Upload
dangcong
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
III. DETEKSI AWAL AKTIVITAS ANTIMIKROB MINYAK PLIEK U DAN EKSTRAK PLIEK U
(The Initial Detection of Antimicrobial Activity of Pliek u Oil
and Extracts of Pliek u)
Abstract Pliek u oil has been used as cooking oil and medicinal of skin diseases, wound,
fever, headache and abdominal pain. Pliek u has been consumed as spices and ingredient of hot sauce (sambal), and also used for poultry feed. These foods collected from home industry in Reudep village at Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam. The process to make pliek u oil and pliek u was observed to give more information about Aceh traditional fermented foods made from coconut meat. Antimicrobial activity of pliek u oil and extracts of pliek u were evaluated against seven bacterial strains (Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella Enteritidis, Bacillus cereus, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas fluorescens) and one fungal strain (Candida albicans). The antimicrobial activity was detected by using paper disc method. Among antimicrobials extracts tested, crude ethanol extract of pliek u (EEP) was most active against all microbial strains. The ethanol extract of pliek u residue (EERP) obtained from pliek u previously extracted by hexane was active toward bacterial strains and crude hexane extract of pliek u (EHP) was only active against C. albicans. The research concluded that crude ethanol extract of pliek u (EEP) showed significant (P<0.05) antimicrobial activity. Keywords: Aceh fermented food, coconut, pliek u oil, pliek u, antimicrobial activity
Pendahuluan Kelapa (Cocos nucifera L) telah digunakan baik sebagai makanan maupun obat
selama berabad-abad di seluruh negara, termasuk Nanggroe Aceh Darussalam (NAD),
Indonesia. Masyarakat Aceh secara turun menurun telah menggunakan daging buah
dan minyak kelapa terfermentasi (diperam) yang diproses secara tradisional. Proses
fermentasi makanan erat kaitannya dengan mikroorganisme atau enzim, yang
menyebabkan produk yang dihasilkan menjadi lebih baik dibandingkan bahan asal,
dan juga menghasilkan senyawa metabolit yang bersifat antimikrob (Djien 1982;
Battcock dan Azam-Ali 1998). Salah satu makanan fermentasi tradisional yang
didalamnya mengandung senyawa antimikrob adalah tempe, yang dihasilkan oleh
Rhizopus oligoporus selama proses fermentasi (Wang dan Hesselltine 1979; Djien
1979, Ginandjar 2000).
Minyak kelapa yang dihasilkan dikenal dengan nama minyak pliek u terdiri dari
minyeuk simplah dan minyeuk brok yang digunakan sebagai minyak goreng dan juga
dimanfaatkan sebagai obat untuk sakit kepala, luka, menurunkan panas, sakit
persendian dan sakit perut. Ampas kelapa yang diperoleh setelah diambil minyaknya
13
disebut pliek u (patarana), yang digunakan sebagai bumbu masak dan sambal serta
pakan unggas.
Minyak kelapa mengandung berbagai bahan aktif yang berpengaruh sebagai
bahan terapi. Secara tradisional, pengobatan yang menggunakan minyak kelapa
dilakukan untuk mengobati beragam gangguan kesehatan, yaitu mulai dari pengobatan
penyakit kulit, saluran pencernaan, penyakit kelamin hingga influenza (Fife 2005).
Minyak kelapa digunakan sebagai media dalam pemberian obat melalui oral (Mahran
1991). Kandungan lemak dalam daging dan minyak kelapa merupakan komponen
fungsional yang sangat bermanfaat secara fisiologis, terutama sebagai antimikrob
(Enig 2002). Asam lemak bebas dan monogliseridanya terbukti memiliki aktivitas
antimikroba terhadap berbagai mikrob (Nair et al. 2005), serta tidak menimbulkan
resistensi (Kabara 2000).
Aktivitas bahan alami sebagai antimikrob yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
seperti herbal, bumbu dan minyak dapat dilakukan dengan mengetahui spektrum
aktivitas antimikrob berdasarkan kemampuannya menghambat berbagai mikrob.
Menurut Cowan (1999, Naidu 2000), aktivitas antimikrob senyawa yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dapat diawali dengan mendeteksi ada tidaknya aktivitas
antimikrob, kemudian pengujian terhadap sifat-sifat antimikrob, kemanjuran secara in
vitro dan in vivo serta identifikasi struktur, mekanisme dan kapasitasnya.
Diduga selama proses pengolahan minyak pliek u dan pliek u terjadi berbagai
perubahan sehingga menghasilkan berbagai metabolit yang mempunyai aktivitas
antimikrob. Senyawa tersebut dapat terbentuk dari bahan asal ataupun juga karena
dihasilkan oleh mikrob selama proses fermentasi. Senyawa alami yang dihasilkan oleh
mikrob pada proses fermentasi dapat diekstraksi dan dipurifikasi, serta dapat
digunakan sebagai antimikrob untuk mengawetkan makanan (Hoover 2000).
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelusuran kandungan senyawa aktif di dalam
minyak pliek u dan pliek u, sehingga potensi makanan fermentasi tradisional Aceh
bisa dikembangkan sebagai sumber untuk menghasilkan bahan baku antimikrob.
Sampai saat ini informasi mengenai minyak pliek u dan pliek u masih sangat sedikit
terutama yang berkaitan dengan proses, kemampuan serta manfaatnya sebagai
makanan kesehatan. Penelitian ini merupakan suatu kajian awal sehingga pengamatan
terhadap proses pembuatan minyak pliek u dan pliek u juga dilakukan untuk
memperoleh informasi ilmiah yang mendukung manfaat makanan tradisional Aceh
sebagai makanan sehat.
14
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi-Biokimia dan di
Laboratorium Satwa Langka dan Konservasi Alam, Pusat Penelitian Sumberdaya
Hayati dan Bioteknologi (PPSHB)-Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan
Masyarakat, Institut Pertanian Bogor sejak Januari 2006 sampai September 2007.
Tahap 1, 2, dan 3 pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
Minyak Pliek u dan Pliek u
Makanan tradisional Aceh merupakan bahan utama dalam penelitian ini, yang
terdiri dari minyak pliek u dan pliek u. Bahan tersebut diperoleh dari tempat produksi
rumah tangga, berlokasi di Desa Redeup, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD). Pada penelitian ini juga dilakukan pengamatan terhadap proses pembuatan
minyak pliek u dan pliek u (tahap 1 pada Lampiran 1).
Kultur Mikrob
Kultur mikrob terdiri dari Bacillus subtilis (koleksi Dr. Ir. Lisdar I. Sudirman).
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, isolat yang diperoleh dari Laboratorium
Bakteriologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor. Salmonella Enteritidis, yang
diperoleh dari Laboratorium pribadi milik J. Sri Poernomo, Cimanggu Bogor. Bacillus
cereus BCC 2118, Pseudomonas aeruginosa BCC 2137 dan Pseudomonas fluorescens
FNCC 070 berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi
Pertanian IPB. Candida albicans, isolat klinik dari Laboratorium Mikologi Fakultas
Kedokteran Hewan IPB.
Uji Kandungan Gizi Minyak Pliek u dan Pliek u
Pengujian terhadap kandungan gizi (kadar lemak, protein, karbohidrat, air dan
abu) minyak pliek u dan pliek u dilakukan dengan uji proksimat berdasarkan AOAC
(1980). Prosedur pengujian dapat dilihat pada Lampiran 2.
Ekstraksi Pliek u
Ekstraksi pliek u dikerjakan sesuai dengan prosedur Duraipandiyan et al. (2006)
dan Sudirman (2005a). Ekstraksi pliek u merupakan tahap 2 pada tahapan penelitian
(Lampiran 1). Ekstraksi pertama dilakukan dengan menambahkan pliek u 20 g dalam
200 ml heksan (1:10 b/v). Campuran tersebut dikocok menggunakan refrigerated
15
incubator shaker Innova 4230 (New Branswick scientific, Edison, USA) dengan
kecepatan 130 rpm pada suhu 28oC, kemudian disaring menggunakan fritted glass
filter yang disambungkan dengan pompa vakum. Residu pliek u diekstraksi kembali
dengan heksan (1:10 b/v) sebanyak dua kali dengan cara yang sama. Filtrat yang
diperoleh dipekatkan menggunakan evaporator putar (Bütchi, Switzerland) pada suhu
40-50oC dengan tekanan 335 mBAR untuk heksan, menghasilkan ekstrak kasar
heksan dari pliek u (EHP). Tahap proses ekstraksi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Residu pliek u yang diperoleh setelah diekstrak dengan heksan, diekstrak
kembali dengan etanol 96% (1:10 b/v) dengan cara yang sama sebanyak tiga kali
(lampiran 3). Filtrat yang diperoleh dipekatkan menggunakan evaporator putar
(Bütchi, Switzerland) pada suhu 40-50oC dengan tekanan 175 mBAR. Selanjutnya
ekstrak yang diperoleh dipekat ulang menggunakan kompresor udara untuk
mendapatkan ekstrak etanol dari residu setelah pliek u diekstrak dengan heksan
(EERP).
Ekstraksi yang kedua dilakukan dengan menambahkan pliek u 20 g dalam 200
ml etanol 96% (1:10 b/v). Campuran tersebut dikocok menggunakan refrigerated
incubator shaker Innova 4230 (New Branswick scientific, Edison, USA) dengan
kecepatan 130 rpm pada suhu 28oC, kemudian di saring menggunakan fritted glass
filter yang disambungkan dengan pompa vakum. Residu pliek u diekstraksi kembali
dengan etanol (1:10 b/v) sebanyak dua kali dengan cara yang sama. Filtrat yang
diperoleh dipekatkan menggunakan evaporator putar (Bütchi, Switzerland) pada suhu
40-50oC dengan tekanan 175 mBAR. Selanjutnya ekstrak yang diperoleh dipekat
ulang menggunakan kompresor udara untuk mendapatkan ekstrak kasar etanol dari
pliek u (EEP). Tahap proses ekstraksi dapat di lihat pada Lampiran 4.
Uji Aktivitas Antimikrob (Metode Difusi Agar Cakram Kertas)
Pengujian aktivitas antimikrob minyak pliek u dan ekstrak dari pliek u
dikerjakan sesuai prosedur Sudirman (2005a), menggunakan cakram kertas diameter
13 mm. Prosedur penelitian ini termasuk ke dalam tahap 3 (Lampiran 1). Minyak
pliek u (minyeuk simplah/MS dan minyeuk brok/MB), serta ekstrak pliek u (EHP,
EERP dan EEP), masing-masing sebanyak 100 μl (99.0-100.5 mg) diteteskan di atas
kertas cakram (Schleicher & Schuell, MicroScience GmbH, Dassel Germany),
kemudian dikeringkan menggunakan alat pengering rambut (International compact,
220V 350 W) pada suhu 40-42ºC. Selanjutnya disterilisasi dengan sinar UV (254 nm)
selama 30 menit di dalam laminar airflow cabinet (Formagro Karyanusa).
16
Cakram kertas diletakkan di atas media agar yang mengandung mikrob uji (106
cfu/ml), dipreinkubasi pada suhu 10ºC selama 3 jam, lalu diinkubasi pada suhu
pertumbuhan optimal masing-masing mikrob uji. Suhu inkubasi untuk bakteri 37ºC
selama 24 jam, sedangkan untuk C. albicans pada suhu kamar (26-28ºC) selama 2-3
hari. Sebagai kontrol digunakan pelarut heksan dan etanol, minyak kelapa yang dijual
secara komersil yaitu Virgin Coconut Oil serta antibiotik (amoksisilin, kloramfenikol,
tetrasiklin, Kimia Farma) yaitu masing-masing 25 μg dalam 100 μl akuades steril per
cakram kertas dan candistin (Pharos) sebanyak 100 μl yang mengandung 10000 IU
nystatin per cakram kertas. Media agar yang digunakan untuk bakteri digunakan agar
Mueller-Hinton, sedangkan untuk C. albicans digunakan agar Potato Dextrose.
Kriteria penetapan aktivitas antimikrob berdasarkan Ela et al. (1996), diacu dalam
Elgayyar et al. (2001), yaitu antimikrob aktif dan sangat aktif (zona hambatan >11
mm), aktif sedang (6 mm < zona hambatan <11 mm) dan tidak aktif (zona hambatan
<6 mm).
Analisis Data
Rata-rata zona hambatan yang terbentuk merupakan data aktivitas antimikrob
minyak pliek u dan ekstrak dari pliek u yang dianalisis dengan Anova. Apabila
terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Sebelum
dianalisis, data ditransformasikan ke dalam √ karena ada data dalam angka nol. Data
ditampilkan sebagai rata-rata ± standar deviasi (SD). Analisis statistik dilakukan
dengan bantuan program SPSS versi 13 for windows. Data ditampilkan dalam bentuk
gambar dan tabel.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Pengamatan Proses Pembuatan Minyak Pliek u dan Pliek u
Penelitian ini diawali dengan mengamati proses pembuatan minyak pliek u dan
pliek u (Gambar 3 dan Lampiran 5). Proses membuat minyak pliek u dan pliek u
dilakukan selama beberapa hari (± 20 hari) dengan cara mengeramkan (fermentasi
secara tradisional) daging buah kelapa tanpa menambahkan mikrob apapun.
Menurut masyarakat Aceh, produk ini diproses secara turun menurun dari orang
tua mereka dan terjadi tanpa disengaja. Proses fermentasi ini terdiri dari tiga tahap
fermentasi, yaitu pengeraman buah kelapa, pengeraman daging buah kelapa dan
pengeraman serta penjemuran daging buah kelapa. Pada tahap pertama, buah kelapa
17
dibelah (tidak sampai terbuka) dan airnya dibuang, kemudian dibiarkan selama 4-5
hari. Setelah itu daging buah kelapa dikukur dan ditempatkan dalam wadah tertutup.
Selanjutnya dibiarkan selama beberapa hari (4-5 hari) pada suhu kamar (29-36°C)
yang tidak terpapar cahaya. Tahap ini merupakan tahap kedua (Lampiran 5). Minyak
yang terbentuk pada tahap ini didiambil, minyak tersebut adalah minyeuk
simplah/minyeuk retek.
Gambar 3 Tahap proses pembuatan minyak pliek u dan pliek u. (a) buah kelapa
yang sudah dibuang airnya dan dibiarkan 4-5 hari; (b,c,d) daging buah kelapa yang sudah dikukur dan dibiar 5 hari sampai keluar minyeuk simplah; (e,f,g,h,i) proses penjemuran, pengeraman dan pemerasan untuk memperoleh minyeuk brok dan pliek u.
Tahap selanjutnya adalah tahap ketiga. Pada tahap ini dilakukan penjemuran,
pengeraman (fermentasi) dan pengepresan terhadap residu yang dihasilkan pada tahap
2, yang dilakukan selama beberapa hari (≥5 hari) pada suhu kamar (29-36°C). Minyak
yang diperoleh pada tahap ini disebut minyeuk brok. Residu yang diperoleh disebut
pliek u atau patarana, tetapi masyarakat umumnya menyebut pliek u. Makanan yang
berbahan mentah dari tumbuh-tumbuhan ini (daging buah kelapa) memberikan
manfaat beragam bagi masyarakat Aceh, yaitu sebagai makanan dan juga sebagai
ba c
d
hg i
e f
18
obat. Pliek u dijadikan bumbu masak untuk membuat masakan Gulé pi’u yang
dicampur dengan sayuran dan ikan kering (Hurgronje 1985).
Nama-nama yang diberikan untuk produk yang dihasilkan pada proses
fermentasi tersebut sejak lama sudah dikenal, yang dapat dilihat pada kamus Aceh
Indonesia dan juga Aceh Belanda (Bakar et al. 1985; Djajadiningrat dan Drewes
1934). Selama pembuatan minyak pliek u dan pliek u tidak sedikitpun menggunakan
pembakaran, namun hanya penjemuran menggunakan sinar matahari setelah minyak
pliek u pertama diambil. Proses untuk membuat minyak pliek u dan pliek u juga
memerlukan alat-alat khusus, yang terdiri dari klah, peungarat, prah dan linông
(Djajadiningrat dan Drewes 1934), dan apet awe (informasi dari masyarakat). Alat-
alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Perkembangan makanan fermentasi pada awalnya terkait dengan masa simpan
yang singkat dari suatu bahan pangan dan kebutuhan manusia akan zat gizi. Proses
fermentasi merupakan proses pengawetan makanan tertua kedua setelah pemanasan,
yang terjadi secara sengaja atau tanpa disengaja. Selama berabad-abad, pengetahuan
tentang teknologi fermentasi tradisional diturunkan dari orang tua kepada anaknya
(teradaptasi dari satu generasi ke generasi berikutnya). Produk dan cara yang mereka
lakukan menghasilkan produk yang lebih baik dari bahan asal (Battcock dan Azam-
Ali 1998).
Masyarakat Indonesia memiliki beragam budaya yang juga terkait dengan
beragam makanan tradisional yang dihasilkan, termasuk makanan fermentasi
tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Winarno 1982). Produk-produk
fermentasi tradisional dari Indonesia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan sudah
sangat dikenal diantaranya tempe, oncom, tape, brem, kecap, tauco, nata dan
tempoyak (Ginandjar 2000). Beberapa makanan fermentasi tradisional tersebut
memberikan kontribusi yang baik bagi manusia sebagai sumber protein, kalori dan
vitamin.
Minyak Pliek u, Pliek u dan Ekstrak dari Pliek u
Proses fermentasi daging buah kelapa merupakan proses ekstraksi alami untuk
mendapatkan minyak kelapa secara tradisional. Bentuk fisik minyak pliek u dan pliek
u yang sudah digunakan sebagai makanan sejak lama oleh masyarakat NAD dapat
dilihat pada Gambar 4. Minyeuk simplah (Gambar 4a) berwarna kuning pucat seperti
minyak virgin coconut oil (VCO). Minyeuk simplah tidak begitu mengeluarkan bau
menyengat khas minyak pliek u dibandingkan minyeuk brok (Gambar 4b). Setelah
19
minyak diperoleh, maka residu (ampas) yang dihasilkan disebut pliek u (Gambar 4c).
Minyak pliek u dan pliek u mudah dikenal karena memberikan bau dan rasa yang
khas.
Gambar 4 Minyak pliek u dan pliek u. (a) Minyeuk simplah; (b) Minyeuk brok;
(c) Pliek u
Informasi mengenai gizi minyeuk pliek u dan pliek u perlu diketahui berkaitan
dengan fungsinya sebagai makanan yang menjadi konsumsi masyarakat dan juga
sebagai pakan ayam. Berdasarkan analisis proksimat pada minyak pliek u dan pliek u
(Tabel 1) menunjukkan bahwa pliek u masih mengandung lemak, walaupun kadar
lemaknya lebih rendah dibandingkan kadar lemak dalam daging buah kelapa (Thieme
1968, diacu dalam Ketaren 2005). Komponen gizi yang masih terdapat dalam pliek u
bisa dijadikan sebagai informasi yang dapat mendukung fungsi pliek u sebagai
makanan. Kadar lemak minyak pliek u sangat tinggi hampir mencapai 100%,
sedangkan kadar lemak pliek u hanya 4.94%.
Tabel 1 Komposisi minyak pliek u dan pliek u berdasarkan analisis proksimat
Komponen
Minyeuk simplah (%)
Minyeuk brok (%)
Pliek u (%)
Air Lemak Protein Karbohidrat Serat kasar Total Abu
0.27 99.05 0.31 - - -
4.40 99.12 0.52 - - -
18.97 4.94 23.56 47.44 15.72 8.34
Ekstrak Pliek u
Pengamatan terhadap ekstrak pliek u yang diekstrak dari 20 gr pliek u yang
menggunakan etanol dan heksan memberikan hasil sebagai berikut, yaitu ekstrak
kasar etanol dari pliek u (EEP) menghasilkan ekstrak lebih banyak 14.4 g
a b c
20
dibandingkan dengan ekstrak kasar heksan dari pliek u (EHP) sebesar 7.03 g dan
ekstrak etanol dari residu pliek u (EERP) sebesar 6.65 g (Tabel 2 dan Gambar 5).
Kandungan lemak dalam minyak kelapa mempunyai peran sangat berarti bagi
minyak kelapa yaitu sebagai sumber nutrisi juga sebagai antimikrob (Enig 2002).
Aktivitas antimikrob dipengaruhi oleh jenis lemak yang terdapat di dalam minyak
kelapa yaitu monogliserida yang disintesis dari asam lemak rantai sedang yang
memberi aktivitas antimikrob terhadap beberapa mikroorganisme (Wang dan Johnson
1992; Kabara 2000).
Tabel 2 Sifat fisik minyak pliek u dan ekstrak pliek u
Nama Bahan Ciri-ciri fisik
Warna Konsistensi Volume ekstrak (g)
Bau/Rasa
Minyak pliek u
Minyeuk simplah (MS)
Kuning pucat Cair - menyerupai bau khas minyak kelapa
Minyeuk brok (MB)
kuning Cair - Bau asam khas minyak pliek u
Ekstrak kasar
pliek u
Ekstrak kasar heksan (EHP)
Kuning pucat Cair 7.03 menyerupai bau khas minyak kelapa
Ekstrak Etanol (EERP)
Kuning kecoklatan
gel 6.65 Bau sepat/pahit
Ekstrak kasar Etanol (EEP)
Coklat kehitaman
Cair-endapan 14.4 Bau sepat/pahit dan asam khas pliek u
Gambar 5 Ekstrak pliek u. (a) Ekstrak kasar etanol (EEP), (b) Ekstrak kasar
heksan (EHP), (c) Ekstrak etanol residu (EERP)
Pengamatan terhadap bau, rasa, warna, volume ekstrak dan konsistensi masing-
masing ekstrak menunjukkan adanya perbedaan. Ekstrak kasar heksan tidak
mengeluarkan bau yang menyengat seperti minyak pliek u (minyeuk brok) dan pliek u.
Ekstrak etanol residu dan ekstrak kasar etanol mengeluarkan bau yang hampir sama
dengan bau khas pliek u, berbau dan berasa sepat atau pahit.
a b c
21
Aktivitas Antimikrob Minyak Pliek u dan Ekstrak Pliek u
Aktivitas antimikrob minyak pliek u dan ekstrak pliek u menghasilkan zona
hambatan yang bervariasi terhadap bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif dan
C. albicans, disajikan pada Tabel 3 dan 4, Gambar 6 serta Lampiran 6.
Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(P<0.05) pada zona hambatan masing-masing mikrob uji. Hasil uji lanjut jarak
berganda Duncan menunjukkan bahwa aktivitas antimikrob EEP dan EERP
mempunyai aktivitas yang sama terhadap bakteri Gram positif, sedangkan EHP tidak
aktif terhadap bakteri. EHP mempunyai aktivitas lebih besar terhadap C. albicans
dibandingkan EEP, sedangkan EERP tidak aktif terhadap C. albicans.
Tabel 3 Aktivitas antimikrob minyak pliek u dan ekstrak pliek u terhadap bakteri
Gram positif dan Candida albicans
Jenis Antimikrob
Rata-rata Zona Hambatan (mm) Bacillus cereus
BCC 2118 Bacillus subtilis
Staphylococcus aureus
Candida albicans
Minyak Pliek u
MS 2.67±0.47b 0 a 0 a 2±0 b MB 4.67±0.94 c 0 a 5.33±0.94 b 8±0.8 c
Ekstrak Pliek u
ekstrak heksan (EHP) 6.67±0.47 d 0 a 0 a 17.33±0.94 f Ekstrak etanol (EERP) 19.67±0.47 f 10.33±0.94 c 18.33±0.47 d 0 a Ekstrak etanol (EEP) 20.33±0.47 f 10.67±0.47 c 19.33±0.47 d 10.67±0.47 d
Amoksisilin 0 a 0 a 0 a TD Kloramfenikol 21.33±0.94 f 0 a 0 a TD Tetrasiklin 12.00±0 e 7.00±0 b 13.33±0.94 c TD Nystatin TD TD TD 13.67±1.24 e
Keterangan: TD (Tidak Diuji); a-e Superskrip yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata (P>0.05)
Apabila kriteria aktivitas antimikrob yang diuji berdasarkan pada pendapat Ela
et al. (1996), diacu dalam Elgayyar et al. (2001), maka minyak pliek u, yaitu MS
tergolong tidak aktif, sedangkan MB digolongkan aktif sedang terhadap C. albicans.
EEP tergolong sangat aktif terhadap bakteri dan aktif sedang terhadap C. albicans.
EERP sangat aktif terhadap bakteri, namun tidak aktif terhadap C. albicans,
sedangkan EHP tidak aktif terhadap bakteri, namun sangat aktif terhadap C. albicans.
Aktivitas antibakteri yang disebabkan oleh EERP hampir sama dengan EEP
dengan rata-rata masing-masing zona hambatan adalah 18.05 mm dan 17.99 mm
(Tabel 3 dan Tabel 4). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan
dan sensitifitas mikrob terhadap antimikrob berbeda diantara strain mikrob. Secara
umum terdapat perbedaan sensitifitas antara bakteri Gram negatif dan bakteri Gram
positif yang diakibatkan oleh EERP dan EEP. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan
22
rata-rata zona hambatan yang bervariasi antara bakteri uji (Tabel 3 dan Tabel 4).
Minyeuk simplah tidak aktif terhadap bakteri dan C. albicans. Ekstrak kasar EHP
hanya mempunyai aktivitas kecil terhadap B. Cereus. Berdasarkan pengamatan
menunjukkan bahwa EEP, EHP dan minyeuk brok aktif terhadap C. albicans.
Tabel 4 Aktivitas antimikrob minyak pliek u dan ekstrak pliek u terhadap bakteri
Gram negatif
Jenis Antimikrob
Rata-rata Zona Hambatan (mm) Pseudomonas
aeruginosa BCC 2137
Pseudomonas fluorescens FNCC 070
Escherichia coli
Salmonella Enteritidis
Minyak Pliek u MS 0 a 0 a 0 a 0 a MB 0 a 1.67±0.47 b 1.67±0.47 b 2.67±0.94 b
Ekstrak Pliek u
Ekstrak heksan (EHP) 0 a 3.00±0.81 b 0 a 0 a Ekstrak etanol (EERP) 20.33±1.24 b 20.33±0.47 d 16.00±0 c 21.33±1.24 d Ekstrak etanol (EEP) 18.67±1.24 b 18.33±1.69 d 15.33±0.47 c 23.33±0.47 d
Amoksisilin 0 a 0 a 0 a 13.66±1.24 c Kloramfenikol 0 a 9.33±0.47 c 15.33±0.47 c 22.66±1.69 d Tetrasiklin 0 a 9.33±0.94 c 0 a 28.33±0.47 e
Keterangan: a-e Superskrip yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata (P>0.05)
Aktivitas antimikrob sangat dipengaruhi oleh 1) jenis antimikrob (konsentrasi
dan polaritas), 2) jenis mikrob, dan 3) metode uji yang digunakan (Maguire 2000).
Pengujian menggunakan metode difusi agar cakram kertas dipengaruhi oleh jenis dan
ukuran cakram kertas, pH dan sifat media, konsentrasi dan kemampuan antimikrob
berdifusi ke dalam media, jenis mikrob yang digunakan serta komponen yang terdapat
di dalam senyawa tersebut (Branen 1993).
Perbedaan ukuran zona hambatan dari satu mikrob uji yang disebabkan oleh
senyawa antimikrob (minyak pliek u dan ekstrak pliek u) yang berbeda mungkin
dipengaruhi oleh cara/proses untuk mendapatkan senyawa antimikrob tersebut dan
tahap proses fermentasi (Gambar 6). Berdasarkan pengujian menunjukkan bahwa
minyak tidak mempunyai aktivitas terhadap bakteri uji, karena minyak pliek u
mungkin belum mengandung senyawa antimikrob yang bisa berpengaruh terhadap
bakteri dan C. albicans. Minyak pliek u yang diperoleh dari proses tahap pertama
menunjukkan tidak memiliki aktivitas penghambat. Kemungkinan proses fermentasi
pada tahap pertama hanya berperan menarik minyak dari jaringan, sehingga minyeuk
simplah belum mengandung senyawa antimikrob.
Minyeuk brok yang dihasilkan pada tahap kedua kemungkinan sudah mendekati
proses fermentasi yang hampir sempurna, sehingga hanya memperlihatkan aktivitas
23
terhadap C. albicans. Aktivitas antimikrob dari ekstrak yang diperoleh dari pliek u
yang berasal dari proses tahap ketiga memberikan aktivitas hambatan yang tergolong
tinggi dan zona hambatan yang bervariasi terhadap mikrob uji. Pliek u berasal dari
fermentasi yang sudah sempurna, yang menyebabkan senyawa dalam pliek u sudah
aktif sebagai antimikrob. Proses tahap ketiga merupakan proses fermentasi yang
dikombinasikan dengan penjemuran dan pengepresan.
Gambar 6 Zona hambatan yang terbentuk dari aktivitas EEP terhadap bakteri dan fungi. (a) S. aureus, (b) E. coli,(c) B. cereus dan (d) C. albicans. Ekstrak kasar etanol (EEP), ekstrak etanol residu (EERP), ekstrak kasar heksan (EHP), tetrasiklin (T), amoksisilin (A), kloramfenikol (K), candistin (Cd), minyeuk simplah (MS), minyeuk brok (MB)
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak dari bahan yang diduga
mengandung minyak yaitu dengan cara rendering, mechanical expression dan solvent
extraction (Ketaren 2005). Antimikrob dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dan
purifikasi (Hoover 2000). Menurut Maguire (2000), efek senyawa antimikrob seperti
minyak sangat tergantung dari metode ekstraksinya apakah menggunakan larutan
organik atau tidak.
Ekstraksi dengan pelarut non-polar (ekstrak kasar heksan/EHP) hanya aktif
terhadap C. albicans sedangkan ekstrak yang bersifat polar (ekstrak kasar etanol
residu/EERP) yang diperoleh dari residu heksan hanya aktif terhadap bakteri. Tidak
b
c d
EEP
EEP EEP
a
EERP
EHP
A
K
T
MS MB
MS
MB MS
Cd
T
EEP
24
adanya aktivitas EERP terhadap C. albicans menunjukkan bahwa ada komponen yang
mungkin sudah terekstrak sebelumnya di dalam ekstrak kasar heksan (EHP). EEP
yang diperoleh dari ekstraksi pliek u dengan etanol menyebabkan EEP mengandung
sebagian senyawa non-polar, sehingga mempunyai aktivitas terhadap C. albicans,
walaupun aktivitasnya lebih kecil dibandingkan EHP.
Penelitian ini menunjukkan bahwa C. albicans lebih sensitif terhadap komponen
yang bersifat non polar, sedangkan bakteri lebih sensitif kepada komponen yang
mengarah ke polar. Pada umumnya tumbuh-tumbuhan obat, bumbu, dan tumbuh-
tumbuhan yang diduga memberikan efek yang baik terhadap kesehatan mempunyai
aktivitas antimikrob sangat baik setelah diekstrak dengan pelarut yang lebih polar
seperti etanol dan metanol (Duraipandiyan et al. 2006; Gupta et al. 2006; Rojas et al.
2006; Iroegbu dan Nkere 2005; Barbour et al. 2004; Voravuthikunchai et al. 2004;
Shah et al. 2004; Okeke et al. 2001).
Polaritas suatu senyawa antimikrob mempengaruhi kemampuannya sebagai
antimikrob yang berdasarkan sifat hidrofilik-lipofiliknya, sehingga kerja antimikrob
lebih maksimum (Kanazawa et al. 1995). Sifat hidrofilik-lipofilik antimikrob
menjamin aktivitasnya sebagai antimikrob, karena dapat mempengaruhi
keseimbangan hidrofobik dinding sel mikrob (Branen 1993). Secara umum efek
antibakteri minyak terjadi dalam dua kategori, yaitu, 1) secara langsung merusak
membran sel, dan 2) secara tidak langsung berinteraksi dengan membran melalui
peningkatan permiabilitas sel (Maguire 2000).
Simpulan
Ekstrak kasar etanol dari pliek u (EEP) berpotensi sebagai senyawa antimikrob,
sedangkan ekstrak kasar heksan (EHP) dan minyak pliek u (MB) berpotensi sebagai
senyawa antikandida dan ekstrak etanol residu (EERP) berpotensi sebagai antibakteri.
Minyak pliek u (MS) tidak mempunyai aktivitas antimikrob. Perbedaan tahap proses
pembuatan minyak pliek u dan pliek u berpengaruh pada aktivitas antimikrob.
Antimikrob yang bersifat polar lebih aktif terhadap bakteri, sedangkan antimikrob
yang bersifat non-polar lebih aktif terhadap. C. albicans