Upload
dinhnga
View
224
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk merupakan salah satu sumber penting dalam kehidupan tanaman.
Salah satunya, produksi pangan dunia ditentukan oleh sumbangan unsur hara yang
di dapat dari tanah dan pupuk-pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah. Saat ini,
hal tersebut sangat diperlukan untuk menjamim kecukupan produksi pangan dan
mencegah penurunan produktivitas tanah akibat pengurangan unsur hara.
Cepatnya peningkatan populasi dunia mengakibatkan meningkatnya konsumsi
yang menjadikan pupuk-pupuk menjadi bagian integral dalam suplai pangan
(Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
2.1 Klasifikasi Pupuk
Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara
penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya.
A. Berdasarkan asalnya dibedakan:
1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan
alam tanpa proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano,
pupuk hijau dan pupuk batuan P.
2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya: TSP,
urea, rustika dan nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah
sumber daya alam melalui proses fisika dan atau kimia.
B. Berdasarkan senyawanya dibedakan:
1. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan
pupuk alam tergolong pupuk organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk
alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya
berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2].
2. Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa
anorganik. Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.
C. Berdasarkan fasa-nya dibedakan:
1. Padat. Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam
mulai yang mudah larut air sampai yang sukar larut.
2. Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan
dulu dengan air. Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun karena mengandung
4
banyak hara, baik makro maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk amoniak
cair merupakan pupuk cair yang kadar N-nya sangat tinggi sekitar 83%,
penggunaannya dapat lewat tanah (diinjeksikan).
D. Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan:
1. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan
disemprotkan pada permukaan daun.
2. Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam
tanah di sekitar akar agar diserap oleh akar tanaman.
E. Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan:
1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam artinya bila pupuk
tersebut diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih masam
(pH menjadi lebih rendah). Misalnya: ZA dan Urea.
2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis ialah pupuk yang bila
diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik misalnya: pupuk
chili salpeter, calnitro, kalsium sianida.
F. Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya dibedakan:
1. Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman saja. Misalnya: urea
hanya mengandung hara N, TSP hanya dipentingkan P saja (sebetulnya juga
mengandung Ca).
2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara
tanaman. Contoh: NPK, amophoska, nitrophoska dan rustika.
G. Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan:
1. Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja:
NPK, nitrophoska, gandasil.
2. Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja
misalnya: mikrovet, mikroplek, metalik.
3. Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika.
Sering juga ke dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat
pengatur tumbuh (hormon tumbuh) (Widya, 2006).
5
2.2 Pupuk Urin Kambing Etawah
Devendra dan Burns (1994) melaporkan bahwa kambing merupakan
ternak bertanduk yang termasuk dalam kelas mamalia, ordo Artiodactyla, sub
ordo Ruminansia, famili Bovidae, genus Capra dan spesies Capra hircus.
Kambing Etawah adalah kambing tipe dwiguna yang merupakan
kombinasi antara produksi air susu dan daging (Ditjennak, 1981). Menurut
Devendra dan Burns (1994), persilangan kambing peranakan Etawah telah
dilakukan sejak tahun 1910-an dengan tujuan untuk memperbaiki mutu kambing
lokal sekarang keturunannya sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan
Indonesia.
Kambing Etawah bertubuh besar dengan kaki belakang berbulu panjang
dan tebal. Rata-rata bobot pejantan bervariasi antara 60-90 kg dan betina 50-60 kg
(Ditjennak, 1981) atau mempunyai bobot rata-rata 40-45 kg (Devendra dan Burns,
1994), produk susu sebanyak 201,96+6,65 kg selama laktasi 191+ hari dengan
produksi susu harian 1,752+0,031 kg (Ditjennak, 1981) atau menghasilkan
produksi susu sebanyak 200-562 kg dengan produksi susu harian 1,5-3,5 kg
selama masa laktasi 170-200 hari (Devendra dan Burns, 1994).
Karakteristik kambing Etawah yaitu mempunyai warna, termasuk warna
putih, merah coklat dan hitam. Telinga panjang, melipat dan menggantung dengan
panjang kurang lebih 30 cm, tinggi 70-80 cm (Devendra dan Burns, 1994).
Dari sudut nutrisi, pakan bagi ternak merupakan salah satu unsur yang
sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi. Pakan
yang baik akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan fungsi proses produksi
dan reproduksi dalam tubuh secara normal (Prastowo, 1980).
Pakan yang diberikan untuk ternak kambing harus memenuhi kebutuhan-
nya untuk hidup pokok dan bereproduksi (Ensminger, 2001). Pakan yang melebihi
kebutuhan pokok hidupnya akan dimanfaatkan untuk produksi yang lebih tinggi
(Devendra dan Burns, 1994). Kambing PE menyukai beragam tanaman berupa
daun kaliandra, mahoni, daun nangka, daun pisang, daun dadap, rumput setaria
dan rumput gajah (Astuti et al., 2002).
Menurut Atabany (2001), induk laktasi kambing PE dengan rataan bobot
hidup 48 kg, mengkonsumsi 8,19 kg pakan segar per hari, setara dengan 3,7%
6
bobot hidup. Pakan konsentrat, ampas tahu dan singkong yang diberikan selalu
habis dikonsumsi. Rataan banyaknya rumput yang dikonsumsi induk laktasi
76,63% dari pemberian rata-rata 4,19 kg per ekor per hari. Pemberian rumput
dilakukan tiga kali, sedangkan konsentrat dua kali sehari.
Menurut Devendra dan Burns (1994), ternak perah merupakan ternak yang
mampu memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan dapat
mempertahankan produksi susunya sampai jangka waktu tertentu. Produksi susu
dipengaruhi oleh mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi kambing, bobot
hidup, lama laktasi, tata laksana yang diberlakukan terhadap ternak
(perkandangan, pakan, kesehatan), kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak,
aktivitas pemerahan (Phalepi, 2004), bangsa, musim, masa birahi dan
kebuntingan, jumlah anak sekelahiran, lama masa kering, hormon, pakan dan
penyakit (Soddiq dan Abidin, 2002).
Pemberian input pada kambing memiliki kaitan yang erat dengan output
kambing, di mana faktor-faktor tersebut saling berintegralisasi. Oleh karena itu,
diperlukan analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan hara output
kambing tersebut dan juga untuk menilai faktor-faktor apa yang berperan penting
dalam proses tersebut. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kadar hara N,
K, dan C organik pada biourin maupun biokultur lebih tinggi dibanding urin atau
cairan feses yang belum difermentasi.
Tabel 1. Kandungan unsur hara pupuk urin dan kompos cair dari limbah
kambing Jenis Bahan Kandungan hara
N
(%) P
(ppm) K
(ppm) C-organik
(ppm) Urin
Tanpa perlakuan 0.34 94 759 3390
Dengan perlakuan 0.89 89 1770 3773
Kompos
cair
Tanpa perlakakuan 0.27 69 422 2811
Dengan perlakuan 1.22 84 962 3414 Keterangan
- Perlakuan pada urin : fermentasi 7 hari, pemutaran 6 jam
Perlakuan pada feses : fermentasi 7 jam
(Made, 2008)
7
2.3 Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat di pabrik secara kimia.
Pupuk anorganik dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah hara yang
menyusunnya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal
merupakan pupuk yang mengandung hanya satu unsur hara. Sedangkan pupuk
majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur (Kasno,
2009a).
Sumber hara N adalah pupuk urea, ZA, DAP, KNO, dan NPK. Nitrogen
merupakan hara yang bersifat higroskopis atau mudah menyerap air dan mudah
larut dalam tanah. Hara N diserap tanaman dalam bentuk NH4+
dan NO3-. Kadar
NH4+
terlarut tertinggi terjadi pada saat pemupukan hingga hari ke 3 (Ibrahim dan
Kasno, 2008), mudah hilang dan tidak tersedia bagi tanaman. Nitrogen bersifat
mobil di dalam tanah. Sumber hara P adalah pupuk superfosfat, fosfat alam, DAP,
dan NPK. Hara P dalam tanah stabil atau tidak mudah hilang. Hara K bersumber
dari pupuk KCl, MOP, KNO3, dan NPK. Hara K dalam tanah bersifat mobil,
mudah bergerak dan pada tanah tua (Ultisol dan Oxisol) mudah tercuci.
Pupuk anorganik diberikan berdasarkan sifat tanah atau kesuburan tanah
dan varietas tanaman. Sifat tanah atau status hara tanah dapat diketahui dari hasil
analisis tanah di laboratorium atau dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Dosis pupuk untuk tanaman dengan hasil lebih tinggi, misalnya padi hibrida akan
lebih tinggi (Kasno, 2009b).
2.4 Pupuk Daun dan Mekanisme Penyerapan Pupuk Melalui Daun
Pupuk daun merupakan salah satu jenis pupuk majemuk. Disebut demikian
karena pembuatan pupuk daun bertujuan agar unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya dapat diserap oleh daun atau untuk pembentukan zat hijau daun.
Penyerapan unsur hara dalam pupuk daun memang dirancang berjalan lebih cepat
dibanding dengan pupuk akar. Tanaman akan tumbuh cepat dan media tanam
tidak rusak akibat pemupukan yang terus menerus. Oleh karena itu, pemupukan
melalui daun dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pupuk akar. Sayangnya,
pupuk daun mempunyai sifat cepat menguap.
8
Kelebihan pupuk daun dibanding pupuk akar adalah penyerapan hara
melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat
terlihat. Selain itu, unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat
diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan atau kerusakan tanah. Seperti
diketahui pupuk yang diberikan lewat tanah tidak semuanya dapat diserap akar
tanaman karena sebagian difiksasi oleh tanah (misalnya P difiksasi oleh Al, Fe,
atau Ca, unsur K difiksasi oleh mineral liat, ilit dan sebagainya), tercuci bersama
air perkolasi, atau tererosi bersama butir-butir tanah. Adapun kekurangan pupuk
daun adalah bila dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak
(Hardjowigeno, 2003).
Pemberian pupuk lewat daun yang tepat adalah antara jam 7-9 pagi atau 5
sore dengan catatan tidak terjadi hujan paling cepat 2 jam setelah pupuk daun
diaplikasikan. Pupuk daun sebaiknya tidak diberikan saat malam hari, panas terik
atau menjelang hujan. Saat terik matahari, cahaya matahari merangsang
fotosintesis yang berakibat menurunnya kandungan CO kira-kira 0.03-0.02%,
tekanan turgor dari sel-sel juga menurun karena kehilangan air yang berlebih
akibat proses transpirasi (Harjadi, 1996). Bila disemprot pada malam hari, daun
sedang menutup, sehingga pupuk tidak sepenuhnya diserap oleh tanaman.
Pemupukan lewat daun sangat menguntungkan bila tanaman dihadapkan pada
kondisi: ketersediaan hara di tanah sangat rendah, topsoil kering dan terjadi
penurunan aktivitas akar selama fase reproduktif (Lingga, 2004). Prioritas
penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas pemupukan ialah faktor cuaca, di mana
bila terjadi hujan maka akan mengurangi efektivitas penyerapan pupuk.
Penyemprotan saat suhu udara panas menyebabkan konsentrasi larutan pupuk
yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh
pupuk daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14-12-14 dilengkapi
dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn (Prasetya, 2011).
9
2.5. Karaktristik Hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dalam Tanah
dan Tanaman
Sebagian besar Nitrogen (N) tanah berada dalam bentuk N organik maka
pelapukan N organik merupakan proses menjadikan N tersedia bagi tanaman.
Nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik ammonium
dioksidasikan menjadi nitrit kemudian nitrat (Soepardi, 1983).
Bentuk N yang diabsorpsi oleh tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang
lebih baik apabila diberikan NH4+ tetapi ada pula tanaman yang lebih baik apabila
diberikan NO3-. Tanaman padi sawah mengambil N biasanya dalam bentuk NH4
+,
sebaliknya tanaman-tanaman darat mengabsorpsi bentuk NO3- yang terbanyak.
Nitrogen yang diserap ini di dalam tanaman diubah menjadi – N2 – NH- -NH2 -.
Bentuk reduksi kemudian diubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan
akhirnya menjadi protein. Protein ini bersifat katalisator dan sebagai pemimpin
dalam proses metabolisme. Protein-protein yang fungsionil tidak stabil, mereka
selalu pecah dan kemudian membentuk kembali.
Pemberian N yang banyak akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif
berlangsung hebat sekali dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N ialah
dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan
karena tidak seimbang dengan unsur lainnya seperti P, K, dan S.
Tanaman serat yang kelebihan N akan melemahkan serat-seratnya,
sedangkan untuk tanaman biji-bijian akan menyebabkan tanaman rebah. Hal ini
terutama bila kekurangan kalium atau varietas yang dipakai tidak tahan terhadap
pemupukan N yang tinggi. Keburukan akibat pemupukan yang dikemukakan di
atas biasanya tidak terjadi bila unsur-unsur lain terdapat dalam keadaan yang
cukup. Dalam keadaan demikian pemupukan N biasanya sangat meningkatkan
produksi tanaman.
Kekurangan N biasanya menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan
daun-daun menjadi kering. Gejala khlorosis mula-mula timbul pada daun yang tua
sedangkan daun-daun muda tetap berwarna hijau. Kenyataan ini membuktikan
mobilitas N di dalam tanaman. Apabila akar tanaman tidak dapat mengambil N
yang cukup untuk pertumbuhannya maka senyawa N di dalam daun-daun tua akan
menjalani proses autolisis. Dalam hal ini, protein diubah menjadi bentuk yang
10
larut yang kemudian di translokasikan ke bagian daun yang lebih muda di mana
jaringan meristemnya masih aktif. Pada keadaan N yang rendah sekali, daun akan
menjadi coklat dan mati. Untuk jenis rumput-rumputan ujung-ujung daun tua
mula-mula akan mengering seperti terbakar dan menjalar ke seluruh daun melalui
ibu tulang dan melebar ke samping sehingga memberikan bentuk V
(Leiwakabessy et al, 2003).
Tanaman biasanya mengabsorpi P dalam bentuk H2PO4- dan sebagian
kecil dalam bentuk fosfat sekunder yakni H2PO42-
. Absorpsi kedua ion itu oleh
tanaman dipengaruhi oleh pH tanah sekitar akar. Pada pH tanah yang rendah
absorpsi bentuk H2PO42-
meningkat.
Selain kedua bentuk di atas mungkin juga bentuk pirofosfat dan metafosfat
dapat di ambil oleh tanaman. Tanaman juga dapat mengabsorpsi fosfat dalam
bentuk P-organik seperti asam nukleat dan phytin. Bentuk-bentuk ini berasal dari
dekomposisi bahan organik dan dapat langsung digunakan tanaman. Tetapi karena
tidak stabil dalam suasana di mana aktivitas mikroba tinggi, maka peranan mereka
sebagai sumber fosfat bagi tanaman di lapangan menjadi kecil.
Fosfat yang cukup akan memperbesar pertumbuhan akar. Fosfat
merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Apabila terjadi kekurangan fosfat
maka fosfat di dalam jaringan yang tua di angkat ke bagian-bagian meristem yang
sedang aktif. Tetapi oleh karena kekurangan unsur ini menghambat seluruh
pertumbuhan tanaman, maka gejala yang jelas pada daun seperti halnya
kekurangan unsur-unsur N dan K jarang terlihat.
Peranan fosfat adalah sangat khusus dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Fosfat atau radikal fosforil di dalam sel-sel tanaman di
angkat ke golongan asepior melalui suatu reaksi yang disebut fosforilasi sehingga
reaktivitas dari suatu zat bertambah. Fosforiliasi akan mengurangi energi dari
aktivitas dari penghalang di dalam sel tanaman sehingga memungkinkan semua
reaksi-reaksi kimia di dalam proses biologi berlangsung sempurna dan dipercepat.
Perubahan fosfat di dalam tanaman terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap
pertama fosfat anorganik diabsorpsi dan bereaksi dengan molekul atau radikal
organik, pada tahap kedua terjadi proses transfosforilasi di mana golongan fosforil
diubah menjadi molekul-molekul lain. Dan pada tahap ketiga, fosfat atau
11
pirofosfat dibebaskan dari “intermediated phosphorylated” oleh proses hidrolisa
ataupun melalui substitusi radikal organik. Sumber energi yang utama untuk
perubahan fosfat ke dalam berbagai bentuk kombinasi organik adalah energi
potensial oksidasi-reduksi yang dihasilkan dalam proses metabolisme oksidatif.
Beberapa peranan fosfat yang penting ialah dalam proses fotosintesa,
perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan
dengannya, glikolisis, metabolisme asam-amino, metabolisme lemak,
metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses hidup
(Leiwakabessy et al, 2003).
Jumlah K dalam tanah jauh lebih banyak daripada P. Masalah utama ialah
ketersediaan. Kalium diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia. Jumlah K
yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 persen dari
seluruh kalium tanah (Soepardi, 1983).
Kalium diabsorpsi pada tanaman dalam bentuk K+. Bentuk dapat ditukar
atau bentuk yang tersedia bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang
larut dalam air.
Kebutuhan tanaman akan K cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala
kekurangan apabila kebutuhannya tidak tercukupi. Dalam keadaan demikian maka
terjadi translokasi K dari bagian-bagian yang tua ke bagian-bagian yang muda.
Dengan demikian gejalanya mulai terlihat pada bagian bawah dan bergerak ke
ujung tanaman.
Berbeda dengan N, S, P, dan beberapa unsur lain, tidak dijumpai di dalam
bagian tanaman seperti protoplasma, lemak, dan selulosa. Fungsinya nampaknya
lebih bersifat katalisator. Selain itu, kalium memiliki peranan penting sekali
terhadap peristiwa-peristiwa fisiologis seperti: metabolisme karbohidrat,
metabolisme nitrogen dan sintesa protein, mengawasi dan mengatur aktivitas
beragam unsur mineral, dan mengatur pergerakan stomata.
Peranan-peranan tersebut dapat di lihat dalam berbagai bentuk gejala
tumbuh. Daun-daun menjadi kering, melemahkan batang dari tanaman biji-bijian
dan mengakibatkan mudah rebah. Kekurangan kalium akan menyebabkan
produksi tanaman berkurang sekali. Sering terjadi bahwa walaupun produksi
berkurang sekali tetapi gejala kekurangan tidak timbul. Peristiwa ini dikenal
12
dengan nama kelaparan yang tersembunyi (hidden hunger) dan tidak saja terbatas
pada kalium tetapi juga berlaku untuk unsur hara yang lain (Leiwakabessy et al,
2003).
2.6 Keuntungan dan Ekonomi Pupuk
Membeli pupuk dengan analisis yang tinggi adalah lebih baik daripada
membeli dengan analisis rendah. Data harga menunjukkan bahwa makin tinggi
kadar analisisnya, terutama dari pupuk majemuk, makin banyak hara yang dapat
diperoleh dari tiap rupiahnya. Satu fakta harga yang perlu dingat pada waktu
membeli pupuk adalah harga relatif dari nitrogen, fosfor, dan kalium. (Soepardi,
1983).
Keuntungan usaha tani berasosiasi dengan produksi tinggi, di mana
keuntungan maksimal akan dicapai bilamana produksi dan harga jual tinggi.
Produksi lebih tinggi total biaya produksi per satuan juga tinggi, tetapi ongkos
biaya per satuan hasil lebih rendah dan keuntungan meningkat.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah dosis optimum, dosis
pupuk optimum sendiri dipengaruhi oleh harga pupuk dan harga jual produksi.
Bila harga pupuk naik dan harga jual tetap maka sudut persamaan garis ongkos
pemupukan (
) akan naik, sehingga dosis optimum akan bergeser menjadi lebih
rendah, bila sebaliknya maka dosis optimum naik.
Dosis optimum akan berubah pada setiap tahun atau musim karena variasi
iklim, harga jual dan ongkos pupuk. Sehingga perlu dihitung berapa biaya yang
akan dikeluarkan dan berapa tingkat produksi serta harga jual yang diharapkan.
Sistem produksi di bidang pertanian selalu mempertimbangkan resiko, seperti
kebanjiran, kekeringan, dan serangan hama dan penyakit. Resiko ini menurunkan
produksi, namun dengan pengelolaan yang baik dapat mengurangi resiko
tersebut.
Selain itu, bila pemupukan terlau banyak secara ekonomik, kerugian sama
besarnya dengan tanaman pemupukan yang kurang pada proporsi yang sama.
Residu pupuk harus diperhitungkan pada pemupukan berikutnya sebagai
kompensasi pemupukan berlebih, bila efek residu masih terlihat. Pupuk yang
tersimpan dalam tanah, tentunya bila tidak tercuci, akan mengurangi dosis
13
optimum sampai beberapa musim, namun secara perhitungan ekonomi pupuk
bahwa residu pupuk pertanian yang mendalam dalam memperhitungkan dosis
optimum pupuk N sekitar1/3nya pada pemupukan musim berikutnya. Carry over
P dalam tanah sangat bervariasi dari 25 sampai dengan 60%, jumlah yang lebih
rendah bila cara panen dilakukan dengan mengangkut semua biomassa dari lahan
seperti tanaman rumput (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
2.7 Kangkung Darat
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkung-
kangkungan. Merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil
dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Terna semusim dengan panjang 30-50
cm ini merambat pada lumpur dan tempat-tempat yang basah seperti tepi kali,
rawa-rawa, atau terapung di atas air. Biasa ditemukan di dataran rendah hingga
1.000 m di atas permukaan laut (Dalimartha, 2007).
Kangkung terdiri dua jenis, yakni kangkung darat yang disebut kangkung
cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit.
Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga.
Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat
bunga putih bersih.
Perbedaan lainnya adalah kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar
daripada kangkung darat. Warna batangnya juga berbeda. Kangkung air berbatang
hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan. Lainnya, kebiasaan
berbiji. Kangkung darat lebih banyak bijinya daripada kangkung air itu sebabnya
kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan cara stek
pucuk batang.
Kangkung mempunyai sifat manis, tawar, berefek sejuk. Sifat tanaman ini
masuk ke dalam meridian usus dan lambung. Efek farmakologis tanaman ini
sebagai anti racun (anti toksik), anti radang, peluruh kencing (diuretik),
menghentikan perdarahan (hemostatik), sedatif (obat tidur). Kangkung juga
bersifat menyejukkan dan menenangkan (Anonymous, 2008).
Kangkung juga memiliki kandungan mineral, vitamin A, B, C, asam
amino, kalsium, fosfor, karoten, dan zat besi. Karena berbagai kandungannya
14
itulah, kangkung memiliki sifat sebagai anti racun, peluruh perdarahan, diuretik
(pelancar kencing), anti radang, dan sedatif (penenang/obat tidur). Sebab itu tidak
heran bila kita mudah mengantuk setelah makan banyak dengan menu utama
kangkung. Sifat inilah yang membuat kangkung memiliki khasiat antara lain
mengurangi haid yang terlalu banyak, mengatasi keracunan makanan, kencing
darah, anyang-anyangan (kencing sedikit-sedikit dan rasanya nyeri), mimisan,
sulit tidur, dan wasir berdarah. Sebagai obat luar, kangkung bisa digunakan untuk
mengobati bisul, kapalan, dan radang kulit bernanah (Gklinis, 2003).
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat
dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah
hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000
mm/tahun. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman
kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan
mudah membusuk (Aditya 2009).
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang meningkat dari 179 juta jiwa
pada tahun 1990 menjadi 206 juta jiwa tahun 2000 (Badan Pusat Statistik, 2005)
menyebabkan meningkatnya kebutuhan pangan, termasuk sayuran. Produksi
kangkung Indonesia tahun 2005 adalah 229.99 ton sedangkan konsumsi mencapai
1.02 juta ton (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008). Dikaitkan dengan
ketahanan pangan maka dibutuhkan upaya peningkatan pangan dengan laju yang
tinggi dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan volume pemasaran sayuran
untuk memenuhi kebutuhan yang belum tercukupi.