Upload
kartika-permata-sari
View
230
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI BAKTERI a.k.a PEWARNAAN BAKTERI
Apa itu pewarnaan?
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri
tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah
untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecatan / Pewarnaan.
Tujuan Pewarnaan?
Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun fungi.
Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam jasad.
Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan
kimia dapat diketahui.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pewarnaan?
Gelas alas Harus bersih dan bebas lemak, untuk itu saat kita memegang preparat,
kita pegang ujungnya karena kulit kita menghasilkan minyak.
Umur biakan 18 – 24 jam, kecuali kuman tahan asam seperti M. Tuberculosis
yang tumbuhnya sangat lambat. Kuman mengalami perubahan dalam morfologi dan
strukturnya, sehingga hasil yang diperoleh kurang tepat, bila menggunakan biakan
berumur lebih dari 24 jam.
Kualitas zat warna Ada zat warna yang harus dibuat sesaat sebelum dipakai dan
ada yang hanya dapat disimpan selama beberapa waktu. Dan ada warna yang tidak
boleh terkena sinar matahari.
Tebal / tipisnya sediaan Bila sediaan terlalu tebal atau tidak rata, maka penetrasi
zat akan berbeda-beda.
Cara Membuat Sediaan?
1. Pemeriksaan langsung
Pada pemeriksaan langsung , bakteri diperiksa dalam keadaan hidup. Kelebihan cara
ini adalah cepat, mudah, dan murah namun harus diperiksa segera dan tidak dapat
dibiarkan lama karena preparat akan cepat kering. Sediaan basah dilakukan dari bahan
pemeriksaan langsung, menggunakan KOH untuk jamur dan NaCl untuk melihat
bakteri dalam keadaan hidup. Cara ini juga dipakai untuk memeriksa gerak kuman
secara mikroskopik. Ada dua cara pemeriksaan mikroskopik yang biasa dilakukan,
yaitu :
a. Sediaan Basah
Caranya :
- ambil 1 ose biakan cair atau dari dari koloni yang disuspensikan pada larutan
NaCl fisiologis, lalu oleskan di atas gelas objek.
- tutuplah biakan tersebut dengan gelas penutup yang telah diolesi vaselin pada
bagian tepinya.
- segera periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x.
b. Tetes Gantung
Caranya :
- gunakan gelas objek cekung dan satu gelas penutup.
- tiap ujung gelas penutup diberi vaselin.
- lalu letakkan 1 ose suspensi bakteri ditengah-tengah gelas penutup.
- gelas objek cekung ditutupkan (ditelungkupkan) di atas gelas penutup
sehingga suspensi bakteri berada di antaranya.
- sediaan ini kemudian dipasang pada meja mikroskop dengan gelas penutup
berada di atasnya (dalam keadaan terbalik) sehingga posisi suspensi
tergantung
2. Pemeriksaan Umum
Suspensi kuman, yaitu satu tetes air garam faal diatas gelas alas ditambah biakan
kuman, disebar setipis mungkin sehingga membentuk lingkaran dengan diameter kira-
kira 1cm. Sediaan dibiarkan mengering di udara atau dapat dipercepat
pengeringannya dengan menghangatkan diatas api, kemudian direkat / difiksasi
dengan melewatkan diatas api 3x dan siap untuk diwarnai.
Macam-Macam Pewarnaan?
1. Pewarnaan Negatif (Background Staining)
- Tujuan
Mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati
morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana. Bakteri tidak
diwarnai, tapi mewarnai latar belakang. Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai,
seperti Spirochaeta.
- Cara pewarnaan negatif
Sediaan hapus Teteskan Emersi Lihat di mikroskop
Siapkan 2 objek glass yang bersih dan bebas lemak.
Letakkan setetes(kira-kira diameter 3 mm) tinta pada ujung kanan gelas benda
pertama.
Ambil bikan murni dengan menggunakan jarum ose secara aseptic dan campurkan
dengan tinta india tadi.
Gelas benda lainnya (gelas benda kedua) membentuk sudut 450 terhadap gelas
benda pertama sehingga cairan memenuhi area kontak lalu dorong dengan cepat
gelas benda kedua kea rah ujung kiri gelas benda kedua tipis merata.
Kering udarakan dan jangan di fiksasi.
Amatai preparat dengan perbesaran kuat dengan menggunakan minyak imersi.
Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai
latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan
transparan (tembus pandang).
Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada
pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan
bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang
sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan
cat nigrosin atau tinta cina.
Pewarnaan negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin.
Pewarna asam memiliki negatif charge kromogen, tidak akan menembus atau
berpenetrasi ke dalam sel karena negative charge pada permukaan bakteri. Oleh
karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat dengan latar belakang berwarna.
2. Pewarnaan Sederhana
Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen / air fukhsin).
Tujuan : Hanya untuk melihat bentuk sel.
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan.
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat
dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri
hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi
dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka
akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam
bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk melihat
morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak digunakan
adalah : biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan fukhsin - karbol (5
detik).
3. Pewarnaan Differensial
a. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram (+) Positif
Pewarnaan Gram (–) Negatif
- Pewarnaan Gram (+) Positif
- Pewarnaan Gram (–) Negatif
Tujuan:
Untuk mengamati bentuk sel dan membedakan garam negatif dan gram positif
Dasar teori:
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan difrensial karena dapat di gunakan
untuk membedakan antara bakteri gram negatif dan gram positif. Pewarnaan ini sering
di gunakan untuk identifikasi dan klasifikasi bakteri.
Komposisi dinding sel bakteri gram positif berbeda dengan bakteri gram
negatif sehingga hasil pewarnaan gram akan berbeda.
Pewarnaan gram membutuhkan :
- Gram A (cat kristal violet sebagai cat utama),
- Gram B (lugol iodin sebagai mordan),
- Gram C (etanol : aseton = 1 : 1 sebagai peluntur), dan
- Gram D (cat safranin sebagai cat penutup).
Hasil reaksi pewarnaan Gram, yaitu :
- Bakteri Gram Positif akan berwarna Violet, sedangkan
- Bakteri Gram Negatif akan berwarna Merah.
Hasil pengamatan :
Providensia (gram negatif)
Bacillus (gram positif)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengecatan gram:
- Fiksasi
Jika telalu lama maka dinding sel pecah sehingga yang harusnya gram positif akan
seperti gram negatif.
- Smear terlalu tebal
Gram negatif akan menjadi seperti gram positif.
- Waktu pengecatan tidak tepat
Jika gram C terlalu lama maka gram (+) akan seperti gram (-).
- Konsentrasi reagen
Gram A terlalu encer = Gram (+) Gram (-)
- Konsentrasi peluntur
Semua alkohol = terlalu lambat
Semua aseton = terlalu cepat
- Umur bakteri
Terlalu tua, autolisi = Gram (+) Gram (-)
- Medium
Asam = Gram (+) Gram (-)
Basa = Gram (-) Gram (+)
- Nutrisi
Jika kekurangan Gram (+) Gram (-)
PERBEDAAN GRAM POSTIF
(biru)
GRAM NEGATIF
(merah)
Kadar peptidoglikan Tebal Tipis
Kadar lipid 1-4 % 11-22%
Resistensi terhadap alkali (1%
KOH)
Tidak larut Larut
Kepekaan terhadap iodium Lebih peka Kurang peka
Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotksin
Resistensi terhadap tellurit Lebih tahan Lebih peka
Sifat tahan asam Ada yang tahan asam Tidak ada
Kepekaan terhadap penisilin Labih peka Kurang peka
Kepekaan terhadap streptomisin Tidak peka Peka
b. Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini adalah segolongan bakteri yang sulit diwarnai, tetapi sekali diwarnai
sulit dihapus. Dinding sel bakteri tahan asam terdiri dari peptidogikan, arabinogalaktan, dan
lipid, dimana 50% dari lipid ini terdiri dari asam nikolat.
Bakteri ini dimasukkan kedalam golongan mikrobacterium yang sebagian besar
bersifat satprofit, dikenal juga golongan atipik , sebagian kecil pathogen bagi manusia yaitu
Mycrobaterrium tuberculosis dan Mycrobacterium leprae. Bakteri genus mycobacterium dan
beberapa spesies nocardia pada dinding selnya mengandung banyak zat lipoid (lemak)
sehingga bersifat permiable dengan pewarnaan biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+)
terhadapa pewarnaan tahan asam. Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosa tuberkulosis.
Dari pewarnaan BTA dapat dibedakan 2, yaitu golongan bakteri tahan asam yang
akan tetap mengikat zat pewarnaan primer (karbofuksin) dan tidak akan dilepas pada
pencucian alkoholm asam, serta tidak akan mengikat zat warna sekunder ( metilen blue),
sedangkan bakteri tidak tahan asam akan melepaskan zat warna primer pada pencucian
alcohol asam dan akan mengikat zat warna sekunder.
Ada beberapa cara mewarnai bakteri tahan asam yaitu, menurut Ziehl-Neelseen,
menurut Tan Thiam Hok (1957) yang disebut juga pewarnaan Kinyoun Gabelt, serta
pewarnaan dengan AURAMEN-PHENOL FLUORCHROME.
Pewarnaan Ziehl-Neelsen
Cara Pewarnaan :
Pewarnaan tahan asam menggunakan larutan :
o Ziehl-Neelsen A (cat karbol fuchsin),
o Ziehl-Neelsen B (alkohol asam :HCL 3% dalam metanol 95%), dan
o Ziehl-Neelsen C (cat biru metilen).
Buat sediaan dari sputum dengan cara, bersihkan kaca benda hingga bebas dari
lemak, bakar ose hingga pijar dan tunggu dingin sejenak, ambil sputum dengan ose
kemudian oleskan diatas kaca benda hingga didapat usapan yang rata dan tipis,
tunggu dan keringkan dan difiksasi diatas api. Ose setelah digunakan dibakar lagi
hingga pajar.
Tuangi sediaan dengan karbol fuksin hingga tergenang, kemudian panaskan diatas
api kecil sampai keluar asap lalu tunggu selama 5 menit
Cuci dengan air mengalir
Celupkan kedalam H2SO4 selama 2 detik untuk kuman M. Leprae.
Celukan kedalam alcohol 60% sehingga tidak ada lagi zat warna merah yang larut.
Tuangi preparat dengan methylen blue selama 1-2 menit.
Cuci dengan air mengalir keringkan tetesi minyal imaersi dan amati dengan
mikroskop pembesaran 10 X 100
Pewarnaan Kinyoun Gabbet atau Tan Thiam Hok
Buat sediaan sputum dan rekatkan.
Sediaan dituangi larutan Kinyoun dan dibiarkan selama 3 menit.
Dicuci dengan air mengalir.
Preparat dituangi larutan Gabbet dan dibiarkan selama 1 menit.
Cuci dengan air mengalir lalu amati dengan mikroskop dengan pembesaran 10 X 100
Hasil pengamatan :
Hasil pewarnaan :
Bakteri tahan asam akan berwarna merah, dan
Bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.
Perbandingan antara Ziehl Neelsen & Kinyoun-Gabbet
Dimana pada Kinyoun-Gabbet adalah : Pada zat warna primer / utama, kuman tidak
diberikan jeda/ruang untuk dapat memproses BTA mengambil warna merah.
Kemudian Kinyoun-Gabbet komposisi zat warna fenol kembali pada posisi
semula/dingin/ membeku (walaupun pada proses pembuatan reagen Kinyoun, Fenol
dipanaskan terlebih dahulu) sehingga zat warna tidak cepat meresap masuk ke dinding
bakteri, sehingga pada saat pembuangan dan pembilasan dengan air mengalir itulah
bakterinya belum sepenuhnya merah.
Pada zat warna pembanding / kedua, tidak dapat menghasilkan latar yang bagus oleh
karena zat warna primer belum terlalu bersih pada proses pencucian sehingga menimbulkan
penimpaan/bertumpuk (merah ditambah biru menghasilkan warna ungu).
Dan pada komposisi zat warna antara methylen blue dan alkohol absolut juga asam
sulfatnya tidak pisah, sehingga tidak memberikan ketegasan antara zat warna primer dan zat
warna pembandingnya.
Dari penjabaran diatas tentang Kinyoun-Gabbet tersebut di atas bila dibandingkan
dengan perbedaan kedua metode, maka Ziehl Neelsen secara pewarnaan lebih baik, walaupun
tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada hasil kuman yang diperoleh dari pewarnaan
Kinyoun-Gabbet.
Kelemahan dan Kelebihan Pewarnaan Kinyoun-Gabbet antara lain adalah: latar
belakang berwarna ungu dan buram, basil kurang merah, lekosit ungu, reagen jarang
dijumpai karena itu mahal harganya, komposisi dari fenol kristal/bubuk murni dan pada saat
pembuatan reagen sebelum proses homogenisasi zat warna primer denagn carbol fuchsin
dipanaskan/dilelehkan pada penangas atau autoclaf, dan terakhir pada proses pewarnaan lebih
mudah, cepat dan praktis.
Adapun kelemahan dan kelebihan Ziehl Neelsen yakni: latar belakang berwarna biru
terang, basil merah jelas, reagen terjangkau dan mudah didapat, fenol diencerkan 5% dan
tidak dipanaskan karena pemanasan dilakukan pada proses pewarnaan sedian zat warna
utama maka dari itu agak lama waktu yang dibutuhkan.
4. Pewarnaan Khusus (Special Staining)
Flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil,
sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
Kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai
pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air
dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang. Yang
berwana biru gelap.
Ada beberapa metode pengecatan kapsul, diantaranya :
1. Metode Buri
Yang dipakai : Nigrosin, Methilene Blue.
2. Metode Hiss
Yang dipakai : Basic Fucsin (dengan pencuci alcohol).
3. Metode Welch
Yang dipakai : Carbol Fuchsin (dengan pencuci NaCl).
4. Metode Antony
Yang dipakai : Cristal violet (dengan pencuci CuSO4).
Tujuan :
Untuk mengetahui adanya kapsul pada bakteri
Hasil Pengamatandan Cara Kerja :
Spora
Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa, diperlukan
teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora yang paling banyak
digunakan.
Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan endspores, perlu
dilakukan pemanasan supaya cat malachite hijau bisa masuk ke dalam spora, seperti halnya
pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat carbol fuschsin harus dipanaskan untuk
bisa menembus lapisan lilin asam mycolic dari Mycobacterium.
Prinsip kerja :
Spora kuman mempunyai dinding yang tebal sehingga diperlukan pemanasan agar
pori-pori membesar zat warna fuchsin dapat masuk, dengan pencucian pori-pori kembali
mengecil menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat dilepas walaupun dilunturkan dengan
asam alkohol, sedangkan pada badan bakteri warna fuchsin dilepaskan dan mengambil warna
biru dari methylen blue.
Cara Kerja :
Dibuat suspensi kuman, ditambah dengan carbol fuchsin sama banyak.
Dipanaskan selama 6 menit pada api kecil atau pada pemangas air 80C selama 10
menit.
Dibuat sediaan dan dikeringkan.
Dimasukkan kedalam H2SO4 1% selama 2 detik.
Dimasukkan kedalam alkohol sehingga tidak ada lagi warna merah mengalir.
Sediaan dicuci dengan air.
Diwarnai dengan methylen blue selama 1 menit kemudian dicuci dan dikeringkan.
Diperiksa dibawah mikroskop.