74
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperaatan Oleh : PUSPITANINGRUM NIM ST13059 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

  • Upload
    lamdan

  • View
    232

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN

IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PENTAVALEN DI

WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GILINGAN

SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperaatan

Oleh :

PUSPITANINGRUM

NIM ST13059

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

i

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

2

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

3

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Puspitaningrum

NIM : ST13059

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun

perguruan tinggi lain.

2) Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan

pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan dari tim penguji.

3) Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kumudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Surakarta, 15 Agustus 2015

Yang membuat pernyataan,

Puspitaningrum

NIM ST13059

iv

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan sujud syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas segala keagungan dan kemahabesaranNya. Hanya dengan petunjuk,

rahmat dan karuniaNya hingga skripsi yang berjudul “HUBUNGAN TINGKAT

PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN

IMUNISASI PENTAVALEN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS

GILINGAN SURAKARTA” ini dapat terselesaikan.

Proses penyusunan skripsi ini tidak sedikit halangan dan rintangan yang

penulis hadapi. Penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan penelitian ini. Atas

bantuan, arahan dan motivasi yang senantiasa diberikan selama penyusunan

penelitian ini, dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan

terimakasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan arahan, motivasi serta

bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Rufaida Nur Fitriana, S.Kep, Ns, selaku pembimbing II yang telah memberikan

masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

v

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

5

5. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan karyawan STIKes Kusuma Husada yang

telah banyak memberikan wawasan dan segala bentuk bantuan kepada penulis.

6. Segenap ibu-ibu UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta yang telah berkenan

menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Suami dan anakku tercinta, yang telah memberikan dorongan, motivasi dan

semangat hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Teman-teman S-1 Keperawatan yang sama-sama berjuang dalam penyelesaian

skripsi ini.

9. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian penelitian ini.

Surakarta, 15 Agustus 2015

Penulis

vi

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN............................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

ABSTRAK ..................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang.................................................................... 1

1.2. Rumusan masalah .............................................................. 5

1.3. Tujuan penelitian ............................................................... 5

1.4. Manfaat penelitian ............................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan teori ..................................................................... 7

2.1.1. Pengetahuan ........................................................ 7

2.1.2. Kepatuhan ............................................................ 12

2.1.3. Imunisasi Pentavalen ........................................... 19

2.2. Keaslian penelitian ............................................................. 27

2.3. Kerangka teori.................................................................... 28

vii

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

7

2.4. Kerangka konsep................................................................ 28

2.5. Hipotesis ............................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan penelitian ............................................ 30

3.2 Populasi, sampel dan teknik sampling ................................... 30

3.3 Tempat dan waktu penelitian ................................................. 33

3.4 Variabel penelitian, definisi operasional dan skala

pengukuran ............................................................................. 32

3.5 Alat penelitian dan cara pengumpulan data ......................... 35

3.6 Teknik pengolahan data dan analisa data ............................ 39

3.7 Etika penelitian..................................................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Analisis Univariat................................................................. 45

4.2. Analisis Bivariat ................................................................... 47

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Pentavalen ...... 51

5.2. Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Pentavalen ...... 53

5.3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Ibu

dalam Pemberian Imunisasi Pentavalen ............................... 54

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan .......................................................................... 57

6.2. Saran .................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

8

DAFTAR TABEL

Nomor tabel Judul tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian

27

3.1 Variabel, definisi operasional dan skala

pengukuran

35

3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu

tentang Imunisasi Pentavalen

35

4.1. Umur Ibu yang Melakukan Imunisasi

Pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta

45

4.2. Tingkat Pendidikan Ibu yang Melakukan

Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Gilingan

Surakarta

45

4.3 Pekerjaan Ibu yang Melakukan Imunisasi

Pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta

46

4.4 Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi

Pentavalen

46

4.5 Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi

Pentavalen pada Balita Usia 2 – 6 bulan di

Puskesmas Gilingan Surakarta

47

4.6 Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Ibu

tentang Imunisasi Pentavalen dengan

Kepatuhan Ibu Memberikan Imuniasi

Pentavalen

47

ix

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

9

DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori

28

2.2 Kerangka Konsep

28

x

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

10

DAFTAR LAMPIRAN

Normor Lampiran Keterangan

1 F01 Usulan Topik Penelitian

2 F02 Pengajuan Judul Skripsi

3 F04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

4 F07 Pengajuan Ijin Penelitian

5 Jadwal Penelitian

6 Surat Studi Pendahuluan

7 Surat Ijin Penelitian

8 Surat Keterangan Balasan Penelitian

9 Lembar Permohonan Menjadi Responden

10 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

11 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

12 Kuesioner

13 Tabulasi Hasil Penelitian

14 Hasil Penelitian SPSS

15 Lembar Konsultasi

16 Dokumentasi

xi

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

11

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Puspitaningrum

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian

Imunisasi Pentavalen Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gilingan

Surakarta

Abstrak

Imunisasi pentavalen telah dilakukan serentak di Indonesia pada bulan

Februari 2014, termasuk di wilayah Surakarta. Dari cakupan imunisasi di Kota

Surakarta adalah 65,3% sehingga belum memenuhi UCI (Universal Coverage

Imunization) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% sehingga peran ibu

penting dalam mempengaruhi praktik imunisasi. Tujuan penelitian ini adalah

untuk hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian

imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik deskriptif dengan

pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan insidental sampling

pada 86 ibu yang mempunyai balita usia 2 – 6 bulan yang melakukan imunisasi

pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta. Penelitian dilakukan di UPTD

Puskesmas Gilingan Surakarta. Cara pengumpulan data menggunakan kuesioner.

Teknik analisis menggunakan chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki

pengetahuan tentang imunisasi pentavalen pada kategori cukup yaitu sebanyak 47

orang (54,7%). Sebagian besar ibu patuh dalam memberikan imunisasi pentavalen

yaitu sebanyak 50 orang (58,1%). Ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan ibu dengan kepatuhan ibu memberikan imunisasi pentavalen dengan

p value (0,020 < 0,05).

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan yang bermakna antara

tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan ibu memberikan imunisasi pentavalen.

Kata Kunci : pengetahuan, kepatuhan, imunisasi pentavalen

Daftar Pusatka : 28 (2006-2014)

xii

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

12

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Puspitaningrum

Correlation between Stress and Gastritis Incidence at

Dhanang Husada Clinic of Sukoharjo

ABSTRACT

Gastritis or known as peptic ulcer is an inflammation of the gastric mucosa

caused by irritation and infection factors. The symptoms of gastritis are heartburn,

discomfort, pain in the gastrointestinal tract, nausea, vomiting, abdominal

bloating, gastritis fullness feeling and headache. One of the causes of gastritis or

the symptoms recurrence is psychological factor or stress. The result of

preliminary research at Dhanang Husada Clinic located in the middle of densely

populated settlement and surrounded by convection factories, which was done in

July to August 2014 shows that there were 214 patients with gastritis. Moreover,

the interview with the patients shows that patients with upper abdominal pain due

to neglecting or forgetting the mealtime because of busy work and excessive work

pressure were admitted to the aforementioned clinic. The objective of this

research is to analyze the correlation between the stress and the gastritis incidence.

This research used the descriptive analytic observational method with the

cross-sectional design. The samples of research consisted of 70 productive age

women gastritis who were admitted to Dhanang Husada Clinic of Sukoharjo. The

data of research were collected through questionnaire and analyzed with the Chi-

square test.

The result of the research shows that 28 respondents (40.0%) had the

moderate level of stress, and 39 respondents (44.3%) had gastritis. Thus, there

was a correlation between the stress and the gastritis incidence as indicated by the

value of c2 = 20.93 and the p-value = 0.000 which was less than 0.05, meaning

that the higher the stress level was, the more vulnerable to gastritis the respondent

was.

Therefore, the patients shall suppress the stress incidence since it can cause

gastritis. Ways to reduce the stress are reducing working hours and adding more

breaks.

Keywords : stress, gastritis, productive age women

References : 26 (2005-2014)

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan UNICEF menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan 40 juta

ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan layanan imunisasi rutin,

sehingga menyebabkan lebih dari dua juta kematian tiap tahun. Angka ini

mencakup 1,4 juta anak balita yang terenggut jiwanya (Kadir, dkk, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia merupakan salah satu dari 10

negara yang termasuk angka tinggi pada kasus anak tidak diimunisasi, yakni

sekitar 1,3 juta anak (Ismet, 2013).

Pemerintah berupaya menurunkan angka kesakitan, kematian, dan

kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I),

sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di semua

desa/kelurahan. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi

dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar membuat antibodi

untuk mencegah penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk

merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui

suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Hepatitis B, Campak dan melalui mulut

seperti polio (Momomuat, dkk, 2013).

Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak

per tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit yang

dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I), seperti Tuberkulosis (TB), dipteri,

pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis B.

1

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

2

Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat

(population immunity) (Probandari, dkk, 2013).

Kajian dari Regional Review Meeting on Imunization (WHO/SEARO)

di New Delhi dan Komite Ahli Penasehat Imunisasi Nasional Indonesia

Technical Advisory Group on Imunization (ITAGI) pada tahun 2010,

merekomendasikan agar vaksin Hib diintegrasikan ke dalam program

imunisasi nasional untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan

kecacatan bayi dan balita akibat pneumonia dan meningitis. Hal ini selaras

dengan rencana introduksi vaksin baru yang terdapat dalam Comprehensive

Multi Years Plan (CMYP) 2010-2014 dalam rangka mempercepat pencapaian

Millenium Development Goals (MDGs) (Dinkes Prov Jateng, 2013).

Pneumonia menyebabkan kematian terbesar pada anak, dimana kurang

lebih 23% pneumonia yang serius pada anak disebabkan oleh Haemophilus

Influenzae tipe b (Hib). Penyebab lain dari pneuoonia pada anak adalah

Pneumococcus, Staphilococcus, Strepthococcus, virus dan jamur. Hib dan

Strepthococcus Pneumonia juga menyebabkan meningitis yang dapat

menimbulkan kematian dan kecacatan pada anak. Meningitis adalah radang

pada selaput otak dan korda spinalis (bagian dari sistem saraf pusat) dengan

gejala : Demam, kaku kuduk, penurunan kesadaran dan kejang. Meningitis

dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur. Meningitis akibat bakteri

umumnya sangat parah dan dapat menyebapkan kerusakan otak dan kematian.

Laporan CDC tahun 2000 menyatakan bahwa Hib dapat menyebabkan antara

lain meningitis (50%), epiglotitis (17%), pneumonia (15%), arthritis (8%),

selulitis (6%), osteomyelitis (2%), bakteriemia (2%) (Dinkes Prov Jateng,

2013).

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

3

Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan telah memperkuat program

imunisasi dengan penggunaan vaksin pentavalen (DPT-HB-Hib). Vaksin ini

adalah pengembangan vaksin dari tetravalen yang dulu hanya 4 antigen yaitu

DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus ) dan Hepatitis B, sekarang ditambah dengan

antigen HiB (Haemophilus Influenzae Type B), dan dengan digunakan vaksin

pentavalen (DPT-HB-Hib) bersama vaksin campak, polio dan BCG

(Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Imunisasi pentavalen telah dilakukan serentak di Indonesia pada bulan

Februari 2014, termasuk di wilayah Surakarta. Jumlah penduduk kota

Surakarta yang berjumlah 507.815 jiwa dengan sasaran bayi usia 0-12 bulan

sejumlah 9.731 orang. UPTD Puskesmas Gilingan mempunyai wilayah kerja

yang membawahi jumlah penduduk 23.894 orang dengan jumlah sasaran bayi

yang memperoleh imunisasi 613 orang.

Data capaian imunisasi Pentavalen di Kota Surakarta tahun 2014 adalah

DPT Hb1 sebanyak 2.425 (25,1%), DPT Hb2 2.674 (27,7%), DPT Hb3 2.881

(29,8%) dan untuk cakupan imunisasi pentavalen1 tahun 2014 dari bulan

Februari – Desember 2014 sebanyak 7.329 (75,8%), Pentavalen2 sebanyak

7.003 (72,5%) dan Pentavalen3 sebanyak 9.656 (99,9%) sedangkan angka

kejadian difteri 0, Pertusis 0, Tetanus 0, Meningitis 0 dan Pneumonia 21,

Hepatitis B 0.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Gilingan pada

tanggal 2 Desember 2014 diketahui bahwa data kepatuhan ibu terhadap

imunisasi pentavalen diketahui dari capaian imunisasi pentavalen di UPTD

Puskesmas bulan Februari – Desember 2014 antara lain adalah DPT-Hb-Hib1

: 72,3%, DPT-HB-Hib2 : 65,6% dan DPT-HB-Hib3 : 58,1%. Angka kejadian

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

4

pada tahun 2014 Difteri 0, Pertusis 0, Tetanus 0, Meningitis 0, Hepatitis 0 dan

Pneumonia 0. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kepatuhan ibu untuk

melakukan imunisasi pentavalen belum memenuhi UCI (Universal Coverage

Imunization) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata

pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010 (Proverawati & Andhini,

2010), sehingga perlu upaya usaha yang harus dilakukan Dinas Kesehatan

dalam rangka meningkatkan kepatuhan orang tua untuk mengimunisasikan

bayinya (Azizah, dkk, 2011).

Penyebab masih rendahnya cakupan imunisasi antara lain adalah lain

orang tua yang sibuk bekerja, kurang memiliki waktu, bahkan kurang

pengetahuan tentang imunisasi dan perhatian terhadap kesehatan anakpun

berkurang, kurang informasi yang diperoleh oleh masyarakat baik melalui

media massa, media elektronik maupun penyuluhan-penyuluhan serta budaya

yang masih mengandalkan dukun sebagai penolong persalinan, sehingga tidak

ada anjuran kepada ibu bersalin untuk mengimunisasikan bayinya. Hal ini

menjadikan masyarakat tidak mengenal tentang imunisasi (Arifin, 2011).

Pengetahuan ibu tentang imunisasi mempengaruhi praktik imunisasi (Lestari

dan Masruroh, 2012).

Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Gilingan Surakarta pada tanggal

5 Januari 2015 diketahui bahwa dari 10 orang responden yang melakukan

imunisasi data bahwa 7 bayi (70,0%) diimunisasi tidak tepat sesuai jadwal

sedangkan sebanyak 3 bayi (30,0%) sesuai jadwal imunisasi. Hasil

wawancara dengan 10 ibu yang mempunyai balita tersebut mayoritas

menyatakan bahwa sebanyak 8 Ibu (80,0%) kurang mengerti tentang

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

5

imunisasi pentavalen karena ibu mampu tidak menjawab dengan benar

mengenai pengertian dan manfaat imunisasi pentavalen sedangkan 2 ibu

(20,0%) sudah mengetahui tentang pengertian dan manfaat imunisasi

pentavalen.

Program imunisasi pentavalen merupakan program yang baru dilakukan

pada bulan Februari 2014 (Dinkes Prov Jateng, 2014), sehingga banyak ibu

bayi dan balita belum tahu tentang imunisasi pentavalen, berdasarkan hal

tersebut peneliti berupaya mengangkat permasalahan tersebut tentang

hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kepatuhan imunisasi pentavalen

pada bayi umur 6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Salah satu faktor penyebab rendahnya cakupan imunisasi adalah

rendahnya pengetahuan tentang imunisasi yang disebabkan karena kurang

informasi yang diperoleh baik melalui media massa, media elektronik maupun

penyuluhan, hal ini menyebabkan ibu kurang mengetahui manfaat imunisasi

dan menyebabkan tidak patuh dalam pemberian imunisasi bagi bayinya.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan

permasalahan apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Gilingan Surakarta ?

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu

dalam pemberian imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Gilingan Surakarta.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :

a. Mengetahui karakteristik ibu yang melakukan imunisasi pentavalen

pada anaknya di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen.

c. Mengetahui kepatuhan ibu dalam melakukan imunisasi pentavalen

pada anaknya.

d. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan

kepatuhan ibu memberikan imunisasi pentavalen.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi masyarakat

Memberikan gambaran yang lebih konkrit dan dapat dijadikan

sumber pijakan atau input dalam memberikan alternatif dalam

memecahkan masalah pada kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi

pentavalen.

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

7

1.4.2. Bagi profesi keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi perawat dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya asuhan

keperawatan dalam pemberian imunisasi pentavalen.

1.4.3. Bagi Puskesmas

Sebagai sumbangan informasi bagi Puskesmas sebagai usaha

untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam memberikan

asuhan keperawatan tentang kepatuhan ibu dalam memberi imunisasi

pentavalen.

1.4.4 Bagi peneliti selanjutnya

Mengembangkan konsep dan kajian yang lebih mendalam

tentang asuhan keperawatan ibu dalam pemberian imunisasi

pentavalen sehingga diharapkan dapat menjadi dasar dan pendorong

dilakukannya penelitian yang lebih mendalam tentang masalah

tersebut.

1.4.5 Bagi peneliti

Menambah wawasan, khasanah, ilmu pengetahuan, informasi

dan wacana tentang hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan

ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen.

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengetahuan

2.1.1.1 Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil “tahu”, dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(overt behavior) (Notoadmodjo, 2011).

Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran assosiatif

yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan

kenyataan atau pikiran lain berdasarkan pengalaman yang

berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab

akibat) yang universal (Astinah, dkk, 2013).

2.1.1.2 Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkat yakni :

1. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam

8

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

9

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima, sehingga tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip

siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

10

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintetis (Synthetis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada,

misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2011).

2.1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah

sebagai berikut :

1. Faktor internal

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

11

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke

arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya dalam hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan. Bekerja

pada merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja

bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

c. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun, semakin cukup umur

maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

2. Faktor eksternal

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

12

a. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di

sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima informasi (Wawan

dan Dewi, 2010).

3 Tingkat Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu

sebagai berikut :

a. Baik : 76 - 100%

b. Cukup : 56 - 75%

c. Kurang : < 56 % (Lestari dan Masruroh, 2012).

2.1.2 Kepatuhan

2.1.2.1 Pengertian

Kepatuhan mempunyai arti suatu perilaku seseorang untuk

mengikuti saran medis ataupun kesehatan sesuai dengan

ketentuan yang diberikan. Pemahaman yang baik dan mendalam

tentang faktor tersebut sangat bermanfaat bagi para orang tua

dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan dalam

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

13

melakukan imunisasi dasar sehingga efektifitas terapi dapat

terpantau (Febriastuti, dkk, 2013).

Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai

dengan ketepatan yang diberikan oleh profesional kesehatan

(Niven, 2012). Tingkat kepatuhan adalah pengukuran

pelaksanaan kegiatan, yang sesuai dengan langkah-langkah

yang telah ditetapkan. Perhitungan tingkat kepatuhan dapat

dikontrol bila pelaksanaan program telah sesuai standar

(Notoatmodjo, 2007). Kepatuhan pasien adalah hal yang sangat

penting dalam tercapainya keberhasilan pengelolan penyakit,

namun sayangnya hampir seperempat pasien gagal untuk

menaati rekomendasi dokter atau tim medis yang merawat (Di

Matteo, et al, 2007).

2.1.2.2 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan antara lain

adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan

Pendidikan baik formal maupun non formal dapat

mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan

berperilaku, dengan pendidikan seseorang dapat

meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat

membuat keputusan dalam bertindak. Semakin tinggi

pendidikan seseorang akan semakin mudah baginya untuk

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

14

menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi

(Mulyana, 2006).

2. Sikap

Gibson mengatakan, bahwa sikap merupakan faktor

penentu perilaku karena ikap berhubungan dengan persepsi,

kepribadian dan motivasi. demikian sikap merupakan faktor

predisposisi yang memungkinkan terjadinya perubahan

perilaku (Mulyana, 2006).

Health belief model mengenai imunisasi yang

menyatakan bahwa sikap seseorang dalammengikuti

program imunisasi percaya bahwa:kemungkinan terkena

penyakit tinggi (ketidakkebalan), jika terjangkit penyakit

tersebut membawa akibat serius, imunisasi adalah carayang

paling efektif untuk pencegahan penyakit, dan tidak ada

hambatan serius untuk imunisasi.Ketidakcocokan perilaku

seseorang dengan sikapnya akan menimbulkan berbagai

masalah psikologis bagi individu yang bersangkutan

sehingga individu akan berusaha mengubah sikapnya atau

perilakunya (Astinah, dkk, 2013).

3. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan semakin baik tingkat pendidikan maka semakin

baik pula tingkat pengetahuan, selain pendidikan faktor-

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

15

faktor yang mempengaruhi pada peningkatan pengetahuan

seseorang adalah keikutsertaan dalam pelatihan atau

penyuluhan, pengetahuan seseorang dapat bertambah pula

dengan cara memperkaya khasanah pengetahuan melalui

membaca baik melalui media massa dan media elektrik

(internet), sehingga walaupun tanpa melalui pendidikan

formal. Pengetahuan seseorang dapat meningkat dengan

demikian harapan tentang keberhasilan program imunisasi

dapat dicapai melalui kesadaran masyarakat akan dampak

imunisasi dapat imunisasi bagi kesejahteraan masyarakat

secara umum dan kesejahteraan anak secara khususnya.

(Astinah, dkk, 2013).

Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang

imunisasi, memungkinkan orang tersebut untuk

mengaplikasikan pengetahuannya yakni dalam hal ini

mengimunisasikan balitanya secara lengkap. Informasi

adalah salah satu organ pembentuk pengetahuan. Semakin

banyak seseorang memperoleh informasi, maka semakin

baik pula pengetahuannya, sebaliknya semakin kurang

informasi yang diperoleh, maka semakin kurang

pengetahuannya, semakin baik pengetahuan seseorang,

makin mudah menerima informasi (Ismet, 2013).

4. Tindakan ibu

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

16

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku manusia

dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu

faktor perilaku (behavioral factors) dan faktor non-perilaku

(non behavioral factors). Green menganalisis bahwa faktor

perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:

faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor

yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya

perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya,

kemudian faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yaitu

faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi

perilaku atau tindakan.

Interaksi yang baik dengan lingkungan, dan seringnya

seorang ibu mendapatkan informasi tentang manfaat dari

pemberian imunisasi yang lengkap pada bayi, akan

menyebabkan seorang ibu memiliki sikap yang positif, yang

dengan dukungan orang sekitarnya serta ketersediaan dan

terjangkaunya fasilitas kesehatan untuk memperoleh

imunisasi, akan mendorong ibu untuk bertindak yang positif

juga dengan membawa bayi secara rutin sesuai jadwal untuk

mendapatkan imunisasi (Astinah, dkk, 2013).

5. Pelayanan petugas kesehatan

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

17

Pelayanan petugas kesehatan yang baik terhadap

pasien dipengaruhi oleh kesadaran petugas kesehatan akan

profesionalisme kerja sangat mempengaruhi kepuasan

pasien. Pelayanan petugas kesehatan dapat mempengaruhi

imunisasi dasar lengkap pada balita, karena ibu balita merasa

puas dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas

kesehatan (Ismet, 2013).

6. Dukungan keluarga

Respon positif keluarga responden terhadap

pelaksanaan kegiatan imunisasi dipengaruhi oleh faktor

pengetahuan yang baik yang dimiliki oleh keluarga

responden tentang pentingnya imunisasi dasar pada balita

yang tidak lain pengetahuan tersebut diperoleh dari

informasi atau penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh

petugas kesehatan.

Petugas kesehatan menyadari bahwa dukungan

keluarga sangat berperan penting terhadap keaktifan ibu

dalam program imunisasi, sehingga sasaran penyuluhan

tentang imunisasi pun selain ibu-ibu yang mempunyai balita

juga keluarga bahkan ditujukan kepada seluruh masyarakat.

Pengaruh keluarga terhadap pembentukan sikap

sangat besar karena keluarga merupakan orang yang paling

dekat dengan anggota keluarga yang lain. Apabila sikap

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

18

keluarga terhadap imunisasi kurang begitu merespon dan

bersikap tidak menghiraukan pelaksanaan kegiatan imunisasi

maka pelaksanaan imunisasi tidak akan dilakukan oleh ibu

bayi karena tidak ada dukungan oleh keluarga (Ismet, 2013).

2.1.2.3 Pengukuran Kepatuhan

Pengukuran kepatuhan tentang pemberian imunisasi

pentavalen disesuaikan dengan umur bayi, yaitu sebagai berikut :

1. Umur bayi < 7 hari, jenis imunisasi : Hepatitits B (HB) O

2. Umur bayi 1 bulan, jenis imunisasi : BCG, Polio 1

3. Umur bayi 2 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 1 dan

Polio 2

4. Umur bayi 3 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 2 dan

Polio 3

5. Umur bayi 4 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 3 dan

Polio 4

6. Umur bayi 9 bulan, jenis imunisasi : campak

Kriteria kepatuhan imunisasi pentavalen adalah patuh

apabila sudah melakukan imuniasi sesuai umur bayi dan tidak

patuh apabila belum lengkap melakukan imunisasi pentavalen

sesuai umur bayi) (Dinkes Prov Jateng, 2013).

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

19

2.1.3 Imunisasi Pentavalen

2.1.3.1 Pengertian

Imunisasi merupakan salah satu jenis usaha memberikan

kekebalan kepada anak dengan memasukkan vaksin ke dalam

tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit

tertentu (Fida dan Maya, 2012). Imunisasi adalah cara untuk

meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit

sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak

menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat

berupa kekebalan pasif dan kekebalan aktif (Ranuh, dkk, 2011).

Program pemerintah terbaru terkait pemberian imunisai

adalah penggunaan vaksin kombinasi yang dikenal sebagai

Vaksin Pentavalen. Vaksin ini merupakan gabungan vaksin

DPT-HB ditambah Hib. Sebelumnya kombinasi ini hanya terdiri

dari DPT dan HB (kita kenal sebagai DPT Combo). Sesuai

dengan kandungan vaksinnya, vaksin Pentavalen mencegah

berberapa jenis penyakit, antara lain Difteri, batuk rejan atau

batuk 100 hari, tetanus, hepatitis B, serta radang otak

(meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh

kuman Hib (Haemophylus influenzae tipe b) (Kinanti, 2013).

Vaksin Pentavalen (DPT-HB-HiB) adalah vaksin DPT-HB

ditambah HiB. Penyakit yang dapat dicegah pentavalen adalah

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

20

difteri, tetanus, hepatitis, radang otak (meningitis) dan batuk

rejan/batuk 100 hari (Dinkes Prov Jateng, 2013).

2.1.3.2 Jenis Imunisasi Pentavalen

Imunisasi pentavalen merupakan kombinasi dari 3 jenis

vaksin, yaitu vaksin DPT, HB, dan Hib. Vaksin pentavalen

adalah kombinasi dari lima vaksin dalam satu: difteri, tetanus,

batuk rejan, hepatitis B dan Haemophilus influenza tipe b/Hib

(bakteri yang menyebabkan meningitis, pneumonia dan

otitis). Lima antigen tersebut diberikan dalam satu suntikan,

sehingga memberikan kenyamanan bagi bayi yang mendapat

imunisasi beserta ibunya. Beberapa jenis imunisasi pentavalen

yaitu sebagai berikut :

1. Vaksin DPT

a. Pengertian

Imunisasi DPT terdiri dari toxoid difteri dan tetanus

yang dimurnikan dan bakteri pertusis yang telah

dimatikan. Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh

orynebacterium diphtheria. Dapat menyebar melalui

kontak fisik dan pernafasan dengan gejala radang

tenggorokan, hilang nafsu makan, demam ringan, dalam 2-

3 hari timbul selaput putih kebiruan pada tenggorokan dan

tonsil.

Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari) adalah

penyakit yang disebabkan oleh bordetella pertussis.

Penyebarannya dapat melalui batuk/bersin, dengan gejala

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

21

pilek, mata merah, bersin, demam, batuk ringan sampai

batuk parah.

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh

Clostridium tetani. Penyebarannya dapat melalui kotoran

yang masuk ke luka yang dalam, dengan gejala kaku otot

pada rahang, leher, perut, sulit menelan, berkeringat dan

demam, bayi jadi berhenti menetek, kejang, tubuh kaku.

Pemberian imunisasi DPT pada bayi umur 2 – 11 bulan,

pemberian imunisasi 3 kali (DPT 1, 2, 3) selang waktu

pemberiannya 4 minggu.

b. Manfaat

Imunisasi DPT bermanfaat untuk mencegah

penularan penyakit difteri yang dapat menyumbat saluran

pernafasan, mencegah penularan penyakit batuk rejan

(Batuk 100 hari) serta penyakit tetanus. Untuk pemberian

kekebalan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.

c. Efek samping

Gejala–gejala yang bersifat sementara seperti : lemas,

demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang–kadang

terjadi gejala berat seperti demam tinggi iritasi dan

mengigau yang biasanya terjadi 24 jam setelah

imunisasi.

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

22

2. Vaksin HB

a. Pengertian

Imunisasi hepatitis B adalah berasal dari virus yang

telah dimatikan dan tidak menginfeksi. Hepatitis B

sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

hepatitis B yang merusak hati Penularan penyakit ini

hepatitis B umumnya terjadi melalui alat-alat kedokteran,

darah, ataupun jaringan, hubungan seksual, dari ibu

kepada bayinya, pada umumnya terjadi sekitar proses

persalinan, ataupun melalui ASI dan pernularan antar

anak walaupun jarang terjadi dengan gejala, merasa

lemah, gangguan perut, flu, mata/kulit/urine kuning,

kotoran pucat.

b. Jadwal pemberian

1) Imunisasi awal diberikan sebanyak 3 kali. Jarak

antara suntikan 1 dan 2 adalah 1-2 bulan, sedangkan

untuk suntikan 3 diberikan dengan jarak 6 bulan dari

suntikan 1.

2) Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan anti-

HbsAg pasca imunisasi setelah 3 bulan imunisasi

terakhir

3) Pemberian pada usia 0 – 11 bulan dengan 2 kali

pemberian (hepatitis B 1, 2, 3) selang waktu 4

minggu untuk bayi yang lahir di RS atau

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

23

puskesmas/RB diberikan dalam 24 jam pertama

kelahiran

c. Manfaat

Manfaat vaksin HB adalah untuk pemberian

perlindungan terhadap infeksi yang disebabkan oleh

virus hepatitis B.

d. Efek samping

Rasa sakit kemerahan dan pembengkakan di sekitar

tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan

dan biasanya hilang setelah 2 hari.

3. Vaksin Hib

a. Pengertian

Imunisasi Hib adalah berasal dari Haemophilus

Influenza type B (Hib). Hib biasa menyerang anak di

bawah 5 tahun.Anak-anak dapat tertular bakteri Hib dari

anak lain yang sakit atau orang dewasa yang membawa

bakteri Hib, namun tidak sakit. Kuman tertular melalui

kontak dengan penderita Hib. Jika bakteri Hib berada di

rongga hidung atau tenggorokan, mungkin tidak

menyebabkan sakit. Namun bakteri Hib dapat masuk ke

paru-paru dan peredaran darah dan menyebabkan

penyakit serius.

Sebelum ditemukannya vaksin Hib, penyakit Hib

merupakan penyebab utama radang selaput otak

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

24

(meningitis) pada anak di bawah 5 tahun. Meningitis

menyebabkan kerusakan otak dan medullaspinalis. Hib

juga menyebabkan pneumonia, infeksi berat di

tenggorokan, infeksi pada persendian, tulang dan selaput

jantung, bahkan kematian.

Anak di atas 5 tahun tidak perlu mendapatkan vaksin

Hib. Namun dalam kondisi tertentu, vaksinasi Hib perlu

diberikan, seperti penderita sickle cell, HIV,

pengangkatan limpa, transplantasi sumsum tulang atau

penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi.

b. Efek Samping

Vaksin Hib beresiko menimbulkan efek samping

ringan. Berikut efek samping vaksinasi Hib yang pernah

dilaporkan: merah dan bengkak di tempat penyuntikan

dan demam tinggi. Keluhan tersebut biasanya hilang

sendiri dalam 2-3 hari (Marfiah, 2014).

2.1.3.3 Jadwal pemberian imunisasi pentavalen

Pemberian imunisasi pentavalen disesuaikan dengan umur

bayi, yaitu sebagai berikut :

1. Umur bayi < 7 hari, jenis imunisasi : Hepatitits B (HB)O

2. Umur bayi 1 bulan, jenis imunisasi : BCG, Polio 1

3. Umur bayi 2 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 1 dan

Polio 2

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

25

4. Umur bayi 3 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 2 dan

Polio 3

5. Umur bayi 4 bulan, jenis imunisasi : DPT-HB-Hib 3 dan

Polio 4

6. Umur bayi 9 bulan, jenis imunisasi : campak

(Dinkes Prov Jateng, 2013).

2.1.3.4 Keunggulan vaksin pentavalen

Ada beberapa keunggulan vaksin Pentavalen (DPT-HB-

Hib) jika dibandingkan dengan program imunisasi yang lama,

antara lain:

1. Mengurangi ‘kesakitan’ pada anak

Imunisasi yang diberikan dengan cara disuntik ini tidak

dipungkiri memberikan rasa sakit dan trauma pada anak.

DPT, HB, dan Hib masing-masing diberikan 3 kali tiap anak.

Bisa dihitung berarti anak disuntik 9 kali. Sedangkan jika

diberikan imunisasi pentavalen, anak berarti hanya akan

disuntik 3 kali. Karena setiap kali disuntik sudah ‘kombinasi’

dari ketiga jenis vaksin tersebut.

2. Mengurangi kunjungan ke posyandu

Kunjungan ke posyandu atau puskesmas membutuhkan

biaya, khususnya jika keluarga tersebut berada di daerah yang

memang puskesmasnya masih sedikit, Selain itu, jika

memang ibu dari anak merupakan ibu yang bekerja maka

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

26

pemberian imunisasi pentavalen ini dinilai akan membantu

ibu mengatur waktu lebih efisien, karena berarti kunjungan

ibu ke posyandu juga akan berkurang frekuensinya.

3. Mengurangi risiko 6 penyakit sekaligus

Imunisasi pentavalen (DPT-HB-Hib) diketahui

merupakan kombinasi dari vaksin DPT, HB, dan Hib. DPT

diketahui merupakan vaksin yang digunakan untuk

mengurangi risiko penyakit difteri, pertusis (batuk 100 hari),

dan tetanus. Sementara HB merupakan vaksin untuk

mengurangi risiko penyakit hepatitis B. Hib sendiri diketahui

bisa mengurangi risiko penyakit seperti meningitis dan

arthritis.

2.1.3.5 Cara pemberian

Cara pemberian vaksin pentavalen adalah sebagai berikut :

1. Disuntikkan secara intramuskuler di anterolateral paha atas

pada bayi dan lengan kanan pada anak usia 1,5 tahun

2. Tidak dianjurkan pada :

a. Bagian bokong anak karena dapat menyebabkan luka

saraf siatik.

b. Pemberian intrakutan dapat meningkatkan reaksi lokal.

3. Satu dosis adalah 0,5 ml (Dinkes Prov Jateng, 2013).

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

27

2.2 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1. Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

Hindriyawati,

dkk (2012)

Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu

dengan Kepatuhan

Ibu dalam Pemberian

Imunisasi Dasar Pada

Bayi di Puskesmas

Cawas

Metode : deskriptif

korelatif

Analisis data

Chi square

ada hubungan tingkat

pengetahuan dengan

kepatuhan ibu dalan

pemberian imunisasi dasar

pada bayi di Puskesmas

Cawas.

Mulyani

(2009)

Hubungan Antara

Tingkat Pengetahuan

Ibu tentang Imunisasi

dengan Kepatuhan

Ibu dalam Pemberian

Imunisasi Campak

Bagi Anaknya di

Desa Gumelar Kidul

Kecamatan Tambak

Metode : deskriptif

analitik

Analisis data

Chi square

Ada hubungan antara

tingkat pengetahuan ibu

tentang imunisasi dengan

kepatuhan ibu dalam

pemberian imunisasi

campak bagi anaknya

Isnaini, dkk,

(2012)

Hubungan Tingkat

Pengetahuan dan

Sikap Ibu Terhadap

Kepatuhan

Pemberian Imunisasi

Dasar Pada Bayi di

Desa Mororejo

Kaliwungu

Kabupaten Kendal

Metode :

deskriptif korelasi

Analisis data : chi

square

Ada hubungan tingkat

pengetahuan dan sikap Ibu

terhadap kepatuhan

pemberian imunisasi Dasar

pada bayi

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

28

2.3 Kerangka Teori

Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Wawan dan Dewi (2010), Mulyana (2006), Astinah, dkk (2013),

Ismet (2013)

2.4 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Tingkat

Pengetahuan Kepatuhan Imunisasi

Pentavalen

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

- Pendidikan

- Pekerjaan

- Umur

- Lingkungan

- Sosial budaya

Faktor yang mempengaruhi

kepatuhan

- Pendidikan

- Sikap

- Tindakan ibu

- Pelayanan petugas kesehatan

- Dukungan keluarga

Tingkat

Pengetahuan

Kepatuhan imunisasi

pentavalen

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

29

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”

(Arikunto, 2006). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 : tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu

dalam pemberian imunisasi pentavalen

H1 : ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu

dalam pemberian imunisasi pentavalen

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik deskriptif

dengan pendekatan cross sectional, di mana peneliti melakukan observasi atau

pengukuran variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat.

Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada

suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua obyek penelitian

harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik

variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja

(Notoatmodjo, 2010).

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah

ibu yang melakukan imunisasi pentavalen yang menjadi sasaran di

Puskesmas Gilingan Surakarta yaitu sebanyak 613 orang (UPTD

Puskesmas Gilingan Surakarta).

3.2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

30

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

31

2007). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 56 ibu yang mempunyai

balita usia 4-6 bulan yang telah melakukan 3 kali imunisasi pentavalen

di Puskesmas Gilingan Surakarta

3.2.3 Teknik sampling

Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel dengan berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010).

Kriteria inklusi yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Ibu yang melakukan imunisasi pada bayinya yang berumur 4 – 6

bulan di Puskesmas Gilingan Surakarta.

2. Ibu yang telah melakukan 3 kali imunisasi pentavalen pada bayinya

yang berumur 4 – 6 bulan.

3. Ibu yang bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden

2. Ibu yang mempunyai bayi usia 4 – 6 bulan yang melakukan

imunisasi pentavalen kurang dari 3 kali.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi pengambilan

penelitian (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilakukan di Puskesmas

Gilingan Surakarta.

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

32

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk

pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2011). Penelitian dilaksanakan

pada bulan Februari 2015 sampai Maret 2015.

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran.

3.4.1 Variabel

1. Variabel independen (Variabel Bebas)

Variabel independen atau bebas adalah merupakan variabel

yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2010). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2010). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen.

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

33

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Indikator penilaian Skala

ukur

Tingkat

pengetahuan Hasil tahu ibu

tentang pemberian

imunisasi pentavalen

pada bayi yang

berumur 2 – 6 bulan

Kuesioner 1. 76-100%

(15-19 soal

benar) dinyatakan

(baik)

2. 56 – 75%

(11-14 soal

benar) dinyatakan

(cukup)

3. < 56%

(< 11 soal

b enar)

dinyatakan

(kurang)

Ordinal

Kepatuhan

ibu dalam

pemberian

imunisasi

pentavalen

Kepatuhan adalah

sejauh mana ibu

dalam memberikan

imunisasi pentavalen

sesuai dengan waktu

dan jenis imunisasi

yang telah

ditetapkan.

Cheklist 1. Patuh (jika

sudah

melakukan tiga

kali imunisasi

sesuai umur bayi

2. Tidak patuh (jika

belum lengkap

melakukan tiga

kali imunisasi

pentavalen

sesuai umur

bayi)

Nominal

3.6 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.6.1 Alat Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner untuk

pengukuran tingkat pengetahuan tentang imunisasi pentavalen.

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang diisi oleh

responden. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang hal-hal yang diketahui dan sudah disediakan

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

34

jawabannya (Arikunto, 2010). Jenis kuesioner dalam penelitian ini

adalah kuesioner tertutup, dimana responden tinggal memilih jawaban

yang sudah disediakan oleh peneliti yaitu untuk pengetahuan benar

dan salah.

Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner ini

adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten

dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari

pertanyaan atau pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju

dan tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2007). Jenis pernyataan

kuesioner berupa favourable yaitu pernyataan positif dimana jika benar

nilai 1 (satu) jika salah nilai 0 (nol) sedangkan pernyataan unfavourable

yaitu pertanyaan negatif jika benar nilai 0 (nol) jika salah nilainya 1

(satu). Kuesioner dalam penelitian ini berjumlah 25 butir soal.

Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan pada teori

yang digunakan. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda

centang (√) pada jawaban yang dianggap benar.

Sebelumnya kuesioner tersebut diuji validitas dan reliabilitas. Uji

coba instrumen dilakukan pada Puskesmas Nusukan Surakarta.

Menurut Sugiyono (2010), bahwa beberapa ahli menggunakan 30 orang

sebagai sampel dalam uji coba instrumen. Kisi-kisi kuesioner tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen setelah dilakukan uji

validitas adalah sebagai berikut :

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

35

Tabel 3.2. Kisi Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi

Pentavalen Setelah Uji Validitas

Sub Variabel No. item

Favourable

No. item

unfavourable

Jumlah

Total

Item

1. Pengertian 1,2 3 3

2. Jenis 4,5,6,7,8 9,10,11,12 9

3. Jadwal 13 14 2

4. Keunggulan 15,16 17 3

5. Cara pemberian 18 19 2

Jumlah 11 8 19

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan

tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya

hendak diukur. Untuk mengetahui validitas item dalam penelitian ini

menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi product moment.

Rumus korelasi product moment adalah:

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi product moment

n : Jumlah responden

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

(Σx)2 = kuadrat jumlah skor item

( ) ( ) }y - y{n }x x {

y) .x ( - xy)n.(

222 2 SSS-S

SSS=

nrxy

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

36

Σx2 = jumlah kuadrat skor item

(Σy)2 = kuadrat jumlah skor total

Σy2 = jumlah kuadrat skor total

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar

dari r tabel dan bernilai positif pada taraf signifikan 5% (Arikunto,

2010). Nilai r tabel untuk sampel 30 adalah (0,361).

Hasil uji validitas pada sampel uji coba di Puskesmas Nusukan

diketahui bahwa dari 25 item kuesioner pengetahuan tentang

imunisasi pentavalen diketahui bahwa sebanyak 19 item kuesioner

dinyatakan valid karena nilai r hitung (> 0,361), sedangkan sebanyak

6 item kuesioner yaitu kuesioner nomor 4, 11, 14,16,18 dan 23

dinyatakan tidak valid karena nilai r hitung (< 0,361), sehingga item

yang tidak valid tersebut tidak digunakan dalam penelitian. Hasil uji

validitas untuk variabel pengetahuan terlampir. Berikut disajikan

kuesioner setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas yaitu

sebagai berikut :

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen

yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden

memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

37

sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap

akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan

Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer. Rumus Alpha

Chronbach adalah sebagai berikut:

úû

ùêë

é S-úû

ùêë

é-

=t

b

k

kr

2

2

11 11 s

s

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2

= Jumlah varian butir

σ2t

= Varians total

Dinyatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,70)

(Riwidikdo, 2013).

Hasil uji reliabilitas pengetahuan ibu tentang imunisasi

pentavalen diperoleh nilai alpha cronbach’s sebesar 0,820 > 0,70,

sehingga dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas untuk variabel

pengetahuan terlampir.

Checklist digunakan untuk mengetahui tingkat kepatuhan ibu

dalam pemberian imunisasi pentavalen dimana tingkat kepatuhan

diukur melalui ketepatan umur bayi dan jenis imunisasi yang

diberikan. Patuh apabila sesuai umur dan jenis imunisasi yang

diberikan sedangkan tidak patuh jika belum lengkap melakukan

imunisasi pentavalen sesuai umur bayi (Dinkes Prov Jateng, 2013). Hal

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

38

ini diperkuat dari penelitian terdahulu mengenai kepatuhan ibu

dalam melakukan imunisasi dasar bayi dimana kriteria patuh jika

sesuai jadwal dan tidak patuh jika tidak sesuai jadwal (Azizah, dkk,

2011).

3.6.2 Cara pengumpulan data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung

diambil dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti

(Riwidikdo, 2013). Data primer dalam penelitian ini adalah

kuesioner tingkat pengetahuan dan cheklist untuk mengetahui

tingkat kepatuhan ibu dalam pemberian imuniasi pentavalen.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak

secara langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data

sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui literatur yang

relevan dan sumber lain yang mendukung penelitian ini.

3.6.3 Langkah – langkah pengumpulan data.

1. Peneliti meminta surat keterangan dari kampus STIKES Kusuma

Husada Surakarta untuk melakukan studi pendahuluan di

Puskesmas Gilingan Surakarta.

2. Setelah mendapat ijin dari Puskesmas Gilingan Surakarta, peneliti

melakukan studi pendahuluan.

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

39

3. Langkah selanjutnya adalah pembuatan proposal hingga seminar

penelitian dan melakukan revisi setelah seminar

4. Peneliti meminta surat ijin penelitian dari kampus STIKES

Kusuma Husada Surakarta untuk diserahkan ke Kesbangpol Kota

Surakarta dengan tembusan ke Badan Perencanaan Daerah Kota

Surakarta dan ke Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan akhirnya

diserahkan ke Puskesmas Gilingan Surakarta.

5. Peneliti bekerja sama dengan bidan Puskesmas Gilingan

Surakarta dalam pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data

tentang pengetahuan ibu serta kepatuhan imunisasi pentavalen.

6. Peneliti menemui calon responden dan menjelaskan tentang

tujuan, manfaat penelitian kemudian memberikan informed

consent.

7. Jika calon responden menyetujui dijadikan responden dalam

penelitian, peneliti meminta responden untuk menandatangi

lembar informed consent.

8. Peneliti memberikan kuesioner bagi responden yang bisa mengisi

sendiri sedangkan bagi responden yang ingin dibantu maka data

diisi oleh peneliti.

9. Setelah dirasa lengkap peneliti melakukan analisis dan

pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

40

3.6. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.1. Teknik pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2011), setelah data terkumpul, maka

langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum

melaksanakan analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih

dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa

data tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu:

1. Pengecekan data (editing)

Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan

kelengkapan, kejelasan dan kesesuaian data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Editing dalam penelitian ini adalah melakukan

pemeriksaan kembali setelah data terkumpul mulai dari

karakteristik responden, pengetahuan ibu dan kepatuhan

imunisasi pentavalen, apabila ada data yang belum terisi maka

peneliti mempersilahkan responden untuk mengisi terlebih dahulu

2. Pemberian kode data (coding)

Tahap ini merupakan suatu proses penyusunan secara

sistematis data mentah ke dalam bentuk yang sudah dibaca untuk

pengolahan data. Peneliti membuat kode untuk hasil penelitian

yang didapat. Coding merupakan kegiatan pemberian kode

numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

Pada variabel independen yaitu tingkat pengetahuan

menggunakan kode 1 untuk kurang, 2 cukup dan 3 baik

sedangkan untuk kepatuhan kode 1 untuk patuh dan 0 untuk tidak

patuh.

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

41

3. Pemrosesan data (data entry)

Pada tahap ini dilakukan data yang telah diubah menjadi kode

kedalam mesin pengolahan data. Pemrosesan data dilakukan

dengan memasukan data ke paket program komputer yang sesuai

dengan paket program data ke program komputer yang sesuai

dengan varibel masing-masing.

4. Pembersihan data(cleaning)

Peneliti memastikan bahwa seluruh data yang telah

dimasukan kedalam mesin pengolahan data sudah sesuai dengan

sebenarnya. Proses akhir dari pengolahan data adalah dengan

melakukan pemeriksaan kembali kode yang sudah di entery data

untuk melihat ada tidaknya kesalahan dalam entery data.

Selanjutnya melakukan tabulasi data yaitu mengelompokkan data

ke dalam tabel menurut kategorinya sehingga data siap dilakukan

analisis secara univariat maupun bivariat.

5. Tabulating

Kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel

kemudian diolah dengan bantuan komputer.

3.6.2. Analisa data

Analisa data merupakan pengumpulan data dari seluruh

responden yang dikumpulkan. Teknik analisis data dalam

penelitian kuantitatif mengunakan statistik (Sugiyono 2010).

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

42

1. Analisis univariat

Data numerik yang berupa umur dideskripsikan dalam

parameter mean dan standar deviasi, sedangkan data kategorikal

yang berupa pendidikan pekerjaan, pengetahuan dan kepatuhan

dideskripsikan bentuk distribusi frekuensi dalam persen. Rumus

yang digunakan :

%100´=nfP

Keterangan :

P : Prosentase

n : Jumlah sampel

f : Frekuensi kejadian

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji

Chi Square. Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan

variabel bebas dengan variabel terikat dengan skala data

kategorik (Dahlan, 2011). Rumus yang digunakan yaitu :

( )å=

-=

k

i fh

fhfox

1

2

2

Keterangan :

x2 = chi square

fo = frekuensi yang diobservasi

fh = frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2010).

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

43

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 95 % dengan nilai α

0,05.

a. Apabila X2 hitung < X

2 tabel (5,991) atau p value > 0,05,

maka tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi

pentavalen.

b. Apabila X2 hitung > X

2 tabel (5,991) atau p value < 0,05,

maka ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen.

3.7. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut Hidayat (2007), terdiri dari 3 macam yaitu:

3.7.1 Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dan responden, dengan bentuk lembar persetujuan. Lembar

persetujuan diberikan sebelum penelitian kepada responden yang

akan diteliti. Lembar ini dilengkapi dengan judul penelitian dan

manfaat penelitian, sehingga subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa

dan harus tetap menghormati hak-hak subjek.

3.7.2 Anonimity

Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti

tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar

tersebut diberikan kode pengganti nama responden.

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

44

3.7.3 Confidentiality

Informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, dan hanya akan digunakan

untuk pengembangan ilmu.

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 Umur Responden

Hasil statistik deskriptif responden data numerik yang berupa

umur responden dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.1. Distribusi Umur Ibu yang Melakukan Imunisasi Pentavalen

di Puskesmas Gilingan Surakarta

Variabel N Min Max Mean SD

Umur 56 21,00 41,00 29,76 4,78

Hasil penelitian menunjukkan minimal umur responden adalah

(21,00), maksimal (41,00), rata-rata (29,76) dengan standar deviasi (4,78).

Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 29,8

tahun, sehingga masih berada pada rentang usia produktif bagi wanita.

4.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat

dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu yang Melakukan Imunisasi Pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

N %

SD 3 5.4

SMP 18 32.1

SMA 25 44.6

PT 10 17.9

Total 56 100.0

45

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

46

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki

tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 25 orang (44,6%).

4.1.3 Pekerjaan Responden

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada

tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3. Distibusi Pekerjaan Ibu yang Melakukan Imunisasi

Pentavalen di Puskesmas Gilingan Surakarta

Pekerjaan Jumlah Responden

N %

IRT 31 55.4

Swasta 14 25.0

Wiraswasta 8 14.3

PNS 3 5.4

Total 56 100.0

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah Ibu

Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 31 orang (55,4%).

4.1.4. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen

Hasil analisis univariat variabel pengetahuan ibu tentang

imunisasi pentavalen dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen

Pengetahuan Jumlah Responden

N %

Kurang 12 21.4

Cukup 33 58.9

Baik 11 19.7

Total 56 100.0

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki

pengetahuan tentang imunisasi pentavalen pada kategori cukup yaitu

sebanyak 33 orang (58,9%).

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

47

4.1.5. Kepatuhan Ibu Memberikan Imunisasi Pentavalen

Hasil analisis univariat variabel kepatuhan ibu memberikan

imunisasi pentavalen dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5. Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Pentavalen pada

Balita Usia 2 – 6 bulan di Puskesmas Gilingan Surakarta

Kepatuhan Jumlah Responden

N %

tidak patuh 22 39.3

patuh 34 60.7

Total 56 100.0

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa mayoritas ibu patuh dalam

memberikan imunisasi pentavalen yaitu sebanyak 34 orang (60,7%).

4.2. Analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen dengan

kepatuhan ibu memberikan imunisasi pentavalen dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.6. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi

Pentavalen dengan Kepatuhan Ibu Memberikan Imuniasi

Pentavalen

Stres

Kepatuhan Total

c2

p

value

Tidak patuh Patuh

F % F % F % Kurang 9 16,1 3 5,4 12 21,4

8,199 0,017 Cukup 10 17,8 23 41,1 33 58,9 Baik 3 5,4 8 14,3 11 19,7 Total 22 39,3 34 60,7 56 100

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

48

Tabel 4.6. hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai c2hitung (8,199) >

c2tabel (5,991) atau p value (0,017 < 0,05), berarti ada hubungan yang

bermakna tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan ibu memberikan

imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gilingan Surakarta.

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

49

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

5.1.1. Umur Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden

adalah 29,8 tahun, sehingga masih berada pada rentang usia produktif

bagi wanita. Usia merupakan salah satu sifat karakteristik orang yang

sangat utama, umur juga mempunyai hubungan erat dengan berbagai

sifat orang lainnya, dan juga dengan tempat dan waktu. Rizqiawan

(2008) menyatakan bahwa usia ibu yang mengalami peningkatan dalam

batas tertentu maka dapat meningkatkan pengalaman ibu dalam

mengasuh anak, sehingga akan berpengaruh dalam upaya pencegahan

dan penanggulangan timbulnya penyakit. Wawan dan Dewi (2010)

menyatakan bahwa usia adalah umur individu yang terhitung mulai

saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

dan bekerja.

5.1.2. Pendidikan Responden

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki

tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 25 orang (44,6%). Pendidikan

seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku,

semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-

tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Peran seorang

49

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

50

ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karenanya suatu

pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan

tersebut. Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi

sangat dipengaruhi oeleh tingkat pendidikan ibu (Astinah, dkk, 2013).

Albertina (2009) yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan seorang ibu maka makin besar peluang untuk

mengimunisasikan bayinya yaitu 2,215 kali untuk pendidikan tamat

SLTA/ke atas dan 0,961 kali untuk pendidikan tamat SLTP/sederajat.

Ibu yang berpendidikan mempunyai pengertian lebih baik tentang

pencegahan penyakit dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah-

masalah kesehatan yang sedikit banyak telah diajarkan di sekolah.

5.1.3. Pekerjaan Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah

Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 31 orang (55,4%). Ismet

(2013) menyatakan bahwa ibu yang bekerja maupun ibu yang tidak

bekerja mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh

informasi tentang pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan

imunisasi dasar pada anak. Hasil penelitian ini didukung penelitian dari

Kurniati (2008) bahwa ibu rumah tangga lebih banyak mempunyai

waktu dirumah sehingga lebih dapat memperhatikan pemberian

imunisasi pada balitanya. Status perkerjaan seorang ibu dapat

berpengaruh terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan dengancara menambah pengetahuan tentang

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

51

imunisasi dan perhatian terhadap kesehatan anak-anaknya. Ibu yang

mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga mempunyai banyak

waktu yang luang, ini berarti ibu-ibu tersebut bisa mendapatkan banyak

informasi dari berbagai media, antara lain: televisi, radio, surat kabar.

5.1. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Pentavalen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki

pengetahuan tentang imunisasi pentavalen pada kategori cukup yaitu

sebanyak 33 orang (58,9%). Pengetahuan cukup tersebut berarti responden

mampu menjawab 11 – 14 pertanyaan dengan benar.

Notoatmodjo (2011) menyatakan bahwa pengetahuan (knowledge)

adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

Astinah, dkk (2013) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan semakin baik tingkat pendidikan maka

semakin baik pula tingkat pengetahuan, selain pendidikan faktor-faktor yang

mempengaruhi pada peningkatan pengetahuan seseorang adalah keikutsertaan

dalam pelatihan atau penyuluhan, pengetahuan seseorang dapat bertambah

pula dengan cara memperkaya khasanah pengetahuan melalui membaca baik

melalui media massa dan media elektrik (internet), sehingga walaupun tanpa

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

52

melalui pendidikan formal. Pengetahuan seseorang dapat meningkat dengan

demikian harapan tentang keberhasilan program imunisasi dapat dicapai

melalui kesadaran masyarakat akan dampak imunisasi dapat imunisasi bagi

kesejahteraan masyarakat secara umum dan kesejahteraan anak secara

khususnya.

Kadir, dkk (2014) menyatakan bahwa pengetahuan yang tinggi akan

berpengaruh pada penerimaan hal-hal baru dan dapat menyesuaikan diri

dengan hal yang baru. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman

yang berkaitan dengan usia individu, Semakin matang usia seseorang akan

semakin banyak pengalaman hidup yang dimiliki, dan mudah untuk

menerima perubahan perilaku, karena usia ini merupakan usia paling

produktif dan umur paling ideal dalam berperan khususnya dalam

pembentukan kegiatan kesehatan. Semakin cukup umur seseorang, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Pengalaman pribadi umumnya digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu,

selain itu bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperoleh.

Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa pengetahuan dapat dikatakan

sebagai pengalaman yang mengarah pada kecerdasan serta akan

meningkatkan minat dan perhatian. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

53

pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Semakin baik pengetahuan individu tentang masalah kesehatan akan sangat

membantu dalam pencegahan terjadinya masalah kesehatan tersebut.

Pengetahuan akan membentuk sikap ibu, dan akhirnya akan patuh dalam

memberikan imunisasi pada bayi.

5.2. Kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden patuh

dalam memberikan imunisasi pentavalen yaitu sebanyak 34 orang (60,7%).

Febriastuti, dkk (2013) menyatakan bahwa kepatuhan mempunyai arti suatu

perilaku seseorang untuk mengikuti saran medis ataupun kesehatan sesuai

dengan ketentuan yang diberikan. Pemahaman yang baik dan mendalam

tentang faktor tersebut sangat bermanfaat bagi para orang tua dan tenaga

kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan dalam melakukan imunisasi dasar

sehingga efektifitas terapi dapat terpantau.

Kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan responden, hal ini dengan adanya pendidikan baik

formal dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan

berperilaku, dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan

intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Semakin

tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah baginya untuk menerima

serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi (Mulyana, 2006).

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

54

Kadir, dkk (2014) menyatakan bahwa tingkat pendidikan responden

merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi pola pikir dalam

menentukan kepatuhan pemberian imunisasi, karena semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang diharapkan dapat berpikir lebih baik yang berkaitan

dengan kesehatan balitanya. Responden yang berpendidikan tinggi relatif

lebih cepat dalam melaksanakan anjuran tentang pemberian imunisasi pada

balitanya. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, agak

sulit dan memakan waktu yang relatif lama untuk mengadakan perubahan.

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa kepatuhan berpengaruh

terhadap kesadaran responden untuk membawa bayinya imunisasi. ibu yang

tidak bersedia mengimunisasikan bayinya dapat disebabkan karena belum

memahami secara benar dan mendalam mengenai imunisasi dasar. Selain itu

kurang memperhatikan dalam membawa bayinya imunisasi sesuai jadwal.

Kesadaran yang kurang akan mempengaruhi ibu dalam memperoleh

informasi mengenai pemberian imunisasi. Setelah menyadari tentang

pentingnya manfaat imunisasi, ibu dapat membawa bayinya untuk diberikan

imunisasi dasar sesuai dengan jadwal.

5.3. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam pemberian

imunisasi pentavalen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan ibu memberikan imunisasi

pentavalen dengan p value (0,017 < 0,05). Hasil penelitian ini mendukung

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

55

penelitian terdahulu dari Hindriyawati, dkk (2012) bahwa ada hubungan

tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian imunisasi dasar, sehingga semakin

baik tingkat pengetahuan ibu maka dapat meningkatkan kesadaran ibu dalam

pemberian imunisasi dasar. Mulyani (2009) dalam penelitiannya juga

menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

imunisasi dengan kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi campak.

Mardiansyah (2009) bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang

imunisasi dasar terhadap kepatuhan pemberian imunisasi pada bayi.

Kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi pentavalen ini berarti

bahwa responden sudah mengetahui manfaat dari imunisasi pentavalen.

Menurut Hayana, dkk (2013) bahwa pemberian imunisasi pada anak

mempunyai tujuan agar tubuh kebal pada penyakit tertentu. Kekebalan tubuh

juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya terdapat kadar

antibodi yang tinggi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang

disuntikan, dan waktu antara pemberian imnunisasi. Keefektifan imunisasi

tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh

dapat diharapkan pada diri anak.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Ismet (2013) bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah tingkat pengetahuan,

semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang imunisasi, memungkinkan

orang tersebut untuk mengaplikasikan pengetahuannya yakni dalam hal ini

mengimunisasikan balitanya secara lengkap. Informasi adalah salah satu

organ pembentuk pengetahuan. Semakin banyak seseorang memperoleh

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

56

informasi, maka semakin baik pula pengetahuannya, sebaliknya semakin

kurang informasi yang diperoleh, maka semakin kurang pengetahuannya,

semakin baik pengetahuan seseorang, makin mudah menerima informasi.

Hal ini sesuai Notoatmodjo (2007), bahwa apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan

sikap yang positif maka perilaku tersebut bersifat langgeng. Sebaliknya,

apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak

berlangsung lama. Arifin (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ibu

yang berpengetahuan baik akan lebih mudah untuk mengerti tentang apa saja

yang berkaitan dengan imunisasi jadi ibu akan patuh dalam membawa anak

untuk di imunisasi.

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

57

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Rata-rata umur responden adalah 29,7 tahun dengan tingkat pendidikan

SMA sebanyak 25 orang (44,6%) dan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT)

yaitu sebanyak 31 orang (55,4%).

6.1.2. Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan tentang imunisasi pentavalen

pada kategori cukup yaitu sebanyak 33 orang (58,9%).

6.1.3. Sebagian besar ibu patuh dalam memberikan imunisasi pentavalen

yaitu sebanyak 34 orang (60,7%).

6.1.4. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam

pemberian imunisasi pentavalen di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Gilingan Surakarta dengan p value (0,020 < 0,05).

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Masyarakat (Ibu yang mempunyai balita)

Ibu hendaknya berupaya meningkatkan pengetahuannya tentang

imunisasi pentavalen, melalui konseling pada tenaga kesehatan

sehingga dapat meningkatkan pemahaman ibu tentang pentingnya

imunisasi pentavalen pada bayinya sehingga ibu dapat lebih patuh

dalam melakukan imunisasi sesuai umur bayi.

57

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

58

6.2.2. Bagi profesi keperawatan

Perawat hendaknya memberikan konseling kepada ibu dalam

rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya asuhan

keperawatan dalam pemberian imunisasi pentavalen.

6.2.3. Bagi Puskesmas

Puskesmas hendaknya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu dengan

bekerjasama dengan posyandu balita untuk meningkatkan kepatuhan

ibu dalam memberi imunisasi pentavalen.

6.2.4. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian tentang

faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan ibu, misalnya adalah

dukungan keluarga.

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

59

DAFTAR PUSTAKA

Albertina, dkk. (2009), ‘Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-

Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di

Jakarta dan Sekitarnya Bulan Maret 2008’, Sari Pediatri, Vol. 11, No.1,

pp. 1-7.

Arifin. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pentingnya Imunisasi

Dasar dengan Kepatuhan Melaksanakan Imunisasi di BPS Hj. Umi

Salamah di desa Kauman, Peterongan, Jombang, tahun 2011. Prosiding

Sminas Competitive Advantage, Vol 1, No. 2

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Astinah; Hasbullah, S; Muzakir. H. (2013). Faktor–Faktor yang Mempengaruhi

Kepatuhan Ibu Pada Pemberian Imunisasi Dasar di Posyandu Teratai 11b di

Wilayah Kerja Puskesmas Tamamaung Makassar. E-library STIKES Nani

Hasanuddin Makassar. Vol 2 No. 6.

Azizah, N; Suyati, Rahmawati, VE. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang Pentingnya Imunisasi Dasar Dengan Kepatuhan Melaksanakan

Imunisasi di BPS Hj. Umi Salamah di Desa Kauman, Peterongan, Jombang.

Jombang : Prodi D-III Kebidanan FIK UNIPDU

Dahlan S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,

dan Multivariat. Jakarta : Salemba Empat.

Dimatteo, MR., Haskard, KB., Williams, SL. (2007). Health Beliefs, Disease

Severity and Patient Adherence. A Meta Analysis. Journal of Medical Care.

45 (6) : pp 521-528

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2013). Petunjuk Teknis Introduksi

Imunisasi DTP-HB-Hib (Pentavalen) Pada Bayi dan Pelaksanaan Imunisasi

Lanjutan Pada Anak Balita. Semarang : Dinkes Jateng.

Febriastuti, N; Arif, YS; Kusumaningrum, T. (2013). Kepatuhan Orang Tua

Dalam Pemberian Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi 4—11 Bulan.

Surabaya : Program Studi S1 Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga

Fida dan Maya. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta : D-Medika.

Page 72: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

60

Hayana, Wahyuni, S, Kadir, S. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Kecemasan Ibu Sebelum Pemberian Imunisasi DPT Pada Bayi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Samataring Kabupaten Sinjai. Jurnal STIKES

Hasanudin Makasar. Vol 2 No. 6.

Hidayat. AA. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika

Hindriyawati, W; Rosalina; Wahyuni. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu Tentang Imunisasi Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi

Dasar Pada Bayi Di Puskesmas Cawas. Jurnal Kebidanan Arimbi, Vol V

No. 4.

Kadir, L; Fatimah dan Hadia. 2014. (2014). Pengetahuan Dan Kepatuhan Ibu Pada

Pemberian Imunisasi Dasar Bagi Bayi. Journal of Pediatric Nursing Vol.

1(1), pp. 009-013

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Menkes Luncurkan Vaksin Pentavalen dan

Program Imunisasi Lanjutan Bagi Batita, diakses melalui depkes.go.id

tanggal 20 Januari 2015.

Kinanti, AN. (2013). Imunisasi Pentavalen, Vaksin 'Kombinasi' Terbaru untuk

Anak Indonesia. Diakses melalui http://health.detik.com, tanggal 20

Januari 2015.

__________. (2013). 3 Keunggulan Pentavalen dibandingkan Program Imunisasi

Lama. Diakses melalui http://health.detik.com, tanggal 20 Januari 2015.

Ismet, F. (2013). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Imunisasi

Dasar Lengkap Pada Balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone

Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Keperawatan UNG. Fakultas Ilmu-Ilmu

Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

Isnaini E; Yosafianti, V; Shobirun. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan

Sikap Ibu Terhadap Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di

Desa Mororejo Kaliwungu Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmu Keperawatan

dan Kebidanan. Vol 1 No. 2.

Lestari, RI dan Masruroh. (2012). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi

Dasar Lengkap Dengan Praktik Imunisasi Dasar Lengkap Bayinya Di

Wilayah Kerja Puskesmas Pegandon Kec. Pegandon kab. Kendal. Jurnal

Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal. Edisi Ke-2 Tahun 2012.

Page 73: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

61

Mardiansyah, DA. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi

Dasar Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Pada Bayi di Posyandu

Desa Tonjong Brebes Jawa Tengah. Gombong : STIKES PKU

Muhammadiyah Gombong.

Marfiah, S. (2014). Imunisasi Dasar dengan Vaksin Pentavalen, diakses dari

http://sitimarsifah.com, tanggal 20 Januari 2015.

Momomuat, S; Ismanto, AY; Kundre, R. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu Tentang Pentingnya Imunisasi Campak Dengan Kepatuhan

Melaksanakan Imunisasi Di Puskesmas Kawangkoan. Manado : Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Manado

Mulyana, A; Nugraha, P; Adi, MS. (2006). Faktor-Faktor Ibu Balita Yang

Berhubungan Dengan Kepatuhan Follow Up Penderita Pnemonia Balita Di

Puskesmas Cisaga, Ciamis, Jawa Barat. Jurnal Promosi Kesehatan

Indonesia Vol. 1, No. 2.

Mulyani, S. (2009). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi

dengan Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Campak Bagi Anaknya

di Desa Gumelar Kidul Kecamatan Tambak. e-journal stikesmuh.ac.id.

STIKES Muhammadiyah Gombong.

Niven. (2012). Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional

Kesehatan Lain. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ikmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Probandari, AN; Handayani, S; Laksono, NJD. (2013). Ketrampilan Komunikasi.

Modul Field Lab. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Ranuh, dkk. (2011). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Badan Penerbit

Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Risqiawan, A. 2008. Faktor Yang Mempengaruri Ibu Dalam Ketidak Ikut Sertaan

Balitanya Ke Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio Di Wilayah Kerja

Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga Surabaya

Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan. Yokyakarta : Mitra Cendekia Press.

Page 74: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/24/01-gdl-puspitanin... · sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

62

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Widowati, R. (2014). Begini Efek Samping Imunisasi Pentavalen DPT-HB-Hib,

diakses melalui http://www.kabar6.com, tanggal 20 Januari 2015.