II. Biologi Abalone

Embed Size (px)

DESCRIPTION

deskripsi tentang kerang abalone

Citation preview

II. BIOLOGI ABALONE

2.1. Klasifikasi Abalone (Haliotis asinina)Klasifikasi abalon menurut Fallu (1991 dalam Syafruddin dan Machrizal 2009) adalah sebagai berikut:Kingdom : AnimaliaFilum : MolluscaKelas: GastropodaSub-class: OrthogastropodaOrdo: etigastropodaSuper family: PleurotomarioideaFamili: HaliotidaeGenus: Haliotis (Fallu,1991)Spesies : Haliotis asininaDi dunia Hewan, abalone termasuk dalam Phylum Mollusca dan termasuk salah satu grup dengan Clam, Scallop, Sea Slug, Octopus dan Squid (Tumanduk, 2012). Panjang maksimum abalone spesies Haliotis asinina hingga 12 cm. rata-rata pertumbuhannya sekitar 9 cm.Abalone dariHaliotis asinina memiliki kontur jelas memanjang, mirip dengan telinga keledai (donkey's ear), umumnya abalone ini dikenal dengan nama Donkey's ear.Permukaan luarnya halus dan lumbut dan hampir seluruh bagian permukaannya tertutup oleh cangkang, membuat encrustations hewan lain (sepertiteritip) cukup jarang dibandingkan dengan lainnyaabalone. Abalone jenis Haliotisasininadi permukaan cangkangnya terdapat 5 sampai 7 lubang terbuka berbentuk bulat telur pada sisi kirilingkaran tubuh.Lubang ini secara kolektif membentuk apa yang dikenal sebagaikorset berbentuk bulanyang terbentuk sebagai daging tumbuh.ujungnyaagak mencolok, dengan sebagian besar posteriorpuncak.Warna abalone bervariasi antara zaitun hijau atau coklat eksternal, dengan potongan kasar segitiga yang berbeda.Seperti halnya di banyak abalone lainnya, permukaan dalam kulit adalah sangatbervariasi warnanya, dengan nuansa merah jambu dan hijau.(www.Wikipedia.com) Haliotis asinina dapat hidup dalam air bersuhu tinggi (30oC). Parameter kualitas air yang lainnya yaitu, pH antara 7-8, Salinitas 31- 32 ppt, H2S dan NH3 kurang dari 1 ppm serta oksigen terlarut lebih dari 3 ppm (Balai Budidaya Laut Lombok, 2005). Organisme ini bersifat dioceus dan dapat memijah sepanjang tahun, betide dan jantan dapat dibedakan melalui warna gonadnya yang hijau pada betina dan menyerupai putih susu pada jantan (McShane, 1992). Abalone termasuk hewan yang bersifat endemic dan low tropic level (larvanya memakan benthic diatom dan dewasanya memakan rumput laut/macroalga) (Priyambodo dkk, 2005). Induk betina dapat menghasilkan telur seratus ribu hingga satu juta telur setiap kali pemijahan. Setelah itu induk betina dapat memijah kembali selang 37 hari kemudian (Setyono, 2004). Pembuahan terjadi di luar tubuh induk (fertilisasi eksternal). Abalone mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan, mudah dipelihara, dan dapat tumbuh dengan cepat (Setyono, 2003; 2006b dalam Setyono dan Dwiono, 2011)

2.2. Morfologi AbaloneAbalone adalah hewan moluska kelas gastropoda yang hidup di laut dengan cara menempel pada benda- benda keras seperi karang bati dan objek lainnya di dalam laut. Ada sekitar seratus spesies abalone yang telah berhasil teridentifikasi penghuni laut dunia, mulai dari wilayah sub tropis sampai tropis termasuk Indonesia, semuanya termasuk ke dalam genus Haliotis. Abalone memiliki banyak namanama umum seperti ear shell, ormer, awabi, sea ear, dan sebagainya. Karena nama-nama tersebut bervariasi menurut daerah, maka akan lebih baik menggunakan nama ilmiahnya saja. Seperti siput pada umumnya, abalone memiliki cangkang tunggal yang terletak di bahagian atas dan menutupi hampir seluruh badan. Cangkang abalone membentuk spiral dan akan lebih jelas apabila dipandang dari arah bawah cangkang karena bentuknya yang gepeng. Sederetan lubang-lubang tersusun rapi mulai dari ujung anterior sampai ke ujung cangkang belakang. Abalone juga mempunyai mulut dan sungut yang terletak di bawah cangkang serta sepasang mata (Fallu, 1991).

2.2.1. CangkangBagian yang mencolok dari abalone ialah cangkang atau rumahnya dengan barisan pori-pori pernafasannya (Tumanduk, 2012) yang digunakan dalam proses respirasi yang terletak pada bagian samping atas cangkang yang tersusun rapi.Abalone memiliki cangkang tunggal atau monovalve dan menutupi hampir seluruh tubuhnya. Pada umumnya berbentuk oval dengan sumbu memanjang dari depan (anterior) ke belakang (posterior) bahkan beberapa spesies berbetuk lebih lonjong. Sebagaimana umumnya siput, cangkang abalone berbentuk spiral namun tidak membentuk kerucut akan tetapi berbentuk gepeng (Fallu, 1991). Tipe kepala abalone yaitu anterior sedangkan puncak dari lingkaran (spiral) adalah bagian belakang (posterior) pada sisi bagian kanan. Bagian luar cangkang abalone permukaannya kasar sedangkan bagian dalam abalone halus dan bahkan beberapa species lainnya berwarna-warni. Pada sisi bagian kiri cangkang abalone terdapat lubang-lubang kecil berjajar. Lubang di bagian depan lebih besar semakin ke belakang mengecil dan tertutup. lubang tersebut berfungsi untuk tempat masuknya air yang mengandung oksigen dan juga tempat keluarnya karbondioksida (CO2) bahkan berfungsi dalam proses reproduksi yaitu tempat keluarnya sel-sel telur atau sperma. Pertumbuhan cangkang terjadi ditandai dengan penambahan di bagian depan cangkang pada sisi bagian kanan. Garis-garis pada cangkang menunjukkan pertumbuhan (Anonim, 2008).

2.2.2. KakiKaki abalone bersifat semu selain digunakan untuk berjalan juga dapat berfungsi untuk menempel pada substrat di perairan. Kaki abalone berada dibawah cangkang dan akan terlihat jelas jika posisi abalone dibalik. Sebagian dari kaki ini tidak seluruhnya tertutup oleh cangkang nampak seperti sepasang bibir. bibir abalone ditutupi oleh kulit yang keras/kuat dan juga berfungsi untuk pertahanan diri/melawan musuh. warna bibi abalone sangat bervariasi tergantung jenis spesiesnya dan warna tersebut digunakan sebagai nama abalone tersebut seperti brownlip abalone dan greenlip abalone (Fallu, 1991).Tentakel berderet disekeliling tepi kaki abalone yang berfungsi sebagai alat pendeteksi makanan atau predator yang berada didekatnya.bagian abalone untuk dikonsumsi yaitu bagian otot daging yang menempel pada cangka dan kaki sementarai bagian isi perut tidak dikonsumsi dan dibuang(Fallu, 1991).2.2.3. KepalaKepala abalone terdapat dibagian depan dari kaki abalone, dilengkapi dengan sepasang tentakel panjang pada bibir. Tentakel ini ukurannya lebih besar seperti halnya tangkai mata pada siput darat. Mulut terdapat dibagian dasar dari kepala, tidak memiliki gigi tapi terdapat lidah yang ditutupi oleh gigi geligi dan disebut radula yang digunakan untuk memarut atau menggerus makanan yang menempel pada substrat (Fallu, 1991).

2.3. Anatomi Abalone2.3.1. Kelenjar ReproduksiKelenjar reproduksi atau gonad berbentuk kerucut yang terletak antara cangkang dan kaki. Posisi gonad sejajar dengan cangkang seperti halnya lubang pada cangkang, dan memanjang sampai ke bagian puncak gelungan cangkang. Pada umumnya abalone bersifat dioecious dimana kelamin jantan dan betina terpisah. Warna gonad menunjukkan kelamin jantan atau betina. Gonad jantan berwarna cream, ivory atau putih tulang, sedangkan betina berwarna hijau kebiruan. Biasanya gonad abalone yang belum dewasa berwarna abu-abu sehingga sulit membedakan jenis kelaminnya (Fallu, 1991). 2.3.2. InsangAbalone memiliki sepasang insang dalam sebuah rongga mantel di bawah deretan lubang pada cangkang. Air laut melalui lubang pada cangkang, masuk ke dalam rongga mantel bagian depan dan keluar melalui insang. Pada saat air melewati insang oksigen diserap dan sisa gas dibuang (Fallu, 1991).

2.3.3. Sistem PernafasanLubang pada cangkang abalone berfungsi sebagai jalan air. Air akan masuk melalui bukaan cangkang anterior seterusnya melalui insang yang bekerja mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Kemudian air akan dikeluarkan kembali melalui lubang respirasi ini. Segala macam ekskreta dan egesta serta gamet juga dikeluarkan dari rongga mantel melalui lubang-lubang respirasi ini. Pada abalone yang cangkangnya halus, aliran air pada lubang respirasi disebabkan oleh gerakan silia, sedangkan aliran air pada abalone yang cangkangnya kasar disebabkan oleh beda tekanan air di dalam dan di luar cangkang. Darah abalone mengandung haemocyanin dimana akan berwarna biru bila kandungan oksigen tinggi dan tidak berwarna bila kandungan oksigen rendah. Jantung memompa darah yang kaya akan oksigen dari insang masuk ke dalam kaki/otot melalui 2 pembuluh utama kemudian masuk ke dalam kapiler. Dari kapiler oksigen merembes ke dalam seluruh jaringan (Fallu, 1991). Anatomi abalone terlihat seperti Gambar 2.1.

Gambar 1. Anatomi Abalone (Fallu, 1991)2.4. Siklus Hidup AbaloneLarva abalone tidak makan (lesitotrofik) dan tidak memiliki alat pencernaan. Manahan (1992) mengemukakan bahwa larva abalone dapat memanfaatkan karbon organik yang secara alami terlarut dalam air laut sebagai sumber energi. Larva abalone yang baru menetas bersifat planktonik dan disebut larva trokofor (trocophore), pada perkembangan selanjutnya larva yang sudah mulai memiliki cangkang dan memiliki velum disebut larva veliger. Setelah memiliki statosis (statocyst) atau alat keseimbangan, larva abalone akan mencari tempat untuk menetap dan memulai kehidupannya sebagai organisme bentik yang kemudian akan berkembang menjadi juwana (juvenile). Larva bentik ini sudah mulai menggerus alga pada batu-batu karang sebagai makanannya. Larva abalone membutuhkan stimulan yang sangat spesifik untuk melangsungkan proses metamorfosis dan menetap menjadi larva bentik. Apabila larva tidak menemukan tempat menetap, ia akan bertahan sebagai plankton hingga 3 minggu dalam kondisi lingkungan yang optimal (Morse, 1984 dalam Searcy-Bernal et al, 1992).

2.5. Aspek Ekologi Abalone ( Haliotis asinina )2.5.1. Kondisi Lingkungan yang Mendukung Pertumbuhan Abalone Moluska (keong laut dan kerang-kerangan) merupakan kelompok biota perairan laut Indonesia yang memiliki tingkat keragaman paling tinggi. Spesies moluska banyak hidup di daerah ekosistem karang dan mangrove (Dahuri, 2003).Secara umum, gastropoda terbanyak hidup di laut dangkal, dan rataan terumbu merupakan bagian dari habitat laut dangkal terdiri dari pasir, karang, lamun, dan alga. Rataan terumbu banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, yaitu gerakan ombak, salinitas dan suhu (Nyabakken, 1992). Disamping itu, gastropoda hidup menempel pada substrat batu, karang dan karang mati. Abalone bergerak menggunakan otot perut yang berfungsi sebagai kaki dan bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Kakinya tidak cocok untuk kondisi dasar berpasir karena abalone tidak dapat melekat atau menempel. Abalone menghindari cahaya, pada saat terang mereka bersembunyi/menempel di bawah karang. Abalone dapat dijumpai di perairan berbatu yang jernih dan banyak ditumbuhi mikro dan makro algae (Setyono dan Dwiono, 2011). Abalone di Indonesia dapat ditemukan diperairan Nusa Tenggara Barat, Khususnya sekitas Pulau Lombok, Flores, Bali dan Sulawesi (Tumanduk, 2012).Abalone hidup di perairan dengan salinitas konstan, lebih senang berada di lautan terbuka dan menghindari air tawar, sehingga abalone tidak ditemukan didaerah estuaria, dimana air tawar dapat masuk secara tiba-tiba, keruh dan suhu dapat meningkat secara tiba-tiba. Suhu air juga merupakan faktor yang memegang peranan penting bagi kehidupan organisme perairan termasuk abalone. Kisaran suhu perairan yang optimal bagi pertumbuhan dan mempengaruhi tingkat kematangan gonad dari individu abalone berkisar antara 27-280C. Selain itu, suhu perairan yang optimal tersebut membantu dalam proses pemijahan individu Haliotis asinina.2.5.2. Kondisi Lingkungan yang Menghambat Pertumbuhan Abalone Kondisi lingkungan menjadi salah satu indikator yang dapat menghambat pertumbuhan abalone. Lingkungan yang kotor menyebabkan kualitas air menurun yang menimbulkan stress pada abalone atau penanganan yang kurang hati-hati yang dapat menimbulkan luka. Pada keadaan ini, abalone sangat riskan terhadap serangan penyakit.Dalam kehidupannya di alam, abalone menghadapi ancaman dari berbagai macam predator. Telur dan larva abalone biasanya ikut termakan oleh hewan pemakan plankton (plankton feeder). Pada fase juvenile, ketika mereka aktif di malam hari hewan-hewan seperti kepiting, lobster, bintang laut, ikan-ikan karang dan siput juga bisa memangsa mereka. Lepore (1993) menyatakan bahwa kerang abalone pada keadaan tertentu seringkali dimangsa oleh hewan lain di sekitar habitat karang. Hal ini disebabkan hewan lain tersebut tertarik dengan kaki muscular pada abalone yang memiliki rasa enak dan tinggi kalori. Selain itu, abalone yang hidup di perairan dangkal juga menghadapi ancaman dari ombak besar yang menghantam karang. Abalone yang berukuran besar tidak dapat dimangsa oleh predator yang memangsanya pada saat masih berukuran kecil, tetapi masih ada pemangsa lain yang tidak kalah pentingnya. Beberapa jenis ikan besar dapat memangsa abalone dengan sekali telan seluruhnya. Pada suhu tertentu, sebagai hewan yang berdarah dingin akan terjadi kondisi dorman. Jika suhu meningkat, metabolisme akan meningkat dan nafsu makan akan terangsang. Bila suhu terus meningkat maka akan terjadi kematian. Penangkapan dari alam yang terjadi secara besar-besaran dan terus menerus juga mengakibatkan populasi abalone di alam menjadi terancam. Demikian halnya dengan terumbu karang sebagai habitat asli abalone, juga terancam kelestariannya.

2.6. Makanan dan Kebiasaan MakanSyafruddin dan Machrizal (2009) mengemukakan Abalon merupakan hewan herbivor, yaitu hewan pemakan tumbuhan dan aktif makan pada suasana gelap. Jenis makanannya adalah seaweed yang biasa disebut makro alga, seperti Corallina, Lithothamnium, Gracillaria, Jeanerettia, Porphyra Ecklonia, Macrocystis, Nereocystis, Undaria, Sargassum dan Ulva (Fallu, 1991). Pada siang hari atau suasana terang, abalon lebih cenderung bersembunyi di celah karang dan pada suasana malam atau gelap lebih aktif melakukan gerakan berpindah tempat (McShane, 1992). Sifat abalon yang sangat rakus namun lambat tumbuh mengakibatkan tingginya nilai konversi pakan yang dapat mencapai 27-29, artinya untuk meningkatkan berat badan sebesar 1 g, abalon harus memakan makanan sebanyak 27-29 gr (Bautista et al. 2001).11