Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI
SMA NEGERI 1 BESULUTU TAHUN 2019
NASKAH PUBLIKASI
OLEH :
NYOMAN AYU MARTINI
P00312015024
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV
2019
HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DAN STATUS GIZI DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI
SMA NEGERI 1 BESULUTUTAHUN 2019
Nyoman Ayu Martini1, Melania Asi
2, Heyrani
2
1Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
2Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
ABSTRACT
RELATION OF MENSTRUAL PATTERNS AND NUTRITRIONAL
STATUS WITH THE EVENT OF ANEMIA IN TEENAGE
GIRL IN SMAN 1 BESULUTU YEAR 2019
Background: Anemia is a condition where the reduction of red blood cells (erythrocytes)
in the blood circulation or mass of hemoglobin so that it is unable to fulfill its function as
an oxygen carrier throughout the tissue. According to the World Health Organization
(WHO) 2015, the prevalence of anemia in the world ranges from 50-80%. The prevalence
of anemia in adolescent girls (aged 15-19 years) is 26.5%, and in fertile women is 26.9%
Objective: To determine the relation of menstrual patterns and nutritrional status with the
event of anemia in teenage girl in sman 1 besulutu year 2019.
Research Methods: The type of research used was analytic with a "cross sectional"
design of the study sample were female teenagers at SMAN 1 Besulutu as many as 48
people, this study was carried out from February-May 2019.
Research Results: The statistical test results using chi squere obtained that ρ = 0.045
<0.05 this means there is a relationship between menstrual patterns with the incidence of
anemia, and ρ = 0.004 <0.05 means there is a relationship between nutritional status and
the incidence of anemia. Young women are expected to always look for information
about adolescent nutrition so as to reduce the incidence of anemia in adolescents.
Literature : 21 literatures (2002-2017)
Keywords : Menstrual Pattern, Nutritional Status, Incidence of Anemia
PENDAHULUAN
Pola asuh merupakan cara yang
Anemia merupakan fenomena yang
sering dijumpai di dalam kehidupan
sehari-hari dimasyarakat, anemia
biasanya ditemukan pada anak balita,
remaja, ibu hamil, maupun pada usia
lansia. Anemia adalah kondisi dimana
berkurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam sirkulasi darah atau massa
hemoglobin sehingga tidak mampu
memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto
dan Wasnidar , 2007).
Dari semua golongan umur,
wanita terutama remaja mempunyai
resiko paling tinggi menderita anemia,
karena pada masa ini terjadi peningkatan
kebutuhan karena terjadinya menstruasi.
Selama masa haid kehilangan zat besi
rata-rata 24 mg (Tarwoto dan Wasnidar,
2007). Remaja putri lebih rentan anemia
dibandingkan dengan remaja laki-laki,
itu disebabkan kebutuhan zat besi pada
remaja putri adalah 3 kali lebih besar
dari pada laki-laki. Remaja putri setiap
bulan mengalami menstruasi yang
secara otomatis mengeluarkan darah,
itulah sebabnya remaja putri
memerlukan zat besi untuk
mengembalikan kondisi tubuhnya
kekeadaan semula.
Menurut penelitian yang
dilakukan Kirana, (2011), Kehilangan
darah secara kronis juga dapat
mengakibatkan terjadinya anemia. Pada
wanita, terjadi kehilangan darah secara
alami setiap bulannya. Jika darah yang
keluar selama menstruasi sangat banyak
maka akan terjadi anemia defisiensi
besi. Remaja putri menderita anemia,
hal ini dapat dimaklumi karena masa
remaja adalah masa pertumbuhan yang
membutuhkan zat gizi lebih tinggi
termasuk zat besi. Disamping itu remaja
putri mengalami menstruasi setiap bulan
sehingga membutuhkan zat besi lebih
tinggi sementara jumlah makanan yang
dikonsumsi lebih rendah dari pada pria
karena faktor ingin langsing (Depkes
RI,2013).
Anemia pada remaja puteri
sampai saat ini masih cukup tinggi,
menurut World Health Organization
(WHO) 2015, prevalensi anemia dunia
berkisar 50-80%. Prevalensi anemia
pada remaja putri (usia 15-19 tahun)
sebesar 26,5%, dan pada wanita subur
sebesar 26,9% (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(2013), Remaja putri merupakan salah
satu kelompok yang rawan menderita
anemia. Berdasarkan kelompok umur,
penderita anemia berumur 5-14 tahun
sebesar 26,4% dan sebesar 18,4% pada
kelompok umur 15-24 tahun, dari semua
kelompok umur tersebut, wanita
mempunyai resiko paling tinggi untuk
menderita anemia terutama remaja putri.
Angka prevalensi anemia di Indonesia,
yaitu pada remaja wanita sebesar
26,50%, pada wanita usia subur sebesar
26,9%.
Menurut Dinkes Provinsi
Sulawesi Tenggara, hasil pemantauan
status gizi Provinsi Sulawesi Tenggara
pada tahun 2016, presentase remaja putri
yang mendapatkan tablet penambah
darah masih sangat rendah yaitu 12,8%,
menunjukan masih banyak remaja puteri
yang mengalami anemia dan akan
menghasilkan generasi penerus yang
mengalami masalah gizi apabila tidak
dicegah sejak masa remaja (Saranani,
2017).
Prevalensi anemia pada remaja
putri SMU di Sulawesi Tenggara,
mencapai sekitar 43% untuk tahun 2006
dan pada tahun 2007 terjadi peningkatan
sekitar 16% atau mencapai 59 % remaja
putri yang menderita anemia dan
menurut kemungkinan kejadian serupa
dari hasil penelitian sebelumnya dapat
terjadi kembali (Rosmawati, 2009).
Menurut hasil penelitian Harahap
(2016), menunjukkan bahwa remaja
putri yang mengalami anemia memiliki
pola haid tidak baik (frekuensi haid > 1
kali sebulan atau ≥ 2 bulan sekali dan
lama haid >8 hari. Zat Besi merupakan
mikroelemen yang esensial bagi tubuh
sebagai faktor utama pembentuk
hemoglobin. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara pola
menstruasi pada remaja putri dengan
terjadinya anemia berarti bahwa remaja
putri yang mengalami pola menstruasi
tidak baik beresiko mengalami anemia
dibandingkan remaja putri dengan pola
menstruasi baik.
Dari pola menstruasi dan
kejadian anemia pada remaja ada
kecenderungan dari remaja dengan pola
menstruasi yang tidak normal untuk
mengalami anemia. Demikian pula
sebaliknya bahwa remaja dengan pola
menstruasi normal cenderung untuk
tidak mengalami anemia. Adanya
hubungan tersebut memberi makna
bahwa remaja dalam masa mentruasi
berpotensi untuk mengalami anemia.
Hal ini merupakan wujud dari kejadian
mentruasi itu sendiri, dimana pada
remaja yang mengalami mentruasi akan
kehilangan banyak darah, terutama pada
menstruasi yang tidak normal (Saranani,
2017).
Kekurangan zat besi
mengakibatkan kekurangan hemoglobin
(Hb), dimana zat besi sebagai salah satu
unsur pembentuknya. Hemoglobin
berfungsi sebagai pengikat oksigen yang
sangat dibutuhkan untuk metabolisme
sel. Kekurangan hemoglobin dapat
mengakibatkan metabolisme tubuh dan
sel-sel saraf tidak bekerja secara
optimal, menyebabkan penurunan
percepatan impuls saraf, mengacaukan
system reseptor dopamine. Pada anak
yang mengalami anemia dapat
menurunkan gairah belajar, lesu dan
penurunan daya tahan tubuh, sedangkan
pada ibu hamil dapat menyebabkan anak
lahir dengan berat badan rendah ,
keguguran dan juga mengakibatkan
anemia pada bayinya (Tarwoto dan
Wasnidar, 2007).
Anemia juga dapat dipengaruhi
karena kekurangan zat gizi yang
berperan untuk memudahkan
penyerapan zat besi seperti protein dan
vitamin C. Apabila kebutuhan zat besi
dan protein tidak dapat dipenuhi maka
kemungkinan terjadi anemia gizi besi
akan lebih tinggi (Tarwoto dan
Wasnidar, 2007).
Anemia gizi besi pada remaja
putri berisiko lebih tinggi karena sangat
memperhatikan bentuk tubuh (body
image). Sehingga banyak yang
membatasi konsumsi makan dan
melakukan diet ketat. Diet ketat
mempengaruhi pola makan tidak teratur
dan mempengaruhi asupan. Asupan gizi
yang baik maupun buruk dapat diukur
menggunakan status gizi. Berdasarkan
penelitian Ermita di Bekasi, remaja putri
yang berstatus gizi kurus akan memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami anemia (Permatasari, 2016).
Di Amerika dan Eropa terjadi
peningkatan prevelensi kelebihan berat
badan dan obesitas pada wanita dan pria
yang terjadi tiap tahun masing-masing
0,25. Prevelensi obesitas di Asia, Afrika
Utara dan Amerika Latin adalah sebesar
2 sampai 5 kali lipat lebih banyak dari
Amerika Serikat. Menurut Data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2004, prevalensi anemia gizi pada
remaja putri usia 10 – 18 tahun sebesar
57,1%. Sedangkan menurut Riset
Kesehatan Dasar Indonesia
menyebutkan bahwa prevalensi anemia
gizi pada remaja putri usia 13 – 18 tahun
pada tahun 2007 adalah 19,7% dan
mengalami peningkatan pada tahun
2013 menjadi sebesar 22,7%.
Menurut Riset Kesehatan (2007)
di Sulawesi Tenggara Persentase
masalah kurus adalah 14,5% pada laki-
laki dan 11,5% pada perempuan.
Sedangkan Persentase berat badan lebih
pada laki-laki 6,5% dan perempuan
4,5%.
Berdasarkan pengumpulan data
awal yang dilakukan pada siswa SMAN
1 Besulutu diperoleh data jumlah remaja
putri sebanyak 91 siswi. Hasil
wawancara pada 10 siswi diperoleh data
6 siswi yang sering mengalami siklus
menstruasi yang tidak teratur yaitu
siklus yang lebih panjang, sedangkan 4
siswa lainnya mengalami siklus
menstruasi yang teratur.
Berdasarkan dari latar belakang
di atas maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang “Hubungan Antara
Pola Menstruasi Dan Status Gizi
Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Puteri Di SMA Negeri 1 Besulutu Tahun
2019”
METODE
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
survey anatilik dimana survey ini
mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
Dengan desain cross sectional, dimana
hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependenditeliti pada
waktu yang sama. Pendekatan cross
sectional adalah suatu penelitian dimana
variabel-variabelnya diobservasi
sekaligus pada waktu yang sama dengan
metode survey melalui observasi dan
wawancara (Notoatmodjo, 2010).
Remaja putri
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan
bulan Februari sampai dengan Mei 2019
di SMA Negeri 1 Besulutu
Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswi SMAN 1 Besulutu
dengan jumlah keseluruhan populasi
adalah 91 siswi.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh siswi SMAN 1 Besulutu
yang telah memenuhi kriteria.
a. Responden
Responden dalam
penelitian ini adalah seluruh
remaja putri di SMA Negeri 1
Besulutu yang mengalami
menstruasi pada saat dilakukan
penelitian. Untuk melihat berapa
jumlah sampel akan digunakan,
maka rumus pengambilan
sampel yang di pakai adalah
rumus slovin, sebagai berikut :
n = 𝑁
1+𝑁 𝑒2
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
e = Nilai kritis (batas
ketelitian) yang diinginkan
(persen kelonggaran ketidak
telitian karena kesalahan
penarikan sampel) yaitu sebesar
10% dengan tingkat
kepercayaan 90% Sehingga
dengan jumlah populasi 91,
maka dapat ditentukan besar
sampel sebagai berikut:
𝑛 =91
1 + 91 (0,12)
𝑛 =91
1 + 91 (0,01)
𝑛 =91
1,91
𝑛 = 47,6 = 48
Jadi sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini
sebesar 48 siswi.
b. Teknik sampling
Teknik sampling yang akan
digunakan adalah non random
sampling yaitu pengambilan
sampel tidak didasarkan atas
kemungkinan yang dapat
diperhitungkan, tetapi semata-
mata hanya berdasarkan kepada
segi-segi kepraktisan semata
(Notoatmodjo,2010). Teknik
yang digunakan adalah
accidental sampling.
Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan
alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada
subjek sebagai sumber informasi
yang dicari (Siswanto, 2013).
Dalam penelitian ini, data primer
berupa jawaban atas pertanyaan
yang diberikan kepada responden
melalui kuisioner.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang
diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh peneliti dari
subjek penelitiannya. Data
sekunder biasanya berwujud data
dokumentasi atau data laporan yang
telah tersedia (Siswanto, 2013).
Data sekunder didapatkan dari
SMA Negeri 1 Besulutu.
Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Pengolahan datadilakukan
denga bantuan program computer
SPSS. Data disusun terlebih dahulu
supaya dihasilkan data yang mudah
diolah dengan langkah-langkah
penyus .
Langkah-langkah pengolahan data
yang dilakukan adalah sebagai
berikut: penyuntingan (editing),
pengkodean (coding) dan tabulasi
(tabulating)
2. Analisa Data
a. Analisi univariat
Analisis ini dilakukan
terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian.Pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari
tiap variabel (Notoatmodjo,
2010). Untuk mengetahui
distribusi frekuensi digunakan
rumus :
𝑃1 =f1
N x 100
Keterangan :
Pi = persentase masing-
masing kelompok
fi = frekuensi atau
jumlah pada setiap
kelompok
N = total sampel
penelitian
Total persentase harus
sama dengan seratus
persen (100%)
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan
terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau
berkorelasi (Notoatmodjo,
2010). Analisis bivariate ini
akan digunakan untuk
mengetahui hubungan antara
pola menstruasi dengan kejadian
anemia pada remaja puteri.
Jenis analisis yang
digunakan adalah chi square
dengan tingkat kepercayaan
95%.
Rumusnya adalah sebagai
berikut :
X2 = Σ (f0 − fe)2
fe
Keterangan :
= Jumlah
X2
= Statistik Chi-Squere
Test
f0 = Frekuensi Yang
diobservasi
fe = Frekuensi yang
diharapkan
pengambilan kesimpulan
dari pengujian hipotesis
adalah sebagai berikut :
a. Apabila x2
hitung > x2
tabel Ho ditolak atau Ha
diterima artinya ada
pengaruh antara variable
independen dengan
dependen.
b. Apabila x2
hitung < x2
tabel Ha ditolak atau Ho
diterima artinya tidak
ada pengaruh antara
variable independen
dengan dependen.
HASIL
Melalui penelitian yang telah
dilakukan di SMAN 1 Besulutu
Kabupaten Konawe Pada bulan april
2019, sampel dalam penelitian ini adalah
remaja puteri yang ada di SMAN 1
Besulutu yang berjumlah 48 orang.
Remaja puteri yang mengalami anemia
berjumlah 20 orang, sedangkan yang
tidak mengalami anemia berjumlah 28
orang. Setelah pengumpulan dan
pengelohan data dilakukan, maka
selanjutnya adalah analisis data dimana
data dianalisis dengan analisis
univariabel dan biavariabel. Hasilnya
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Univariabel
Tabel 5
Distribusi Pola Menstruasi Remaja Putri
di SMAN 1 Besulutu
Pola
Menstruasi Jumlah Persen
Normal 25 52,08
Tidak
Normat 23 47,92
Total 48 100
Sumber : Data Primer, 2019
Table 5 menunjukan bahwa pola
menstruasi remaja putri di SMAN 1
Besulutu sebagian besar normal yaitu
sebanyak 25 orang siswi atau 52,08%
dan tidak normal sebanyak 23 orang
atau 47,92%.
Tabel 6
Distribusi Status Gizi Remaja Putri di
SMAN 1 Besulutu
Status
Gizi Jumlah Persen
Normal 22 45,83
Kurus 21 43,75
Gemuk 5 10,42
Total 48 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel di atas
menunjukan bahwa status gizi normal
sebanyak 22 orang atau 45,83%, status
gizi pada kategori kurus sebanyak 21
orang atau 43,75%, sedangkan status
gizi gemuk sebanyak 5 orang atau 10,42
Tabel 7
Distribusi Anemia Pada Remaja Putri di
SMAN 1 Besulutu
Anemia Jumlah Persen
Anemia 20 41,67
Tidak anemia 28 58,33
Total 48 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel diatas
menunjukan bahwa remaja putri di
SMAN 1 Besulutu yang mengalami
anemia sebanyak 20 orang, sedangkan
yang tidak mengalami anemia sebanyak
28 orang siswa.
2. Analisis Bivariabel
a. Hubungan Antara Pola
Menstruasi Dengan Kejadian
Anemia.
Hubungan antara pola
menstruasi dengan kejadian
anemia dianalisis dengan
menggunakan chi square test
dan OODS Ratio dengan taraf
signifikasi 95% (ρ = 0,05)
dengan hasil sebagai berikut
Tabel 8
Hubungan Pola Mestruasi Dengan Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri Di SMAN 1 Besulutu
Pola Menstruasi
Kejadian Anemia Total ρ - Value X2
Tidak Anemia Anemia
N % N % n %
0,045 4.009 Normal 18 64,29 7 35 25 52,08
Tidak normal 10 35,71 13 65 23 47,92
Total 28 100 20 100 48 100
OR = 4.009
95% (CI) = Upper Limit – Lower Limit = 11.028 – 1.512
Hasil analisis statistic Chi-
Square didapatkan nilai hasil (ρ-value) =
0,045, ρ < α = 0,05 yang lebih rendah
dari taraf signifikan. Kemudian hasil uji
Odd Ratio (OR) diperoleh OR=4.009
dengan lower limit = 1.512 dan upper
45
limit 11.028 pada tingkat kepercayaan
(CI) 95%. karena nilai or > 1 dengan
lower limit dan upper limit mencangkup
nilai 1. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pola menstruasi dengan kejadian anemia
pada remaja putri di SMAN 1 Besulutu
Tahun 2019. Dalam hal ini pola
menstruasi mempengaruhi kejadian
anemia pada remaja putri. Pola
menstruasi tidak normal akan berisiko
4.009 kali mengalami kejadian anemia
dibandingkan dengan remaja putri yang
pola menstruasinya normal.
b. Hubungan Antara Status Gizi
Dengan Kejadian Anemia
Hubungan antara status gizi
dengan kejadian anemia dianalisis
dengan menggunakan chi square test
dan Oods Ratio dengan taraf
signifikasi 95% (ρ = 0,05) dengan
hasil sebagai berikut :
Tabel 4.8
Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMAN 1
Besulutu
Status Gizi
Kejadian Anemia Total ρ - Value X
2
Tidak Anemia Anemia
N % N % N %
0.004 10.847
Normal 16 57,14 6 30 22 45,83
Kurus 7 25 14 70 21 3,75
Gemuk 5 17,86 0 0 5 0,42
Total 28 100 20 100 48 100
OR = 10,84
95% (CI) = Upper Limit – Lower Limit = 11.028 – 1.512
Hasil analisis statistic Chi-
square didapatkan nilai hasil (ρ-value) =
0,004, ρ < α = 0,05 yang lebih rendah
dari taraf signifikan. Kemudian hasil uji
Odd Ratio (OR) diperoleh OR = 10,84
dengan lower limit 1.512 dan upper
limit 11.028 pada tingkat kepercayaan
(CI) 95%. Karena nilai OR > 1 dengan
lower limit dan upper limit mencangkup
nilai 1. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
status gizi dengan kejadian anemia pada
remaja putri di SMAN 1 Besulutu tahun
2019. Dalam hal ini status gizi
mempengaruhi kejadian anemia pada
remaja putri. Status gizi tidak normal
akan berisiko 10,84 kali mengalami
kejadian anemia dibandingkan dengan
remaja putri yang status gizinya normal.
PEMBAHASAN
a. Hubungan Pola Menstruasi
Dengan Kejadian Anemia
Menstruasi adalah
perdarahan secara periodic dan
siklik dari uterus yang disertai
dengan pelepasan (deskuamasi)
endometrium. Lama menstruasi
biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-
2 hari diikuti darah sedikit-sedikit
dan ada yang sampai 7-8 hari.
Pola menstruasi yang
dialami setiap remaja putri berbeda
– beda. Sekitar umur menarche
sampai umur 18 tahun ,
kemungkinan menstruasi belum
teratur. Menstruasi yang tidak
teratur ini menunjukan aksi
hypothalamus hipofisis ovarium
belum sempurna. Pelepasan ovum
(ovum) hanya terjadi satu kali setiap
bulan, yaitu sekitar hari ke-14 pada
siklus menstruasi normal 28 hari.
45
Berdasarkan analisi data
diatas, dapat dilihat bahwa dalam
hasil penelitian ini menunjukan
terdapat hubungan pola menstruasi
dengan kejadian anemia pada remaja
putri di SMAN 1 Besulutu tahun
2019. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian lain yang dilakukan oleh
Fauziah (2011) menyebutkan bahwa
ada hubungan antara siklus
menstruasi dengan kejadian anemia
dengan nilai p=0,025 dan lama
menstruasi dengan kejadian anemia
pada remaja putri di SMA
Informatika Ciamis dengan nilai
p=0,026. Wanita mempunyai resiko
paling tinggi untuk menderita
anemia terutama remaja putri.
Wanita yang haid cenderung
mengalami defisiensi zat besi
karena hilangnya zat besi setiap
bulan dan diet mungkin kekurangan
zat besi (Corwin, 2009).
Anemia defisiensi zat besi
dapat berakibat pada penurunan
kemampuan berpikir dan perubahan
tingkah laku (Andriani, 2012).
Sedangkan Gibney (2009) Anemia
defisiensi pada anak-anak sekolah
dapat mengganggu kemampuan
belajar. Bukti yang yang tersedia
menunjukan gangguan psikomotor,
kemampuan intelektual, perubahan
tingkah laku, dan penurunan
resistensi terhadap penyakit tujuan
penelitian ini adalah untuk
mengeahui hubungan pola
menstruasi dengan kejadian anemia
pada remaja.
Remaja putri lebih banyak
membutuhkan zat besi daripada
remaja putra, karena remaja putri
mengalami menstruasi setiap
bulannya (andriani, 2012). Menurut
Gibney 2009, wanita mengalami
kehilangan zat besi akibat
menstruasi menyebabkan
meningkatnya kebutuhan rata-rata
zat besi setiap harinya sehingga zat
besi yang harus diserap adalah 1,4
mg perhari. Menurut Cogsnwell
(2009). Anemia adalah keadaan
dimana jumlah sel darah merah
dibawah normal (<12 g/dl untuk
perempuan atau <13 g/dl untuk laki-
laki). Sedangkan anemia zat besi
anemia yang timbul akibat
kosongnya cadangan zat besi tubuh,
sehingga penyediaan zat besi untuk
eritrosit berkurang yang pada
akhirnya pembentukan hemoglobin
juga akan berkuarang.
b. Hubungan Status Gizi dengan
Kejadian Anemia
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan p=0,004 yang berarti
terdapat hubungan antara status gizi
dengan kejadian anemia pada remaja
putri di SMAN 1 Besulutu.
Penyebab anemia tidak hanya
disebabkan oleh asupan tetapi juga
factor genetic atau karena penyakit.
Kebiasaan makan pada remaja putri
yang salah juga berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan dan
status gizi, dimana remaja putri
sering mengkonsumsi junk food
yang kaya akan kandungan energy
tetapi sangatminim kandungan
vitamin dan mineral sehingga belum
tentu remaja putri yang mempunyai
status gizi normal tidak mengalami
defisiansi zat besi ataupun mineral.
Andriani dan Wirjatmadi (2012).
Mengatakan bahwa factor-faktor
pendorong anemia pada remaja putri
adalah adanya penyakit infeksi yang
kronis, mensruasi yang berlebihan
pada remaja putri, pendarahan yang
mendadak seperti kecelakaan,
jumlah makanan atau penyerapan
diet yang buruk.
Menurut Carson (2009) bagi
remaja, makanan merupakan suatu
kebutuhan pokok untuk
pertumbuhan dan perkembangan
tubuhnya. Kekurangan konsumsi
makanan baik secara kuantitatif
46
maupun kualitatif, akan
menyebabkan gangguan proses
metabolism tubuh, yang mengarah
pada timbulnya penyakit. Tidak ada
satupun jenis makanan yang
mengandung gizi lengkap, maka
remaja harus mengkonsumsi
makanan yang beraneka ragam,
kekurangan zat gizi pada jenis
makanan yang satu akan dilengkapi
oleh zat gizi dari makanan lainnya.
Beberapa factor yang
berhubungan dengan kejadian
anemia pada remaja putri, yaitu
asupan energy, asupan protein,
asupan zat besi, asupan vitamin C,
kebiasaan minum the ataupun kopi,
investasi cacing, pengetahuan,
pendidikan, jenis pekerjaan orang
tua, pendapatan keluarga dan pola
menstruasi. Meningkatnya konsumsi
makanan olahan yang nilai gizinya
kurang, namun banyak kalori
merupakan penyebab para remaja
rentan sekali kekurangan zat besi (
Istiany dan Rulisanti, 2013).
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian
dan pembahasan tentang Hubungan
antara pola menstruasi, status gizi
dengan kejadian anemia, dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Pola menstruasi remaja putri di
SMAN1 Besulutu sebagian besar
normal yaitu sebanyak 25 orang
siswi atau 52,08% dan tidak
normalsebanyak 23 orang atau
47,92%
2. Status gizi normal sebanyak 22
orang 42,83%, status gizi pada
kategori kurus sebanyak 21 orang
atau 43,75% , sedangkan status gizi
gemuk sebanyak 5 orang atau
10,42%
3. Remaja putri di SMAN 1 Besulutu
yang mengalami anemia sebanyak
20 orang, sedangkan yang tidak
mengalami anemia sebnayak 28
orang siswa
4. Terdapat hubungan antara pola
menstruasi dengan kejadian anemia.
Pola menstruasi tidak normal akan
berisiko 4.009 kali mnegalami
kejadian anemia dibandingkan
dengan remaja putri yang pola
menstruasinya normal.
SARAN
Diharapkan bagi petugas
kesehatan untuk meningkatkan
komunikasi informasi edukasi (KIE)
pada remaja tentang pentingnya menjaga
pola makan untuk mencegah terjadinya
anemia bagi sekolah untuk diharapkan
untuk bekerja sama dengan pihak
puskesmas untuk memberikan
penyuluhan tertama dibidang gizi pada
remaja.
Diharapkan bagi peneliti
selanjutnya ,penelitian ini dapat menjadi
referensi pembelajaran terkait kejadian
anemia pada remaja.
Bagi remaja diharapkan selalu
meningkatkan pengetahuan terutama
terkait dengan gizi remaja sehingga
dapat mengurangi kejadian anemia pada
remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, T., Farida, C. (2012).
Hubungan Kadar Hemoglobin
Dan Status Gizi Dengan Pola
Siklus Menstruasi Pada Remaja
Akhir Akademi Kebidana Kota
Semarang. Jurnal kebidanan Vol.
2 No 1
Arikunto, S. (2010). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Andriani M, (2012). Peranan Gizi
Dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta : Kencana Prenada
Group
Andriani dan Wirjatmadi, (2012),
Pengantar Gizi Masyarakat,
Jakarta: Kencana Prenada
Group
Corwin EJ, (2009), Buku Saku
Patofisiologi, Jakarta, EGC
Carson VB, (2009), Mental Health
Nursing : The Nurse Patient
47
Journey, Philadephia : WB
Sanders Company
Cogswell M, (2009), The Iron Disorders
Institute guide to Anemia .
United Stated Cumberland
House an Imprint of Source
books
Depkes Ri. (2013). Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta : Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Ri
Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara.
(2016). Hasil Pantauan Status
Gizi Sulawesi Tenggara. Dinas
Kesehatan Sulawesi Tenggara
Fauzia D, (2011). Hubungan Antara
Pola Menstruasi Dan Komsumsi
Zat Besi Dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri Di
SMA Informatika Ciamis.
www.journalis.ac.id diunduh
tanggal 13 Juni 2019
Gibney. J, Michael, dkk, (2011), Gizi
Kesehatan Masyarakat,
Jakarta:EGC
Harahap, D., (2016). Hubungan Pola
Menstruasi, Pola Makan Dan
Pendapatan Keluarga Dengan
Terjadinya Anemia Pada Remaja
Putri Di Sma Negeri 1 Sosopan
Kecamatan Sosopan
KabupatenPadang Lawas Tahun
2016. Tesis. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera
Utara
Istiany A dan Rulisanti, (2013), Gizi
Terapan, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Kirana, D.P. (2011). Hubungan Asupan
Zat Gizi Dan Pola Menstruasi
Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Di SMAN 2
Semarang. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas
Diponegoro
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya
Permatasari, W.M. (2016). Hubungan
Antara Status Gizi, Siklus dan
Lama Menstruasi Dengan
Kejadian Anemia Remaja Putri Di
SMA Negeri 3 Surabaya. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya.
Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu
Kebidanan. Edisi Ke-4 Cetakan
Ke-1. Jakarta : Pt Bina Pustaka
Rosmawati. (2009). Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Kejadian
Anemia di Madrasah Aliyah
Negeri 2 Kendari Tahun 2009.
Karya Tulis Ilmiah. Politeknik
Kesehatan Kendari.
Saranani, F.F. (2018). Hubungan Pola
Menstruasi Dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja Puteri Di
Sma Negeri 2 Unaaha Kabupaten
Konawe Tahun 2018. Skripsi.
Politeknik Kesehatan Kendari.
Siswanto. (2013). Metodelogi Penelitian
Kesehatan Dan Kedokteran.
Jakarta : Pustaka Ilimu
Supariasa, I.D.N. (2002). Penilaian
Status Gizi. Jakarta : EGC
Tarwoto Dan Wasnidar, (2007). Buku
Saku Anemia Pada Ibu Hamil,
Konsep Dan Penatalaksanaanya.
Jakarta : Trans Info Media
Waryana. (2010), Gizi Reproduksi.
Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Wiknjosastro, H. (2008). Ilmu
Kebidanan. Edisi Ke-2 Cetakan
Ke-4. Jakarta:Yayasan Bina
Pustaka
Yunarsih., Antono, S.D. (2014).
Hubungan Pola Menstruasi
Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Kelas VII Smpn 6
Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan
Vol.3 No. 1