20
Himetenry I Heart You

I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

Himetenry

I Heart You

Page 2: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

2

I Heart You

Karya Andi Tenri Ayumayasari Copyright © 2020, Andi Tenri Ayumayasari

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

All rights reserved

Ilustrasi Sampul dan Pewajah Isi:

Lilyht Publisher Team Editing dan layout :

Andi Tenri Ayumayasari

Cetakan I : Maret 2020

Diterbitkan melalui:

www.nulisbuku.com ILP Center Lt.3-10

Jln Raya Pasar Minggu, No.39A Pancoran Jakarta Selatan 12780

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau

pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum

suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 3: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

3

Page 4: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

4

Terimakasih

Alhamdulillah bersyukur banget novel ini akhirnya bisa di terbitin lagi setelah sekian lama. Setelah remake edit sana sini sampe sakit punggung.

Terimakasih juga sama semua piatk-pihak yang sudah

mau membantu terbitnya buku ini. Terimakasih buat boyband SMASH yang dari 2010 sampe sekarang 2020 masih tetap aku idolakan dan selalu jadi inspirasiku.

Makasih buat semua yang udah mau setia beli dan baca

karya-karya aku ini. Maaf kalau masih ada salah-salah, aku juga masih berproses untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga tulisanku ini bisa menjadi inspirasi buat kalian semua.

Ohya, karyaku lainnya bisa kalian liat diblog pribadiku

www.himetenry.wordpress.com atau akun media sosialku yang lain. Karya-karyaku juga bisa kalian baca secara digital gratis di aplikasi storial atau web www.storial.co dengan mencari username “Lilyht”.

Penulis

Himetenry

Page 5: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

5

Page 6: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

6

**** Seperti Musim Gugur ****

Cinta itu adalah sebuah objek seperti obsesi; setiap orang menginginkannya, setiap orang mencarinya, tapi sedikit orang yang mendapatkannya; orang yang pernah melakukannya akan selalu menghargai cinta, tersesat didalamnya dan tidak akan melupakannya – Curtis Judalet

***

Jakarta, 27 juni 2013

Membayar SPP, mengurus KRS, menghitung jumlah SKS yang diperoleh, keluar masuk gedung rektorat, lalu-lalang didepan gedung jurusan, begitulah yang aku lakukan di awal semester ini. Aku adalah seorang , mahasiswi disalah satu universitas ternama di Jakarta, dan mengambil jurusan hubungan internasional. Ini adalah semesterku yang kedua. Terkadang aku masih bingung dengan sistem perkuliahan, maklumlah baru enam bulan yang lalu aku lulus dari bangku SMA.

Meskipun telah lulus SMA, rasanya kehidupanku sama sekali tak berubah. Mungkin kesibukannnya saja yang berbeda. Setiap hari datang kekampus, menghadiri mata kuliah yang membosankan. Sama membosankannya seperti mempelajari

Page 7: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

7

matematika, fisika juga kimia. Terkadang bertatap muka dengan dosen yang tidak terlalu kusukai karena pelitnya membagikan senyum. Sama seperti guru di masa SMA dulu, pelit senyum, pelit memberikan nilai pula. Hargh, tidak banyak yang berubah memang.

Siang ini aku duduk di taman kampus. Dibawah pohon ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang earphoneku seraya membuka tas. Mengambil sebuah novel yang baru ku pinjam dari perpustakaan.

Seperti biasa, sembari menunggu mata kuliah selanjutnya atau sekedar menghabiskan waktu luang, kunikmati siangku ditaman kampus. Membaca novel dan mendengarkan lagu adalah kebiasaanku yang tak pernah bisa kuhilangkan.

I remember what you wore on the first day

You came into my life and I thought

“hey, you know, this could be something”…

Tiba-tiba playlist-ku berhenti dilagu milik Boys Like Girls ft. Taylor Swift – Two is better than one. Seketika konsentrasiku buyar. Tatkala mendengar lirik demi lirik lagu yang kembali terasa membawaku ke masa lalu.

Page 8: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

8

Kudengarkan lantunan demi lantunan dari duet band dan penyanyi solo ini di kedua telingaku. Ku arahkan wajahku pada birunya langit disela-sela dedaunan kuning pohon ketapang. Angin berembus lembut menerbangkan dedaunan yang sudah tak kuat mencengkram dahan. Helaian-helainan berwarna kekuningan melayang menghiasi birunya langit. Kuhirup dalam-dalam udara siang itu. Rasanya seperti musim gugur.

***

Waktu itu umurku baru enam tahun. Aku dan Mama pindah ke Jakarta. Kami tinggal disebuah kompleks perumahan di daerah Jatinegara. Sebagai seorang gadis kecil aku hanya bisa menyaksikan Mama dan pekerja-pekerja memindahkan perabotan dan barang-barang kami kedalam rumah.

Aku duduk diteras memainkan seperangkat boneka Barbie.

“Ma, temenin Lisa main ya?” pintaku memelas. Saat Mama berjalan membawa sebuah vas bunga ukuran jumbo.

“El, Mama lagi sibuk. Nanti ya.” Ujar wanita itu dengan senyum lembutnya. Aku pun hanya bisa cemberut memonyongkan bibir.

“Baru pindahan ya bu.” Sapa seorang wanita berjilbab biru memasuki pekarangan rumah.

“Eh iya bu. Maaf belum sempat memperkenalkan diri. Saya Lusi.” Ucap Mama mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh wanita berparas cantik dengan hijabnya yang menawan.

“Anisa.” Ucapnya tersenyum kalem. “Itu anaknya ya bu.” Mata wanita itu menatapku. Kontan aku terkejut dan buru-buru bersembunyi dibalik rok milik Mama.

Page 9: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

9

“Iya. Namanya Elisa. Panggil saja Lisa ” Mama menarik lenganku. Aku menengadah menatap tante Anisa. Kuraih dan kucium punggung tangannya. Seketika mataku beradu pandang dengannya. Seorang anak laki-laki yang sejak tadi berdiri tak bersuara disamping tante Anisa. Tante ini nampaknya peka sekali.

“Wah anaknya ganteng ya bu. Namanya siapa?” tanya Mama menunduk menjabat tangan anak laki-laki itu.

“Rafael.” Ucapnya singkat. Anak itu terlihat malu-malu.

“Rafael dan Elisa harus berteman ya.” Kata Mama menatap kami.

Kutatap anak laki-laki itu. Dia punya tipikal wajah timur tengah, mungkin ia belasteran Arab. Aku juga tak mau kalah, aku pun blasteran timur tengah. Ibuku dari jawa timur dan ayahku dari jawa tengah. Hahahaha! Kulihat wajahnya terlihat murung, karena itu aku tersenyum lebar, memamerkan gigiku yang ompong kehitaman. Dilihatnya wajahku, mungkin saat itu ia berfikir aku seperti anak bodoh. Tapi aku tidak begitu peduli pandangan Rafael terhadapku. Aku menyukainya. Waktu itu aku masih kanak-kanak.

Inilah kisahku…

***

Page 10: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

10

**** Persahabatan kita ****

Cinta adalah emosi yang dialami oleh banyak orang tapi hanya dinikmati oleh sedikit orang saja – George Jean Nathan

***

7 Tahun berlalu…

Namaku Elisa Nabilah. Namun orang-orang disekitarku memanggilku Lisa mungkin biar lebih gampang kali ya. Bulan depan gue genap 14 tahun. Aku adalah tipe cewek yang lumayan ceroboh. Wajah, ya lumayan cantik hahahaha!

“El! Buruan jalan.” Teriak seorang cowok depan rumah. Itu Rafael, tetangga sebelah sekaligus sahabatku. Pemuda berkacamata, dengan tubuh tinggi atletis dilengkapi wajah tampan, Alis hitam tebal, bibir tipis, kulit putih, cerdas tapi nyebelin dan suka usil. Belum lagi kerjaannya yang sering menoyor bahkan tak segan menjitak kepalaku hingga membuatku berteriak kesal.

“Sabar dong! Elo nih nggak bisa ya ngeliat gue santai dikit. Baru jam 6 tau nggak! Disekolah paling baru ada pak satpam,” Ku ikat tali sepatu kets dan mengambil ransel yang terletak diatas meja. “Ma! Lisa berangkat dulu!” teriakku pada Mama yang sedang menggunting tanaman kesayangannya.

Page 11: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

11

“Hati-hati sayang.” Ucapnya lembut. “Oya botol obatnya udah dibawa kan?”

Aku memutar bola mata ke arah Mama. “Iya vitaminnya udah aku bawa ma.” Kataku dengan suara keras. Mama pun tersenyum kalem.

“Lisa! Buruan deh!” Rafael mulai tak sabar. Aku heran melihat makhluk yang satu ini, dari dulu sampai sekarang, dari jaman SD hingga SMP, penyakit tidak sabarannya tak pernah sembuh. Aku pun mempercepat langkah menghampirinya yang berdiri dengan wajah kusut.

“Muka lo tuh ya, lecek banget. Kek duit seribuannya penjual sayur tau nggak.” Aku bergurau sambil menarik hidungnya yang mancung. Rafael menatapku dengan tatapan gusarnya. Ia diam. Kami pun berjalan kaki menuju sekolah yang jaraknya sekitar 600 meter dari kompleks. Karena itu kami berangkat pukul 6 pagi, jadi bisa sampai sekitar pukul 7.30.

Seragam putih-biru tua nampak memenuhi SMP Nusantara tempat kami bersekolah. Kini aku dan Rafael duduk di bangku kelas dua. Aku dan Rafael tidak sekelas sehingga kami berpisah di koridor. Rafael berjalan menuju kelas 2 B sementara kulangkahkan kakiku menuju kelas 2 F. Baru beberapa teman yang datang.

“Hai, pagi El.” Suara itu membuat ku terperanjat. Ku putar tubuhku menatap pemuda yang barusan menyapaku. Reza namanya. Teman sekelasku, dulu kami satu sekolah kala SD, tapi tidak sekelas. Aku dan Rafael dikelas A, sedangkan Reza dikelas B. dan aku sudah menyukainya dari dulu.

“Pa…pagi Za.” Balasku sedikit gugup. Entah mengapa setiap berbicara dengannya, atau sekedar saling tatap, jantung ini sama sekali tak bisa diajak kompromi. Rasanya seperti habis berlari puluhan meter. Deg-degan bercampur grogi.

Page 12: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

12

“Lo udah ngerjain PR bahasa indonesia dari Pak Budi belom?” tanyanya memecah kebekuan.

“Eh? PR? Emang ada ya?” aku menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

“Adalah! Yang unsur instrinsik cerpen.” Ucap pemuda itu memperlihatkan LKSnya.

“Ya elah! Gue lupa Za.” Aku mengeluh panjang. Mana Bahasa indonesia di jam pertama lagi, aku menggerutu, menyesali kebodohanku.

“Nih, lo liat punya gue aja, asal kata-katanya diubah dikit biar nggak persis.” Ya ampun sosok Reza nampak seperti memiliki cincin bercahaya diatas kepalanya lengkap dengan sayap putih. Udah ganteng, pinter, baik hati banget mau meminjamkan bukunya untuk aku contek.

“Serius nih? Aduh makasih banyak ya Za,” Aku bersorak dan segera melarik LKS punya Reza untuk kusalin di LKS milikku. Reza mengikutiku dan mengambil tempat didekatku. Sebenarnya aku sangat senang tapi rasanya jantungku malah berdetak semakin kencang. Aku jadi grogi dan tidak bisa berkonsentrasi dalam mencontek. “Duh gue bener-bener lupa kalo ada PR.” Gumamku pada diri sendiri.

“Udah nggak apa-apa, namanya juga manusia.” Ucap Reza bijak. Aku menatapnya sekilas, jadi malu kala tahu Reza mendengarkan ocehanku. Reza tersenyum manis membuat hatiku seperti meleleh. Ku kerjakan cepat-cepat karena bel tanda masuk sudah akan berdering. Untungnya dengan kecepatan menulis aku berhasil menyelesaikan 12 nomor di LKS sebelum pak Budi datang. Aku pun berterimakasih pada Reza yang sudah rela LKSnya jadi sasaran pelampiasan kecerobohanku. Tapi yang penting aku tidak kena marah. Setelah pelajaran Bahasa indonesia, ada pelajaran IPA.

Page 13: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

13

Barulah sehabis itu bel yang dinanti-nantikan tiba, bel istirahat. Aku dan teman-teman segera meluncur menuju kantin. Di depan pintu, kulihat Rafael seperti biasa sudah menungguku. Tampangnya yang tak sabaran ditambah dahi berkerut jelas membuatku ingin mencubit pipinya.

“Lama lo.” Keluhnya.

“Sabar dikit napa.” Aku tak tahan dan kutarik pipinya.

“Sakit bego!” Rafael menjitak kepalaku. Sakit! Terasa ngilu cenat-cenut.

“Dasar Rafael!!!” teriakku mengejarnya. Aku pun berhasil menarik dasinya hingga ia memelas.

“Gue traktir roti deh.” Pintanya dengan memamerkan deretan gigi putihnya.

“Dua ya.”

“Enak aja. Satu lah.” Rafael menggerutu. Setelah membeli roti dan minuman kami menuju taman sekolah yang terhampar luas. Teduh nan hijau menyelimuti taman yang ditumbuhi rerumputan bak karpet dilapangan bola. Kami duduk bersila diatas empuknya rerumputan. Kami sudah lama bersahabat karena itu sejak kecil aku dan Rafael selalu menghabiskan istirahat siang bersama-sama.

“Eh tau nggak Raf, tadi tuh Reza nyapa gue.” Ucapku sembari mengunyah roti cokelat.

“Terus?”

“Terus kan gue lupa ada PR bahasa indonesia, eh Reza baek banget mau minjemin LKSnya, dia nemenin gue lagi pas nyotek punyanya.”

Page 14: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

14

“Idihhhh nyontek kok bangga.” Ejeknya.

“Yeee! Bukan nyonteknya yang gue banggain, tapi Reza nemenin gue loh. Haaahhh seneng banget deh gue.” Aku jadi malu sendiri.

“Kayaknya sih Reza suka sama lo.”

“Heh? Serius Raf? lo yakin? Berapa persen keyakinan lo.”

“Hmmm sekitar 50% lah kemungkinannya.”

“Yaaah dikit banget Raf.”

“Ya lo tembak aja Reza-nya, kalo lo diterima, berarti dia naksir sama lo.”

“Ahhh lo nih nggak asik. Masak gue sih yang nembak. Gengsi ah!”

“Lo suka kan sama Reza?”

“Ya iyalah, cewek mana coba yang nggak suka sama dia.” Aku menatap langit sambil membayangkan wajah tampan Reza. Rambutnya yang cepak dengan alis yang terang, bibir tipis, kulit putih, tatapan matanya yang tajam tapi sinarnya lembut. Belum lagi badannya tinggi, atletis, terus wangi. Hahhh suaranya juga lembuuttt banget!

“Hoi! Ngelamunin jorok ya lo!” teriak Rafael ditelinga kananku. Kontan aku melotot kearahnya.

“Enak aja lo! Gue cuma ngebayangin kalo Reza nembak gue. Hummm… kapan yaaa..”

“Tapi kalo misalkan Reza beneran suka sama lo, berarti Reza mesti buru-buru periksa kedokter deh.”

Page 15: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

15

“Heh? maksudnya?”

“Ya kok mau-maunya dia suka sama lo.”

“Ih apaan sih!” aku merajuk.

“Lo kan cowok.” Ucap Rafael dengan tatapan tajam.

“Enak aja lo! Amit-amit deh. Di mata lo gue mungkin kayak cowok. Tapi gue ini 100% cewek tulen. Lagian lo nih katarak ya? Liat gue baik-baik dong, gue kan cantik.” Ku pegang kedua pipinya dengan kedua belah tanganku agar mata kami saling berpandangan.

“Cewek? Cantik? Heh, cewek cantik mana coba yang waktu kecil maen kesawah, pergi pagi pulang magrib cuma buat nyari kecebong. Mending nyari duit, lah ini kecebong.” Glek! aku mengerutkan kening, perasaan mulai tak enak. “Terus tiap hari minggu turun kecomberan buat nangkep ikan kecil, ato main kelereng sama anak cowok sekompleks, ato yang berantem sama temen cowok gara-gara rebutan sepeda. Ato yang waktu itu…” kubungkam mulut Rafael dengan cepat.

“iiih Rafael! Masa lalu nggak usah diungkit. Kalo ada cowok kece yang denger gimana?” aku menoleh ke kiri dan ke kanan dengan wajah cemas. “nilai pasaran gue bisa turun tauk!” Rafael malah menertawakanku. Aish nyebelin banget.

“inget nggak waktu dulu kita kelas 2 SD mandi-mandi disumur bareng temen cowok sekelas dan cuma lo satu-satunya cewek.”

“Rafael! Ih nyebelin deh.” Kucubit bahunya karena kesal. Nggak tau apa kalo itu aib banget. Aishhh kalo ada yang denger, derajatku bisa turun dimata cowok apa lagi di mata Reza. Kalo dimata Rafael sih aku nggak peduli. “kan itu dulu Raf, waktu masih kecil. Lagian kan lo juga gara-garanya.”

Page 16: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

16

“Ya siapa suruh lo mau ngikutin gaya main gue?”

“Kan lo tau, dulu di kompleks kita gue mana punya temen maen cewek.”

“Hahahahah!!! Makannya nggak usah bilang kalo lo cantik.” Rafael kembali menertawakanku.

“Lo tuh ya bener-bener deh tiap hari cuma bisa bikin gue kesel.” Aku merajuk. “Bantuin gue mikir dong, gimana gitu biar gue bisa ada hubungan kolaborasi percintaan sama Reza.”

“Ya elah, gaya banget bahasa lo. Bilang aja mau jadian.” Ledek Rafael menoyor kepalaku. “Gue kasi tau ya, mending elo nulis surat, terus lo kasi ke Reza.”

“surat cinta maksudnya?”

“Surat wasiat!” nada Rafael terdengar jengkel.

“Ihh apaan sih.” Aku malah merajuk manja sambil memukul bahunya. “gue kan nggak punya pengalaman nulis surat-surat gituan. Emangnya elo, tiap hari nulis surat tapi nggak berani ngirim ke orangnya. Giliran tuh cewek udah ama yang laen aja, gue yang jadi sasarannya.”

“Eh jangan bawa-bawa gue ya.” Rafael cemberut.

“Siapa suruh kalo curhat sama gue, galau melulu, elo bilangnya ditolak mulu. Sekali-kali kek lo ngasih kabar gembira. Masak tiap nembak cewek lo ditolak mulu. Perasaan elo nggak jelek-jelek amat.” Ucapku menepuk kedua pipi Rafael. Mata kami saling beradu pandang

“Udah ah nggak lucu.” Rafael menepis tanganku. “Kan ini kasus elo, masak jadi gue yang diledekin sih. Lagian mana

Page 17: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

17

gue tau kenapa tuh cewek-cewek nolak gue. Lo comblangin gue dong.” Pinta Rafael.

“Ama siapa Raf? emang ada yang mau sama orang resek kayak elo?”

“Ah elo nih gitu amat sama gue. Lo udah pernah pacaran 3 kali, nih gue jomblo abadi, nggak pernah pacaran sekalipun. Masak lo nggak kasian sama gue.”

“Iya deh ntar gue cariin cewek. Yang mau sama elo.”

“Gitu dong, baru sahabat gue!” Rafael mengacak-acak poniku dengan lembut. Alhasil rambutku jadi berantakan.

“Tapi nanti, kalo gue udah jadian sama Reza.”

“Hah! Tuh kan lo PHP deh. Pemberi harapan palsu.”

“Yeee sabar bos.” Aku menyenggolnya. Aku geleng-geleng kepala melihat tingkah manja sahabatku ini. Untuk beberapa saat kami kembali terdiam. Aku pun mengambil botol obat kecil dari saku bajuku.

“Masih minum vitamin itu juga?” tanya Rafael menatapku.

“Iya lah, Mama bilang mesti minum tiga kali sehari.” Kataku tenang. Aku pun menenggaknya satu persatu.

“Itu buat apaan sih?” kali ini aku mengerutkan kening, bukannya sudah ku katakan ini vitamin, kenapa kali ini dia bertanya lagi.

“Kan gue bilang vitamin.”

“Ah masak!”

Page 18: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

18

“Mau coba nggak?” Rafael malah memandangku dengan tatapan aneh.

“Emang vitamin apaan sebanyak itu.” Tunjuknya pada 5 butir pil berbagai warna dan bentuk vitamin yang kumasukkan kedalam mulutku. “Gue tau deh, yang tablet putih itu obat biar sakit gila lo nggak kambuh, yang kuning bulet, biar wajah lo nggak berubah jadi orang jelek, yang tablet merah vitamin supaya lo bisa ngomong normal, yang bulet putih itu obat anti stress terus yang ijo itu tablet biar lo nggak hilang ingatan, yakan?”

“Iiih Rafael! Tega banget sih lo. Gue ini manusia. Enak aja lo ngomong gitu.” Hish nih anak asli bikin emosi.

“Eh bagi roti dong!” Rafael merampas roti cokelat yang berada diatas pangkuanku. Sifat jahilnya kumat lagi nih.

“Eh itu punya gue Raf!”

“Kan yang itu belom abis El!” tunjuknya pada roti yang masih setengah belum kuhabiskan. Ya iyalah dari tadi kan aku ngebayangin Reza melulu. Tapi kan tetap saja aku tak rela roti cokelat kesayanganku diambilnya.

“Gue balik kekelas deh.” Ucapnya hendak kabur.

“Raf balikin punya gue dulu!!!”

“Buat gue aja.”

“Enak aja! Nggak mau Raf,” aku berlari mengejarnya. Nafasku sampai kembang kempis mengejar Rafael yang larinya super kencang. Sama sekali tak kulihat penampakannya lagi. Aku pun pasrah dengan hati mendongkol. Dasar ya tuh anak.

Page 19: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

19

***

Matahari yang berada diatas kepala mulai bergerak pelan condong kearah barat. Pukul 1 siang, siswa SMP Nusantara mulai membubarkan diri. Pulang kerumah masing-masing. Begitupun aku yang harus berjuang dibawah terik siang, berjalan kaki, sendirian pula. Rafael ada tugas kelompok makanya aku pun berjalan pulang sendirian. aku pun mempercepat langkah. Begitu sampai dirumah aku berjalan menuju kamar, menyalakan kipas angin dan berbaring diatas ranjang lalu tertidur. Aku terbangun ketika kurasakan perutku keroncongan. Aku melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 3 sore. Selepas bertukar pakaian, aku berjalan turun menuju dapur. Jam segini Mama yang berkerja sebagai pemilik toko pakaian pasti belum pulang. Sementara papa, papa ku sudah meninggal ketika aku kecil waktu usiaku 4 tahun. Beliau meninggal karena penyakit kanker darah. karena beliau pergi diusiaku yang masih sangat kecil, aku tidak punya ingatan yang spesifik tentang papa. Aku hanya mengenalnya dari foto dan cerita Mama. Meskipun aku tidak begitu mengenalnya, aku sangat menyayanginya juga mengaguminya.

Dirumah ini, aku hanya tinggal berdua dengan Mama. Mama adalah wanita yang sangat cantik, sabar dan pintar memasak. Karena itu aku selalu bahagia walau cuma berdua sama Mama. Aku berjalan kedapur dan mengambil makanan. Dengan sepiring penuh berisi nasi dan lauk aku berjalan keluar rumah. Tak sampai semenit, aku sudah beriri didepan rumah seseorang. Ting Tong!!! Bel rumah itu kubunyikan. Lama ku menunggu, ku pencet bel itu berkali kali hingga muncullah sesosok kepala dari daun pintu yang terbuka.

“Apaan?” tanya dengan wajah jutek.

Page 20: I Heart Younulisbuku.com/books/download/samples/ca1b0da748e6dabd6b2111… · ketapang yang tumbuh meninggi, meneduhkanku dari teriknya pukul 1 siang ini. Kupasang ... Membaca novel

20

“Baru bangun tidur Raf?” aku cengengesan menatap wajah bangun tidur milik Rafael.

“Ganggu banget lo.” Keluhnya mengucek ujung mata kirinya. Aku pun tersenyum sambil menyelonong masuk. Rumah Rafael luasnya sama dengan rumahku. Rafael yang merupakan anak tunggal, tinggal sendiri dirumahnya karena papa dan Mamanya bekerja di Bandung. Mereka memiliki perkebunan teh disana. Aku sudah biasa datang kerumah Rafael, bahkan sekali-kali menginap kalau ada tugas yang tidak bisa kukerjakan. Rafael punya otak yang cemerlang jadi aku selalu meminta tolong kalau ada kesulitan pelajaran. Lumayan laaah.

“Kan lo tau sendiri, gue nggak bisa makan kalo sendirian.” aku duduk dimeja makan sementara Rafael mengambil botol air es dikulkas. Lantas pemuda itu duduk didepanku, ia merapatkan tubuhnya pada permukaan meja dan bertumpu pada kedua lengannya. Kulihat ia meletakkan kepalanya diatas lengannya sambil menutup kedua bola matanya.

“Raf, jangan tidur dong. Nggak asik ih.” Aku mengetuk-ngetuk meja dengan ujung sendok.

“Apa sih El? Gue ngantuk ah.” Keluhnya tak membuka mata.

“Raf, abis ini bantuin gue bikin surat ya.”

“Surat apaan?”

“Surat buat Reza lah.”

“Males ah.”

“ih Rafael!!!”

“Males.”