Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN SENAM KEGEL TERHADAP STRES INKONTINENSIA URINE POSTPARTUM
PADA WANITA PRIMIGRAVIDA
RELATIONSHIP OF KEGEL’S EXERCISES WITH STRESS
POSTPARTUM URINE INCONTINENCE AT THE PRIMIGRAVIDA WOMEN
EDDY ARSYAD P1507208032
KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU (COMBINED DEGREE)
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI PROGRAM STUDI BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
ii
HUBUNGAN SENAM KEGEL TERHADAP STRES INKONTINENSIA URINE POSTPARTUM
PADA WANITA PRIMIGRAVIDA
Tesis
Sebagai Salah Satu syarat untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Biomedik
KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU
Disusun dan diajukan oleh
EDDY ARSYAD
Kepada
KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU
(COMBINED DEGREE)
PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SEMINAR HASIL PENELITIAN
Program Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu (Combined Degree)
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
HUBUNGAN SENAM KEGEL TERHADAP STRES
INKONTINENSIA URINE POSTPARTUM
PADA WANITA PRIMIGRAVIDA
Disetujui untuk diseminarkan :
Nama : Eddy Arsyad
Nomor Pokok : P1507208032
Hari / Tanggal :
Tempat :
Pembimbing I Pembimbing II
dr. David Lotisna, Sp.OG (K)
Mengetahui
Koordinator Akademik
PPDS Terpadu (Combine Degree) FK-UNHAS
Prof.Dr.dr.H. Dasril Daud, Sp.A (K) Nip. 19520923 197903 1 003
Dr.dr.H. Nusratuddin, Sp.OG (K), MARS
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Eddy Arsyad
No Mahasiswa : P1507208032
Program Studi : Biomedik
Konsentrasi : Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sangsi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, Februari 2013
Yang Menyatakan
Eddy Arsyad
v
PRAKATA
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
berkat, rahmat dan karunia serta perlindungan-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini merupakan salah satu
syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu di
Program Pasca Sarjana dan juga pada bagian Obstetri dan Ginekologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun tata bahasanya, dengan demikian segala
kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan tesis ini.
Terlepas dari semuanya itu, harapan penulis agar tesis ini dapat
menambah pengetahuan ilmiah yang dapat digunakan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan penanganan pasien khususnya
dalam bidang Obstetri dan Ginekologi.
Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima
kasih kepada dr. David Lotisna, SpOG(K), Dr.dr.Nusratuddin Abdullah,
SpOG(K), MARS,Dr.dr. Eddy R Moeljono, SpOG(K), dr. Eddy Hartono,
SpOG(K), Dr.dr. Ilhamjaya Patellongi, MS. Masing-masing sebagai ketua
komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing atas bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan mulai dari pengembangan minat terhadap
permasalahan penelitian ini, pelaksanaan penelitiannya sampai penulisan
tesis ini.
vi
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Ketua Bagian, Dr.dr.A.Mardiah Tahir, SpOG, BapakKetua
program studi, Dr. dr. Nusratuddin Abdullah, SpOG(K), MARS, dan
seluruh staf pengajar beserta staf pegawai di Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK Unhas. Rasa hormat dan penghargaan setinggi-
tingginya penulis haturkan atas bantuan yang telah diberikan selama
ini, kiranya dapat menjadi bekal hidup dalam mengabdikan ilmu saya.
2. Bapak Ketua konsentrasi, Ketua Program Studi Biomedik, beserta
seluruh staf pengajar pada Konsentrasi Pendidikan Dokter Spesialis
Terpadu (Combinned Degree) Program Biomedik Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin atas bimbingannya selama penulis menjalani
pendidikan.
3. Semua teman sejawat PPDS-1 Obgin khususnya angkatan Juli 2008
atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.
4. Semua bidan dan paramedis bagian Obstetri dan Ginekologi di
seluruh Rumah sakit pendidikan Obgin FK Unhas dan jejaringnya
atas kerjasamanya selama penulis menjalani pendidikan.
5. Semua pasien dan keluargannya, atas kerelaan sebagai klien serta
kerjasama yang baik selama saya menempuh proses pendidikan ini.
6. Kepada kedua Orang tua tercinta,Ayahanda M. Arsyad (almarhum)
dan Ibunda Hj. Hapida tersayang, yang telah melahirkan,
membesarkan dan mendidik saya dengan kasih sayang serta
vii
perhatian dan dukungan yang tidak ternilai dan tak tergantikan
dengan apapun jua, yang telah diberikan kepada saya.
7. Kepada kedua mertua saya, Drs.H. Sabaruddin Yunus M.Si dan Dra.
Hj. Khaerana, saya ucapkan terima kasih atas dukungan dan
semangatyang telah diberikan selama saya menempuh pendidikan
ini. Dan dengan segala cinta kasih, pengorbanan dan dukungan yang
diberikan membuat saya kuat, tabah dan bersemangat serta pantang
mundur sehingga bisa menghadapi masa-masa paling sulit dalam
hidup saya, dengan segenap hati saya ucapkan terima kasih yang
setulusnya.
8. Kepada istriku tercinta, dr. Herwina Sabaruddin, yang dengan segala
kecintaan, pengorbanan, pengertian, kesabaran dan dukungan
sehingga memberi ketenangan, ketabahan, dan semangat dalam
menyelesaikan pendidikan ini, saya sampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya.Kamu sangat berarti dalam hidup saya.
9. Kepada ketiga buah hatiku yang tersayang, Fedya Jelila, Fehima
Refifa, dan Fiqra Juniarsi. Terima kasih sayang atas segala perhatian,
semangat, doa dan harapan yang setiap hari kalian panjatkan dalam
doa supaya Ayah cepat menyelesaikan pendidikan. Kalian adalah
segala-galanya bagi Ayah.
10. Kepada kakak-kakak saya dan semua saudara ipar saya atas
dukungan moril dan finansial selama saya studi, atas doa-doa mereka
viii
yang tak terdengar namun diijabah Allah, untuk semua itu hanya
Allah sebaik-baik pemberi balasan kebaikan.
Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat saya sebutkan satu-persatu atas segala bantuan, dukungan,
kerja sama yang baik dalam penyelesaian tesis ini maupun selama
menjalani proses pendidikan. Semoga Allah SWT akan membalas semua
kebaikan dan jerih payah bapak, ibu dan saudara-saudara dengan rahmat
dan anugerah-Nya.Amien.
Makassar, Februari 2013
Eddy Arsyad
ix
ABSTRAK
EDDY ARSYAD. Hubungan Senam Kegel terhadap Stres Inkontinensia Urine Postpartum pada Wanita Primigravida(dibimbing oleh David Lotisna dan Nusratuddin).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab terjadinya stres inkontinensia urine pada wanita primigravida dan untuk mengetahui hubungan antara stres inkontinensia urine dengan senam Kegel pada wanita primigravida.
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa Rumah Sakit pendidikan Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNHAS, antara lain: RS. Wahidin Sudirohusodo, RSKDIA St. Fatimah, RS Bayangkhara, RS Haji, RS Syech Yusuf Gowa dan RS Salewangang Maros selama periode September –Desember 2012. Dilakukan observasi terhadap wanita primigravida yang melakukan senam Kegel dan yang tidak melakukan senam Kegel yang kemudian di anamnesis dengan menggunakan alat pengukuran berupa kuisioner. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahobservasional dengan desain cross sectional study. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi adalah 60 orang wanita primigravida dengan umur kehamilan ≥ 32 minggu. Sampel terbagi menjadi 2 kelompok yaitu yang mengikuti senam Kegel sebanyak 30 orang dan tidak mengikuti senam Kegel sebanyak 30 orang sebagai kontrol. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik t Independen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita primigravida yang mengikuti senam Kegel dan yang tidak mengikuti senam Kegel berbeda secara statistik (P=0,000) dimana terjadi hubungan signifikan antara senam Kegel dengan penurunan kejadian inkontinensia urine postpartum pada wanita primigravida.
Kata Kunci: Stres inkontinensia urine, primigravida, senam Kegel.
x
ABSTRACT
EDDY ARSYAD.Relationship of Kegel’s Exercises With Stress Postpartum Urine Incontinence at the Primigravida Women(supervised by David LotisnaandNusratuddin).
This study aims to analyze the causes of stress urinary incontinence in women primigravida and to determine the relationship between stress urinary incontinence in women with Kegel exercises primigravida.
This study was conducted in several education Hospital Department of Obstetrics and Ginecologi FK-UNHAS, among others: RS. Wahidin Sudirohusodo, RSKDIA St. Fatimah, RS Bayangkhara, Haji RS, RS RS Syech Joseph Gowa and Maros Salewangang during the period from September to December 2012. Observations of women who perform Kegel exercises primigravida and that does not do the Kegel exercises later in history by using measurement tools such as questionnaires. The method used in this study was an observational cross-sectional study design. Sample studies met the inclusion criteria were 60 primigravida women with gestational age ≥ 32 weeks. Samples were divided into 2 groups: Kegel exercises are followed by 30 people, and do not follow the Kegel exercises as many as 30 people as controls. Data were analyzed using independent t statistical analysis.
The results showed that women who followed the primigravida and Kegel exercises Kegel exercises are not following statistically different (P = 0.000) where there is a significant relationship between Kegel exercises with a reduced incidence of postpartum urinary incontinence in women primigravida. Keywords: Stressurinary incontinence, primigravida, Kegel exercises.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .............................................. iv
PRAKATA .......................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xv
DAFTAR TABEL ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN .................................... xviii
BAB I, PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 3
xii
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 4
BAB II, TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 5
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinaria Bagian Bawah ....... 5
B. Neurofisiologi Kandung Kemih dan Uretra ....................... 6
C. Anatomi dan Fisiologi Dasar Panggul ............................... 9
D. Persyarafan .................................................................. 13
E. Fungsi Gabungan Otot Dasar Panggul ........................ ..... 13
F. Inkontinensia Urine ........................................................... 14
G. Senam Kegel .................................................................... 25
BAB III, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ................................................................................ 30
A. Kerangka Teori ................................................................. 30
B. Kerangka Konsep .............................................................. 31
C. Hipotesis Penelitian ........................................................... 31
BAB IV, METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 32
A. Rancangan Penelitian ....................................................... 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 32
C. Populasi dan Sampel ........................................................ 32
D. Kriteria Sampel .................................................................. 33
E. Cara Pengambilan Data .................................................... 34
F. Metode Pengumpulan Data ............................................... 34
G. Identifikasi Variabel ............................................................ 35
xiii
H. Definisi Operasional .................... ...................................... 35
I. Cara Kerja .......................................................... ............... 36
J. Metode Analisa Data .................................................... ..... 37
K. Penyajian Data .................................................................. 37
L. Aspek Etis .......................................................................... 37
M. Alur Penelitian .................................................................... 38
N. Analisis Data dan Uji Statistik ............................................ 39
O. Ijin Penelitian dan Kelaikan Etik ........................................ 39
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 40
A. Hasil Penelitian ................................................................. 40
B. Pembahasan ..................................................................... 43
BAB VI, KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 46
B. Saran ................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Anatomi Sistem Perkemihan pada Wanita 6
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Karakteristik Sampel pada Kedua Kelompok 40
2. Distribusi Stres Inkontinensia Urine pada Kelompok 41
3. Distribusi Inkontinensia Urine Berdasarkan Tingkat Pendidikan 41
4. Distribusi Inkonteninsia Urine Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Kelompok Senam Kegel dan Kontrol 42
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Naskah Penjelasan untuk Responden (Subyek) 50
2. Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian setelah Mendapat Penjelasan 52
3. Kartu Kontrol Senam Kegel 54
4. Kuisioner Senam Kegel 55
5. Cara-cara Latihan Senam Kegel 58
6. Data Penelitian 59
xvii
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Arti dan Keterangan ODP
SIU
GSI
PFS
gr
ml
SD
SMP
SMA
D3
S1
RS
RSKDIA
Unhas
Obgin
Otot Dasar panggul
Stres inkontinensia urine
Genuine stress incontinence (GSI)
Pressure-Flow Study
Gram
Mililiter
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas
Diploma 3
Sarjana 1
Rumah Sakit
Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak
Universitas Hasanuddin
Obstetri dan Ginekologi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disfungsi dasar panggul dapat menimbulkan berbagai gejala yang
mengganggu kualitas hidup seperti inkontinensia urine, inkontinensia alvi,
prolaps organ panggul, dan disfungsi seksual. Kebanyakan disfungsi
dasar panggul dihubungkan dengan kerusakan dasar panggul selama
persalinan, terutama pada persalinan pertama (Junizaf, 2002).
Kehamilan dan persalinan akan menyebabkan dasar panggul
melemah atau rusak sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
Kekendoran otot-otot yang melingkari vagina sering disebabkan oleh
kelahiran anak melalui vagina. Hampir 50% wanita yang pernah
melahirkan akan menderita prolaps organ genitourinaria dan 40% disertai
inkontinensia urine. Diantara kondisi ini stress inkontinensia merupakan
salah satu yang paling tinggi prevalensinya. Satu dari tiga wanita akan
mengalami inkontinensia selama hidupnya dan lebih 65% wanita ini
menyatakan bahwa hal tersebut dimulai saat kehamilan maupun sesudah
melahirkan(Wyman. J.F, 2003).
Dalam laporan tahunannya pada tahun 2001, Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Pantai Pasifik memperkirakan bahwa kebutuhan
akan pelayanan bagi perempuan kerusakan dasar panggul akan
meningkat sampai 45% sampai 30 tahun kedepan(Nygaard. I. E, 2004).
2
Senam Kegel awalnya ditujukan untuk mengatasi inkotinensia
(ketidakmampuan menahan kemih) pada wanita. Inkontinensia bisa timbul
pasca persalinan atau sebab lainnya. Senam ini bertujuan untuk
melatih/menguatkan otot-otot dasar panggul (pelvic floor muscle)
(Holroyd-Leduc and Strauss, 2004).Dengan berpikir sehat dan memahami
kebutuhannya, wanita hamil dapat merencanakan dan berpartisipasi
didalam program latihan yang aman dan efektif selama kehamilan.
Senam Kegel dapat membuat kehamilan menjadi lebih
menyenangkan(Mary. C. Ann, 2011), (Nuhonni. S. A, 2004).
Menurut Purnomo (2003), senam Kegel adalah terapi non operatif
paling populer untuk mengatasi inkontinensia urine. Latihan ini dapat
memperkuat otot-otot di sekitar organ reproduksi dan memperbaiki tonus
tersebut (Bobak, 2004). Senam Kegel membantu meningkatkan tonus
dan kekuatan otot lurik uretra dan periuretra. Senam Kegel sebaiknya
dilakukan selama hamil dan setelah melahirkan untuk membantu otot-otot
panggul kembali ke fungsi normal. Apabila dilakukan secara teratur,
latihan ini dapat membantu mencegah prolaps uterus dan stres
inkontinensia di kemudian hari (Bobak, 2004).
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rata-rata
keberhasilan melatih otot dasar panggul untuk mencegah inkontinensia
urine dilaporkan sebesar 56%-75% (Freeman, 2004). Ibu postpartum
dengan inkontinensia urine menetap selama tiga bulan setelah
melahirkan dan yang menerima latihan otot dasar panggul mengalami
3
penurunan kejadian daripada ibu postpartum yang tidak mendapatkan
perawatan latihan (menurun sekitar 20%) untuk melaporkan inkontinensia
setelah 12 bulan. Terlihat bahwa semakin sering dalam menjalankan
program, maka efeknya semakin besar (Smith, et.,all. 2009).
Dengan melihat adanya keterkaitan antara senam Kegel dengan
penurunan kejadian inkontinensia urine, maka penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan senam Kegel
terhadap penurunan stres inkontinensia urine postpartum khususnya
pada ibu primigravida.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan senam Kegel terhadap kasus stres
inkontinensia urinepostpartum pada wanita primigravida.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis penyebab terjadinya stres inkontinensia urine pada
wanita pirimingravida serta mengetahui hubungan antara stres
inkontinensia urine dengan senam Kegel pada wanita pirimigravida.
Tujuan Khusus
1. Mengukur tingkat stres inkontinensia urine postpartum pada
wanita hamil yang melakukan senam kegel.
4
2. Mengukur tingkat stres inkontinensia urine postpartum pada wanita
hamil yang tidak melakukan senam Kegel.
3. Membandingkan tingkat stres inkontinensia urine postpartum pada
wanita hamil yang melakukan senam Kegel dan tidak melakukan
senam Kegel.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan informasi ilmiah tentanghubungan senam Kegel
terhadap stres inkontinensia urine postpartum.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber
data untuk penelitian selanjutnya pada bidang Uroginekologi
terutama dalam hubungan senam Kegel terhadap stres
inkontinensia urinepostpartum.
3. Jika teknik senam Kegel terbukti efektif untuk penanganan stres
inkontinensia urinepostpartum, maka hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai salah satu teknik penanganan stres
inkontinensia urine postpartum di Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran UNHAS.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinaria Bagian Bawah
Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli-buli (kandung kemih)
dan uretra yang keduanya harus bekerja secara sinergis untuk dapat
menjalankan fungsinya dalam menyimpan (storage) dan mengeluarkan
(voiding) urine. Kandung kemih merupakan organ berongga yang terdiri
atas mukosa, otot polos detrusor, dan serosa. Pada perbatasan antara
kandung kemih dan uretra, berupa sfingter uretra interna yang terdiri atas
otot polos. Sfingter interna ini selalu tertutup pada saat fase pengisian
(filling) atau penyimpanan, dan terbuka pada saat isi kandung kemih
penuh dan saat miksi atau pengeluaran (evecuating). Di sebelah distal
dari uretra posterior terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot
bergaris dari otot dasar panggul. Sfingter ini membuka pada saat miksi
sesuai dengan perintah dari korteks serebri.
Pada saat pengisian, terjadi relaksasi otot detrusor dan pada fase
pengeluaran urine terjadi kontraksi otot detrusor. Selama pengisian urine,
kandung kemih mampu untuk melakukan akomodasi yang meningkatkan
volumenya dengan mempertahankan tekanannya dibawah 15 cm H2O
sampai volumenya cukup besar. Sifat kandung kemih seperti ini disebut
sebagai komplians kandung kemih (bladder compliance).
6
Jika terjadi kerusakan dinding kandung kemih sehingga
viskoelastisitas kandung kemih terganggu, komplians kandung kemih
menurun , yang berarti bahwa pengisian urine pada volume tertentu akan
menyebabkan kenaikan tekanan intravesika yang cukup besar
(Herschorn. S, 2004).
Gambar 1: Anatomi Sistem Perkemihan pada Wanita.
B. Neurofisiologi Kandung Kemih dan Uretra
Sistem saluran kemih bagian bawah mendapatkan innervasi dari
serabut saraf aferen yang berasal dari kandung kemih dan uretra serta
serabut saraf eferen berupa sistem parasimpatik, simpatik dan somatik.
Serabut aferen dari dinding kandung kemih menerima impuls strectsh
reseptor (reseptor regangan) dari kandung kemih yang dibawa oleh
nervus pelvikus ke korda spinalis S2-4 dan diteruskan sampai ke otak
melalui traktus spinotalamikus. Sinyal ini akan memberikan informasi
kepada otak tentang volume urine di dalam kandung kemih. Jalur aferen
7
dari sfingter uretra eksterna dan uretra mengenai sensasi suhu, nyeri, dan
adanya aliran urine di dalam uretra. Impuls ini dibawa oleh nervus
pudendus menuju korda spinalis S2-4.
Serabut eferen parasimpatik berasal dari korda spinalis S2-4
dibawa oleh nervus pelvikus dan memberikan inervasi pada otot detrusor.
Asetilkolin (Ach)adalah neurotransmitter yang berperan dalam
penghantaran signal saraf kolinergik, yang setelah berikatan dengan
reseptor muskarinik menyebabkan kontraksi otot detrusor. Reseptor
muskarinik yang banyak berperan di dalam kontraksi kandung kemih
adalah M2 dan M3. Peranan sistem parasimpatik pada proses miksi
berupa kontraksi detrusor, dan terbukanya sfingter uretra.
Serabut saraf simpatik berasal dari korda spinalis segmen thorako-
lumbal (T10 – L2) yang dibawa oleh nervus hipogastrikus menuju kandung
kemih dan uretra. Teradapat 2 jenis reseptor adrenergik yang letaknya
berada di dalam kandung kemih dan uretra, yaitu reseptor adrenergik
yang banyak terdapat pada leher kandung kemih (sfingter interna) dan
uretra posterior, serta reseptor adrenergik yang banyak terdapat pada
fundus kandung kemih. Rangsangan pada reseptor
adrenergik menyebabkan kontraksi, sedangkan pada menyebabkan
relaksasi. Sistem simpatis ini berperan pada fase pengisian yaitu
menyebabkan terjadinya : (1) relaksasi otot detrusor karena stimulasi
adrenergik dan (2) kontraksi sfingter interna serta uretra posterior karena
stimulasi adrenergik yang betujuan untuk mempertahankan resistensi
8
uretra agar selama fase pengisian urine tidak bocor (keluar) dari kandung
kemih (Resnick, 1998).
Serabut saraf somatik berasal dari nukleus Onuf yang berada di
kornu anterior korda spinalis S2-4 yang dibawa oleh nervus pudendus dan
menginervasi otot bergaris sfingter eksterna dan otot-otot dasar panggul.
Perintah dari korteks serebri (secara disadari) menyebabkan terbukanya
sfingter eksterna pada saat miksi.
Pada saat kandung kemih terisi oleh urine dari kedua ureter,
volume kandung kemih bertambah besar karena ototnya mengalami
peregangan. Regangan itu menyebabkan stimulasi pada stretch reseptor
yang berada di dinding kandung kemih yang kemudian memberikan
signal kepada otak tentang jumlah urine yang mengisi kandung kemih.
Setelah kurang lebih terisi separuh dari kapasitasnya, mulai dirasakan
oleh otak adanya urine yang mengisi kandung kemih.
Pada saat kandung kemih sedang terisi, tejadi stimulasi pada
sistem simpatik yang mengakibatkan kontraksi sfingter uretra interna
(menutupnya leher kandung kemih), dan inhibisi sistem parasimpatik
berupa relaksasi otot detrusor. Kemudian pada saat kandung kemih terisi
penuh dan timbul keinginan untuk miksi, timbul stimulasi sistem
parasimpatik dan menyebabkan kontraksi otot detrusor, serta inhibisi
sistem simpatik yang menyebabkan relaksasi sfingter interna (terbukanya
leher kandung kemih). Miksi kemudian terjadi jika relaksasi sfingter uretra
eksterna dan tekanan intravesikal melebihi tekanan intrauretra.
9
Kelainan pada unit vesiko-uretra dapat terjadi pada fase pengisian
atau pada fase miksi. Kegagalan kandung kemih dalam menyimpan urine
menyebabkan urine tidak sempat tersimpan di dalam kandung kemih dan
keluar melalui kandung kemih,yaitu pada inkontinensia urine sedangkan
kelainan pada fase miksi menyebabkan urine tertahan di dalam kandung
kemih sampai terjadi retensi urine (Barber MD, 2002).
C. Anatomi dan Fisiologi Dasar Panggul
Dasar panggul membentuk landasan bagi panggul dan terdiri atas
otot perineum, fascia dan levator ani profunda, serta otot koksigeus.
Dasar panggul adalah diafragma muskuler yang memisahkan cavum
pelvis di sebelah atas dengan ruang perineum di sebelah bawah. Sekat
ini dibentuk oleh m. Levator ani, serat m. Coccigeus dan seluruhnya
ditutupi oleh fascia parietalis ((Delancey JOL, (1994); Loetan F, (2006))
Otot-otot dasar panggul memegang peranan penting dalam
menyokong kandung kemih. Otot-otot ini tidak hanya harus mampu
berkontraksi secara volunter (dan cepat pada satu waktu) tetapi juga
harus dapat mempertahankan tonus istirahat secara berkelanjutan.
Penyokong organ pelvis yang utama ada pada otot levator ani. Saat otot
levator ani berkontraksi, leher kandung kemih terangkat dan membantu
menahan gaya yang timbul dari setiap peningkatan tekanan
intraabdominal atau intrauretra. Fascia, seperti pelvic dan endopelvic
fascia, membantu mempertahankan sokongan kandung kemih (Leach. G
and Haab. F, 2004).
10
Otot Perineum Superfisial
Otot perineum superfisial terdiri atas serabut tipis kecil otot yang
menyebar ke arah luar tulang pelvis pada setiap sisi dari arah sentral
tendinus korpus peritoneum. Korpus peritoneum merupakan piramida otot
dan jaringan fibrosa, letaknya antara vagina dan rektum. Bulbospongiosus
melekat pada korpus peritoneum di sekeliling vagina sampai ke klitoris.
Iskiokavernosus melekat pada tuberositas iskium dan klitoris. Otot
perineal transversus superfisial melekat pada tuberositas iskium sampai
ke korpus peritoneum. Sfingter ani eksternal mengelilingi orifisium anal
dan tertanam di bagian depan korpus peritoneum serta melekatkan diri
pada bagian belakang tulang koksik (Bo. K, 2004).
Levator Ani
Lapisan dalam otot ini dapat dikenal pula sebagai satu serabut otot
yang terlindungi oleh fascia pelvis; otot ini membentuk suatu penyangga
yang kokoh, yang menyangga viscera abdominal. Otot ini terbagi dalam
iskiokoksigeus (kadang dikenal sebagai koksigeus), iliokoksigeus,
pubokoksigeus, dan puborektalis, serta dilekatkan ke permukaan pelvis
dari spina iskia. Serat otot ini dengan beragam derajat obliknya
membentang pada sisi vagina yang bermuara ke korpus peritoneum.
Iskiokoksigeus merupakan otot segitiga yang bentuknya kecil,
membentang pada bagian superior dan posterior, namun pada bidang
yang sama, dianggap sebagai bagian levator ani, namun kerap pula
dianggap sebagai bagian yang terpisah. Otot ini muncul dari spina iskia
11
dan ligamen sakrospina serta membentang ke bagian atas koksik dan
bagian bawah sakrum. Iliokoksigeus muncul dari fascia di atas obturator
internus dan spina iskia (Bo K, 2004). Illiococcigeus berasal dari arkus
tendendeneus levator ani (ATLA), penebalan dari fascia yang meliputi
obstruktor internus yang berjalan dari spina ischiadika ke permukaan
posterior dari ramus superior ipsilateral, masuk ke garis tengah melalui
raphe anococcigeal (Cammu. H , 2000).
Serat puborektalis medialis menjulur pada sisi vagina dan uretra,
sebelum masuk ke bagian korpus peritoneum, dan serat lateralnya pada
masing-masing sisi mengitari rektum dan bersatu dengan sfingter anus
eksternal. Serat ini muncul dari bagian spina iskia dan meletakkan dirinya
ke tulang koksik dan sakrum bagian bawah. Puborektalis juga berasal dari
tulang pubis, tetapi serabutnya melewati bagian posterior dan membentuk
tali gantungan di sekeliling vagina, rektum dan perineum, membentuk
sudut anorektal dan menutupi urogenital (Barber. M.D, 2002).
Serat pubokoksigeus muncul dari tulang pubis dan fascia di atas
obturator internal dan melekat ke bagian anterior koksik. Otot
pubococcigeus berasal dari posterior inferior ramus pubis dan masuk ke
garis lengan organ visceral dari anococcigeal raphe (Herschorn. S, 2004).
Ruangan antara muskulus levator ani dimana dilalui oleh uretra,
vagna dan rektum disebut sebagai hiatus urogenital. Fusi dari levator ani
dimana mereka bergabung pada garis tengah disebut sebagai lempeng
levator. Otot dasar panggul khususnya muskulus levator ani, mempunyai
12
peranan penting dalam menyangga organ visera pelvis dan peran integral
pada fungsi berkemih, defekasi dan seksual (Barber.M.D, 2002).
Otot levator ani dapat dibagi menjadi 4 regio sesuai dengan lokasi
anatomisnya: pubococcygeus (otot pubovisceral), iliococcygeus,
pubovaginalis serta puborectalis dan puboanalis. Kontinensia
dipertahankan terutama oleh serabut medial levator ani. Pada serabut
otot ini terdapat kombinasi serabut slow- dan fast-twitch. Serabut slow-
twitch berfungsi dalam respon postural sedangkan fast-twitch diperlukan
untuk stimulus yang bersifat mendadak. Otot lain yang juga terdapat
dalam diafragma pelvis adalah obturator internis dan piriformis
(Herschorn. S, 2004).
Fascia Dasar Panggul
Segitiga urogenital atau diafragma urogenital adalah dua lapisan
fascia, mengisi ruang segitiga di bawah simfisis pubis dan ramus
pubis.Fascia ini terbelah pada bagian tengahnya untuk memberi ruang
bagi vagina dan uretra. Fascia ini juga membungkus levator ani. Fascia
terdiri dari sedikit serabut otot, disebut kompresor uretra dan peritoneum
transversum profunda. Peritoneum transversum profunda melekat pada
korpus peritoneum, berfungsi membungkus dan menjadi perlekatan otot
dan dapat sangat tergang selama proses persalinan (Leach.G, 2004).
13
D. Persyarafan
Otot-otot diatas dipersarafi oleh pleksus pudendus, yang
merupakan sistem persyarafan yang berasal dari nervus sakralis ke-2, ke-
3, ke-4 dan kadang-kadang ke-5 (S2-5) (Barber. M.D, 2002).
Dari penelitian transeksi kucing diduga efek korteks serebral pada
proses berkemih dalam inhibisi. Hal ini juga terjadi pada basal ganglia dan
berhubungan dengan keadaan klinis detrusor hyperflexia pada pasien
dengan disfungsi basal ganglia (contohnya penyakit Parkinson).
Cerebellum juga diduga mempertahankan tonus otot-otot dasar panggul
dan mempengaruhi koordinasi antara relaksasi otot lurik periuretral dan
pengosongan kandung kemih (Barber.M.D, 2002) (Wall.L.L, 1997).
E. Fungsi Gabungan Otot Dasar Panggul
a. Membentuk dasar pintu atas panggul
b. Menjaga kestabilan panggul bersama dengan transversus
abdominis
c. Menyangga organ pelvis
d. Kontra-kerja perubahan pada tekanan abdomen yang disebabkan
oleh aktivitas seperti batuk dan mengangkat benda
e. Membantu mempertahankan kontinensia
f. Memfasilitasi berkemih, defekasi dan persalinan
g. Menghasilkan suatu terowongan yang dapat membantu rotasi
kepala janin selama persalinan.
h. Peran penting dengan berhubungan dengan pasangan.
14
Fungsi diatas hanya efisien jika otot tersebut dalam keadaan kuat.
Kelemahan otot ini sebaliknya dapat mengakibatkan inkontinensia urine
dan prolaps uterus dan/atau dinding vagina. Menurut Loetan F(2006) dan
Pires M (2003), fungsi utama panggul adalah supportir, sfingterik dan
fungsi seksual.
F. Inkontinensia Urine
Definisi Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine menurut International Continence Society
didefinisikan sebagai keluarnya urin secara involunter yang menimbulkan
masalah sosial dan higiene serta secara objektif tampak nyata.
Inkontinensia urine dapat merupakan suatu gejala, tanda ataupun suatu
kondisi. Kondisi ini bukan merupakan bagian yang normal dari proses
penuaan, walaupun prevalensinya meningkat sejalan dengan peningkatan
usia (Menefee, 2002).
Diagnosis banding inkontinensia urine cukup luas dengan banyak
penyebab. Terkadang lebih dari satu faktor penyebab terlibat, sehingga
penegakkan diagnosis dan terapinya menjadi lebih sulit. Membedakan
etiologi ini merupakan hal yang penting karena setiap kondisi memerlukan
pendekatan terapi yang berbeda (Nygaard. I.E, 2004).
Kegagalan sistem vesiko uretra pada fase pengisian menyebabkan
inkontinensia urine. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelainan pada
kandung kemih atau kelainan pada sfingter (uretra). Kelainan pada
kandung kemih dapat berupa overaktivitas detrusor dan menurunnya
15
komplians kandung kemih. Kelainan pada uretra dapat berupa
hipermobilitas uretra dan defisiensi sfingter intrinsik. Kelainan yang
berasal dari kandung kemih menyebabkan suatu inkontinensia urge
sedangkan kelainan dari jalan keluar (outlet) memberikan manfaat
manifestasi berupa inkontinensia stress (Holroyd-Leduc and Strauss,
2004)
Klasifikasi Inkontinensia Urine
Menurut Nygaard I.E(2004), inkontinensia urine terbagi menjadi 2,
yaitu: Transient Incontinence dan True Incontinence.
a. Transient Incontinence
Inkontinensia transien sering terjadi pada usia. Jenis inkontinesia
ini mencakup sepertiga kejadian inkontinensia pada masyarakat dan lebih
dari setengah pasien inkontinensia yang menjalani rawat inap.
Penyebabnya sering disingkat menjadi DIAPPERS.
DIAPPERS merupakan kepanjangan dari Delirium/confusional
state, Infection–urinary (symptomatic), Atrophic urethritis/vaginitis,
Pharmaceuticals, Psychological, Excessive urine output (cardiac, DM),
Restricted mobility, dan Stool impaction.
1) Delirium
Pada kondisi berkurangnya kesadaran baik karena pengaruh obat,
operasi ataupun penyakit yang bersifat akut (contohnya karena infeksi),
kejadian inkontinensia akan dapat dihilangkan dengan mengidentifikasi
dan menterapi penyebab delirium. Pasien lebih memerlukan manajemen
16
medis dalam mengatasinya dibandingkan dengan manajemen kandung
kemih.
2) Infeksi traktus urinarius (Infection-Urinary)
Infeksi traktus urinarius yang simptomatik seperti cystitis dan
urethritis dapat menyebabkan iritasi kandung kemih sehingga timbul
frekuensi, disuria dan urgensi yang mengakibatkan seorang usila tidak
mampu mencapai toilet untuk berkemih. Bakteriuria tanpa disertai piuria
(infeksi asimptomatik) yang banyak terjadi pada usila, tidak selalu
mengindikasikan adanya infeksi dan bisa saja bukan etiologi
inkontinensia, tetapi banyak dokter yang akan menterapi ini dengan
antibiotika walaupun hal tersebut tidak didukung oleh bukti penelitian.
3) Atrophic vaginitis (Atrophic Uretritis)
Jaringan yang teriritasi, tipis dan mudah rusak dapat menyebabkan
timbulnya gejala rasa terbakar di uretra, disuria, infeksi traktus urinarius
berulang, dispareunia, urgensi, stress atau urge incontinence. Gejalanya
sangat responsif terhadap terapi estrogen dosis rendah, yang diberikan
baik oral (0,3–0,6mg conjugated estrogen/hari) atau topikal. Gejala akan
berkurang dalam beberapa hari hingga 6 minggu, walaupun respon
biokimia intraseluler memakan waktu lebih panjang
4) Obat-obatan (Pharmaceutical)
Obat-obatan sering dihubungkan dengan inkontinensia pada usila.
Obat-obatan seperti diuretik akan meningkatkan pembebanan urine di
kandung kemih sehingga bila seseorang tidak dapat menemukan toilet
17
pada waktunya akan timbul urgeincontinence. Agen antikolinergik dan
sedatif dapat menyebabkan timbulnya atonia sehingga timbul retensi
urine kronis dan overflow incontinence. Sedatif, seperti benzodiazepin
juga dapat berakumulasi dan menyebabkan confusion dan inkontinensia
sekunder, terutama pada usila. Alkohol, mempunyai efek serupa dengan
benzodiazepines, mengganggu mobilitas dan menimbulkan diuresis.
Calcium-channel blockers untuk hipertensi dapat menyebabkan
berkurangnya tonus sfingter uretra eksternal dan gangguan kontraktilitas
otot polos kandung kemih sehingga menstimulasi timbulnya stress
incontinence. Obat ini juga dapat menyebabkan edema perifer, yang
menimbulkan nokturia. Agen alpha-adrenergik yang sering ditemukan di
obat influenza, akan meningkatkan tahanan outlet dan menyebabkan
kesulitan berkemih; sebaliknya obat-obatan ini sering bermanfaat dalam
mengobati beberapa kasus stress incontinence. Alpha blockers, yang
sering dipergunakan untuk terapi hipertensi dapat menurunkan
kemampuan penutupan uretra dan menyebabkan stress incontinence.
5) Psikologis (Psychological)
Proses psikologis yang menyebabkan timbulnya inkontinensia
belum pernah diteliti, tetapi hal ini jarang terjadi pada orang usila
dibandingkan dengan yang muda. Depresi dan kecemasan dapat
menyebabkan pasien mengalami “kebocoran” urine. Mekanisme ini
biasanya merupakan kombinasi dari bladder overactivity dan relaksasi
sfingter uretra yang tidak tepat. Intervensi awal ditujukan pada gangguan
18
psikologinya. Setelah gangguan tersebut diatasi tetapi masih terdapat
inkontinensia maka harus dilakukan evaluasi lebih lanjut.
6) Output Urine yang Berlebihan (Excessive urine output)
Output urine yang berlebihan bisa disebabkan oleh karena intake
cairan yang banyak, minuman berkafein, dan masalah endokrin. Diabetes
mellitus melalui efek diuresis osmotiknya dapat menyebabkan suatu
kondisi overactive bladder. Diabetes insipidus juga akan menyebabkan
terjadinya peningkatan produksi urine hingga 10 liter per hari pada
kandung kemih sehingga menimbulkan overflow incontinence. Kondisi
hipertiroid dapat menginduksi kandung kemih menjadi overactive,
sehingga menimbulkan kondisi urge incontinence. Disamping itu, kondisi
hipotiroidism dapat menyebabkan kandung kemih hipotoni dan
menimbulkan overflow incontinence.
7) Mobilitas yang terbatas (Restricted mobility)
Umumnya hal ini yang sering menimbulkan inkontinensia pada
usila. Keterbatasan mobilitas ini dapat disebabkan karena kondisi nyeri
arthritis, deformitas panggul, deconditioning fisik, stenosis spinal, gagal
jantung, penglihatan yang buruk, hipotensi postural atau post prandial,
claudication, perasaan takut jatuh, stroke, masalah kaki atau
ketidakseimbangan karena obat-obatan. Pemeriksaan yang cermat sering
mendapatkan bahwa hal ini sebetulnya merupakan penyebab yang dapat
dikoreksi. Jika tidak dapat dilakukan koreksi, maka pola miksi di samping
atau di tempat tidur dapat mengatasi masalah ini.
19
8) Impaksi feses (Stool impaction)
Diimplikasikan sebagai penyebab inkontinensia urin hampir lebih
dari 10% pasien yang dirujuk ke klinik inkontinensia (Resnick, 1988).
Impaksi feses akan mengubah posisi kandung kemih dan menekan syaraf
yang mensuplai uretra serta kandung kemih, sehingga akan dapat
menimbulkan kondisi retensi urine dan overflowincontinence.
b. True Incontinence / Established Incontinence
Jika kebocoran menetap setelah penyebab inkontinensia transien
dihilangkan, perlu dipertimbangkan penyebab inkontinensia yang berasal
dari traktus urinarius bagian bawah.
True incontinence dapat diklasifikasikan berdasarkan gejalanya
menjadi:
1. Stress incontinence
Genuine stress incontinence (GSI) terjadi saat tekanan intravesikal
melebihi tekanan maksimum uretra tanpa disertai aktivitas detrusor yang
menyertai peningkatan tekanan intra abdominal. Peningkatan tekanan
intra abdominal biasanya terjadi saat batuk, bersin, tertawa dan aktivitas
fisik tertentu (contoh: mengedan).
Stres inkontinensia urine memiliki prevalensi 40-60% dari seluruh
inkontinensia urine.
2. Overflow incontinence
Terjadi karena kandung kemih mengalami distensi secara
berlebihan hingga ke titik dimana tekanan intravesikal melebihi tahanan
20
uretra (tahanan outlet), tetapi tanpa disertai dengan adanya aktivitas
detrusor atau relaksasi outlet. Kondisi ini bisa terjadi karena dua hal,
yaitu:
a. Obstruksi outlet kandung kemih contoh Benign Prostat
Hyperplasia pada pria, stenosis uretra pada wanita, kontraktur
leher kandung kemih, pasca operasi anti inkontinen seperti
pubovaginal sling atau bladder neck suspension.
b. Kandung kemih atoni seperti pada diabetic autoneuropathy,
spinal cord trauma, herniated lumbar disc, peripheral
neuropathy.
Sulit untuk membedakan antara 2 etiologi tersebut diatas (terutama
pada usila dengan diabetik yang disertai dengan pembesaran prostat)
akan tetapi pemeriksaan Pressure-Flow Study (PFS) akan menampakkan
bentuk high pressure-low flow untuk obstruksi prostatik dan low pressure-
low flow untuk atonia kandung kemih. Riwayat klasik untuk kondisi ini
adalah adanya nocturnal enuresis. Terkadang pasien merasakan hal
tersebut sebagai “stress incontinence”. Kecurigaan akan kondisi ini
didasarkan pada penemuan adanya kandung kemih yang berdistensi
pada pemeriksaan abdominal.
3. Urge incontinence
Tipe inkontinensia ini ditandai dengan adanya keinginan berkemih
yang kuat secara mendadak tetapi disertai dengan ketidakmampuan
untuk menghambat refleks miksi, sehingga pasien tidak mampu mencapai
21
toilet pada waktunya. Riwayat kondisi ini khas dengan adanya gejala
overactive bladder (frekuensi, urgensi) serta faktor-faktor presipitasi yang
dapat diidentifikasi, seperti cuaca dingin, situasi yang menekan, suara air
mengalir. Urge incontinence dapat disebabkan oleh karena detrusor
myopathy, neuropathy atau kombinasi dari keduanya. Bila penyebabnya
tidak diketahui maka disebut dengan idiopathic urge incontinence.
4. Reflex incontinence
Hilangnya inhibisi sentral dari jaras aferen atau eferen antara otak
dan sacral spinal cord. Kondisi ini terjadi sebagai akibat kelainan
neurologis susunan syarafpusat. Merupakan suatu bentuk inkontinensia
dengan keluarnya urine (kontraksidetrusor involunter) tanpa suatu bentuk
peringatan atau rasa penuh (sensasi urgensi).Biasanya terjadi pada
pasien stroke, Parkinson, tumor otak, atau multiplesclerosis.Adanya
relaksasi uretra yang tidak tepat atau beberapa bentuk abnormalitas
sfingter diduga merupakan penyebab terjadinya hal ini.
5. Mixed Incontinence
Merupakan inkontinensia urine kombinasi antara stress dan urge
incontinence. Pada kondisi ini outlet kandung kemih lemah dan detrusor
bersifat overactive. Jadi pasien akan mengeluhkan adanya keluarnya
urine saat terjadi peningkatan tekanan intra abdominal disertai dengan
keinginan kuat untuk berkemih. Penyebab yang paling sering adalah
kombinasi hipermobilitas uretra dan intabilitas detrusor. Salah satu contoh
klasik keadaan ini tampak pada pasien meningomyelocele disertai
22
dengan leher kandung kemih yang inkompeten dan detrusor
hyperreflexic. Terapinya sama dengan terapi urge incontinence.
6. Total incontinence
Kondisi ini terjadi pada dua situasi :
a) Saat terdapat bnormalitas kongenital traktus urinarius bagian
bawah, contoh: insersi ureter ektopik dibawah sfingter
eksternal. Pasien mengeluhkan adanya dribbling urine secara
terus menerus.
b) Pasca operasi (lebih sering) contoh vagino-vesical fistula,
pasca TURP, pasca prostactetomy radikal. Terjadi kebocoran
terus menerus dan kandung kemih tidak lagi mampu untuk
melakukan fungsi penyimpanan.
i. Inkontinensia Urine pada Ibu Postpartum
Setiap kelahiran dapat menyebabkan kerusakan pada otot dasar
panggul. Pada saat kepala bayi keluar dari vagina, tekanan yang terjadi
pada kandung kemih, uretra dan terlebih pada otot dasar panggul serta
penyokongnya dapat merusak struktur ini. Sobekan atau tekanan yang
berlebihan pada otot, ligamentum, jaringan penyambung dan jaringan
syaraf akan menyebabkan kelemahan yang progresif akibat kelahiran
bayi.Wanita yang melahirkan dengan forcep, ekstraksi vakum atau
melahirkan bayi dengan berat badan > 4000 gr akan mengalami resiko
peningkatan inkontinensia urine. Persalinan seperti ini memiliki tendensi
terjadinya peningkatan kerusakan saraf dasar panggul (Cammu H, 2000)
23
Kelainan struktur atau fungsi otot dasar panggul akan
menyebabkan timbulnya prolapsus organ panggul, disfungsi seksual,
sindrom nyeri panggul kronis dan inkontinensia urine serta fekal.
Kebanyakan disfungsi dasar panggul (terutama prolapsus organ panggul
inkontinensia urine dan fekal) dihubungkan dengan kerusakan dasar
panggul selama persalinan pervaginam (Herschorn. S, 2004).
Pada 24 jam pertama setelah melahirkan akan terjadi retensi urine
yang disebabkan oleh edema trigonium, diphorosis dan depresi dari
sphincter uretra. Bila wanitapasca persalinan tidak dapat berkemih dalam
waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya
segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak
dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah
residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguanproses urinasinya.
Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume
urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih
seperti biasa. (Wayman.J.,F et all, 1998)
Setelah retensi teratasi dan plasenta dilahirkan, kadar
hormonestrogen akan menurun sehingga menyebabkan hilangnya
peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut
dengan diuresis pasca partum (Wayman.J.F, 2003).
24
Diuresis pada ibu dengan disfungsi dasar panggul akan
memudahkan terjadinya inkontinensia urine pada ibu post partum. Hal ini
diperburuk oleh penambahan berat badan yang harus disokongnya.
Etiologi dari Inkontinensia Urine stress tidak begitu dimengerti, namun
trauma pada saat kelahiran bayi merupakan penyebab potensial terhadap
kejadian ini. Ada pandangan umum bahwa sepertiga dari seluruh ibu yang
telah memiliki anak, menderita gangguan ini, mulai dari seluruh ibu yang
telah memiliki anak, menderita gangguan ini, mulai dari kondisi ringan
sampai berat pada masa pascanatal (Bo.K, 2004).
Berdasarkan survei, sebanyak 59% dari wanita Irlandia
pascapartum mengalami gejala inkontinensia. Dalam sebuah penelitian
tahun 1990, ditemukan fakta 80% ibu primipara yang telah menjalani
persalinan per vaginam dari hasil pemeriksaan elektromiografik
memperlihatkan terjadinya reinervasi otot dasar panggul pada minggu ke-
8 pascapartum (Cammu H, 2000)
Inkontinensia yang sering terjadi pada ibu postpartum adalah
inkontinensia urine stres. stres Inkontinensia urine (SIU) adalah keluarnya
urine dari uretra pada saat terjadi peningkatan tekanan intraabdominal.
Terjadinya inkontinensia ini karena faktor sfingter (uretra) yang tidak
mampu mempertahankan tekanan intrauretra pada saat tekanan
intravesika meningkat atau saat kandung kemih terisi. Peningkatan
tekanan intraabdominal dapat dipacu oleh batuk, bersin, tertawa, berjalan,
berdiri, atau mengangkat benda berat (Wayman J.F, 2003).
25
Kebanyakan kasus inkontinensia stress berespons terhadap
program latihan dasar panggul (Kegel Exercise) pada masing-masing
individu. Kegel Exercise sudah terbukti mampu mengatasi masalah
inkontinensia urine (Bo.K, 2004).
Seluruh ibu yang mengalami gejala inkontinensia urinedapat
terlihat pada minggu pertama dan kedua, yang menetap setelah minggu
ke-12 harus dianjurkan untuk mendapatkan rujukan ahli fisioterapi
kesehatan wanita, baik melalui pelayanan harian umum, atau sebagai
seorang konsultan, karena ibu harus dikaji dan diberi saran yang tepat
dalam melakukan latihan dasar panggul.
Beberapa masalah umum yang mungkin menimbulkan gejala
pascanatal adalah frekuensi, urgensi dan prolaps. Setelah pengkajian,
kondisi ini dapat berespons terhadap pelaksanaan latihan kandung kemih,
latihan dasar panggul dan elektroterapi serta harus dirujuk ke ahli
fisioterapi kesehatan wanita (Pires.M, 2003).
G. Senam Kegel
Definisi senamKegel
Senam Kegel atau biasa disebut latihan otot dasar panggul adalah
latihan yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi sepenuhnya
sesegera mungkin dan membantu mencegah masalah atau prolaps urine
jangka panjang. Senam dasar panggul harus dimulai sesegera mungkin
selama kehamilan dan setelah persalinan untuk mencegah hilangnya
kendali kortikal pada otot-otot karena nyeri perineum dan cemas tentang
26
kerusakan jahitan. Ibu yang baru saja menjalani episiotomi setelah
terlebih dahulu diberi anestesi epidural, mungkin akan merasakan nyeri
perineum tiba-tiba yang amat sakit, setelah persalinan yang tidak terasa
nyeri. Ibu pada saat ini memerlukan pereda nyeri untuk mencegah inhibisi
kontraksi dasar panggul, seluruh ibu harus dimotivasi untuk
menggerakkan otot dasar panggul sedikit dan sesering mungkin, perlahan
dan cepat, pada masa postpartum dini. Pada masa postpartum, ibu
mungkin mengalami kesulitan melakukan latihan dasar panggul, karena
mekanisme peregangan yang ditimbulkannya pada saat persalinan dan
kemungkinan ketidaknyamanan yang berasal dari perineum yang
mengalami sutura atau memar. Penenangan mungkin diperlukan ketika ia
mungkin menemukan bahwa ia tidak dapat mencapai jumlah kontraksi
yang mampu dilakukannya pada antenatal.
Teknik senam Kegel
Senam Kegel untuk mengatasi kejadian inkontinensia urine pada
ibu postpartum dapat dilakukan dengan cara:
a. Kedutan Perlahan tipe I (Slow Twitch I)
1. Mengencangkan anus seperti menahan defekasi.
2. Mengerutkan uretra dan vagina seperti menahan berkemih.
3. Tahan dengan kuat selama mungkin sampai 10 detik dengan
tetap bernapas secara normal.
4. Rileks dan istirahat selama 3 detik.
27
5. Ulangi dengan perlahan sebanyak mungkin sampai maksimum
10 kali.
b. Kedutan Cepat tipe II (Fast Twitch II)
Setelah melakukan gerakan itu, ulangi senam dengan
mengencangkan dan mengendurkan dengan lebih cepat sampai 10 kali
tanpa menahan kontraksi.
Untuk merencanakan senam dasar panggul secara mandiri,
ingatlah lamanya dalam detik. Anda dapat menahan kontraksi dan hitung
berapa kali Anda dapat mengulang latihan sebelum otot menjadi lelah.
Tujuannya untuk meningkatkan jumlah latihan sampai sebanyak 10 x 10,
yang dilakukan dalam beberapa minggu (Cammu.H, 2002).
Dengan melatih otot-otot tersebut secara perlahan dan cepat, baik
serat otot yang berkedut perlahan (tipe I) maupun berkedut cepat (tipe II)
akan teraktivasi. Aktifitas ini dapat dilakukan sambil ibu duduk di kamar
mandi setiap habis berkemih. Ini adalah posisi relaks untuk mengontraksi
otot-otot tersebut. Sebuah tanda pengingat untuk melakukan aktivitas ini,
dapat ditempelkan di balik pintu kamar mandi rumah sakit. Bila nyeri
perineum membuat senam menjadi sulit dilakukan dalam posisi duduk,
posisi lain yang dapat dipakai adalah telungkup, atau berbaring miring
dengan bantal diletakkan di antara kaki, atau berdiri dengan kedua kaku
direntangkan (Nygaard.I.E, 2004).
Ibu harus dianjurkan untuk membebat area dasar panggul ketika
batuk, tertawa, mengangkat, atau jongkok. Ibu harus diberi tahu bahwa
28
kondisi ini dapat berlangsung tiga bulan untuk memperoleh kembali fungsi
penuh dasar panggul. Namun, semua ibu dianjurkan untuk melanjutkan
senam dasar panggul secara teratur sepanjang hidup, agar terhindar dari
gangguan berkemih di kemudian hari. Mereka dapat menguji kekuatan
fungsi otot-otot dasar panggul pada 1 - 2 minggu pascalahir, dengan cara
melompat dengan kondisi kandung kemih penuh dan batuk sekuat tenaga
dua atau tiga kali saat melakukan tindakan tersebut. Seharusnya tidak
ada lagi urine yang menetes bila otot-otot telah mencapai kekuatan dan
fungsinya seperti semula. Bila saat pengujian terjadi penetesan, ibu
sebaiknya dirujuk pada ahli fisioterapi kesehatan wanita untuk
mendapatkan terapi. Stres inkontinensia urine dibagi menjadi 3 stadium:
1. Stadium I (ringan): ditegakkan bila stres inkontinensia urine tidak
mengganggu aktivitas atau pada tes pembalut didapatkan urine
kurang dari 5 gram.
2. Stadium II (sedang): pada stadium ini aktivitas mulai terganggu,
sehingga pasien memakai pembalut, urine keluar kalau batuk
atau bersin, atau pada tes pembalut didapatkan urine antara 5-
10 gram.
3. Stadium III (berat):pada stadium ini aktivitas terganggu,
sehingga pasien selalu menggunakan pembalut, dan kalau
pasien berjalan atau berdiri urine selalu keluar. Pada tes
pembalut ditemukan urine 10-20 gram. (Cammu. H, 2000).
29
Hal yang perlu diperhatikan:
a. Frekuensi
Sesering mungkin kapan pun mungkin sehingga menjadi
kebiasaan. Gunakan ingatan misalnya setelah setiap berkemih. Pengujian
yang sangat jarang adalah dengan penghentian aliran tengah.
b. Saran
Berikut ini adalah saran dalam melakukan latihan ini , yaitu:
1) Biasakan melakukan senam ini dimana saja dan kapan saja
2) Hentikan aliran tengah berkemih hanya kadang-kadang
3) Jangan menahan napas
4) Jangan mengencangkan paha atau bokong
5) Kontraksikan pertama secara perlahan, kemudian secara cepat
6) Rujuk ke penasihat profesional jika perlu.
30
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Teori
TRUE INCONTINENCE
INKONTINENSIA STRES
INKONTINENSIA OVERFLOW
INKONTINENSIA URGENSI
INKONTINENSIA REFLEX
INKONTINENSIAMIXED
INKONTINENSIA TOTAL
sin
yal
Tekanan intra abdomen
Tekanan kandung kemih
kerusakan dinding kandung kemih
bladder compliance
Serabut saraf
aferen
OTAK
Serabut saraf
eferen
Impuls stretch
receptor
Sensasi suhu, nyeri & aliran urin dalam uretra
Otot detrusor
Parasimpatik & simpatik
Somatik
sfingter eksterna &
otot-otot dasar panggul
Kandung kemih & uretra
miksi TRANSIENT INCONTINENCE
Postpartum
Senam Kegel
31
B. Kerangka Konsep
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat korelasi
positif antara senam Kegel pada kehamilan dengan kejadian stres
inkontinensia urine postpartum.
INKONTINENSIA STRES
(ODP) otot-otot otot
dasar panggul
Postpartum Primigravida
Senam Kegel
Umur,Usia kehamilan Penyakit kronik, obat-
obatan, psikologis
Keterangan :
= Variabel bebas
= Variabel antara
= Variabel acak
= Variabel kontrol
= Variabel tergantung
= Hubungan variabel bebas
= Hubungan variabel tergantung
= Hubungan variabel acak
= Hubungan variabel kontrol
32
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitain
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain
cross sectional study untuk menilai kasus stres inkontinensia urine
postpartum wanita primigravida yang melakukan senam Kegel dan tidak
melakukan senam Kegel.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di beberapa rumah sakit
pendidikan Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNHAS, antara lain: RS.
Wahidin Sudirohusodo, RSKDIA. St. Fatimah, RS.Bhayangkara, RS. Haji,
RS. Syech Yusuf Gowa, dan RS. Salewangang Maros. Dan waktu
penelitian dimulai September sampai Desember 2012.
C. Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua wanita baru pertama
kali hamil (primigravida) umur kehamilan lebih dari 32 minggu sampai
umur kehamilan aterm yang datang kontrol di RS. Wahidin Sudirohusodo,
RSIA. St. Fatimah, RS. Bhayangkara, RS. Haji, RS. Syech Yusuf Gowa,
RS. Salewangnag Maros.
33
Sampel
Semua anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
bersedia mengikuti penelitian ini dengan menandatangani surat
persetujuan.
Besarnya sampel diambil dengan menggunakan rumus:
n = (Zα + Zβ).Sd2
d
Zα = nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada
nilai α yang ditentukan (α = 0,05) → Zα = 1.96
Zβ = nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada
nilai β yang ditentukan (α = 0,15) → Zβ = 1.03
Sd = Rerata simpangan baku
d = presisi (tingkat ketepatan)
Perkiraan besarnya sampel adalah 30 untuk masing-masing kelompok.
D. Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi
1. Wanita berusia 17-35 tahun
2. Wanita primigravida usia kehamilan lebih dari 32 minggu sampai
usia kehamilan aterm
3. Wanita hamil yang tidak menderita infeksi kronik pada rongga
panggul
34
4. Wanita hamil yang tidak menderita penyakit kronik seperti
hipertensi, DM, dan penyakit paru kronik
5. Wanita yang bersedia ikut dalam penelitian ini
Kriteria Eksklusi
1. Wanita multigravida
2. Wanita primigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu
3. Wanita hamil yang menderita penyakit kronik seperti hipertensi,
DM, dan penyakit paru kronik.
Kriteria pengunduran diri/drop out
1. Mengalami komplikasi pada kehamilan dan persalinan seperti
hipertensi dalam kehamilan, perdarahan antepartum, ketuban
pecah dini, panggul sempit, bukan presentasi kepala, gawat janin.
2. Mengikuti senam Kegel kurang dari 2 minggu.
E. Cara Pengambilan Data
Sampel diambil dari populasi sampel secara “Consecutive
Sampling” yaitu anggota populasi sampel yang memenuhi criteria inklusi
diambil sebagai sampel sampai tercapai jumlah sesuai hasil perhitungan
sampel.
F. Metode Pengumpulan Data
Alat dan Bahan
1. Lembar kuesioner
2. Surat persetujuan penelitian
35
3. Buku harian pencatatan periode senam Kegel.
G. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini beberapa variabel dapat diidentifikasi sebagai berikut
1. Variabel bebas : Ibu postpartum primigravida
2. Variabel antara : Otot-otot dasar panggul
3. Variabel tergantung : Stres inkontinensia urinepostpartum
4. Variabel kontrol :Senam Kegel
5. Variabel acak :Umur, usia kehamilan, &penyakit
kronik.
H. Definisi Operasional
1. Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dengan konsepsi
yang selanjutnya berimplantasi dalam cavum uteri.
2. Senam Kegel adalah latihan yang bertujuan untuk mengembalikan
fungsi sepenuhnya sesegera mungkin dan membantu mencegah
masalah atau prolaps uteri jangka panjang.
3. Otot-otot dasar panggul adalah beberapa otot yang fungsinya
saling mendukung satu sama lain dan berperan dalam
mempertahankan anatomi dan fungsi organ pelvis.
4. Stres inkontinensia urine adalah keluarnya urineyang tidak dapat
dikendalikan saat terjadi peningkatan tekanan intra abdominal
tanpa disertai kontraksi otot detrusor kandung kemih.
36
5. Primigravida adalah wanita yang baru pertama kali hamil dengan
umur kehamilan lebih dari 32 minggu sampai aterm.
6. Multigravida adalah wanita yang hamil untuk kedua kalinya atau
lebih.
7. Penyakit kronik adalah penyakit penyakit kronik yang diderita ibu
seperti DM, hipertensi, dan penyakit paru kronik
8. Umur ibu dinyatakan dalam tahun, dihitung lengkap mulai dari saat
lahir sampai dengan hari ulang tahun terakhir.
9. Umur kehamilan dihitung dengan minggu, dengan mengetahui hari
pertama haid terakhir berdasarkan rumus Naegle.
I. Cara Kerja
1. Semua sampel yang memenuhi syarat inklusi diambil sesuai
dengan besar sampel dan diminta menandatangani surat
persetujuan setelah diberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuan penelitian.
2. Dilakukan anamnesis menggunakan kuesioner yang telah
ditentukan
3. Pasien ditanyai pada satu sampai dua minggu postpartum apakah
mereka punya inkontinensia stress. Inkontinensia kembali
diklasifikasikan secara identik dengan studi sebelumnya sebagai
ringan, sedang atau berat. Mereka yang tidak ada kebocoran
digolongkan sebagai kontinen.
37
J. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dicatat dalam formulir khusus, diolah dan
hasilnya ditampilkan dalam bentuk narasi, tabel atau grafik kemudian
dilakukan uji statistik.
K. Penyajian Data
Semua hasil analisis data disajikan dalam bentuk table dan grafik
disertai penjelasan/diskusi.
L. Aspek Etis
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti meminta keterangan
kelayakan etik (Ethical clearance) dari Komisi Etik Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
M. Alur Penelitian
38
39
N. Analisis data dan uji statistik
Analisis data dan uji statistik dikerjakan dengan komputer
menggunakan perangkat lunak program Statistical Program for Social
Science (SPSS) 16. Uji statistik dilakukan dengan t test dan uji korelasi.
O. Ijin Penelitian dan Kelaikan Etik
1. Penelitian dilaksanakan dengan kelayakan etik dari komisi etik
penelitian biomedis pada manusia di Fakultas Kedokteran UNHAS.
2. Pasien mempunyai kebebasan untuk memilih apakah ikut serta
dalam penelitian atau menolak ikut dalam penelitian.
3. Setiap subjek penelitian diberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuan penelitian.
4. Setiap subjek penelitian diminta kesediaan dan persetujuan tertulis
dengan menandatangani lembaran surat pernyataan ikut serta
dalam penelitian.
5. Biaya penelitian sepenuhnya ditanggung oleh peneliti.
6. Bila karena suatu alasan, subjek penelitian berhak mengundurkan
diri dari penelitian.
40
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini telah dilakukan masing-masing 30 orang ibu
yang memenuhi kriteria inklusi sampel yang mengikuti senam Kegel dan
kontrol (tidak senam Kegel). Dimana tidak ditemukan adanya perbedaan
umur, BBL, pekerjaan, penyulit, dan distribusi besar BBL yang bermakna
(p>0,05) antara kedua kelompok,kecuali tingkat pendidikan. Karena
mereka yang ikut senam kebanyakan berpendidikan tinggi (SMA/sarjana)
yaitu sebesar 64,1%.
Tabel 1. Karakteristik sampel pada kedua kelompok
Variabel
Kelompok Independent
t test Senam Kegel
(n=30) Kontrol (n=30)
Umur (tahun); mean±SD 23,4 ± 3,9 22,3 ± 3,8 p=0,287 BBL (gram); mean±SD 2956,67 ±
268,69 2903,33 ±
40,67 p=0,406
Pendidikan; n (%) SD SMP SMA/Sarjana
2 (22,2%) 3 (25,0%) 25 (64,1%)
7 (77,8%) 9 (75,0%) 14 (35,9%)
p=0,012
Pekerjaan; n (%) Ibu RT Mahasiswa/Swasta/PNS
19 (48,7%) 11 (52,4%)
20 (51,3%) 10 (47,6%)
p=1,000
Penyulit; n (%) Tidak ada Ada
27 (47,4%) 3 (100,0%)
30 (52,6%) 0 (0,0%)
p=0,237
Besarnya luaran; n (%) BBL ≤3000 gram BBL >3000 gram
19 (46,3%) 11 (57,9%)
22 (53,7%) 8 (42,1%)
p=0,290
41
Diantara 60 orang ibutersebut, 23 orang diantaranya mengalami
inkontinensia urine setelah melahirkan (Tabel 2.), 19 orang (63,3%) pada
kelompok kontrol dan 4 orang (13,3%) pada kelompok senam Kegel.
Hasil uji X2 menujukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05), dimana
kelompok senam Kegel lebih sedikit mengalami inkontinensia urine.
Tabel 2. Distribusi stres inkontinensia urine pada kelompok. Kelompok
Stres Inkontinensia Urine X2 test Ya (n=23) Tidak (n=37)
Senam Kegel (n=30) Kontrol (n=30)
4 (13,3%) 19 (63,3%)
26 (86,7%) 11 (36,7%)
p=0,000
Distribusi ibu yang mengalami inkontinensia urine berdasarkan
tingkat pendidikan (Tabel 3.) menujukkan bahwa mereka yang
berpendidikan tinggi (SMA/sarjana) lebih sedikit mengalami inkontinensia
urine daripada mereka yang berpendidikan rendah (SD/SMP). Hasil uji X2
menujukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05).
Tabel 3. Distribusi inkontinensia urine berdasarkan tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan
Inkontinensia Urine Independent t test
Ya (n=23) Tidak (n=37)
SD SMP SMA/Sarjana
5 (55,6%) 8 (66,7%) 10 (25,6%)
4 (44,4%) 4 (33,3%) 29 (74,4%)
p=0,020
Bila dilakukan stratifikasi tingkat pendidikan (Tabel 4.), kemudian
dilakukan analisis kontribusi Senam Kegel dengan terjadinya
42
inkontinensia urine, maka diperoleh bahwa kontribusi senam Kegel dalam
mengurangi/memproteksi terjadinya inkontinensia urine pada
pascapersalinan tidak bermakna (P>0,05) pada ibu-ibu dengan tingkat
pendidikan rendah (SD/SMP), tetapi berkontribusi secara nyata (p<0,05)
pada ibu-ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA/Sarjana).
Tabel 4. Distribusi inkontinensia urine berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok senam Kegel dan kontrol.
Tingkat pendidikan
Kelompok
Inkontinensia Urine Independent t test
Ya (n=23) Tidak (n=37)
SD
Senam Kegel
Kontrol
2 (100,0%)
3 (42,9%)
0 (0,0%)
4 (57,1%)
p=0,278
SMP
Senam Kegel
Kontrol
2 (66,7%)
6 (66,7%)
1 (33,3%)
3 (33,3%)
p=0,745
SMA/S1
Senam Kegel
Kontrol
0 (00,0%)
10 (71,4%)
25
(100,0%) 4 (28,6%)
p=0,000
43
B. Pembahasan
Pada penelitian ini telah dilakukan penilaian kejadian stres
inkontinensia urine post partum dari wanita hamil primigravida yang
mengikuti senam Kegel dan tidak mengikuti senam Kegel selama hamil
(umur kehamilan>35 minggu) setelah 1 minggu post partum dan
membandingkan kedua kelompok sampel, apakah ada perbedaan yang
bermakna terhadap kejadian stres inkontinensia urine postpartum pada
masing-masing kelompok.
Didapatkan 60 ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi yang dibagi
dalam dua kelompok, masing-masing 30 sampel yang mengikuti senam
Kegel dan 30 sampel sebagai kontrol (tidak mengikuti senam Kegel).Pada
penilaian terhadap karakteristik sampel pada kedua kelompok (Tabel 1),
ditemukan perbedaan umur, BBL, pekerjaan, penyulit, dan distribusi
besar BBL yang bermakna (p>0,05) antara kedua kelompok. Dari data
yang diperoleh bahwa wanita primigravida yang melahirkan dengan BBL
diatas 3000 gram, cenderung mengalami inkontinensi urine. Hal ini
sesuai dengan pendapat Cammu (2000), yang telah melakukan penelitian
pada wanita yang melahirkan bayi dengan berat badan>4000 gram akan
mengalami resiko peningkatan inkontinensia urine karena persalinan
seperti ini memiliki tendensi terjadinya peningkatan kerusakan saraf dasar
panggul.
Kelainan struktur atau fungsi otot dasar panggul akan
menyebabkan timbulnya inkontinensia urine dan hal ini
44
selaludihubungkan dengan kerusakan dasar panggul selama persalinan
pervaginam (Herschorn, 2004). Inkontinensia yang sering terjadi pada ibu
postpartum adalah inkontinensia urine stres. Terjadinya inkontinensia ini
karena faktor sfingter (uretra) yang tidak mampu mempertahankan
tekanan intrauretra pada saat tekanan intravesika meningkat atau saat
kandung kemih terisi. Peningkatan tekanan intraabdominal dapat dipacu
oleh batuk, bersin, tertawa, berjalan, berdiri, atau mengangkat benda
berat (Wayman, 2003). Penilaian terhadap kejadian sress inkontinensia
urine(Tabel 2.) pada penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok yang
melakukan senam Kegel lebih rendah (13,3%) dibandingkan dengan
kelompok kontrol (tidak melakukan senam Kegel) (63,3%). Dari hasil
analisis data juga diperoleh senam Kegel berpengaruh nyata terhadap
kejadian stres inkontinensia urinepostpartum pada wanita
primigravida(p=000). Penelitian ini menunjukkan bahwa senam Kegel
selama kehamilan dapat menurunkan terjadinya kasus stres inkontinensia
urinepostpartumkhususnya pada wanita primigravida. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bo (2004), bahwa kebanyakan kasus inkontinensia
stress berespons terhadap program latihan dasar panggul (Kegel
Exercise) pada masing-masing individu. Kegel Exercise sudah terbukti
mampu mengatasi masalah inkontinensia urine.
Penilaian terhadap kejadian kasus sress inkontinensia urine
berdasarkan tingkat pendidikan (Tabel 3), diperoleh data tertinggi yang
mengalami sress inkontinensia urine yaitu pada tingkat pendidikan SMP
45
(66,7%) dan yang terendah pada tingkat pendidikan SMA/Sarjana
(74,4%) dimana hasil uji anova menunjukkan perbedaan yang bermakna
(p<0,05). Sedangkan berdasarkanstratifikasi tingkat pendidikan (Tabel
4.),dan analisis kontribusi Senam Kegel dengan terjadinya inkontinensia
urine,dapat diperoleh kontribusi senam Kegel dalam
mengurangi/memproteksi terjadinya inkontinensia urine pada
pascapersalinan tidak bermakna (P>0,05) pada ibu-ibu dengan tingkat
pendidikan rendah (SD/SMP), tetapi berkontribusi secara nyata (p<0,05)
pada ibu-ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA/Sarjana). Hal ini
sesuai dengan pendapat Ulya dan Noor (2008), yang telah melakukan
penelitian pada 35 orang sampel dengan tingkat pendidikan yang tidak
sama dan mengatakan bahwa pendidikan yang tinggi berpengaruh (p =
0,000 dan nilai r = 0,715) pada praktik senam Kegel.
46
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Senam Kegel berpengaruh nyata terhadap penurunan kejadian stres
inkontinensia urinepostpartum pada wanita primigravida(p=000).
2. Kontribusi senam Kegel dalam mengurangi/memproteksi terjadinya
inkontinensia urine pada pascapersalinan tidak bermakna (P>0,05)
pada ibu-ibu dengan tingkat pendidikan rendah (SD/SMP), tetapi
berkontribusi secara nyata (p<0,05) pada ibu-ibu dengan tingkat
pendidikan tinggi (SMA/Sarjana).
B. Saran
1. Agar unit pelayanan kesehatan mengaktifkan senam Kegel sebagai
bagian dari program antenatal care.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang
lebih besar dan variabel penelitian lain untuk mengetahui pengaruh
dari senam Kegel.
47
DAFTAR PUSTAKA
Barber, M.D., Bremer R.E., Thor K.B., Dolber P.C., Kuehl T.J., and
Coates K.W. 2002. Innervation of the levator ani muscles. Am
J Obstet Gynecol;187:64-71.
Bobak. 2004. The muscles of the pelvic floor. Clin Obstet Gynecol;36:
910-24.
Bo, K. 2004. Pelvic floor muscle exercise for the treatment of stress
urinary incontinence: an exercise physiology perspective. Int
Urogynecol J;6:282-91.
Cammu, H., Van Nylen, M., and Amy, J.J. 2000. A 10-year follow-up
after Kegel pelvic floor muscle exercises for genuine stress
incontinence. BJU Int;85:655-8.
DeLancey, J.O.L. 1994. Functional anatomy of the pelvic floor and
urinary continence mechanism. In: Schüssler B, Laycock J,
Norton P, Stanton S, editors. Pelvic floor re-education: principles
and practice. London: Springer-Verlag;p.9-21.
Freeman. 2004. Epidemiology of incontinence. In: Ostergard DR, Bent
AE, editors. Urogynecology and urodynamics: theory and
practice. 4th ed. Baltimore: Williams & Wilkins.p.67-73.
Herschorn, S. 2004. Female pelvic floor anatomy: the pelvic floor,
supporting structures, and pelvic organs. Rev Urol;6 Suppl
5:S2-10.
Holroyd-Leduc, J., and Straus, S.E. 2004. Management of urinary
incontinence in women: scientific review. JAMA
2004;291(8):986-95.
Junizaf. 2011. Buku Ajar Uroginekologi Indonesia. FK-UI.
48
Leach, G., and Haab, F. 1998. Female pelvic anatomy for the modern-
day urologist. Contemporary Urology Archive (cited 2004 Aug
15);(9 screens). Diakses pada:
http://www.contemporaryurology.com/be_core/content/journals/u/
data/1998/0800/u8a042.html.
Loetan F, Sand PK., and Bowen LW. 2006. The urinary tract in
pregnancy. In: Ostergard DR, Bent AE, editors. Urogynecology
and urodynamics: theory and practice. 4th ed. Baltimore: Williams
& Wilkins;p.323-37.
Mary,C. Ann. 2011. Latihan selama kehamilan, senam hamil. Alih
Bahasa: Yulianto A. Colombus. Georgia.
Menefee. 2002. Criteria for therapeutic use of pelvic floor muscle
training in women. J WOCN;29:301-11.
Nuhonni, S.A. 2004. Pelvic floor exercise in urogynecology. Proceeding of
the POGI 14th Annual Scientific Meeting; Bandung, Indonesia
Nygaard, I.E.2004. Stess urinary incontinence. Obstet Gynecol.
104:607-20.
Pires, M. 1996. Bladder elimination and continence. In: Hoeman SP.
Rehabilitation nursing: process and application. 2nd ed. St. Louis:
Mosby-Year Book, Inc.;p.417-51.
Purnomo.2003. Dasar-dasar urologi. FK-Brawijaya. Malang.
Resnick. 1988. Versi E. Phisiology of micturition. In: Osteogard DR, Bent
AE, editors. Urogynecology and urodynamics: theory and
Practice. 4th ed. Baltimore: Williams & Wilkins; p.33-36
Smith, C.M., Miller J.M., Mims B.L., DeLancey JOL, Ashton-Miller J.A.,
and Antonakos C.L. 2009. Effect of pelvic muscle exercise on
49
transient incontinence during pregnancy and after birth.
Obstet Gynecol;91:406-12.
Wall LL. 1997. Urinary stress incontinence. In: Rock JA, Thompson JD,
editors Te Linde’s Operative Gynecology. 8th ed. Philadelphia:
Lippincott-Raven publishers; p.1087-134
Wyman, J.F., Fantl, J.A., McClish D.K., and Bump R.C. 1998.
Comparative efficiancy of behavioral interventions in the
management of female urinary incontinence. Continence
Program for Women Research Group. Am J Obstet
Gynecol;179:999-1007.
Wyman, J.F. 2003. Treatment of urinary incontinence in men and
older women. AJN;103 Suppl. 3:26-35.
50
Lampiran 1
NASKAH PENJELASAN UNTUK RESPONDEN (SUBYEK)
Selamat pagi ibu, saya dr.Eddy Arsyadyang akan melakukan
penelitian tentang ” Pengaruh senam Kegel terhadap stressinkontinensia
urine postpartumpada wanita primigravida". Kegunaan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara stress inkontinensia urin pada
wanita pirimigravida sejak umur kehamilan ≥ 32 minggu melakukan
senam Kegel dan tidak senam Kegel yang kemudian menjalani proses
persalinan pervaginam.
Otot yang sehat, terlatih dengan baik, dan mampu melakukan
recoil dengan mudah, akan melancarkan persalinan. Otot dasar panggul
yang terlatih dengan baik selama kehamilan, akan lebih kuat pada masa
nifas atau pasca melahirkan dibandingkan dengan yang tidak melakukan
latihan, serta senam yang dilakukan selama kehamilan mengurangi resiko
inkontinensia stress pasca melahirkan pada wanita yang pertama kali
hamil.
Pada penelitian ini, kami mengikutsertakan ibu dalam program
senam Kegel dan setelah persalinan akan dinilai apakah terjadi stress
inkontinensia urine atau tidak. Penelitian ini dilakukan dengan cara
memberikan daftar harian melakukan senam Kegel pada umur kehamilan
≥ 32 minggu, dan dilakukan penilaian stres inkontinensia urine1 minggu
setelah persalinan pervaginam, identitas dan hasil penilaian dijamin
kerahasiaannya.
Perlu ibu ketahui bahwa ibu mempunyai hak untuk menolak ikut
dalam penelitian ini. Demikian pula bila terjadi hal-hal yang tidak
memungkinkan ibu untuk terus ikut dalam penelitian ini, atau ibu merasa
tidak bersedia lagi, maka ibu berhak untuk mengundurkan diri. Penolakan
ibu tidak mempengaruhi tindakan yang seharusnya dilakukan pada ibu,
tetapi kesediaan ibu akan memberi manfaat yang besar. Kami akan
sangat menghargai keikutsertaan dan kepedulian ibu terhadap
pengembangan ilmu kedokteran ini.
Data penelitian ini akan dikumpulkan dan disimpan tanpa
menyebutkan nama ibu dalam arsip tertulis atau elektronik (komputer)
yang tidak bisa dilihat oleh orang lain selain peneliti atau tim Komisi Etik
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran UNHAS. Kami akan meminta
51
izin pula menggunakan data ibu untuk secara anonym bila diperlukan
kemudian hari.
Jika ibu bersedia untuk berpartisipasi, diharapkan menandatangani
surat persetujuan mengikuti penelitian. Atas kesediaan ibu meluangkan
waktu untuk mengikuti penjelasan ini dan kerja sama yang baik, kami
mengucapkan terima kasih.
Semua biaya yang ditimbulkan oleh penelitian ini akan ditanggung
oleh peneliti.
Kami menjamin keamanan dan kerahasiaan semua data pada
penelitian ini, data akan disimpan dengan baik dan aman, sehingga hanya
bisa dilihat oleh yang berkepentingan saja. Demikian juga pada penyajian,
baik tertulis maupun pada laporan lisan data pribadi ibu tetap akan kami
rahasiakan. Data penelitian ini akan di sajikan pada Forum ilmiah
Program Pasca Sarjana (S2) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis
Obgin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Bila ibu merasa masih ada hal yang belum jelas atau belum
dimengerti dengan baik, maka ibu dapat menanyakan atau minta
penjelasan pada saya :dr. Eddy Arsyad ( Telp : 081354657858 / 0411-
2462532).
Jika ibu setuju untuk berpartisipasi, diharapkan menandatangani
surat persetujuan mengikuti penelitian. Atas kesediaan dan kerjasamanya
kami ucapkan banyak terima kasih.
Identitas Peneliti
Nama : dr. Eddy Arsyad
Alamat : Jl. Dg TataKomp. Hartaco Indah blok II.F no 18, Makassar
Telepon: 081354657858/ 0411-2462532
DISETUJUI OLEH
KOMISI ETIK PENELITIAN
KESEHATAN
FAK. KEDOKTERAN
UNHAS
Tgl…………………………
52
Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN SETELAH MENDAPAT PENJELASAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : …………………………………………………………….
Umur : …………………………………………………………….
Alamat : ……………………………………………………………..
Pekerjaan : ……………………………………………………………..
No Telepon : ……………………………………………………………..
Dengan sesungguhnya saya menyatakan bahwa setelah mendapat
penjelasan dan menyadari manfaat penelitian yang berjudul “Pengaruh
senam Kegel terhadap stress inkontinensia urine postpartum pada
wanita primigravida” maka saya setuju untuk diikutsertakan dalam
penelitian ini dan bersedia berperan serta dengan mematuhi ketentuan
yang berlaku dalam penelitian ini dan memberikan keterangan yang
sebenarnya.
Saya tahu bahwa keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa
paksaan, sehingga saya bisa menolak ikut dan mengundurkan diri dari
penelitian ini tanpa kehilangan hak saya untuk mendapat pelayanan
kesehatan. Juga saya berhak bertanya atau meminta penjelasan pada
peneliti bila masih ada hal yang belum jelas atau masih ada hal yang ingin
saya ketahui tentang penelitian ini.
Saya juga mengerti bahwa semua biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan penelitian ini, akan ditanggung oleh peneliti,
demikian juga biaya perawatan dan pengobatan bila terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan akibat penelitian ini, akan dibiayai oleh peneliti.
53
Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
NAMA TANDA TANGAN TGL/BLN/THN
Klien ……………………… …………………… ………………….
Saksi 1 ……………………… …………………… ………………….
Saksi 2 ……………………… ……………………. ………………….
Penanggung Jawab Penelitian :
Nama : dr. Eddy Arsyad
Alamat : Jl. Dg. TataKomp. Hartaco Indah blok II.F no 18, Makassar
Telepon : 081354657858/ 0411-2462532
Penanggung Jawab Medis
Nama : dr. David Lotisna, SpOG.K
Alamat : Komp. Chrysant Blok D / 10 Panakukang Mas, Makassar
Telp : 081524109828
(0411) 5023180
DISETUJUI OLEH
KOMISI ETIK PENELITIAN
KESEHATAN
FAK. KEDOKTERAN UNHAS
Tgl…………………………
54
Lampiran 3
KARTU KONTROL SENAM KEGEL
NAMA :
UMUR :
GPA :
PENDIDIKAN :
ALAMAT/TELP :
NO TANGGAL UMUR
KEHAMILAN
MELAKUKAN
SENAM KEGEL
KELUHAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
55
Lampiran 5
Kuesioner : Senam Kegel
IDENTITAS
No. Register
Nama
Um u r
M.R.S.
Tanggal
:
:
:
:
:
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
No. Sampel
:
:
:
:
I. Anamnesis
1. GPA :
2. Riwayat Kehamilan
a. Hari pertama haid terakhir, (HPHT) :
b. Taksiran persalinan tanggal :
c. Pernah/sedang menderita penyakit
Infeksi atau tumor pada rongga panggul : Ya / Tidak
d. Pernah/sedang menderita penyakit
Paru kronik, DM, atau Hiipertensi : Ya / Tidak
e. Riwayat operasi panggul : Ya / Tidak
II. Keadaan Umum
1. Desakan darah : mmHg
56
2. Denyut Nadi : Kali/Menit
3. Pernafasan : Kali/Menit
4. Suhu : 0C
5. Laboratorium :
III. Hasil pemeriksaan umum /khusus
1. Tinggi fundus uteri :
2. letak anak :
3. Posisi punggung anak :
4. Bagian anak sudah masuk pintu atas panggul: Ya/Tidak
5. DJA : Positif dengan
(Laenec):……………../Menit
6. Berat Badan :
7. Tinggi Badan :
IV. Data Persalinan
1. Lahir tanggal : Jam :
2. Melahirkan dengan cara :
a. Pimpinan Persalinan Biasa :
b. Tindakan :
c. Berat Badan Bayi Lahir :
d. Panjang badan :
3. Yang menolong persalinan :
Nama :
Tanda Tangan :
57
V. Hasil : ..................
Melakukan senam Kegel : ...................
Terjadi Stress inkontinensia urine : …………….
Tidak terjadi : …………….
Tidak melakukan senam Kegel :
Terjadi Stress inkontinensia urine : …………….
Tidak terjadi : ……………..
58
Lampiran 5
Cara-cara Latihan Senam Kegel
Kegel Exercise untuk mengatasi kejadian inkontinensia urin pada
ibu postpartum dapat dilakukan dengan cara :
a. Kedutan Perlahan tipe I (Slow Twitch I)
1. Mengencangkan anus seperti menahan defekasi.
2. Mengerutkan uretra dan vagina seperti menahan berkemih.
3. Tahan dengan kuat selama mungkin sampai 10 detik dengan
tetap bernapas secara normal.
4. Rileks dan istirahat selama 3 detik.
5. Ulangi dengan perlahan sebanyak mungkin sampai maksimum
10 kali.
b. Kedutan Cepat tipe II (Fast Twitch II)
Setelah melakukan gerakan itu, ulangi senam dengan
mengencangkan dan mengendurkan dengan lebih cepat sampai 10 kali
tanpa menahan kontraksi.
Untuk merencanakan senam dasar panggul secara mandiri,
ingatlah lamanya dalam detik. Anda dapat menahan kontraksi dan hitung
berapa kali Anda dapat mengulang latihan sebelum otot menjadi lelah.
Tujuannya untuk meningkatkan jumlah latihan sampai sebanyak 10 x 10,
yang dilakukan dalam beberapa minggu.
59
59
Lampiran 6. Data Penelitian
Sampel
No No.Reg Nama Alamat Umur
Pendidikan
Pekerjaan Senam Kegel SIU Luaran bayi
Penyulit
(th) Ya Tdk Ya Tdk (Gram))
1 071697 Ny. Ayu Arisna Jl. Slt Hasanuddin 111 23 S1 PNS √ √ 3200
2. 140983 Ny. Hasniati Tombolo Kab.Gowa 26 S1 PNS √ √ 2800
3. 074136 Ny. Sinar Jl. Veteran Utara 117 17 SMP IRT √ √ 2650
4. 071164 Ny. Elvira Jl. Koptu Harun II/5 28 SMA Wiraswasta √ √ 3000
5. 077128 Ny. Senni Jl. Mentimun 14 20 SD IRT √ √ 3300 Kala II lama
6. 072376 Ny. Sinta Jl. M. Jufri lr.1 No.5 23 SMA IRT √ √ 3100
7. 073625 Ny. Sri Oktriani Jl. Maccini tengah 27 28 SMA IRT √ √ 2700
8. 142374 Ny. Ariesta Jl. Rajawali IV/29 20 SMA IRT √ √ 2750
9. 143019 Ny. Asmaati Jl. Manunggal 22 19 SMP IRT √ √ 2900 Kala II lama
10. 140621 Ny. Minati Soreang Gowa 25 SMA Wiraswasta √ √ 2800
11. 074574 Ny. Nurwatyka Jl. Laiya 88 24 SMP IRT √ √ 3600
12. 128501 Ny. Fausiah Jl. Rajawali II/97 23 SMA IRT √ √ 2900
13. 142982 Ny. Ramlah Komp.Hartaco Ind IA/4 26 SMA IRT √ √ 3400
14. 142954 Ny. Nurhaidah Jl. Gangang baku Gowa 26 S1 PNS √ √ 2700
15. 192976 Ny. Mantasia Jl. Deppasai Dalam 9 18 SMA IRT √ √ 2950
16. 142884 Ny. Sartika Jl. Tanjung Malaka 2 20 SMA Wiraswasta √ √ 2800
17. 143411 Ny. Nawang Jl. Mappaouddang 14 28 SMA Wiraswasta √ √ 3200
18. 143205 Ny. Marwah Jl.A.Tonro 8/2 19 SMA IRT √ √ 2550
19. 143412 Ny. Muslihah Jl.A.Tonro 2/4 30 SMA IRT √ √ 2500
20. 148511 Ny. Faisah Jl. Rajawali 76 23 D3 Wiraswasta √ √ 2750
21. 142324 Ny. Anita Jl. Garuda 29 20 SMA Wiraswasta √ √ 3300
60
60
22. 143323 Ny. Mardiyanti Jl. Bonto Duri VI/35 23 SMA IRT √ √ 3150
23. 074735 Ny. Nurhaeda Jl.Dg. Raegge lr.6/2 17 SD IRT √ √ 3200 Kala II lama
24. 143387 Ny. Muliani Jl. Pampang II/88 26 SMA IRT √ √ 2900
25. 143180 Ny. Ratnawati Jl. Bonto mateng 12 26 S1 PNS √ √ 3100
26. 140623 Ny. Minah Jl. Rajawali II/7 28 SMA IRT √ √ 2650
27. 143685 Ny. Hendrika Jl. Bonto Duri 7 19 SMA IRT √ √ 2950
28. 143625 Ny. Hasnita Jl. Cenderawasih III/18 25 SMK IRT √ √ 3000
29. 143490 Ny. Saribulan Jl. Bonto Duri VII/2 30 SMA IRT √ √ 3200
30 143380 Ny. Marni Jl. Kamp. Parang 23 23 S1 PNS √ √ 2700
Kontrol
No No.Reg Nama Alamat Umur
Pendidikan
Pekerjaan Senam Kegel SIU Luaran bayi
Penyulit
(th) Ya Tdk Ya Tdk (Gr)
1 140385 Ny. Ismanadia Jl. Dahlia 87 18 SMP IRT √ √ 2700
2. 140993 Ny. Lismawati Jl.dg.Tata V/7 20 SD IRT √ √ 3000
3. 139042 Ny. Sri Devi Jl. Tj. Merdeka 231 20 SMA IRT √ √ 2650
4. 140216 Ny. St. Aminah Jl. Dg. Kuling 1 22 SMP Wiraswasta √ √ 2900
5. 140215 Ny. Herlina Jl. Bt Duri 18 26 D3 Mahasiswa √ √ 3150
6. 139929 Ny. Muliyati Jl. Abd. Kadir 77 18 SMP IRT √ √ 3300
7. 141305 Ny. Hasmawati Jl. Tanjung bayam 27 SMP IRT √ √ 2850
8. 141224 Ny. suriani Jl. H. Remba 221 27 SMA Wiraswasta √ √ 3000
9. 138793 Ny. Kurnia BTN NusaMoncong 2 20 SMP IRT √ √ 2750
10. 140877 Ny. Hawiah Jl. Teluk bayur 10 33 SD IRT √ √ 2500
11. 140646 Ny. Saribulang Jl. Garassi Benteng 18 SD IRT √ √ 2700
12. 140606 Ny. Salmawati Jl. Barombong 25 SMP IRT √ √ 2700
13. 140091 Ny. Karmilah Jl. Bonto lebang 4 20 SMA IRT √ √ 2950
61
61
14. 140397 Ny. Nining Jl. Baji maccini 51 24 SMA Wiraswasta √ √ 3300
15. 140284 Ny. Nuralam Hartaco Indah IB/6 22 SMP IRT √ √ 3150
16. 140390 Ny. Minawati Jl. Abd Muthalib 3 19 SMA Wiraswasta √ √ 2900
17. 140388 Ny. Renita Jl. Bukkang Rala 21 SMP IRT √ √ 2750
18. 140482 Ny. Hasni Jl. Balam baru 9 24 SMA IRT √ √ 3000
19. 140360 Ny. Nur Anita Jl. Bonto Duri 7 19 SMP IRT √ √ 2950
20. 139786 Ny. St. Azizah Jl. A. Tonro 4 24 SMA Wiraswasta √ √ 2800
21. 132629 Ny. Arlisa Ds aeng towa 28 SD IRT √ √ 2550
22. 140522 Ny. Lolita Jl. A. Tonro VI 27 S1 PNS √ √ 3200
23. 140528 Ny. Kasma Jl. Bontoa 104 23 SD IRT √ √ 3150
24. 140808 Ny. Rika Jl. Lekko boddong 2 26 SD IRT √ √ 2750
25. 140365 Ny. Dahriani Jl. Dg. Tata 4 21 D3 Mahasiswa √ √ 2600
26. 140726 Ny. asriani Jl. Manuruki 2/16 19 SMA IRT √ √ 2700
27. 140604 Ny. Irki Ismail Jl. Landak Baru 233 19 S1 PNS √ √ 3100
28. 140712 Ny. Mardiana Jl. Antang Raya 148 17 SMK IRT √ √ 2900
29. 138870 Ny. Mirawati Jl. Sage bongga 12 20 SD IRT √ √ 2950
30 140879 Ny. Tenri Jl. Mesjid raya 117 23 D3 Peg.Swasta √ √ 3200