan

control atas tindakan mereka, namun mereka tetap memberi

kehangatan, bimbingan dan komunikasi dua arah.

Page 35: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

18

Baumrind (Casmini,2007:51) menyatakan bahwa pola asuh yang ideal

untuk perkembangan anak yaitu pola asuh otoritatif. Hal ini

dikarenakan:

1. Orang tua otoritatif memberi keseimbangan antara pembatasan dan

kebebasan, di satu sisi memberi kesempatan pengembangan percaya

diri, sedangkan di sisi lain mengatur standar, batasan serta petunjuk

bagi anak. Keluarga otoritatif lebih dapat menyesuaikan dengan

tahapan baru dari siklus keluarga.

2. Orang tua otoritatif luwes dalam mengasuh anak, mereka

membentuk dan menyesuaikan tuntutan dan harapan yang sesuai

dengan perubahan kebutuhan dan kompetensi anaknya.

3. Orang tua otoritatif lebih suka memberi anak kebebasan yang

bertahap.

4. Orang tua otoritatif lebih suka mendorong anak dalam perbincangan,

hal ini dapat mendukung perkembangan intelektual yang merupakan

dasar penting bagi perkembangan kompetensi sosial.

5. Diskusi dalam keluarga tentang pengambilan keputusan, aturan dan

harapan yang diterangkan dapat membantu anak memahami sistem

sosial dan hubungan sosial.

6. Keluarga otoritatif dapat memberi stimulasi pemikiran pada anak.

7. Orang tua otoritatif mengkombinasikan kontrol seimbang dengan

kehangatan. Sehingga anak mengidentifikasi orang tuanya. Pada

umumnya yang memperlakukan kita penuh kehangatan dan kasih

sayang.

8. Anak yang tumbuh dengan kehangatan orang tua akan mengarahkan

diri dengan meniru orang tuanya kemudian memperlihatkan

kecenderungan yang serupa.

9. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga otoritatif akan meneruskan

praktek pengasuhan yang otoritatif pula. Anak bertanggung jawab,

dapat mengarahkan diri, memiliki rasa ingin tahu dan memiliki

ketenangan diri mencerminkan adanya kehangatan dalam keluarga,

pemberian petunjuk yang luwes.

10. Orang tua merasa nyaman berada di sekitar anak yang

bertanggungjawab dan bebas, sehingga mereka memperlakukan anak

remaja lebih hangat, sebaliknya anak remaja yang berulah akan

membuat orang tuanya tidak berpikir panjang, tidak sabar, dan

berjarak.

Page 36: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

19

Menurut Baumrind (Santrock,2007:168) juga mengemukakan bahwa

pengasuhan otoritatif merupakan pola asuh yang efektif untuk

diterapkan pada anak. Berikut alasannya:

1. Orang tua yang otoritatif merupakan keseimbangan yang tepat antara

kendali dan otonomi. Sehingga memberi kesempatan anak untuk

membentuk kemandirian dan memberikan standar, batas, dan

panduan yang dibutuhkan anak.

2. Orang tua yang otoritatif lebih cenderung melibatkan anak dalam

kegiatan memberi dan menerima secara verbal dan memperbolehkan

anak mengutarakan pandangan mereka.

3. Kehangatan dan keterlibatan orang tua yang diberikan oleh orang tua

yang otoritatif membuat anak lebih bisa menerima pengaruh orang

tua.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa pola

asuh otoritatif merupakan pola asuh yang melibatkan kombinasi antara

penerimaan dan tuntutan dari orang tua. Pola asuh otoritatif menerapkan

keseimbangan antara kendali dan otonomi, sehingga memberi anak

kesempatan untuk memberntuk kemandirian, sembari memberi panduan

standar, dan batas yang dibutuhkan oleh anak.

2.2.4 Dimensi Pola Asuh

Setiap orang tua akan memberikan pola asuh yang berbeda beda dalam

mengasuh anaknya. Menurut Baumrind dalam Respati, dkk (2006:128)

ada dua dimensi besar yang menjadi dasar dari kecenderungan jenis

pola asuh orang tua, yaitu:

1. Responsiveness atau tanggapan

Dimensi berkenaan dengan sikap orang tua yang menerima, penuh

kasih sayang, memahami, mau mendengarkan, berorientasi pada

kebutuhan anak, dan sering memberikan pujian. Pada keluarga yang

Page 37: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

20

orang tua nya menerima dan tanggap dengan anak – anak, sering

terjadi diskusi terbuka dan sering terjadi proses memberi dan

menerima, seperti saling mengekspresikan kasih sayang dan simpati.

2. Demandingness atau tuntutan

Kasih sayang dari orang tua tidaklah cukup untuk mengarahkan

perkembangan sosial anak secara positif. Kontrol orang tua

dibutuhkan untuk mengembangkan anak agar menjadi individu

kompeten, baik secara sosial maupun intelektual. Ada orang tua yang

membuat standar tinggi untuk anak dan mereka menuntut agar

standar tersebut dipenuhi anak (demanding). Namun ada juga orang

tua menuntut sangat sedikit dan jarang sekali berusaha untuk

mempengaruhi tingkah laku anak (undemanding).

2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua

diantaranya menurut pendapat Tridhonanto (2014:24-28) ada beberapa

faktor yang mempengaruhi gaya pengasuhan orang tua, yaitu:

1. Usia orang tua

Menikah terlalu muda atau tua, tidak akan dapat menjalankan peran-

peran secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan

psikososial.

2. Keterlibatan orang tua

Kedekatan ibu dan anak sama pentingnya dengan kedekatan ayah

dan anak walaupun secara kodrati akan ada perbedaan, tetapi tidak

mengurangi makna penting dalam hubungan tersebut.

3. Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua akan mempengaruhi dalam

menjalankan pengasuhan. Supaya lebih siap dalam menjalankan

peranya, orang tua terlibat aktif dalam upaya pendidikan anak,

mengamati sesuatu yang berorientasi pada masalah anak, menjaga

Page 38: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

21

kesehatan anak, serta menyediakan waktu untuk anak dan memantau

perkembanganya.

4. Pengalaman dalam mengasuh anak

Hasil penelitian menunjukan bahwa orang tua yang telah

berpengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap

menjalankan peran pengasuhan.

5. Stress orang tua

Stress yang dialami orang tua akan berpengaruh terhadap

kemampuan orang tua dalam mengasuh anak, terutama dalam

strategi menghadapi masalah yang dialami anak.

6. Hubungan suami istri

Hubungan yang kurang harmonis suami istri akan berpengaruh

dalam menjalankan peranya sebagai orang tua dalam merawat dan

mengasuh anak.

Menurut Soekanto (2004:43) secara garis besar menyebutkan bahwa

ada dua faktor yang mempengaruhi dalam pengasuhan seseorang yaitu

faktor eksternal serta faktor internal. Faktor eksternal adalah lingkungan

sosial dan lingkungan fisik serta lingkungan kerja orang tua

sedangkan faktor internal adalah model pengasuhan yang pernah

didapat sebelumnya. Secara lebih lanjut pembahasan faktor-faktor

yang ikut berpengaruh dalam pola pengasuhan orang tua adalah :

1. Lingkungan sosial dan fisik tempat dimana keluarga itu tinggal.

Apabila suatu keluarga tinggal dilingkungan yang otoritas

penduduknya berpendidikan rendah serta tingkat sopan santun yang

rendah, maka anak dapat dengan mudah juga ikut terpengaruh.

2. Model pola pengasuhan yang didapat oleh orang tua sebelumnya.

Kebanyakan dari orang tua menerapkan pola pengasuhan kepada

anak berdasarkan pola pengasuhan yang mereka dapatkan

sebelumnya. Hal ini diperkuat apabila mereka memandang pola

asuh yang pernah mereka dapatkan dipandang berhasil.

3. Lingkungan kerja orang tua.

Orang tua yang terlalu sibuk bekerja cenderung menyerahkan

pengasuhan anak mereka kepada orang-orang terdekat atau bahkan

kepada babysister. Oleh karena itu pola pengasuhan yang di dapat

oleh anak juga sesuai dengan orang yang mengasuh anak tersebut.

Page 39: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

22

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

banyak faktor yang mempengaruhi pengasuhan orang tua, seperti :

anak, orang tua, masyarakat, budaya, etnis, sosio-ekonomi dan lain

sebagainya. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi jenis gaya

pengasuhan apa yang diterapkan oleh orang tua kepada anak,

apakah orang tua menggunakan gaya pengasuhan demokratis, gaya

pengasuhan permisif atau gaya pengasuhan otoriter.

2.3 Kemandirian Anak Usia dini

2.3.1 Pengertian Kemandirian Anak

Kemandirian adalah kemampuan anak dalam memenuhi kebutuhanya

sendiri tanpa bantuan orang lain. Menurut Yamin & Sanan (2010:77)

pribadi yang mandiri adalah kemampuan hidup yang utama dan salah

satu kebutuhan setiap manusia di awal usianya. Anak meskipun usianya

masih sangat muda namun diharuskan memiliki pribadi yang mandiri.

Alasanya mengapa hal ini diperlukan karena ketika anak terjun ke

lingkungan di luar rumah sudah tidak tergantung kepada orang tua.

Misalnya ketika anak sudah mulai bersekolah, orangtua tidak mungkin

menemani setiap detiknya. mereka harus belajar mandiri dalam mencari

teman, belajar dan bermain. Kemandirian dalam arti lain adalah

bagaimana anak belajar untuk mencuci tangan, makan, memakai

pakaian, mandi, dan buang air kecil/besar sendiri. Mengajarkan anak

Menjadi pribadi yang mandiri memerlukan proses, tidak memanjakan

mereka secara berlebihan dan membiarkan mereka bertanggung jawab

Page 40: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

23

atas perbuatannya merupakan hal yang perlu dilakukan jika kita ingin

anak menjadi mandiri.

Sedangkan Desmita (2009: 185) berpendapat bahwa :

Kemandirian sendiri merupakan kemampuan untuk mengendalikan

dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas

serta berusaha sendiri untuk mengendalikan dan mengatur pikiran,

perasaan malu dan ragu-ragu.

Menurut Brewer (2007) dalam Yamin & Sanan (2010:81) menyatakan

bahwa kemandirian anak Taman Kanak-kanak aspeknya adalah

pembiasaan yang terdiri dari kemampuan fisik, percaya diri,

bertanggung jawab, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi,

mengendalikan emosi.

1. Kemampuan fisik

Dalam hal ini mencakup kemampuan anak dalam hal memenuhi

kebutuhannya sendiri. Misalnya anak butuh makan, maka secara

mandiri anak harus bisa makan sendiri. Anak belajar untuk

mengenakan pakaian sendiri, membiasakan membersihkan diri

(mandi atau buang air) sendiri, dll.

2. Percaya diri

Kepercayaan diri merupakan sikap individu yang menunjukkan

keyakinan bahwa dirinya dapat mengembangkan rasa dihargai.

Perwujudan kemandirian anak dapat dilihat dalam kemampuan untuk

berani memilih, berani tampil bernyanyi di depan temanya dll.

Page 41: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

24

3. Bertanggung jawab

Dalam hal ini ditunjukkan dengan kemampuan seseorang untuk

berani menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang

telah diambil.

4. Disiplin

Yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan

secara tertib serta efisien.

5. Pandai bergaul

Yaitu kemampuan menempatkan diri dalam berinteraksi dengan

sesamanya dimana pun berada.

6. Saling berbagi

Dalam hal ini ditunjukkan dengan kemampuan memahami

kebutuhan orang lain dan bersedia memberikan apa yang dimiliki

untuk memenuhi kebutuhan orang lain.

7. Mengendalikan emosi

Yaitu kemampuan untuk mengatasi rasa tidak puas pada saat

mengalami kejadian yang tidak sesuai dengan keingingannya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa kemandirian

anak taman kanak-kanak adalah suatu pembiasaan prilaku yang

tercakup dalam kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung jawab,

disiplin, pandai bergaul mau berbagi, mampu mengendalikan emosi.

Mengajarkan anak menjadi pribadi yang mandiri memerlukan proses,

tidak memanjakan mereka secara berebihan dan membiarkan mereka

Page 42: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

25

bertanggungjawab atas perbuatannya merupakan hal yang perlu

dilakukan jika kita ingin anak menjadi mandiri.

2.3.2 Ciri-Ciri Kemandirian Anak

Anak yang mandiri adalah anak yang mampu memenuhi kebutuhanya

sendiri tanpa bantuan orang lain, anak yang mandiri juga mampu dalam

menunjukan rasa percaya dirinya dan dapat mengambil keputusan yang

dipilihnya. Menurut Susanto (2017:37) anak yang mandiri adalah anak

yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi sehingga

dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan diri pada

orang lain, biasanya pada orang tuanya.

Anak yang kurang mandiri selalu ingin ditemani atau ditunggui baik

pada saat sekolah, bermain, kemana mana harus ditemani orang tuanya

atau saudaranya, anak yang kurang mandiri juga biasanya selalu

tergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugasnya sehari

hari. Berbeda dengan anak yang memilki kemandirian, yang berani

memutuskan pilihannya sendiri, tingkat kepercayaan dirinya lebih

tampak, serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman

bermain maupun orang asing yang baru dikenalnya.

Susanto, (2017:38) memberikan beberapa ciri anak mandiri yaitu

mempunyai kecenderungan memecahkan masalah daripada berkutat

dalam kekhawatiran bila terlibat masalah, tidak takut mengambil resiko

karena sudah mempertimbangkan baik buruknya, percaya terhadap

penilaian sendiri sehingga tidak sedikit-sedikit bertanya atau minta

Page 43: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

26

bantuan, dan mempuanyai kontrol yang lebih baik terhadap hidupnya.

Beberapa ciri-ciri anak mandiri antara lain:

1. Kepercayaan pada diri sendiri

Rasa percaya diri, atau atau dalam kalangan anak muda biasanya

disebut dengan istilah “PD” ini sengaja ditempatkan sebagai ciri

pertama dari sifat kemandirian anak.

2. Motivasi itrinsik yang tinggi

Motivasi intrinsik adalah dorongan yang tumbuh dalam diri untuk

melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik biasanya lebih kuat dan abadi

dibandingkan dengam motivasi ekstrinsik, walaupun kedua motivasi

ini kadang kurang, tetapi kadang juga bertambah.

3. Mampu dan berani menentukan pilihan sendiri

Anak mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam

menentukan pilihan sendiri. Misalnya, dalam memilih alat bermain

atau alat belajar yang akan digunakannya.

4. Kreativ dan inovatif

Kreativ dan inovatif pada anak usia dini merupakan cirri anak yang

memiliki kemandirian, seperti dalam melakukan sesuatu atas

kehendaknya sendiri tanpa disuruh orang lain, tidak ketergantungan

kepada orang lain dalam melakukan sesuatu, menyukai pada hal-hal

baru yang semula belum dia tahu dan ingin selalu mencoba hal-hal

yang baru.

5. Bertanggung jawab menerima konsekuensi yang menyertai

pilihanya.

Di dalam mengambil keputusan atau pilihan tentu ada konsekuensi

yang melekat pada pilihannya. Anak yang mandiri akan bertanggung

jawab atas keputusan yang diambilnya apa pun yang terjadi, tetapi

tentu saja bagi anak tanggung jawab pada tahap wajar. Misalnya

tidak menangis ketika ia salah mengambil mainannya, dan senang

hati mengganti dengan alat mainan yang lain yang diinginkannya.

6. Menyesuaikan diri dengan lingkunganya

Lingkungan sekolah (Taman Kanak-kanak) merupakan lingkungan

baru bagi anak anak. Anak yang mandiri akan cepat menyesuaikan

lingkungan yang baru sedangkan anak yang kurang mandiri tidak

dapat menyesuaikan lingkunganya. Misalnya banyak kita jumpai

anak menangis ketika pertama masuk sekolah karena mereka merasa

asing dengan lingkungan di Taman Kanak-kanak, bahkan tidak

sedikit anak yang selalu ditunggu orang tuanya ketika belajar.

7. Tidak ketergantungan kepada orang lain

Anak mandiri selalu mencoba sendiri dalam melakukan sesuatu,tidak

bergantung kepada orang lain dan anak tau kapan waktunya meminta

bantuan orang lalin.

Page 44: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

27

Menurut Yamin & Sanan (2010:84) anak yang mandiri untuk ukuran

anak usia dini terlihat dengan ciri-ciri:

1. Dapat melakukan segala aktifitasnya secara sendiri meskipun tetap

dengan pengawasan orang dewasa.

2. Dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan pandangan,

pandangan itu sendiri diperolehnya dari melihat perilaku atau

perbuatan orang-orang disekitarnya.

3. Dapat bersosialisasi dengan orang lain tanpa perlu ditemani orangtua

4. Dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang

lain.

Ciri - ciri kemendirian menurut Wiyani (2016:33) sebagai berikut :

1. Memiliki kepercayaan pada diri sendiri.

2. Memiliki motivasi intristik yang tinggi.

3. Mampu dan berani menentukan pilihan sendiri.

4. Kreatif dan inovatif.

5. Betanggunga jawab menerima konsekuensi yang menyertai

pilihanya.

6. Tidak bergantung dengan orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak

dapat dikatakan mandiri apabila memiliki cirri - ciri menemukan diri

atau identitas diri, memiliki inisiatif, membuat pertimbangan-

pertimbangan dalam bertindak, bertanggung jawab atas tindakannya,

dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhanya sendiri seperti mengerjakan

aktivitasnya sendiri, bertanggung jawab atas tindakanya, memiliki

kemampuan inisiatif, mampu mengatasi masalah, percaya diri, dapat

mengambil keputusan dalam bentuk kemampuan memilih.

Page 45: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

28

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak

Pembentukan kemandirian dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan,

namun faktor yang paling berpengaruh adalah keluarga khususnya

peranan orang tua. Orang tua dapat mendorong anak untuk mandiri

dengan mengajar dan membimbing mereka melakukan rutinitas kecil

dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian anak merasa diberi

kepercayaan sehingga menumbuhkan rasa percaya diri dan mengurangi

ketergantungannya pada aktivitas yang anak lakukan.

Menurut Cahniyo (2016) Kemandirian anak usia dini dipengaruhi

beberapa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal adalah faktor yang ada pada diri anak itu sendiri,

seperti:

a. Emosi, kemampuan mengkontrol emosi yang ada dalam diri nya.

b. Intelektual, berhubugan dengan kemampuan mengatasi masalah.

2. Faktor Eksternal adalah segala sesuatu yang datang dari luar dirinya.

seperti :

a. Lingkungan

b. Kasih Sayang

c. interaksi sosial

d. Pola Asuh

e. gen dan keturunan

f. pemahaman orang tua tentang pendidikan.

Menurut Ali & Ansori (2006 :111) menyebut kan faktor yang

mempengaruhi berkembanganya kemandirian, yaitu:

1. Gen atau keturunan orang tua. Gen bisa dikaitkan dengan

kemandirian. Karena anak yang biasa mandiri cenderung mengikuti

orangtuanya yang mandiri.

2. Pola asuh orang tua. Cara mendidik dan mengasuh anak usia dini

dapat menentukan kesiapan anak saat masa remaja.

3. Sistem pendidikan disekolah. Proses pendidikan disekolah yang

tidak mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung

Page 46: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

29

menenkankan indroktinasi tanpa argumentasi akan menghambat

perkembangan kemandirian remaja sebagai siswa.

2.3.4 Menanamkan Kemandirian Pada Anak

Menanamkan kemandirian pada anak harus dilakukan sejak usia dini

menurut Yamin & Sanan (2010:100) ada beberapa hal yang menjadi

perhatian dalam menanamkan kemandirian pada anak sejak dini di

antaranya yaitu:

1. Kepercayaan

Suasana sekolah yang terasa asing dan berat bagi anak-anak karena

harapan orangtua dan guru menjadi anak yang baik, maka perlu

ditanamkan rasa percaya diri dalam diri anak-anak dengan

memberikan kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang mampu

dilakukan sendiri.

2. Kebiasaan

Dengan memberikan kebiasaan yang baik kepada anak sesuai

dengan usia dan tingkat perkembangannya, misalnya membuang

sampah pada tempatnya, melayani dirinya sendiri, memcuci tangan,

meletakkan alat permainan pada tempatnya, dll.

3. Komunikasi

Komunikasi merupakan hal penting dalam menjelaskan tentang

kemandirian kepada anak dengan bahasa yang mudah dipahami.

4. Disiplin

Kemandirian erat kaitannya dengan disiplin yang merupakan proses

yang dilakukan oleh pengawasan dan bimbingan orang tua dan guru

yang konsisten.

Menanamkan kemandirian pada anak usia dini dengan cara memberikan

kepercayaan kepada anak bahwa anak mampu melakukan apa yang

sedang anak lakukan tanpa bantuan orang lain, memberikan kebiasaan

yang baik kepada anak agar anak menjadi anak yang mandiri dan selalu

berkomunikasi antara orang tua dengan anak karena dengan

menjelaskan kemandirian kepada anak maka anak akan mengerti bahwa

anak harus melakukan sesuatu dengan mandiri tanpa bantuan dari orang

lain termasuk orang tua.

Page 47: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

30

2.3.5 Peran Orang Tua Dalam Menumbuh Kembangkan Kemandirian

Anak

Orang tua memilki peranan penting dalam menumbuhkan kemandirian

anak usia dini karena orang tua selain sebagai pemimpin juga sebagai

guru pertama bagi anak, pembimbing, pengajar, dan fasilitator. Orang

tua selain sebagai pendidik, juga berperan sebagai contoh yang baik

bagi anak - anaknya. Artinya, apa pun yang di lakukan orag tua dapat

memiliki arti penting dalam menumbuhkan kemandirian anak sehingga

menjadi pelajaran yang berharga bagi anak - anaknya untuk kehidupan

selanjutnya.

Musthafa dalam Susanto (2017:56) memberikan tips dalam menumbuh

kembangkan kemandirian anak melalui pujian atau dukungan yang

dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Memberikan pujian yang tulus ketika anak melakukan sesuatu yang

baik.

2. Mendukung anak-anak ketika mereka melakukan sesuatu yang baik.

3. Memperlihatkan dukungan ketika anak berhasil mencapai sesuatu

yang baik dan ketika gagal mencapai sesuatu yang diinginkannya

setelah berusaha keras meraihnya.

4. Menunjukan kegembiraan ketika melihat anak - anak mendapatkan

sesuatu yang telah diupayakan dengan keras.

5. Menatap dengan penuh perhatian ketika berbicara dengan anak dan

mendengarkan baik-baik apa yang dikatakannya.

6. Melakukan komunikasi dengan baik.

7. Menyadarkan anak bahwa Anda benar-benar ingin memahami

pendapat-pendaptnya.

Page 48: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

31

Peran orang tua dalam mengoptimalkan potensi kemandirian anak

menurut Anwar dan Arsyad (2009:27), orang tua hendaknya

menciptakan suasana yang kondusif dalamm keluarga agar potensi anak

tumbuh secara optimal. Penciptaan suasana kondusif sebagai berikut:

1. Sikap orang tua dengan memberikan kebebasan pada anak untuk

berpendapat melalui pemberian penghargaan yang tidak hanya

bersifat satu arah, sediakan tempat diskusi , dan hargai pendapat

anak sekalipun salah.

2. Memerhatikan pertanyaan-pertanyaan anak agar rasa ingin tahu anak

berkembang.

3. Bermain baik dalam arti metode belajar (learning by playing)

maupun dengan anak lainya.

4. Berikan keteladanan dengan menunjukan sikap, ucapan , dan

perilaku baik yang dapat di contoh anak.

5. Hindari hukuman fisik karena akan menimbulkan dampak yang

negative bagi anak.

6. Berikan perhatian pada kebutuhan anak khususnya yang berkaitan

dengan emosi dan intelektual anak.

Berdasarkan uraian diatas pada prinsipnya, upaya mengembangkan

kemandirian pada anak dengan memberikan kesempatan untuk terlibat

dalam berbagai aktivitas. Semakin banyak kesempatan yang diberikan

kepada anak maka anak akan semakin terampil mengembangkan skill-

nya sehingga lebih mandiri.

2.3.6 Faktor Penghambat Kemandirian Anak Usia Dini

Perilaku orang tua sangat berpengaruh terhadap munculnya

problematika kejiwaan anak yang dapat menimbulkan rasa takut dan

tidak percaya diri sehingga akhirnya dapat menimbulkan ketidak

mandirian pada anak. Berikut ini prilaku orang tua yang bisa

menimbulkan kemandirian pada anak menurut Pasha (2007:3-4), yaitu:

Page 49: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

32

1. Over Protektif, dalam hal ini, orang tua selalu ikut campur tangan

dalam setiap masalah anak baik masalah kecil maupun masalah

besar. Biasanya anak menjadi pribadi yang lemah.

2. Lepas control artinya, orang tu selalu menuruti keinginan dan

kemauan anaknya. Dengan sikap ini, anak menjadi tidak percaya

diri.

3. Tidak peduli, artinya anak disepelekan dan dibiarkan begitu saja,

tetapi tidak diberi apresiasi atau motivasi saat mencapai suatu

keberhasilan dan tidak ada teguran ketika menemui kegagalan.

4. Memanjakan anak, artinya orang tua terlalu memanjakan anaknya

dengan memenuhi segala keinginannya sehingga anak tumbuh

dengan lepas control

5. Keras artinya, orang tua melakukan kekerasan fisik atau psikis

sehingga anak tumbuh menjadi penakut dan ragu.

6. Gamang artinya, perbuatan anak yang semestinya mendapat hadiah

malah sebaliknya kena hukuman. Dalam kondisi ini anak tumbuh

dalam keraguan, kepribadian ganda, selalu cemas, dan tidak mampu

membedakan antara benar dan salah.

7. Pilih kasih, sikap ini akan mengakibatkan kecemburuan, kebencian,

dan dendam.

Menurut Haeriah, (2018: 187) Faktor-faktor yang menjadi kendala

perkembangan kemandirian antara lain:

1. Kebiasaan selalu dibantu dan dilayani

2. Sikap orang tua yang selalu bersikap memanjakan dan memuji anak

akan menghambat kemandiriannya

3. Kurangnya kegiatan diluar rumah, disaat anak tidak mempunyai

kegiatan dengan teman-temannya akan membuat anak bosan

sehingga dia akan menjadi malas tidak kreatif serta tidak mandiri

4. Peranan anggota lain, misalnya ada saudara yang melakukan tugas

rumahnya maka akan menghambat kemandiriannya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penghambat

kemandirian anak dapat disebabkan oleh orang tua yang terlalu over

proktektif, memanjakan anak dan kebiasaan selalu dibantu sehingga

membuat anak kurang mandiri dalam mengerjakan sesuatunya dengan

sendiri.

Page 50: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

33

2.4 Penelitian Relevan

1. Penelitian Komala (2015) di kota Bandung berdasarkan kesimpulan

penelitian bahwa orang tua hendaknya memiliki dasar untuk memberikan

pola asuh demokratis dalam mengembangkan kemandirian di lingkungan

keluarga. Orang tua dianjurkan untuk mengetahui penerapan pola asuh

demokratis yang benar yang harus dilakukan orang tua di lingkungan

keluarga. Orang tua juga perlu mengetahui perkembangan kemandirian

anak usia dini melalui pola asuh demokratis yang benar, serta orang tua

sebaiknya mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung

perkembangan kemandirian anak usia dini.

2. Penelitian Haeriah (2018) di Lombok tepatnya di Taman Kanak - Kanak

PGRI Gerunung. Berdasarkan dari hasil analisis data pola asuh orang tua

dapat mempengaruhi kemandirian anak kelompok B TK PGRI Gerunung

tahun Pelajaran 2017/2018.

3. Penelitian Akhmad (2015) di Surabaya tepatnya di Taman Kanak - Kanak

El - Hijaa Tambak Sari. Dari berbagai paparan dari bab-bab sebelumnya

serta dari perhitungan angket maka peneliti menyimpulkan sebagai

berikut: Ada hubungan pola asuh demokratis terhadap kemandirian anak

kelompok di TK El – Hijaa Tambak sari Surabaya.

4. Penelitian Kordi dan Rozumah (2010) di Selangor, Malaysia berdasarkan

kesimpulan penelitian mengungkapkan bahwa orang tua memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap prestasi sekolah anak-anak mereka.

Terutama ketika mereka terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka dan

memantau anak-anak mereka sepulang sekolah. Meskipun orang Asia

Page 51: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

34

menggunakan pola asuh otoriter, Baumrind (1971) berpendapat bahwa

gaya itu berbahaya bagi harga diri anak - anak dan sebaliknya lebih

menyukai penggunaan gaya pengasuhan yang otoritatif, yang menurut

pendapat para cendekiawan akan mengarahkan anak - anak menjadi

otonom, berorientasi pada pencapaian, dan mengendalikan diri.

5. Penelitian Juwariyah, dkk (2019) di Semarang tepatnya TK Dharma Indra

kesimpulan dari penelitian ini adalah ada kemauan orang tua dalam TK

Dharma Indra untuk memahami pengasuhan yang demokratis di mana

orang tua memberikan kebebasan dan batasan yang jelas untuk anak-anak

mereka. Upaya orang tua untuk bergabung secara aktif dengan

mematenkan aktivitas di sekolah berdasarkan pemahaman pengembangan

anak sehingga bisa dipantau bersama.

Berdasarkan penelitian relevan yang digunakan, dapat dijadikan sebagai

pemandu peneliti dan sebagai referensi peneliti dalam melakukan penelitian.

Namun dalam penelitian ini peneliti mencari Hubungan Pola Asuh Orang

Tua Terhadap Kemandirian Anak Usia Dini 5 - 6 Tahun.

2.5 Kerangka Pikir

Masa kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam proses kemandirian,

maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak-

anak dalam mengembangkan kemandirian sangat penting. Berdasarkan

observasi yang dilakukan di Pekon Sukamarga Kecamatan Suoh, bahwa

terdapat permasalahan yaitu masih terdapat anak yang kurang mandiri

misalnya dalam memakai baju, mandi, makan dan membereskan mainanya

Page 52: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

35

masih dibantu oleh orang tuanya. Kemandirian memiliki beberapa indikator

yaitu kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung jawab, disiplin, pandai

bergaul, mau berbagi, mengendalikan emosi.

Untuk dapat mandiri anak membutuhkan kesempatan, pembiasaan, dukungan

dan dorongan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya dan peran serta orang

tua dalam menumbuhkan kemandirian pada anak sangat penting untuk

pembentukan kepribadian anak selanjutnya. Namun pada kenyataanya masih

ada beberapa orang tua yang menerapkan pola asuh yang tidak membiasakan

anaknya untuk mengerjakan sesuatunya sendiri, orang tua terlalu membantu

anak dalam segala aktivitas sehingga menyebabkan anak ketergantungan

kepada orang tua. Jika kita perhatikan ada saja orang tua yang mengerjakan

tugas atau tanggung jawabnya anak dan membiarkan anak bermain tanpa

memikirkan tanggung jawabnya.

Pengasuhan otoritatif merupakan pengasuhan dimana orang tua memberikan

kebebasan kepada anak, memberikan kasih sayang kepada anak, dan

perhatian, tetapi orang tua masih menempatkan batasan-batasan dan control

atas tindakan mereka. Pengasuhan otoritatif juga dapat mendorong anak agar

menjadi mandiri. Pola asuh otoritatif dibagi menjadi dua dimensi pertama

dimensi responsiveness atau tanggapan dimensi yang berkenaan dengan sikap

orang tua yang menerima anak yang dibagi menjadi tiga indikator yaitu

perhatian komunikasi berorientasi pada kebutuhan anak. Kedua yaitu

demandingness atau tuntutan kontrol orang tua dibutuhkan untuk

mengembangkan anak agar menjadi individu kompeten, baik secara sosial

Page 53: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

36

maupun intelektual, yang dibagi menjadi dua indikator utama yaitu kontrol

orang tua dan tuntutan orang tua terhadap anak.

Anak akan mandiri jika dimulai dari keluarganya dan hal ini menyebabkan

tingkat kemandirian seseorang berbeda satu dengan yang lain, hal ini

disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi kemandirian tersebut salah

satunya pola asuh. Pola asuh yang diberikan orang tua sangat membantu

dalam mengembangkan kemandirian anak.

Bahwa kemandirian anak akan tercapai apabila orang tua melakukan upaya

melalui berbagai kegiatan yang menunjang mengembangkan kemandirian

anak dengan cara membiasakan anaknya untuk mandiri sejak dini, orang tua

memberikan dukungan dan dorongan agar anak dapat melakukan aktivitasnya

sendiri. Dengan pola asuh orang tua yang baik maka anak akan berkembang

dalam aspek kemandiriannya.

Page 54: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

37

Gambar 2.1 : Kerangka Pikir Penelitian

2.6 Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan pola asuh otoritatif terhadap kemandirian anak usia dini

5-6 tahun.

Faktor-faktor Pola

Asuh

1. Usia orang tua

2. Pendidikan

3. Jenis kelamin

4. Ekonomi

5. Stres orang tua

6. Hubungan

suami istri

Otoritatif

Kemandirian

Aspek-aspek

Kemandirian

1. Kemampuan fisik

2. Percaya diri

3. Bertanggung jawab

4. Disiplin

5. Pandai bergaul

6. Mau berbagi

7. Mengendalikan

emosi

Page 55: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui adanya

hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut (Siregar 2015: 200)

analisis hubungan (korelasi) adalah suatu bentuk analisis data dalam

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah

hubungan dua variabel dan besarnya pengaruh yang disebabkan oleh variabel

yang satu yaitu variabel bebas terhadap variabel lainnya yaitu variabel terikat.

Jadi dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui adakah hubungan pola

asuh orang tua terhadap kemandirian anak usia dini 5 - 6 tahun.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini ditujukan kepada orang tua yang mempunyai anak usia 5 - 6

tahun di Pekon Sukamarga Kecamatan Suoh. Penelitian ini dilaksakan pada

bulan maret 2019.

Page 56: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

39

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu penelitian pendahuluan, perencanaan

penelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah - langkah dari setiap

penelitian tersebut adalah:

1. Penelitian Pendahuluan

a. Membuat pertanyaan wawancara sederhana.

b. Melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui penerapan pola

asuh yang digunakan orang tua yang mempunyai anak yang berusia 5-6

tahun yang akan dijadikan subjek penelitin.

c. Melakukan penelitian terhadap kemandirian anak yang berusia 5-6

tahun.

2. Tahap persiapan

a. Membuat instrumen penelitian.

3. Tahap pelaksanaan

a. Menyebar kuesioner/angket.

b. Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2013: 177) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Page 57: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

40

Subjek populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki

anak usia 5-6 tahun di Pekon Sukamarga yang berjumlah 154 orang

tua.

Tabel 3.1 Jumlah Dusun di Pekon Sukamarga Kecamatan Suoh

No Nama Dusun Jumlah Keluarga

yang mempunyai usia

5-6 tahun

1 Sugimukti 35

2 Cibitung 23

3 Sidorejo 4

4 Sukaraja 9

5 Kalibata Atas 4

6 Kalibata Bawah 23

7 Talang Rejo 2

8 Sukamarga 46

9 Curug Gading 3

10 Sinar Baru 5

Jumlah 154

3.4.2 Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive

Random Sampling. Menurut Sugiyono (2013:218-218) Purposive

Random Sampling adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian

dengan beberapa pertimbangan - pertimbangan tertentu dalam

pengambilanya sampelnya yang bertujuan agar data yang diperoleh

nantinya bisa lebih representative.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik

Purposive Random Sampling dari Sepuluh dusun yang berada di Pekon

Sukamarga Kecamatan Suoh peneliti memilih dua dusun yang berada di

Pekon Sukamarga yaitu Dusun Sugimukti dan Dusun Sukamarga.

Page 58: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

41

Tabel 3.2 Jumlah Dusun Yang Menjadi Sampel Penelitian

Nama Dusun Jumlah Keluarga Jumlah Anak Usia

5-6 tahun

Sukamarga 200 46

Sugimukti 100 35

Jumlah 300 81

Berdasarkan tabel diatas peneliti memilih dua dusun dengan

pertimbangan karena dusun Sukamarga merupakan dusun yang

menjadi pusat Pekon dari beberapa dusun yang ada, dan merupakan

dataran rendah yang memiliki jumlah kepala keluarga terbanyak yakni

200 kepala keluarga yang memiliki jumlah anak usia 5-6 tahun

terbanyak yakni 46 anak. Di dusun Sukamarga merupakan pusat

pendidikan dari beberapa dusun yang ada dan kebanyakan orang tua

sebagai wirausaha dan guru. Sedangkan yang kedua peneliti memilih

dusun Sugimukti yang merupakan dataran sedang yang memiliki

jumlah 100 kepala keluarga yang memiliki anak usia 5-6 tahun

sebanyak 35 anak dan mayoritas orang tua merupakan seorang petani

dan buruh. Riwayat pendidikan orang tua di dusun Sugimukti

mayoritas SD, SMP dan SMA. Dengan demikian kedua dusun tersebut

mewakili beberapa dusun dipekon Sukamarga dalam segi, pendidikan,

pekerjaan dan jumlah kelurga terbanyak.

Maka dari itu peneliti memutuskan untuk mengambil sampel orang tua

yang mempunyai anak usia 5 - 6 tahun di dusun Sugimukti dan

Sukamarga.

Page 59: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

42

Alasan peneliti mengambil sampel 50 diperkuat oleh pendapat sugiyono

(2012:91) menyarankan ukuran sampel untuk peneliti minimal yang

harus diambil oleh peneliti yaitu sebanyak 30 sampel. kemudian dari

jumlah 81 orang tua yang mempunyai anak usia 5-6 tahun 30 orang tua

digunakan sebagai uji coba penelitian dan sisanya yang berjumlah 51

sebagai sampel penelitian.

3.5 Definisi Variabel

3.5.1 Definisi Konseptual Variabel X (Variabel Independen) Pola Asuh

Otoritatif

Pengasuhan Otoritatif (authoritative parenting) merupakan pola asuh

yang mendorong anak-anak untuk menjadi mandiri, tetapi masih

menempatkan batasan-batasan dan control atas tindakan mereka, namun

mereka tetap memberi kehangatan, bimbingan dan komunikasi dua

arah. Baumrind dalam Santrock (2011:101)

Definisi Operasional Variabel X (Variabel Independen) Pola Asuh

Orang Tua

Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada gaya pengasuhan otoritatif

(authoritative parenting) yang merupakan gaya pengasuh ketika orang

tua mendorong anak-anak untuk menjadi mandiri dimana orang tua

membiasakan anaknya untuk melakukan kegitannya dengan sendiri

namun tetap dalam pengawasan orang tua misalnya, dari membiasakan

anak untuk makan sendiri, memakai baju sendiri, membereskan

mainanya sendiri dan lain-lain. Orang tua juga menempatkan batasan

dan control atas tindakan anak. Orang tua otoritatif memberi perhatian

Page 60: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

43

kepada anak, bimbingan dan komunikasi dua arah antara orang tua dan

anak. Pola asuh otoritatif memiliki dua dimensi utama yaitu :

1. Responsiveness atau tanggapan

Dimensi yang berkenaan dengan sikap orang tua yang menerima

anak yang dibagi menjadi tiga indikator yaitu:

a. Perhatian

b. Komunikasi

c. Berorientasi pada kebutuhan anak

2. Demandingness atau tuntutan

Kontrol orang tua dibutuhkan untuk mengembangkan anak agar

menjadi individu kompeten, baik secara sosial maupun intelektual,

yang dibagi menjadi dua indikator utama yaitu:

a. Kontrol orang tua

b. Tuntutan orang tua terhadap anak

3.5.2 Definisi Konseptual Variabel Y (Variabel Dipenden) Kemandirian

Anak

Kemandirian anak adalah suatu pembiasaan prilaku dan kemampuan

anak dalam kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung jawab, disiplin,

pandai bergaul, mau berbagi, mengendalikan emosi. (Brewer, 2007

dalam Yamin & Sanan, 2010:81).

Definisi Operasional Variabel Y (Variabel Dipenden) Kemandirian

Anak

Kemandirian adalah kemampuan anak dalam memenuhi kebutuhanya

sehari hari, anak dapat dikatakan mandiri apabila dapat mengambil

keputusan yang dipilihnya, mampu mengikuti peraturan dan

Page 61: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

44

berinteraksi dengan orang lain. Kemandirian juga merupakan

kemampuan anak memahami kebutuhan orang lain dan kemampuan

anak untuk mengatasi rasa tidak puasnya. Dengan begitu sikap

kemandirian anak dapat dilihat dari beberapa dimensi sebagai berikut:

1) Kemampuan fisik yaitu kemampuan anak dalam memenuhi

kebutuhannya sendiri, 2) Percaya diri yaitu kemampuan anak dalam

menunjukan rasa keyakinan pada dirinya, 3) Bertanggung jawab yaitu

kemampuan anak dalam mengambil keputusan yang dipilihnya, 4)

Disiplin yaitu, kemampuan anak dalam mengikuti peraturan, 5) Pandai

bergaul yaitu kemampuan anak berinteraksi dengan orang lain, 6)

Saling berbagi yaitu kemampuan anak memahami kebutuhan orang

lain, 7) Mengendalikan emosi yaitu kemampuan anak untuk mengatasi

rasa tidak puas.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Kuesioner/Angket

Pada penelitian ini metode pengumpulan data tentang gaya pengasuhan

orang tua dan kemandirian anak menggunakan angket. Angket atau

koesioner menurut Sugiyono (2010:199) menyatakan bahwa angket

adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

menjawabnya. Tujuan angket adalah untuk memperoleh jawaban

singkat dari responden, yaitu dengan memilih alternative jawaban dari

Page 62: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

45

setiap pernyataan yang telah dibuat oleh peneliti dengan menggunakan

tanda ceklist pada kolom yang sesuai untuk menjawab tentang dirinya.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yaitu alat bantu untuk mengumpulkan data yang di lakukan pada

waktu penelitian sesuai dengan metode pengumpulan data yang di lakukan.

Jumlah instrumen yang akan digunakan dalam penelitian tergantung pada

variabel yang akan diteliti.

Angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket pola asuh orang tua dan

kemandirian anak. Instrumen penelitian untuk variabel bebas (independen)

yaitu pola asuh orang tua dan variabel terikat (dependen) yaitu kemandirian

anak dengan menggunakan kuesioner atau angket yang di berikan kepada

orang tua.

Angket menggunakan skala Likert. Sugiyono (2013:134) menyatakan bahwa

skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Variabel dalam

skala likert yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Indikator-

indikator tersebut kemudian dijadikan tolak ukur untuk menyususn item-item

instrumen yang dapat berupa pertanyaan/pernyataan.

Angket dalam penelitian ini menggunakan 3 jawaban yaitu, Selalu (SL),

Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP) skor untuk setiap jawaban pernyataan

berkisar 1 sampai 3. Dengan ketentuan memberikan skor pada setiap jawaban

yang diberikan oleh responden dengan skor terbesar yaitu 3 akan diberikan

kepada respon yang menjawab selalu, skor 2 akan diberikan kepada respon

Page 63: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

46

yang menjawab jarang dan skor 1 diberikan kepada respon yang menjawab

tidak pernah.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Otoritatif dan Kemandirian Variabel

Penelitian

Sub

Variabel

Dimensi Indikator Nomer

Item

Pola Asuh Pengasuhan

Otoritatif

1. Responsiv -

eness atau

tanggapan

1. Perhatian

2, 8, 5,

13, 10,

16, 9

2. Komunikasi

3, 6, 4, 7

3. Berorientasi

pada kebutuhan

anak

11, 12, 14

2. Demandin -

gness atau

tuntutan

1. Kontrol orang

tua

22, 15,

17, 21

2. Tuntutan orang

tua terhadap

anak

19, 23, 1,

18, 20

Kemandirian 1. Kemampua

n fisik

Kemampuan anak

dalam memenuhi

kebutuhannya

sendiri

1, 4, 2, 3,

5, 6, 8

2. Percaya diri Kemampuan anak

dalam menunjukan

rasa keyakinan

pada dirinya

7, 20, 31,

21, 22

3. Bertanggu-

ng jawab

Kemampuan anak

dalam mengambil

keputusan yang

dipilihnya

10, 9, 12,

24

4. Disiplin Kemampuan anak

dalam mengikuti

peraturan

14, 13,

16, 15,

17

5. Pandai

bergaul

Kemampuan anak

berinteraksi

dengan orang lain

37, 25,

26, 32,

38, 39

6. Saling

berbagi

Kemampuan anak

memahami

kebutuhan orang

lain

33, 34,

35, 36

7. Mengenda-

likan emosi

Kemampuan anak

untuk mengatasi

rasa tidak puas

27, 28,

18, 29,

30

Page 64: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

47

3.8 Uji Instrumen

Untuk memperoleh kuesioner atau instrumen dengan hasil yang baik adalah

dengan melakukan proses uji coba. Responden yang diambil untuk keperluan

uji coba adalah responden dari tempat penelitian, yaitu orang tua yang

mempunyai anak usia 5 - 6 tahun. Uji coba dilakukan untuk mengetahui

tingkat keandalan atau keampuhan instrumen.

3.8.1 Uji Validitas

Menurut Arikunto (2010:211) sebuah instrument dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkap

data variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas

instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Dalam

penelitian ini untuk menentukan validitas item dilakukan langsung

terhadap teori yang diambil, dari teori tersebut melahirkan indikator-

indikator yang akan dipakai.

Uji validitas skala penelitian menggunakan korelasi product moment

yang dihitung menggunakan SPSS 23 dari rumus korelasi yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Rumus Korelasi Product Moment (Sugiyono, 2010)

𝑟𝑥𝑦=

𝑁 ∑ 𝑥𝑦−(∑ 𝑥)(∑ 𝑦)

√(𝑁 ∑ 2)−(∑ )2𝑥𝑥 (𝑁 ∑ 2)−(∑ )2𝑦𝑦

Page 65: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

48

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara variable X dan Y

N : jumlah subyek

X : skor dari tiap-tiap item

Y : jumlah dari skor item

Uji validitas instrumen dilakukan dengan cara mengambil 30 responden

diluar sampel penelitian dengan menggunakan perhitungan SPSS 23.

Berikut adalah hasil uji validitas pola asuh orang tua dan kemandirian

anak yang dilakukan dengan menggunakan rumus product moment:

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Pola Asuh Otoritatif

NO 𝑟 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑟 𝑇𝑎𝑏𝑒𝑙 Keterangan

1 0,558 0,361 Valid

2 0,996 0,361 Valid

3 0,917 0,361 Valid

4 0,996 0,361 Valid

5 0,917 0,361 Valid

6 0,814 0,361 Valid

7 0,996 0,361 Valid

8 0,799 0,361 Valid

9 0,917 0,361 Valid

10 0,996 0,361 Valid

11 0,996 0,361 Valid

12 0,996 0,361 Valid

13 0,996 0,361 Valid

14 0,996 0,361 Valid

15 0,892 0,361 Valid

16 0,996 0,361 Valid

17 0,917 0,361 Valid

18 0,996 0,361 Valid

19 0,996 0,361 Valid

20 0,996 0,361 Valid

21 0,907 0,361 Valid

22 0,917 0,361 Valid

23 0,996 0,361 Valid

24 0,221 0,361 Tidak Valid

Page 66: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

49

Berdasarkan tabel diatas, uji validitas item instrument pada variabel X

pola asuh orang tua terdapat satu item yang dinyatakan tidak valid

yaitu pada item ke-24 dengan jumlah r hitung 0,221. karena terdapat

item tidak valid maka akan dihilangkan tanpa mengganti item baru, jadi

jumlah item pola asuh orang tua dari 24 menjadi 23 item.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemandirian

NO 𝑟 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑟 𝑇𝑎𝑏𝑒𝑙 Keterangan

1 0, 792 0,361 Valid

2 0, 637 0,361 Valid

3 0, 643 0,361 Valid

4 0, 643 0,361 Valid

5 0, 643 0,361 Valid

6 0, 643 0,361 Valid

7 0, 624 0,361 Valid

8 0, 727 0,361 Valid

9 0, 830 0,361 Valid

10 0, 830 0,361 Valid

11 0, 129 0,361 Tidak Valid

12 0, 920 0,361 Valid

13 0, 512 0,361 Valid

14 0, 920 0,361 Valid

15 0, 491 0,361 Valid

16 0, 920 0,361 Valid

17 0, 920 0,361 Valid

18 0, 920 0,361 Valid

19 0, 242 0,361 Tidak Valid

20 0, 920 0,361 Valid

21 0, 920 0,361 Valid

22 0, 920 0,361 Valid

23 0, 274 0,361 Tidak Valid

24 0, 920 0,361 Valid

25 0, 821 0,361 Valid

26 0, 773 0,361 Valid

27 0, 523 0,361 Valid

28 0, 821 0,361 Valid

29 0, 821 0,361 Valid

30 0, 821 0,361 Valid

31 0, 920 0,361 Valid

32 0, 755 0,361 Valid

33 0, 920 0,361 Valid

Page 67: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

50

34 0, 427 0,361 Valid

35 0, 920 0,361 Valid

36 0, 791 0,361 Valid

37 0, 748 0,361 Valid

38 0, 748 0,361 Valid

39 0, 456 0,361 Valid

Berdasarkan tabel diatas, uji validitas item instrument pada variabel Y

kemandirian anak terdapat tiga item yang dinyatakan tidak valid yaitu

pada item ke-11, dengan jumlah r hitung sebesar 0,129, item ke-19 r

hitung sebesar 0, 242, dan item ke-23 r hitung sebesar 0, 274. karena

terdapat item tidak valid maka akan dihilangkan tanpa mengganti item

baru, jadi jumlah item pola asuh orang tua dari 39 menjadi 36 item.

3.8.2 Uji Reliabilitas

Menerut Arikunto, (2010:211) reliabilitas menunjuk pada suatu

pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut

sudah baik. Instumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang

benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap

akan sama. Reliabelitas artinya dapat dipercaya, dapat diandalkan.

Setelah melakukan uji validitas instrument peneliti melakukan uji

realibitas terhadap butir - butir soal yang sudah valid. Pada penelitian

ini uji realibitasnya menggunakan rumus Alfa Cronbach yang dihitung

menggunakan rumus SPSS 23. Adapun rumus yang dipakai dalam uji

realibilitasini adalah:

Page 68: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

51

Gambar 3.2 Rumus Alfa Cronbach (Arikunto, 2010)

Keterangan:

r1 :koefesien reabilitas instrument (cronbach alpha)

k :banyaknya butir pertanyaan atau butir soal

Σσb2 :jumlah varians butir

σ12 :varians total

Berdasarkan hasil uji reliabiltas instrument jumalah total item

reliabilitas pola asuh orang tua adalah 23 dan kemandirian anak 36.

Item yang diuji dengan Alpha Cronbach dikatakan reliabel apabila

nilainya lebih dari 0,05. Hasil perhitungan item dengan menggunakan

SPSS 23 dengan rumus Alpha Cronbach menunjukan hasil lebih dari

0,05 dengan pola asuh otoritatif ,994 dan kemandirian ,976. Karena

hasil perhitunganya lebih dari 0,05 maka instrument pada penelitian ini

dikatakan reliabel.

𝑟1=

(𝑘

𝑘−1 )(1 − ∑ 𝑎𝑏

2

𝑎2𝑡

)

Page 69: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

52

3.9 Teknik Analisis Data

Data merupakan keterangan mengenai variable pada sejumlah responden.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini untuk mengelola

hasil data, agar dapat mengetahui tentang hubungan pola asuh orang tua

terhadap kemandirian anak usia dini 5 - 6 tahun. Data yang diperoleh

digunakan sebagai landasan dalam menguji hipotesis penelitian. Metode

analisis yang digunakan yaitu uji korelasional.

3.9.1 Interval Kategori

Menentukan besaran rentangan kelas dalam masing-masing kategor

menggunakan rumus interval menurut Sutrisno (2006:178), sebagai

berikut:

Gambar 3.3 Rumus interval Sutrisno (2006: 196)

Keterangan :

𝔦 : Interval nilai skor

𝛮𝛵 : Nilai tertinggi

NR : Nilai terendah

K : Kategori jawaban

𝔦 = (𝑁𝑇 − 𝑁𝑅

𝐾)

Page 70: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

53

3.9.2 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode korelasi.

Korelasi ini digunakan untuk menguji hubungan antara variable pola

asuh orang tua dengan variable kemandirian anak usia 5 - 6 tahun di

pekon Sukamarga. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

rumus korelasi Spearman Rank yang dihitung menggunakan SPSS 23.

Gambar 3.4 Rumus Korelasi Spearman Rank

Sumber : Sugiyono (2011 : 245)

Keterangan :

= Koefisien Spearman Rank

𝑏𝑖 = Selisih peringkat setiap data

𝑛 = Jumlah seluruh anggota sampel

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat diketahui apakah

hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak:

Ho : µ = 0 : Jika Ho = 0 maka ho ditolak

Ha : µ ≠ 0 : Jika Ha ≠ 0 maka Ha diterima

Tabel 3.6 Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Koefisien

Korelasi

Kategori Tingkat Keeratan

0,00-0,199 Sangat kurang erat

0,20-0,399 Kurang erat

0,40-0,599 Cukup erat

0,60-0,799 Erat

0,80-1,000 Sangat Erat

Sumber : Sugiyono (2010:257)

Page 71: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pola asuh otoritatif

terhadap kemandirian anak usia 5-6 tahun di Pekon Sukamarga. Hubungan

yang didapat dalam penelitian ini menunjukan bahwa pola asuh otoritatif

sangat erat hubungannya dalam menumbuhkan kemandirian anak usia dini.

Kemandirian anak akan tercapai apabila orang tua memberikan kebebasan

kepada anak, memberikan perhatian dan kasih sayang, namun orang tua harus

tetap mengontrol tindakan anak, orang tua juga dapat melakukan upaya

melalui berbagai kegiatan yang menunjang kemandirian anak, memberikan

kebiasaan-kebiasan yang dapat menumbuhkan kemandirian anak misalnya,

membiaakan anak untuk membereskan mainanya sendiri dan memenuhi

kebutuhanya sendiri.

5.2 Saran

1. Manfaat Bagi Peneliti Lain

Diharapkan peneliti lain mampu mengembangkan penelitian pola asuh

otoritatif terhadap kemandirian dengan lebih sepesifik untuk mengetahui

hubungan lain yang terjadi akibat pola asuh terhadap kemandirian ana

Page 72: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

65

2. Manfaat Bagi Orang Tua

Bagi orang tua diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang otoritatif

kerena pola asuh otoritatif merupakan pengasuhan yang cenderung

mengkombinasikan kontrol seimbang dengan kehangatan dan kasih

sayang. orang tua otoritatif luwes dalam mengasuh anak, mereka

membentuk dan menyesuaikan tuntutan dan harapan yang sesuai dengan

perubahan kebutuhan dan kompetensi anaknya.

3. Manfaat Bagi Kepala Sekolah

Memberikan informasi kepada guru bahwa untuk mengembangkan

kemandirian anak usia dini, guru perlu memberikan perhatian dan

kebebasan kepada anak namun tetap menetapkan batasan dan control atas

tindakan anak.

Page 73: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad. 2015. Hubungan Pola Asuh Demokratis Terhadap Kemandirian anak

Di Taman Kanak - Kanak El-Hijaa Tambak Sari Surabaya. Jurnal

Pendidikan Islam. 4:43-44.

Ali, Mohammad dan Ansori. 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta

didik. PT Bumi Karsa, Jakarta.

Anwar dan Arsyad. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Alfabeta, Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta, Jakarta

Bokko, Daniel. 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat

Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah Di Kelurahan Pantan Kabupaten

Tana Toraja. Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3:381-396.

Cahniyo. 2016. Menumbuhkan Kemandirian Anak Usia Dini Melalui Bermain.

Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini. 1:20-34.

Casmini. 2007. Emotional Parenting. Pilar Media, Yogyakarta.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta didik. Remaja Rosdakarya,

Bandung

Ebi CH, Shantika. 2017. Golden Age Parenting Memaksimalkan Potensi Anak

Di Usia Emas. PT Anak Hebat Indonesia, Yogyakarta.

Page 74: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

67

Haeriah, Baiq. 2018. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian

Anak Kelompok B Taman Kanak - Kanak PGRI Gerunung. Jurnal

Ilmiah Mandala Education. 4:184-188.

Jahja, Yurdika. 2011. Psikologi Perkembangan. Kencana, Jakarta.

Juwariyah, S., Slamet, A., dan Kustiono. 2019. Analysis of Parenting and

Involvement of Parents in Early Childhood. Journal Of Primary

Education. 8:364-370.

Komala. 2015. Mengenal dan Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini

Melalui Pola Asuh Orang Tua dan Guru. Jurnal Tunas Siliwangi. 1: 31-

45.

Kordi dan Rozumah. 2010. Parenting Attitude and Style Its Effect on

Children’s School Achievements. International Journal of

Psychological Studies. 2:217-222.

Laily, I., Herawati, N., dan Istianti. 2016. Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Dengan Kemandirian Anak Usia Dini. Journal UPI. 7:1-12

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Pustaka Setia, Bandung.

Mulyasa. 2014. Manajemen PAUD. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Musthafa, Bacharudin. 2007. Early Chilhood Care and Education Indonesia

Current Pratice and Future Policy Directions. SPS-UPI, Bandung.

Musyarofah. 2017. Pengembangan Aspek Sosial Anak Usia Dini Di Taman

Kanak-Kanak ABA IV Mangli Jember. Journal of Communication.

2:99-122.

Nurani, Yuliani. 2010. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Indeks, Jakarta.

Nurmalitasari, Femmi. 2015. Perkembangan Sosial Emosi pada Anak Usia

Prasekolah. Jurnal Buletin Psikologi. 23:103-111.

Page 75: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

68

Pasha, Hasan. 2007. Bimbingan Mendidik Anak Sejak Kecil Hingga Dewasa.

Dinamika Pustaka, Bandung.

Respati, W., Yulianto, A., dan Widiyana. 2006. Perbedaan Konsep Diri Antara

Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authoritarian,

Permissive, Authoritative. Jurnal Psikologi. 4:119-138.

Santrock, John W. 2011. Perkembangan anak edisi 11. Salemba Humanika,

Jakarta.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan anak jili I edisi 11. PT Erlangga,

Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo, Jakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D.Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung.

Sunarty, Kustiah. 2016. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Kemandirian

Anak. Journal of EST. 1:152-160.

Susanto, Ahmad. 2017. Pendidikan Anak Usia Dini. PT Bumi Karsa, Jakarta.

Sofia, A., Irzalinda, V., dan Prawisudawati, E. 2016. Faktor-Faktor Yang

Berperan Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. Jurnal Ilmu

Pendidikan. 7:733-799.

Siregar. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingn

Perhitungan Manual & SPSS. Kencana, Jakarta.

Sutrisno, Hadi. 2006. Analisis Regresi. Andi Offest, Yogyakarta.

Page 76: HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/57917/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfMOTTO “Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

69

Tridhonanto, Al. 2014. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Gramedia,

Jakarta.

Wiyani, Novan Ardy. 2016. Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang

Tua Dan Guru Dalam Membentuk Kemandirian Dan Kedisiplinan

Anak Usia Dini. Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.

Yamin, Martinis dan Sabri, Sanan J. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia

Dini. Gaung Persada Press Group, Jakarta.

Yusuf, Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Remaja

Rosdakarya, Bandung.