Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN SIKAP DUDUK DAN BEBAN KERJA TERHADAP
KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA TUKANG BECAK DI
STASIUN BALAPAN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
JONI PRANATA
J 410 130 020
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
HUBUNGAN SIKAP DUDUK DAN BEBAN KERJA TERHADAP
KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA TUKANG BECAK DI
STASIUN BALAPAN
Abstrak
Pekerjaan tukang becak dengan sikap duduk dan posisi duduk tidak ergonomis
serta beban kerja yang cukup berat, berpotensi terhadap nyeri punggung bawah.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara
sikap duduk dan beban kerja terhadap nyeri punggung bawah pada tukang becak
di stasiun Balapan. Mengukur keluhan nyeri punggung bawah pada tukang becak
di stasiun Balapan. Jenis penelitian ini observasional analitik menggunakan
pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini 36 tukang becak dengan
menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner. Analisis data menggunakan
analisis univariat untuk menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variable.
Selanjutnya dianalisis bivariat terhadap dua variabel diduga berhubungan dengan
metode uji chi square jika berdistribusi normal sedangkan uji fisher exact test
jika berdistribusi tidak normal. Dari hasil analisis data disimpulakan terdapat
hubungan antara sikap duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tukang
becak di Stasiun Balapan (p-value = 0,002). Tidak ada hubungan antara beban
kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tukang becak di Stasiun
Balapan (p-value = 0,158). Sikap duduk tukang becak di Stasiun Balapan tidak
ergonomis. Keluhan nyeri punggung bawah pada tukang becak di Stasiun Balapan
75,8% nyeri.
Kata kunci : nyeri punggung bawah, sikap duduk, beban kerja, tukang becak.
Abstract
Work pedicab with posture and ergonomic seating position and a fairly heavy
workload, has the potential to lower back pain. The aim of the study is to examine
and analyze the relationship between posture and workload to lower back pain in
a pedicab driver at the station Race. Measure low back pain on a pedicab driver at
the station Race. This type of observational research using cross sectional
approach. The sample in this study 36 pedicab drivers using research instrument
in the form of a questionnaire. Analysis of data using univariate analysis to
generate distribution and percentage of each variable. Subsequently bivariate
analysis of the two variables were related to the method of chi square test if
normally distributed test while Fisher exact test if the distribution is not normal.
From the results of data analysis disimpulakan the relationship between posture
with low back pain on a pedicab driver at Station Racing (p-value = 0.002). There
was no association between the workload with complaints of lower back pain in a
pedicab driver at Station Racing (p-value = 0.158). Posture pedicab Station
Racing is not ergonomic. Low back pain on a pedicab driver at 75.8% Racing
stations pain. There was no association between the workload with complaints of
lower back pain in a pedicab driver at Station Racing (p-value = 0.158). Posture
2
pedicab Station Racing is not ergonomic. Low back pain on a pedicab driver at
75.8% Racing stations pain. There was no association between the workload with
complaints of lower back pain in a pedicab driver at Station Racing (p-value =
0.158). Posture pedicab Station Racing is not ergonomic. Low back pain on a
pedicab driver at 75.8% Racing stations pain.
Keywords : Lower back pain, posture, workload, pedicab.
1. PENDAHULUAN
Transportasi merupakan sarana perpindahan manusia atau barang dari satu tempat
ke tempat lainnya menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan
oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di negara maju, mereka biasanya
menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan taksi. Penduduk di sana jarang
yang mempunyai kendaraan pribadi karena mereka sebagian besar menggunakan
angkutan umum sebagai transportasi mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu,
transportasi darat, laut, dan udara. Transportasi udara merupakan transportasi
yang membutuhkan banyak uang untuk memakainya ( Khisty, dan lall 2003).
Perkembangan transportasi di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat
terutama penggunaan mulai gerobak sampai dengan kereta api. Angkutan darat
selain mobil, bus, ataupun sepeda motor yang lazim digunakan oleh masyarakat,
umumnya digunakan untuk skala kecil, rekreasi, ataupun sarana sarana di
perkampungan baik di kota maupun di desa. Penggunaan alat transportasi yang
sederhana digunakan jaman dulu sampai sekarang adalah sarana transportasi
becak. Becak merupakan alat sarana transportasi menggunakan tenaga manusia
yang mengandalkan ayuhan kaki. Jenis pekerjaan tersebut memiliki resiko tinggi
terhadap terjadinya cedera pada anggota tubuh ataupun cedera pada otot rangka,
selain itu aktivitas ini memerlukan energi yang cukup besar. Desain becak yang
kurang baik membuat kondisi dan posisi kerja yang tidak ergonomis, sehingga
akan memberikan beban kerja statis pada anggota tubuh (Salim, 1993).
Pada dasarnya profesi tukang becak bisa mengalami keluhan nyeri punggung
bawah. Aktivitas kerja yang dilakukan oleh tukang becak diantaranya mengayuh,
3
sikap badan berada pada posisi duduk tegak atau membungkuk, kedua kaki
mengayuh pedal secara bergantian, dengan pola gerakan kedua telapak kaki
mengayuh, dan anggota badan yang sering bergerak bagian pinggul, punggung,
paha, betis, telapak kaki. Postur kerja yang dialami oleh pengayuh becak saat
aktivitas mengayuh adalah dalam keadaan statis dan dinamis atau disebut juga
manual handling.
Kegiatan sebagai tukang becak berktivitas manual handling dapat bersifat
fatal, terutama pada bagian otot pinggang dan punggung disebabkan karena
aplikasi pekerjaan yang tidak benar atau pengerahan tenaga untuk periode yang
lama. Faktor risiko yang dominan dengan manual handling diantaranya sikap
tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan, gerakan berulang, pengerahan tenaga
berlebihan, sikap kerja statis (Tarwaka, 2014).
Nyeri punggung bawah merupakan kondisi yang tidak mengenakkan atau nyeri
kronis minimal keluhan 3 bulan disertai keterbatasan aktivitas akibat nyeri apabila
melakukan pergerakan (Noor, 2016). Prevalensi nyeri punggung bawah di
Amerika Serikat sebesar 15-20% dengan 80% dari populasinya akan mengalami
setidaknya satu episode nyeri punggung bawah selama hidupnya, sekitar 40%
populasi lain akan berkunjung ke dokter pelayanan primer, 40% dari chiropractor
dan 20% dari sub-spesialis. Diperkirakan sekitar 60-70% warga di Negara maju
mengalami nyeri punggung bawah non spesifik minimal sekali seumur hidup
(2,9%). Menurut Purwata et al, low back pain adalah nyeri neuropatik yang paling
sering ditemukan di Indonesia.
Nyeri punggung bawah yang dialami seorang tukang becak disebabkan faktor
sikap duduk dan beban kerja. Sikap duduk merupakan pekerjaan ringan, namun
jika dilakukan dalam waktu yang lama bahkan setiap hari maka akan terasa sangat
berat dan melelahkan (Tarwaka, 2014). Sikap duduk membungkuk memiliki
risiko 2,657 kali lebih besar mengalami kejadian nyeri punggung bawah
dibandingkan dengan sikap duduk tegak (Harkian, 2014). Posisi duduk yang tidak
ergonomis pada tukang becak akan menimbulkan kontraksi otot-otot punggung
secara isometris (melawan tahanan). Otot-otot punggung akan bekerja keras
menahan beban anggota gerak atas, sehingga beban kerja bertumpu di daerah
4
punggung sebagai penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan
selanjutnya akan terjadi nyeri pada otot punggung bawah. Dimana duduk yang
efektif untuk kesehatan adalah empat jam dalam sehari dan duduk dengan kursi
yang baik adalah kursi yang terdapat sandaran sekitar 135 derajat, posisi ini akan
mengurangi tekanan pada tulang punggung daripada posisi tegak 90 derajat atau
membungkuk 70 derajat (Risyanto et al., 2008).
Beban kerja yaitu beban dari suatu pekerjaan yang memerlukan energi fisik
pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Selama kerja fisik
berlangsung, maka konsumsi energi menjadi faktor utama yang dijadikan sebagai
tolak ukur dalam menentukan berat atau ringannya suatu pekerjaan (Tarwaka,
2014). Total rata-rata beban kerja sebesar 71,42% dan prevalensi gangguan
muskuloskeletal di punggung adalah 43,37% (Kalantari, 2017). Berbagai macam
beban kerja berisiko terhadap terjadinya keluhan nyeri dan postur yang kaku serta
beban pada otot yang statis (Tarwaka, 2014). Kondisi tersebut dapat
mengakibatkan ke arah ketidaknyamanan hingga timbulnya nyeri punggung
bawah (Arshad, et al., 2015).
Stasiun Balapan merupakan salah satu stasiun tertua di Indonesia setelah
Semarang. Pembangunan stasiun ini dilakukan oleh jaringan kereta api masa
kolonial pada abad ke-19, yaitu pada masa pemerintahan Mangkunegaran IV dan
berada di wilayah Kadipaten Praja Mangkunagaran dan merupakan stasiun besar
di Surakarta untuk wilayah Kasunan Surakarta. Alat transportasi yang dapat
mempermudah para penumpang setelah turun dari stasiun Balapan diantaranya
tersedia taxi, ojek (online maupun pangkalan), dan tukang becak.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan pada Bulan Maret
2018 dapat diketahui paguyuban becak stasiun Solo Balapan sudah berdiri sejak
2003, namun anggotanya semakin berkurang hingga saat ini tersisa 36 orang
dengan usia 30-60 tahun. Rata-rata tiap tukang becak dapat membawa beban lebih
dari 30kg dengan durasi kerja mulai pukul 04.00-22.00. Adapun aktivitas yang
mereka lakukan seperti mengangkat beban, mengayuh, membungkuk. Mereka
mengeluhkan adanya rasa pegal dan nyeri pada area pundak, betis, tengkuk leher,
dan juga sepanjang punggung bagian bawah. Berkaitan dengan hal tersebut
5
penulis tertarik untuk melakukan penelitian menganai hubungan sikap duduk dan
beban kerja terhadap nyeri punggung bawah di stasiun Balapan.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian
yang berupaya mencari hubungan antar variabel yang kemudian dilakukan analisi
terhadap data yang terkumpul. Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional dimana peneliti melakukan observasi
atau pengukuran variabel sikap duduk, beban kerja dan nyeri punggung bawah
dalam satu waktu.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2018 di Stasiun Balapan. Populasi
dalam penelitian ini adalah tukang becak yang tergabung pada paguyuban tukang
becak Stasiun Balapan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang dengan
tehnik pengambilan sampel ditentukan dengan metode total sampling/ sampel
jenuh sehingga responden dalam penelitian ini 36 orang. Untuk mengetahui
sampel minimal yang harus dipenuhi dalam penelitian ini menggunakan rumus
Lameshow.
Adapun langkah penelitian ini sebagai berikut :
Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2018 di paguyuban tukang becak di
Stasisun Balapan, dimulai dengan :
a. Melakukan pengumpulan responden di paguyuban tukang becak di Stasisun
Balapan untuk dilakukan wawancara dalam pengisian lembar kuesioner yang
meliputi nama, alamat, usia dan lama kerja.
b. Melakukan penelitian untuk memperoleh data dengan melakukan pengukuran
kondisi sikap ketika tukang becak mengayuh becak.
c. Melakukan penelitian untuk memperoleh data dengan melakukan pengukuran
kondisi beban kerja yang dilakukan tukang becak ketika berjalan di Stasisun
Balapan.
d. Melakukan penelitian untuk memperoleh data dengan menunjukkan letak
keluhan nyeri punggung bawah dan mengukur keluhan tersebut dengan skala
VAS, untuk data tambahan maka penelitian menayakan beberapa pertanyaan
responden.
6
e. Melakukan dokumentasi selama penelitian.
f. Mengumpulkan semua data penelitian
Analisa data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik sebagai
berikut:
1).Analisis Univariat
Analisis dilakukan pada tiap variabel hasil penelitian. Umumnya hanya
menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002:
188). Data hasil penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel, grafik, dan
narasi untuk mengevaluasi besarnya proporsi masing-masing faktor yang
meningkatkan risiko yang ditemukan pada sampel untuk masing-masing
variable yang di teliti. Analisis univariat bermanfaat untuk melihat apakah data
sudah layak untuk dilakukan analisis, melihat gambaran data yang
dikumpulkan dan apakah data sudah optimal untuk analisis lebih lanjut.
2).Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel diduga berhubungan atau
korelasi. Dengan uji fisher exact penggabungan sel. Analisis dilakukan dengan
menggunakan software komputer dengan tingkat signifikan α= 0,05 (taraf
kepercayaan 95%), dimana dasar pengambilan kesimpulan pada hipotesis
didasarkan pada:
a. Jika nilai p value 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada pengaruh antara
variabel yang diuji.
b. Jika nilai p value < 0,05 maka Ho ditolak berarti ada pengaruh antara
variabel yang diuji.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Stasiun kereta api Solo Balapan (SLO) atau yang selanjutnya disebut dengan
Stasiun Balapan adalah stasiun induk di kota Surakarta, tepatnya berada di Jalan
Wolter Monginsidi No. 112 Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsari. Nama
"Balapan" diambil karena konon lahan yang merupakan Alun-Alun Utara milik
7
Keraton Mangkunegara terdapat lapangan pacuan kuda balapan yang sekarang
menjadi Stasiun Balapan.
Stasiun kereta api bernama Stasiun Balapan ini merupakan stasiun yang
menghubungkan Yogyakarta (barat), Semarang (utara), dan Surabaya (timur), dan
teretak berdekatan dengan terminal bus Tirtonadi, suatu hal yang jarang dijumpai
di Indonesia. Transportasi dari stasiun ini cukup baik, mencangkup semua kota
besar di Jawa secara langsung dan hampir dalam semua kelas. Lokasi stasiun ini
berada di sebelah barat pasar Atau atau sebelah Utara Hotel Pose In. Oleh sebab
itu banyak ditemukan transportasi-tranportasi untuk mempermudah aktivitas
orang-orang yang berada Stasiun Balapan dan sekitarnya salah satunya adalah
transportasi becak.
Transportasi becak di Stasiun Balapan mempunyai suatu paguyuban, yang
berfungsi agar tidak terjadi bersitengang antar tukang becak dalam
memperebutkan para penumpang. Ada sekitar 36 tukang becak yang bergabung
dalam paguyuban tukang becak Stasiun Balapan. Rata-rata tukang becak di
paguyuban Stasiun Balapan telah bekerja sebagai tukang becak lebih dari 8 tahun
dan usia rata-rata diatas 30 tahun.
Becak merupakan alat transportasi tradisional yang menggunakan tenaga
manusia sebagai penggerak. Pengendara becak memiliki risiko tinggi terhadap
terjadinya cedera pada anggota tubuh ataupun cedera pada otot rangka. Selain itu
aktivitas mengayuh becak memerlukan energi yang cukup besar. Bila posisi kerja
yang tidak ergonomis ketika mengedarai becak, maka akan memberikan beban
kerja statis pada anggota tubuh sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja
seperti nyeri punggung bawah. Oleh sebab itu dilakukan penelitian mengenai
sikap duduk dan beban kerja saat mengendarai becak serta keluhan nyeri
punggung bawah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sikap duduk, beban kerja,
dan keluhan nyeri punggung bawah yang dirasakan tukang becak sehingga dapat
dilakukan pencegahan untuk terjadinya kondisi yang lebih parah.
3.1.2 Karakteristik Responden
Penelitian ini melibatkan 32 orang tukang becak sebagai responden dari total 36
tukang becak di paguyuban tukang becak Stasiun Balapan. Hal ini dikarenakan
8
pada saat penelitian 4 responden sudah tidak bergabung di paguyuban ini. Berikut
karakteristik responden yang dikumpulkan :
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Terhadap Keluhan Nyeri Punggung
Bawah
Variabel
Keluhan Nyeri Punggung Bawah N %
Tidak nyeri Nyeri
ringan
Nyeri
sedang Nyeri berat
N (%) N (%) N (%) N (%)
Usia
Dewasa awal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100
Dewasa akhir 1 33,3 2 66,7 0 0 0 0 3 100
Lansia awal 3 25,0 2 16,7 6 50,0 1 8,3 12 100
Lansia akhir 3 21,4 5 35,7 6 42,9 0 0 14 100
Manula 1 33,3 2 66,7 0 0 0 0 3 100
Lama kerja
≤ 8 jam 4 21,1 9 47,4 6 31,6 0 0 19 100
> 8 Jam 4 30,8 2 15,4 6 46,2 1 7,7 13 100
Masa kerja
≤ 5 tahun 0 0 1 50,0 1 50 0 0 2 100
> 5 tahun 8 26,7 10 33,3 11 36,7 1 3,3 30 100
Sumber : Data Primer Terolah Oktober 2018
Berdasarkan distribusi karakteristik pada tabel 1, pada kategori dewasa awal tidak
diterdapat responden. Pada kategori usia dewasa akhir terdapat 2 orang (66,7) dari
total 3 responden mengalami nyeri ringan. Kategori usia lansia awal sebanyak 6
orang (50,0%) dari total 12 responden mengalami nyeri sedang. Pada kategori
usia lansia akhir sebanyak 6 orang (42,9) dari total 14 responden mengalami nyeri
sedang. Sedangkan pada kategori usia manula sebanyak 2 orang (66,7%) dari total
3 responden mengalami nyeri ringan.
Untuk karakteristik berdasarkan lama kerja, diketahui yang memiliki
waktu kerja ≤ 8 jam berjumlah 19 orang, yang mana 9 orang (47,4%) dari
responden tersebut mengalami nyeri ringan. Kemudian untuk responden yang
memiliki waktu kerja > 8 jam berjumlah 12 orang, sebanyak 6 orang (46,2%)
responden mengalami nyeri sedang.
Pada karakteristik masa kerja, responden dengan masa kerja ≤ 5 tahun
berjumlah 2 orang yang mana 1 orang (50%) mengalami nyeri ringan dan 1 orang
(50%) mengalami nyeri sedang. Sedangkan responden dengan masa kerja > 5
tahun berjumlah 30 orang. Sebanyak 11 orang (36,1%) responden dengan masa
kerja > 5 tahun diketahui mengalami nyeri sedang.
9
Berdasarkan data-data pada tabel 1, maka dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden mengalami nyeri sedang, baik berdasarkan distribusi
karakteristik usia, lama kerja, maupun masa kerja.
3.1.3 Analisis Univariat
Pada tabel 2 dibawah, dapat diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan
beban kerja, sikap duduk dan keluhan nyeri punggun bawah, sebagai berikut :
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap Duduk,
Beban Kerja, dan Nyeri Punggung Bawah
Variabel Jumlah Persentase (%)
Sikap Duduk
Tegak 15 46,9
Condong ke depan 17 53,1
Total 32 100
Beban Kerja
Sedang 23 71,9
Berat 9 28,1
Total 32 100
Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Tidak nyeri 8 25,0
Nyeri ringan 11 34,4
Nyeri sedang 12 37,5
Nyeri berat 1 3,1
Total 32 100
Sumber : Data Primer Terolah Oktober 2018
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa dari 32 responden sebanyak 15
responden (46,9%) mengayuh becak dengan posisi duduk tegak dan sebanyak 17
responden (53,1%) masih merasa mengayuh becak dengan posisi duduk condong
ke depan. Pada kategori beban kerja responden saat mengayuh becak diketahui
bahwa dari 32 responden sebanyak 23 responden (71,9%) mengalami beban kerja
sedang dan sebanyak 9 (28,1%) responden mengalami beban kerja berat.
Sedangkan distribusi keluhan nyeri punggung bawah dengan jumlah tertinggi
adalah sebanyak 12 responden (37,5%) mengalami nyeri sedang dan yang
terendah adalah nyeri berat yaitu 1 responden (3,1%).
3.1.4 Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Fisher Exact Test untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara sikap duduk dan beban keja terhadap
10
nyeri punggun bawah pada tukang becak di Stasiun Balapan Solo. Berikut adalah
hasil uji bivariat :
Tabel 3. Hubungan antara Sikap Duduk, Beban Kerja, Terhadap Nyeri Punggung
Bawah
Keluhan Nyeri Punggung
Bawah N (%) P-value
Sikap
duduk
Tidak nyeri Nyeri
n (%) N (%)
Tegak 8 53,3 7 46,7 15 100
0,001 Condong 0 0 17 100,0 17 100 Total 8 25,0 24 75, 0 32 100
Beban
Kerja Sedang 4 17,4 19 82,6 23 100
0,176 Berat 4 44,4 5 55,6 9 100
Total 8 25,0 24 75,0 32 100
Sumber : Data Primer Terolah Oktober 2018
Berdasarkan hasil uji Fisher Exact Test pada tabel 3 hubungan antara sikap duduk
terhadap nyeri punggung bawah menunjukkan p-value = 0,001 (≤ 0,05), maka H0
ditolak, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan secara statistika antara
sikap duduk dengan nyeri punggung bawah pada tukang becak di Stasiun
Balapan.
Sedangkan hasil uji Fisher Exact Test pada tabel 3 hubungan antara beban
kerja terhadap nyeri punggung bawah menunjukan p-value = 0,176 (≥ 0,05) maka
H0 diterima yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara beban
kerja dengan nyeri punggung bawah pada tukang becak di Stasiun Balapan.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Hubungan Sikap Duduk Terhadap Nyeri Punggung Bawah Pada Tukang
Becak di Stasiun Balapan
Sebanyak 36 orang tukang becak yang seharusnya menjadi responden penelitian,
namun di lapangan ternyata hanya ada 32 responden. Hal ini dikarenakan pada
saat penelitian 4 responden sudah tidak bergabung di paguyuban tukang becak.
Namun 32 reponden ini sudah memenuhi sampel minimal penelitian yaitu 26
responden.
11
Hasil uji Chi Square hubungan sikap duduk dengan keluhan nyeri
punggung bawah diperoleh nilai signifikansi (p-value) 0,001. Nilai signifikansi <
0,05, tetapi terdapat 4 cell (50%) yang mempunyai nilai frekuensi harapan yang
kurang dari 5. Maka dapat disimpulkan bahwa uji Chi Square tidak memenuhi
syarat yaitu jumlah cell pada tabel lebih dari 2 x 2 yang memiliki frekuensi
harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
Alternatif selain uji Chi Square yang akan digunakan adalah uji Fisher
Exact Test dengan metode penggabungan sel menjadi tabel 2 x 2, diperoleh nilai
signifikansi (p-value) 0,001. Nilai signifikansi < 0,05, maka HO ditolak, yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap duduk dengan keluhan
nyeri punggung bawah pada tukang becak di Stasiun Balapan. Hal ini sejalan
dengan penelitian Zammira (2018) yang mana diperoleh nilai p-value 0,006,
dimana ada hubungan bermakna antara posisi duduk dengan keluhan nyeri
punggung bawah. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan Nurkaput,
dkk (2015) memperoleh nilai p = 0,005 atau p < α (0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa posisi duduk atau posisi mengemudi dapat menimbulkan
terjadinya keluhan nyeri punggung bawah.
Berdasarkan uji statistik dari 32 responden sebanyak 15 orang (46,9%)
diketahui memiliki sikap duduk tegak, dan 17 orang (53,1%) memiliki sikap
duduk condong kedepan. Hasil tabulasi silang antara sikap duduk dengan keluhan
NPB menunjukkan dari 15 responden dengan sikap duduk tegak terdapat 8 orang
(53,3%) tidak mengalami keluhan NPB dan 7 orang (46,7%) mengalami keluhan
NPB. Sedangkan 17 responden lainnya (53,1%), mengalami keluhan NPB dengan
sikap duduk condong kedepan. Maka dapat disimpulkan bahwa sikap duduk yang
tidak tegak dapat mempengaruhi mengalami keluhan NPB.
Menurut Purnomo (2013), aktivitas pekerja dengan posisi duduk
mempunyai perilaku yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan untuk duduk
dengan posisi berbeda.beda. Duduk dengan jangka waktu yang cukup lama dapat
menyebabkan berbagai keluhan. Keluhan yang timbul antara lain berupa nyeri
punggung bawah yang biasanya mengarah pada perubahan kurva vertebra lumbal
karena pembebanan yang terus terjadi saat duduk lama. Apalagi diikuti dengan
12
posisi duduk yang tidak sesuai dengan posisi yang seharusnya yaitu pada saat
duduk punggung harus tegak dan tidak boleh membungkuk ke depan atau lunglai
sesuai dengan tradisi militer (Parjoto, 2007).
Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti menemukan bahwa para tukang
becak melakukan tindakan sederhana guna mencegah dan mengurangi nyeri.
Tindakan pencegahan dilakukan dengan memijat bagian yang nyeri dengan
minyak angin atau balsem, dan beritirahat. Belum ada yang berinisiatif melakukan
pemeriksaan kepada layanan kesehatan untuk mencegah atau mengurang keluhan
NPB.
Sedangkan dari hasil observasi peneliti melihat beberapa tempat duduk
untuk mengayuh becak tidak ergomonis, seperti tempat duduk yang terlalu tinggi
dan tempat duduk yang sedikit jauh dari pegangan tangan pada becak.
Oleh sebab itu, peneliti menyarankan perlu adanya perbaikan mulai dari
posisi duduk saat mengayuh becak, duduk harus tegak. Desain pada becak juga
harus dimodifikasi agar lebih ergonomis seperti tinggi tempat duduk harus sama
dengan panjang tungkai penarik becak ± 3 cm, jarak kemudi ±3 cm dari panjang
lengan, tempat duduk harus lebih lebar dari pinggul, tinggi pandangan mata lebih
panjang dari tinggi atap becak, dan lain-lain. Selain itu perlu upaya untuk
mencegah dan mengendalikan keluhan NPB seperti hidari kegiatan atau bekerja
secara statis dalam jangka waktu lama, usahkan merelaksasikan badan diantara
jam kerja, melakukan pemeriksaan kesehatan saat maupun sebelum mengalami
keluhan NPB. Upaya lainnya adanya penyuluhan dan edukasi tentang sikap dan
posisi kerja yang baik kepada pekerja dan adanya perbaikan lingkungan kerja
guna memperlancar proses kerja, hal ini dapat dilakukan dengan bekerja sama
dengan pihak terkait seperti dinas transportasi, dinas kesehatan, dinas pariwisata,
dana pihak-pihak lain.
3.2.2 Hubungan Beban Kerja Terhadap Nyeri Punggung Bawah Pada Tukang
Becak di Stasiun Balapan
Hasil uji Chi Square hubungan beban kerja dengan keluhan nyeri punggung
bawah diperoleh nilai signifikansi (p-value) 0,053. Nilai signifikansi > 0,05, tetapi
terdapat 5 cell (62,5%) yang mempunyai nilai frekuensi harapan yang kurang dari
13
5, Maka dapat disimpulkan bahwa uji Chi Square tidak memenuhi syarat.
Alternatif uji yang akan digunakan adalah uji Fisher Exact Test dengan metode
penggabungan sel menjadi tabel 2x2 yang diperoleh hasil p-value 0,176, maka
HO diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara beban
kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Hal ini sejalan dengan penelitian Indri, dkk (2014) yang mana diperoleh
nilai p-value 0,156 berarti p-value > 0,05 disimpulkan tidak ada hubungan antara
beban kerja dengan low back pain atau yang dapat disebut juga sebagai nyeri
punggung bawah. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Kasjono dkk
(2017) dengan judul faktor risiko manual handling dengan keluhan nyeri
punggung bawah pembuat batu bata di Dusun Asri, dalam penelitian ini
didapatkan bahwa tidak adanya hubungan antara beban manual handling dengan
nyeri punggung bawah.
Berdasarkan hasil uji statistik beban kerja dari 32 reponden sebanyak 23
orang (71,9%) mengalami beban kerja sedang dan 9 orang (28,1%) mengalami
beban kerja berat.. Hasil tabulasi silang antara beban kerja dengan keluhan NPB
menunjukan sebanyak 82,6% responden yang mengalami beban kerja sedang
mengeluh NPB dan 55,6% responden dengan beban kerja berat juga mengeluhkan
NPB. Maka dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan
secara signifikan antara beban kerja dengan keluhan NPB.
Beban kerja para pekerja pasti berbeda-beda dan tergantung pula dari jenis
pekerjaannya. Dari hasil pengamatan dengan cara obervasi, didapatkan bahwa
pekerja pada saat melakukan pekerjannya tidak terlalu dipaksa, sehingga beban
yang diterima juga tidak terlalu berat, walaupun pekerjaan yang dilakukan masih
jauh dari ergonomi. Pekerja juga sudah mengatur waktu istirahat sehingga dapat
menyesuaikan kondisi tubuh dengan pekerjaan yang sering dilakukan. Beban
kerja yang dipikul tukang becak juga menjadi sedikit lebih ringan karena ada alat
bantu yaitu dengan mengayuh roda becak. Dalam hal ini menunjukan berat beban
tidak mempengaruhi seseorang mengalami NPB, ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi nyeri punggung seperti faktor nutrisi (Ema dkk, 2018).
14
Beban fisik yang dibenarkan umumnya tidak melebihi 30-40%
kemampuan seorang pekerja dalam waktu 8 jam sehari. Di Indonesia beban fisik
untuk mengangkat dan mengangkut yang dilakukan seorang pekerja dianjurkan
agar tidak melebihi dari 40 kg setiap kali mengangkat dan mengangkut (Irzal,
2016).
Dalam penelitian Nurzannah (2015) menurut hasil studi Departemen
Kesehatan RI (2005) diketahui bahwa 40,5% pekerja mempunyai keluhan
gangguan kesehatan yang diduga terkait dengan pekerjaan yaitu 16% penyakit
otot rangka yang disebut sakit punggung. Wold Health Organization (WHO) juga
menyatakan bahwa di negara industri tiap tahun tercatat 2 - 5 % mengalami Nyeri
Punggung Bawah (NPB). Kemudian National Safety Council melaporkan bahwa
sakit akibat kerja dengan frekuensi kejadian yang paling tinggi adalah sakit/nyeri
pada punggung bawah, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus..
Dalam jurnal Dewi (2012) dikemukakan beberapa survei yang dilakukan
oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2004 di 8 Provinsi pada pekerja sektor
informal mendapat hasil 75,8% Perajin Batu Bata mengalami gangguan Otot
Rangka. Selain itu dari Profil Kesehatan Kerja Indonesia tahun 2008 yang disusun
Direktoral Bina Kesehatan Kerja, Kementerian Kesehatan RI tercatat bahwa dari
9.482 pekerja di 12 Kabupaten/Kota dari 10 Provinsi yang disurvei tercatat 40,5%
pekerja mempunyai keluhan terhadap kesehatannya dengan keluhan utamanya
adalah gangguan otot rangka 16%, sehingga perlu dilakukan adanya pencegahan
guna mengurangi dampak dari keparahan PAK.
Oleh sebab itu, dalam permasalahan ini perlu adanya perhatian khusus dari
para tukang becak agar lebih memperhatikan posisi duduk yang sesuai saat
mengayuh becak. Serta perlu adanya edukasi tentang sikap duduk maupun beban
kerja kepada para tukang becak agar dapat mencegah dan mengurangi terjadinya
keluhan nyeri punggung yang lebih berat lagi.
4. PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan: ada hubungan
antara sikap duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tukang becak di
15
Stasiun Balapan (p-value = 0,001). Namun Tidak ada hubungan antara beban
kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tukang becak di Stasiun
Balapan (p-value = 0,176). Sikap duduk tukang becak di Stasiun Balapan tidak
ergonomis. Keluhan nyeri punggung bawah pada tukang becak di Stasiun Balapan
75,0 % nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Arshad, M., Shamim, Akram, M., Shaheen, G., Arshad, M., Shamim, T., &
Yasmeen, Z. 2011. Effects of Breast Cancer On Physiological and
Psychological Health of Patients. International Journal of Applied Biology
and Pharmaceutical Technology vol.2, Issue 1. Pkaistan : The Islamia
University of Bahawalpur
Indri. 2014. Dasar-dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Kencana.
Kalantari Farhad. 2017. Prevalence of cancers in the National Oil Company
employees referred to Ahwaz health and industrial medicine in 5 years
(Ministry of oil). Life Science Journal. 2011;8(4):698-700] (ISSN:1097-
8135).
Kasjono, H. S., Yamtana., dan Pandini, D.I. 2017. Faktor Risiko Manual
Handling dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pembuat Batu Bata.
Politeknik Kesehatan Kemenkes. Yogyakarta.
Khisty, J.C., dan Lall, K.B,.2003,”Dasar-dasar Rekayasa Transportasi”, Erlangga,
Jakarta.
Lemeshow, Stanley dkk. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan,
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Lumantobing S. M. dan Tjokronegoro A. 1986. Penatalaksanaan : Low Back
Pain (Nyeri Punggung Bawah). Jakarta : FKUI.
Mardiman Sri. 2001. 3 sindroma low back pain ( Nyeri Punggung Bawah ),
Kumpulan Makalah Pelatihan.
Moh. Nasir. 1983. Metodologi Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Noor Helmi, Zairin. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Salemba
Medika. Jakarta.
Nurmianto Eko. 1998. Ergonomi Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Guna Widya,
16
Nurzannah, Makmur Sinaga, dan Umu Salmah. 2015. Hubungan Faktor Risiko
dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Tenaga
Kerja Bongkar Muat (Tkbm) di Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2015.
FKM USU. Medan.
Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Parjoto, S. 2001. Pentingnya Memahami Sikap Tubuh Dalam Kehidupan,
Majalah Fisioterapi Indonesia, Vol. 7 No. 11/Mei 2007, Jakarta : IFI Graha
Jati Asih.
Pearce, C. Evelin. 1998. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta :
Gramedia.
Poerwadarminta. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Purnomo, Hari. 2013. Antropometri dan Aplikasinya. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Putranto Trie Hermawan, Rafael Djajakusli, Andi Wahyuni. 2014. Hubungan
postur tubuh menjahit dengan keluhan low back pain (LBP) pada penjahit
di pasar sentral kota makasar. Skripsi. Bagian Kesehatan dan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. FKM Universitas Hasanuddin.
Putri, Ema dan T. Samsul Alam. 2018. Ergonomi Dalam Bekerja dengan Nyeri
Punggung Bawah Pada Pekerja Buruh Kasar. JIM FKEP. Vol. III No. 3
2018. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Rachmawati Selviana. 2006. Hubungan Antara Berat Beban Frekuensi Angkat
dan Jarak Angkut dengan Keluhan Nyeri Pinggang Pada Buruh Angkut di
Stasiun Tawang. Skripsi. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri
Semarang.
Rinaldi Erwin, Wasisto Utomo, Fathra Annis Nauli. 2015. Hubungan Posisi Kerja
Pada Pekerja Industri Batu Bara dengan Kejadian Low Back Pain. JOM.
Vol 2 No 2. Oktober 2015 Riau : Univarsitas Riau.
Risyanto. 2008. Pengaruh Lamanya Posisi Kerja Terhadap Keluhan Subyektif
Low Back Pain Pada Pengemudi Bus Kota di Terminal Giwangan. Skripsi.
Fakultas Kedokteran. Universitas Islam Indonesia.
Salim, Abbas. 1993. Manajemen Transportasi, Jakarta ; Ghalia Indonesia.
Samara. D. 2004. Lama dan sikap duduk sebagai faktor risiko terjadinya nyeri
pinggang bawah, Jurnal Kedokter Trisakti. April-Juni 2004, Vol.23 No.2.
Santoso Singgih. 2004. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara
Profesional. Kelompok Gramedia-Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
17
Sastroasmoro Sudigdo. 1995. Dasar-Dasar metodologi Penelitian Klinis. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Sastrodiwirjo Soemargono. 1986. Nyeri Kepala Menahun. Jakarta: UI Press.
Sengadji, M, I. Rahaya. Nurkaput. 2015. Hubungan Antara Posisi Mengemudi
Terhadap Low Back Pain Pada Sopir Angkotdi Kota Malang. Jurnal.
Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Malang.
Septadina, Indri S., dan Legiran. 2014. Nyeri Pinggang dan Faktor-faktor Resiko
yang Mempengaruhinya. Jurnal Keperawatan Sriwijaya. Universitas
Sriwijaya. Palembang.
Shidarta P. 1994. Neurologi Klinis dalam Praktek, Dian rakyat. Jakarta
Soemarko, Dewi Sumaryani. 2012. Penyakit Akibat Kerja "Indentifikasi dan
Rahabilitasi Kerja". Makalah K3 Expo Seminar SMESCO Jakarta.
Penyelenggara: Kemenakertrans RI, DK3N, APINDO.
Sugiono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfa Beta.
Sugiyanto. 2009. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan kebudayaan
Suma’mur. 2009. Hiperkes Keselamatan Kerja Dan Ergonomi. Jakarta : Dharma
Bhakti.
Tarwaka. 2014. Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja, Penerbit : Harapan Press. Surakarta.
Zatadin, Zammira Mutia and -, Dr. Iwan Setiawan, Sp.S., M.Kes. 2018.
Hubungan Posisi Duduk dan Lama Duduk Terhadap Kejadian Nyeri
Punggung Bawah (NPB) pada Penjahit Sektor Informal di Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta. Skripsi thesis. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.