13

Click here to load reader

Ijtihad ibnu qayiim

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ijtihad ibnu qayiim

MASLAHAT MURSALAT DALAM PANDANGAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH DAN RELEVANSINYA DENGAN PENGEMBANGAN HAM

Khoirul Hadi Mahasiswa doktoral UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

[email protected]

Pendahuluan

Diantara nikmat Allah yang terbesar jepda hamba-Nya ialah membiarkan merek berjalan tanpa arah, Allah mengutus para rasul sebgai penunjuk jalan dan kepda mereka diwahyukan firman-Nya. Segala risalah rasul-rasul ini diakhiri oleh Islam dengan Syari’atnya.

Biografi Ibnu Qayyim al-JauziyahNama lengkap beliau adalah Muh}ammad bin Abu> Bakr ibn Ayyu>b ibn Sa’ad ibn

Hariz al-Zar’i1 al-Dimasyqi al-Hanbali. Laqabnya adalah Syams al-Di<n dan kunyahnya Abu> ‘Abdilla>h.2 Namun beliau lebih terkenal dengan sebutan Ibn Qayyi<m al-Jauziyyah, sebab ayahnya adalah seorang pengurus sekolah al-Jauziyyah.3

Julukan Ibn al-Jauzy sebenarnya tidak tepat kalau disandarkan kepada Ibn Qayyi<m. Sebutan ini muncul dan populer dikarenakan keteledoran para penulis atau orang-orang yang tidak suka kepada Ibn Qayyi<m, karena julukan Ibn al-Jauzy diberikan kepada ‘Abd al-Rahma>n ibn ‘Ali al-Quraisy yang wafat pada tahun 596 H. Di samping itu ada juga beberapa orang yang mempunyai julukan Ibn Qayyim al-Jauziyyah. Mereka tidak lain adalah orang yang memiliki nasab yang sama dengan ayahnya yang bernama Abu> Bakr Ayyu>b, yakni saudara kandung Ibn Qayyi<m (Muhammad ibn Abu> Bakr).4 Sedangkan beberapa orang yang menyamai julukan Ibn Qayyim adalah dua orang yang sama alimnya, yaitu:

Yang Pertama, Ibn Qayyi<m al-H{anbali, adalah Abu> Bakr Muh}ammad ibn ‘Ali ibn H{usain ibn Qayyi<m al-H{anbali. Beliau termasuk golongan ulama ahli hadis dan wafat tahun 480 H.

1 Zar’i adalah nama sebuah desa yang sekarang bernama Azra.2 Ibn Qayyim al-Jauziyyah (selanjutnya ditulis al-Jauziyyah saja), Kunci Kebahagiaan,

terj. ‘Abd al-Hayy al-Katani (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004), hlm. 3.3 Sekolah tersebut dibangun oleh salah seorang al-Hafi<z} ibn al-Jauzi yang bernama

Muh}yi al-Di<n Abu> al-Mah}a>sin Yu>suf (w. 656 H.) di daerah Bazuriyah Damaskus. Lihat Ka>mil Muh}ammad Muh}ammad ‘Uwaid}ah, al-Ima>m al-Hafi<z} Syams al-Di<n Ibn Qayyi<m al-Jauziyyah (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1992), hlm. 5. Lihat juga pada Biografi Ibn Qayyi<m dalam Za>d al-Ma’a>d, Petunjuk Nabi saw. Menjadi Hamba Teladan dalam Berbagai Aspek Kehidupan, terj. Ahmad Sunarto dan Aunurrafiq (Jakarta: Rabbani Press, 1998), hlm. xix.

4 Muh}ammad Anwa>r Yasin al-Sanhuti (selanjutnya ditulis al-Sanhuti saja), Ibn Qayyi<m Berbicara tentang Tuhan, terj. Romli dan Heri (Jakarta: Mustaqim, 2001), hlm. 20.

Page 2: Ijtihad ibnu qayiim

Yang Kedua, Ibn Qayyi<m al-Mis}ri, adalah ‘Ali ibn Isa> ibn Sulaima>n al-S{alabi al-Sya>fi’i ibn Qayyi<m. Beliau dikenal sebagai muh}addis dan juga perawi. Wafat tahun 710 H. Ibn Qayyi<m al-Jauziyyah lahir pada 7 Safar 691 H/1292 M. Mayoritas ulama

mengatakan bahwa beliau dilahirkan di kota Damaskus, Siria. Namun ada pula yang mengatakan bahwa beliau dilahirkan di desa Zar’i, Hauran, yang terletak di sebelah Timur kota Damaskus. Beliau wafat pada usia 60 tahun, tepatnya malam Kamis 13 Rajab 751 H./1350 M., waktu azan Isya di kota Damaskus. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman al-Ba>b al-S{aghi<r di samping makam orang tuanya.5

Beliau berasal dari kalangan terhormat dan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang taat dan berilmu. Ayahnya, selain sebagai seorang pendidik juga dikenal sebagai seorang ulama Fiqh Hanbali yang ahli dalam bidang fara>’id}. Dari sinilah beliau memulai perjalanan intelektualnya.

Selain ahli dalam berbagai masalah agama, beliau pun sangat ahli dalam masalah akhlak dan sastra. Beliau memiliki wawasan tentang metodologi pembentukan dan terapi jiwa. Beliau menjadikan Rasulullah saw. sebagai panutan dan selalu menerapkan etika dan adab kenabian dalam dirinya. Etika kenabian ini beliau terapkan dalam sikap yang baik dan jiwa yang bersih. Hal ini dapat dilihat ketika beliau mengatakan dalam kitabnya Mada>rij al-Sa>liki<n, bahwa jika ada orang lain berbuat buruk kepadamu kemudian orang tersebut meminta maaf kepadamu, maka kamu wajib memaafkannya tanpa melihat apakah dia salah atau benar, kemudian serahkanlah maksud hatinya kepada Allah swt.6

Kehidupan Ibn Qayyim dalam mengisi aktivitas sehari-harinya tidak jauh dari kreatifitas ilmiahnya. Sepanjang hidupnya beliau curahkan untuk menulis kitab dan mengajar di berbagai madrasah di Damaskus. Seperti yang telah diketahui, Damaskus ketika itu menjadi pusat kajian keilmuan yang sangat terkenal dan penuh dengan forum-forum ilmiah yang diselenggarakan oleh para ulama. Beliau juga menggantikan kedudukan ayahnya menjadi pimpinan Madrasah al-Jauziyyah yang didirikan oleh ayahnya sendiri dalam waktu yang cukup lama.

Berdasarkan periodisasi sejarah Islam, Ibn Qayyim hidup pada abad pertengahan (1250-1800 M.), tepatnya ketika dinasti Mamluk (1250-1517 M.) berkuasa di Mesir dan Siria, yaitu pada masa pemerintahan S{ala>h} al-Di<n Khali<l (1290-1294 M.) hingga masa Nas}i<r al-Di<n al-H{asan (1347-1351 M.). Pada periode tersebut, secara umum umat Islam sedang mengalami masa kemunduran, baik dalam bidang politik maupun sosial keagamaan.7

Dalam bidang politik, umat Islam sedang mengalami dua masalah besar. Pertama, disintegrasi politik dalam negeri dan kedua, bahaya serangan dari kaum Nasrani dan bangsa Mongol. Para Khalifah ‘Abbasiyah (750-1258 M.) yang berpusat di Baghdad ternyata tidak mampu mempertahankan kedaulatan wilayah kekuasaannya. Terjadinya disintegrasi politik

5 Abu> al-Fala>h} ‘Abd al-H{ayy ibn Ah}mad ibn Muh}ammad ibn al-’Ima>d al-H{anbali (selanjutnya ditulis al-‘Ima>d saja), Syaz\ara>t al-Z|ahab Fi< Akhya>r Man Z|ahab (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tth.), juz VI, hlm. 180; Abu> al-Fida> ibn Kas\i<r al-Dimasyqi (selanjutnya ditulis Ibn Kas\i<r saja), Al-Bida>yah wa al-Niha>yah (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1987), juz XIV, hlm. 246.

6 Al-Jauziyyah, Mada>rij al-Sa>liki<n (Beirut: Da>r al-Fikr, 1992), jilid II, hlm. 337.7 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1985), jilid I,

hlm. 79.

Page 3: Ijtihad ibnu qayiim

dalam tubuh umat Islam tersebut menunjukkan adanya tiga hal. Pertama, adanya dipolarisasi antara dua kekuasaan besar, yakni ‘Abbasiyyah di Timur dan Umayyah di Barat. Kedua, adanya fanatisme kebangsaan (‘as}abiyyah) antara bangsa Arab dengan non Arab (mawa>li), khususnya Persia dan Turki. Ketiga, adanya persaingan mazhab terutama antara Sunni dan Syi’ah.8

Sementara itu, kekacauan di dalam negeri-negeri Islam ketika itu membuat mereka lengah terhadap bahaya dari luar. Kaum Nasrani merasa dendam terhadap umat Islam akibat kekalahannya dalam peristiwa Manzikart (1971 M). Sebagian besar unsur kekuatan Eropa ikut serta dalam penyerangan terhadap negeri-negeri Islam. Pada periode pertama, Palestina dan beberapa negeri Islam lainnya berhasil direbut oleh pasukan Salib. Namun pada beberapa tahun kemudian, tentara Islam yang dipimpin oleh S{ala>h} al-Di<n al-Ayyu>bi (1169-1193 M.), pendiri dinasti Ayyu>biyah (1169-1250 M.), dapat merebutnya kembali dalam sebuah peperangan di Hittin pada tahun 1187 M.9 Di pihak lain, pasukan Mongol berhasil merebut kekuasaan pusat dan menghancurluluhkan kota Baghdad pada tahun 1258 M. Namun kemudian gerak maju mereka dihadang oleh tentara Islam yang dipimpin oleh al-Z{ahi< Baybars (1260-1277 M.) dari dinasti Mamluk dalam peperangan besar di ‘Ain Jalut, Palestina, pada tahun 1260 M.10

Satu demi satu negeri Islam berhasil direbut dan dihancurkan. Hanya Mesir lah yang selamat dan dapat mempertahankan diri dari kehancuran. Pasukan Mamluk telah berhasil menyelamatkan Mesir dan Siria dari serangan pasukan Salib dan bangsa Mongol. Keberhasilan tersebut telah menjamin keamanan dalam negeri Mesir khususnya dan negeri-negeri Islam lainnya sampai beberapa abad selanjutnya.11 Demikianlah situasi politik yang melatarbelakangi kehidupan Ibn Qayyim. Masa kecil beliau diliputi oleh peperangan dan kekacauan. Pada saat terjadinya peperangan besar di Syaqhab, Damaskus, pada tahun 1303 M. antara pasukan Mongol yang dipimpin oleh Mah}mu>d Ghazan (1295-1304 M.) dengan tentara Mamluk yang dipimpin oleh Muh}ammad ibn Qalawun, usia beliau baru sekitar sebelas tahun.12 Saat itu umat Islam hidup dalam ketegangan politik. Sifat egois dan fanatis telah merasuki jiwa mereka kembali.

Dalam bidang sosial, secara umum kehidupan umat Islam pada saat itu juga sedang mengalami kemunduran, walaupun pada beberapa segi kehidupan mengalami kemajuan. Pada masa dinasti Mamluk berkuasa, telah dibangun beberapa sarana umum untuk menunjang kehidupan masyarakat, seperti sekolah, mesjid, rumah sakit, perpustakaan, museum, dan lain-lain.13 Pemerintah pun memberikan kebebasan kepada para penganut mazhab untuk mengembangkan ajarannya. Namun demikian, umat Islam sedang mengalami kejumudan dalam

8 Ibid., hlm. 6.9 Ibid., hlm. 77-79.10 Mah}mu>d ‘Awad, Para Pemberontak di Jalan Allah, Ibn Hazm, Ibn Taimiyyah, Rifa’ah

al-T{aht}awi, Jamaluddin al-Afghani, Abdullah al-Nadim, terj. Alimin (Jakarta: Cendikia Sentra Muslim, 2002), hlm. 76-85.

11 Ibid., hlm. 76.12 Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, terj. Djahdan Humam (Yogyakarta:

Kota Kembang, 1989), 319; Mah}mu>d Awwad, Para Pemberontak....., hlm. 94.13 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.

128.

Page 4: Ijtihad ibnu qayiim

berpikir. Hal ini disebabkan karena pendapat yang mengatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup diterima secara luas oleh masyarakat, sehingga menyebarlah sikap taqlid dan fanatik yang berlebihan, khususnya terhadap mazhab yang empat.14

Ibn Qayyim yang terdidik dalam lingkungan salafi sangat memegang teguh aqidah para al-Salaf al-S{a>lih}. Beliau banyak mengkritik metode takwil yang dilakukan oleh aliran rasionalis. Selain itu, beliau juga banyak mencela pemikiran-pemikiran mereka yang menurutnya telah menyimpang dari manhaj yang benar. Di pihak lain, gerakan tarekat sufi semakin bertambah luas di kalangan masyarakat. Hal ini turut ditunjang dengan dibangunnya tempat-tempat khusus oleh pemerintah untuk menampung para sufi dalam menyebarkan ajaran-ajaran mereka. Mereka mengembangkan konsep takwa dengan mengisolasi diri dari masyarakat dan hanya mengkhususkan diri dengan ibadah-ibadah ritual semata.

Di samping itu, mereka juga banyak menciptakan ritual-ritual aneh untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. dengan melakukan tarian-tarian dan nyanyian-nyanyian tertentu yang mereka anggap sebagai bagian dari zikir.15 Ibn Qayyim dalam beberapa karyanya banyak mengkritik konsep-konsep tasawwuf dan praktek-praktek bid’ah yang mereka lakukan, salah satunya dalam kitab Mada>rij al-Sa>liki<n.Demikianlah situasi sosial umat Islam ketika itu. Sebagian besar hidup beliau dihabiskan untuk meluruskan berbagai penyimpangan pemikiran ahli kalam, kaum sufi, para filosof, dan berbagai bid’ah yang berkembang di masyarakatnya. Karya-karya beliau merupakan respon kritis terhadap perkembangan pemikiran pada masanya. Di sana terlihat jelas betapa besar perhatian beliau terhadap kemaslahatan umat.

Riwayat PendidikanIbn Qayyim al-Jauziyyah telah memperlihatkan bakat intelektualitas, pemikiran yang

cemerlang, dan semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Beliau pun tumbuh dalam lingkungan yang kesehariannya dipenuhi dengan aktifitas ilmiah. Berbagai sekolah keagamaan yang khusus mengajarkan ilmu fiqh, hadis, dan kalam banyak tersebar di Mesir dan Siria ketika itu. Di antara sekolah-sekolah tersebut yang secara langsung berhubungan dengan aktifitas ilmiah beliau adalah sekolah al-Jauziyyah dan al-S{adriyyah.16

Pendidikan beliau dimulai bersama ayahnya di sekolah al-Jauziyyah, di samping beliau pun aktif belajar di sekolah-sekolah lain yang tersebar di daerahnya. Kemudian beliau menimba ilmu dari ulama-ulama terkemuka dan ahli pada masanya dalam berbagai bidang. beliau pernah menetap di Mekah untuk belajar di sana, sekaligus untuk menunaikan ibadah haji.17

Beliau sangat tekun menelaah kitab-kitab warisan para ulama, terutama karangan Ima>m Ah}mad ibn H{anbal dan Ibn Taimiyyah. Beliau juga gemar mengoleksi kitab-kitab tersebut untuk keperluan studi dan perpustakaan pribadinya. Jumlah koleksi beliau sangat banyak dan jarang sekali orang yang mampu menyainginya.18 Bahkan menurut Ibn Hajar al-Asqalani, setelah

14 Harun Nasution, Islam Ditinjau....., hlm. 83.15 Ibid., hlm. 89-90.16 Sekolah al-S{adriyyah didirikan oleh As’ad ibn Us\ma>n ibn As’ad ibn al-Manja al-

Tanwikni al-Dimasyqi di daerah Darb Raihan. Lihat ‘Uwaidhah, al-Ima>m al-Ha>fiz}} Syams al-Di<n Ibn Qayyi<m al-Jauziyyah. hlm.14.

17 al-’Ima>d, Syaz\ara>t....., hlm. 169.18 Ibn Kas\i<r, al-Bida>yah....., hlm. 248.

Page 5: Ijtihad ibnu qayiim

Ibn al-Qayyim wafat, anak-anaknya menjual sebagian koleksi ayahnya tersebut hingga beberapa tahun lamanya.19

Beliau belajar kepada para ulama terkemuka dan ahli dalam bidangnya. Sebagian besar dari mereka bermazhab Hanbali, namun ada juga yang bermazhab Sya>fi’i. Di antara mereka adalah:20 pertama, Dalam bidang hadis: al-Syiha>b al-Na>bilisi al-‘A<bir, al-Qa>d}i< Taqi<’ al-Din ibn Sulaima>n, Isma>’i<l ibn Maktu>m, ‘I<sa> al-Mat}’am, Abu> Bakr ibn ‘Abd al-Da>’im, dan Fa>t}imah bint Jauhar. Kedua, Dalam bidang bahasa: Ibn Abi< al-Fath} al-Ba’li< dan Majd al-Di<n al-Tunisi<. Keempat, Dalam bidang fiqh dan ushul: Muh}ammad S{afi<’ al-Di<n al-Hindi al-Sya>fi’i<,21 Taqi<’ al-Di<n Ah}mad ibn Taimiyyah, dan Isma>’i<l ibn Muh}ammad al Hara>ni<.22 Kelima, Guru-gurunya yang lain: Ah}mad ibn al-Syira>zi,23 ‘Ala>’ al-Din al-Kindi, Muh}ammad ibn Abi< al-Fath}, Ayyu>b ibn Kama>l, Badr al-Di<n ibn Jama>’ah al-Sya>fi’i<, Abu> al-Fath} al-Ba’labaki<, Kama>l al-Di<n al-Zamlaka>ni,24 al-Mizzi al-Sya>fi’i<, al-Muflih}, dan Syaraf al-Di<n ibn Taimiyyah25.

Di antara guru-guru beliau yang paling banyak memberikan pengaruh pada perkembangan intelektualnya adalah Syaikh al-Isla>m Ibn Taimiyyah (661-728 H/1263-11328 M). Beliau selalu menyertainya sejak kepulangannya kembali dari Mesir ke Damaskus pada tahun 712 H. hingga beliau wafat. Sejak itu beliau banyak menimba ilmu darinya dan berjuang bersamanya dalam memerangi berbagai pemikiran yang menyimpang dan praktek-praktek bid’ah.26

Pengaruh pemikiran gurunya itu sengat jelas terlihat dalam berbagai karya tulis beliau. Lebih dari itu beliau pun mengajarkan dan mewariskannya kepada murid-muridnya. Bahkan beliau telah menyusun sebuah risalah tentang karangan-karangan gurunya dengan judul Risa>lah fi Asma>’ al-Mu’allafa>t Ibn Taimiyyah yang mencapai 330 judul.27 Peran besarnya dalam mempopulerkan kebesaran dan pemikiran Ibn Taimiyyah ini digambarkan secara jelas oleh Ibn

19 Al-Sanhuti, Ibn Qayyi<m Berbicara....., hlm. 28.20 Al-Jauziyyah, Petunjuk Memahami saw. Menjadi Hamba Allah Teladan dalam Berbagai

Aspek Kehidupan, terj. Achmad Sunarto dan Aunur Rafiq (Jakarta: Robbani Press, 1998), hlm. xix-xx.

21 Abu> ‘Abdulla>h Muh}ammad ibn ‘Abd al-Rah}i<m ibn Muh}ammad al-Armawy al-Sya>fi’i< yang ahli dalam bidang ilmu kalam dan ushul al-fiqh. Wafat pada tahun 715 H.

22

? Isma>’i<l ibn Muh}ammad al-Fara’i al Hara>ni, guru besar pengikut Ima>m Hambali di Damaskus. Wafat pada tahun 729 H.

23

? Al-Qa>d}i< Ah}mad ibn ‘Abd Alla>h al-Syira>zi al-Dimasyqi. Beliau menjadi Qa>d}i< dan sebagai staf pengajar di berbagai lembaga tinggi di Damaskus. Wafat pada tahun 736 H.

24

? Muh}ammad ibn ‘Ali ibn ‘Abd al-Wa>h}id al-Zamlaka>ni. Zamlakan adalah nama sebuah desa di Damaskus. Beliau menjadi Qa>d}i< di Alepo dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Wafat pada tahun 736 H.

25

? Beliau adalah saudara Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah yang menguasai berbagai disiplin ilmu. Lihat al-Jauziyyah, Kunci Kebahagiaan, hlm. 3.

26

? Ibn Kas\i<r, al-Bida>yah....., hlm. 246.27

? Al-Sanhuti, Ibn Qayyi<m Berbicara....., hlm. 27.

Page 6: Ijtihad ibnu qayiim

Hajar al-Asqala>ni<, bahwa “Seandainya mana>qib (riwayat keagungan) Ibn Taimiyyah sudah tidak ada lagi, dan yang tersisa hanya muridnya Syaikh Ibn Qayyim al-Jauziyyah saja yang telah menulis berbagai karya bermanfaat bagi orang yang pro dan kontra, maka hal itu sudah cukup untuk menunjukkan kebesaran posisinya”.28

Selama berjuang dengan gurunya, beliau banyak mengalami penderitaan sebagaimana yang telah dialami gurunya. Beliau ikut disiksa dan dipenjara bersama gurunya dan baru dibebaskan setelah gurunya meninggal dunia. Ketika di dalam penjara, beliau selalu menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an, tadabbur, dan tafakkur sehingga Allah membukakan baginya kebaikan yang banyak.29

Ibn Qayyim juga banyak mencetak ulama-ulama besar dari ilmu yang dimilikinya. Di antara mereka adalah30 antara lain adalah, pertama, Al-Ima>m al-H{a>fiz} Zain al-Di<n Abu> al-Faraj ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Ah}mad ibn Rajab al-Baghdadi< al-Dimasyqi< al-H{anbali< yang dikenal dengan Ibn Rajab. Beliau adalah seorang ulama pengikut Imam H{anbali, ahli di bidang hadis, fiqh, dan sejarah. Wafat pada tahun 795 H. Al-H{a>fiz} ‘Ima>d al-Di<n Abu> al-Fida> Isma>’i<l ibn ‘Umar ibn Kas\i<r al-Bas}rawi< al-Dimasyqi< al-Sya>fi’i<. Ahli di bidang tafsir, hadis, dan sejarah. Dua di antara karyanya yang tidak asing adalah Tafsi<r Ibn Kas\i<r dan al-Bida>yah wa al-Niha>yah. Wafat pada tahun 774 H. Al-H{a>fiz} Syams al-Di<n Abu> ‘Abd Alla>h Muh}ammad ibn Ah}mad ibn ‘Abd al-Ha>di< ibn ‘Abd al-H{ami<d ibn ‘Abd al-Ha>di< ibn Yu>suf ibn Muh}ammad ibn Quda>mah al-Maqdisi< al-Jama>’ili< al-S{ala>h}i<. Ahli di bidang fiqh dan hadis. Wafat pada tahun 774 H. Al-Ima>m al-H{a>fiz} Syams al-Di<n Abu> ‘Abd Alla>h Muh}ammad ibn ‘Abd al-Qa>dir ibn Muh}y al-Di<n ‘Us\ma>n ibn ‘Abd al-Rah}ma>n al-Na>bilisi< al-H{anbali.< Wafat pada tahun 797 H. Kedua anak beliau, yaitu Syara<f al-Di<n ‘Abd Alla>h, menggantikan ayahnya mengajar di sekolah al-S{adriyyah yang kemudian wafat pada tahun 756 H. Dan, Burha>n al-Di<n Ibra>hi<m, ahli di bidang fiqh dan bahasa. Ia wafat pada tahun 767 H. ‘Ali ‘Abd al-Ka>fi ibn ‘Ali ibn Tamma>m al-Subki Taqiy al-Di<n Abu> al-Hasan. Al-Ima>m al-Ha>fiz} Muh}ammad ibn Ah}mad ibn ‘Us\ma>n ibn Qiya>m al-Z|ahabi al-Turkmani al-Sya>fi’i. Dia memiliki banyak karya di bidang hadis dan lain-lain. Muh}ammad ibn al-Khud}a>ri< al-Gha>zi al-Sya>fi’i. Nasabnya sampai kepada Zubair ibn ‘Awwa>m r.a. Al-Fairuzabadi. Dia adalah Muh}ammad ibn Ya’qu>b al-Fairuzabadi al-Sya>fi’i.

Sebagian besar karangannya merupakan respon kritis terhadap perkembangan pemikiran yang terjadi pada masanya. Beliau tidak berdiri pada salah satu mazhab, namun beliau selalu menjunjung tinggi dalil-dalil dengan tetap menghormati pendapat para imam mazhab.

Dalam hal menentukan jumlah karangannya, para ulama berbeda pendapat. Menurut Ibn Hajar al-‘Asqala>ni, karangan beliau berjumlah 13 buah. Al-Syakhawi menyebutkan ada 50 buah lebih. Al-S{afadi menyebutkan ada 19 buah. Al-Suyu>t}i< menyebutkan ada 14 buah. Al-Syaukani menyebutkan sejumlah 16 buah. Sedang Ibn al-‘Ima>d menyebutkan jumlahnya ada 46 buah. Bahkan, menurut penelitian Bakr ibn ‘Abdullah, jumlah karyanya mencapai 99 buah.31 Di

28

? Al-Jauziyyah, al-Mana>r al-Muni<f fi< al-S{ah}i<h} wa al-D{a’i<f (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1983), hlm. 6.

29 Mahmu>d ‘Awad, Para Pemberontak....., hlm. 100-109. Lihat juga al-’Ima>d, Syaz\ara>t....., hlm. 168.

30 Al-Jauziyyah, Za>d al-Ma’a>d....., hlm. xxiv-xxv. Lihat juga al-Jauziyyah, Kunci Kebahagiaan, hlm. 5.

Page 7: Ijtihad ibnu qayiim

antara karya-karya beliau adalah sebagai berikut:32 Dalam bidang Tafsir Al-Tibya>n fi< Aqsa>m al-Qur’a>n (telah diterjemahkan), membahas tentang sumpah Allah dalam al-Qur’a>n. Tafsi<r al-Mu’awwiz\atain (telah diterjemahkan) Tafsir< Su>rah al-Fa>tih}ah (di awal kitab Mada>ri<j al-Sa>liki<n) Tafsi<r Asma>’ al-Qur’a>n al-Kari<m, kedua, Dalam bidang Hadis Tahz\i<b Sunan Abu> Da>wud wa Id}a>h ‘Ilalih wa Musykilatih Al-Mana>r al-Muni<f fi< al-S{ah}i<h} wa al-D{a’i<f (telah diterjemahkan) ketiga, Dalam bidang Fiqh dan Us}u>l A’la>m al-Muwaqqi’i<n ‘an Rabb al-‘A<lami<n (telah diterjemahkan), dicetak di India pada tahun 1313 H. dan di Mesir tahun 1325. Igha>s\ah al-Lahfa>n min Mas}a>dir al-Syait}a>n (telah diterjemahkan), dicetak pertama kali pada tahun 1320 H. Al-T{uruq al-H{ukmiyyah fi< al-Siya>sa>h al-Syar’iyyah Al-S{ala>h wa Ah}ka>m Ta>ri<khiha> Tuh}fah al-Maudu>d fi< Ah}ka>m al-Maulu>d (telah diterjemahkan) Ah}ka>m Ahl al-Z|immah. Telah ditahkik oleh Subh}i al-S{a>lih. Al-Furusiyah, keempatDalam bidang Akidah Syifa>’ al-‘Ali<l fi< Masa>’il al-Qad}a> wa al-Qadar wa al-H{ikmah wa al-Ta’li<l (telah diterjemahkan) Al-Sawa>’iq al-Mursala>t ‘ala al-Jahamiyyah wa al-Mu’at}t}ilah Ijtima>’ al-Juyu>sy al-Isla>miyyah ‘ala> Gazw al-Mu’at}t}ilah wa al-Jahamiyyah (telah diterjemahkan), dicetak di India tahun 1304 H. dan di Mesir tahun 1350 H. Mifta>h} Da>r al-Sa’a>dah wa Mansyur Wila>yah Ahl al-‘Ilm wa al-Ira>dah (telah diterjemahkan) Al-Ka>fiyah al-Sya>fiyah fi< al-Intis}a>r li al-Firqah al-Na>jiyah. Kelima, Dalam bidang Akhlak Mada>rij al-Sa>liki<n Baina Mana>zil Iyya>ka Na’budu wa Iyya>ka Nasta’i<n (telah diterjemahkan), dicetak di al-Manar. ‘Iddah al-S{a>biri<n wa Z|aki<rah al-Sya>kiri<n (telah diterjemahkan) Al-Fawa>’id (telah diterjemahkan), dicetak di Muniriyah. Al-Da>’ wa al-Da’wah (telah diterjemahkan) Raud}a>t al-Muh}ibbi<n wa Nuzha>t al-Musytaqi<n (telah diterjemahkan) T{ari<q al-Hijratain wa Ba>b al-Sa’a>datain Al-Wa>bil al-S{ayib min al-Kalim al-T{ayyib (telah diterjemahkan) Keenam,Dalam bidang Sejarah Za>d al-Ma’a>d fi< Hady Khair al-‘Iba>d (telah diterjemahkan), terdiri dari empat jilid, dicetak di India dan Mesir berkali-kali. Kitab ini menceritakan tentang kehidupan Rasul sebagai manusia beserta aktifitasnya dengan keluarga dan sahabatnya, perjuangannya, obat dan pengobatannya, ajakan beliau kepada penguasa/pemimpin, pembagian harta rampasan perang (ghani<mah), dan lain-lain seputar kehidupan adapun kitab lainya adalah, Jala>’ al-Afha>m fi< Z|ikr al-S{ala>h wa al-Sala>m ‘ala> Khair al-Ana>m (telah diterjemahkan). Ha>di< al-Arwa>h} ila> Bila>d al-Afra>h} (telah diterjemahkan) Kasyf al-Ghit}a> wa H{ukm Sima>’ al-Ghina> (telah diterjemahkan) Hida>yah al-H{iya>ri fi< Ajwibah al-Yahu>d wa al-Nas}a>ra> (telah diterjemahkan), berisi kritik dan bantahan ajaran-ajaran Yahudi dan Nasrani. Al-Risa>lah al-Tabu>kiyyah (telah diterjemahkan) Al-Ru>h} (telah diterjemahkan), dicetak di India tahun 1318 H. Al-Ijtiha>d wa al-Taqli<d. Ibn Qayyim menyebutkannya dalam kitab Mifta>h Da<r al-Sa’a>dah. Asma>’ Mu’allafa>t Ibn Taimiyyah. Sebuah disertasi yang diterbitkan atas tahkik S{ala>h} al-Di<n al-Minjid. Us}u>l al-Tafsi<r. Ibn Qayyim menyebutkannya dalam kitab Jala> al-Afha>m. Al-A’la>m bi Ittisa>’ T{uruq al-Ahka>m. Disebutkan dalam kitab Igha>s\ah al-Lahfa>n. Igha>s\ah al-Lahfa>n fi< Hukm T{ala>q al-Ghad}ba>n. Disertasi atas tahkik Muh}ammad Jama>l al-Di<n al-Qa>simi. Iqtida>’ al-Z|ikr bi H{us}u>l al-Khair wa Daf’ al-Syarr. Al-Shufdi menyebutkannya dalam kitab al-Wa>fi bi al-Wa>fiya>t (II/271) dan Ibn Tughri Burdi dalam kitab al-Manhal al-S{a>fi (III/62), sebuah manuskrip. Al-‘Amaly al-Makkiyyah. Ibn Qayyim menyebutkannya dalam kitab Bada>’i

31 Lihat pengantar muhaqqiq dalam buku Ibn Qayyim al-Jauziyyah, 13 Pengaruh Maksiat, terj. Wawan Soffandi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), hlm. 24-26.

32 Lihat juga al-Jauziyyah, Kunci Kebahagiaan, hlm. 6-12.

Page 8: Ijtihad ibnu qayiim

al-Fawa>’id. Ams\a>l al-Qur’a>n. Al-I’ja>z. Pengarang kitab Kasyf al-Z{unu>n (I/206) dan al-Baghda>di dalam kitab Hadiyah al-‘A<rifi<n (II/158) menisbatkannya pada Ibn Qayyim. Bada>’i al-Fawa>’id. But}la>n al-Kimya>’ min Arba’i<n Wajhan. Buku ini telah diisyaratkan oleh Ibn Qayyim dalam kitab Mifta>h} Da>r al-Sa’a>dah. Baya>n al-Istidla>l ‘ala> But}la>n Isytira>t} Muh}allil al-Siba>q wa al-Nid}a>l. Ibn Qayyim menyebutkannya dalam kitab A’la>m al-Muwaqqi’i<n dan al-S{ufdi dalam kitab al-Wa>fi wa al-Wafiyat (II/271), juga Ibn Rajab dalam kitab Z|ail al-T{abaqa>t al-Hanabilah (II/450) telah menyebutkannya dengan nama al-Dali<l ‘ala> Istighna>’ al-Musa>baqah ‘an al-Tah}li<l. Al-Tahbi<r lima> Yah}ill wa Yah}rum min Liba>s al-H{ari<r. Ibn Qayyim menyebutkannya dalam kitab Za>d al-Ma’a>d. Al-Tuhfah al-Makiyyah. Dia menyebutkannya dalam berbagai tempat dalam kitab Bada>’i al-Fawa>’id. Tuhfah al-Na>zili<n bi Jiwa>r Rabb al-‘A<lami<n. Dia menyebutkannya dalam kitab Mada>rij al-Sa>liki<n. Tadbi<r al-Ri’a>sah fi< al-Qawa>’id al-H{ukmiyyah bi al-Z|aka>’ wa al-Qari<hah. Al-Baghda>di menyebutkannya dalam kitab al-Id}a>h al-Maknu>n fi< al-Z|ail ‘ala> Kasyf al-Z{unu>n. Al-Ta’li<q ‘ala> al-Ah}ka>m. Ibn Qayyim mengisyaratkannya dalam kitab Jala>’ al-Afha>m.

a. Tafd}i<l Makkah ‘ala> al-Madi<nah. Ibn Rajab dalam kitab al-Z|ail (II/450), al-Da>wu>di dalam T{abaqa>t al-Mufassiri<n (II/193), Ibn al-‘Imma>d dalam kitab Syaz\ara>t al-Z|ahab (6/178) dan al-Sakhawi dalam kitab al-A’la>m bi al-Taubikh, hlm. 280, menyebutnya dengan Tafd}i<l Makkah. Tahz\i<b Mukhtas}ar Sunan Abi< Da>wu>d. Al-Ja>mi’ bain al-Sunan wa al-As\ar. Disebutkan dalam kitab Bada>’i al-Fawa>’id. Al-Jawa>b al-Sya>fi’i< man Sa’ala ‘an S|amarah al-Du’a> iz\a> ka>na ma> Quddura Wa>qi’u>n. Al-Syauka>ni menyebutkannya dalam kitab al-Badr al-T{a>li’ (II/144). Al-Ha>mil, Hal Tahi<d} am La>. Disinggung dalam kitab Tahz\i<b Sunan al-Tirmi<z\i<. H{ukm Ta>rik al-S{ala>h. H{ukm Ighma>m Hila>l Ramad}a>n. Ibn Rajab dalam kitab al-Z|ail (II/450), al-D>a>wu>di dalam kitab al-T{abaqa>t (II/93), dan Ibn al-‘Ima>d dalam al-Syaz\ara>t (VI/169) telah menyebutkannya. Al-Risa>lah al-Sya>fi’iyyah fi< Ah}ka>m al-Mu’awwiz\atain. Muridnya, al-S{ufdi dalam al-Wa>fi bi al-Wa>fiya>t (II/272) dan Ibn Tughri Burdi dalam al-Manhal al-S{a>fi< (III/62) menyebutkannya. Raf’ al-Tanzi<l. Haji Khalifah dalam Kasyf al-Z{unu>n (I/909) dan al-Bahgda>di< dalam Hadiyyah al-‘A<rifi<n (II/158) menyebutkannya. Al-Ru>h} wa al-Nafs. Ini bukan kitab al-Ru>h}. Ibn Qayyim menyebutkannya dalam kitab al-Ru>h}, Mifta>h al-Sa’a>dah dan Jala>’ al-Afha>m. Al-Sunnah wa al-Bid’ah, Ahmad ‘Ubaid menyebutnya dalam mukadimah kitab Raud}ah al-Muh}ibbi<n.

Perumpamaan seorang Ibn Qayyim dengan kapasitas keilmuannya adalah bagaikan pohon yang memiliki akar dan cabang yang kuat dan seimbang. Pohon itu hidup dan memakan makanan yang bersih dan tumbuh dengan cabang yang mengarah ke segala penjuru sehingga menghasilkan buah yang banyak.33

Menurut Ibn Kas\i<r, dalam kitabnya al-Bida>yah wa al-Niha>yah, Ibn Qayyim adalah sosok yang berkepribadian luhur, berakhlak terpuji, mencintai sesama, tidak pernah hasud, iri, atau menyakiti hati siapa pun. Lebih dari itu tidak ditemukan seorangpun yang yang alim lagi banyak beribadah seperti beliau di masa mereka. Beliau memiliki ciri khas tersendiri yaitu shalatnya, ruku dan sujud yang sangat lama.34

33 Al-Jauziyyah, Al-Fawa<’id: Menuju Pribadi Bertakwa, terj. Munirul Abidin (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000), hlm. xv.

34 Ibn Kas\i<r, al-Bida>yah....., juz XIV, hlm. 234-235.

Page 9: Ijtihad ibnu qayiim

Ibn Rajab menilai Ibn Qayyim sebagai seorang yang ahli di bidang tafsir, hadis, fiqih, ushul, bahasa Arab, tasawuf, dan ilmu kalam. Beliau juga sangat kuat berbadah dan tekun berzikir.35 Komentar lainnya juga dilontarkan oleh al-Zar’i. Ia mengatakan bahwa tidak ada satu orang pun di dunia ini yang ilmunya seluas Ibn Qayyim al-Jauziyyah.36

Pendapat lain dikemukakan oleh al-Z|ahabi, bahwa Ibn Qayyim sangat memperhatikan matan hadis dan rijal-nya. Beliau banyak menyibukkan diri dalam bidang fiqh dan memiliki pemikiran-pemikiran yang cemerlang, di samping beliau pun mahir di bidang Nahwu dan Ushul.37

35 Al-Jauziyyah, Za>d al-Ma’a>d....., hlm. xxvi.

36 Ibid..

37 Ibid..