Upload
lamnhan
View
236
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
HUBUNGAN STRATEGI KOPING DENGAN TINGKAT STRES IBU TERHADAP PENERIMAAN ANAK AUTIS
DI KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun oleh :
AGUSTINA HIDAYATUN 2213037
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2017
iv
KATA PENGATAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Hubungan Strategi Koping Dengan Tingkat Stres Ibu Terhadap Penerimaan Anak Autis Di Kabupaten Bantul”.
Penelitian ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan trimakasih dengan setulus-tulusnya kepada :
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achamd Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha, Sp.Kep, M.B selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3. Fajriyati Nur Azizah, S.Kep., Ns., M.Kep.Sp.J selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyusun usulan penelitian ini.
4. Masta Hutasoit, S.Kep.,Ns.,M. Kep selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, saran serta masukkan kpada penulis dalam menyusun usulan penelitian.
5. Bapak, Mamak, Adik dan Kakak, keponakan dan mas Tiyo yang sudah memberikan dukungan emosional dan doa yang tak pernah terbatas kepada penulis.
6. Bapak kepala Sekolah Luar Biasa PGRI Trimulyo Jetis Bantul yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan studi pendahuluan.
7. Kepada bapak/ibu kepala sekolah SLB N 1 Bantul, SLB Bangun Putra Kasihan, SLB Marsudi Putra 2, SLB Ma’arif Bantul, dan SLB Dharma Bhakti Bantul yang sudah mengijikan penulis melangsungkan penelitian.
8. Kepada bapak/ibu kepala sekolah SLB Tunas Kasih Sedayu, SLB Marsudi Putra I Bantul, SLB Marsudi Putra 3 , SLB Bina Siwi Pajangan, SLB PGRI Trimulyo Jetis Bantul, SLB Mardi Mulya dan SLB Islam Qothurunnada Bantul yang sudah mengijinkan penulis melakukan uji validitas.
9. Kepada seluruh responden yang telah bersedia menjadi responden dengan senang hati.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua.
Yogyakarta, Agustus 2017
Agustina Hidayatun
v
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ……………………………………………… i HALAMAN PENGESAHAN. …………………………………..... ii PERNYATAAN …………………………………………………… iii KATA PENGANTAR ……………………………………………. . iv DAFTAR ISI ……………………………………………………...... v DAFTAR TABEL ………………………………………………….. vii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………. viii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………. . ix INTISARI ………………………………………………………...... x ABSTACT ………………………………………………………….... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………..... 4 C. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 4 D. Manfaat Penelitian …………………………………….... 4 E. Keaslian Penelitian ……………………………………… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mekanisme Strategi Koping ……………………………. 8 B. Konsep Stres ……………………………………………. 13 C. Konsep Autis .................................................................... 27 D. Kerangka Teori …………………………………………. 38 E. Kerangka Konsep Penelitian ……………………………. 39 F. Hipotesis ……………………………………………........ 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………… 40 B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………… 40 C. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………….... 40 D. Variabel Penelitian ……………………………………… 42 E. Definisi Operasional …………………………………….. 43 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ……………………. 43 G.Validitas dan Reliabilitas ………………………………… 47 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data …………………. 48 I. Etika Penelitian ………………………………………….. 51 J. Pelaksanaan Penelitian …………………………………... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………………………………………….. 55 B. Pembahasam ……………………………………………... 59 C. Keterbatasan ……………………………………………... 63
vi
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan …………………………………………….. 64 B. Saran ……………………………………………………. 64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Definisi Operasional …………………………………………… 43
Table 2.2 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Stres ……………………………… 44
Tabel 2.3 Kisi-kisi Instrumen Cope Scale …………………………………….. 46
Tabel 2.4 Kontingensi Korelasi …………………………………………... 51
Tabel 2.5 Distribusi Karakteristik Ibu dengan Anak Autis ………………. 57
Tabel 2.6 Distribusi Frekuensi Strategi Koping Ibu dengan Anak Autis ... 58
Tabel 2.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Ibu dengan Anak Autis ….. 58
Tabel 2,8 Analisa Variabel Strategi Koping dengan Tingkat Stres Ibu terhadap Penerimaan Anak Autis di Kabupaten Bantul ………. 59
viii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.1 Kerangka Teori ……………………………………………. 38
Gambar 3.2 Kerangka Konsep …………………………………………. 39
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Etika Clearen
Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner Tingkat Stres
Lampiran 4 Kuesioner Strategi Koping Cope Scale
Lampiran 5 Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 6 Uji Validitas
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 8 Hasil Olah Data
Lampiran 9 Mapping Skripsi
x
HUBUNGAN STRATEGI KOPING DENGAN TINGKAT STRES IBU TERHADAP PENERIMAAN ANAK AUTIS DI
KABUPATEN BANTUL
Agustina Hidayatun1, Fajriyati Nur Azizah2
INTISARI
Latar Belakang: Autis merupakan gangguan yang bersifat kompleks, mencakup aspek interaksi sosial, komunikasi, aktivitas dan keterbatasan minat yang sulit dipahami. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan stres bagi ibu yang mempunyai anak autis sehingga memerlukan pemecahan sebagai upaya untuk beradaptasi dengan masalah-masalah yang muncul. Ibu dengan mekanisme koping yang negatif dalam menghadapi anak autis cenderung menunjukkan kurangnya kasih sayang dan perhatian kepada anaknya. Padahal, ibu adalah figure terdekat anak yang memberikan pengasuhan terhadap dirinya. Tujuan Penelitian: Diketahui hubungan strategi koping dengan tingkat stres ibu terhadap penerimaan anak autis di Kabupaten Bantul. Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan Cross-sectional. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling sebanyak 32 ibu dengan anak autis. Instrumen penelitian adalah kuesioner tingkat stres dan kuesioner scale cope. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat dengan uji Chi Square, dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil: Ada hubungan strategi koping dengan tingkat stres ibu terhadap penerimaan anak autis di Kabupaten Bantul. Hasil perhitungan uji statistic diperoleh p-value 0,010<0,05. Strategi koping ibu sebagian besar menggunakan strategi Problem Focused Coping (PFC) sebanyak 56,3% dan tingkat stres ibu sebagian besar adalah tingkat stres sedang sebanyak 21,9%. Kesimpulan: Strategi koping berkaitan erat dengan menculnya stres pada ibu dengan anak autis. Perawat dapat berperan dalam upaya pencegahan dan penanganan kejadian stres melalui pemberian edukasi, konseling serta memfasilitasi kelompok pendukung bagi ibu, bekerjasama dengan pihak sekolah dan pihak lain yang berkaitan. Kata Kunci : Strategi Koping, Stres, Autis
1 Mahasiswi PSIK Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Dosen PSIK Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
xi
The Correlation between Coping Strategy and Maternal Stress Level in Response to Children with Autism in Bantul
Agustina Hidayatun1, Fajriyati Nur Azizah2
ABSTRACT
Background : Autism is a complex disorder including aspects of social interaction, communication, activities, and interest incapability which are difficult to comprehend. This condition may lead to maternal stress for mothers who have children with autism so that a solution is necessary for mothers to adapt with the emerging problems. Mothers with negative coping mechanism to deal with children with autism tend to show lack of attention and love to their children whereas mothers are the closest figures who provide care for the children. Objective : This identify The Correlation between Maternal Coping Strategy and Maternal Stress Level in Response to Children with Autism in Bantul. Method : This was a quantitative study with cross sectional approach. Samples in thia study were selected through stratified random sampling technique with respondents of 32 mothers who had children with autism. Study instruments were questionnairres about stress level and scale cope. Data analysis applied univariate and bivariate analysis with chi-square test and significance level of p < 0,05. Result : There was a Correlation between Maternal Coping Strategy and Maternal Stress Level in Response to Children with Autism in Bantul. The result of statistical test figured out p value of 0,010 < 0,05. The majority of Maternal coping strategy applied Problem Focused Coping (PFC) strategy as many as 56,3% and maternal stress level was mostly in moderate stress level as many as 21,9%. Conclusion : Coping strategy is closely related to the emerging maternal stress in response to children with autism. Nurses may take part in preventive effort and management for maternal stress through providing education, counseling, and facilities for supporting groups for mothers, initiating corporation with schools and other correlated parties.
Keywords : Coping Strategy, Stress, Autism
1A student of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta
2A counseling lecturer of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta
1
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila anak yang dilahirkan mengalami kegagalan pertumbuhan dan
perkembangandari segi fisik, psikologi maupun mental maka sebagaian
keluarga mengalami mekanisme kopingyang maladaptif seperti sedih yang
berlarut –larut, rasa bersalah, saling menyalahkan satu dengan lainnya, rasa
benci terhadap anaknya sendiri. Terutama ibu yang telah melahirkannya, dia
akan merasa bersalah akan kehadiran anaknya yang terlahir tidak sesuai
harapannya maka bisa kemungkinan ibu akan merasa benci, tidak mau
memberikan kasih sayang terhadap anak yang dilahirkan serta mungkin akan
terjadi penolakan terhadap anak tersebut. Salah satu contoh masalah yang
timbul adalah kehadiran anak dengan gangguan mental seperti autis.
World Health Organization (WHO)tahun 2013, menyatakan bahwa
prevalensi penderita anak autisme di dunia sebanyak 1 dari 160 anak,
terhitung lebih dari 7,6 juta jiwa yang hidup dengan autisme. Menurut Yatim
(2007), kejadian autisme di Negara maju sebanyak 4 – 15 anak dari 10.000
penduduk. Sementara menurut Sun dam Allison (2010) menyatakan
prevalensi autisme di negara Jepang pada tahun 2008 sebanyak 13/10.000
anak dengan jumlah populasi sebanyak 12.263 jiwa dan di Negara China pada
tahun 2008 sbanyak 9,8/10.000 dengan jumlah populasi 25.521 jiwa.
Berdasarkan informasi dari Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
Kementrian Pendidikan Nasional dilaporkan anak dengan autis yang
mengikuti pendidikan di sekolah luar biasa atau SLB diseluruh Indonesia
sebanyak 638 anak tetapi banyak juga sekolah swasta yang mendidik anak
autis tidak melaporkan jumlah anak autis. Sedangkan pada tahun 2015
diperkirakan terdapat kurang lebih 140.000 anak dengan penyadang spectrum
Autis di Indonesia (YAI, 2016). Di Yogyakarta pada tahun 2013 anak
penyandang autis mencapai 270 anak dari 3.514.762 jiwa dan di Kabubapten
Bantul anak penyang autis sebanyak 91 anak dari 927.956 jiwa (Riskesdas,
2015).
2
Autis merupakan gangguan masa kanak – kanak yang ditandai dengan
adanya ketidakmampuan yang signifikan pada interaksi sosial, komunikasi,
dan pola perilaku, dan aktivitas yang terbatas (Pieter, H.Z., Janiwarti, B., &
Saragih, M, 2011).Beberapa anak autis sejak lahir sudah memperlihatkan
perilaku tertentu, namun gejala – gejala yang nampak pada usia 18 – 36 bulan
seperti mendadak menolak kehadiran orang lain, bertingkah laku aneh dan
mengalami kemunduran dalam berbahasa serta keterampilan sosialisasi
(Prasetyo, 2008).
Anak dengan perkembangan yang terbatas biasanya disebut dengan
kebutuhan khusus. Memiliki anak dengan keterbatasan merupakan stressor
bagi orangtua terutama ibu. Ibu dengan anak autis memiliki stres yang tinggi
dan kesehatan mental (psikologi) yang rendah serta menunjukkan kekuatan
yang sangat baik dalam hubungan orangtua-anak, dukungan sosial, dan
stabilitas rumah tangga.Namun reaksi tersebut tidak mudah bagi ibu langsung
dapat menerima keadaannya karena individu tersebut mengalami kegagalan
yang menimbulkan stres dalam dirinya.Stres merupakan reaksi tertentu yang
muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya
ketika manusia menghadap tantangan-tantangan (challenge) yang penting,
ketika dihadapkan pada ancaman (threat), atau ketika harus berusaha
mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungan(Patel, 1996
citNasir Abdul & Muhith, Abdul. 2011).
Orangtua yang mengalami tingkat stres sedang sebagian sebagian besar
memberikan pola asuh campuran antara demokratis dengan otoriter yaitu 12
responden. Orangtua yang mengalami stres tingkat tinggi sebagian besar
memberikan pola asuh otoriter yaitu 7 responden. Orangtua yang mengalami
stres tingkat ringan sebagian besar memberikan pola asuh campuran antara
otoriter dengan demokratis yaitu sebanyak 7 responden (Sipahutar, 2014).
Strategi yang nantinya akan digunakan oleh individu satu dengan
individu lainnya pun akan berbeda. Cara yang nantinya akan dilakukan
individu tersebut untuk menangani masalahnya disebut strategi koping.
Lazarus & Folkman (1984) dalam Abdul Nasir & Abdul Muhith, Abdul (
3
2011), strategi koping dibagi menjadi dua, yaitu problem focused coping dan
emotional-focusedcoping. Koping yang berfokus pada masalah (problem
focused coping)adalah bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah
atau mencari informasi relevan dengan solusi. Koping yang berfokus pada
emosi (emotional-focused coping) adalah upaya untuk mengurangi berbagai
reaksi emosional negatif terhadap stres.
Ibu sebagian besar menggunakan koping yang berfokus pada masalah
(problem focused coping) Bentuk-bentuk usaha atau cara yang dilakukanibu
yang memiliki anak autis antara lain: berusaha mencari informasi tentang
bagaimana cara menangani anak,bagaimana cara penyembuhan untuk anak,
danjuga pendidikan yang bagaimana yang cocokuntuk anak. Selain itu ibu
juga berusahamencari tempat terapi dan juga sekolah khususuntuk anak, serta
memberikan pengertian tentangkeadaan anak mereka pada masyarakat dengan
baik-baik (Desi, 2009).
Stres yang dialami ibu tersebut terjadi akibat cara pengasuhan ibu
terhadap anak autis yang tidak benar dan tepat. Apabila seorang ibu yang
memiliki mekanisme koping yang negatif kepada anaknya yang menyadang
autis maka anak tersebut akan kurang kasih sayang dan perhatian seorang
ibu.Karena ibu adalah figur terdekat pada anak yang memberikan pengasuhan
terhadap dirinya. Hal ini sesuai dengan model stres pengasuhan yang
dikemukaan oleh Abidin (Phelps et al.,2009cit Fina Hidayati, 2013) bahwa
stres akan mendorong orangtua dalam pengasuhan anak yang tidak tepat dan
benar. Jika ibu tidak mendapatkan edukasi yang bermanfaat maka stres ibu
akan memperburuk hubungan ibu-anak, terutama pada anak dengan gangguan
perilaku (Pouretemad et al., 2009cit Fina Hidayati, 2013).
Peneliti melakukan studi pendahuluan pada bulan Januari 2017 di SLB
Tri Mulyo Jetis Bantul, peneliti melakukan wawancara dengan ibu yang
memiliki anak autis, dalam penerimaan untuk “legowo” atau ikhlas pada ibu
dengan anaknya yang menyadang autis dibutuhkan waktu yang cukup lama
sekitar 1 sampai 2 tahun, ibu tersebut juga merasa malu, takut, khawatir
dengan masa depan anaknya kelak jika tumbuh dewasa. Berdasarkan masalah
4
di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan
Strategi Koping denganTingkat Stres IbuterhadapPenerimaan Anak Autis
diKabupaten Bantul”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian ini
adalah “Apakah ada hubunganstrategi kopingdengan tingkat stres ibu
terhadappenerimaan anak autis di Kabupaten Bantul?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan strategi kopingdengan tingkat stres ibu terhadap
penerimaan anak autis di Kabupaten Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat stres ibu dalam proses penerimaan anak autis.
b. Mengetahui strategi koping ibu dalam proses penerimaan dengan anak
autis.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu
Sebagai sarana penambah wawasan untuk memilih strategi koping yang
tepat dalam mengatasi permasalahan pengasuhan anak autis agar dapat
menekan tingkat stres pada ibu.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan peneliti tentang
stres dan strategi koping agar dapat menekan tingkat stres pada ibu yang
memiliki anak autis.Serta dapat menjadi pengalaman berharga untuk
penelitidan kemudian sebagai referensi untuk penelitian berikutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber kedua untuk peneliti
yang akan meneliti tentang tingkat stres dan strategi koping pada ibu
terhadap anak penyandang autis.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang hubungan strategi mekanisme koping dengan tingkat stres
ibu terhadap anak autis diKabupaten Bantul belum pernah dilakukan.
Penelitian sebelumnya yang mirip dengan penelitian yang dilakukan adalah :
1. Sipahutar (2014), penelitian dengan judul Hubungan Antara Tingkat Stres
dengan Pola Asuh Orang Tua pada Anak Autisme di Kota Denpasar Bali.
Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan tingkat stres dengan pola
asuh orang tua pada anak autisme. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian kuantitaif analitik obsevasional dengan rancangan cross
sectional, didukung data kualitatif. Analisis data dilakukan analisis
bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ditemukan orangtua
yang mengalami stres sedang sebagian besar memberikan pola asuh
campuran antara demokratis dengan otoriter yaitu 12 responden. Orangtua
yang mengalami stres tingkat tinggi sebagian besar memberikan pola asuh
otoriter yaitu 7 responden. Orangtua yang mengalami stres tingkat ringan
sebagian besar memberikan pola asuh campuran antara otoriter dengan
demokratis yaitu sebanyak 7 responden. Tidak terdapat hubungan
bermakna antara tingkat stres dengan poa asuh orangtua yang memiliki
anak autisme.
Persamaan penelitian ini dengan peneliti penulis terletak pada metode
penelitian, variabel bebas, analisa bivariat dan desain
penelitian.Sedangkan perbedaannya yakni pada variabel terikat dan teknik
sampling.
2. Hidayati (2013), penelitian dengan judul Pengaruh Pelatihan “Pelatihan
Ibu Cerdas” terhadap Stres Pengasuhan pada Ibu dari Anak Autis. Tujuan
penelitian adalah mengetahui efek dari pengaruh pelatihan “Pelatihan Ibu
Cerdas” terhadap stres pada ibu dari anak autisme. Rancangan eksperimen
6
dengan menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Tha
untread control group design with pretest and posttest, yang dibagi
menjadi kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Sampel yang
digunakan sebanyak 20 responden, 10 kelompok percobaan dan 10
kelompok. Teknik analisa penelitian menggunakan teknik statistik analisa
Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
pada data kuantitatif sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan, dengan
hasil Z value = -2,499 dan tingkat signifikan 0,012 (P value = <0,05) yang
menunujukkan penurunan yang signifikan pengasuhan stres dalam
kelompok percobaan setelah pelatihan diberikan. Dengan demikian
pelatihan “Pelatihan Ibu Cerdas” secara statistik pengasuhan dapat
mengurangi stres pada ibu yang mempunyai anak autisme.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak pada variabel
terikat yang digunakan sedangkan perbedaannya yaitu pada desain
penelitian, analisa data, metode penelitian dan teknik sampel.
3. Wardani, D.S (2009), penelitian dengan judul Strategi Koping Orang Tua
Menghadapi Anak Autis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
orientasi strategi coping yang digunakan oleh orang tua untuk menghadapi
anak penderita autis, bagaimana bentuk perilaku coping yang digunakan,
dan apa dampak perilaku koping tersebut bagi orang tua. Sampel
penelitian adalah orang tua yang mempunyai anak autis yang bersekolah di
SD PLUS Harmony. Metodepengumpulan data yang digunakan adalah
interview, sedangkan teknik analisis data yang digunakanadalah analisis
induktif deskriptif. Hasil penelitian adalah bahwa strategi koping pada
orang tua yang mempunyai anak autis berorientasi pada penyelesaian
masalah yang dihadapi (Problem Focused Coping), sedangkan bentuk
perilaku koping yang muncul yaitu Instrumental Action yang termasuk
dalam Problem Focused Coping dan Self-Controlling, Denial, dan Seeking
Meaning yang termasuk dalam Emotion Focused Coping. Dampak positif
dari perilaku koping yang dilakukan oleh orang tua yaitu Exercised
Caution dan Seeking Meaning, sedangkan dampak negatif yang muncul
7
diatasi orang tua dengan Intropersitive, Negotiation, dan Accepting
Responbility.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah variabel
penelitian sedangkan perbedaan dari penelitian dengan penelitian penulis
yaitu metode dan analisa data.
55
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
a. SLB N 1 Bantul
SLB N 1 Bantul merupakan SLB yang ada di Kabupaten Bantul yang
terdiri dari beberapa jurusan antara lain jurusan A (Tunanetra), jurusan B
(Tunarungu), jurusan C (Tunagrahita), jurusan D (Tunadaksa), dan Autis.
Jenjang pendidikan di SLB N 1 Bantul mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB,
dan SMALB kecuali jurusan autis hanya memiliki jenjang pendidikan
mulai dari TKLB sampai SDLB.SLB menyelanggarakan sistem
pembelajaran secara insklusif melalui kerjasama dengan sekolah regular
serta menyelanggarakan habilitas dan rehabilitas secara professional
dengan layanan medis, sosial, psikologis, dan vokasional bagi warga
sekolah (termasuk sekolah insklusi) dan masyarakat di lingkungan sekolah
yang membutuhkan, dan menyelanggarakan pelatihan dan ketrampilan
yang berbasis kondisi, potensi, kemampuan, serta kebutuhan individu
siswa disesuaikan dengan kebutuhan. SLB N 1 Bantul beralamat di jalan
Wates 147, Km.3, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
b. SLB Marsudi Putra 2
SLB Marsudi Putra 2 Bantul adalah sekolah luar biasa swasta yang
beralamat di Jl. Kauman, Kauman, Wijirejo, Pandak, Bantul.SLB Marsudi
Putra 2 menyelenggarakanpembelajaran yang melibatkan kebersamaan
orangtua siswa, lingkungan sekitar serta tenaga pendidik untuk
mengembangkan potensi yang berkaitan dengan kemandirian anak di
kehidupan masyarakat serta menerapkan manajeman peningkatan mutu
berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian.Kemitraan,
partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.SLB Marsudi Putra 2 juga
menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan Paikem gembot dan
CTL secara efektif, terus-menerus dan berkesinambungan, sehingga siswa
dapat berkembang secara optimal sesuai kemampuan dan potensinya.
56
c. SLB Ma’arif Bantul
SLB Ma’arif Bantul merupakan sekolah luar biasa swasta yang mendidik
anak dengan kebutuhan khusus pada tingkat SDLB.SLB Ma’arif Bantul
berada di dusun Kowen, Timbulharjo Sewon Bantul.SLB Ma’arif Bantul
Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif, kreatif dan
inofatif.Mengembangkan kemampuan, bakat, minat siswa dalam bidang
seni dan budaya, ketrampilan dan jasa.
d. SLB Bangun Putra Kasihan Bantul
SLB Bangun Putra Kasihan Bantul beralamat Ngentak, RT/RW 1/1,
Ngentak, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, merupakan SLB swasta.SLB
Bangun Putra Kasihan Bantul menyelenggarakan pembelajaran berbasis
keterampilan bina diri dalam kehidupan sehari-hari bagi anak
berkebutuhan khusus.Serta mempersipakan keterampilan dasar untuk
hidup mandiri.
e. SLB Dharma Bhakti Bantul
SLB Dharma Bhakti Bantul merupakan sekolah swasta di Kabupaten
Bnatul yang terletak di Jl. Wonosari Km 14, Srimartani, Piyungan, Bantul
Srimartani Piyungan, Bantul.Menyelenggarakan pembelajaran yang
berbasis multi approach (lifeskill, kompetensi, dan, budaya).
Menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi klinik.Menyelenggarakan
pendidikan berbasis life skill.Serta Membangun lingkungan yang berbasis
kearifan lokal.
2. Hasil Penelitian
Subyek penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak autis yang bersedia
menjadi responden jenjang TKLB sampai SDLB berjumlah 32 orang.Ibu
diminta untuk mengisi kuesioner tingkat stres dan kuesioner cope scale yang
diberikan oleh peneliti atau asisten peneliti.Gambaran karakteristik subyek
penelitian dijabarkan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan variabel
dalam penelitian.
57
a. Karakteristik ibu dengan anak autis
Distribusi frekuensi karakteristik ibu berdasarkan usia, pendidikan terakhir
dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu yang Memiliki Anak Autis di Kabupaten Bantul
Karakteristik Ibu dengan Anak Autis Frekuensi Persentase
Usia 1. 20 – 40 tahun 2. 41 – 65 tahun
19 13
59,4% 40,6%
Pendidikan Terakhir 1. SD 2. SMP 3. SMA/SMK 4. Perguruan Tinggi
2 2 19 9
6,3% 6,3%
59,4% 28,1%
Pekerjaan 1. Ibu rumah tangga 2. PNS 3. Pegawai Swasta 4. Wiraswasta/wirausha 5. Buruh
22 2 1 5 2
68,8% 6,3% 3,1%
15,6% 6,3%
Total 32 100%
Sumber : Data Primer (2017)
Tabel 2.4 menunjukkan karakteristik ibu dengan anak autis,
berdasarkan karateristik usia ibu yang memiliki anak autis terbanyak pada
usia 20 – 40 tahun yaitu 19 responden (59,4%) dan paling banyak
pendidikan terakhir yang dimiliki ibu adalah jenjang SMA/SMK yaitu 19
orang (59,4%). Sedangkan pekerjaan yang dimiliki oleh ibu dengan anak
autis paling banyak yaitu ibu rumah tangga sebanyak 22 responden
(68,8%).
b. Strategi koping ibu yng memiliki anak autis
Penilaian strategi koping ibu dalam menyelesaikan masalah
penerimaan anak autis dilakukan dengan membagikan kuesioner scale
cope pada ibu yang memiliki anak autis yang dijabarkan dalam
interprestasi hasil penelitian pada tabel 2.6.
58
Tabel 2.6Distribusi Frekuensi Strategi Koping Ibu yang Memiliki Anak Autis di Kabupaten Bantul
Strategi Koping Frekuensi Presentase
PFC (Problem Focused Coping) 25 78,1% EFC (Emotional Focused Coping) 7 21,9% Total 32 100%
Sumber: Data Primer (2017)
Tabel 2.6menunjukkan gambaran strategi koping yang digunakan ibu
dalam menyelesaikan suatu masalah. Berdasarkan pada tabel
2.6.menunjukkan bahwa 25 responden (78,1%) ibu menyelesaikan suatu
masalahnya dengan menggunakan strategi kopingProblem Focused
Coping (PFC).
c. Tingkat stres ibu dengan anak autis
Penilaian tingkat stres ibu dengan anak autis dilakukan dengan
membagikan kuesioner tingkat stres kepada ibu di Kabupaten Bantul
distribusi frekuensi karakteristik tingkat stres ibu yang memiliki anak autis
dapat dilihat pada tabel 2.7
Tabel 2.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Ibu dengan Anak Autis di Kabupaten Bantul
Tingkat Stres Ibu Frekuensi Presentase
Ringan 19 59,4% Sedang 13 40,6% Total 32 100%
Sumber : Data Primer (2017)
Tabel 2.7menunjukkan gambaran tingkat stres ibu yang memiliki
anak autis. Hasil menujukkan bahwa paling banyak ibumemiliki tingkat
stres ringan sebanyak 19 responden (59,4%).
d. Hubungan Strategi Koping dengan Tingkat Stres Ibu terhadap
penerimaan Anak Autis di Kabupaten Bantul
Analisa kedua variabel dan uji statistik antara tingkat stres dengan strategi
koping ibu terhadap penerimaan anak autis dijabarkan dalam tabel 2.8
59
Tabel 2.8 Analisa Variabel Tingkat Stres dengan Strategi Koping Ibu terhadap Penerimaan Anak Autis di Kabupaten Bantul
Tingkat stres PFC EFC Total R p-value
Strategi koping F % F % F %
Ringan 18 56,3% 7 21,9% 25 78,2% 0,437 0,010
Sedang 1 3,1% 6 18,8% 7 21,9%
Total 19 59,4% 13 40,7% 32 100%
Sumber : Data Primer (2017)
Pada tabel 2.8menunjukkan analisa kedua variabel.Ibu yang memiliki
koping Problem Focused Coping (PFC)dan mengalami tingkat stres
sedangsebanyak 56,3%, sedangkan21,9%ibu mengalami tingkat stres sedang
dan memiliki strategi koping Emotional Focused Coping (EFC). Berdasarkan
hasil analisa menunjukkan bahwa adanya hubungan variabel bebas yaitu
tingkat stres dengan variabel terikat yaitu strategi koping ibu terhadap
penerimaan anak autis. Dengan nilai signifikan (p-value) adalah 0,010 (<0,05)
pada uji Chi-Square.Hal ini berarti koefisien korelasi yang ditemukan adalah
signifikan (ada hubungan).Jadi ada hubungan antara strategi koping dengan
tingkat stres ibu terhadap penerimaan anak autis di Kabupaten Bantul.Nilai uji
koefisien kontingensiyaitu 0,437 yang artinya korelasi bersifat positif. Nilai
tersebut terletak pada interveal 0,450 – 0,599 kategori sedang.Jadi ada
hubungan positif sedang antara tingkat stres dengan strategi koping ibu
terhadap penerimaan anak autis di Kabupaten Bantul.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan
strategi koping dengan tingkat stres ibu terhadap penerimaan anak autis di
Kabupaten Bantul.
1. Strategi Koping Ibu dengan Anak Autis di Kabupaten Bantul
Pada hasil penelitian diketahui bahwa 78,1% mayoritas ibu memilih
strategi koping Problem Focused Coping (PFC)yang digunakan dalam
menghadapi anak dengan anak autis sedangkan 21,9% lainnya memilih
strategi koping Emotional Focused Coping (EFC) terhadap penerimaan anak
60
autis.Penelitian ini sejalan dengan salah satu penelitian (Rahmania, 2016)
bahwa ibu dengan strategi koping yang baik akan memiliki tingkat
kesejahteraan dan kesehatan yang lebih tinggi. Dan bahwa ibu dengan anak
gangguan spektrum autisme lebih condong untuk memilih problem focused
coping. Dan di dukung oleh Wardani (2009) menyebutkan jika strategi koping
yang dipilih oleh orangtua dengan anak autis adalah Problem Focused Coping
(PFC)sedangkan bentuk perilaku koping yang muncul yaitu Instrumental
Action yang termasuk dalam Problem Focused Coping dan Self-Controlling,
Denial, dan Seeking Meaning yang termasuk dalam Emotion Focused Coping.
Dampak positif dari perilaku koping yang dilakukan oleh orang tua yaitu
Exercised Caution dan Seeking Meaning, sedangkan dampak negatif yang
muncul diatasi orang tua dengan Intropersitive, Negotiation, dan Accepting
Responbility.
Faktor yang mempengaruhi strategi koping menurut
Sarafino(dalamLingga, 2014) yaitu pendidikan individu dengan tingkat
pendidikan yang tinggi akan mempunyai perkembangan kognitif yang lebih
tinggi, sehingga ia akan mempunyai penilaian yang lebih realistis tentang
masalah yang dihadapi dan perilaku kopingnya akan lebih efektif cenderung
menggunakan strategi problem focused coping (PFC)dibandingkan
menghindari masalah. Demikian pula dengan faktor usia menurut Hobfoll
(dalam Taylor, 2009) menyebutkan dimana semakin tua usia seseorang maka
pengalaman dalam mengatasi atau menyesuaikan dirinya terhadap masalah
yang menimpanya semakin terkontrol dengan baik.
Selain itu juga karena faktor pekerjaan, ini dapat dilihat dari hasil
penelitian bahwa hampir sebagian besar responden memiliki pekerjaan Ibu
Rumah Tangga/tidak kerja. Menurut Notoadmodjo (2010) bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Sedangkan dalam
penelitian (Hobfall dalam Taylor, 2009) membuktikan bahwa mereka yang
memiliki status pekerjaan lebih tinggi mampu melakukan analisis logis dalam
mengatasi masalah dibandingkan dengan mereka yang memiliki status
61
pekerjaan yang rendah cenderung menggunakan strategi koping berbentuk
pelepasan emosi dan menghindari masalah.
Strategi koping Problem Focused Coping (PFC) itu sendiri terdiri dari 6
komponen yaitu koping aktif, perencanaan, penyaringan, aktifitas,
pengendalian diri, pencarian dukungan instrumental dan emosional,
sedangkanEmotional Focused Coping (EFC) terdiri dari 8 komponen
reinterprestasi positif, penerimaan, kembali pada agama, memfokuskan diri
dan melepaskan emosi, penolakan, ketidaksesuaian perilaku, ketidaksesuaian
emosi, dan kelucuan (Carver, 2009).
2. Tingkat Stres Ibu dengan Anak Autis di Kabupaten Bantul
Pada hasil penelitian diketahui bahwa ibu yang mengalami tingkat stres
ringan sebanyak 19 responden (59,4%). Sedangkan ibu yang mengalami
tingkat stres sedang sebanyak 13 responden (40.6%).Tingkat stres seseorang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lainkondisi – kondisi yang
dapat mengganggu sistem baik psikologis atau fisiologis individu (Potter dan
Perry, 2008). Menurut Abdul Nasir &Abdul Muhith (2011)faktor psikologis
yang membuat stres adalah persepsi, situasi psikologis, dan pengalaman
hidup.
Menurut (Stuart, 2007) Stresringan, berhubungan dengan ketegangan
dalam kehidupan sehari-hari dan stres ini menyebabkan individu menjadi
waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.Stres ini dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.Menurut (Safaria,
2005) mengemukakan bahwa stres merupakan reaksi yang normal dirasakan
oleh ibu yang mempunyai anak menderita autisme selama hal tersebut tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari.Pandangan setiap ibu terhadap anak
autisberbeda-beda, ada ibu yang memandang masa depan anaknya dengan rasa
was-was karena melihat anak yang belum bisa berkomunikasi dengan
lingkungan sekitar. Adapun ibu yang tidak merasakan khawatir pada anaknya
karena sudah terbiasa melihat sikap dan tingkah laku anak.
62
Menurut (Stuart, 2007) Stressedang, memungkinkan individu untuk
berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Stres ini
mempersempit lapang persepsi individu.Dengan demikian, individu
mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih
banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.Penelitian yang pernah
dilakukan oleh (Mila, 2015) menyatakan bahwa 70% dari orang tua yang
mempunyai anak yang menderita autis mengatakan merasa stres terhadap
kesembuhan anaknya khususnya ibu.
Stres merupakan reaksi yang normal dirasakan oleh ibu yang
mempunyai anak menderita autis selama hal tersebut tidak mengganggu
aktifitas sehari-hari.Stres yang terjadi pada responden yang memiliki anak
autisdisebabkan permasalahan yang ditimbulkan karena memiliki anak
gangguan perkembanganlebih kompleks dibandingkan dengan ibu yang
memiliki anak normal. Sehingga khawatir akan kesembuhan anaknya
Dalam penelitian ini ditemukan dari 13 responden mengalami tingkat
stres sedang, hal ini terbukti dari ibu yang paling banyak memiliki pendidikan
terakhir SMA/K sebanyak 19 responden (59,4%). Tingkat pendidikan
mempengaruhi individu dalam hal mengahadapi masalah untuk menghindari
stres, semakin tinggi tingkat pendidikan maka toleransi dan kontrol terhadap
stresakan menjadi lebih baik (Siswanto, 2007). Riset yang dilakukan oleh
Stuart dan Sundeen (1998) menunjukkan responden yang berpendidikan tinggi
lebih mampu menggunakan pemahaman mereka dalam merespon mempunyai
anak menderita autisme secara adaptif daripada kelompok responden yang
berpendidikan rendah. Stres yang terjadi pada responden karena banyak
responden yang hanya berpendidikan rendah sehingga responden kurang
pengetahuan tentang bagaimana cara menangani dan menghadapi anak
berkebutuhan khusus (ABK) seperti anak autis, sehingga tidak dapat
meminimalisir atau mengontrol tingkat kecemasan yang terjadi pada dirinya.
63
3. Hubungan Strategi Koping dengan Tingkat Stres Ibu terhadap Anak
Autis di Kabupaten Bantul
Pada hasil penelitian membuktikan bahwa 56,3% ibu dengan anak autis
lebih cenderung memiliki tingkat stres ringan dan memilih strategi koping
Problem Focused Coping (PFC) yang digunakan untuk mengurangi stresor
yang dianggap menganggunya sedangkan 21,9% memiliki tingkat stres
sedang. Penelitian ini sejalan dengan salah satu penelitian (Rahmania, 2016)
bahwa ibu dengan strategi koping yang baik akan memiliki tingkat
kesejahteraan dan kesehatan yang lebih tinggi. Dan bahwa ibu dengan anak
gangguan spektrum autisme lebih condong untuk memilih problem focused
coping.
Strategi yang digunakan oleh ibu tersebut dapat menekan tingkat stres
ibu yang mempunyai anak autis. Tingkat stres ibu yang memiliki anak autis
diterangkan dalam penelitian Rahmawati (2013) bahwa kondisi atau keadaan
yang tidak menyenangkan yang dialami oleh ibu disebabkan oleh adanya
tuntutan, baik tuntutan internal dan tuntutan eksternal yang dapat
membahayakan individu, sehingga indiviu tersebut bereaksi secara fisiologis
maupun psikologis.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
strategi koping dengan tingkat stres ibu terhadap penerimaan anak autis di
Kabupaten Bantul dengan nilai p-value adalah 0,010 (<0,05).
Koefisien korelasi yang ditemukan adalah signifikan (ada
hubungan).Nilai uji koefisien kontingensi yaitu 0,437 yang artinya korelasi
bersifat positif. Nilai tersebut terletak pada interveal 0,450 – 0,599 kategori
sedang. Jadi ada hubungan positif sedang antara tingkat stres dengan strategi
koping ibu terhadap penerimaan anak autis di Kabupaten Bantul.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang mungkin menjadikan maksimalnya
hasil yang didapatkan adapun kendala dan keterbatasannya berikut :
1. Beberapa faktor yang mempengaruhi strategi koping responden tidak
dilibatkan oleh peneliti adalah pengalaman, pengetahuan/kognitif, jenis
kelamin, keluarga, dukungan sosial, sosial ekonomi, dan status pekerjaan.
64
64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data analisa dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Ada hubungan strategi koping dengan tingkat stres ibu terhadap penerimaan
anak autis di Kabupaten Bantul dengan nilai p-value 0,010.
2. Strategi yang dipilih oleh ibu yang memiliki anak autis adalah Problem
Focused Coping (PFC) sebanyak 78,1%.
3. Ibu paling banyak mengalami tingkat stres sedang sebanyak 59,4%.
4. Koefisien korelasi yang ditemukan adalah signifikan (ada hubungan). Nilai uji
koefisien kontingensi yaitu 0,437 yang artinya korelasi bersifat positif dengan
kategori sedang.
B. Saran
1. Bagiibu dengan anak autis
Ibu sebaiknya tidak terlalu khawatir dan cemas kepada anak yang memiliki
kebutuhan khusus seperti autis.karena stres apabila dibiarkan terlalu lama
dapat mengakibatkan tidak akan mampu berperan maksimal mengasuh
anaknya. Dan stres tersebut dapat diminimalkan dengan menggunakan strategi
koping yang sesuai dengan kebutuhan individu.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti hal yang serupa,
hendaknya memilih cara penelitian yang lebih efektif dan menggali informasi
ibu lebih mendalam lagi dan mencari sumber referensi yang lebih banyak,
sehingga akan lebih memperkaya pengetahuan tentang strategi copingdan
tingkat stres ibu dengan anak autis.
3. Bagi perawat
Perawat dapat memberikan tambahan informasi pengetahuan mengenai
strategi koping yang nantinya akan digunakan oleh ibu untuk meminimalkan
tingkat stres ibu dalam pengasuhan anak yang mengalami autis ataupun
kebutuhan khusus, dengan cara memberikan edukasi tentang stres, manajemen
65
stres misalnya dengan relaksasi ataupun meditasi, diadakan konseling serta
kelompok khusus seperti pelatihan pengasuhan anak yang mengalami
gangguan autis. Agar orang tua yang memiliki anak autis dapat memahami
dan mampu berperan secara optimal mengasuh anaknya.
66
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan PraktikEdisi revisi cetakan 14. Jakarta : Rineka Cipta
Asyanti, S., dan Wardhani, R. S. P. (2015).Penerimaan Keluarga Pasien Skizofrenia yang Menjalani Rawat Inap di RSJ. [https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6535/24-Rizka%20Stevi%20Pura%20Wardhani.pdf?sequence=1&isAllowed=y] diakses pada: 17 April 2017. Pukul 14.30 WIB
Azwar, S. (2010).Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Berman et al.(2008).Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC,
Carver, C. S., Scheier, M. F., & Weintraub, J. K. (1989).Assessing coping strategies: A theoretically based approach.Journal of Personality and Social Psychology, 56(2), 267-283.{http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.56.2.267} di download pada tanggal 27 Agustus 2017, pukul 23.00 WIB
Haglin, R.P. dan Whitbourne, S.K. (2011).Psikologi Abnormal : Persepsi Klinis Pada Gangguan Psikologi.Edisi 6 Buku 2.Jakarta : Salemba Humanika.
Hawari, D. (2011). Manajemen Stres Cemas Dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hidayati, Fina. (2013). Pengaruh “Pelatihan Ibu Cerdas” terhadap Stres Pengasuhan pada Ibu dari Anak Autis, Jurnal Psikologi Islam (JPI),.Vol. 10. No.1.Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Hidayat, A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.Jakarta : Salemba Medika.
Hsio, C.Y. (2013). Family Demands, Social Support and Family Functioning in Taiwanese Families Rearing Children with Down Syndrome. Journal of Intellectual Disability Research.Diakses dari http://onlinelibrary.wilwy.com pada tanggal 7 Desember 2016.
Hwa, J., Hong, J., Seltzer, M.M., & Greenberg, J.S. (2008). Age and Gender Difference in the Well-Being of Midlife and Againg Parents with Children with Mental Health or Developmental Problems : Repot of a National Study. J Health Soc Behav,3, 301-316.
Lingga, Iffah. (2014). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Strategi Koping Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak Autis Di SLB Autis Harmony Solo [Skripsi].Tidak dipublikasikan.Yogyakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Kesehatan Jenderal Ahmad Yani.
67
Lubis, Umar Misbah. (2009). Penyesuaian Diri Orang Tua yang Memiliki Anak Autis. Jurnal Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma : Jawa Barat
Muninggar, K.D. (2008).Hubungan Parenting Stress Dengan Persepsi Terhadap Pelayanan Family Centered Care Pada Orangtua Anak Tuna Ganda-Netra.Laporan Penelitian. Universitas Indonesia.Tidak diterbitkan.
Nasir, Abdul & Muhith, Abdul.(2011). Dasar- dasar Keperawatan Jiwa: Pengatar dan Teori. Salemba Medika. Jakarta
Notoadmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novita.(2009). Faktor-faktor yang Berbungungan dengan Mekanisme Koping Ibu yang Memiliki Anak Autisme.[Internet]. Available from : http;//library.upnvj.ac.id/[Accessed 28 Januari 2013].
Nursalam.(2013). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawaan : Pendekatan Praktis Edisi 3.Jakarta : Salemba Medika
Pieter, H.Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011).Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana
Potter, P.,& Perry, A.G. (2008). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Prasetyo, D.S. (2008). Serba Serbi Anak Autis (Autisme dan Gangguan Psikologi Lainnya). Diva Press (Anggota IKAPI) : Yogyakarta
Rahmania, R. Nunung. and Budi, M.T. (2016). Strategi Koping Ibu Dengan Anak Gangguan Spektrum Autisme : (Studi Kasus: Orangtua Murid Taman Kanak-kanak Mutiara Bunda), Vol.3. No.3. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Rahmawati, Nurul Azizah, Machmuroh, Nugroho, Arista Adi. (2013). Hubungan antara Penerimaan Diri dan Dukungan Sosial dengan Stres pada Ibu yang Memilki Anak Autis di SLB Autis di Surakarta, Vol.2. No.2. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa.
Rahmania, Budi M Taftazani.(2016).Strategi Koping Ibu Dengan Anak Gangguan Spektrum Autisme : (Studi Kasus Orangtua Murid Taman Kanak-kanak Mutiara Bunda). v.3.n.3,p. 292 – 428. http://fisip.unpad.ac.id/jurnal/index.php/prosiding/article/view/198/184
Riskesdas, (2013), Data Gender dan Anak. Daerah Istimewa Yogyakarta : 2015
Sabih, F. & Sajid, W.B. (2006).There is Significant Stress among Parents Having Children with Autism. Rawal med J, 33, 214-216.
Sarafino, E.P (2008). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. Fourth edition. New York: John Willey & Sons.
68
Siphutar, Ida Erni.(2014). Hubungan antara Tingkat Stres dengan Pola Asuh Orangtua pada Anak Autisme di Kota Denpasar.Tesis. S2 Magister Keperawatan UGM. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Siswanto.(2007). Kesehatan Mental; Konsep Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: penerbit C.V ANDI OFFSET
Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sugiyono.(2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sun, X., Allison, C, (2010), Researchin Autism Spectrum Disorder 4. Hal: 156-267. [Journal homepage: http//ees.elsevier.com/RASD/default.asp] didownload pada: 22 Mei 2017 pukul: 11.40 WIB
Sutriyanto, Eko. (2013), Data Badan Penelitian Statistik.[http://m.tribunnews.com/kesehatan/2013/04/09/enam-dari-1000-orang-di-dunia-kena-autis-bagaimana-dengan—indonesia] diakses pada 2 Mei 2017. Pukul 11.10 WIB
Taylor, S. E. (2009). Health Psychology, Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.
Tussofa, Mila.(2015).Tingkat Kecemasan Ibu yang Memiliki Anak Utis Usia 6-Tahun di Sekolah Luar Biasa Semesta Mojokerto..[Internet]. Available from : {http://www.repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB-KEP/article/view/492} diakses pada 28 Agustus 2017. Pukul 10.15 WIB
Wardani, D.S. 2009. Strategi Coping Orang Tua Menghadapi Anak
Autis.(www.etd.eprints.ums.ac.id/6290/2/F100050031.pdf). Diakses tanggal 27 Agustus 2017
WHO.(2016), Autism Spectrum Disorders.[https://www.who.int/mediacenter/factsheets/autism-spectrum-disorders/en/]diakses pada 21 April 2017. Pukul: 13.20 WIB.
Yatim, F, (2007), Autisme Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), (2011), Buku Penanganan dan Pendidikan Autis di YPAC. [http://ypac-nasional.org/download/BUKU%20PENANGANAN%20dan%20Pendidikan%20Autis%20di%20YPAC%207April.pdf] didownload pada: 22 Mei 2017 pukul: 11.30 WIB
73
Lampiran 3
KUESIONER TINGKAT STRES
PETUNJUK PENGISIAN
2. Jawablah pernyataan-pernyataan dibawah ini sesuai dengan keadaan
sebenarnya dengan cara memberikan tanda √ pada kotak jawaban yang telah
disediakan :
J : Jarang
K : Kadang-kadang
S : Sering
SL : Selalu
2. Identitas Anda akan dirahasiakan, dan hanya peneliti yang tahu.
3. Jawaban yang Anda berikan akan mempengaruhi pelayanan kesehatan yang
diberikan, atau apapun yang berhubungan dengan kesehatan Anda.
Apakah yang sering Anda lakukan dalam menghadapi masalah-masalah yang
menimpa Anda? Tidak ada jawaban salah maupun benar
No Pernyataan Jarang Kadang-
kadang
Sering Selalu
1. Saya malas melakukan kegiatan sosial dan
hobi karena saya kelelahan mengsuh anak
saya sendirian.
2. Saya sulit mengetahui apa yang ingin saya
lakukan pada waktu luang jika saya bersama
anak saya.
3. Saya melupakan tugas dan tidak sampai
menyelesaikan karena waktu saya habis
untuk anak saya.
4. Saya melakukan pekerjaan dan saya merasa
sulit untuk menyelesaikan
74
No Pernyataan Jarang Kadang-
kadang
Sering Selalu
5. Saya mengharuskan rumah harus bersih, rapi
dan harus dikendalikan dengan baik dan
sempurna.
6. Saya lelah dan capek karena saya mengawasi
perilaku anak saya
7. Saya merasa penampilan saya tidak menjadi
hambatan bagi saya sendiri dan orang lain.
8. Saya merasa hampir tidak ada waktu tersisa
untuk diri sendiri dan orang lain.
9. Menurut saya pendapat orang lain lebih
bernilai dibandingkan pendapat saya.
10. Saya berangan – angan seandainya hidup
saya berharap tidak memiliki anak autis.
11. Sejak saya memiliki anak autis, saya
menderita penyakit radang lambung dan
sering sakit kepala.
12. Cara yang sering saya lakukan untuk
melupakan masalah anak saya yang autis
adalah mengemil makanan ringan secara
rutin.
13. Saya sering mimpi buruk bila anak saya yang
autis sedang sakit.
14. Saya tidak yakin anak saya yang autis dapat
berperilaku normal seperti anak yang
lainnya.
15. Saya sering sulit tidur pada malam hari
16. Saya menyadari kalau saya membutuhkan
tidur siang
75
No Pernyataan Jarang Kadang-
kadang
Sering Selalu
17. Saya sering terbangun pada malam hari
teringat anak saya yang autis
18. Saya merasa tidak sabar dan lekas marah bila
berhadapan dengan anak saya yang autis.
19. Saya sering menangis tanpa saya tahu
sebabnya
20. Saya merasa kehilangan humor karena
keberadaan anak saya yang autis.
21. Sejak saya memiliki anak autis, nafsu makan
saya menurun karena saya sering
memikirkannya.
76
Lampiran 4
KUESIONER STRATEGI KOPING
COPE SCALE
PETUNJUK PENGISIAN
1. Jawablah pernyataan-pernyataan dibawah ini sesuai dengan keadaan
sebenarnya dengan cara memberikan tanda √ pada kotak jawaban yang telah
disediakan :
TP : Tidak Pernah SL : Selalu
KK : Kadang-kadang S :Sering
2. Identitas Anda akan dirahasiakan, dan hanya peneliti yang tahu.
Jawaban pada kuesioner ini tidak dinilai benar ataupun salah, dan tidak berpengaruh pada presentasi sekolah anak Anda. Jawaban Anda juga akan
dijaga kerahasiaannya. Jadi, mohon agar mengisi jawaban pada semua pernyataan yang telah disediakan.
Selamat Mengerjakan
No PERNYATAAN ALTERNATIF
JAWABAN
TP KK SL S
1. Saya mencoba untuk menjadi lebih baik dari peristiwa yang sudah
saya alami.
2. Saya kembali bekerja atau mengerjakan kegiatan lainnya untuk
mengalihkan pikiran saya.
3. Saya merasa kecewa dan meluapkan emosi saya.
4. Saya mendapatkan nasihat dari seseorang mengenai apa yang harus
saya lakukan.
5. Saya berkonsentrasi terhadap usaha saya untuk melakukan sesuatu
mengenai hal tersebut.
6. Saya mengatakan pada diri saya sendiri bahwa “hal ini tidak nyata”
7. Saya berserah diri pada Tuhan
77
No PERNYATAAN ALTERNATIF
JAWABAN
TP KK SL S
8. Saya menertawakan masalah tersebut.
9. Saya mengatakan pada diri saya bahwa saya tidak bisa mengatasi
masalah tersebut dan berhenti berusaha.
10. Saya menahan diri untuk melakukan segala sesuatu dengan cepat
11. Saya membicarakan perasaan saya dengan seseorang
12 Saya selalu berpikir bahwa hal itu sudah terjadi.
13 Saya berbicara dengan seseorang untuk mencari tahu lebih jauh
mengenai situasi tersebut
14 Saya menjaga diri dari gangguan pikiran atau kegiatan yang lain.
15 Saya membayangkan hal-hal lain dari pada hal tersebut
16 Saya merasa kecewa tetapi saya menyadarinya
17 Saya mencari pertolongan Tuhan
18 Saya membuat suatu rencana untuk bertindak
19 Saya membuat candaan mengenai hal tersebut
20 Saya menerima bahwa ini sudah terjadi dan tidak bisa diubah
21 Saya menunda menyelsaikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
hal tersebut sampai situasi memungkinkan.
22 Saya berusaha mendapatkan dukungan emosional dari teman/ keluarga
23 Saya pasrah dalam mencapai tujuan saya
24 Saya mengambil tindakan tambahan untuk menyelesaikan masalah
tersebut
25 Saya menolak untuk percaya bahwa hal itu sudah terjadi
26 Saya membiarkan perasaan saya hilang.dan berlalu
27 Saya mencoba untuk melihat sesuatu yang berbeda untuk membuat
masalah lebih positif
28 Saya berbicara dengan seseorang yang dapat mengatasi masalah
29 Saya tidur lebih lama dari hari biasanya
78
No PERNYATAAN ALTERNATIF
JAWABAN
TP KK SL S
30 Saya berusaha memikirkan strategi mengenai apa yang harus dilakukan
31 Saya fokus pada masalah ini dan jika perlu, hal-hal yang lain sedikit
disingkirkan
32 Saya mendapatkan simpati dan pengertian dari seseorang
33 Saya tidak menganggap serius masalah tersebut
34 Saya berhenti berusaha untuk mendapatkan apa yang saya inginkan
35 Saya mencari sesuatu yang baik dari apa yang sedang terjadi
36 Saya memikirkan cara terbaik yang saya bisa untuk mengatasi masalah
tersebut
37 Saya menganggap bahwa ini tidak benar – benar terjadi
38 Saya yakin tidak ada situasi menjadi lebih buruk dengan tindakan yang
tergesa-gesa
39 Saya berusaha keras untuk mencegah berbagai hal yang mengganggu
usaha saya dalam mengatasi masalah tersebut
40 Saya menonton televi supaya tidak terlalu memikirkannya
41 Saya menerima kenyataan bahwa hal ini sudah terjadi
42 Saya bertanya kepada orang yang mempunyai pengalaman yang sama
tentang apa yang telah mereka lakukan
43 Saya merasakan tekanan emosi yang berat dan saya tahu bahwa saya
banyak mengungkapkan perasaan itu
44 Saya mengambil tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah
45 Saya berusaha menemukan kenyamanan di dalam agama saya
46 Saya berusaha keras untuk menunggu waktu yang tepat untuk
melakukan sesuatu
47 Saya membuat senang pada suatu masalah
48 Saya mengurangi beberapa usaha dalam mengatasi masalah ini
49 Saya berbicara dengan seseorang tentang perasaan saya
79
No PERNYATAAN ALTERNATIF
JAWABAN
TP KK SL S
50 Saya menerima kenyataan tersebut
51 Saya meninggalkan kegiatan lain agar saya dapat berkonsentrasi
dengan masalah tersebut
52 Saya berpikir keras tentang langkah-langkah apa yang harus diambil
53 Saya bersikap seolah-olah hal itu tidak pernah terjadi
54 Saya melakukan apa yang harus saya lakukan, satu langkah dalam satu
waktu
55 Saya belajar sesuatu dari masalah pengalaman tersebut
56 Saya lebih sering berdoa dari biasanya
Mohon diteliti kembali dan pastikan bahwa seluruh pertanyaan telah terjawab
semua. Terimakasih
☺☺☺