Upload
phunghanh
View
225
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
iii
IbM Kerajinan “Tenun Songket”
Ringkasan Eksekutif
Salah satu sentral kerajinan “Tenun Songket” di kabupaten Buleleng Bali adalah
desa Jinengdalem. Desa Jinengdalem termasuk kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng,
Propinsi Bali. Pengerajin “Tenun Songket” Jinengdalem sebagai mitra IbM menghadapi
beberapa permasalahan, yaitu dalam bidang produksi, dan dalam bidang manejemen
usaha. Dalam bidang produksi permasalahan mitra, yaitu bidang peralatan tenun, bahan
baku tenun songket, dan desain variasi motif dan cinderamata tenun songket. Dalam
bidang manejemen usaha, permasalahan yang dihadapi, yaitu pengerajin/mitra tidak
memiliki manajemen usaha yang jelas. Pengerajin/mitra tidak memiliki pembukuan,
sehingga mereka tidak mengetahui apakah usahanya dalam keadaan untung atau rugi.
Pengerajin/mitra tidak pernah melakukan promosi terhadap produk yang mereka
hasilkan, baik di media cetak maupun media elektronik.
Tujuan IbM kerajinan “tenun songket” desa Jinengdalem ini adalah untuk
mengembangkan kelompok pengerajin “tenun songket” mandiri dan memberdayakan
potensi perekonomian lokal. Pengembangan ini menyangkut bidang produksi dan bidang
managemen usaha. Pada bidang produksi dikembangkan peralatan, bahan baku, tenun
songket, variasi desain dan cinderamata tenun songket. Pada bidang manajemen
dikembangkan manejemen usaha kecil, pembukuan, pemasaran “tenun songket” via
internet.
Metode Pelaksanaan IbM dalam bidang produksi yaitu perancangan dan
modifikasi alat tenun dan perangkat pendukung, pengandaan bahan baku, pelatihan
produk variasi motif dan cinderamata “tenun songket”. Dalam bidang manajemen usaha
dilakukan pelatihan manajemen usaha, pelatihan pembukuan usaha, pembuatan website
atau ecommerce sebagai media promosi dan toko online, dan pelatihan pemasaran
berbasis internet.
Hasil Pelaksanaan Program IbM sebagai berikut. Pada bidang produksi dilakukan
pengadaan perancangan dan modifikasi alat tenun“cagcag”, “paninjin” dan “dengkrek”.
Pengadaan bahan baku pokok benang songket dasar maupun yang berwarna. Hasil
pelatihan produksi dasar kerajinan tenun songket yaitu tenun songket dasar aneka ukuran.
Hasil pelatihan variasi desain produk, yaitu variasi tenun “songket” sesuai perkembangan
pasar seperti motif cangkir-cangkiran, motif ancak beringin, motif caplokan mawar dan
motif pinggiran merak “ dan cindra mata tas songket aneka model. Hasil pelatihan
manajemen usaha yaitu peserta pengerajin tenun songket telah memiliki kemampuan
manajemen usaha, pembukuan bidang yang jelas, dan pengerajin telah memiliki website
dengan alamat http://galerisongketjinengdalem.com. Hasil pelatihan penggunaan internet
dalam pemasaran kerajinan Tenun Songket, yaitu para peserta pengerajin, dapat
memahami proses promosi dan pemasaran via internet sebagai media promosi dan
pemasaran. Pengerajin/mitra bisa menggunbakan website sebagai “user” dan
“administrator” dalam pemasaran produk pemasaran global.
Kata kunci: kerajinan tenun songket, ecommerce.
iv
Prakata
Puji Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena berkat Rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan P2M IbM
Kerajinan “Tenun Songket”.
Dalam perjalanan selama pelaksanaan program P2M dalam bentuk IbM Kerajinan
“Tenun Songket”, atas bantuan berbagai pihak, kegiatan ini banyak mengalami
penyempurnaan. Proses pelaksanaan program IbM ini telah dilakukan secara maksimal,
namun, kami masih merasakan bahwa kegiatan program IbM ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang argumentatif dan konstruktif dari
berbagai fihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pengalaman kami dalam
rangka pelaksanaan IbM berikutnya.
Selama mengerjakan kegiatan program IbM ini, kami banyak mendapat bantuan
dan dorongan baik moral maupun spiritual dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka dalam kesempatan ini, kami menyampaikan rasa terimakasih, rasa hormat,
dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat :
1. Direktur Dit. Litabas Ditjen Dikti, atas bantuan dana yang disediakan untuk
pelaksanaan program IbM Kerajinan “Tenun Songket” ini.
2. Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPM) Undiksha atas izin
dukungan moral dan finansial selama perjalanan program IbM ini.
3. Kepala Desa Jineng Dalem yang telah bekerjasama atas pelaksanaan IbM ini
4. Bapak/Ibu peserta kegiatan program IbM Kerajinan “Tenun Songket” yang
telah tekun dan anotosias dalam persiapan, pelaksanaan, dan monitoring
kegiatan IbM ini.
5. Pihak-pihak lain yang telah membantu dan memberikan dorongan moral dan
financial dalam penelitian ini.
Semoga semua perhatian, dorongan, bimbingan, amal, sapaan, dan pengorbanan
semua fihak yang telah diberikan kepada kami dalam kegiatan IbM Kerajinan “Tenun
Songket” ini, memperoleh karunia dari Ida Hyang Widhi Wasa. Semoga IbM ini
bermanfaat.
Singaraja, 08 Nopember 2014
Tim Pelaksana
v
Daftar Isi
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN …………………………..…………………………......................... ii
RINGKASAN ........................................................................................................ iii
PRAKATA ................. …………………………..…………………………………......................... iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………… v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................ ……………….….... .......... 1
1.1 Analisis Situasi. ………………..............…................... ..................... 1
1.2 Permasalahan Mitra .....……………….….. ……………….…... ............. 5
BAB II TARGET LUARAN ……….…..……………….…............................................. 7
BAB III METODE PELAKSANAAN …................................. …………………………. 8
3.1 Solusi yang ditawarkan .....................…........…………….….…........ 8
3.2 Rencana dan Pelaksanaan Program IbM …......…………….….. ...... 9
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ………………………………………………… 11
4.1 Perguruan Tinggi Pelaksana IbM ……………………………………………. 11
4.2 Orgnisasi Tim Pelaksana Program IbM …………………………………… 14
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN….….....….. …...…………….…......................... 17
5.1 Hasil Kegiatan P2M ...............................……..…….….................... 17
5.1.1 Kelompok Pengerajin “Tenun Songket”……………………… 17
5.1.2 Penjajagan Lokasi dan Penggalian Masalah Kerajinan.... 17
5.1.3 Pengadaan Alat dan Bahan Kerajinan”Tenun Songket”… 18
5.1.4 Pelatihan Pembuatan Kerajinan “Tenun Songket”…........ 19
5.1.5 Hasil Pelatihan Kerajinan Songket dan pengembangan Desain Produk cindramata ............................................
22
5.1.6 Pengembangan Pembuatan Cindramata Tenun songket berbagai corak............................. ...................................
22
5.1.7 Pelatihan Manejemen usaha dan Pembukuan ................ 22
5.1.8 Pelatihan Pemanfaatan internet sebagai media sosialisasi dan Pemasaran Global ............................. .....
23
5.2 Pembahasan ………………………………………………………………………… 27
vi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................ ……..….….......................... 29
6.1 Kesimpulan ………..…….….. ......................................................... 29
6.2 Saran-saran................................................................ ……………. 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 31
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 32
vii
Daftar Gambar
Gambar
No Keterangan Gambar Halaman
5.1 Aneka Jenis benang dan warna benang songket ................... 18
5.2 Alat-alat untuk pembuatan Tenun Sogket …………………. 18
5.3 Acara Pembukaan Pelatihan Tenun Songket........………… 19
5.4 Proses pembuatan tenun songket………………………. ..... 21
5.5 Rancangan web Tenun Songket ………………………………………. 26
viii
Daftar Lampiran-lampiran
NOMOR LAMPIRAN
NAMA LAMPIRAN Halaman
01 Kelompok Pengerajin Tenun Songket Jineng Dalem ......... 32
02 Rapat Tim IbM dan Pengerajin Tenuin Songket ………… 33
03 Pelatihan dan Pemantauan Pembuatan Tenun Songket ...... 34
04 Hasil Produk Tenun songket ................ .............................. 35
05 Variasi “Tenun Songket dan cindramata” ………………. 36
06 Variasi “Tenun Songket Berbagai Motif” ………………. 37
07 Kegiatan P2M Diskusi Manajemen Usaha untuk
Tenun Songket ……………………………….. 38
08 Kegiatan P2M Diskusi Pembukuan untuk Tenun
Songket ........................................................ ................... 39
09 Kegiatan Pelatihan PemasaranTenun Songket via
internet ............................................................................ 40
10 Koesioner Sikap dan Pendapat Peserta IbM
Tenun Songket ………………………………… 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Desa Jineng Dalem adalah sebuah desa di Kecamatan Buleleng kabupaten
Buleleng, Propinsi Bali, yang terletak di daerah pedesaan. Desa Jineng Dalem berjarak 7
km dari kota Singaraja (ibu kota) kabupaten Buleleng. Desa Jineng Dalem ini berada pada
ketinggian 75 m di atas permukaan laut, berbatasan dengan desa Penarukan di sebelah
utara, desa Sinabun di sebelah Timur, desa Alasangker di sebelah Selatan, dan desa
Penglatan di sebelah barat (Profil desa Jineng Dalem, 2011). Dari pengamatan sepintas
Desa Jineng Dalem, seperti desa-desa yang lain sekitarnya sepertinya pusat perkebunan.
Dikatakan demikian karena yang teramati sebagian besar pohon-pohon tanaman keras
seperti cengkeh, kopi, mangga dan lain-lain. Namun, di samping perkebunan, ternyata
Desa Jineng Dalem merupakan pusat berbagai kerajinan seperti Songket beraneka kreasi,
yang merupakan “ciri khas yang unik” dan sekaligus kerajinan andalan Desa Jineng
Dalem.
Informasi yang diperoleh dari Kepala Desa Jineng Dalem, bahwa jumlah
penduduknya 4626 jiwa. Sebagian besar masyarakatnya terutama ibu-ibu rumah tangga
sebagai pengerajin “tenun songket”, namun belum bisa optimal, hanya sebatas bisa. Ibu-
ibu tersebut belajar pada tetangga yang punya alat penenun yang dikenal dengan “cagcag”
dan ala-alat perangkat tenun songket minjam pada tetangga atau pengusaha. Kebanyakan
dari mereka mengerjakan secara sendiri-sendiri di rumah masing-masing sesuai dengan
order yang diterima dari pengepul. Bahkan mayarakat yang pengerajin, ada sama sekali
bukan untuk dijual, hanya sebatas bisa untuk kepentingan sendiri. Barang yang dihasilkan
diserahkan kepada pengepul dengan harga yang bervariasi sesuai dengan ukuran dan
kualitas produk yang dihasilkan. Bagi yang menekuni untuk memperoleh biaya tambahan,
tidak berkelanjutan karena pengempul hanya sewaktu-waktu saja datangnya. pengetahuan
dan keterampilan pengerajin untuk melakukan diversifikasi produk. Produk yang
sementara dapat diproduksi oleh masyarakat masih berupa kain tenun lembaran. Beberapa
pengerajin sudah pernah melakukan pelatihan pembuatan aneka produk berbahan kain
tenun Jineng Dalem, tapi masalah muncul terkait dengan pembuatan motif yang lebih
modern agar dapat memadukan dengan varian bentuk produknya.
2
Sejak dahulu, di desa Jineng Dalem Kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng telah
berdiri Kelompok-kelompok Pengerajin “tenun songket”, jumlah anggotanya berkisar 10
hingga 30 orang.
Kelompok pengerajin ini dipimpin oleh seorang pengepul dan pengekspor produk
kerajinan „’tenun songket“ beberapa tahun lalu. Pendirian kelompok ini dimaksudkan
agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat di antara para pengerajin terutama dalam hal
penetapan harga produk. Dengan adanya kelompok ini, harga dapat ditetapkan oleh
kelompok dan proses pengadaan bahan maupun proses penjualan produk dapat dilakukan
secara kelompok. diperlukan ketekunan, keuletan, dan kesabaran. Kalau dilakukan
terburu-buru hasilnya tidak bagus. Waktu yang dibutuhkan untuk menenun satu songket
biasanya satu bulan, paling cepat kalau dikerjakan sampai malam bisa sampai dua minggu.
Kain songket merupakan mahkota seni penenunan yang bernilai tinggi. Teknik
pembuatannya memerlukan kecermatan tinggi. Benang lungsi sutera dimasukkan melalui
sisir tenun dan hendle utama pada rangkaian kain yang membentuk pola simetris dan diisi
oleh benang sutra dan benang emas.
Bahan baku kain songket ini adalah berbagai jenis benang, seperti benang kapas
atau dari bahan benang sutera. Untuk membuat kain songket yang bagus digunakan bahan
baku benang sutera berwarna putih yang diimpor dari India, Cina atau Thailand. Sebelum
ditenun, bahan baku diberi warna dengan jalan dicelup dengan warna yang dikehendaki.
Warna dominan dari tenun songket ini, merah. Namun, saat ini penenun sudah
menggunakan berbagai warna, yaitu warna yang biasa digunakan untuk tekstil.
Jenis produk kerajinan songket yang dihasilkan oleh kelompok maupun
masyarakat di Desa Jineng Dalem masih terbatas pada kain songket dengan beberapa
desain., dengan gaya pokok dekoratif dan gaya latar belakang adalah gaya naturalis
(Monografi Desa Jineng Dalem, 2011).
Produk kerajinan “tenun songket” banyak diminati para seniman karena keunikan
kerajinan songket ini. Keunikannya yang terletak pada unsur kepribadian Jineng Dalem
Buleleng gaya naturalistiknya. Kerajinan Tenun Songket tidak saja diminati oleh para
seniman, tetapi juga diminati oleh para kolektor seni baik dari dalam Negeri maupun dari
manca negara. Banyak para pengerajin Tenun Songket menerima pesanan khusus untuk
cindra mata. Bahkan kerajinan songket yang sangat unik pembuatannya membutuhkan
waktu sampai beberapa minggu bahkan lebih dari satu bulan dengan nilai jual berkisar Rp
2.000.000 sampai mencapai Rp 4.000.000 (empat juta rupiah). Produk ini banyak
digunakan sebagai sarana uapacara keagamaan, acara-acara pernikahan, acara peringatan
3
hari-hari besar Nasional, hiasan gapura, untuk alat-alat upacara, untuk hiasan meja tamu,
untuk hiasan tempat-tempat sidang, pertemuan, seminar, untuk cindra mata, dan
sebagainya. Produk ini telah dipamerkan di hotel-hotel, Galeri-galeri, museum-museum
baik di dalam maupun di luar negeri.
Dari sejumlah kelompok pengerajin Tenun Songket, ada dua kelompok pengerajin
yang menjadi pusat perhatian dari kelompok IbM Undiksha. Masing-masing kelompok
terdiri dari 1-3 orang pengerajin. Ke dua kelompok pengerajin ini masih dalam satu
keluarga besar Jineng Dalem yang meneruskan pekerjaan dan bakat dari nenek moyang
mereka. Kelompok pengerajin ini bernaung pada pengepul-pengepul. Di antara pengerajin
satu dengan pengerajin lainnya memiliki ciri-ciri produk dan ketokohan yang berbeda.
Sebagai contoh, pengerajin Kelompok satu (Komang Budiastini, Ketut Sumini),dan
kelompok dua (Luh Subudi, Ketut Sumansih, dan Wayan Jati). Dari segi pengerajin
”Tenun Songket”, ada sejumlah pengerajin yang bekerja asal ada pesanan dan kerjanya tak
tentu. Di lain fihak ada kelompok pengerajin yang relatif permanen dan menekuni
kegiatan ini.
Ke dua kelompok pengerajin yang mencakup kerajinan “Tenun Songket”
menghadapi masalah yang hampir sama, baik dalam bidang produksi, manajemen,
maupun pemasaran. Dalam bidang produksi, untuk kerajinan “Tenun Songket”
permasalahannya adalah belum tersedianya sarana perangkat tenun songket “cagcag”
yang memadai, roda pemutar, aneka corak songket, dan aneka produk desain sesuai
pesanan pasar. Dalam bidang manajemen, keempat pengerajin tidak memiliki pembukuan,
sehingga produk-produk yang dihasilkan tidak memiliki spesifikasi. Demikian juga,
manajemen keuangannya tidak jelas. Dalam bidang pemasaran, kedua kelompok
pengerajin jarang diikutsertakan dalam pameran. Lebih-lebih kerajinan ”Tenun Songket
Jineng dalem yang unik” belum sama sekali pernah pameran. Penjualan produknya
sangat tergantung dari pesanan, baik lokal maupun asing. Pesanan asing biasanya melalui
perantara atau pengepul, sehingga harga sangat ditentukan oleh pengepul. Pengerajin ini
sangat bergantung kepada pengepul. Dalam keadaan normal, pengerajin “tenun songket
Jineng Dalem” rata-rata penghasilannya 500 ribu hingga satu juta rupiah setiap bulan. Para
pengerajin ini tidak pernah melakukan promosi tentang hasil karya mereka. Hal ini
dipandang perlu mendapat perhatian untuk kelangsungan usaha mereka.
Para pengerajintenun songket ini sebenarnya ingin mengembangkan usahanya namun
mereka banyak kendala yang dihadapi. Masalah utama dalam bidang produksi kain
songket adalah berkaitan dengan peralatan tenun songket yang standar yang dikenal
4
dengan “cagcag”. Para pengerajin menggunakan peralatan tenun songket (“cagcag”)
seadanya, kadang-kadang “ngadat” saat digunakan, diservis dulu biar baik lagi. Kondisi
menenun seperti ini sering menimbulkan hasil yang kurang optimal seperti menenun perlu
ekstra hati-hati, kondisi kerja pengerajin kurang nyaman. Kondisi kerja pengerajin yang
kurang nyaman ini dapat mengganggu produksi kerajinan. Dengan peralatan “cagcag”
yang didesain khusus untuk menunu songket ini, pengerajin dapat berkonsentarsi menenun
songket dengan baik, yang akhirnya dapat bermuara pada meningkatnya kualitas tenun
songket ini. Di samping itu, alat ini memberikan kenyaman dari segi kesehatan.
Masalah mendasar lainnya yang dihadapi adalah masalah dana, biaya untuk
membeli bahan baku untuk benang songket berkisar Rp 300.000 – Rp 2.000.000. Biaya
bahan baku ini belum tersentuh oleh para pengerajin kecil ini.
Masalah lain yang dihadapi pengerajin tenun songket adalah keterbatasan pola
disain produk. Untuk memperluas kalangan konsumen, variasi desain produk dipandang
perlu mendapat perhatian. Pengerajin perlu mengembangkan wawasan terhadap aspek
pasar. Desain produk hendaknya berorientasi aspek pasar dengan tanpa meninggalkan
keunikan dari hasil karya masing-masing pengerajin. Produk yang dihasilkan oleh
keempat pengerajin ini dapat dikatakan tergolong unik, karena tampilan produk-
produknya tampak seperti naturalistik. Di lingkungan pengerajin ini terdapat rumah
peninggalan tua dengan ornamen yang masih asli, dimana setiap pengunjung yang melihat
merasa kagum terhadap warisan budaya itu. Oleh karena itu, keberadaan kerajinan tenun
songket dipandang perlu dilestarikan.
Upaya ke arah itu hendaknya berorientasi pada jaminan terhadap kesejahteraan
pengerajin. Manajemen usaha yang mengarah profesional sangat perlu diketahui oleh
pengerajin di jaman kompetisi secara global saat ini. Manajemen yang dimaksud meliputi
bidang produksi maupun bidang pemasaran.
Masalah dalam pemasaran, belum tertata dengan baik, tidak memiliki pembukuan.
Pangsa pasa pun tak tentu, hanya terbatas pada pengepul, padahal pangsa pasar sudah
mencakup para wisata maca negara. Untuk itu, dalam bidang pemasaran dipandang perlu
diupayakan ke arah pemasaran secara global melalui Internet. Lebih-lebih peminat “tenun
songket” ini banyak dari mancanegara, dan Bali sebagai daerah pariwisata. Dengan
demikian, konsumen dapat secara langsung berhubungan dengan pengerajin darimana dan
kapan saja. Hal ini akan menjamin harga yang lebih pasti diperoleh konsumen, dan
sebaliknya pihak pengerajin tidak akan dipermainkan oleh pengepul. Oleh sebab itu,
ecomerse menjadi salah satu alternatif media promosi sekaligus sebagai toko online. Jika
5
upaya ini dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan permintaan akan produk menjadi
bertambah. Hal ini sudah tentu proses produksi akan meningkat. Dengan meningkatnya
proses produksi kebutuhan akan tenaga kerja akan dapat mengurangi pengangguran di
sekitarnya. Dampak eksistensi pengerajin ini terhadap lingkungannya diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya karena ikut terlibat sebagai tenaga
kerja, dan suatu saat bisa menjadi pengerajin dengan desain yang lebih kreatif. Dampak
secara nasional diharapkan mampu menambah devisa bagi negara.
1.2 Permasalahan Mitra
Berdasarkan analisis situasi yang telah diungkapkan di atas, dan hasil diskusi
dengan para pengerajin sebagai mitra kegiatan, maka permasalahan mitra yang perlu
memperoleh perhatian dan penanganan adalah sebagai berikut.
(1) Dalam bidang produksi, permasalahan mitra paling mendesak, antara lain:
Alat Tenun Songket Standar “Cagcag”
Sarana penunjang utama dalam melukis adalah tersedianya “cagcag” tenun
songket yang memadai. Selama ini, para pengerajin “songket tenun” menggunakan
“cagcag” seadanya, yang merupakan warisan cagcag dari nenek moyang. Kondisi
“cagcag” seperti ini sering menimbulkan hasil yang kurang optimal seperti
menenun “songket” perlu ekstra hati-hati, posisi duduk yang kurang nyaman.
Posisi duduk yang bagus ini dapat mengganggu kesehatan. Dengan alat tenun
“cagcag” yang standar didesain khusus untuk menenun songket ini, pengerajin
dapat berkonsentarsi menenun dengan baik, yang akhirnya dapat bermuara pada
meningkatnya kualitas tenunn songket ini. Di samping itu, alat ini memberikan
kenyaman dari segi kesehatan.
Jenis benang songket yang khas dan mengkilap seperti benang emas, perak, sutra
yang dimiliki oleh pengerajin masih sangat terbatas. Harga benang tenun songket
berkisar Rp 2.000.000 – Rp 2.200.000, dalam satu paket. Hal ini sangat
menghambat proses produksi. Di samping itu, variasi masih terbatas.
Variasi desain songket masih sangat minim, sehingga lingkup pasar masih terbatas.
Hal ini menyebabkan order masih sangat terbatas.
(2) Dalam bidang manajemen, permasalahan mitra adalah sebagai berikut:
Pengerajin/mitra tidak memiliki manajemen usaha yang jelas. Pengerajin/mitra
tidak memiliki pembukuan, sehingga mereka tidak mengetahui apakah usahanya
dalam keadaan untung atau rugi. Pengerajin lebih-lebih pengerajin “tenun songket”
6
lebih banyak unsur sosialnya. Menurut penuturan pengerajin tenun songket, dia
dapat mengerjakan sebuah “songket” yang paling sederhana dalam waktu dua
minggu dengan ongkos berkisar Rp 500,000. Sungguh memprihatinkan seorang
yang memiliki ketrampilan pengerajin “tenun songket” yang merupakan barang
mahal, hanya sekecil itu, jadi dapat dihitung belum ada keuntungan yang berarti.
Kalau dibandingkan dengan seorang tenaga kasar harian yang bekerja pada
bangunan mendapat ongkos Rp 45.000- Rp75.000 per hari, sungguh ironis sekali.
Untuk pengerajin songket, seorang pengerajin dapat membuat satu buah kerajinan
dalam dua minggu. Kisaran harganya sekitar Rp 500.000. Namun, kadang kala
saja, ada pemesanan songket yang relative besar sampai mencapai 4 juta rupiah.
Dalam keadaan normal, pengerajin “tenun songket” rata-rata penghasilannya 1,0
juta hingga 1,5 juta rupiah setiap bulan. Para pengerajin ini tidak pernah
melakukan promosi tentang hasil karya mereka. Hal ini dipandang perlu mendapat
perhatian untuk kelangsungan usaha mereka.
Pengerajin/mitra tidak pernah melakukan promosi terhadap produk yang mereka
hasilkan, baik di media cetak maupun media elektronik. Mereka juga tidak pernah
mengikuti atau diikutsertakan dalam pameran baik di dalam maupun di luar negeri.
Di samping itu Mitra juga belum memiliki website/ecommerce sebagai media
promosi/toko online.
7
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Target luaran dari program IbM kerajinan “tenun songket” di Desa Jineng Dalem
dikelompok dalam dua bidang, yaitu: (1) luaran bidang produksi, dan (2) luaran bidang
manajemen. Kedua bidang target luaran itu difokuskan pada permasalahan serta solusi
yang ditawarkan.
(1) Dalam bidang produksi, target luaran yang diharapkan terwujud antara lain:
Pemamfaatan alat perangkat alat tenun songket “cagcag” secara optimal sehingga
pengerajian dapat bekerja secara optimal. Di samping itu dapat meringankan
tenaga dan memberikan kenyaman dalam bekerja menenun songket.
Pemamfaatan bahan baku tenun songket seperti benang tenun songket dasar,
benang songket emas, secara optimal sehingga pengerajian dapat bekerja secara
optimal. Dalam menenun songket seuai desain yang ada.
Minimal setiap pengerajin/mitra “tenun songket” mampu mengembangkan variasi
desain 3 jenis selama program IbM, sehingga target pasar menjadi lebih luas.
Target produksi pengerajin/mitra meningkat.
(2) Dalam bidang manajemen, target luaran program IbM adalah sebagai berikut:
Setiap pengerajin/mitra memiliki manajemen usaha yang jelas. Pengerajin/mitra
memiliki pembukuan, sehingga mereka dapat mengetahui apakah usahanya dalam
keadaan untung atau rugi. Sistem manajemen usaha mitra ditarget berbasis
komputer.
Pengerajin/mitra mampu melakukan promosi terhadap produk yang mereka
hasilkan, baik di media cetak maupun media elektronik. Setiap tahun minimal
mereka pernah mengikuti atau diikutsertakan dalam pameran baik di dalam
maupun di luar negeri.
Pada akhir program IbM ini mitra memiliki website/ecommerce sebagai media
promosi/took online.
Target penjualan produk pengerajin/mitra meningkat.
8
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. Solusi yang ditawarkan
Berdasarkan permasalahan yang muncul pada pengerajin “tenun songket” Jineng
Dalem, seperti diuraikan pada bagian analisis situasi, maka solusi yang ditawarkan dan
disepakati mitra melalui metode pelaksanaan sebagai berikut.
a. Model partisipatory rural apprasial. Model ini digunakan untuk mengidentifikasi
masalah yang dialami mitra atau kelompok masyarakat. Dalam merumuskan
masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus, mitra
harus diikutsertakan. Penggunaan model pendekatan ini diharapkan akan: (1)
dikenalnya masalah secara tepat/efektif sesuai dengan pesepsi, kehendak, dan
ukuran/kemampuan serta kebutuhan mereka, (2) tumbuhnya kekuatan
(enpowering) masyarakat atau kelompok sasaran dalam pengalaman merancang,
melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan sebagai upaya
peningkatan/pertumbuhan diri dan ekonominya, dan (3) efektifitas dan efisiensi
penggunaan sumber daya mitra atau kelompok masyarakat.
b. Model enthrepreneurship capasity building (ECB). Model ECB terkait erat dengan
kemampuan berwirausaha dari mitra. Dengan model ini diharapkan: (1)
memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2) memberikan peluang,
(3) memfasilitasi (modal pinjamaan dsb.), dan (4) memonitor dan mengevaluasi
bagaimana perkembangan usahanya.
c. Model Technology Transfer (TT). Model TT dilakukan agar mitra atau kelompok
masyarakat menguasai prinsip-prinsip penerapan teknologi terutama yang
berkaitan dengan program yang sedang/akan dilaksanakan seperti ecommerce.
d. Model Teknologi Tepat Guna (TTG). Model TTG digunakan jika teknologi yang
diterapkan dirasakan terlalu rumit untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan
mereka. Ketua program mempunyai kewajiban untuk menyederhanakan
pelaksanaan kegiatan melalui penerapan TTG, membuat alat sederhana yang dapat
menyelesaikan masalah/kebutuhan mereka. Seperti penggunaan seperangkat alat
tenun “cagcag” beserta alat penunjangnya seperti “dengkrek” dan ”paninjin”.
e. Model Information Technology (IT). Model ini digunakan untuk menyebarluaskan
informasi dan sosialisasi program dengan hasil penerapan TTG yang cukup layak
9
dikemas dalam bentuk kemasan informasi media cetak/elektronik. Dengan
demikian, model IT dalam program IbM ini digunakan untuk menyebarluaskan
hasil modifikasi TTG yang aplikasinya benar-benar telah teruji secara layak.
Pemasaran dengan ecommerce.
3.2 Rencana dan Pelaksanaan Program IbM
a. Persiapan
1. Sosialisasi program IbM kepada mitra.
2. Penyusunan indikator dan instrumen program IbM.
3. Penetapan tim pelaksana program IbM sesuai dengan kepakarannya.
4. Diskusi/pembekalan tim dalam hal pelaksanaan teknis.
5. Mengadakan kordinasi dengan fihak terkait.
6. Mengadakan kordinasi dengan instansi terkait
b. Pelaksanaan
1. Perancangan dan modifikasi seperangkat alat “cagcag” yang agar dapat bekerja
dengan optimal. Sehingga tenaga pengerajin menjadi lebih nyaman, sehat dalam
merancang bahan-bahan “tenun songket” seperti “nanjinin”.
2. Pengadaan alat-alat pendukung proses produksi, untuk pengerajin “tenun
songket” seperti: “pananjin”, alat pengatur pemilahan benang songket,
“dengkrek”, alat penglah nemamg tenun songket berbagai ukuran, yang oleh
mitra sangat mendesak.
3. Pengandaan bahan baku pokok benang songket dasar maupun berwarna.
4. Pelatihan variasi atau penganekaragaman desain produk kerajinan sesuai
perkembangan pasar, termasuk kombinasi antara “kain songket” dengan
“cinderamata” sehingga target pasar menjadi lebih luas, seperti pembuatan tas
aneka model.
5. Pelatihan manajemen usaha berbasis komputer terhadap mitra untuk
meningkatkan profesionalisme dalam hal manajemen usahanya.
6. Perancangan dan pembuatan website atau ecommerce sebagai media promosi
dan toko online, agar lingkup pasar menjadi global.
10
c. Pemantauan
1. Pemantauan pelaksanaan perancangan dan modifikasi perangkat alat tenun
songket “cagcag” agar dapat bekerja dengan optimal.
2. Pemantauan pelaksanaan pengadaan alat-alat pendukung proses produksi, antara
lain: alat “pangrijin”, dan “dengkret” seperangkat alat pemutar dan pemintal
benang songket sebagai persiapan untuk benang ditenun.
3. Pemantauan pengadaan bahan baku seperti songket emas, songket sutra, dan
songket jenis lainnya.
4. Pemantauan pelaksanaan pelatihan variasi/penganekaragaman desain produk
kerajinan,dan kombinasi kerajinan sesuai perkembangan pasar.
5. Pemantauan pelaksanaan pelatihan majemen usaha berbasis komputer terhadap
mitra untuk meningkatkan profesionalisme dalam hal manajemen usahanya.
6. Pemantauan pelaksanaan perancangan dan pembuatan website atau ecommerce
sebagai media promosi dan took online, agar lingkup pasar menjadi global.
d. Evaluasi
1. Evaluasi pelaksanaan perancangan dan modifikasi perangkat alat tenun
songkjet “cagcag” agar dapat bekerja dengan optimal
2. Evaluasi pelaksanaan pengadaan alat-alat pendukung proses produksi, antara
lain: “pangrijin” dan “dengkrek seperangkat alat pemutar dan pemintal benang
songket sebagai persiapan untuk benang ditenun, yang oleh mitra sangat
mendesak.
3. Evaluasi pelaksanaan pelatihan variasi/penganekaragaman desain produk
kerajinan dan kombinasinya sesuai perkembangan pasar.
4. Evaluasi pengadaan bahan baku seperti songket emas, songket sutra, dan
songket jenis lainnya
5. Evaluasi pelaksanaan pelatihan majemen usaha berbasis komputer untuk
meningkatkan profesionalisme pengerajin.
6. Evaluasi pelaksanaan perancangan dan pembuatan website atau ecommerce
sebagai media promosi dan took online, agar lingkup pasar menjadi global.
7. Pembuatan Laporan Akhir Program IbM.
11
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1. Perguruan Tinggi Pelaksana IBM
Universitas Pendidikan Ganesha memiliki motivasi kuat dalam mengembangkan
diri sebagai sebuah universitas yang turut berperan aktif dalam meningkatkan daya saing
produk lokal baik di bidang pendidikan dan pengajaran maupun bidang non-kependidikan
untuk mampu berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa. Melalui berbagai
hibah kompetitif yang dimenangkan Undiksha, Universitas negeri satu-satunya di Bali
utara ini, di samping sedang memperkuat kapasitas lembaga, Undiksha juga
mengembangkan berbagai program unggulan dan rintisan seperti pengembangan
komunitas (community development) yang diharapkan mampu menghasilkan aktivitas-
aktivitas yang mendatangkan revenue sendiri (self generating revenue activities),
pengembangan pusat-pusat kajian yang dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian
Undiksha diantaranya adalah Pusat Kajian Lingkungan Hidup dan pusat-pusat layanan
yang dikoordinasikan oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Undiksha
diantaranya adalah Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat layanan
Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat layanan KKN dan KKL, dan Pusat
Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis. Dengan program-program tersebut
diharapkan motivasi Undiksha untuk dapat turut mensinergikan pemberdayaan
sumberdaya (SDM dan good practices) yang ada di Undiksha dengan pemberdayaan
potensi stakeholder dan masyarakat sekitar dapat diwujudkan. Berkaitan dengan usulan
program IBW ini, Undiksha memiliki komitmen dan dorongan moril yang tinggi untuk
turut membantu dan mendampingi Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam meningkatkan
taraf hidup masyarakatnya dengan pengerahan potensi kepakaran yang dimiliki. Dorongan
lain adalah kegiatan ini diharapkan sebagai wahana menerapkan technoentrepreneurship
dan pengabdian berbasis IPTEKS di kalangan masyarakat guna mendukung
pengembangan kawasan desa mandiri di Bali. Pelibatan dosen dan mahasiswa/alumni
dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan dapat memberikan timbal
balik yang berarti pada Undiksha sendiri dalam mengembangkan program-programnya
yang memang benar-benar dibutuhkan masyarakat setempat dan yang mampu
meningkatkan daya saing lokal ke tingkat global.
12
Kelayakan dan komitmen Undiksha dalam mensinergikan potensi masyarakat baik
dalam dunia pendidikan maupun bidang-bidang lainnya di bawah koordinasi LPM
Undiksha dan Lembaga Penelitian Undiksha cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
pembentukan pusat-pusat layanan yang dapat melayani kebutuhan stakeholder dan
masyarakat terhadap penerapan ipteks, yakni (1) pusat layanan pendidikan masyarakat, (2)
pusat layanan pengembangan SDM/SDA, (3) pusat layanan KKN/KKL, (4) pusat layanan
penerapan ipteks, dan (5) pusat layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis.
Di lain pihak, kelayakan Undiksha dalam kaji-tindak terhadap pemberdayaan
potensi masyarakat terwadahi dalam pusat kajian yang ada di lembaga penelitian, yaitu:
(1) pusat kajian lingkungan hidup, (2) pusat kajian sains, (3) pusat kajian pembangunan
pedesaan dan pusat kajian pemberdayaan wanita.
Semua pusat layanan dan pusat kajian dikomandani oleh dosen yang memiliki
kapabilitas akademik bergelar master, doktor, dan profesor sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Civitas akademik Undiksha yang dilibatkan baik sebagai anggota
pelaksana, nara sumber, dan partisipan seluruhnya memiliki justifikasi akademik S2, S3
dan guru besar yang dapat mendukung pelaksanaan program IBW di wilayah kecamatan
Sukasada. Undiksha mulai tahun ajaran 2009/2010 telah mencanangkan program kuliah
kerja nyata PPM (pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat). Tentu program KKN
Undiksha ini akan memberikan dukungan signifikan untuk mengakselerasi pelaksanaan
program aksi IBW untuk mencapai target-target keberhasilan program IBW yang telah
ditetapkan.
Kemampuan dan pengalaman LPM Undiksha sebagai garda terdepan dalam
pengejawantahan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian
kepada masyarakat relatif sudah cukup teruji. Beberapa program P2M LPM Undiksha
dalam bentuk penerapan ipteks yang sudah berhasil dan dirasakan manfaatnya di
masyarakat diantaranya adalah (1) Pengembangan managemen administrasi pemkab
Buleleng berbasis GIS (Geographical Information Systems), (2) Program desa dan sekolah
binaan di kecamatan sawan, (3) program kuliah kerja nyata berbasis tematik, (4) program
diklat ipteks pendampingan bidang pendidikan maupun non-pendidikan, (5) program IbW
Gerokgak, IbW Kubutambahan, IbW Tejakula, IbK, IbIKK, IbM dan (5) bantuan dan
bhakti sosial di daerah bencana alam di desa Tejakula, Sukada, Busungbiu dan Buleleng.
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja memiliki ketersediaan sumber daya
manusia (SDM) yang memadai, terutama tenaga edukatif, baik dilihat dari jumlah, jenis
keahlian, kepangkatan dan atau jabatan akademik, maupun kualifikasinya. Secara
13
keseluruhan tenagan edukatif bidang kependidikan dibandingkan dengan non-
kependidikan menunjukkan imbangan 60,34% terhadap 39,66%. Antara yang berada pada
jenjang jabatan akademik Lektor ke atas dengan yang tergolong di bawah Lektor
menunjukkan imbangan 70,60% terhadap 20,40%. Guru Besar yang ada di Undiksha
sebanyak 19 orang dari berbagai disiplin ilmu (5,38%). Jenjang pendidikan akademik dari
seluruh staf dosen Undiksha adalah sebagai berikut.
Sarana penunjang pendidikan dan pelatihan banyak diperoleh dari berbagai
proyek, seperti Proyek PGSM, DUE-Like, A2, INHERENT, SP4, dan I-MHERE.
Lembaga Penelitian dan Lembaga Pengabdian Masyarakat yang ada di Undiksha telah
banyak memberikan fasilitas kepada staf dosen yang ada di Undiksha Singaraja untuk
melaksanakan kegiatan penelitian maupun pengabdian masyarakat dari berbagai sumber
dana DP2M Dikti, DIPA, A2, DUE-Like, Ristek, INHERENT, dan I-MHERE.
Jenis penelitian dan jumlah judul serta jumlah dosen yang terlibat dengan
sumber dana dari DIPA, Pemda, maupun DP2M DIKTI dalam 4 tahun terakhir adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.1 Daftar Penelitian 4 tahun terakhir
No Jenis Penelitian Th.2008 Th.2009 Th.2010 Th.2011 Sumber
Dana Jlh Dosen Jlh Dosen Jlh Dosen Jlh Dosen
1 DIPA 100 205 73 116 73 138 70 109 DIPA,
PEMDA
2 Dosen Muda 30 53 - - - - - - DP2M
DIKTI
3 Kajian Wanita 7 13 - - - - - - DP2M
DIKTI
4 Fundamental 19 35 27 51 3 7 14 24 DP2M
DIKTI
5 Hibah Bersaing 5 11 30 81 37 126 29 70 DP2M
DIKTI
6 Hibah Pasca 3 9 4 11 1 3 2 6 DP2M
DIKTI
7 Hibah Pekerti 1 3 1 2 1 2 1 2 DP2M
DIKTI
4 IPTEKS 1 3 - - - - - - RISTEK
5 Hibah
Kompetisi
1 1 2 2 - - 2 6 DP2M
DIKTI
6 PIPS 3 9 - - - - - - DP2M
DIKTI
7 PPKP 5 10 - - - - - - DP2M
DIKTI
8 Potensi
Kabupaten
- - 35 108 - - - - DP2M
DIKTI
9 STRANAS - - 3 10 9 30 10 34 DP2M
DIKTI
14
Sedangkan jenis dan jumlah judul pengabdian pada masyarakat (P2M), yang
didanai dari DIPA, Pemda, maupun DP2M DIKTI dalam 4 tahun terakhir adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.2 Daftar Pengandian Pada Masyarakat 4 tahun terakhir
No Jenis P2M Th.2008 Th.2009 Th.2010 Th.2011 Sumber
Dana Jlh Dosen Jlh Dosen Jlh Dosen Jlh Dosen
1 DIPA 80 240 75 225 66 198 40 160 DIPA,
PEMDA
2 IPTEKS - - 4 12 - - - - DP2M
DIKTI
3 VUCER - - - - - - - - DP2M
DIKTI
4 KWU - - 1 4 - - - - DP2M
DIKTI
5 Sibermas - - 1 4 - - - - DP2M
DIKTI
6 IbM - - 2 8 2 8 9 36 DP2M
DIKTI
7 IbW - - - - 2 10 4 30 DP2M
DIKTI
8 IbIKK - - - - 1 5 1 5 DP2M
DIKTI
9 IbK - - - - - - 1 7 DP2M
DIKTI
4.2 Organisasi Tim Pelaksana Program IbM
Penanggungjawab: Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
(Prof. Dr. Ketut Suma, M.S.)
Pengarah : Dekan FMIPA Undiksha
(Prof. Dr. IB Putu Arnyana, M.Si)
Koordinator Pelaksana : Drs. Rai Sujanem, M.Si.
a. Pelaksana Bidang Produksi
(1) Drs. Agus Sudarmawan, M.Si. (Ketua/Seni Rupa/ Kriya)
b. Pelaksana Bidang Manajemen
(1) Drs. Rai Sujanem, M.Si. (Ketua/Ilmu Fisika)
(2) Dsk Nymn Sri Werastuti,SE,M.Si,Ak. (Ekonomi Manajemen)
Berdasarkan struktur organisasi pelaksana di atas, tugas pokok dan fungsi
organisasi adalah sebagai berikut.
15
1. Koordinator Pelaksana Program IbM
a. Memiliki pengalaman dalam kegiatan P2M, baik yang didanai dari DIPA, Diknas
maupun dari DP2M DIKTI, seperti: IbM, Life Skill, Ipteks, maupun Vucer.
b. Memimpin dan menjalankan Program IbM
c. Melaksanakan fungsi sebagai pengelola yang meliputi: perencanaan, pengambilan
keputusan, pengarahan, koordinasi, pengawasan monitoring dan evaluasi, dan
penyempurnaan bagi tercapainya pelaksanaan program IbM.
d. Melaksanakan hubungan keluar dengan Dinas Instansi terkait.
e. Bertanggung jawab kepada Ketua LPM Undiksha Singaraja.
2. Ketua Pelaksana Program
a. Ketua Pelaksana Bidang Produksi
1) Drs. Agus Sudarmawan, M.Si memiliki pengalaman dalam bidang kerajinan
membimbing, dan memberi pelatihan tentang kerajina melukis wayang kaca
dan cindera mata.
2) Dosen tersebut juga memiliki keterampilan dalam hal perencanaan,
perancangan terkait dengan perangkat kerja melukis, seperti desain meja
lukis,dan membuat asesori cindaramata. Kualifikasi dosen tersebut sangat
dihandalkan dalam hal produksi kerajinan.
3) Memiliki pengalaman dalam beberapa jenis kegiatan P2M dana DIPA.
4) Tugasnya antara lain: merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan,
mengkoordinasi, mengawasi dan menyempurnakan kegiatan pelaksanaan
program.
5) Mengatasi dan membuat keputusan terhadap masalah-masalah yang tidak
dapat diselesaikan oleh pelaksana program.
6) Bertanggung jawab atas terlaksanannya program bidang produksi dengan
sebaik-baiknya kepada Koordinator Pelaksana program IbM.
b. Ketua Pelaksana Bidang Manajemen
1) Drs. Rai Sujanem, M.Si, memiliki pengalaman dalam beberapa kegiatan P2M,
baik dari dana DP2M DIKTI, Diknas, maupun DIPA, seperti: Ipteks, Vucer,
Life Skill, dan pembimbing KAM, PKMK, PKMM, dan PKMT, PKMP.
2) Memiliki pengalaman dalam bidang kegiatan bisnis, karena sejak tahun 2000
ikut mengembangkan usaha bisnis jaringan seperi CNI, Quesnet,dan Kartuplus.
3) Dalam kegiatan IbM ini bertindak sebagai ketua pelaksana bidang manajemen
produksi maupun manajemen pemasaran.
16
4) Tugasnya, antara lain: merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan,
mengkoordinasi, mengawasi dan menyempurnakan kegiatan pelaksanaan
program bidang manajemen usaha dan pemasaran produk.
5) Bertanggung jawab atas terlaksananya program bidang manajemen dengan
sebaik-baiknya kepada Koordinator Pelaksana.
c. Mahasiswa
1) Mengumpulkan dan merekapitulasi semua data hasil kegiatan program IbM.
2) Ikut aktif membantu melaksanakan kegiatan program IbM.
3) Dapat menyusun kegiatan program melalui PKM seperti PKMK, PKMT, dan
PKMM pada tahun berikutnya.
4) Bertanggung jawab kepada Dosen Pelaksana Program.
17
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Kegiatan P2M
5.1.1 Kelompok Pengerajin “Tenun Songket”
Dalam bab ini akan diuraikan menjadi beberapa tahap, yaitu : (1) peran peserta
dari pengerajin “tenun songket” desa Jineng Dalem kecamatan Buleleng, kabupaten
Buleleng, (2) respon kegiatan P2M, (3) harapan ke depan kegiatan P2M untuk
meningkatkan ekonomi pengerajin desa Jineng Dalem. Kegiatan P2M IbM kerajinan
“Jineng Dalem” ini diikuti oleh 2 kelompok. Nama-nama anggota kelompok pengerajin
seperti pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Pengerajian ”Tenun Songket”
1) Ketut Sumini
2) Luh Setiawati
3) Wayan Jati
4) Ni Nengah Warnadi
5) Ketut Somanasih
6) Luh Budayani
7) Ketut Sri Poni
8) Komang Subudi
9) Luh Sariani
10) Luh Budiastini
11) Wayan Semita
12) Ketut Sari
13) Luh Suka
14) Komang Budi
15) Komang Armawi
16) Ketut Sumarni
Kegiatan P2M IbM ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu: (1) Kegiatan diawali dengan
penjajagan lokasi pengerajin yang dilakukan pada saat pembuatan proposal, (2) persiapan
awal penyiapan kelompok pengerajin, (2) identifikasi peralatan yang akan digunakan,
(3) mendesain kerajinan “Tenun Songket”, (4) pengadaan bahan dan alat kerajinan.
5.1.2 Penjajagan Lokasi dan penggalian masalah kerajinan
Lokasi pengerajin “Tenun Songket”, berada disekitar pasar desa Jineng Dalem dan
di sekitar Sekolah Dasar No 2 Jineng Dalem. Ada dua kelompok pengerajin “Tenun
songket di sekitar Pasar dan Sekolah Dasar No 2 Jineng Dalem.
18
5.1.3 Pengadaan Alat dan Bahan Kerajinan
Seperti diungkapkan pada analsis situasi bahwa masalah utama dalam bidang
produksi “Tenun Songket”, adalah berkaitan dengan fasilitas penunjang pembuatan
“Tenun Songket”,. Adapun pengadaan bahan dan alat kerajinan, sepetti berikut.
ALAT DAN BAHAN PEMBUATAN TENUN SONGKET
Gambar 5.1 Aneka jenis benang dan warna untuk tenun songket
Alat Tenun Songket “Cagcag” Alat Nusuk (Pemintal Benang)
Alat untuk Nganyinin
Gambar 5.2. Alat-alat untuk pembuatan Tenun Songket
19
Bahan dan peralatan penunjang sangat terbatas dimiliki oleh pengerajin, lebih-lebih para
pengerajin yang baru menekuni kerajinan “Tenun Songket”. Alat dan bahan ini sangat
member semangat pengerajin dalam berkarya dan mengikuti pelatihan.
5.1.4 Pelatihan Pembuatan Kerajinan “Tenun Songket”
Kegiatan pelatihan diawali dengan pembekalan kepada para pengerajin. Pada kegiatan
ini dhadiri warga pengerajin tenun songket pemula, yang baru punya pengalaman
membuat tenun songket, dan pengerajin sudah senor. Pelatihan dilakukan secara
kekeluargaan, penuh humor. Instruktur memberikan gambaran secara umum, termasuk
prosedur pemasaran lewat internet.
Acara Pembukaan Pelatihan Kerajinan Tenun Songket di tempat pengerajin Desa Jineng
Dalem, Kelompok Pengerajin Tenun Songket, dan Pamong Desa, Dosen Pelaksana IbM.
Ketua IbM menyampaikan Program
Kerajinan “Tenun Songket”
Para pengerajin menyambut baik Program
IbM ini, semoga Para Pengerajin Muda
(Siswa) semakin semangat
Gambar 5.3. Acara Pembukaan Pelatihan Tenun Songket
Setelah diberikan pembekalan secara umum oleh instruktur, para peserta pengerajin
selanjutnya membuat berbagai desain kerajinan yang didampingi oleh instruktur. Proses
pelatihan dilakukan di lokasi pengerajin Jineng Dalem.
Proses pembuatan tenun songket diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan seperti alat tenun “cagcag”, “dengkrek”, “alat paninjin”, “alat tusuk”, dan
benang-benang bahan tenun.
Langkah-langkah pembuatan tenun songket, yaitu pertama-tama benang bahan
tenun songket dicuci, kemudian dijemur. Setelah benang kering selanjutnya adalah
“ngliying” atau memintal benang , yang dilanjutkan dengan “nganyinin”. Proses
nganyinin ini merupakan ukuran benang yang akan dihasilkan untuk besar kecilnya
20
ukuran kain songket. Setelah “nganyinin” dilanjutkan dengan “Nusuk” dan dilanjutkan
dengan“Nyasah”. Proses nyasah ini membuat benang lebih teratur, rapi, sehingga mudah
untuk proses penenunan. Setelah proses “nyasah”, benang yang telah siap digunakan
untuk nenun ini, kemudian dibuat motif. Setelah motif terbentuk barulah mulai proses
penenunan. Secara garis besar, langkah-langkah pembuatan tenun songket digambarkan
seperti Gambar berikut.
Dalam proses pembuatan kerajinan “tenun songket”, ada delapan langkah yang
dilakukan yaitu : 1) Nyuci benang, 2) Penjemuran benang, 3) Nganyinin, 4) Nusuk, 5)
Nyasah, 6) Buat Motif, 7) digurin, dan 8) Penenunan.
1) Nyuci benang 2) Menjemur benang
3) Ngeliying 4) Nganyinin
5) Nusuk 6) Nyasah
21
7) Buat Motif 8) Penenunan
Gambar 5.4. Proses Pembukaan Pelatihan Tenun Songket
5.1.5. Hasil Pelatihan Kerajinan Songket dan pengembangan Desain Produk
cindramata
Pengrajin “Tenun songket” yang berdomisili di desa Jineng Dalem, kecamatan
Buleleng, kabupaten Buleleng mememiliki keterampilan menenun yang telah dimilikinya
sudah cukup bagus, ini dapat dilihat d aneka bentuk dan corak warna khas Jineng Dalem.
Disamping itu juga dapat dihasilkan produk cindramata seperti tas kain songket.
Hal yang menarik dari pengrajin yang dijadikan mitra adalah mereka memiliki
komitmen untuk menggali kembali bentuk-bentuk kerajinan ”anyaman bambu khas Jineng
Dalem Buleleng pada masa lalu, serta meneruskan budaya adi luhung. Sikap dan keuletan
mereka menggali dan meneruskan keunikan-keunikan seni kerajinan tenun songket.
Kualitas selalu mereka jaga dalam setiap produk yang dihasilkan.
Sampai saat ini, mereka membuat produk yang desainnya sudah ada sebelumnya.
Sementara keinginan pasar selalu berubah, sehingga tidak jarang produk yang dibuat
berbeda dengan keinginan pasar. Penganekaragaman produk yang sesuai dengan
kebutuhan pasar sangat perlu dimiliki oleh pengrajin, salah satunya adalah kemampuan
membuat desain desain baru yang bisa memenuhi keinginan konsumen yang tidak lebih
luas.
Salah satu penganekaragaman desain yang mungkin dikembangkan adalah
membuat “cindramata tas” dengan asesoris yang relatif kontemporer. (Produk tenun
songket lengkap ada pada lampiran 5 dan lampiran 6 ).
22
5.1.6 Pengembangan Pembuatan Cindramata Tenun songket berbagai corak
Pengembangan pembuatan Cindramata tenun songket berbagai corak
dilaksanakan pada bulan Agustus nanti, direncanakan pengembangan pembuatan tenun
songket dengan berbagai desain atau motif, Rencana motif yang ingin dikembangkan
adalah motif pinggir. Motif cangkir-cangkiran, dan motif ancak bingin. Produk
pengembangan tenun songket ada pada lampiran 6)
5.1.7 Pelatihan Manajemen Usaha dan Pembukuan
Pelatihan manajemen usaha kecil dan Pembukuan usaha ini ini dilaksanakan mulai
pada bulan akhir Agustus 2014. Di samping itu juga diberikan peningkatan manajemen
pemasaran baik lokal maupun global. Di samping itu juga diberikan peningkatan
manajemen pemasaran baik lokal maupun global. Dalam bidang managemen telah diberi
pembinaan pembuatan pembukuan dengan baik. Secara umum pembukuan merupakan
proses pencatatan data perusahaan dengan suatu cara tertentu dimana pemegang buku
hanya bertanggung jawab pada sebagian kecil dari kegiatan pencatatan tersebut sedangkan
akuntansi lebih dikaitkan pada proses perancangan sistem pencatatan dan penyusunan
laporan berdasarkan data yang telah dicatat dan dianalisa menjadi laporan keuangan,
sehingga dapat dikatakan bahwa pembukuan merupakan bagian dari proses akuntansi,
khususnya yang berkaitan dengan proses pencatatan. Akuntansi merupakan suatu proses
sistematis yang dapat digambarkan dalam suatu siklus akuntansi. Siklus atau daur
akuntansi adalah proses yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam
pelatihan ini, peserta pelatihan telah dapat memahami siklus Akuntansi yang mencakup
kegiatan tahap transaksi, tahap pencatatan, tahap penggolongan tahap tengikhtisaran, dan
tahap pelaporan.
Dalam pelatihan ini, peserta pengerajin juga mendapat pemahaman tentang
pembuatan Laporan keuangan organisasi bisnis, setidaknya terdiri atas : (1) Neraca, (2)
Laporan Laba Rugi, (3) Laporan Arus Kas, dan (4) Laporan perubahan Modal (untuk
perusahaan perseorangan).
5.1.8 Pelatihan Pemanfaatan internet sebagai media sosialisasi dan Pemasaran
Global
Pada akhir September 2014 setelah pengerajin mendapat pelatihan manajemen
usaha dan pembukuan, dikembangban lebih lanjut sosialisasi pemasaran via internet.
Dalam rangka pemasaran global untuk produk kerajinan ”Tenun Songket”, maka Ipteks
23
yang diberikan kepada mitra adalah pembuatan website atau ecommerce (toko online).
Website pengerajin mitra yang telah dibuatkan ini dengan alamat
http://galerisongketjinengdalem.com.
Deskripsi Website dan Rancangan Antarmuka Kerajinan “Tenun Songket”
Jinengdalem. Adapun deskripsi website kerajinan ”Tenun Songket” adalah sebagai
berikut. Website Kerajinan ”Tenun Songket”, Jinengdalem terdiri dari Menu Atas, Menu
Tengah dan Menu Bawah, berikut adalah deskripsi dari masing-masing menu yang
terdapat pada Website.
Website
Kerajinan
“Tenun
Songket”
Menu Atas Web Deskripsi Menu
Beranda
Beranda merupakan menu tampilan utama website
Kerajinan Tenun Songket Jineng Dalem pada menu
ini mendeskripsikan sejarah singkat desa Jineng
Dalem dan bebrapa jenis kerajinan yang terdapat di
Desa Jineng Dalem Buleleng. Kerajinan yang
terpopuler yaitu Kerajinan Tenun Songket yang
dimana pada halaman ini terdapat gambar Kerajinan
Tenun Songket Jineng Dalem Buleleng.
Pada halaman ini juga terdapat link artikel-artikel
terkait dengan kerajinan Kerajinan Tenun Songket
Jineng Dalem Buleleng.
Alat & Bahan
Menu Alat & Bahan terdiri dari sub-Menu Alat,
Bahan, dan Proses. Pada menu Alat merupakan
menu yang menampilkan halaman alat-alat yang
digunakan untuk membuat Kerajinan Tenun Songket
Jineng Dalem Buleleng. Pada menu bahan
merupakan menu yang menampilkan halaman
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat
Kerajinan Tenun Songket Jineng Dalem Buleleng..
Pada menu Proses merupakan menu yang
menampilkan halaman proses Tenun Songket Jineng
Dalem Buleleng. berserta video pembuatannya.
Proses Pembuatan
Menu Proses pembuatan menampilkan halaman
tahap–tahap pembuatan Tenun Songket oleh
pengrajin Songket Jineng Dalem Buleleng. Tampilan
ini dalam bentuk video.
Produk
Pada menu Kategori Produk merupakan menu yang
terdiri dari 3 sub menu yaitu, menu Produk Tenun
Songket Jineng Dalem Buleleng, dan Menu Produk
Kombinasi Tenun Songket. Sub menu ini dapat
menampilkan katalog produk yang berisi gambar
24
produk, ukuran produk, stok produk, dan harga
produk dari masing-masing produk. Pengunjung
yang telah terdaptar sebagai member dapat
melakukan pemesanan produk melaluli website.
Kegiatan
Menu Kegiatan merupakan menu yang akan
menampilkan Kegiatan-kegiatan atau event yang
berhubungan dengan Kerajinan Tenun Songket
Jineng Dalem Buleleng dalam bentuk foto-foto atau
video, dan narasi teks.
Kontak Kami
Menu Kontak Kami merupakan menu yang akan
menampilkan halaman data diri dari pemilik atau
koordiantor pengrajin Tenun Songket Jineng Dalem
Buleleng.
Pencarian
Informasi
Pada menu pencarian pengunjung website dapat
mencari informasi yang berhubungan dengan
Kerajinan Tenun Songket Jineng Dalem Buleleng
dengan mengetikkan kata kunci pada text field yang
telah di sediakan pada menu pencarian.
Deskrisi Menu Tengah
Website
Kerajinan
“Tenun
Songket”
Menu Tengah
Web Deskripsi Menu
Tinjauan Songket
Jinengdalem
Pada menu Tinjauan Songket Jinengdalem
merupankan menu yang berisikan informasi
tentang tinjauan singkat tenun songket, sejarah
singkatnya, serba-serbi perkembangannya site
baik manfaat songket, kegunaan songket, desain
variasi corak maupun pemasarannya
Tinjauan Desa
Jinengdalem
Pada menu Tinjauan Desa Jinengdalem
berisikan tinjauan singkat sejarah desa
Jinengdalem dan kaitannya tenun songket
Produk Songket
Pada menu Kategori Produk merupakan menu
yang terdiri dari 3 sub menu yaitu, menu Produk
Tenun Songket Jineng Dalem Buleleng, dan
Menu Produk Kombinasi Tenun Songket. Sub
menu ini dapat menampilkan katalog produk
yang berisi gambar produk, ukuran produk, stok
produk, dan harga produk dari masing-masing
produk. Pengunjung yang telah terdaptar sebagai
member dapat melakukan pemesanan produk
melaluli website.
Deskrisi Menu Bawah
Website
Kerajinan
“Tenun
Songket”
Menu Bawah
Web Deskripsi Menu
Latest Posts
Menu video merupakan menu yang
menampilkan video-video yang berhubungan
dengan Kegiatan P2M IbM Kerajinan Tenun
25
Songket Jineng Dalem Buleleng.
Peta Lokasi
Menu Peta Lokasi merupakan menu yang akan
menampilkan lokasi pengrajin Tenun Songket
Jineng Dalem Buleleng.
Adapun Gambaran umum Desain Website Kerajinan “Tenun Songket” sebagai
berikut.
Gambar 5.5. Rancangan Web ”Tenun Songket”
26
5.2 Pembahasan
Melalui kegiatan IbM pengerajin ”Tenun Songket” permasalahan yang muncul
pada kelompok pengerajin dalam bidang produksi, manajemen, maupun pemasaran,
dapat dipecahkan melalui beberapa cara. Dalam bidang produksi beberapa cara telah
dilakukan yaitu penyediaan beberapa alat dan bahan penunjang produksi seperti alat tenun
songket “cagcag”, “Paninjin”, “Dengkrek”, aneka warna benang songket dengan
berbabagi ukuran, dan variasi desain. Setelah pengadaan bahan dan alat penunjang bidang
produksi, selanjutnya dilakukan pembinaan dan pelatihan pembuatan berbagai disain
kerajinan. Dalam pembinaan dan pelatihan ini, bagi pengerajin pemula mendapat forsi
latihan yang lebih banyak dan mendapat pembinaan yang lebih banyak. Berkat ketekunan
peserta pelatihan tanpa mengenal lelah, berlatih baik pada jadwal pelatihan maupun di luar
jadwal yang telah ditetapkan. Produk kerajinan tenun songket yang telah dihasilkan
mencakup produk dasar dan pengembangan desain, serta cinderamata. Pada bagian
pengembangan disain telah dihasilkan motif cangkir-cangkiran, motif ancak beringin,
motif caplokan mawar dan motif pinggiran merak. Untuk bidang produksi cinderamata
telah dihasikan aneka tas songket. Melalui pelatihan program IbM ini terjadi peningkatan
produksi pembuatan ”tenun songket” dari hanya bisa membuat satu buah tenun songket
dalam seminggu manjadi dua buah dalam seminggu. Ini berarti terjadi peningkatan bidang
produksi seratus persen.
Dalam bidang managemen telah diberi pembinaan pembuatan pembukuan dengan
baik. Secara umum pembukuan merupakan proses pencatatan data perusahaan dengan
suatu cara tertentu dimana pemegang buku hanya bertanggung jawab pada sebagian kecil
dari kegiatan pencatatan tersebut sedangkan akuntansi lebih dikaitkan pada proses
perancangan sistem pencatatan dan penyusunan laporan berdasarkan data yang telah
dicatat dan dianalisa menjadi laporan keuangan, sehingga dapat dikatakan bahwa
pembukuan merupakan bagian dari proses akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan
proses pencatatan. Melalui pelatihan bidang manajemen usaha, peserta pengerajin
memiliki pemahaman tentang pembukuan suatu manajemen usaha, memahami siklus
akuntasi, dan Laporan Keuangan organisasi bisnis dengan organisasi nirlaba.
Di samping itu, dalam bidang pemasaran, pengerajin “Tenun Songket” telah
dibuatkan sebuah website dengan alamat http://galerisongketjinengdalem.com. Pada
website tersebut ditampilkan produk kerajinan “Tenun Songket”. Website ini sekaligus
digunakan sebagai sarana promosi dan sekaligus pemasaran produk kerajinan “Tenun
27
Songket”. Selanjutnya melalui pelatihan penggunaan internet dalam pemasaran kerajinan
“Tenun Songket”, para peserta pengerajin, dapat memahami proses pemasaran via
internet, seorang pembeli atau pemesan terlebih dahulu mengisi bagian member,
selanjutnya pembeli atau pemesan baru dapat membeli produk kerajinan “Tenun Songket”
yang diinginkan.
28
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Kegiatan P2M dalam bentuk IbM pada kelompok pengerajin “Tenun Songket” di
desa Jineng Dalem, kecamatan Buleleng, kabupaten Buleleng, telah berlangsung
dengan baik dan dapat mengembangkan kerajinannya, baik fasilitas pendukung
maupun pengembangan desainnya.
2) Fasilitas pendukung kerajinan “Tenun Songket” seperti alat tenun “cagcag”,
“dengkrek”, “alat paninjin”, “alat tusuk”, dan benang-benang bahan tenun, telah
diadakan sesuai kebutuhan.
3) Pengerajin telah dapat membuat “Tenun songket” dengan motif sederhana yang
konvensional.
4) Pengerajin telah dapat mengembangkan aneka desain “Tenun Songket” mencakup
kerajinan “tenun songket dengan variasi motif cangkir-cangkiran, motif ancak
beringin, motif caplokan mawar dan motif pinggiran merak “ dan cindra mata tas
songket.
5) Dalam bidang managemen telah diberi pembinaan pembuatan pembukuan dengan
baik. Melalui pelatihan bidang manajemen usaha, peserta pengerajin memiliki
pemahaman tentang pembukuan suatu manajemen usaha, memahami siklus
akuntasi, dan Laporan Keuangan organisasi bisnis dengan organisasi nirlaba.
6) Dalam bidang pemasaran, pengerajin “Tenun Songket” telah dibuatkan sebuah
website dengan alamat http://galerisongketjinengdalem.com. Website ini sekaligus
digunakan sebagai sarana promosi dan sekaligus pemasaran produk kerajinan
“Tenun Songket”. Melalui pelatihan penggunaan internet dalam pemasaran
kerajinan Tenun Songket, para peserta pengerajin, dapat memahami proses promosi
dan pemasaran via internet, seorang pembeli atau pemesan terlebih dahulu mengisi
panel pemesanan, selanjutnya pembeli atau pemesan baru dapat membeli produk
kerajinan “Tenun Songket” yang diinginkan.
6.2 Saran-saran
1) Tenun songket Jeningdalem memiliki karakteristik yang khas. Dalam
mengembangkan kerajinan “Tenun Songket” di desa Jinengdalem, yang lebih
intensif dan berkelanjutan, diharapkan fihak terkait seperti Pemerintah Kabupaten
29
memberi perhatian khusus untuk pengembangan dan pelestarian kerajinan “Tenun
Songket”. Demikian pula intansi pembina seperi dari Jurusan Seni Rupa
Undiksha hendaknya mengadakan pembinaan secara berkelanjutan.
2) Sebagai tindak lanjut pengembangan kerajinan “Tenun Songket” agar menjadi
mata pencaharian yang memberikan penghasilan yang memadai, hendaknya
instansi Koperasi baik Pemerintah maupun swasta, UKM, memfasalitasi
pemasaran produk kerajinan “Tenun Songket”.
30
Datar Pustaka
Anonim, 2009. Monografi desa Jineng Dalem.
Suardana, N. 2009. Macam dan Jenis Seni Kerajinan di Kabupaten Buleleng. Tersedia
pada http://id.scribd.com/doc/58219158/Peper-Presentasi-Kerajinan-Buleleng-
2009.
Mardimpusihombing, 2012. Industri Kerajinan Tangan. Tersedia pada
http://mardimpusihombing.blogspot.com/2012/06/industri-kerajinan-
tangan.html
SHELSIA'S SONGKET BALI. 2010. Kain Songket Bali. Tersedia pada
http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=14
&id=72492
31
Lampiran 01:
Kelompok Pengerajin Tenun Songket Jineng Dalem
Kelompok Pengerajin Tenun Songket Jineng Dalem:
1) Ketut Sumini
2) Luh Setiawati
3) Wayan Jati
4) Ni Nengah Warnadi
5) Ketut Somanasih
6) Luh Budayani
7) Ketut Sri Poni
8) Komang Subudi
9) Luh Sariani
10) Luh Budiastini
11) Wayan Semita
12) Ketut Sari
13) Luh Suka
14) Komang Budi
15) Komang Armawi
16) Ketut Sumarni
32
Lampiran 02
Rapat Tim IbM dan Pengerajin Tenun Songket
Membahas Permasalahan bidang Produksi & Manajemen Usaha
35
Lampiran 05 :
Variasi “Tenun Songket dan cindramata”
Gambar: 1. Model variasi Tenun Songket 1
Gambar: 2. Model variasi Tenun Songket 2
Gambar: 3. Model Tas Tenun Songket 1
Gambar: 4. Model Tas Tenun Songket 2
Gambar: 5. Model Tas Tenun Songket 5
36
Lampiran 06 :
Variasi “Tenun Songket Berbagai Motif”
No Motif Songket No Motif Songket
1
2
Motif Bunga Ceplokan Mawar
Motif Cangkir-cangkiran
3
4
Motif ancak bingin
Motif pinggiran merak
37
Lampiran 07 :
Pelatihan Manajemen Usaha Kecil
Kegiatan P2M Diskusi Manajemen Usaha untuk Tenun Songket
40
Lampiran 10
KUESIONER SIKAP & PENDAPAT, PESERTA IBM KERAJINAN
“TENUN SONGKET”
1. Bagaimana pendapat Anda tentang kegiatan IbM berupa pengadaan Alat dan bahan
peralatan penunjang kerajinan “Tenun Songket” ini seperti “Cagcag”, “dengkret”, dan
“Paninjin”, dan lainnya?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. Selama pengembangan kerajinan “Tenun Songket”, bentuk kerajinan mana yang
Anda paling kembangkan (Apakah model desain biasa, motif “cangkir-cangkiran”,
motif “ancak bingin”, motif “caplokan mawar”, motif “pinggiran merak”,
cinderamata “tas songket, atau motif kontenpore dan cinderamata lainnyar?) Berikan
alasan.
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
3. Bagaimanakah pendapat Anda, hasil-hasil kerajinan “Tenun Songket” dipromosikan
dalam internet?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
4. Bagaimanakah pendapat anda, hasil-hasil kerajinan “Tenun Songket” dipasarkan
lewat internet?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
5. Apa yang Anda lakukan setelah kegiatan pengadaan bahan penunjang kerajinan dan
pengembangan desain ini?
.........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Saran/Masukan :
………………………………………………………………………………………………
……..………………………………………………………………………………………
……..……………………………………………………………………………………….