57
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) MENGGUNAKAN GC-MSD SUGIANA 1503410021 FAKULTAS SAINS UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 2020

IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL

KULIT BUAH NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.)

MENGGUNAKAN GC-MSD

SUGIANA

1503410021

FAKULTAS SAINS

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

Page 2: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

i

IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL

KULIT BUAH NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.)

MENGGUNAKAN GC-MSD

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Program Studi Kimia Fakultas Sains

Universitas Cokroaminoto Palopo

SUGIANA

1503410021

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

Page 3: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

ii

Page 4: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

iii

ABSTRAK

Sugiana. 2020. Identifikasi Minyak Atsiri dari Ekstrak Etanol Kulit Buah Nangka

(Artocarpus heterophyllus Lamk.) Menggunakan GC-MSD (dibimbing oleh Ilmiati

Illing dan Sukarti).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan minyak

atsiri dari kulit buah nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) menggunakan GS-

MSD (Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector) dan mengetahui senyawa

yang dapat di analisis dari ekstrak etanol kulit buah nangka (Artocarpus

heterophyllus Lamk). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstraksi

dan destilasi uap menggunakan dua pelarut yaitu pelarut air dan etanol, sedangkan

pengujian minyak atsiri dalam penelitian ini meliputi uji fisik dan menggunakan

instrumen GC-MSD (Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector) dari library

search report di Laboratorium Forensik Cabang Makassar. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa berdasarkan uji fisik, filtrat yang diperoleh memiliki

kepolaran yang sama dengan air. Hasil analisis GS-MSD (Gas Cromatografi-

Mass Spectroscopy Detector) tidak menunjukkan adanya senyawa minyak atsiri dari ekstrak etanol kulit buah nangka. Senyawa yang dapat di identifikasi pada

penelitian ini adalah 1,2-Benzenediol, 4H-Pyran-4-one, 2,3-dihydro-3, 5-

dihydroxy-6-methyl dan d-Glucoheptose.

Kata kunci: minyak atsiri, kulit buah nangka, GC-MSD.

Page 5: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena masih

memberikan kesempatan dan kesehatan dalam penyusunan skripsi ini. Salawat

dan salam senantiasa penulis hanturkan kepada Rasulullah Shallahu `Alaihi

Wasallam kepada keluarga beliau, para sahabat dan orang-orang yang senantiasa

mengikuti beliau sampai yaumul akhir. Alhamdulillah, penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Minyak Atsiri dari Ekstrak Etanol

Kulit Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) Menggunakan GC-MSD”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terwujud tanpa

bantuan, dorongan, semangat dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua saya Ayahanda Anjas

dan Zakiyah yang senantiasa memberikan cinta, kasih sayang, perhatian, motivasi

dan penuh kesabaran membimbing penulis. Pada kesempatan ini penulis juga

menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Hanafie Mahtika, MS., selaku Rektor Universitas

Cokroaminoto Palopo.

2. Ibu Pauline Destinugrainy Kasi, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Sains

Universitas Cokroaminoto Palopo.

3. Ibu Ilmiati Illing, S.Si., M.Pd., selaku Wakil Dekan Fakultas Sains sekaligus

pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis

dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Muhammad Nur Alam, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Kimia Universitas Cokroaminoto Palopo.

5. Ibu Sukarti, S.Si., M.Si., selaku pembimbing II sekaligus Penasehat

Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan semangat kepada penulis

dalam penyusunan skripsi.

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Sains Unversitas Cokroaminoto Palopo atas

arahan, dukungan dan bimbingan serta ilmu pengetahuan yang telah diberikan

kepada penulis.

7. Terima kasih juga kepada suami (Adi), anakku tersayang (Athaya El Rafif),

ibu yang sudah seperti ibu kandung (Siti Aminah), kakak-kakak dan adik

Page 6: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

v

tercinta serta seluruh keluarga yang tak henti-hentinya mendoakan, memberi

dukungan, motivasi, materi, kepercayaan dan kasih sayang kepada penulis.

8. Teman seperjuangan Chemistry’15 dan terkhusus untuk teman karib penulis

(Ella, Nanda, Elis, Eti, Tia).

Palopo, Agustus 2019

Sugiana

Page 7: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

vi

RIWAYAT HIDUP

Sugiana, lahir di Kalaena kiri pada 22 September 1996.

Anak dari pasangan Anjas dan Zakiyah. Penulis mulai

masuk ke jenjang pendidikan pada tahun 2003 di Madrasah

Ibtidayyah Nurul Iman dan selesai pada tahun 2009.

Selanjutnya pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menegah Pertama Negeri 1 Kalaena

dan selesai pada tahun 2012, dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Mangkutana sampai tahun 2015. Selajutnya pada tahun 2015,

Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Cokroaminoto Palopo dengan

mendaftarkan diri sebagai salah satu peserta UNCP Science Scholarship (USS)

dengan memilih Program Studi Kimia Fakultas Sains. Penulis juga aktif pada

organisasi eksternal kampus yaitu Gema Pena dan Fesbukers Palopo pada tahun

2015, kemudian memutuskan untuk tidak aktif dalam kegiatan organisasi pada

tahun 2016, di tahun yang sama, Penulis menikah dengan seorang pria yang

bernama Adi kemudian di karuniai sepasang buah hati yang bernama Afif dan

Adelia.

Page 8: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ........................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 2

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori ............................................................................... 3

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ................................................... 18

2.3 Kerangka Pikir ........................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian........................................................................... 20

3.2 Defenisi Operasional Penelitian ................................................. 20

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 20

3.4 Prosedur Penelitian .................................................................... 20

3.5 Bagan Alir Penelitian .................................................................. 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 24

4.2 Pembahasan ................................................................................. 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 32

Page 9: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

viii

5.2 Saran ............................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 33

LAMPIRAN ..................................................................................................... 38

Page 10: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Hasil uji destilasi menggunakan pelarut air .............................................. 24

2. Hasil uji destilasi menggunakan pelarut etanol......................................... 24

3. Hasil uji fisik kandungan minyak atsiri .................................................... 24

4. Senyawa yang terkandung dalam ekstrak kulit buah nangka ................... 27

Page 11: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tanaman Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk) .................................. 3

2. Struktur Senyawa Falvonoid ........................................................................ 5

3. Struktur Senyawa Eugenol ........................................................................... 7

4. Seperangkat Alat GC-MSD.......................................................................... 15

5. Bagan Kerangka Pikir .................................................................................. 19

6. Diagram Alir ................................................................................................ 23

7. Hasil GC-MSD ............................................................................................. 25

8. Struktur Senyawa 1,2 Benzenediol ............................................................... 28

9. Senyawa 4H-Pyran-4-one, 2,3-dihydro-3, 5-dihydroxy-6-methyl ............... 29

10. Struktur Senyawa Glukosa ......................................................................... 30

Page 12: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

xi

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan

dkk Dan kawan-kawan

g Satuan bobot gram

kg Kilogram

C Derajat celcius, satuan suhu

mL Mililiter

L Liter

% Perseratus

et al Dan kawan-kawan

GS-MSD Gas Chromatography-Mass Specroscopy Detector

Page 13: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Rendemen Ekstrak .............................................................................. 38

2. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 39

3. Hasil Pengujian GS-MS ............................................................................... 41

Page 14: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan keanekaragaman buah-

buahannya, salah satunya yaitu buah nangka. Buah nangka (Artocarpus

heterophyllus Lamk) merupakan salah satu buah tropis yang tidak mengenal

musim. Pohon nangka dapat tumbuh hampir disetiap daerah di Indonesia.

Menurut Kementerian Pertanian (2015) produksi buah nangka di Indonesia pada

tahun 2014 mencapai 644.291 ton. Selama ini telah banyak pengolahan buah

nangka menjadi produk konsumtif dimasyarakat seperti keripik buah, sari buah,

dodol, manisan, sirup, selai dan pasta, namun pengolahan tersebut menghasilkan

limbah yang nilainya mencapai 65-80% dari berat keseluruhannya. Limbah

tersebut terdiri dari kulit buah dan jerami nangka (Sugiarti, 2003), semakin

banyak produk olahan yang berbahan dasar biji dan buah nangka, maka semakin

banyak pula limbah kulit buah nangka yang dihasilkan.

Kandungan kimia pada kayu A. Heterophyllus Lmk. adalah morin,

sianomaklurin, flavon dan tanin (Ersam, 2004) Genus Artocarpus umumnya

mengandung senyawa fenolik terutama dari golongan flavanoid terisoprenilasi

(Hakim, 2006), beberapa kandungan flavanoid dalam genus tersebut menunjukan

aktivitas biologi yang penting antara lain sebagai anti malaria (Widyawaruyanti,

2007). Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa sejumlah spesies Artocarpus

banyak menghasilkan senyawa golongan terpenoid, flavanoid dan stilbenoid

(Hakim, 2011). Tanaman yang mengandung senyawa terpenoid atau terpen berarti

tanaman tersebut berpotensi untuk dijadikan minyak atsiri.

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris, minyak esensial atau

minyak terbang karena mengandung senyawa organik golongan terpen yang

mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Minyak atsiri

memiliki rasa getir (pungent taste) dan berbau wangi yang sesuai dengan bau

tanaman aslinya. Minyak atsiri memiliki kandungan senyawa aktif yang disebut

terpenoid atau terpen. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang

terdapat pada banyak tanaman misalnya rempah-rempah yang dapat memberikan

cita rasa di dalam industri makanan. Minyak atsiri juga mengandung zat yang

Page 15: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

2

berfungsi untuk mengusir serangga maupun menarik serangga dalam proses

penyerbukan suatu tanaman (Nuraeni, 2018).

Kebutuhan minyak atsiri di dunia belum semuanya dapat dipenuhi, sebab

hanya negara-negara tertentu saja yang dapat menghasilkan minyak atsiri yang

berkualitas baik, sementara permintaan pasar internasional akan minyak atsiri dari

waktu kewaktu semakin meningkat. Minyak atsiri banyak digunakan dalam

industri kimia seperti pembuatan parfum, sabun, kosmetik, farmasi, minuman dan

makanan baik di dalam maupun di luar negeri. Perkembangannya yang relatif

lambat merupakan permasalahan umum yang dihadapi di beberapa negara

penghasil minyak atsiri khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, pada penelitian

ini akan identifikasi minyak atsiri dari ekstrak etanol kulit buah nangka

(Artocarpus heterophyllus Lamk) dengan menggunakan GC-MSD (Gas

Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu:

1) Apakah minyak atsiri dari ekstrak etanol kulit buah nangka (Artocarpus

heterophyllus Lamk) dapat di identifikasi melalui analisis GS-MSD?

2) Senyawa apakah yang dapat di analisis dari ekstrak etanol kulit buah nangka

(Artocarpus heterophyllus Lamk) menggunakan GS-MSD?

1.3 TujuanPenelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:

1) Mengidentifikasi adanya kandungan minyak atsiri dari ekstrak etanol kulit buah

nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) menggunakan GS-MSD.

2) Mengetahui senyawa yang dapat di analisis dari ekstrak etanol kulit buah

nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai senyawa

minyak atsiri dari kulit buah nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) dan

komponen senyawa yang dapat di analisis menggunakan GS-MSD.

Page 16: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

1. Tinjauan Umum Tanaman Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk)

Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) merupakan salah satu tanaman,

suku Moraceae Genus Artocarpus berupa pohon yang berasal dari India dan telah

menjadi tanaman nasional bagi Indonesia yang tumbuh dengan baik di daerah

ekuatorial dan subtropis (Lim, 2012) dan telah banyak dimanfaatkan buah, kayu,

kulit dan getahnya. Beberapa tanaman nangka dijumpai di Indonesia seperti

cempedak, kluwih, terap atau benda, tainpang atau tiwu landak, kerteuw dan

peusar atau tempunik.

Genus Artocarpus umumnya mengandung senyawa fenolik terutama dari

golongan flavonoid terisoprenilasi (Hakim, 2006) yang beberapa kandungan

flavonoid dalam genus tersebut menunjukkan aktivitas biologi yang penting

antara lain sebagai anti malaria (Widyawaruyanti, 2017). Nangka tumbuh dengan

baik di iklim tropis sampai dengan lintang 25 utara maupun selatan, walaupun

diketahui pula masih dapat berbuah hingga lintang 30 . Tanaman ini menyukai

wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm pertahun di mana musim

keringnya tidak terlalu keras. Nangka kurang toleran terhadap udara dingin,

kekeringan dan penggenangan (Rukmana, 2008)

Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan, tanaman nangka di klasifikasikan sebagai

berikut (Manner and Elvitch, 2006)

Kingdom : Plantae

Devisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Urticales

Family : Moraceace

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus Heteropyllus

Gambar 1. Tanaman Nangka

(Artocarpus heterophyllus)

Sumber: Yamsyu Hidayat, 1991

Page 17: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

4

Menurut Heyne (1987), tanaman Artocarpus Heteropyllus memiliki nama

daerah di Indonesia, antara lain Nongko, Nangka ( Jawa); Langge (Gorontalo);

Anane (Ambon); Lumasa, Malasa (Lampung); Nanal, Krour (Irian Jaya); Nangka

(Sunda). Beberapa nama asing yaitu :jacfruit, Jack (Inggris), Nangka (Malaysia),

Kapiak (Papua Nugini), Liangka (filipina), peignai (Myanmar), Khnaor

(Kamboja), Mimiz, Miiz nhang (Laos), Khanun (Thailan) dan Mit (Vietnam).

Tanaman nangka merupakan tanaman yang potensial untuk

dikembangkan. Banyak manfaat yang dapat diambil dari tanaman ini, hampir

semua bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan, selain buah yang merupakan

produk utamanya, bagian akar, batang, daun, bakal buah, bahkan kulitnya pun

dapat dimanfaatkan. Buah nangka yang muda dapat dijadikan sayur dan

dimanfaatkan menjadi gudeg, sedangkan buah yang matang enak dimakan. Pohon

nangka umumnya berukuran sedang, sampai sekitar 20 m tingginya, walaupun ada

yang mencapai 30 meter. Batang bulat silindris, sampai berdiameter sekitar 1

meter. Tajuknya padat dan lebat, melebar dan membulat apabila di tempat

terbuka. Seluruh bagian tumbuhan mengeluarkan getah putih pekat apabila

dilukai, daun tunggal, tersebar, bertangkai 1-4 cm, helai daun agak tebal seperti

kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik sampai jorong (memanjang), 3,5-12 ×

5-25 cm, dengan pangkal menyempit sedikit demi sedikit, dan ujung pendek

runcing atau agak runcing. Daun penumpu bulat telur lancip, panjang sampai 8

cm, mudah rontok dan meninggalkan bekas serupa cincin. Daging buah nangka

muda (tewel) dimanfaatkan sebagai sayuran. Tepung biji nangka digunakan

sebagai bahan baku industri makanan (bahan makanan campuran). Daun muda

dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, batang yang telah tua sangat baik untuk

bahan bangunan. Semakin tua warna kuningnya, semakin bermutu pula tinggi

kayunya. Kayu nangka dianggap lebih unggul untuk pembuatan meubel,

konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, dayung, perkakas dan alat musik,

selain itu pohon nangka juga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional

(Purwono, 2007).

Buah nangka yang telah matang dapat dibuat dodol dan keripik nangka

yang tahan lama untuk disimpan (Sunaryono, 2005), sedangkan daunnya

merupakan makanan yang disenangi kambing dan domba, kemudian abu akar

Page 18: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

5

nangka sejenis dengan abu Selaginella yang dapat digunakan untuk obat,

sedangkan kulit kayunya dapat dipakai sebagai pembalur luka (Purwono, 2007).

Adapun kandungan kimia tanaman nangka yakni pada batang nangka

mengandung artokarpin, norartokarpin, kuwanon C, albanin A, kudraflavon B,

Kudraflavon C, artokarpesin, 6-prenilapigenin, brosimon 1 dan 3-prenil lutiolin,

furanoflavon, artokarfuranol, dihidromorin, steppogenin, norartokarpetin,

artokarpanon, sikloartokarpin, siklokartopesin, artokarpetin, karpakromen,

isoartokarpesin dan sianomaklurin (Lim, 2012). Kandungan kimia pada kayu A.

Heterophyllus Lmk. adalah morin, sianomaklurin, flavon dan tanin. Selain itu

pada kulit kayunya juga terdapat senyawa flavanoid yang baru, yakni morusin,

artonin E, sikloarbilosanton dan artonol B. Bioaktivitasnya terbukti secara empirik

sebagai anti kanker, antivirus, antiinflamasi, diuretil, dan antihipertensi (Ersam,

2004). Genus Artocarpus umumnya mengandung senyawa fenolik terutama dari

golongan flavanoid terisoprenilasi (Hakim, 2006) yang beberapa kandungan

flavanoid dalam genus tersebut menunjukan aktivitas biologi yang penting antara

lain sebagai anti malaria (Widyawaruyanti, 2007). Berdasarkan studi literatur,

diketahui bahwa sejumlah spesies Artocarpus banyak menghasilkan senyawa

golongan terpenoid, Flavanoid dan stilbenoid (Hakim, 2011). Artocarpus

mempunyai struktur molekul yang unik dengan beberapa senyawa flavon yang

berasal dari sari Artocarpus, selain itu Artocarpus juga memperlihatkan

bioaktivitas anti tumor yang tinggi pada sel leukimia (Suhartati, 2001). Kulit buah

nangka memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 38,69 %

(Wulandari, 2015). Struktur senyawa flavonoid pada genus Artocarpus dapat

dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Struktur senyawa flavonoid

Sumber: http://caslab.com

Page 19: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

6

2. Minyak Atsiri

Minyak atsiri atau disebut juga juga minyak eteris (essential oil atau

volatile) adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari

daun, bungan, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Ada kurang lebih 150 jenis

minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis diantaranya

bisa diproduksi di Indonesia. Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa

diproduksi di Indonesia, namun sebagian kecil saja yang telah berkembang dan

sedang dikembangkan di Indonesia (Gunawan, 2009). Minyak atsiri ini

merupakan minyak yang mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih yang

berbeda-beda. Setiap substansi yang dapat menguap memiliki titik didih dan

tekanan uap tertentu dan hali ini dipengaruhi oleh suhu (Guenter,2006).

Pada umumnya minyak atsiri dapat di peroleh dengan cara penyulingan,

karena prosesnya tidak rumit dan tidak mahal. Metode destilasi uap dan air (water

and steam distillation) dikenal dengan sistem kukus, dimana bahan baku akan

ditempatkan dalam suatu tempat seperti piringan atau plat besi berlubang seperti

ayakan yang ditopang diatas dasar alat suling dan di bawahnya di isi dengan air

(Satrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri adalah sejenis minyak nabati yang dapat berubah mengental

bila diletakkan pada suhu ruangan. Minyak ini mengeluarkan aroma yang sangat

khas dan biasa digunakan sebagai bahan pembuat minyak gosok alami yang

digunakan untuk pengobatan dan kosmetika (Friatna, 2011). Minyak atsiri yang

dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditas ekspor non migas yang

dibutuhkan diberbagai industri seperti dalam industri parfum, kosmetika, industri

farmasi/obat-obatan, industri makanan dan minuman, sedangkan dalam dunia

perdagangan, komoditas ini dipandang punya peran strategis dalam menghasilkan

produk primer maupun sekunder, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.

Komoditas ini masih tetap eksis walaupun selalu terjadi fluktuasi harga, namun

baik petani maupun produsen masih di untungkan. Minyak atsiri tersusun oleh

beberapa komponen senyawa diantaranya geraniol, linalool, sistronelol, mentol,

borneol, sentanol dan eugenol. Senyawa eugenol yang merupakan salah satu

senyawa penyusun minyak atsiri dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Page 20: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

7

Gambar 3. Struktur senyawa eugenol

Sumber: http://caslab.com

Penggunaan minyak atsiri di Indonesia ini sangat beragam, diantaranya

dapat digunakan melalui berbagai cara yaitu melalui mulut/dikonsumsi langsung

melalui makanan dan minuman seperti jamu yang mengandung minyak atsiri,

penyedap/fragrant makanan, flavour es krim, permen, pasta gigi dan lain-lain.

Pemakaian luar seperti untuk pemijatan, lulur, lotion, balsam, sabun mandi,

shampo, obat luka/memar dan pewangi badan (parfum). Penggunaan lain dari

minyak atsiri yaitu digunakan sebagai inhalasi/aromaterapi seperti untuk wangi-

wangian ruangan, pengharum tissue, pelega pernafasan rasa sejuk dan aroma lain

untuk aroma terapi. Pemanfaatan aroma terapi sebagai salah satu pengobatan dan

perawatan tubuh yang menjadi trend “back to nature” sangat membutuhkan

bahan baku yang beragam dan bermutu dari tanaman aromatik.

Keanekaragaman tanaman aromatik yang menghasilkan minyak atsiri

diperkirakan 160-200 jenis yang termasuk dalam famili Labiatae, Compositae,

Lauraceae, Graminae, Myrtaceae, Umbiliferae dan lain-lain, dalam dunia

perdagangan telah beredar ± 80 jenis minyak atsiri diantaranya nilam, serai wangi,

cengkeh, jahe, pala, fuli, jasmin dan lain-lain, sedang di Indonesia diperkirakan

ada 12 jenis minyak atsiri yang diekspor ke pasar dunia. Jenis-jenis minyak atsiri

Indonesia yang telah memasuki pasaran internasional diantaranya nilam, serai

wangi, akar wangi, kenanga/ylang-ylang, jahe, pala/fuli dan lain-lain. Sebagian

besar minyak atsiri yang diproduksi oleh petani diekspor, pangsa pasar beberapa

komoditas aromatik seperti nilam, kenanga, akar wangi, serai wangi, pala,

cengkeh, jahe dan lada. Oleh sebab itu keanekaragaman minyak atsiri Indonesia

yang bertujuan untuk ekspor maupun berfungsi sebagai substitusi impor harus

ditingkatkan.

Page 21: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

8

Rendahnya produksi tanaman, sifat usaha tani, mutu minyak yang

beragam, penyediaan produk yang tidak bermutu, fluktuasi harga, pemasaran,

persaingan sesama negara produsen dan adanya produk sintetis. Pengelolaan

usaha tani bersifat sambilan dengan modal yang kecil dan teknologi seadanya,

belum semua paket teknologi (varietas/jenis unggul, budidaya dan

pengolahan/pasca panen) tersedia untuk beberapa komoditas tanaman aromatik,

karena banyak ragamnya dan prioritasnya penelitian masih rendah dibanding

dengan tanaman perkebunan lainnya. Skala usaha tani yang kecil dan kemampuan

teknologi yang terbatas sehingga kadang tidak memenuhi persyaratan teknis baik

dari penggunaan bahan tanaman (varietas unggul), peralatan maupun cara

pengolahan, serta produksi dan mutu minyak atsiri yang dihasilkan sangat rendah

dan beragam sehingga penyediaan produk kurang mantap.

Fluktuasi harga minyak atsiri yang cukup besar menjadi masalah yang

sulit dikendalikan. Umumnya petani menggarap lahan yang sempit dan terbatas,

sehingga fluktuasinya sangat berpengaruh terhadap ketersediaan produk. Petani

akan malas mengusahakan produk tersebut dan mengalihkan ke usaha tani dengan

menanam tanaman lain yang harganya lebih menjanjikan atau menghentikan

usahanya sama sekali, untuk menghadapi fluktuasi harga, usaha yang mungkin

dapat ditempuh adalah diversifikasi jenis komoditas, baik secara horizontal

maupun vertikal. Secara horizontal yaitu dengan menambah keanekaragaman

jenis minyak atsiri, sedang secara vertikal yaitu menganekaragamkan produk

melalui pengolahan lebih lanjut jenis minyak atsiri, dengan berkembangnya

berbagai industri di dalam negeri, maka kebutuhan minyak atsiri dan turunannya

semakin meningkat baik dari segi jenis minyak atsiri maupun volumenya.

Diperkirakan jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal ini dapat

dilihat dari nilai impor minyak atsiri.

Kebutuhan minyak atsiri dalam negeri cukup besar baik dari volume

maupun jenisnya makin beragam karena kebutuhan industri juga makin pesat dan

berkembang ragamnya seperti akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan untuk aroma

terapi dan lain sebagainya, sedangkan dari segi kebutuhan baik untuk ekspor

maupun impor masih akan meningkat terus sehingga peluang pengembangan

minyak atsiri baik dapat terbuka luas, sedangkan pengembangan peluang usaha

Page 22: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

9

minyak atsiri yang sudah berkembang seperti nilam, akar wangi, serai wangi dan

kenanga diarahkan pada peningkatan mutunya dengan menggunakan benih unggul

dan cara pengolahan (penanganan bahan tanaman dan penyulingan) yang tepat.

Selain itu dukungan teknologi budidaya yang direkomendasikan dengan SOP

(Standar Operasional Prosedur) dan efisiensi usaha tani yang tepat akan

meningkatkan usaha tani minyak atsiri yang pada gilirannya akan meningkatkan

daya saing minyak atsiri Indonesia di pasar dunia, adanya penambahan areal pada

tanaman minyak atsiri yang sudah berkembang tidak akan banyak berpengaruh

pada peningkatan nilai ekspor, karena harga akan turun apabila produksi

berlebihan, adanya studi kelayakan usaha tani dan celah-celah pemasaran minyak

atsiri merupakan salah satu potensi dalam mengembangkan minyak atsiri. Ragam

minyak atsiri sangat berpeluang untuk dikembangkan mengingat peruntukan

penggunaannya masih terbuka luas dengan berkembangnya industri makanan,

minuman, obat-obatan, aroma terapi dan lain sebagainya, dengan demikian dari

potensi keanekaragaman tanaman penghasil minyak atsiri, Indonesia mempunyai

peluang sangat besar untuk mengembangkan minyak atsiri yang baru.

Potensi keanekaragaman tanaman aromatik penghasil minyak atsiri yang

dimiliki Indonesia akan dapat dimanfaatkan apabila ditanam pada lingkungan

yang sesuai. Indonesia mempunyai wilayah yang luas dengan ragam tanah dan

iklim yang berbeda- beda. Hal ini memungkinkan untuk pengembangan suatu

komoditas minyak atsiri yang cocok pada suatu daerah tertentu sehingga hasilnya

maksimal. \

3. Metode Ekstraksi

Menurut Hartati (2012) ekstraksi adalah metode pemisahan suatu

komponen solut dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa pelarut.

Proses ekstraksi dipilih terutama jika umpan yang akan dipisahkan terdiri dari

komponen-komponen yang mempunyai titik didih yang berdekatan,

sensitiveterhadap panas dan merupakan campuran azeotrop. Proses ekstraksi padat

cair banyak digunakanpada industri bahan makanan, obat-obatan dan ekstraksi

minyak nabati. Pelarut organik yang banyak digunakan dalam ekstraksi padat-

cairadalah heksan, alkohol, kloroform dan aseton.

Page 23: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

10

Berikut beberapa metode ekstraksi antara lain sebagai berikut :

a) Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik

pada temperatur ruangan (Astuti dan Heti, 2015).

b) Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga

pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut.

c) Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyarian berulang

dan pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara memanaskan

pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel.

d) Destilasi uap destilasi uap merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan

(Pradipta, 2011).

4. Metode Destilasi Uap-Air

Destilasi uap dapat dilakukan dengan tiga macam teknik yaitu

hidrodestilasi, destilasi dengan uap-basah (destilasi uap-air) dan dengan uap-

kering (dry steam). Hidrodestilasi adalah teknik yang paling sederhana dan oleh

sebab itu banyak produsen minyak atsiri yang menggunakan teknik tersebut.

Destilasi uap-air adalah pernyempurnaan teknik hidrodestilasi. Destilasi dengan

uap kering adalah teknik yang paling lanjut dan paling hemat energi. Destilasi uap

adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial)

dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari

simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia

yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya

melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi

ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang

diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut

polar dan sebaliknya (Nuraeni, 2018). Pemilihan pelarut pada umumnya

dipengaruhi oleh:

1) Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.

2) Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak

yang besar.

Page 24: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

11

3) Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh

larut dalam bahan ekstraksi.

4) Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara

pelarut dengan bahan ekstraksi.

5) Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada

komponen bahan ekstraksi.

6) Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan

pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.

7) Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak

beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak

korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik.

Metode water and steam distillation digunakan karena minyak atsiri

umumnya akan terdekomposisi pada suhu tinggi. Penambahan air atau uap air

dapat menurunkan titik didih, sehingga minyak atrisi menguap pada suhu lebih

rendah dari pada titik didihnya pada tekanan atmosfer. Metode ini seringkali

digunakan untuk memisahkan komponen dengan titik didih tinggi dari sejumlah

pengotor yang non volatil (Luthony, 2000). Bahan tanaman yang akan disuling

diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan

diisi dengan air sampai permukaanya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri

khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu

panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan

tidak dengan air panas (Luthony, 2000). Pada tanaman minyak atsiri terdapat

kelenjar minyak yang akan keluar setelah hidrodifusi dimana uap menerebos

jaringan tanaman. Proses difusi berlangsung sangat lambat sehingga untuk

mempercepat sebelum penyulingan dilakukan bahan harus diperkecil dengan

dipotong atau digerus (Luthony, 2000).

Penyimpanan bahan tanaman sebelum dipotong sering menyebabkan

lepasnya minyak atsiri, biasanya hilangnya minyak atsiri oleh penguapan relatif

sedikit tetapi sering disebabkan oleh oksidasi dan resinifikasi. Minyak atsiri pada

jaringan tanaman sering hilang karena pemanasan setelah bahan dipanen. Bagian

tanaman dengan kandungan air yang tinggi dapat kehilangan kandungan minyak

atsiri dalam jumlah besar pada saat dikeringkan pada keadaan terbuka, tetapi

Page 25: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

12

memang ada sejumlah tanaman yang kehilangan minyak atsiri sedikit. Pada

hakekatnya penguapan melalui dinding jaringan tanaman tidak langsung terjadi

karena pelepasan minyak atsiri ini, pertama minyak atsiri harus dibawa ke

permukaan tanaman melalui hidrodifusi (Luthony, 2000). Penyulingan dengan

suhu tinggi akan menghasilkan minyak yang bermutu kurang baik. Pengaruh suhu

terhadap minyak atsiri sangat penting. Pada awal pemanasan (suhu rendah),

persenyawaan dalam minyak yang bertitik didih lebih rendah akan dibebaskan

akibat perajangan dan akan menguap lebih dahulu, suhu uap akan naik secara

bertahap sampai mencapai suhu uap jenuh pada tekanan operasional. Untuk

mendapatkan rendemen yang tinggi dan mutu minyak atsiri yang baik diusahakan

agar suhu penyulingan dipertahankan serendah mungkin atau juga pada suhu

tinggi dengan waktu sesingkat mungkin, dan pada penyulingan dengan uap,

jumlah air yang kontak langsung dengan bahan yang disuling diusahakan sedikit

mungkin tetapi harus diingat air harus ada untuk membantu kelancaran difusi

(Guenther, 1947).

Penelitian Hidayati (2012) menyatakan bahwa semakin lama waktu

penyulingan maka semakin tinggi persentase rendemen minyak atsiri kulit jeruk

yang diperoleh. Lama penyulingan mempengaruhi kontak air atau uap air dengan

16 bahan. Pada penyulingan yang lebih lama, jumlah minyak yang terbawa oleh

uap semakin banyak sehingga rendemen minyak yang diperoleh lebih banyak.

Lama penyulingan juga berpengaruh terhadap penguapan fraksi yang bertitik

didih tinggi. Semakin lama penyulingan, penguapan fraksi yang bertitik didih

tinggi akan semakin besar (Guenther, 1947).

Pada penelitian Hidayati (2012) menyatakan bahwa distilasi minyak atsiri

dari kulit jeruk Pontianak menggunakan metode destilasi uap-air selama 7 jam

pada suhu 1000º C menghasilkan kadar limonene sebesar 97,69%, Warna minyak

atsiri kulit jeruk Pontianak yang diperoleh adalah kuning pucat dengan bobot jenis

0,84; indeks bias 1,47; kelarutan dalam etanol 90% adalah 1:1 (jernih); bilangan

17 asam 0,143% dan bilangan ester 5,37.

Pada penelitian Sari, dkk (2016) menyatakan bahwa minyak atsiri kulit

buah jeruk Bali (Citrus maxima (Burm.) Merr.) diperoleh dengan metode destilasi

uap-air secara tidak langsung selama 4 jam. Randemen minyak atsiri kulit buah

Page 26: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

13

jeruk bali (Citrus maxima (Burm.) Merr.) diperoleh sebesar 0,2% dan hasil

identifikasi GC-MS menunjukkan bahwa minyak atsiri kulit buah jeruk bali

(Citrus maxima (Burm.) Merr.) mengandung senyawa terbesar limonen (41,98%).

Pada penelitian Lestari dan Arreneuz (2014) menyatakan bahwa minyak atsiri

kulit jeruk Pontianak (Citrus nobilis Lour) diperoleh dengan metode destilasi uap-

air dengan suhu 950C selama 4 jam, diperoleh randemen sebesar 0,534% dan

identifikasi GC-MS menunjukkan bahwa minyak atsiri kulit jeruk Pontianak

(Citrus nobilis Lour) mengandung 2 senyawa mayor yaitu limonen (98,95%) dan

mirsen (1,05%). Pada penelitian Noverita, dkk (2014) menyatakan bahwa minyak

atsiri kulit jeruk purut (Citrus hysteric D.C) diperoleh dengan metode destilasi

uap-air selama 5 jam diperoleh randemen sebesar 0,5%. Dan analisis

menggunakan GC-MS menunjukkan bahwa minyak atsiri kulit jeruk purut

(Citrushysteric D.C) mengandung beberapa senyawa utama (citronella14,18%,

cyclohexene 10,10%, βcitronella 8,54%, betaphellandrene 4,47%, citronellyl

acetate 1,95%).

5. Rendemen

Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) minyak yang

dihasilkan dari ekstraksi tanaman aromatik. Rendemen menggunakan satuan

persen (%). Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai

minyak atsiri yang dihasilkan semakin banyak. Peningkatan rendemen atau

perbandingan jumlah minyak yang dihasilkan dapat dilakukan dengan dua

pendekatan. Pertama yaitu melalui proses budi daya, dan kedua melalui proses

pembuatan minyak. Kualitas minyak yang dihasilkan biasanya berbanding terbalik

dengan jumlah rendamen yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai rendamen yang

dihasilkan maka semakin rendah mutu yang di dapatkan (Nuraeni, 2018).

6. Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector (GC-MSD)

Metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode

analisa senyawa yaitu Kromatografi Gas (GC) untuk menganalisis jumlah

senyawa secara kuantitatif dan Spektrometri Massa Detector (MSD) untuk

mengetahui massa 18 molekul relatif dan pola fragmentasi senyawa yang

dianalisis (Pavia etal., 2001). Pada penggunaan GC, efek penguapan dapat

dihindari bahkan dihilangkan sama sekali. Perkembangan teknologi instrumentasi

Page 27: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

14

yang pesat akhirnya dapat menghasilkan suatu alat yang merupakan gabungan dua

sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama lain tetapi saling melengkapi,

yaitu gabungan antara kromatografi gas dan spektrometer massa. Kromatografi

gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai campuran komponen dalam sampel

sedangkan spektrometer massa berfungsi untuk mendeteksi masing-masing

komponen yang telah dipisahkan pada kromatografi gas (Agusta, 2000).

Kromatografi Gas merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali

pada tahun 1950-an. Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk

pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan

senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran (Rohman, 2009). Dalam

kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai

uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase

diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat

pada zat padat penunjangnya (Mc Nair, 1998).

GC-MSD (Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector) dapat

digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kromatografi GC-

MSD (Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector) memberikan informasi

jumlah komponen senyawa yang terpisah. Luas puncak kromagtogram

merepresentasekan konsentrasi (%) senyawa relative terhadap cuplikan yang

menguap pada kondisi pengoperasian GC-MSD (Gas Cromatografi-Mass

Spectroscopy Detector). Identifikasi senyawa dilakukan dengan membandingkan

pola fragmentasi spectra massa hasil GC-MSD (Gas Cromatografi-Mass

Spectroscopy Detector) dengan pola fragmentasi senyawa referensi standar.

Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector menginjeksikan cuplikan ke

dalam injector. Aliran gas dari gas pengangkut akan membawa cuplikan yang

telah teruapkan masuk ke dalam kolom, kolom akan memisahkan komponen-

komponen dari cuplikan. Komponen-komponen yang telah terpisah kemudian

akan ditembak dengan electron sehingga akan terfragmentasi menjadi ion-ion

positif dengan perbandingan masaa dan muatan (m/z) tertentu.

Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector (GC-MSD) terdiri dari gas

pengangkut (gas carrier), pengatur aliran dan pengatur tekanan, tempat injeksi,

kolom dan detector. Gas pengangkut yang digunakan harus memiliki persyaratan

Page 28: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

15

khusus diantaranya adalah inert (tidak bereaksi dengan sampel, pelarut, dan

material kolom) dan dapat mengurangi difusi gas (sastrohamidjojo, 1991). Suatu

pengatur aliran dan pengatur tekanan diperlukan untuk mengalirkan uap sampel

ke dalam kolom Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector dengan

kecepatan dan tekanan yang sesuai, dalam pemisahan dengan GC-MSD (Gas

Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector), sampel harus dalam bentuk gas.

Teknik injeksi yang digunakan tergantung pada jenis sampel. Jenis-jenis teknik

injeksi pada GC-MSD (Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector) antara

lain split, spitless, on column, dan wet needle. Pemilihan jenis injeksi yang akan

digunakan tergantung pada sifat sampel dan banyaknya sampel. Keberhasilan atau

kegagalan analisis GC-MSD (Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector)

tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Jika jumlah

sampel yang akan dipisahkan besar maka digunakan packed column sedangkan

untuk sampel dalam jumlah sedikit digunakan capillary column.

Pada detector komponen-komponen cuplikan yang telah terpisah dideteksi,

Detektor yang baik memiliki sensitivitas tinggi, memiliki respon linier yang lebar,

bersifat nondestruktif, dan memiliki respon yang sama terhadap semua jenis

senyawa. Saat ini ada tiga detector yang dapat digunakan untuk mendeteksi

senyawa-senyawa organic yaitu flame ionization Detector (FID), Thermal

Conductivity Detector (TCD), dan Mass Spectroscopy (MS). Saat ini Ms banyak

digunakan di laboratorium analisis yang mempelajari sifat-sifat fisiska, kimia, dan

biologi dari berbagai senyawa.

Gambar 4. Seperangkat Alat GC-MSD

Sumber: http://lansida.com

Prinsip kerja Gas Chromatography (GC) merupakan jenis kromatografi

yang digunakan dalam kimia organic untuk pemisahan dan analisis. GC dapat

Page 29: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

16

membantu dalam mengidentifikasi sebuah senyawa kompleks. Dalam beberapa

situasi, GC dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah senyawa kompleks.

Dalam gas chromatography, fase yang bergerak (mobile fase) adalah sebuah

operator gas, biasanya gas murni seperti helium atau yang tidak reaktif seperti gas

nitrogen. Stationary atau fase diam merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau

polimer yang mendukung gas murni, di dalam bagian dari system pipa-pipa kaca

atau logam yang disebut kolom. Instrumen yang digunakan untuk melalukan Gas

Chromatography disebut gas chromatograph (aerograph, gas pemisah). Saat GC

dikombinasikan dengan MS, akan di dapatkan sebuah metode analisis yang sangat

bagus. Peneliti dapat menganalisis larutan organik, memasukkannya kedalam

instrument, memisahkannya menjadi komponen tunggal dan lansung

mengidentifikasi larutan tersebut. Selanjutnya, peneliti dapat menghitung analisis

kuantitatif dari masing-masing komponen, untuk menghitung masing-masing

metode dapat divisualisasikan ke dalam grafik dua dimensi.

Pada metode analisis Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector (GC-

MSD) adalah dengan membaca spectra GC jika sampel mengandung banyak

senyawa akan terlihat dari banyaknya puncak (peak) dalam spectra GC tersebut.

Berdasarkan data waktu retensi yang sudah diketahui dari literatur, bias diketahui

senyawa apa saja yang ada dalam sampel. Selanjutnya adalah dengan

memasukkan senyawa yang di duga tersebut ke dalam instrument mass

spectroscopy. Hal ini dapat dilakukan karena salah satu kegunaan dari gas

chromatography adalah untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu sampel.

Setelah itu, didapat hasil dari spektra mass spectroscopy pada grafik yang

berbeda.

Informasi yang diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam

instrumen GC-MSD adalah tidak lain hasil dari masing-masing spektra. Untuk

spektra GC, informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-

tiap senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk spektra MS, bias diperoleh

informasi mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel tersebut. ( Pavia

et al, 2001). Tahap-tahap suatu rancangan penelitian GC-MSD (Gas

Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector) yaitu:

Page 30: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

17

a) Sample Preparation

b) Derivation

c) Injeksi

Menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC lewat heated injection

port. Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector kurang cocok untuk analisis

senyawa labil pada suhu tinggi karena akan terdekomposisi pada awal pemisahan.

a) Separation

Campuran dibawa gas pembawa (biasanya helium) dengan laju alir

tertentu melewati kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas. Kolom GC

memiliki cairan pelapis (fasa diam) yang inert.

b) MS detector

1) Aspek kualitatif: lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa yang tidak

diketahui dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi.

2) Aspek kuantitatif: dengan membandingkan kurva standar dari senyawa yang

diketahui untuk mengetahui kuantitas dari senyawa yang tidak diketahui.

c) Scanning

Spektra massa dicatat secara regular dalam interval 0,5-1 detik selama

pemisahan GC dan disimpan dalam sistem instrument data untuk digunakan

dalam analisis. Spektra massa berupa fingerprint dapat dibandingkan dengan

acuan.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Minyak atsiri memiliki kandungan aktif yang disebut terpenoid atau

terpen. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini berarti tanaman tersebut

berpotensi dijadikan minyak atsiri (Nuraeni, 2018). Zat inilah yang mengeluarkan

aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman, di ketahui bahwa

sejumlah spesies Artocarpus banyak menghasilkan senyawa golonan terpenoid,

flavonoid dan stilbenoid. Keunikan struktur metabolit sekunder pada artocarpus

menghasilkan efek fisiologis yang luas, antara lain sebagai anti bakteri ( Weng et

al.2006)

Page 31: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

18

Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan Mulyani (2009) menyatakan

bahwa ekstraksi kulit jeruk limau menggunakan metode destilasi uap-air

didapatkan rendemen minyak atsiri sebesar 0,72%, bobot, jenis sebesar 0,8957%

dan indeks bias 1,4736%. Penelitian lainya menunjukkan bahwa dari kulit jeruk

yang telah dikeringkan selama 12 jam (40°C) dan di ekstraksi melalui metode

destilasi uap dengan pelarut air didapatkan rendemen minyak 0,59-1,05% dengan

kadar limonene mencapai 97,57%.

Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan Siti Mardiyah menunjukkan

bahwa ekstrak dari kulit durian murni (100%) diperoleh melalui proses destilasi

untuk menghasilkan kandungan minyak atsiri, dari ekstrak kulit durian

mengandung minyak atsiri, flavonoid dan saponin.

2.3 Kerangka pikir

Di Indonesia Artocarpus dikenal sebagai nangka-nangkaan yang

mempunyai ciri yaitu pohon tinngi dengan getah putih diseluruh bagian

tumbuhan, kayunya keras, buah berdaging dan berbiji banyak.

Berdasarkan studi literature, diketahui bahwa sejumlah spesies Artocarpus

banyak menghasilkan senyawa golonan terpenoid, flavonoid dan stilbenoid.

Keunikan struktur metabolit sekunder pada artocarpus menghasilkan efek

fisiologis yang luas, antara lain sebagai anti bakteri ( Weng et al.2006)

Senyawa terpenoid dengan kerangka sikloartan berhasil diisolasi dari

tumbuhan Artocarpus antara lain, sikloartenol (1) yang telah berhasil diperoleh

dari A. champeden (Achmad et al. 1996) dan A. altilis (Altman dan Zito 1976).

Senyawa-senyawa terpenoid lainnya yang telah berhasil diisolasi dari tumbuhan

yang sama yaitu sikloeukalenol (2), 2,4-metilensikloartenon (3), dan sikloartenon

(4) (Achmad et al. 1996). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Nuraeni,

2018) menyatakan bahwa minyak atsiri memiliki kandungan aktif yang disebut

terpenoid atau terpen. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini berarti

tanaman tersebut berpotensi dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang

mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman misalnya

rempah-rempah yang dapat memberikan cita rasa di dalam industri makanan. Oleh

karena itu pada penelitian ini akan dilakukan identifikiasi minyak atsiri dari

ekstrak etanol kulit buah nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) dengan

Page 32: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

19

metode Destilasi Uap-Air menggunakan pelarut etanol dan pelarut air serta

identifikasi kandungan senyawa menggunakan GC-MSD. Berdasarkan uraian

tersebut, adapun kerangka pikir pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5

sebagai berikut:

Gambar 4. Bagan Kerangka Pikir

Buah Nangka

Limbah Kulit Buah Nangka

Ekstraksi/Isolasi Minyak Atsiri

Metode Destilasi Uap

Uji Fisik GC-MSD

Data

Kesimpulan

Identifikasi Minyak Atsiri

Page 33: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen yaitu

mengidentifikasi minyak atsiri dari ektrak etanol kulit buah nangka (Artocarpus

Heterophyllus Lamk) menggunakan GC-MSD.

3.2 Defenisi Operasional Penelitian

1. Kulit buah nangka (Artocarpus heterophyllus lamk) yang digunakan pada

penelitian ini yaitu bagian kulit yang telah matang dipisahkan dari durinya dan

tidak terlalu kering, kemudian dihaluskan menggunakan blender yang telah

melalui beberapa tahap sehingga dihasilkan ekstrak dari kulit buah nangka.

2. Minyak atsiri (essential oil atau volatile) adalah minyak nabati yang dapat

berubah mengental bila diletakkan pada suhu ruangan. Minyak ini

mengeluarkan aroma yang sangat khas dan biasa digunakan sebagai bahan

pembuat minyak gosok alami yang digunakan untuk pengobatan dan kosmetika

(Friatna, 2011).

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bahan Alam Fakultas Sains

Universitas Cokroaminoto Palopo, pengujian GC-MSD (Gas Cromatografi-Mass

Spectroscopy Detector) dilakukan di Laboratorium Forensik POLRI Cabang

Makassar dan pengambilan sampel kulit nangka dilakukan di Desa Mekar Sari

Kecamatan Kalaena, Kabupaten Luwu Timur. Waktu penelitian ini adalah dimulai

pada 25 Juli-23 Agustus 2019.

3.4 Prosedur Penelitian

1) Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat destilasi

uap-air (ketel, selang, kondensor, pompa air), pisau, timbangan, baskom, pemanas

listrik, termometer, gelas Erlemeyer, botol kaca, pipet tetes, labu takar 10 mL,

gelas ukur 10 mL, cawan petri, gelas beker 50 mL, neraca analitik, oven dan GC-

MSD (Gas Cromatografi-Mass Spectroscopy Detector).

Page 34: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

21

2) Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kulit buah nangka yang

sudah matang, air es, aquades, etanol 96%, alumunium foil dan plastik wrab.

3) Prosedur Kerja

a. Destilasi Uap Pelarut Etanol

1) Preparasi Sampel

Kulit buah nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk) yang telah

dipisahkan dari durinya sebanyak 1 kg dicuci bersih dengan air mengalir,

kemudian diiris secara tipis-tipis lalu diblender sampai halus. Kulit buah nangka

yang telah halus ditimbang kembali sebanyak 354,06 gram.

2) Tahap Ekstraksi

Sampel kulit nangka dibersihkan lalu dipotong kecil-kecil, kemudian

sampel dikeringkan selama 2 hari. Setelah sampel kering lalu sampel ditimbang

sebanyak 191,98 gram. Selanjutnya sampel di maserasi dengan etanol sebanyak

550 mL. Maserasi dilakukan selama 2×24 jam. Setelah dimaserasi sampel

kemudian disaring dan diperoleh ekstrak etanol dari kulit buah nangka. Ekstrak

sampel di destilasi hingga keluarnya tetesan pada tabung destilat.

3) Tahap Destilasi Uap Pelarut Etanol

Ekstrak dari kulit buah nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk)

kemudian dimasukkan ke dalam ketel alat destilasi uap, ditambahkan air dingin

(air es) secukupnya sampai batas yang ditentukan lalu unit destilasi uap dirangkai

dan dicatat waktu yang diperlukan pada saat tetesan pertama terjadi, proses

destilasi dilakukan selama 6 jam dan dibiarkan destilat ditampung dalam

erlenmeyer sampai proses destilasi selesai. Ekstrak sampel di destilasi hingga

keluarnya tetesan pada tabung destilat atau mencapai suhu 70◦ C, kemudian hasil

destilat dipisahkan dan dimasukkan kedalam gelas ukur, setelah itu warna dan bau

ekstrak kulit nangka dicatat dan rendemen destilat dihitung.

b. Destilasi Uap Pelarut Air

1) Preparasi Sampel

Kulit buah nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk) yang telah

dipisahkan dari durinya sebanyak 1 kg dicuci bersih dengan air mengalir,

Page 35: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

22

kemudian diiris secara tipis-tipis lalu diblender sampai halus. Kulit buah nangka

yang telah halus ditimbang kembali sebanyak 354,06 gram.

2) Tahap Destilasi Uap menggunakan Pelarut Air

Ekstrak dari kulit buah nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk) yang

telah di haluskan menggunakan blender dengan pelaruit air sebanyak 800 mL,

kemudian dimasukkan ke dalam ketel alat destilasi uap, ditambahkan air dingin

(air es) secukupnya sampai batas yang ditentukan lalu unit destilasi uap dirangkai

dan dicatat waktu yang diperlukan pada saat tetesan pertama terjadi, proses

destilasi dilakukan selama 6 jam dan dibiarkan destilat ditampung dalam

erlenmeyer sampai proses destilasi selesai. Ekstrak sampel di destilasi hingga

keluarnya tetesan pada tabung destilat atau mencapai suhu 90◦ C, kemudian hasil

destilat dipisahkan dan dimasukkan kedalam gelas ukur, setelah itu warna dan bau

ekstrak kulit nangka dicatat dan rendemen destilat dihitung.

c. Rendemen Minyak Atsiri dan Rendemen Ekstrak Etanol Kulit Buah

Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk).

1) Rendemen Minyak Atsiri kulit buah nangka (Artocarpus Heterophyllus

Lamk)

Penentuan rendemen minyak atsiri kulit buah nangka (Artocarpus

Heterophyllus Lamk) dilakukan dengan cara menimbang kulit buah nangka

sebelum di ekstraksi dan berat minyak atsiri kulit nangka hasil ekstraksi. Besarnya

rendemen dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Rendemen (%) =𝐴

Bx 100

Keterangan:

A = Berat minyak kulit buah nangka hasil ekstraksi

B = Berat kulit buah nangka sebelum diekstrak (Aslamiyah, 2017)

2) Rendemen Ekstrak Etanol Kulit Buah Nangka (Artocarpus Heterophyllus

Lamk)

Penentuan rendemen ekstrak etanol kulit buah nangka (Artocarpus

Heterophyllus Lamk) dilakukan dengan cara menimbang residu ekstrak etanol

kulit buah nangka dan berat kulit nangka sebelum di ekstraksi. Besarnya

rendemen dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Page 36: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

23

Rendemen (%) =𝐴

Bx 100

Keterangan:

A = Berat residu ekstrak etanol kulit buah nangka

B = Berat kulit buah nangka sebelum diekstrak

3.5 Bagan Alir Penelitian

1. Destilasi Uap menggunakan Pelarut Etanol

2. Destilasi Uap menggunakan Pelarut Air

Gambar 6. Bagan Diagram Alir

Kulit Buah Nangka 354,06 gram

GS-MSD

-Di uji GC-MSD

Uji Fisik Destilat

Kulit Buah Nangka 354,06 gram

-Dihitung Rendemen

-Ekstrak dimasukkan dalam ketel destilasi

-Tambahkan air dingin (air es)

-Destilasi selama 6 jam

-Ekstrak dimasukkan dalam ketel destilasi

-Tambahkan air dingin (air es)

-Destilasi ± 6 jam

-Dihitung Rendemen Ekstrak

-Di maserasi selama 2x24 jam

-Ekstrak sampel di saring

-Haluskan sampel

Page 37: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Destilasi Uap- Air Menggunakan Pelarut Etanol

Hasil destilasi uap menggunakan pelarut etanol sebanyak 550 mL adalah

sampel yang didestilasi berasal dari ekstrak kulit buah nangka yang telah

dikeringkan kemudian dimaserasi selama 2×24 jam. Hasil rendemen ekstrak

menggunakan pelarut etanol di sajikan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil destilasi menggunakan pelarut etanol Sampel (gram) Residu destilasi (gram) Rendemen ekstrak

(%)

354,06 26 7,34

Sumber: Data primer setelah diolah (2019)

2. Destilasi Uap-Air Menggunakan Pelarut Air

Sampel yang didestilasi berasal dari kulit buah nangka yang telah matang

dan dibersihkan serta dipotong kecil, selanjutnya di blender, kemudian sampel

ditimbang lalu didestilasi. Hasil destilasi pelarut air sebanyak 800 mL yang di

sajikan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil destilasi menggunakan pelarut air Sampel (gram) Residu destilasi (gram) Rendemen ekstrak (%)

354,06 16 4,51

Sumber: Data primer setelah diolah (2019)

3. Uji Fisik Kandungan Minyak Atsiri Ekstrak Kulit Buah Nangka Hasil

Destilasi Uap-Air

Uji fisik dalam penelitian ini di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui

adanya kandungan minyak atsiri yang diperoleh dari hasil destilasi ekstrak kulit

buah nangka. Hasil uji fisik tersebut dapat di sajikan pada Tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Hasil uji fisik kandungan minyak atsiri ekstrak kulit buah nangka Jenis Destilasi Uji Fisik

Kelarutan dalam air Kelarutan dalam

minyak

Destilat uap-air menggunakan

pelarut air

Destilat uap-air menggunakan

pelarut etanol

Bercampur

bercampur

tidak bercampur

tidak bercampur

Sumber: Data primer setelah diolah (2019)

Page 38: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

25

4. Identifikasi Kandungan Minyak Atsiri dengan GC-MSD

Identifikasi minyak atsiri ekstrak kulit buah nangka di lakukan

menggunakan alat instrument GC-MSD (Gas Chromatography-Mass Specroscopy

Detector) di Laboratorium Forensik cabang Makassar dari library search report.

Hasil uji GC-MSD (Gas Chromatography-Mass Specroscopy Detector) pada

sampel ekstrak kulit buah nangka dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Krotamogram GC-MSD ekstrak kulit buah nangka dengan

menggunakan pelarut etanol

(Sumber: Data primer setelah diolah (2019))

4.2 Pembahasan

1. Destilasi Uap-Air Menggunakan Pelarut Etanol

Destilasi uap menggunakan pelarut etanol dalam penelitian ini merupakan

salah satu metode yang paling sering digunakan oleh penelitian terdahulu untuk

mengidentifikasi kandungan minyak atsiri pada suatu tumbuhan atau tanaman.

Pemilihan pelarut etanol dalam suatu proses destilasi uji identifikasi kandungan

minyak atsiri di karenakan harga pelarut yang murah serta memiliki titik didih

yang rendah (65°C) sehingga etanol merupakan pelarut yang sesuai untuk

mengekstrak suatu kandungan minyak atsiri. Pelarut dengan titik didih tinggi akan

menyebabkan minyak atsiri terdekomposisi pada suhu tinggi (Andiani, dkk.,

2017). Etanol merupakan pelarut polar yang banyak digunakan untuk

mengekstrak komponen polar suatu bahan alam dan dikenal sebagai pelarut

Page 39: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

26

universal. Komponen polar dari suatu bahan alam dalam ekstrak etanol dapat

diperoleh dengan teknik ekstraksi melalui proses pemisahan. Etanol dapat

mengekstrak senyawa aktif yang lebih banyak dibandingkan jenis pelarut organik

lainnya (Sari, 2010). Pelarut etanol juga dikenal sebagai pelarut yang tidak

beracun dan berbahaya serta kepolaran yang tinggi sehingga etanol mudah untuk

melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak, karbohidrat dan senyawa

organik lainnya (Nur Hidayati, 2016).

Hasil ekstrak sampel yang diperoleh dalam penelitian ini dengan

menggunakan pelarut etanol berwarna coklat tua yang di uji dengan pengujian

visual. Adapun hasil rendemen ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol

meningkat seiring meningkatnya waktu ekstraksi. Hal ini ditunjukkan pada Tabel

1 (hasil destilasi uap- etanol) dan Tabel 2 (hasil destilasi uap-air). Kenaikan waktu

proses yang digunakan akan menghasilkan kenaikan jumlah minyak hal ini

disebabkan lamanya ekstraksi akan membuat selaput pelindung minyak atsiri

melunak dan mempermudah penetrasi pelarut kedalam bahan baku, kelarutan

komponen-komponen minyak akan berjalan dengan perlahan sebanding dengan

kenaikan waktu yang akan berpengaruh pada rendemen yang di hasilkan.

2. Destilasi Uap-Air Menggunakan Pelarut Air

Destilasi uap-air merupakan salah satu metode yang digunakan dalam

penelitian ini untuk memperoleh rendemen dari ekstrak kulit buah nangka. Proses

pemanasan yang terjadi pada metode destilasi uap-air menyebabkan air akan

menguap dan uap air akan naik ke atas mengenai sampel ekstrak kulit buah

nangka sekaligus mengikat kandungan minyak atsiri yang terdapat pada kulit buah

nangka tersebut. Uap air akan masuk ke kondensor dan berubah fase menjadi

cairan, sehingga akan diperoleh cairan minyak yang bercampur dengan air yang

jatuh ke Erlenmeyer. Pada proses destilasi uap-air dalam penelitian ini digunakan

suhu 90°C, karena pada suhu tersebut sampel mulai menetes secara stabil.

Destilasi air merupakan salah satu cara untuk memisahkan minyak atsiri

dari dalam suatu bahan atau sampel. Pada metode destilasi uap-air, bahan yang

akan didestilasi akan mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Sampel

atau bahan sebelum didestilasi terlebih dahulu diubah dalam bentuk chips dengan

tujuan untuk mempermudah suatu proses destilasi (Widjanarko, 2014). Pelarut air

Page 40: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

27

mempunyai konstanta dielektrikum paling besar (paling polar) namun

penggunaannya sebagai pelarut pengestrak jarang digunakan karena mempunyai

beberapa kelemahan seperti menyebabkan reaksi fermentatif (mengakibatkan

perusakan bahan aktif lebih cepat), pembekakan sel dan larutannya mudah

terkontaminasi (Sari, 2010). Berdasarkan hasil penelitian destilasi uap-air kulit

buah nangka diperoleh ekstrak yang berwarna putih bening, dimana pengujian

warna dalam penelitian ini dilakukan dengan pengujian visual atau diamati secara

langsung.

3. Identifikasi Kandungan Minyak Atsiri Menggunakan GC-MSD

Berdasarkan hasil identifikasi kandungan minyak atsiri dari ekstrak kulit

buah nangka mengunakan GC-MSD (Gas Chromatography-Mass Specroscopy

Detector) di Laboratorium Forensik cabang Makassar dari library search report

diperoleh hasil yang disajikan pada gambar 5 yang menyatakan bahwa sampel

mengandung beberapa senyawa berdasarkan hasil puncak (peak) yang terlihat.

Adapun jenis senyawa yang ditemui pada sampel ekstrak kulit buah nangka

berdasarkan hasil uji GC-MSD (Gas Chromatography-Mass Specroscopy

Detector) tersebut disajikan pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Senyawa yang terkandung dalam ekstrak kulit buah nangka Pk RT Komponen Senyawa Quality

1 9.453 1,2-Benzenediol 94

2 10.466 4H-Pyran-4-one, 2,3-dihydro-3, 5-dihidroxy-6-methyl 86

3 16.572 d-Glucoheptose 50

Sumber: Data primer setelah diolah (2019)

Keterangan:

Pk: Peak

RT: Retention Time (Waktu retensi)

Quality: Kualitas/ kemiripan senyawa

Berdasarkan hasil Tabel 4 dapat dinyatakan bahwa hasil puncak

kromatogram (peak) yang terdeteksi oleh kromatogram GC-MSD (Gas

Chromatography-Mass Specroscopy Detector) ditemukan 3 komponen senyawa

diantaranya senyawa 1,2-Benzenediol dengan waktu retensi 10.466 menit, % area

14,85, dengan tingkat kemiripan sebesar 94%. Senyawa 4H-Pyran-4-one,2,3-

dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl dengan waktu retensi 9.453 menit, % area 14,81

memiliki tingkat kemiripan sebesar 86%, selanjutnya senyawa d-Glucoheptose

Page 41: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

28

dengan waktu retensi 16.572 menit, % area 70,34 memiliki tingkat kemiripan

sebesar 50%.

a. Senyawa dengan tingkat kemiripan 94%

Berdasarkan data uji Gas Chromatography-Mass Specroscopy Detector

(GS-MSD) senyawa 1,2-Benzenediol merupakan komponen utama yang terdapat

pada ekstrak sampel dengan puncak 2 dari hasil data kromatogram. Senyawa ini

merupakan senyawa kimia organik dimana dua gugus hidroksil diganti kecincin

benzen dengan rumus molekul C6H6O2. Senyawa ini termasuk dalam kelompok

metabolit sekunder senyawa fenolik yang digunakan untuk memutihkan kembali

kulit yang mengalami hepimentasi. Senyawa ini memiliki 3 isomer diantaranya

1,2 Benzenediol (isomer orto), 1,3 Benzenediol (meta isomer) dan 1,4 Benzenediol

(para isomer). Isomer orto merupakan senyawa tidak berwarna yang terjadi secara

alami dan diproduksi secara sintesis sebagai bahan kimia organik juga termasuk

sebagai pelopor pestisida dan rasa, sedangkan meta isomer adalah golongan

senyawa yang umum dikenal sebagai resorcinol untuk penamaan benzena dengan

dua gugus substituen pada posisi 1,3. Adapun yang dimaksud dengan golongan

para isomer yaitu senyawa yang umum dikenal sebagai hidroquinon merupakan

senyawa kimia organik yang berfungsi sebagai zat pereduksi yang larut dalam air

(Dachriyanus, 2004). Struktur senyawa 1,2 Benzenediol dapat dilihat pada

Gambar 6 dibawah ini.

Gambar 8. Struktur senyawa 1,2 Benzenediol

Sumber: http://caslab.com

Senyawa 1,2 Benzenediol merupakan salah satu golongan senyawa yang

memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan

umumnya dapat menghambat spesies oksigen atau nitrogen reaktif serta radikal

bebas sehingga senyawa ini mampu mencegah penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan radikal bebas. Pernyataan ini diperkuat oleh penelitian Rusli

(2016) bahwa senyawa 1,2 Benzenediol memiliki aktivitas antioksidan yang

Page 42: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

29

berfungsi sebagai zat anti jamur, anti tumor, anti diabetes, anti kanker, anti

inflamasi dan berpotesi sebagai antimikrobial.

b. Senyawa dengan tingkat kemiripan 86%

Berdasarkan data uji Gas Chromatography-Mass Specroscopy Detector

(GS-MSD) senyawa yang terdapat pada tingkat kemiripan 86% adalah senyawa

4H-Pyran-4-one,2,3-dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl yang termasuk dalam

kelompok metabolit sekunder senyawa flavonoid yang berfungsi memberikan

aroma yang khas pada suatu tanaman (Kadorahman, 2015). Pada umumnya

senyawa flavonoid dikenal memiliki aktivitas farmakologi dan termasuk sebagai

komponen dari metabolit sekunder yang sangat penting pada suatu tanaman.

Klasifikasi senyawa yang tergolong dalam senyawa flavonoid terdiri dari flavon,

flavonol, flavanone, ansotianin dan kalkon. Klasifikasi flavonoid tergantung pada

perbedaan subtitusi struktur flavonoid sehingga menyebabkan adanya perbedaan

aktivitas farmakologi. Perbedaan aktivitas farmakologi suatu senyawa flavonoid

diantaranya yaitu sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti diabetes dan anti

bakteri. Struktur senyawa 4H-Pyran-4-one,2,3-dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl

dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini.

Gambar 9. Struktur 4H-Pyran-4-one,2,3-dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl

Sumber: http://caslab.com

Senyawa 4H-Pyran-4-one,2,3-dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl merupakan

salah satu turunan senyawa flavonoid yang sangat penting pada suatu tanaman

dengan biosintesis menggunakan jalur fenilpropanoid. Senyawa ini berperan

memberikan warna, aroma dan rasa pada biji, bunga dan buah serta melindungi

tanaman atau tumbuhan dari pengaruh lingkungan, sebagai anti mikroba dan

perlindungan dari paparan sinar ultra violet (Amalia, 2016). Turunan senyawa ini

termasuk sebagai senyawa fenolik alam yang berpotensi sebagai salah satu bahan

pada pembuatan obat didunia farmasi karena termasuk dalam turunan senyawa

fenolik yang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat baik (Ehsan, 2011).

Page 43: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

30

c. Senyawa dengan tingkat kemiripan 50%

Berdasarkan data uji Gas Chromatography-Mass Specroscopy Detector

(GS-MSD) senyawa yang terdapat pada tingkat kemiripan 50% adalah senyawa d-

Glucoheptose, senyawa ini merupakan kelompok senyawa monosakarida yang

paling banyak dijumpai di alam. Senyawa monosakarida memiliki satu

keistimewaan yaitu penghasil sukrosa (gula tebu) biasanya sukrosa dihasilkan

terdiri dari gula D-glukosa dan D-frutosa yang digabungkan bersama-sama oleh

ikatan kovalen. Monosakarida dikenal dengan sebutan gula sederhana (Simple

sugars) adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang

lebih sederhana, senyawa ini tidak berwarna, merupakan kristal padat yang mudah

larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut non polar. Senyawa d-glucoheptose

termasuk dalam kelompok monosakarida golongan heksosa, senyawa ini

memungkinkan adanya pembentukan isomer optik sehingga dapat membentuk 2

senyawa yang merupakan bayangan cermin dari senyawa yang lain (enansiomer)

dan mempunyai sifat yang hampir sama (Wibawa, 2017). Struktur senyawa

glukosa dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini.

Gambar 10. Struktur Glukosa

Sumber: http://caslab.com

Senyawa golongan monosakarida yang memiliki isomer D adalah gula

yang ditemui di alam yang merupakan bayangan cermin dari gula dalam bentuk

isomer L. Biasanya kedua gula tersebut memiliki nama yang sama seperti D-

Glukosa atau L-Glukosa. Isomer D pada suatu gula juga dikenal dengan istilah

konfigurasi D yang disebut dengan gula D begitupun dengan gula yang berisomer

L atau disebut dengan konfigurasi L (gula L). Suatu gula dengan konfigurasi D

biasanya memiliki gugus OH yang terikat pada atom C yang berdekatan dengan

atom C alkohol primer yang terletak disebelah kanan, sedangkan gula L memiliki

gugus OH yang terletak disebelah kiri (Handayani, 2013).

Page 44: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

31

Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan GC-MSD di Laboratorium

Forensik cabang Makassar dari library search report dalam penelitian

disimpulkan bahwa dari hasil puncak kromatogram (peak) mengidentifikasi 3

komponen senyawa sehingga dinyatakan bahwa tidak ditemukan adanya

kandungan senyawa yang mirip dengan minyak atsiri pada identifikasi GC-MSD

(Gas Chromatography-Mass Specroscopy Detector) dalam penelitian ini. Hal ini

sesuai dengan kajian yang diperoleh dari beberapa refrensi yaitu dari Pavia (2001)

yang menyatakan bahwa pembacaan sampel yang mengandung banyak senyawa

akan terlihat dari banyaknya puncak (peak) dalam spektra GC tersebut

menunjukkan adanya kandungan minyak atsiri. Sedangkan Nurhidayati (2016)

menyatakan bahwa minyak atsiri dari suatu tanaman mengandung beberapa jenis

komponen kimia yang menjadi penyusun minyak tersebut. Komponen kimia

penyusun minyak akan memberikan sifat khas yang menjadi ciri suatu minyak

atsiri. Aroma minyak atsiri dibentuk oleh seluruh komponen utama maupun

komponen minor suatu senyawa. Komponen penyusun minyak atsiri tersebut yang

menjadikan masing-masing minyak memiliki aroma dan warna yang berbeda.

Selain itu peryataan lain disebutkan dalam penelitian Kadarohman (2015) bahwa

ciri suatu tanaman mengandung minyak atsiri apabila terdapat kandungan

senyawa eugenol dan kariofilen dengan konsentrasi minimal 21,54% atau

maksimal 70,54% atau dengan kata lain mengandung sebagian besar senyawa

eugenol dan tidak lebih dari 85% mengandung senyawa fenolik, ciri lain untuk

mengetahui adanya kandungan minyak atsiri yaitu pada pembacaan hasil GC-MS

yang memperlihatkan adanya puncak (peak) tertinggi pada hasil pembacaan

kromatogram serta adanya kelompok senyawa yang termasuk dalam golongan

terpenoid sebab golongan ini merupakan komponen senyawa dari penyusun

minyak atsiri.

Page 45: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Hasil analisis ekstrak etanol kulit buah nangka (Artocarpus heterophyllus

Lamk) menggunakan GC-MSD (Gas Chromatography-Mass Specroscopy

Detector) pada library search report di Laboratorium Forensik cabang

Makassar tidak menunjukkan adanya kandungan minyak atsiri.

2) Senyawa yang terdapat pada ekstrak etanol kulit buah nangka (Artocarpus

heterophyllus Lamk) berdasarkan analisis GC-MSD (Gas Chromatography-

Mass Specroscopy Detector) yaitu senyawa 1,2 Benzenediol, 4H-Pyran-4-

one, 2,3-dihydro-3, 5-dihydroxy-6-methyl dan senyawa D-Glucoheptose.

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini yaitu bagi peneliti

selanjutnya sebaiknya melakukan isolasi dan identifikasi minyak atsiri

menggunakan pelarut non polar yang memiliki titik didih, selain itu bagi peneliti

selanjutnya untuk tidak menggunakan pelarut etanol pada uji minyak atsiri kulit

buah nangka karena pelarut etanol tidak sesuai untuk ekstraksi kulit buah nangka,

selain itu minyak atsiri adalah senyawa volatil yg mudah menguap sehingga harus

dilakukan proses destilasi secara langsung tanpa melalui proses maserasi sampel

agar diperoleh hasil yang lebih efektif dan efisien.

Page 46: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

33

DAFTAR PUSTAKA

Achmad SA Hakim EH., Juliawaty LD., Makmur L., dkk. 1996. A new prenylated

flavonesfrom Artocarpus champeden. J Nat prod 59:878-879

Agusta A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. ITB. Bandung.

Altman LJ, Zito SW. 1976. Sterols and triterpenes from the fruit of Artocarpus

altilis. Phytochemistry. 15:829-830

Amalia, R., Alfaridz, F. 2016. Klasifikasi dan Aktivitas Farmakologi dari

Senyawa Aktif Flavonoid. Riview Jurnal Volume 16 No. 3. Fakultas

Farmasi Universitas Pandjajaran Sumedang, Jawa Barat.

Andiani, N., Harliayanto, C., Retno, W., dkk., 2017. Identifikasi GC-MS Ekstrak

Minyak Atsiri dari Sereh Wangi (Cymbopogon winterianus)

menggunakan Pelarut Metanol. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik.

Universitas Wahid Hasyim. Semarang. 18 (1): 1410-8607.

Astuti Prima, H., dan Heti Nurcahyanti. 2015. Ekstraksi Minyak Atsiri Daun

Zodia (Evodia suaveolens) dengan Metode Maserasi dan Distilasi Air.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Axtell. 1992. Distillation of Essential Oil, FAO Agricultural Services Bulletin No.

94.http://www.erowid.org/archive/rhodium/chemistry/3base/safrole.plant

>. Diakses tanggal 17 Desember 2018.

Barik BR, Bhaaumik T, Kundu AK, Kundu AB. 1997. Triterpenoids of

Artocarpusheterophyllus. J. Indian Chemical Soc. 74: 163-164.

Dachriyanus, 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi.

Buku pdf (online). Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (LPTIK) Universitas Andalas. https://brainly.co.id. Diakses

pada 11 September 2019.

Dayal R, Seshadri TR. 1976. Colourless compounds of the Roots of Artocarpus

heterophyllus. Isolation of new compound artoflavone. Indian J, Chem,

12: 895-898.

Ehsan, O., Norhani, A., Syahida., dkk. 2011. Bioactive Compounds and

Biological Acyivities Of Jatropha Curcas L. Kernel Meal Extract.

International Journal Of Molecular Of Science 12:5955-5970.

Ersan, T. 2004. Keunggulan Biodiversitas Hutan Tropika Indonesia dalam

Merekayasa Model Molekul Alami. Seminar Nasional Kimia V1, 1-16.

Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri. Jilid 1 Diterjemahkan oleh S. Kataren. UI-

Press. Jakarta.

Page 47: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

34

Gunawan, W. 2009. Kualitas dan Minyak atsiri, Implikasi pada Pengembangan

Turunannya.

Hakim EH, Asnizar, Yurnawilis, dkk. 2002. Artoindonesianin P, a new prenylated

flavone with cytotoxic activity from Artocarpus lanceifolius. Fitoterapia

73: 668-673.

Hakim. 2010. The diversity of secondary metabolites from Genus Artocarpus

(Moraceae). Nusantara Bioscience 2:146-156.

Hakim, E. H., S. A. Achmad, L.D. Juliawaty, dkk. 2006. Prenylated Flavonoid

and related compounds of the Indonesian Artocarpus (Moraceae). J Not

Med,. 60,161-184.

Handayani, S. 2013. Karbohidrat II (Reaksi Monosakarida, Ikatan Glikosida,

Fungsi Karbohidrat). Artikel (online). https://fnew.uny.ac.id. Diakses

pada 11 September 2019.

Hartati. 2012. Prediksi Kelarutan Theobromine pada berbagai Pelarut

menggunakan Parameter Kelarutan Hildebrand. Fakultas Teknik

Universitas Wahid Semarang. Jurnal Momentum. 8 (1) : 11-16.

Hyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 3. Departemen Kehutanan

Jakarta.

Kadarohman, A., 2015. Eksplorasi Minyak Atsiri sebagai Bioaditif Bahan Bakar

Solar. Pdf (online). Program Studi Kimia. FPMIPA. UPI Bandung.

https://www.researchgate.net/publication. Diakses pada 11 September

2019.

Kementerian Pertamian. 2015. Satistik Produksi Hortikultura. Jakarta

Khan MR, Omoloso AD, Kihara M. 2003. Antibacterial activity of Artocarpus

heterophyllus. Fitoterapia 74: 501- 505.

Ko HH, Lu YH, Yang SZ, dkk. 2005. Cytotoxic prenylflavonoids from Artocarpus

elasticus. J Nat Prod. 68: 1692-1695.

Lestari, L. 2015. Bioaktivitas Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (citrus Hystrik)

terhadap Rayap Tanah (Coptotermes Sp).

Lim, T.K. 2012. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants. Springer. New

York.

Manner, H. 1, dan C. R. Elvitch. 2006. Artocarpus Heterophyllus ( jackfruit).

Species Profiles For Pacific Island Agroforestry.

(www.traditionaltree.org). Diakses 17 desember 2018.

Page 48: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

35

Maulana Malik Ibrahim. 2017. Uji Aktivitas Anti Rayap Minyak Atsiri Kulit Buah

Jeruk Manis (Citrus sinensis l.) terhadap Rayap Tanah (Coptotermes sp.)

dan Identifikasi menggunakan GC-MS. UIN Syu’aibatul Aslamiyah.

Malang.

Mc Nair, H.M., dan E.J. Bonelli. 1988. Dasar Kromatografi Gas. ITB. Bandung.

Muhtadin. A.F. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Segar dan

Kering dengan Metode Steam Distilation. Jurnal teknik OMITS. 2:F-98

Mulyani, et al. 2009. Antibacterial Activity and GC-MS Analysis of the Citrus

Amblycarpa (Hassk) Ohch Essensial Oil. Fakultas Farmasi. UGM.

Nilam, Yulinda, dan Dwi Narulita. 2012. Penyulingan Minyak Atsiri. Skripsi.

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

Nurhidayati, Rachman, S., Pratiwi, W. 2016. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Bunga

Cengkeh dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Universty

Research Coloquim. Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Nuraeni. 2018. Pembuatan Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix)

dengan Metode Ekstraksi. Skripsi. Universitas Fajar. Makassar.

Pavia, D.L., GM. Lampman, and G.S. Kris. 2001. Introduction to Spectroscopy:A

Guide For Student of Organik Chemistry (Third Edition). Thomson

Learning. Washington.

Pradipta, A. 2011. Karakteristik Fisokimia dan Sensoris Snack Bars Tempe

dengan Penambahan Salak Pondoh Kering. Pdf (online). http://e-

journal.uajy.ac.id/2670/3/2BL01019. Di akses pada 15 November 2019.

Purwono, Ms. 2007. Budidaya dan Jenis Tanaman Pangan unggul. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Rohman, A. dan I.G. Gandjar. 2007. Metode Kromatografi untuk Analisis

Makanan. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Rukmana, R. 2008. Budidaya Nangka. Kanisius. Yogyakarta.

Rusli, R., Rahmadani, A., Agustina, R., dkk. 2016. Analisis GC-MS Senyawa Aktif

Antioksidan Fraksi Etil Asetat Daun Libo (Ficus variegata Blume). Pdf

(online). Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman Samarinda,

Kalimantan Timur. https://www.researchgate.net/publication. Diakses

pada 11 September 2019.

Page 49: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

36

Santoso, E., Pari, G., Novriyanti, E., dkk. 2011. Komposisi Kimia Produk Gaharu

Hasil Induksi. Pdf (online). www.themegallery.com. Diakses pada 09-

September-2019.

Sari, Viana., Jayuska, A., dan Harlia. 2016. Aktivitas Antirayap Minyak Atsiri

Kulit Buah Jeruk Bali ( Citrus maxima (burm.) Merr) terhadap Rayap

Coptotermes sp. Fakultas MIPA. Universitas Tanjungpura. 5 (1) : 8-16.

Sari, C. 2010. Optimasi Komposisi Etanol dan Air dalam Proses Maserasi Daun

Singkong (Manihotis folium) dengan Aplikasi Simplex Lattice Design

Skripsi. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma.

Yogyakarta.

Sastrohamidjojo, H. 1991. Spektroskopi. Edisi ke-II. Liberty. Yogyakarta.

Siti Mardiyah, Moh.Imam Royaldi. 2015. Efektifitas Pengusir Nyamuk Elektrik

dari Ekstrak Kulit Durian (Duriozibethinus Murr). Jurnal Vol 2. No.2

Suhartati, T. 2001. Senyawa Fenol Beberapa Spesies Tumbuhan Jenis Cempedak

Indonesia. Thesis. Kimia. ITB, Bandung.

Sugiarti. 2003. Pengaruh Asam Sitrat dan Gula Terhadap Mutu Selai dari

Nangka Varietas Nangka Kunir (Artocarpus Heterophyllus). Insstitut

Teknologi Bandung. Jawa Barat.

Sunaryono. 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syah YM, Juliawaty LD, Achmad SA, Hakim EH, Ghisalberti EL. 2006.

Cytotoxic prenylated flavones from Artocarpus champeden. Journal

Natural Medicine. 60: 308-312.

Wang YH, Hou AJ, Chen L, dkk. 2004. New isoprenylated flavones, artochamins

A-E and cytotoxic principles from Artocarpus chama. J Nat Prod. 67:

757-761.

Weng, JR. 2006. Antipeletprenyflavonoids from Artocarpus communis.

Phytochem. 67: 824-829.

Wibawa, P. 2017. Karbohidrat. Bahan Ajar (Pdf). Program Studi Peternakan

Fakultas Peternakan. Universitas Udayana.

Widjanarko, B., Effendi, P. 2014. Destilasi dan Karakterisasi Minyak Atsiri

Rimpang Jeringau (Acorus calamus) dengan Kajian Lama Waktu

Destilasi dan Rasio Bahan Pelarut. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.

2. No.2. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. FTP Universitas Brawijaya

Malang.

Page 50: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

37

Widyawaruyanti A, Subehan, Kalauni SK, dkk. 2007. New prenylated flavones

from Artocarpus champeden, and their antimalarial activity in vitro. J

Nat Med. 61: 410-413.

Wulandari. A.T. 2015. Selulosa Kulit Buah Nangka Muda Artocarpus

Heterophyllus sebagai Biosorben Logam Berat Tembaga (Cu). Thesis.

Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Page 51: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

38

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Rendemen ekstrak kulit buah nangka

Rendemen (%) =𝐴

Bx 100

Keterangan:

A = Berat residu ekstrak etanol kulit buah nangka

B = Berat kulit buah nangka sebelum diekstrak

1. Destilasi Uap menggunakan Pelarut Etanol

Rendemen (%) =26

354,06x 100

= 7,34 %

2. Destilasi Uap menggunakan Pelarut Air

Rendemen (%) =16

354,06x 100

= 4,51 %

Page 52: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

39

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

a. Preparasi Sampel b. Menimbang kulit nangka

c. Proses maserasi sampel d. Maserasi sampel

e. Menyaring hasil maserasi f. Mengukur hasil ekstrak sampel

Page 53: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

40

g. Destilasi ekstrak sampel h. Proses uji fisik sampel

i. Uji fisik 1 (sampel&minyak) j. Uji fisik 2 (sampel&air)

k. Uji fisik 3 (sampel&air) l. Uji fisik 4 (sampel&minyak)

Page 54: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …

File :C:\msdchem\1\data\MHS 2019\SUGIANA\SUGIANA.DOperator : Acquired : 16 Aug 2019 18:21 using AcqMethod KIMIA 2019.MInstrument : GCMSDSample Name: Misc Info : Vial Number: 1

6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00 24.00 26.00 28.00

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

7000000

8000000

9000000

Time-->

Abundance TIC: SUGIANA.D\data.ms

9.45510.464 16.570

Page 55: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …
Page 56: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …
Page 57: IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAK ETANOL KULIT …